HEPATITIS C
Disusun oleh : Giza Ainur R
Pembimbing :
dr. Andi Purnomo, Sp.PD, KHOM, FINASIM
LATAR BELAKANG
HEPATITIS
• Hepatitis merupakan istilah umum yang berarti radang hati dan dapat
disebabkan oleh beberapa mekanisme, termasuk agen infeksius. Virus hepatitis
dapat disebabkan oleh berbagai macam virus yang berbeda seperti virus
hepatitis A, B, C, D dan E.
• Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari asimtomatik sampai
yang sangat berat yaitu hepatitis fulminan yang dapat menimbulkan kematian.
Selain itu, gejala juga bisa bervariasi dari infeksi persisten subklinis sampai
penyakit hati kronik progresif cepat dengan sirosis hepatis dan karsinoma
hepatoseluler yang umum ditemukan pada tipe virus yang ditransmisi melalui
darah (HBV, HCV, dan HDV)
DEFINISI
HEPATITIS
• Hepatitis merupakan suatu peradangan pada hati. Kondisi ini dapat self limiting
disease atau dapat berkembang menjadi fibrosis, sirosis atau kanker hati.
• Ada 5 tipe virus hepatitis utama, yang disebut sebagai tipe A, B, C, D, dan E. 5
tipe ini menjadi pusat perhatian karena menimbulkan penyakit yang berat dan
kematian, berpotensi menjadi outbreaks dan penyebarannya secara epidemi.
Secara khusus, tipe B dan C sebabkan penyakit kronis pada ratusan juta orang
dan, keduanya adalah penyebab paling umum dari sirosis hepatis dan kanker
hepar.
DEFINISI
HEPATITIS B dan C
• Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B,
suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati
akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
• Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV).
Terdiri dari hepatitis C akut dan kronik, dari tingkat keparahan yang ringan yang
berlangsung beberapa minggu menjadi kronik dan menyebabkan komplikasi
yang serius
ETIOLOGI
HEPATITIS B dan C
• Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili
Hepadnavirus. Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus
partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti
terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg).
ETIOLOGI
HEPATITIS B dan C
• Virus hepatitis C adalah virus RNA dari keluarga Flaviviridae. Virus ini memiliki
partikel untuk menyelimuti untaian RNA yang panjangnya 9.600 basa
nukleotida.
• Protein non-struktural dan RNA virus hepatitis C telah terbukti ditemukan pada
hati pasien yang terinfeksi hepatitis C sehingga membuktikan bahwa hati adalah
tempat replikasi virus hepatitis C.
EPIDEMIOLOGI
HEPATITIS B dan C
• Infeksi VHB merupakan penyebab utama hepatitis akut, hepatitis kronis, sirosis, dan
kanker hati di dunia. Center for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan
bahwa sejumlah 200.000 hingga 300.000 orang (terutama dewasa muda) terinfeksi
oleh VHB setiap tahunnya. Hanya 25% dari mereka yang mengalami ikterus, 10.000
kasus memerlukan perawatan di rumah sakit, dan sekitar 1-2% meninggal karena
penyakit fulminant
• Gejala hanya dilaporkan terjadi pada 15% kasus, sehingga diagnosa harus
tergantung pada positifnya hasil pemeriksaan anti-HCV atau pemeriksaan HCV
RNA yang biasanya terdeteksi lebih awal sebelum munculnya antibodi anti-HCV
(serokonversi). Dari semua individu dengan infeksi hepatitis C akut, 75-80%
akan berkembang menjadi infeksi kronik
GAMBARAN KLINIS HEPATITIS B & C
Hepatitis C
• Pada infeksi hepatitis C akut, RNA VHC dapat terdeteksi dalam 7-10 hari setelah
paparan kemudian anti-HCV mulai dapat terdeteksi di dalam darah 2-8
minggu setelah paparan. Saat diagnosis awal hepatitis C akut, pemeriksaan anti-
HCV positif hanya ditemukan pada sekitar 50% pasien.
• Diagnosis hepatitis C akut dapat ditegakkan jika terjadi serokonversi anti-HCV
pada pasien yang sebelumnya telah diketahui anti-HCV negative.
• Pada kasus pasien dengan gejala yang sesuai (alanine aminotransferase (ALT)
>10x nilai batas atas normal, ikterik).
• Diagnosis hepatitis C kronik dapat ditegakkan apabila anti-HCV dan RNA VHC
tetap terdeteksi > 6 bulan sejak terinfeksi dengan atau tanpa gejala-gejala
penyakit hati kronik.
• Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi anti-HCV dengan menggunakan tekhnik
enzyme linkage immunosorbent assay (ELISA) atau chemiluminescent
immunoassay (CLIA).
• Pemeriksaan HCV RNA dengan real time-PCR dapat mendeteksi keberadaan
jumlah virus HCV sampai muatan virus minimal peningkatan ringan serum ALT,
(biasanya <100 IU/L) dan pada sepertiga kasus pemeriksaan tes faal hati bisa
normal
• Biopsi hati dan fibroscan
Biopsi hati secara umum direkomendasikan untuk penilaian awal seorang pasien
dengan infeksi HCV kronik. Biopsi berguna untuk menentukan derajat beratnya
penyakit (tingkat fibrosis) dan menentukan derajat nekrosis dan inflamasi.
Hepatitis B
Pemeriksaan laboratorium pada VHB terdiri dari :
– 1. Pemeriksaan Biokimia
– Stadium akut VHB ditandai dengan AST dan ALT meningkat >10 kali nilai normal,
serum bilirubin normal atau hanya meningkat sedikit, peningkatan Alkali
Fosfatase (ALP) >3 kali nilai normal, dan kadar albumin serta kolesterol dapat
mengalami penurunan. Stadium kronik VHB ditandai dengan AST dan ALT
kembali menurun hingga 2-10 kali nilai normal dan kadar albumin rendah tetapi
kadar globulin meningkat.
2. Pemeriksaan Serologis
• Indikator serologi awal dari VHB akut dan kunci diagnosis penanda infeksi VHB
kronik adalah HBsAg, dimana infeksi bertahan di serum >6 bulan.
• Setelah HBsAg menghilang, anti-HBs terdeteksi dalam serum pasien dan
terdeteksi sampai waktu yang tidak terbatas.
• Beberapa metode yang digunakan untuk mendiagnosis hepatitis adalah
Immunochromatography (ICT), ELISA, EIA, dan PCR. Metode EIA dan PCR
tergolong mahal dan hanya tersedia pada laboratorium yang memiliki peralatan
lengkap. Peralatan rapid diagnostic ICT adalah pilihan yang tepat digunakan
karena lebih murah dan tidak memerlukan peralatan kompleks.
• Diagnostik dengan rapid test merupakan alternatif untuk enzym immunoassays
dan alat untuk skrining skala besar dalam diagnosis infeksi VHB, khususnya di
tempat yang tidak terdapat akses pemeriksaan serologi dan molekuler secara
mudah
• Pemeriksaan histologis hati pada pasien hepatitis B kronik tidak dilakukan
secara rutin. Namun, pemeriksaan ini mempunyai peranan penting karena
penilaian fibrosis hati merupakan faktor prognostik pada infeksi hepatitis B
kronik.
• Tatalaksana Hepatitis B
Kadar HBV DNA sebagai “alarm” di mulainya pengobatan. Pada penderita dengan
HbeAg positif kadar HBV DNA (pada umumnya) >20.000 IU/ml, sedangkan pada
penderita HBeAg negative kadar HBV DNA >2.000 IU/ml
TATALAKSANA
HEPATITIS B & C
Hepatitis B
• Sampai sekarang telah terdapat setidaknya 2 jenis obat hepatitis B yang diterima
secara luas, yaitu golongan interferon (baik interferon konvensional, pegylated
interferon α-2a, maupun pegylated interferon α-2b) dan golongan analog
nukleos(t)ida. Golongan analog nukleos(t)ida ini lebih jauh lagi terdiri atas
lamivudin, adefovir, entecavir, telbivudin, dan tenofovir.
a. Interferon
Senyawa ini memiliki efek antiviral, immunomodulator, dan antiproliferatif. Selain itu,
interferon juga akan merangsang produksi protein kinase spesifik yang berfungsi
mencegah sintesis protein sehingga menghambat replikasi virus
• IFN konvensional diberikan dalam dosis 5 MU per hari atau 10 MU sebanyak 3
kali per minggu, sementara Peg-IFN α2a diberikan sebesar 180 µg/minggu, dan
Peg-IFN α2b diberikan pada dosis. 1-1.5 µg/kg/minggu.
– Kontraindikasi pemakaian interferon:
1. Pasien sirosis dekompensata.
2. Pasien dengan gangguan psikiatri.
3. Pasien yang sedang hamil.
4. Pasien dengan penyakit autoimun aktif.
b. Lamivudin
• Analog nukleos(t)ida bekerja dengan menghambat tempat berikatan polimerase
virus, berkompetisi dengan nukleosida atau nukleotida, dan menterminasi
pemanjangan rantai DNA
• Lamivudin (LAM) diminum secara oral dengan dosis optimal 100 mg/hari.
Pemberian satu kali sehari dimungkinkan mengingat waktu paruhnya yang
mencapai 17-19 jam di dalam sel yang terinfeksi
• Beberapa studi telah mencoba membandingkan efektivitas lamivudin dengan
interferon, telbivudin, entecavir, maupun terapi kombinasi. Hasil yang
didapatkan dari semua penelitian tersebut menunjukkan bahwa lamivudin
memiliki efektivitas yang lebih rendah secara bermakna dalam menekan kadar
DNA VHB dan menginduksi serokonversi HBeAg. Bila dibandingkan dengan
interferon, lamivudin juga memiliki angka serokonversi HBsAg yang jauh lebih
kecil
Hepatitis C
• Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, pilihan terapi standar untuk hepatitis C
kronik adalah terapi kombinasi antara Pegylated Interferon-α (Peg-IFNα) dan
ribavirin (RBV). Interferon merupakan protein yang dihasilkan oleh tubuh dan
bersifat sebagai imunomodulator. Mekanisme kerja interferon adalah
menghambat berbagai tahap replikasi virus meliputi saat virus masuk dalam sel
tubuh, uncoating, sintesis mRNA dan sintesis protein. Pegylated ditambahkan
dalam formula obat untuk membuat interferon bertahan lebih lama di dalam
tubuh
KOMPLIKASI
• Hepatitis B kronik merupakan penyulit jangka lama pada pada Hepetitis B akut.
Hepatitis fulminant merupakan penyulit yang paling di takuti karena sebagian
besar berlangsung fatal. 50% kasus hepatitis virus fulminant adalah dari tipe B
dan banyak diantar kasus hepatitis B akut fulminal terjadi akibat ada koinfeksi
dengan hepatitis D atau hepatitis C. Terapi pilihan untuk hepatitis B fulminant
adalah transplantasi hati.
• Hepatitis b juga dapat sebabkan sirosis hati, kondisi dimana jaringan hati
tergantikan oleh jaringan parut yang terjadi bertahap. Jaringan parut ini
semakin lama akan mengubah struktur normal dari hati dan regenerasi sel-sel
hati.
• Sekitar 75-85% penderita hepatitis C akut berkembang menjadi kronik. Dari
hepatitis C kronik 10-20% akan berlanjut menjadi sirosis hati dalam 15-20
tahun, dan setelah menjadi sirosis hati sebanyak 1-5% per tahun berkembang
menjadi karsinoma hati seluler.
THANKYOU!!!