“Kasus 1”
Dosen Pengampu :
Dr. apt. Samuel Budi Harsono, M.Si
Disusun Oleh :
Dhiya Hanifan (2120414598/A)
Diah Purwitasari (2120414599/A)
Manajemen logistik merupakan seni dan ilmu yang mengatur dan mengontrol
arus barang, energi, informasi, dan sumberdaya lainnya dengan tujuan untuk
mengoptimalkan penggunaan modal. Dalam penyelenggaraannya terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan yaitu tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat harga, tepat
kualitas. Ketidakefisienan melakukan manajemen logistik memberikan dampak negatif
terhadap rumah sakit baik dari segi medis maupun non medis. Manajemen logistik juga
digunakan sebagai informasi yang digunakan dalam pengambilan kebijakan di rumah
sakit.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan bagian Rumah Sakit (RS)
tempat diselenggarakannya pekerjaan kefarmasian.1 Pekerjaan kefarmasian mencakup
penyiapan perencanaan kerja kefarmasian, pengelolaan sediaan farmasi, pelayanan
farmasi klinik, dan pelayanan farmasi khusus. Pelayanan kefarmasian merupakan
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada penderita yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita (Mellen RC, Pudjirahardjo WJ. 2013).
A. Kasus
Sistem pengadaan obat menggunakan dana APBD di RS “A” kurun waktu
2015-2017 berdasarkan Keputusan Presiden dan Keputusan Gubernur. Pembelian obat
dalam jumlah besar, waktu pengadaan obat cukup lama, frekuensi pembelian 1-2 kali
setahun. Dari pemeriksaan Bawasda Pemerintah Propinsi bulan Juni 2017 ditemukan
obat rusak dan kadaluwarsa senilai Rp. 82.210.626,00. Adanya penumpukan sejumlah
obat, obat yang tidak diresepkan tinggi dan stock out tinggi. Hal ini dapat diduga bahwa
ketersediaan dan efisiensi obat di Rumah sakit “A” kurang baik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di RS “A” kurun waktu 2015-
2018 sudah berdasarkan Keppres 18 tahun 2017 dan Kepgub 172 tahun 2018 dengan
pelelangan dan penunjukan langsung dengan SPK. Terdapat beberapa hal dari hasil
evaluasi antara lain: waktu pengadaan obat cukup lama (1-3 bulan), frekuensi
pengadaan obat kecil (1-2) kali setahun, prosedur pengadaan melalui beberapa tahapan
yang baku. Hal tersebut mengakibatkan penumpukan obat yang tinggi (tahun 2015;
2016; 2017 nilainya 54%; 46%; 30%), obat tidak diresepkan tinggi (tahun 2015; 2016;
2017 nilainya 29,01%; 26,02 %; 16,59%), stock out obat lama (15-276 hari), obat
rusak/ kadaluarsa tinggi (tahun 2015; 2016; 2017 nilainya 21,81%; 28,02%; 26,69%),
dan nilai TOR setiap tahun rendah (tahun 2015; 2016; 2017 nilainya 3,44; 3,71; 3,88).
Dari pengamatan yang dilakukan di IFRSUD “A” ternyata ketersediaan obat
yang ada didalam DOEN tahun 2017 adalah 57,56 %, anggaran yang disediakan untuk
pengadaan obat sebesar 6,51 % dari keseluruhan anggaran rumah sakit, persentase
kesesuaian jumlah item obat yang direncanakan dengan kenyataan pakai sebesar
72,73%, kecocokan antara obat dengan kartu stock adalah 82,1 %, indikator tingkat
ketersediaan obat sebesar 11,47 bulan, rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani
resep sampai ke tangan pasien untuk obat racikan sebesar 20 menit, dan non racikan
sebesar 10 menit, persentase nilai obat yang kadaluwarsa dan rusak adalah 32,21 %,
persentase stok mati sebanyak 8 item obat dari 165 item obat yang digunakan dan jika
di persentasikan sebesar 4,85%, jumlah item obat tiap lembar resep adalah 3,23 macam
item obat, persentase penulisan obat generik adalah 96,52%, persentase resep yang
tidak terlayani selama tahun 2017 adalah 13,84% dari jumlah semua total resep,
persentase obat yang dilabeli dengan benar adalah 95,1%
Pertanyaan:
1. Jelaskan permasalahan dari kasus di atas!
2. Berikan solusi yang tepat berdasarkan standar yang ada!
3. Berikan gambaran seharusnya yang harus dilakukan oleh apoteker RS tersebut agar
solusi yang disarankan tersebut bisa berjalan sesuai dengan yang distandartkan!
C. Solusi
1. Seleksi
Membentuk PFT dan menyusun formularium rumah sakit dan fungsi PFT di
dalam memilih obat yang memenuhi standar efficasy, safety,sebagai kriteria
dalam seleksi obat
2. Perencanaan
Menggunakan data sisa persediaan dan data penggunaan periode lalu sebagai
dasar perencanaan
Menggunakan 10 penyakit teratas di dalam proses seleksi dan perencanaan
Melakukan perencanaan obat dengan selektif yang mengacu pada prinsip
efektif, aman, ekonomis dan rasional dan diadakan koreksi dengan metode
ABC-VEN
3. Pengadaan
Harus memilih supplier secara selektif (pabrikan, distributor) yang
memenuhi aspek mutu produk yang terjamin, aspek legal dan harga murah.
Pengadaan dilakukan cepat
Frekuensi pengadaan ditambah
Melakukan koordinasi rutin kepada supplier/ distributor dan kerjasama
dengan beberapa apotek di luar RSUD dalam penyediaan obat-obatan cito
Menetapkan SOP dan waktu pengadaan obat melalui pembelian langsung.
4. Penyimpanan
Mengendalikan jumlah persediaan, menyediakan data persediaan dan
dukungan SIM (Sistem Informasi Manajemen) berbasis IT
Pendataan obat-obatan yang mendekati tanggal kadaluwarsa.
Pemantauan dan pengawasan terhadap stock setiap bulan agar dapat
diketahui adanya obat yang merupakan stock mati
5. Distribusi
Mengevaluasi dan melakukan sistem perencanaan dan pengadaan obat dengan
selektif disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit serta mengacu pada prinsip
efektif, aman, ekonomis dan rasional.
6. Penggunaan
Peran PIO dalam memberikan informasi obat sehingga peresepan obat lebih
rasional, efektif dan efisien
Perlu adanya SIM di dalam mengawasi dan menjamin kualitas obat dari
kondisi stock sehingga terhindar dari kerusakan, kehilangan, kekurangan dan
kelebihan.
BAB III
PEMBAHASAN
Bleich SN, Özaltinb E, Murray CJL. How does satisfaction with the health-care system
relate to patient experience?. Bull World Health Organ. 2009;87(4):271–8. doi:
10.2471/BLT.07.050401
Lilihata R.N., 2011, Analisis Manajemen Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Masohi Kabupaten Maluku Tengah (Tesis). Jogjakarta : Fakultas
Farmasi. Universitas Gadjah Mada
Mellen RC, Pudjirahardjo WJ. Faktor penyebab dan kerugian akibat stockout dan
stagnant obat di unit logistik RSU Haji Surabaya. Universitas Airlangga.
Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia. 2013;1(1):99–106.
Siregar,C.J.P., dan Amalia, L., 2003, Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Penerapan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta