1 : 85-89
ISSN-p : 1410-590x
ISSN-e : 2614-0063
Strategy Planning and Procurement Drug in The Covid-19 Pandemic in Pharmacy Department Bali
Mandara Hospital
Gusti Ayu Putu Puspikaryani, I Gusti Ayu Made Iin Kristanti, I Made Agus Yogeswara Wibawa*
RSUD Bali Mandara Provinsi Bali
Corresponding author: I Made Agus Yogeswara Wibawa; Email: farmasi.balimandara@gmail.com
Submitted: 29-11-2021 Revised: 31-12-2021 Accepted: 05-01-2022
ABSTRAK
World Health Organization (WHO) menyatakan penyakit virus Corona-19 sebagai global
pandemi. Perencanaan dan pengadaan persediaan obat di instalasi farmasi harus dilakukan secara
baik agar rumah sakit terhindar dari masalah kehabisan persediaan obat di gudang farmasi.
Penelitian ini melihat penerapan strategi pengendalian persediaan obat di Rumah Sakit dengan
menerapkan kombinasi metode ABC, metode konsumsi, dan metode epidemiologi. Pengambilan data
dilakukan dari bulan Januari - Juli 2021. Data yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari
data sekunder. Dilakukan pengelompokan obat dengan menggunakan Metode ABC ke dalam 3
kelompok, yaitu kelompok A untuk persentase 0 - 70%, kelompok B untuk persentase > 70 - 90%,
dan kelompok C untuk persentase > 90 - 100%. Hasil analisis ABC yang dilakukan untuk RSUD Bali
Mandara Bulan Januari - Juli tahun 2021 diperoleh obat kelompok A sebanyak 38 item (17,43%),
kelompok B sebanyak 43 item (19,72%), dan kelompok C sebanyak 137 item (62,84 %). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan dan pengadaan dengan menggunakan metode ABC,
metode konsumsi dan metode epidemiologi cukup efektif untuk mengatasi kekosongan obat Covid-
19 dan obat untuk gejala penyertanya.
Kata kunci: Covid-19; Obat Covid-19; Perencanaan dan Pengadaan Obat; Metode ABC; Metode
Konsumsi; Metode Epidemiologi
ABSTRACT
The World Health Organization (WHO) has declared the Corona-19 virus disease as a global
pandemic. Planning and procurement of drug supplies in pharmacy department must be carried out
properly so that hospitals avoid the problem of running out of drug supplies in pharmacy
warehouses. This study looks at the implementation of drug inventory control strategies in hospitals
by applying a combination of ABC methods, consumption methods, and epidemiological methods.
Data collection was carried out from January - July 2021. The data used in this study were sourced
from secondary data. Drugs were grouped using the ABC method into 3 groups, group A for
percentage 0 - 70%, group B for percentage > 70 - 90%, and group C for percentage > 90 - 100%. The
results of the ABC analysis for the Bali Mandara Hospital in January - July 2021 obtained of group A
38 items drugs (17.43%), group B 43 items drugs (19.72%), and group C 137 items drugs (62.84 %).
The results of this study indicate that planning and procurement using the ABC method, consumption
method and epidemiological method are quite effective in overcoming the shortage of Covid-19 drugs
and drugs for accompanying symptoms.
Keywords: Covid-19; Covid-19 drug; drug procurement and planning; ABC methods; Consumption
methods; Epidemiological methods
menentukan keberhasilan tahap selanjutnya, Metode pengadaan yang digunakan oleh fasilitas
sebab tahap perencanaan berguna untuk kesehatan adalah tender terbuka, tender
menyesuaikan antara kebutuhan pengadaan terbatas, negosiasi kompetitif, atau pengadaan
dengan dana yang tersedia untuk menunjang langsung. Menurut Adelheid (2018), tim yang
pelayanan kesehatan di rumah sakit terlibat dalam proses pengadaan obat menurut
(Krisnangtyas et al., 2013). Apabila hasil wawancara adalah kepala instalasi
perencanaaan dan pengadaan obat dikelola farmasi, kepala gudang, kasubid logistik, dan
dengan sistem yang kurang baik, akan kasubid penunjang medik, sedangkan frekuensi
menyebakan terjadinya penumpukan obat dan pemesanan atau pengadaan obat ke distributor
kekosongan stok obat. dilakukan sebulan sekali atau dalam keadaan
Perencanaan dan pengadaan persediaan tertentu dapat dilakukan sekali dalam
obat di instalasi farmasi harus dilakukan secara seminggu.
baik agar rumah sakit terhindar dari masalah Menurut Muhia (2017), kendala yang
kehabisan persediaan obat di gudang farmasi. sering dihadapi dalam proses pengadaan obat
Hal ini yang sering kali, sehingga obat tersebut adalah kurangnya ketersediaan dana, birokrasi,
harus dibeli di apotek luar rumah sakit lemahnya metode peramalan kebutuhan dan
(Febriawati, 2013). Oleh karena itu, perlu transportasi obat dari pemasok ke pengguna.
dilakukan strategi dalam perencanaan dan Menurut Fadhila (2013), rumah sakit perlu
pengadaan obat terutama obat Covid-19 dalam melakukan penyesuaian sistem informasi untuk
menangani pandemi Covid-19. menghasilkan informasi mengenai jumlah
Strategi perencanaan meliputi beberapa penggunaan setiap dalam periode tertentu agar
proses, yaitu membuat tim perencanaan obat memudahkan dalam penyusunan kebutuhan
terpadu yang melibatkan unsur terkait dan obat dan perlu menerapkan metode
membangun komitmen bersama untuk pengendalian persediaan untuk menghindari
mencapai suatu tujuan dalam sebuah organisasi. stock out dan pembelian cito.
Proses ini dilakukan mempertimbangkan
anggaran, prioritas, sisa persediaan, data METODE
pemakaian periode lalu, waktu tunggu Penelitian ini menggunakan desain
pemesanan, dan rencana pengembangan. penelitian kuantitatif. Penelitian ini melihat
(Dirjen Binfar, 2006) Perencanaan merupakan penerapan strategi pengendalian persediaan
proses menganalisa, memperkirakan obat di Rumah Sakit dengan menerapkan
kebutuhan, menetapkan target yang terukur, kombinasi metode ABC, metode konsumsi, dan
serta menentukan strategi, tanggungjawab, dan metode epidemiologi. Metode epidemiologi
sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi merujuk pedoman tatalaksana Covid-19 edisi 3,
kebutuhan. (WHO, 2012). terapi gejala, dan terapi penyakit penyerta.
Analisis ABC adalah adalah metode Pengambilan data dilakukan dari bulan Januari -
pengklasifikasian barang berdasarkan Juli 2021.
peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga Data yang digunakan pada penelitian ini
terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar bersumber dari data sekunder. Pengumpulan
yang disebut kelompok A, B, dan C (Wahyuni, data sekunder dilakukan di instalasi farmasi
2015). Menurut Widya (2019), analisis ABC rumah sakit dengan melakukan penelusuran
membuat pihak manajemen lebih berfokus pada dokumen farmasi rumah sakit, antara lain:
barang-barang yang memiliki nilai kritis dan Pedoman pelayanan dan
nilai penggunaan lebih tinggi sehingga dapat pengorganisasian Instalasi Farmasi Rumah
ditangani lebih efisien. Hal ini mendukung Sakit; Kebijakan dan panduan tentang
dengan hasil penelitian Raisya (2016) yang perencanaan dan pengadaan obat di Rumah
menyatakan bahwa analisis nilai ABC ini, dapat Sakit; Standar Prosedur Operasional
mengidentifikasi jenis-jenis obat yang dimulai perencanaan dan pengadaan obat di Rumah
dari golongan obat yang membutuhkan biaya Sakit; Formularium Rumah Sakit tahun 2021;
terbanyak. Laporan perencanaan dan pengadaan obat;
Proses pengadaan memegang peranan Lembar pemesanan (defecta) obat harian
penting dalam kesinambungan pelayanan Rumah Sakit.
rumah sakit dan menjamin ketersediaan obat Penerapan Metode ABC berdasarkan
setiap kali dibutuhkan (Muhia et al, 2017). histori pemakaian dilakukan dengan tahapan
86 MF Vol 18 No 1, 2022
Edisi PIT HISFARSI 2021: Strategi Perencanaan dan Pengadaan Obat Dalam Penanganan
hitung histori pemakaian obat Januari - Juli 2021 menjumlahkan jumlah stok minimal dengan
dalam Microsoft excel dan diurutkan dari buffer stok, sedangkan jumlah stok minimal
jumlah pemakaian terbanyak; Hitung diperoleh dari: rata–rata pemakaian perhari
persentase total pemakaian masing-masing dikali leadtime. Penghitungan jumlah buffer
obat; Hitung persentase kumulatif pemakaian stock diperoleh dari rata-rata pemakaian
masing-masing obat; Berdasarkan perhitungan terbanyak perhari di kurang rata-rata
persentase kumulatif, dilakukan pemakaian perhari kemudian dikalikan dengan
pengelompokan obat ke dalam 3 kelompok, lead time.
yaitu kelompok A untuk persentase 0 - 70%, Analisa dengan menggunakan metode
kelompok B untuk persentase > 70 - 90%, dan ABC menunjukkan hasil pengelompokkan, yaitu
kelompok C untuk persentase > 90 - 100% kelompok A sebanyak 38 item, kelompok
B sebanyak 43 item, dan kelompok C sebanyak
HASIL DAN PEMBAHASAN 137 item. Setelah didapat kelompok obat
Perencanaan Obat Covid-19 Rumah Sakit yang tergolong Fast Moving, dilakukan
dilakukan oleh penanggung jawab perbekalan perhitungan jumlah buffer Stock agar bisa
farmasi berdasarkan data rekapan penggunaan dilakukan keputusan dalam melakukan
obat yang telah terintegrasi dalam sistem pengadaan.
informasi rumah sakit. Sistem akan mengolah Pengadaan Obat Covid-19 Rumah Sakit
data penggunaan obat Covid-19 untuk dilakukan oleh bagian perbekalan farmasi
disesuaikan dengan batas minimal dan sesuai dengan Pedoman Pelayanan Instalasi
maksimal obat yang harus tersedia dengan Farmasi Rumah Sakit yang ditetapkan oleh
menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Daftar direktur RS. Proses pengadaan dan pemesanan
obat Covid-19 yang akan dibeli dicetak setiap obat Covid-19 dilakukan dibawah
harinya menggunakan dasar data penggunaan tanggungjawab seorang apoteker
obat sebelumnya yang sangat dinamis. Daftar ini penanggungjawab perbekalan farmasi.
menjadi dasar untuk pembelian obat yang Pengadaan sediaan farmasi di Rumah Sakit
dilakukan setiap hari. dilakukan seusai dengan data perencanaan
Perencanaan obat di RS dilakukan setiap dengan menggunakan metode konsumsi yang
akhir bulan, yang kemudian akan dibagi lagi ke telah diintegrasikan dalam SIMRS. Proses
dalam perencanaan mingguan. Perencanaan ini pengadaan dilaksanakan oleh
disusun dengan mengelompokkan penanggungjawab perbekalan farmasi dibantu
menggunakan metode ABC, metode konsumsi, tenaga teknis kefarmasian. Obat yang termasuk
dan metode epidemiologi dengan melihat dalam daftar pengadaan adalah obat-obat yang
pemakaian obat pada periode 1 minggu termasuk dalam Formularium RS dan
sebelumnya, dan sisa persediaan obat. permintaan dari dokter.
Perencanaan dengan metode ABC, metode Pengadaan obat di Rumah Sakit
konsumsi, dan metode epidemiologi dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
memberikan informasi yang cukup akurat Pengadaan dilakukan melalui supplier obat yang
tentang jumlah obat yang harus dibeli. Metode telah disetujui oleh rumah sakit melalui proses
ini menganalisis kecenderungan penggunaan pembelian. Penentuan jumlah yang dibutuhkan
obat dan membuat asumsi tentang faktor-faktor berdasarkan jumlah minimal dan maksimal obat
yang diperkirakan dapat mempengaruhi yang ada dalam persediaan, menyesuaikan
permintaan untuk masing-masing obat selama antara jumlah kebutuhan dengan ketersediaan
periode kuantifikasi (USAID, 2011). Kebijakan dana, pemilihan pemasok, menyiapkan kontrak
perencanaan obat di instalasi farmasi rumah dengan pemasok, memantau status pemesanan,
sakit bertujuan untuk mencegah kekosongan menerima dan memeriksa obat yang dibeli, dan
selama pemesanan (King, 2011). Proses ini pembayaran (WHO, 2012). Kepala Instalasi
diawali dari informasi ketersediaan obat Covid- Farmasi akan memastikan bahwa setiap
19, jumlah stok minimal, rata-rata pemakaian tahapan sesuai dengan prosedur yang telah
perhari, rata-rata pemakaian maksimal per hari ditetapkan. Pengadaan obat di Rumah Sakit
dengan mempertimbangkan lead time obat. terbatas pada obat-obat yang masuk dalam
Lead time obat rumah sakit ditetapkan sama formularium, namun jika ada permintaan dari
untuk semua obat, yaitu 2 (dua) hari. Penentuan dokter melalui peresepan maka akan dilakukan
Reorder point (ROP) dilakukan dengan pengadaan tidak terencana (Gabra, 2016).
MF Vol 18 No 1, 2022 87
Gusti Ayu Putu Puspikaryani, et al
88 MF Vol 18 No 1, 2022
Edisi PIT HISFARSI 2021: Strategi Perencanaan dan Pengadaan Obat Dalam Penanganan
MF Vol 18 No 1, 2022 89