Anda di halaman 1dari 8

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN


PERBEKALAN FARMASI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LEMDIKLAT POLRI
TAHUN 2021

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA LEMDIKLAT POLRI


Jakarta, 07 Januari 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan untuk menentukan
jumlah dan periode pengadaan sesuai hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
Perencanaan dilaksanakan setiap periode tertentu dengan tujuan untuk
mendekatkan perhitungan perencanaan dengan kebutuhan nyata, sehingga
dapat menghindari kekosongan dan menjamin ketersediaan obat.
Perencanaan merupakan proses penting yang menghubungkan
pelayanan kefarmasian dengan pengambil kebijakan di fasilitas pelayanan
kesehatan dan tingkat nasional, sehingga memberikan informasi kepada
pengambil keputusan di tingkat yang lebih tinggi mengenai keuangan dan
pengadaan obat. Hasil perencanaan digunakan untuk memaksimalkan
penggunaan sumber daya yang tersedia untuk pengadaan, memberikan
advokasi kepada pimpinan/pengambil keputusan dalam mendukung sumber
daya, dan jika diperlukan memberikan informasi ke produsen terkait siklus
produksi dan jadwal pengiriman obat.
Perencanaan bukan proses yang sekali jadi, namun merupakan kegiatan
yang berlangsung sepanjang tahun. Keluaran kegiatan perencanaan harus
dapat mendorong terjadinya proses interaktif dalam pengkajian dan pembaruan
data perencanaan dan asumsi kebutuhan, dengan mempertimbangkan kembali
persyaratan komoditas total dan biaya obat yang akan digunakan, perubahan
kebijakan dan rencana, serta masalah dalam ketepatan waktu. Hasil
perencanaan dikaji secara berkala minimal setahun sekali atau jika terjadi
pertumbuhan kebutuhan yang cepat dari yang biasanya atau terjadi perubahan
pada program secara umum. Faktor penting yang berdampak pada kualitas
perencanaan adalah ketersediaan data. Pelaksanaan reviu perencanaan secara
periodik dan pembaruan data pengadaan dapat membantu pelaksana untuk
fokus menggunakan sumber daya yang ada. Untuk itu diperlukan upaya
peningkatkan sistem informasi dan secara umum kinerja logistik. Peningkatan
efisiensi perencanaan dapat berpotensi secara signifikan mempercepat evolusi
rantai suplai.
Pengadaan adalah suatu usaha kegiatan untuk memenuhi kegiatan
operasional yang telah ditetapkan dalam fungsi perencanaan.Pengadaan obat
dapat dilihat mana obat yang memang dibutuhkan karena efeknya bagi
keselamatan pasien dan dapat memberikan nilai investasi yang tinggi bagi
rumah sakit, dan obat obat yang paling banyak dibutuhkan untuk
penanggulangan penyakit terbanyak serta obat obat yang dapat menjadi
prioritas atau pilihan yang dapat dikurangi pengadaannya karena pemakaiannya
yang sedikit atau obat yang mempunyai kesamaan.
Sesuai Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
BMHP di rumah sakit dilakukan oleh instalasi farmasi rumah sakit (IFRS)
dengan sistem satu pintu. Apoteker di IFRS memiliki tanggung jawab dalam
pengelolaan dan rantai suplai obat di rumah sakit.

2. Tujuan Perencanaan dan Pengadaan


Perencanaan kebutuhan obat merupakan tahap awal dalam menetapkan jenis
serta jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan Kebutuhan Obat
dilakukan dengan tujuan:
a. Tersedianya pedoman perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi
di rumah sakit
b. Tersedianya perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi sesuai dengan
kebutuhan, pola penyakit, dan jenis pelayanan dirumah sakit
c. Tersedianya perbekalan farmasi tepat waktu, jumlah yang benar, harga
yang terjangkau, dan mutu terjamin
d. meningkatkan penggunaan obat secara rasional
e. menjamin ketersediaan obat
f. menjamin stok obat tidak berlebih
g. efisiensi anggaran
h. memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan, penyimpanan dan
biaya distribusi obat

3. Manfaat perencanaan dan pengadaan


a. Memberikan gambaran tentang pengadaan obat yang akan dilaksanakan
b. Sebagai acuan dalam pengadaan obat
c. Untuk mengetahui berapa biaya yang diperlukan untuk pengadaan obat
yang direncanakan.
d. Sehingga anggaran yang tersedia dapat lebih diefisienkan
untuk pengadaan obat yang banyak dibutuhkan agar kekosongan obat
dapat dikurangi dan pelayanan farmasi dirumah sakit dapat dioptimalkan
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
a. Tabel perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi tahun 2020 dan 2021
No Uraian Tahun
2020 2021
1 Perbekalan Farmasi (Obat , 11.36
10.643.352.000 0.863.000
Reagent dan Alkes)

b. Tabel realisasi pengadaan perbekalan farmasi tahun 2020 dan 2021


No Uraian Tahun
2020 2021
1 Perbekalan Farmasi (Obat, 8.471.
858.537 8.294.068.988
Reagent dan Alkes)

2. Pembahasan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemeliharaan jenis, jumlah,
Periode pengadaan dan harga sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran dalam rangka pengadaan untuk
menghindari kekosongan obat dan menjamin ketersediaan obat dengan
metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar pelaksanaan
yang telah ditentukan. Perencanaan berpedoman pada DOEN (Daftar Obat
Esensial Nasional), formularium RS, standar terapi RS, data catatan medik,
anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan,
data pemakaian periode yang lalu dan rencana pengembangan (Quick,1997).
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan
jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit, meningkatkan penggunaan obat secara rasional, meningkatkan
efisiensi obat, menjamin ketersediaan dan stok obat .
Perencanaan pembelian barang farmasi di Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat
Polri dilakukan berdasarkan usulan kebutuhan obat dari unit pelayanan data
penggunaan obat pasien priode sebelumnya (data konsumsi), sisa stok, dan
epidemiologi atau pola penyakit. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan
setiap melaporkan stok perbekalan farmasi yang ada ke bagian pengadaan.
Apabila sebelum dilakukannya perencanaan, terdapat perbekalan farmasi yang
kosong stok, maka instalasi farmasi akan langsung melakukan pembelian dalam
jumlah kecil.
Perencanaan pengadaan Perbekalan Farmasi ( Obat,Reagent dan Alkes)
tahun 2020 sebesar Rp. 10.643.352.000 ,-. Perencanaan pengadaan tahun 2021
sebesar Rp. 11.360.863.000,- Terjadi peningkatan pada perencanaan ditahun
2020 dan 2021 sedangkan pengadaan obat serta alkes di tahun 2021 lebih
rendah dari pada tahun 2020.

Peningkatan perencanaan dari tahun 2020 sampai 2021 dan penurunan


pembelian di tahun 2021 ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Meningkatnya kebutuhan obat dan alkes dikarnakan pandemi virus covid 19
dimulai dari januari 2021.
2. Pengobatan virus covid-19 memerlukan terapi obat dengan jenis barang
yang beragam dan memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)
tertinggi.
3. Tingginya zona merah di ruang perawatan covid – 19 sehingga berimbas
pada tingginya penggunaan Alkes Habis Pakai pada tenaga medis.
4. Penerimaan Droping APD dari Matfaskes Pusdokkes sangat membantu
kebutuhan APD untuk pelayanan pasien Covid di Rumah Sakit.

Realisasi pengadaan sebagaimana pada tabel b menunjukkan bahwa pengadaan tahun


2020 sebesar Rp. 8.471.858.537 dan tahun 2021 sebesar 8.294.068.988 terjadi
penurunan pembelian dikarenakan mendapat Droping APD untuk pelayanan pasien
Covid - 19.
Perencanaan kebutuhan meliputi semua kebutuhan perbekalan farmasi pada
realisasinya tegantung dari kebutuhan yang digunakan.
BAB III
KESIMPULAN

1. Perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi disusun sebagai dasar


pengadaan perbekalan farmasi
2. Terdapat peningkatan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi pada
tahun 2020 terhadap perencanaan tahun 2021 dikarenakan adanya pandemi
covid-19 yang mana terjadi peningkatan kebutuhan pemakaian perbekalan
farmasi terutama obat anti virus, imunomodulator, vitamin, alat habis pakai
(sarung tangan, masker dll)
3. Terjadi penurunan pengadaan dikarenakan mendapat Droping APD dari
Matfaskes Pusdokkes untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien Covid –
19.

Anda mungkin juga menyukai