Anda di halaman 1dari 35

HOW TO DIFFERENTIATED

ACUTE OR CHRONIC
HEPATITIS?
(ditinjau dari Ilmu Penyakit Dalam)

dr. Lia Sasmithae, Sp.PD,FINASIM


RSUD MAS AMSYAR
KASONGAN
CURICULUM VITAE
Nama : dr. Lia Sasmithae, Sp.PD
TTL : sampit, 26 September 1986
Alamat kantor : Fakultas Kedokteran Universitas Palangkaraya
Email : liasasmithae032@gmail.com
Organisasi : IDI (Ikatan Dokter Indonesia), PAPDI ( Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia)
Riwayat Pendidikan
  Lama Pendidikan Tempat
Dokter Umum 2004 - 2011 Universitas Lambung Mangkurat (FK ULM)
Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2014 –2018 Universitas Brawijaya Malang (FK UNIBRAW)

Riwayat Pekerjaan
Tahun Nama Instansi Jabatan
2011-2012 RS Bhayangkara Palangkaraya Dokter Umum
2012-2013 PKM Tbg. Samba Dokter Umum PTT Pusat
2014-2018 RS. Saiful Anwar Malang PPDS I Ilmu Penyakit Dalam
2018- 2019 RS Mas Amsyar Kasongan WKDS Spesialis Penyakit Dalam
2019- sekarang Universitas Palangkaraya Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Acute hepatitis unknown etiology
Pendahuluan
• Hepatitis virus merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat, berpengaruh terhadap angka
kesakitan, kematian, status kesehatan masyarakat, angka harapan
hidup, dan dampak sosial ekonomi.
• Hepatitis merupakan istilah umum untuk menyatakan adanya
inflamasi atau peradangan pada organ liver/hati.
• Peradangan pada hati dapat disebabkan oleh infeksi virus hepatitis
(A,B,C,D,E), kuman, parasit, alkohol, obat, zat kimia, perlemakan hati
non alkohol, autoimun, virus lainnya ataupun gangguan
hemodinamik.
• Hepatitis karena virus yang paling banyak dijumpai adalah hepatitis A,B dan
C.
• Berbeda dengan hepatitis A yang perjalanan penyakitnya tidak bisa berlanjut
menjadi kronik, hepatitis B,C dapat berlanjut menjadi hepatitis kronis
• Hepatitis B dan C merupakan tantangan kesehatan yang besar, karena
menyebabkan infeksi pada 325 juta orang di dunia.
• Hepatitis B dan C menyebabkan kanker hati, yang merupakan penyebab 1,34
juta kematian setiap tahunnya.
• Hepatitis B dan C adalah infeksi kronis yang tidak menunjukkan gejala yang
nyata  menahun  penyakit kronis  sirosis hati  kanker hati
EPIDEMIOLOGI HEPATITIS DI INDONESIA

DATA RISKESDAS TAHUN 2013


Apa sih bedanya hepatitis
akut dengan hepatitis kronis?

Hepatitis akut adalah penyakit


hepatitis yang baru saja terjadi,
kemudian bisa sembuh total atau
berlanjut menjadi hepatitis
kronis.

Hepatitis kronis adalah


peradangan hati yang
berkelanjutan atau berlangsung
lama.
HEPATITIS KRONIS

Hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan

Dalam kurun waktu 6 bulan kelainan fisik dan


biokimia belum kembali normal

Gejalanya: lemah badan mual, nafsu makan


menurun, rasa tidak enak pada perut kanan
atas, kencing seperti teh
Hepatitis Kronis (Cont’)
• Kadang-kadang gejala yang merupakan komplikasi hepatitis kronis bisa
dijumpai antara lain: perut yang membuncit (asites), leg edema, muntah
darah.

• Kelainan fisik dapat berupa pembesaran hati dan atau limpa, hati yang
teraba berbenjol-benjol, ikterik, palmar eritema.
Etiologinya
kira-kira apa
ETIOLO ya???

GI
Hep A
• Virus hepatitis A (HAV)
• Termasuk picorna virus
• Bersifat AKUT

Hep B
• Virus Hep B (HBV), terbungkus genom DNA melingkar.
• Tidak menyebabkan kerusakan langsung pada hati , sebaliknya, reaksi yang
bersifat menyerang oleh sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan radang dan
kerusakan hati
• Sifatnya bisa akut  kronis

Hep C
• Virus Hep C (HCV), mengakibatkan infeksi seumur hidup,.
• Belum ada vaksin yang dapat melindungi terhadap HCV
• Diperkirakan 3% masyarakat umum di Indonesia terinfeksi virus ini.
• Sifatnya bisa akut  kronis
HEPATITIS B
KRITERIA DIAGNOSIS HEPATITIS
B
Hepatitis B kronik
1. HBsAg seropositif > 6 bulan Pengidap Inaktif
Resolved hepatitis Infection
2. HBV DNA serum >20.000 IU/mL (nilai 1. HBsAg seropositif > 6 bulan
yang lebih rendah 2000-20.000 IU/mL 1. Riwayat infeksi hepatitis B, atau
2. HBeAg (-), anti Hbe (+) adanya anti-HBc dalam darah
ditemukan pada HbeAg negatif)
3. ALT serum dalam batas normal 2. HBsAg (-)
3. Peningkatan ALT yang persisten
maupun intermitten 4. HBV DNA <2000-20.000 IU/mL 3. HBV DNA serum yang tidak terdeteksi
4. Biopsi hati yang menunjukkan 5. Biopsi hati yang tidak menunjukkan 4. ALT serum dalam batas normal
hepatitis kronik dengan derajat inflamasi yang dominan
nekroinflamasi sedang sampai berat

Sumber: Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia


Rekomendasi Hepatitis B

• nilai HBV DNA serum


• Status HBeAg
Indikasi terapi
• Nilai ALT
pada hepatitis B • Gambaran histologi hati

Sumber: Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia


Rekomendasi Hepatitis B
• Pasien yang menunjukkan replikasi virus dengan ALT normal atau
meningkat sedikit secara persisten tanpa adanya bukti histologis sirosis
tidak termasuk dalam indikasi terapi.
• Indikasi terapi pada pasien hepatitis B kronik dengan HbeAg positif
adalah pada pasien dengan HBV DNA > 2x104 IU/mL dan ALT > 2x batas
atas normal. Pada pasien dengan HbeAg negatif, terapi dimulai pada
pasien dengan HBV DNA > 2x103 IU/mL dan ALT > 2x batas atas normal.
• Evaluasi fibrosis dengan cara invasif maupun non invasif dilakukan pada
pasien dengan muatan virus tinggi dan peningkatan ALT serum minimal
yang berusia > 30 tahun atau < 30 tahun dengan faktor risiko tinggi

Sumber: Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia


Terapi pilihan hepatitis B
2 jenis obat hepatitis B :
golongan interferon (pegylated interferon α-2a, maupun pegylated
interferon α-2b
Golongan analog nukleosida : lamivudin, adenovir, entecavir,
telbivudin, dan tenovofir.
Algoritma tatalaksana hepatitis B HBeAg (+)

Sumber: Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia


Algoritma tatalaksana hepatitis B HBeAg (-)

Sumber: Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B di Indonesia


HEPATITIS C
HEPATITIS C
• Pada infeksi hepatitis C akut, HCV RNA terdeteksi dalam 7-10 hari setelah
paparan kemudian anti HCV mulai dapat terdeteksi di dalam darah 2-8
minggu setelah paparan.
• Diagnosis hepatitis C akut dapat ditegakkan jika terjadi serokonversi anti
HCV pada pasien yang sebelumnya telah diketahui anti HCV negatif, oleh
karena itu tidak ada yang dapat membuktikan infeksi akut HCV.
• Pada kasus pasien dengan gejala yang sesuai (ALT > 10x nilai batas normal,
ikterik) tanpa adanya riwayat penyakit hati kronik atau penyebab lain
penyakit hepatitis virus akut, dan atau sumber penularan dapat
diidentifikasi maka dapat dicurigai hepatitis C akut, meskipun 80% infeksi
hepatitis C akut bersifat asimptomatik.
Sumber: Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis C di Indonesia
KRITERIA DIAGNOSIS HEPATITIS C
ANTI HCV HCV RNA Interpretasi
positif positif Akut atau kronik bergantung pada gejala klinis
positif negatif Resolusi HCV; status infeksi tidak dapat ditentukan (mungkin
dalam status intermitten viremia)
negatif positif Infeksi HCV akut awal; HCV kronik pada pasien dengan status
imunosupresi; pemeriksaan HCV RNA positif palsu
negatif negatif Tidak terinfeksi HCV

Sumber: Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis C di Indonesia


REKOMENDASI HEPATITIS C
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting dalam menegakkan diagnosis
hepatitis C dan menyingkirkan diagnosis banding.
• Pemeriksaan anti HCV merupakan pilihan utama alat diagnostik untuk
mendeteksi infeksi hepatitis C
• Pemeriksaan anti HCV dengan menggunakan enzyme linkage immunosorbent
assay atau chemiluminescent immunoassay (ELISA atau CLIA)
• Apabila pemeriksaan awal terdeteksi anti HCV (+) harus dilanjutkan
pemeriksaan HCV RNA
• Apabila diduga suatu infeksi hepatitis C akut atau pada kondisi
imunokompromais yang diduga terinfeksi Hep C dan didapatkan anti HCV (-),
dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan HCV RNA untuk memastikan diagnosis.
Sumber: Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis C di Indonesia
REKOMENDASI HEPATITIS C
• Diagnosis hepatitis C kronik harus dibuktikan dengan keberadaan anti
HCV dan HCV RNA positif > 6 bulan dan atau disertai dengan tanda-
tanda penyakit hati kronik.
• Pemeriksaan lab dan USG abdomen penting dilakukan untuk menilai
keberadaan penyakit hati kronik ataupun sirosis hepatis.
• Penilaian derajat fibrosis hati ditentukan dengan transient
elastography, penanda fibrosis atau biopsi hati  untuk memulai
terapi
• Pemeriksaan genotipe HCV sangat penting untuk menentukan
regimen terapi, durasi dan memprediksi respon terapi antivirus
Sumber: Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis C di Indonesia
Kapan hepatitis C diberikan terapi?
• Mencegah munculnya komplikasi penyakit hati fibrosis, sirosis, karsinoma
Tujuan terapi hepatoselular dan kematian.

• Bagi seluruh pasien hepatitis C kronik naive pada pasien dengan sirosis hati
Indikasi terapi kompensata dan tanpa kontraindikasi

Pemeriksaan untuk • Penilaian derajat fibrosis hati ditentukan dengan transient elastography, penanda
menentukan terapi fibrosis atau biopsi hati

Target terapi • Pencapaian SVR  dilakukan pencapaian HCV RNA secara berkala
KESIMPULAN
• Membedakan akut dan kronis hepatitis berdasarkan pada onset paparan.
• Pada pasien yang mengarah pada diagnosis hepatitis harus dilakukan
skrining menggunakan marker hepatitis sesuai dengan anamnesis, gejala
klinis dan juga marker hepatitis yang tersedia di pusat pelayanan
kesehatan yang dimiliki.
• Terapi pada kondisi akut hepatitis didasari pada kondisi simptomatis atau
memberikan hepatoprotektor dan mencari penyebab dasarnya sampai
kondisi resolved.
• kapan memulai terapi antivirus pada hepatitis B dan C? Menyesuaikan
pada syarat dan ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai