1 SKS
4 sub bahasan yaitu :
a. Terminologi Fitoterapi
b. Kandungan kimia tumbuhan
c. Aktivitas dan keamanan obat herba
d. Fitofarmaka dan suplemen
FITOTERAPI
TERMINOLOGI DAN
KATEGORI OBAT ALAM
TERMINOLOGI FITOTERAPI
• Pengobatan atau pencegahan penyakit menggunakan
tanaman, bagian tanaman, dan sediaan yang terbuat dari
tanaman.
• Obat-obatan yang berasal dari bahan alami.
LINGKUP FITOTERAPI, ada 2 pendapat :
• zat kimia yang diisolasi dari tanaman tidak dapat
didefinisikan sebagai obat herbal (Fitoterapi).
• zat kimia yang diisolasi dari tanaman dapat dikategorikan
sebagai fitoterapi dan mengklasifikasikan zat-zat kimia
tersebut sebagai obat-obat herbal yang potent (forte)
ISTILAH
Fitoterapi
= Obat herbal
= Produk herbal
= Produk obat herbal Obat tradisional
= fitomedisin
= fitofarmaka Pendekatan berbasis holistic
atas dasar penggunaan empiris
Pendekatan berbasis bukti dan tradisional
ilmiah
JAMU
ADALAH
OBAT TRADISIONAL INDONESIA
OBAT TRADISIONAL :
( UU RI NO 36 THN 2009 TENTANG
KESEHATAN )
Pasal 1
• Bahan atau ramuan bahan yg berupa bahan
tumbuhan,hewan,mineral, sediaan sarian(galenik)
atau
• campuran dari bahan tersebut yg secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan dan
dapat diterapkan sesuai dgn norma yg berlaku di
masyarakat.
PERSEPSI TENTANG OBAT
Sedikit efek
Relatif aman
samping
KEUNTUNGAN
OBAT HERBAL Dapat
digunakan
Pada umumnya
sebagai terapi
berbiaya lebih
tambahan untuk
murah dari pada
mengurangi
pengobatan
penggunaan
konvensional
obat
konvensional
GOLONGAN /
REGISTRASI OBAT
1. OBAT KONVENSIONAL
2. OBAT BAHAN ALAM
- JAMU
- OBAT HERBAL TERSTANDAR
- FITOFARMAKA
2. SUPLEMEN/NUTRACEUTICAL
OBAT BAHAN ALAM
SK KEPALA BADAN POM RI NO.
HK.00.05.4.2411
KANDUNGAN KIMIA
TANAMAN
BAHAN ALAM
Terdiri dari Bahan alam nabati
BAHAN ALAM
Bahan alam hewani
Bahan alam mineral
dapat berupa
Simplisia nabati
Terdiri dari
simplisia Simplisia hewani
Simplisia mineral
Hasil olahan
simplisia
Ekstrak medisinal
Senyawa kimia murni untuk obat
Senyawa kimia murni untuk precursor
SUMBER OBAT
Plants
– morphine sulfate, atropine
• Animals and/or Humans
– insulin, ACTH
• Minerals
– sodium bicarb, calcium
• Synthetic (Chemical Substances)
– lidocaine, diazepam
SENYAWA KIMIA PADA TUMBUHAN
Karbohidrat
Metabolit
primer Protein
Lemak
Fitokimia
Alkaloid
Senyawa
Metabolit
kimia Flavonoid
sekunder
tumbuhan
Minyak atsiri
Metabolit
Metabolit Kuinon
Fitoaleksin
tekanan
tekanan Terpenoid -
steroid
dsb
SENYAWA AKTIF DARI TANAMAN DAN
DIGUNAKAN DI KLINIK
Catharanthus roseus
• Vincristine
DIGUNAKAN UNTUK : Lymphatic, leucaemia, lung cancer and
breast cancer
• Vinblastine
DIGUNAKAN UNTUK : renal, testicular, head and neck cancer
MORPHINE
Papaver somniferum
RESERPINE
Rauwolfia serpentina
ALKALOID LAIN…
Noscapine :
• Agen anti-tussive untuk meredakan batuk dan diberikan sebagai obat
batuk konvensional.
• Jika dalam komponen obat herbal mengandung beberapa komponen
aktif farmakologis lainnya yang dapat memodifikasi aksi alkaloid –
terjadi perubahan durasi efek, atau pengurangan intensitas efek
samping.
TERPENOID
• Senyawa yang tersusun dari unit-unit isoprenoid (unit C-5)
• Melimbah dan beberapa senyawa baru ditemukan di alam
• Sebagian besar disintesis oleh tanaman, sebagian oleh serangga, bakteri,
jamur
• Dikelompokan dalam klas : monoterpene, diterpen, triterpene,
tetraterpen
• Aktivitas yang telah dilaporkan : antikanker, antimikroba, antifungi,
antiparasit, antivirus, antialergi, antihiperglikemia, antiinflamasi,
immunomodulator
TERPENOID
TAXOL
• One of the most
promising compounds in
the treatment of cancer
• It is a diterpenoid
isolated form Taxus
brevifolia and Taxus
baccata
T. brevifolia
ARTEMISININE
THE MOST PROMISING ANTIMALARIAL DRUG
Artemisia annua
• Artemisinine is isolated from Artemisia annua by Chinese
scientists
• Among its synthetic derivatives Artementher and Arteether are
important
POLIFENOL
• They are Phenolic substances derived from edible plants which
are capable of scavenging the toxic free radicals from human
body.
Curcuma longa
GINGEROL
Zingiber officinale
FLAVONOID
DIOSMIN
• Dalam Scrophularia nodusa L
• Menstimulasi sel β-pancreas
memproduksi insulin
• Menurunkan kadar lipid, gula darah,
lipid peroksidase
PERLU
STANDARISASI
OBAT BERMUKA DUA
1. MANFAAT :
satu obat bisa mendatangkan satu atau lebih efek
yg menguntungkan yg digunakan utk medikasi
2. MERUGIKAN/TIDAK MENGUNTUNGKAN :
satu obat mempunyai beberapa macam efek
merugikan dg berbagai tingkatan dari yg ringan,
berat s/d fatal (side effect & adverse effect)
Besar kecilnya manfaat/mudarat pengobatan
tergantung dari :
- dosis,
- kadar obat dlm darah
- lama keberadaan obat dlm tubuh.
LD 50
ED50
FUNGSI ORGAN PENDERITA
30 JENIS
1 Abri Semen Biji Saga Abrus precatorius L.
2 Aconiti Herba Herba Akonitum Aconitum spesies
3 Adonidis vernalis Herba Herba Adonidis Adonis vernalis L
4 - Aristolochia Aristolochia spesies
5 Belladonae HerbaHerba beladon Atropa belladona
6. Colchici Semen Biji Kolkhisi Colchicum altumnale L.
7 - Colochinthidis semen -Citrullus colochinthidis (L.) Schrader
- Colochinthidis fructus
8. - Crotonis Semen - Biji Cerakin Croton tiglium L.
- Crotonis Oleum - Minyak Cerakin
9. Datura Semen Biji Kecubung Datura spesies
10 Digitalis Folium Daun Digitalis Digitalis species
11 Ephedra Herba Herba Efedra Ephedra spesies
12. Filicis Rhizoma Akar Filisis Dryopteris filix-max (L.)Schott
13. Gandarusa Gandarusa Justicia gendarrusa burm f.
14. Gum resin Gummi Gutti Garcinia hanburyii hook f.
15. Hydrastidis Rhizoma Akar Hidrastis Hydrastis canadensis. L.
16. Hypericum perforatum Herba St. John’s wort Hypericum perforatum L.
17. Hyoscyami Folium Daun Hiosiami Hyoscyamus niger. L.
65
Peraturan Kepala BPOM RI
Nomor: HK.00.05.41. 1384 thn 2005
II. Hewan
1. Buvo vulgaris/ Samsu/ Kodok kerok
2. Lyttavesicotaria/Cantharis
III. MINERAL
1. Chalcanthite/tembaga sulfat (II)
pentahidrat/blue stone/blue Vitriol 6. senyawa arsen
2. Cinnabaris - arsen trioksida/As2O3
3. Litharge (PbO) - arsen triklorida/As2Cl3
4. Minium / pumblum tetraoksida / - Orpiment /Arsen
Pb3O4 Trisulfida/As2S3)
7. senyawa raksa
5. Realgar
-merkuro klorida/HgCl
-merkuri klorida/HgCl2
-merkuri sulfide/HgS
8. Sulfur (S) kecuali utk obat luar.
66
ALASAN PELARANGAN
• Tanaman Ephedra
ES yg dihubkn dgn serangan jantung & strok
• Tanaman Aristolochia sp
ES gagal ginjal stadium lanjut
Asam Aristolokat (Aristolochic Acid) yg berpotensi karsinogenik
• Tanaman kava-kava (KepKBPOM No HK 00.05.4.02647)
ES yg dihubngkan dgn resikohepatotoksik
• Cinchonae cortex & Artemisiae folium (PerKBPOM HK 00.05.41.2803
Tahun 2005)
scr swa pengobatan dpt menyebabkan resistensi Plasmodium
falciparum & Plasmodium vivax thd obat anti malaria
• Pausynistalia yohimbe (PerKBPOM No HK 03.1.23.05.12.3428 Thn 2012)
ES stimulasi & paralisis SSP
• Coptis sp, Berberis sp, Mahonia sp, Chelidonium majus, Phellodendron sp,
Arcangelica flava, tinosporae radix (PerKBPOM No 10 Th 2014)
iritasi ginjal & nefrotoksik
• Cataranthus roseus (PerKBPOM No 10 Th 2014)
depresi sumsum tulang 67
PerKaBPOM No 5 Tahun 2016
1. mengandung BKO;
2. mengandung bakteri patogen;
3. tdk memenuhi persyaratan mutu;
4. mengandung bahan yg berdasarkan hasil kajian terkait dg
keamanan, khasiat/manfaat, mutu, dan penandaan berisiko
terhadap kesehatan masyarakat; dan/atau
5. penandaan tdk sesuai dgn persetujuan izin edar.
1 & 2 Penarikan Kelas I
3, 4, 5 Penarikan Kelas II
68
PerKaBPOM No 5
Penarikan dilakukan thd OT: Tahun 2016
Penandaan :
tidak boleh diklaim berkhasiat menyembuhkan penyakit-
penyakit tertentu.
Dipromosikan berkhasiat mencegah timbulnya penyakit
tertentu atau meningkatkan daya tahan tubuh agar
terhindar dari penyakit.
74
PERBEDAAN SUPLEMEN DENGAN PANGAN FUNGSIONAL :
• + Kepmenkes RI No 56/Menkes/SK/I/2000
• + PerKBPOM Nomor HK.00.05.41.1384 thn 2005
• + PerKBPOM no 7 tahun 2014
• + PerKBPOM no 21 tahun 2015
DAFTAR OBAT TRADISIONAL yg HARUS
DIKEMBANGKAN MENJADI FITOFARMAKA
(Lamp. 760/Menkes/Per/IX/1992):
19 JENIS AKTIVITAS
- Antelmintik - Anti ansietas
- Anti asma - Anti diabetes
- Anti diare - Anti hepatitis kronik
- Anti herpes Genetalis - Anti hiperlipidemia
- Anti hipertensi - Anti hipertiroidisme
- Anti histamin - anti inflamasi
- Anti kanker - anti malaria
- Anti TBC - antitusif/ekspektorn
- Disentri - dispepsia (gastritis)
- Diuretik
77
Komposisi & bhn baku :
• bhn baku : sediaan galenik
• Hendaknya 1 bahan; jika tdk memungkinkan, tdk lbh dr 5
bahan (jika lebih dari 5 dinilai khusus)
• masing-masing bhn baku hrs diketahui keamanan &
khasiatnya sekurang2nya berdasar pengalaman
• Penggunaan zat kimia berkhasiat (tunggal murni) dilarang
• Persyaratan bhn baku : FI, Ekstra FI, MMI, persyaratan lain yg
berlaku
• kebenaran khasiat ramuan hrs dibuktikan dg uji klinik
• utk menjamin keseragaman khasiat & keamanan fitofarmaka
pengadaan bhn baku yg terjamin keseragaman komponen
aktifnya bhn baku sebelum digunakan hrs diuji mll analisis
kualitatif & kuantitatif.
• Pada analisis thd ramuan, sebagai baku pembanding digunakan
zat utama atau zat identitas lainnya.
78
TAHAPAN PENGEMBANGAN FITOFARMAKA
• Pemilihan
• Uji Farmakologik
– Penapisan aktivitas farmakologik
jk blm ada petunjuk ttg khasiat
– pemastian khasiat jk ada petunjuk ttg khasiat
• Uji Toksisitas
1. uji toksisitas akut 4. Uji toksisitas spesifik
2. uji toksisitas sub kronis - toksisitas pd janin
3. uji toksisitas kronik - mutagenesis
- toksisitas topikal
- toksisitas pd darah dll
• Uji farmakodinamik
• Pengembangan sediaan (formulasi)
• Penapisan fitokimia & standarisasi sediaan
• Uji klinik
TAHAP PEMILIHAN (SELEKSI)
PRIORITAS PEMILIHAN :
1. bhn baku relatif mudah diperoleh
2. Didasarkan pd pola penyakit di Indonesia
3. Perkiraan manfaatnya thd penyakit tertentu cukup besar
4. Memiliki ratio resiko & kegunaan yg menguntungkan penderita
5. Merupakan satu-satunya alternatif pengobatan
TAHAP UJI FARMAKOLOGIK
• Penapisan efek farmakologi
– utk melihat kerja farmakologi pd sistem
biologik petunjuk adanya khasiat terapi
– utk menghindari pemborosan pd tahap uji lebih
lanjut.
– Uji scr invitro/invivo
• Pemastian khasiat calon fitofarmaka percobaan
in vivo pd mamalia
tdk semua khasiat terapi calon obat bisa
diperkirakan langsung dr model hewan percobaan.
Yg bs : daya analgetik, anti hipertensi, anti
diabetik, anti arthritis, daya menidurkan
PKBPOM RI NOMOR 7 TAHUN 2014
TAHAP UJI TOKSISITAS
82
A. UJI TOKSISITAS AKUT ORAL
• adlh deteksi efek toksik yg muncul dlm waktu singkat stlh
pemberian oral dlm dosis tunggal, atau dosis berulang yg
diberikan dlm wkt 24 jam; jk scr berulang, interval wkt > 3 jam.
• Prinsip : bbrp tingkat dosis diamati adanya efek toksik dan
kematian. Hewan mati & hidup diotopsi utk dievaluasi gejala
toksisitas diamati makropatologi pd tiap organ.
• Pengamatan dilakukan tiap hari, min 14 hari
– sistem kardiovaskuler, pernafasan, somatomotor, kulit & bulu,
mukosa, mata, sistem syaraf otonom, sistem syaraf pusat,
tingkah laku, dsb.
– Perhatian tremor, kejang, salivasi, diare, letargi, lemah, tidur
dan koma waktu timbul & hilangnya gejala toksik dan saat
terjadinya kematian.
– Hewan uji sekarat dikorbankan & dimasukkan dlm hitungan
sbg hewan mati.
83
• Tujuan :
– mendeteksi toksisitas intrinsik suatu zat
– menentukan organ sasaran, kepekaan spesies,
– memperoleh informasi bahaya setelah pemaparan suatu
zat scr akut
– memperoleh informasi awal yg dpt digunakan utk
menetapkan tingkat dosis
– merancang uji toksisitas selanjutnya
– memperoleh nilai LD50 suatu bahan/sediaan
– penentuan penggolongan bahan/ sediaan & pelabelan.
• Kriteria penggolongan sediaan uji (obat, OT, pangan)
84
C . U J I T OK S I S I T A S K R O N I S OR A L
• Adlh pengujian mendeteksi efek toksik yg muncul stlh pemberian scr berulang
sampai seluruh umur hwn.
• utk uji bahan yg penggunaannya berulang > 4 minggu.
• Prinsipnya sama dgn uji toksisitas subkronis, tetapi sediaan uji diberikan >12
bulan.
• Tujuan : Dpt informasi adanya:
– Efek toksik yg tdk terdeteksi pd uji toksisitas subkronis.
– Karakterisasi toksisitas dari zat uji yg dipaparkan dlm waktu lama dan
berulang
– menentukan NOAEL, dosis yg tdk menimbulkan efek toksik
• Min 3 variasi dosis .
– dosis paling tinggi efek toksik ttp tdk insiden fatal
– dosis menengah menunjukkkan tingkatan pengaruh toksik
– dosis paling rendah tdk menimbulkan gejala toksik NOAEL
• Bila pada dosis 1000 mg/kg BB tdk dihasilkan efek toksik, dosis tdk perlu
dinaikkan lagi.
• Hrs dirancang sedemikian rupa agar dpt informasi toksisitas scr umum meliputi
efek neurologi, fisiologi, hematologi, biokimia klinis & histopatologi.
85
TAHAP UJI
FARMAKODINAMIK
– utk mengetahui scr luas pengaruh farmakologi pd
berbagai sistem biologi.
– Jika perlu, diuji pd hewan scr in vitro atau invivo
– Bila calon fitofarmaka sdh menjalani uji penapisan
biologik (tahap 2) & dipandang belum bisa atau
belum mungkin utk dikerjakan uji farmakodinamik,
maka hal ini seyogyanya tdk merupakan penghambat
utk lebih lanjut
TAHAP PENGEMBANGAN SEDIAAN
(FORMULASI)
fitofarmaka memenuhi syarat kualitas
maupun estetika
tdk memberi bau atau rasa yg
menyebabkan kegagalan Uji
mempunyai ketersediaan hayati yg baik
TAHAP PENAPISAN FITOKIMIA & STANDARISASI SEDIAAN
87
TAHAP UJI KLINIK
• Fase I
sukarelawan sehat, utk uji keamanan & tolerabilitas OT
• Fase II awal
dilakukan pd pasien jumlah terbatas, tanpa pembanding
• Fase II akhir
dilakukan pd pasien jumlah terbatas, dgn pembanding
• Fase III
uji klinik definitif
• Fase IV
pasca pemasaran, utk mengamati ES yg jarang atau yg lambat
timbulnya
TAHAP UJI KLINIK
Tahap awal (uji klinik rancangan terbuka)
– uji klinik tanpa pembanding
– thd pasien dgn jumlah terbatas utk melihat efek farmakologik
(farmakodinamik & farmakokinetik) & efek yg tak diinginkan
(toksik).
– merupakan uji klinik tahap awal & bukan uji klinik yg formal &
definitif pelaksanaannya harus dgn metodologi yg memadai &
prinsip etika dipenuhi.
– tujuan :
• melihat adanya kemungkinan manfaat klinik.
• menentukan dosis yg dpt menimbulkan efek.
• melihat adanya tolerabilitas pasien thd dosis tersebut.
• menilai hubungan antara dosis dgn efek (yg diinginkan & tdk
diinginkan).
• utk mengetahui profil farmakokinetik (absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi)
Tahap lanjut (uji klinik terkendali)
• uji klinik dgn pembanding.
• dilakukan jika sudah dipastikan adanya efek yg diketahui.
• subyek uji terbagi acak dgn pengelompokan calon fitofarmaka,
kontrol negatif, & kontrol positif.
• uji klinik definitif dgn subyek lebih banyak
SKEMATIK
PENGEMBANGAN OT UJI PRAKLINIK OBAT TRADISIONAL
obat jadi
PELAYANAN KESEHATAN
TUGAS MAKALAH
• Sambiloto - ANDROGRAFOLIDE
• Meniran - PHYLANTIN
• Temulawak – KURKUMIN
• Daun jambu biji – rutin
• Bawang – allisin
• Kumis kucing – sinensetin
• Buah mahkota dewa – Falerin
• Mengkudu – scopolentin
Aspek tinjauan
tanaman habitat, Aspek Aktivitas &
budidaya & kandungan kimia
Pemanenan
Aspek pemanfaatan :
Aspek metode Isolasi
empiris, ilmiah dan
& karakterisasi
pengembangan
senyawa aktif/marker
produk komersial
Aspek tinjauan
ilmiah kandungan
kimia spesifik
TERIMAKASIH