Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PERENCANAAN OBAT INVESTASI TINGGI TERHADAP

KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI ABC-


VEN DI INSTALASI FARMASI PUSKESMAS LEBDOSARI SEMARANG
TAHUN 2020

PROPOSAL

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh :

Dita Dwi Ariyanti

NIM : 219063

POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA

SEMARANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instalasi Farmasi merupakan unit pelaksana fungsional yang


menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian. Pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan tanggung jawab kepada
pasien berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien, selain itu instalasi farmasi juga merupakan bagian/
unit/ divisi yang menjamin ketersediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis
habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau dengan
melakukan perencaaan sediaan farmasi (Permenkes No 72, 2016)

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi sediaan farmasi untuk


menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi dalam rangka pemenuhan
kebutuhan puskesmas yang menentukan keberhasilan selanjutnya.
Pengelolaan obat yang tidak efisien menyebabkan tingkat ketersediaan obat
menjadi berkurang, terjadi kekosongan obat, banyaknya obat yang menumpuk
akibat dari perencanaan obat yang tidak sesuai, serta biaya obat yang menjadi
mahal disebabkan penggunaan obat yang tidak rasional. Oleh karena itu
diperlukan pengelolaan yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara
berkesinambungan (Hijrah, 2013). Menurut Fatra dkk (2011) dalam sektor
kesehatan, besar omset obat dapat mencapai 50%- 60% dari anggaran
puskesmas. Sehingga instalasi farmasi sebagai pelaksana perencaaan obat
harus menjamin ketersediaan obat setiap saat yang diperlukan dalam jumlah
yang cukup dan bermutu untuk mendukung pelayanan yang baik di rumah
sakit. Selain itu, karena biaya/ investasi yang besar dikeluarkan oleh
puskesmas pada pengelolaan obat terutama pada tahap perencanaan, maka
perlu dilakukan evaluasi terhadap tahap perencaan sediaan farmasi.
Evaluasi perencaan sediaan farmasi bertujuan untuk mengendalikan
pengadaan obat- obatan secara efektif dan efisien. Cara evaluasi yang dapat
dilakukan dalam penelitian melalui bebrapa indikator perencanaan obat yaitu
indikator ketepatan perencanaan, besarnya jumlah investasi, persentase
komulatif, persentase investasi dan dilakukan dengan analisis metode
kombinasi ABC-VEN. Analisis ABC (pareto) merupakan analisis yang
didasarkan atas nilai ekonomis barang. perencanaan yang telah dibuat harus
dilakukan korelasi menggunakan metode analisis ABC karena suatu jenis obat
dapat memakan anggaran besar apabila pemakaiannya banyak dan harganya
mahal. Metode analisis ABC digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu
Kelompok A dengan nilai investasi tinggi, Kelompok B dengan nilai investasi
sedang dan Kelompok C dengan nilai investasi rendah. Untuk mengetahui
biaya pemakaian obat dilakukan dengan menghitung jumlah dan biaya
pemakaian obat di Puskesmas tahun 2020 (Bogadenta, 2012). Sedangkan
metode analisis VEN digunakan untuk membantu menetapkan prioritas
pembelian obat serta menentukan tingkat stok yang aman. VEN adalah
analisis klarifikasi obat- obat sesuai dengan seberapa kritis obat- obatan
tersebut dalam mengobati penyakit. Prioritas diberikan pada obat- obatan vital.
Kategori ven meliputi kelompok obat- obatan Vital, Essensial dan Non-
essensial (Kemenkes RI, 2010). Tujuan dilakukannya evaluasi adalah untuk
mengetahui sejauh mana kebenaran perencanaan sediaan farmasi dan masalah
yang dialami supaya dapat diperbaiki atau dilakukan peningkatan secara
efektif sesuai standar yang ditentukan. Perencanaan obat yang efektif sangat
penting karena jika tidak dilakukan perencanaan akan merugikan pihak
puskesmas dalam hal anggaran serta dapat mengurangi resiko kelebihan
maupun kehabisan stok obat yang dapat berpengaruh pula pada tingkat
kepuasan pasien terhadap layanan kefarmasian.

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien
membandingkan dengan apa yang diirasakan. Pasien akan merasa puas apabila
kinerja pelayanan kesehatan yang diperoleh sama atau melebihi harapan
(Pohan, 2006).

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk


mengevaluasi perencanaan oabt investasi tinggi terhadap kepuasan pasien
menggunakan metode kombinasi ABC-VEN di instalasi farmasi Puskesmas
Lebdoosari Semarang tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh perencanaan obat kelompok nilai investasi tinggi


terhadap kepuasan pasien di instalasi farmasi puskesmas lebdosari semarang
tahun 2020 ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh perencanaan obat kelompok nilai investasi


tinggi terhadap kepuasan pasien dengan metode kombinasi ABC-VEN di
instalasi farmasi puskesmas lebdosari semarang tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak


instalasi farmasi puskesmas lebdosari semarang berkaitan dengan manajemen
logistic obat yang baik supaya perencanaan obat lebih efektif dan efisien
sehingga ketersediaan obat bagi pasien lebih terjamin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Instalasi Farmasi

Instalasi farmasi adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, dibawah


pimpinan seorang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan kompeten secara professional, yang bertanggung
jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri dari
pelayanan paripurna yang mencangkup perencanaan, pengadaan, produksi,
penyimpanan perbelakalan kesehatan/ sediaan farmasi, dispensing obat
berdasarkan resep bagi penderita di bagian rawat inap dan rawat jalan,
pengendalian mutu dan pengendalian distribusi lain serta pengunaan seluruh
perbekalana kesehatan di puskesmas, rumah sakit, serta pelayanan klinis (Siregar
dan Amalia, 2004).

2. Perencanaan Obat

Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi seperti obat dan bahan medis habis
pakai (BMHP) di puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh apoteker atau
tenaga teknis kefarmasian (TTK) pengelola ruang farmasi. Perencanaan obat yang
baik dapat mencegah kekosongan atau kelebihan stok obat dan menjaga
ketersediaan obat di puskesmas (Kemenkes, 2019). Tahapan perencanaan
kebutuhan obat dan BMHP meliputi :

a. Pemilihan
Pemilihan dilakukan untuk menentukan jenis sediaan dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Proses pemilihan obat dalam
puskesmas dilakukan dalam rangka perencanaan pemintaan obat ke dinas
kesehatan kabupaten/ kota dan pembuatan formularium puskesmas.
b. Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan adalah data pengunaan obat periode sebelumnya
(data konsumsi), sisa stok, dan usulan kebutuhan obat dari semua jaringan
pelayanan puskesmas.
c. Memperkirakan kebutuhan periode yang akan datang ditambah stok
penyangga yang ditentukan dengan mempertimbangkan waktu tunggu,
penerimaan obat serta kemungkinan perubahan pola penyakit dan
kenaikan jumlah kunjungan.
d. Menyusun dan menghitung rencana kebutuhan obat menggunakan metode
yang sesuai.
e. Laporan pemakaian berisi jumlah pemakaian obat dalam satu periode dan
lembar permintaan berisi jumlah kebutuhan obat puskesmas dalam satu
periode (Kemenkes, 2019).

3. Analisis ABC

Analisis ABC merupakan suatu penamaan peringkat/ rangking dimana urutan


dimulai dengan yang paling terbanyak. Analisis ABC biasanya dipergunakan
dalam melakukan pemilihan, penyediaan, manajemen distribusi untuk
mengidentifikasi dana yang dihabiskan untuk setiap item obat (Quick et al, 2012).
Analisis ABC mengelompokkan item obat berdasarkan kebutuhan dana atau
investasi yaitu:

a. Kelompok A adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana


pengadaan/ investasinya menunjukkan penyerapan sekitar 70% dari
jumlah dana obat keseluruhan.
b. Kelompok B adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaan/ investasinya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%.
c. Kelompok C adalah kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana
pengadaan/ investasinya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10%
(Kemenkes, 2019).
4. Analisis VEN

Analisis VEN merupakan suatu cara untuk meningkatkan efisiensi pengunaan


dana obat yang terbatas dengan mengelompokkan obat berdasarkan manfaat tiap
jenis obat terhadap kesehatan. Jenis obat dikelompokkan dalam tiga kelompok
berikut:

a. Kelompok V (vital) adalah kelompok obat yang harus ada karena mampu
menyelamatkan jiwa (life saving) dan penyebab kematian terbesar.
Contoh: adrenalin, insulin, obat jantung (Kemenkes, 2008)
b. Kelompok E (essensial) adalah kelompok obat yang bekerja pada sumber
penyebab penyakit dan paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan
karena mampu mengatasi penyebab kematian terbesar. Kekosongan
kelompok obat ini dapat ditoleransi kurang dari 48 jam. Contoh:
anyibiotik, NSAID.
c. Kelompok N (non- essensial) merupakan obat yang kerjanya ringan dan
biasa digunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau mengatasi keluhan
ringan. Obat ini biasanya dapat digunakan untuk menunjang tindakan
pengobatan menjadi lebih baik. Contoh: suplemen, vitamin (Kemenkes,
2019).

5. Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan
yang diberikan. Pasien akan selalu mencari layanan kesehatan di fasilitas yang
kinerja layanan kesehatan dapat kesehatannya dapat memenuhi harapan atau
tidak mengecewakan pasien. Tingkat kepuasan pasien yang akurat sangat
dibutuhkan dalam upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan (Boy S
Sabarguna, 2008).
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) menurut KEPMENPAN NO
KEP/25/M PAN/2/M. 2004 adalah data dan informasi tentang tingkat
kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif
atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur
penyelenggara pelayanan public dengan membandingkan antara harapan dan
kebutuhannya (Nina Rahmayanti, 2013). Tujuan dari pengukuran Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah untuk mengetahui perkembangan kinerja
unit pelayanan di lingkungan instalasi pemerintah yang dilaksanakan oleh
instalasi yang bersangkutan secara periodik. Hasil pengukuran yang diperoleh
dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan dan ketersediaan obat.

6. Perhitungan Jumlah Sampel


Untuk penelitian observasional terdapat berbagai rumus cara menentukan
besar sampel. Besar sampel jika jumlah populasi tidak diketahui (infinit) maka
menggunakan rumus sampel minimal: Lemeshow (Hidayat, 2007).

( )

Keterangan :

= Besar Sampel

( ) = Nilai sebaran normal baku, besarnya disesuaikan dengan tingkat

kepercayaan tertentu (TK), TK 95 % = 1,96.

𝑃 = Proporsi populasi 0,5

= Penyimpangaan 10 % = 0,1

( )

Jadi, besar sampel minimal yang diperlukan adalah 96 orang


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional dengan


menggunakan metode kuantitatif bersifat deskriptif. Data yang digunakan
adalah data retrospektif berupa data pemakaian obat di instalasi farmasi
puskesmas lebdosari tahun 2020 dan data kuisioner masyarakat. Penelitian
evaluative yang dilakukan terpusat pada rekomendasi akhir yang menegaskan
suatu objek evaluasi dapat dipertahankan atau diperbaiki.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan terpusat pada


puskesmas lebdosari tepat di jalan taman lebdosari kelurahan kalibanteng
timur kecamatan semarang barat kota semarang.

Waktu yang digunakan untuk penelitian dilaksanakan sejak tanggal


dikeluarkannya ijin penelitian hingga meliputi pengolahan data penyajian
dalam bentuk karya tulis ilmiah dan proses pembimbingan berlangsung.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang akan dilakukan adalah pengunjung puskesmas


dengan teknik pengambilan data rancangan acak lengkap (RAL). Sumber data
yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
kuisioner untuk mendapatkan informasi dari responden. Sedangkan data
sekunder meliputi data obat dalam laporan stock opname tahunan serta
formularium puskesmas yang diperoleh dari instalasi farmasi Puskesmas
Lebdosari Semarang. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian adalah
seluruh obat, data sisa stok akhir tahun, total pengadaan, total pemakaian,dan
data harga beli termasuk ppn yang digunakan di Puskesmas Lebdosari
Semarang Tahun 2020.

D. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan adalah semua laporan stock opname serta


formularium puskesmas di instalasi farmasi Puskesmas Lebdosari Semarang.
Sample yang digunakan pada penelitian adalah laporan stock opname tahunan
serta formularium puskesmas di instalasi farmasi Puskesmas Lebdosari
Semarang Tahun 2020.

E. Definisi Operasional
1. Analisis perencanaan berdasarkan penggunaan obat selama 1 tahun yaitu
tahun 2020 di Puskesmas Lebdosari Semarang.
2. Analisis ABC dengan mengelompokkan obat berdasarkan jumlah
pemakaian/ investasi obat yang dikategorikan dalam kelompok A yang
menyerap biaya sebesar 70% dari total biaya persediaan, kelompok B
menyerap biaya sebesar 20% dari total biaya persediaan, dan kelompok C
menyerap biaya 10% dari total biaya persediaan yang dilakukan dengan
pengambilan data pemakaian serta harga obat yang kumulatif,
dipersentasekan dan diurutkan dari persen pemakaian/ investasi terbanyak
sampai terkecil setiap tahunnya.
3. Analisis VEN dengan mengelompokkan obat berdasarkan manfaat tiap
obat terhadap dampaknya bagi kesehatan. Kelompok V adalah golongan
obat vital dimana harus selalu ada dan tidak boleh kekosonganm kelompok
E adalah golongon obat essensial yaitu kelompok dimana kekosongan obat
dapat ditoreransi kurang dari 48 jam, sedangkan kelompok N adalah
golongan non- essensial yang digunakan sebagai penunjang tindakan
pengobatan menjadi lebih baik.
4. Tingkat kepuasan pasien merupakan tinggi rendahnya respon atau
perasaan pasien yang diperoleh setelah pasien menerima produk jasa
layanan kesehatan dengan membandingkan antara kinerja atau hasil yang
dirasakan dengan kebutuhan dan harapan pasien.
5. Analisis tingkat kepuasan pasien melalui kuesioner yang dibagikan dan
dianalisis menggunakan SPSS 25 dengan uji validitas dan reabilitas

F. Tata Cara Penelitian


1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data
dilapangan guna keperluan penelitian. Dalam penelitian kali ini digunakan
data primer yang diperoleh dari kuisioner dengan cara menyebarkan edaran
kuisioner ke responden sebanyak sample yang dibutuhkan untuk mendapatkan
informasi dari responden, sedangkan data sekunder sekunder meliputi data
obat dalam laporan stock opname tahunan serta formularium puskesmas yang
diperoleh dari instalasi farmasi Puskesmas Lebdosari Semarang.
2. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah pengumpulan data. Pengolahan data dibantu menggunakan
program computer MS. Excel dan SPSS. Langkah langkah pengolahan data
meliputi:
a. Tahap editing yaitu mengecek kelengkapan pada data laporan stock
opname yang terkumpul, mengecek kelengkapan jawaban kuisioner yang
sudah terisi.
b. Tahap coding mengubah data berbentuk kalimat atau huruf (kuesioner)
menjadi data angka atau bilangan.
c. Tahap entry data yaitu memasukkan data dalam program computer.
Program computer yang digunakan adalah Micrisoft Excel dan SPSS 25.
Microsoft Excel digunakan untuk perhitungan (jumlah investasi, persentase
investasi, persentase komulatif, tingkat investasi tinggi, tingkat indikasi
obat), sedangkan SPSS 25 untuk analisis data tingkat kepuasan pasien
terhadap ketersediaan obat di puskesmas.
d. Tahap cleaning yaitu pengecekan kembali data yang telah dimasukkan
untuk meminimalisir adanya kesalahan.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang dilaporkan atau
dipaparkan secara tertulis. Penyajian data pada penelitian ini berbentuk tabel
dan urauan dari rangkuman hasil observasi serta analisis data obat stok
opname tahunan yang dihasilkan setelah pengumpulan dan pengolahan data
yang sekaligus dikaji dengan teori- teori pendukung.
4. Generalisasi data Kesimpulan
Generalisasi data adalah penarikan suatu kesimpulan umum dari analisis
penelitian. Generalisasi yang dibuat harus berkaitan dengan teori yang
mendasari penelitian yang dilakukan. Setelah generalisasi dibuat, peneliti
harus menarik kesimpulan dari hasil generalisasi menjadi lebih singkat yang
mencangkup keseluruhan hasil pemaparan yang ada.

G. Analisis Hasil

Data yang diperoleh, diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode


kombinasi ABC-VEN dan uji validitas, reabilitas.

Analisis ABC dilakukan dengan mengurutkan nilai pemakaian obat


terbesar hingga terkecil lalu dibuat persentase dan persen kumulatif sehingga
dapat dikelompokkan menurut kategori masing- masing kelompok. Untuk
analisisi VEN dilakukan pengelompokan obat dari hasil analisis ABC yang
diambil dari kategori A karena persentase kumulatifnya paling besar. Data
analisis yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel untuk
menggambarkan secara jelas kriteria obat yang masuk dalam golongan VEN,
kemudian dari pengelompokan VEN dilakukan daftar obat yang sering
mengalami kekosongan sehingga mempengaruhi kepuasan pasien.
Dibandingkan dengan standar pengelolaan obat yang ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan RI tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan
Perbekalan Farmasi yang meliputi tahap perencanaan, kesimpulan dan
evaluasi pengelolaan perencanaan obat di Instalasi Farmasi Puskesmas
Lebdosari Semarang.

H. Jadwal Penelitian

No Uraian Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan v v
proposal penelitian
2. Ujian Proposal v
3. Revisi Proposal v v
4. Pelaksanaan v v v v
penelitian dan
pengumpulan data
5. Pengelolaan dan v v v v
analisa data
6. Penyusunan hasil v v v v
penelitian
7. Pengumpulan v v v v
laporan dan Sidang
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hijrah, M.F, 2013, Studi tentang pengelolaan obat di Puskesmas Mandai


Kabupaten Maros tahun 2013, Makassar.

Bogadenta, A, 2012, Manajemen Pengelolaan Apotek, Yogyakarta.

Fatra, A, dkk, 2011, Analisis Perencanaan dan Pengadaan Obat Antibiotik


melalui Metode ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Daerah Besemah, Pagar Alam.

Kementrian Kesehatan RI, 2010, Pedoman pengelolaan perbekalan farmasi di


rumah sakit, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2019, Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Perencanaan dan Pengadaan
Obat Berdasarkan Katalog Elektronik, Jakarta.

Nina Rahmayanti, 2013, Manajemen Pelayanan Prima, Graha Ilmu, Yogyakarta

Pohan, 2006, Jaminan Mutu Layanan kesehatan: dasar-dasar pengertian dan


penerapan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sabarguna, Boy S. 2007, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, Yogyakarta

Siregar, C. J. P dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan
Penerapannya, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai