Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seleksi adalah pemeriksaan masalah pada unit pelayanan Kesehatan
hingga menetapkan terapi yang optimal, dengan bentuk dan dosis yang
baik, dengan pemilihan acuan standar obat yang tertera pada
formularium nasional, dan menggunakan obat esensial dan obat
generik sebagai obat utama dalam terapi (Depkes RI, 2004). Pentingnya
proses seleksi ialah untuk menyediakan suplai obat dalam jumlah yang
cukup, memberikan outcome kesehatan guna peningkatan bagusnya
pengadaan pada drug supply, memberikan peningkatan pada terapi
obat dan menurunkan biaya, pengadaaan, penyimpanan dan distribusi
yang efektif (Peters, 2006). Pada penelitian yang dilakukan Prinja tahun
2015 mengenai ketersediaan obat di India, bahwa suatu sistem
kesehatan memerlukan pengadaan bahwasanya obat esensial harus
tersedia untuk pasien. Tahapan seleksi berdasarkan obat esensial
mempunyai pengaruh tinggi terhadap ketersediaan obat dimana berada
pada keadaan sumber daya yang terbatas, daftar obat esensial dapat
membatasi jumlah pembelian yang tidak diperlukan, berguna untuk
menghemat anggaran (Quick, et al., 2012).

Rumah sakit menjalankan proses suatu prinsip rancangan yang


efektif, penerapan dan meningkatkan suatu mutu pada seleksi, mutu
pengadaan, mutu penyimpanan, mutu peresepan atau permintaan obat
atau tugas pengobatan, penyalinan resep, pendistribusian obat,
penyiapan (dispensing),
pemberian obat, dokumentasi, dan memantauan jalanya terapi obat.
Obat yang digunakan secara tidak aman (unsafe medication practices)
dan pengunaan obat yang salah (medication errors) mengakibatkan
bahaya dan luka pada suatu sistem pelayanan kesehatan dimanapun.
Demikian dari efek yang di timbulkan rumah sakit untuk patuh pada
undang-undang, dengan membuat sistem pelayanan kefarmasian di RS
dan keamanan dalam pengunaan obat yang selalu mengupayakan
penurunan pemberian obat yang salah (SNARS, 2018).
Indikator berguna untuk mencapainya suatu standar yang
diperlukan, penerapan pada standar sebagai tolak ukur yang akan
menunjukan suatu patuh dengan penetapan standar yang berlaku. Hasil
tingginya kesesuaian pada indikator suatu pekerjaan akan menunjukan
kinerja yang sesuai pada indikator. Dibedakan menjadi dua yaitu
indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan guna
melaksanakan suatu pengukuran dengan hasil normal atau tidaknya
hasil standar, suatu proses dan lingkunganya. Yang selanjutnya indikator
penampilan minimal adalah suatu penetapan indikator guna mengukur
tercapainya standar atau tidak pada penampilan minimal suatu
pelayanan yang di lakukan. Guna mendapatkan suati indikator yang
bagus memenuhi kesesuaian diantaranya mempunyai kesesuaian
dengan tujuan, mudahnya pencarian informasi, ringkas, dapat di
mengerti dengan mudah, lengkap dan tidak membuat suatu perdebata
arti (Depkes, 2014).
Pada tahap seleksi mempunyai suatu indikator efisiensi pengolahan
obat di instalasi farmasi rumah sakit, agar hal ini di fahami pada fungsi
dan kendala di suatu tahapan pengolahan oabat di intstalasi farmasi
rumah sakit (Pudjaningsih, 2006). Dalam artian pemilihan jenis obat,
serta pertanggungjawaban metode yang digunakan dalam seleksi obat
harus efisien. Hal ini dapat diaplikasikan pada proses seleksi, nilai obat
generic dan nilai obat esensial. Mengacu pada keputusan Menteri
Kesehatan RI Tentang Standar Pelayanan Farmasi di RS (2004).
Menentukan suatu seleksi obat pada rumah sakit ialah bagian dari
peran aktif apoteker pada suatu kepanitiaan farmasi dan terapi guna
penetapan suatu kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi
pembelian di suatu rumah sakit.

Riset yang berhubunggan dengan seleksi obat di rumah sakit


indonesia paling sering dilakukan dengan mengevaluasi kesesuaian
seleksi obat di rumah sakit dengan formularium nasional dan DOEN
(Latifah,2018). Pada penelitian Analisis Sistem Formularium Tahun 2013
di Rumah Sakit St. Elisabeth Bekasi, ada beberapa pengunaan obat yang
tidak mengacu pada formularium sehingga diadakan evaluasi, apakah
golongan obat tersebut benar tidak tersedia pada formularium rumah
sakit atau banyak obat me too yang sebenarnya sudah ada (Sally, 2015).
Beberapa hasil evaluasi di IFRSUD H. Hasan Basery mengacu pada
indikator Depkes bisa disimpulkan belum tercapainya standar indikator,
dikarenakan obat yang belum sesuai dengan formularium nasional II
pada daftar obat generic 0,12%, obat pelengkap 55,22% dan obat BPJS
53,21%. Pada suatu indikator
dari departemen kesehatan menerangkan kesesuaian obat harus 100%
yang tersedian di formularium nasional II (Maulidie, 2016). Nilai obat
esensial yang disimpan di Instalasi Farmasi rumah sakit Kabupaten
Papua Selatan menunjukkan bahwa kecocokan antara tingkat
kesesuaian obat esensial pada DOEN 2013 sebesar 57,81% pada
instalasi farmasi rumah sakit kabupaten. Karena perencanaan obat
esensial yang mengacu pada DOEN belum diprioritaskan mengakibatkan
ketidaksesuaian yang sanggat signifikan, dimana kecocokan obat
esensial dengan DOEN harus 100% (Yohanes,2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukann Azizah tahun 2017 tentang
analisi pengukuran kinerja kemampuan pada RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro menunjukan hasil pendapatan rumah sakit yang
menurun pada 3 tahun terakhir. Hal ini dapat disebabkan oleh
kurangnya perencanaan pada tahap seleksi, karena pada tahap seleksi
memilih obat yang berkaitan dengan keuangan yang memiliki rasio
anggaran yang lebih besar dibandingkan dengan angaran lain di rumah
sakit. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk menganalisis tahap seleksi
obat di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro degan mengambil judul “Analisis
Seleksi Obat di Instalasi Farmasi RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Periode
2017/2018”.
1.2. Rumusan Masalah
Pada hasil latar belakang yang sudah disebutkan, agar dapat dijadikan
perumusan masalah sebagai berikut: “Apakah seleksi obat di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
selama periode 2017/2018 sudah sesuai dengan standar indikator efesiensi seleksi obat
esensial?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui seleksi obat di Instalansi Farmasi RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Selama Periode
2017/2018 sesuai dengan standart indikator efisiensi seleksi obat esensial (76%).
1.3.2. Tujuan Khusus
A. Mengetahui dan mendapatkan informasi tentang proses penyusunan formularium rumah
sakit di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro.
B. Mengetahui pemilihn obat esensial secara efisien pada tahap seleksi di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro selama periode 2017/2018.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro dapat menggambil manfaat dari penelitian ini pada bagian
manajemen seleksi obat. Menjadikan suatu acuan evaluasi agar dapat memberikan efek
peningkatan kualitas menyangkut pada manajemen seleksi obat. Dari hasilnya dapat
dimanfaatka guna sumbangsi masukan perbaikan proses seleksi obat.

1.4.2. Manfaat Insitusi


Agar efisiensi dan produktifitas dapat meninggkat, guna menjadi acuan evaluasi dalam seleksi
obat.
1.4.3. Manfaat Praktisi
Diharapkan manfaat yang dapat diambil dalam menjadikan suatu acuan dan di pakai pada
manajemen seleksi obat di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengelolaan obat di rumah sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit meliputi pengelolaan obat terdiri dari:
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai ini berdasarkan:
a) Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi
b) Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang telah ditetapkan
c) Pola penyakit
d) Efektifitas dan keamanan
e) Pengobatan berbasis bukti
f) Mutu
g) Harga
h) Ketersediaan di pasaran
2. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu
dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan
obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan
harus mempertimbangkan:
a) Anggaran yang tersedia
b) Penetapan prioritas
c) Sisa persediaan
d) Data pemakaian periode yang lalu
e) Waktu tunggu pemesanan
f) Rencana pengembangan
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga
yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan
merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan,
penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan
spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
a) Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa
b) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet
(MSDS)
c) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
harus mempunyai Nomor Izin Edar
d) Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali
untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi
tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.
4. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus
dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa Obat disimpan
secara benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus
disimpan terpisah yaitu:
a) Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan
diberi tanda khusus bahan berbahaya.

b) Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi


penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas
medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari
tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis
di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,
bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan
prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai
sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan
penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan Obat.
5. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis,
jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem
distribusi yang dapatmenjamin terlaksananya pengawasan dan
pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di unit pelayanan.
B. Profil Rumah Sakit RSUD Tobelo
RSUD Tobelo berdiri sejak tahun 1992, merupakan pengembangan
dari Puskesmas Tobelo dimana pada waktu itu dijadikan Puskesmas
Perawatan dibawah pimpinan dr. Ali Rizal Albar. Pada tahun 1996 terjadi
Pengalihan Kepemimpinan dari dr. Ali Rizal kepada dr. Rosmina Umar Hi.
Tjan. Pada tahun 1998 Puskesmas Perawatan berubah statusnya
menjadi Rumah Sakit Tipe D melalui SK Bupati Maluku Utara yang
pimpinannya adalah dr. Rosmina Umar Hi. Tjan sampai tahun 2000
(Pemda Halut, 2008).
Gambar 1. Tampak Depan RSUD Tobelo
RSUD Tobelo adalah Lembaga Teknis milik Pemerintah Daerah yang
berkedudukan di Pusat Kota Tobelo Kabupaten Halmahera Utara
Provinsi Maluku Utara tepatnya beralamat di Jln. Landbouw Desa
Gamsungi. Dibangun di atas lahan seluas ± 5.6 Ha dan luas
bangunannya ± 4.600 m2. Pada tahun 2008 berdasarkan SK Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 490/MENKES/SK/V/2008,
tanggal 28 Mei 2008 Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo milik
Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara Provisi Maluku Utara
ditetapkan menjadi tipe C (Pemda Halut, 2008).
Visi Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo “Menjadi Rumah Sakit
Rujukan Regional Terpercaya dan Terjangkau oleh masyarakat di
Propinsi Maluku Utara Tahun 2021”. Berbagai persiapan pun telah
dilakukan. Pembenahan terus diupayakan, hingga Rumah Sakit
Pemerintah ini, dapat memenuhi kriteria
Misi Rumah Sakit Umum Daerah Tobelo yaitu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan rujukan yang profesional, terjangkau serta
mengutamakan kepentingan pelanggan dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas SDM pada semua lini di rumah sakit. Menyelenggarakan tata
kelola rumah sakit yang profesional serta mengembangkan dan
menciptakan lingkungan yang sehat.
C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep


D. Keterangan Empirik
Penelitian ini dilakukan untuk melihat kesesuaian standar
pengelolaan obat yang ditetapkan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah Tobelo, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian sssDi Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai