Anda di halaman 1dari 17

PENGENDALIAN PERENCANAAN DAN PERSEDIAAN OBAT KATEGORI AV

DENGAN ANALISIS ABC-VEN DI INSTALASI FARMASI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYEKH YUSUF
KABUPATEN GOWA

TESIS

Oleh:

BASIR
NIM P1E123005

PROGRAM STUDI S-2 ILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGEREZKI
MAKASSAR
2023
PENGENDALIAN PERENCANAAN DAN PERSEDIAAN OBAT KATEGORI AV
DENGAN ANALISIS ABC-VEN DI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SYEKH YUSUF
KABUPATEN GOWA

Oleh:

BASIR

NIM

P1E123005

PROGRAM STUDI S-2 ILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGEREZKI
MAKASSAR
2023
i
ii
iii
iv
v
vi
46

vii
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009
menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga
terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan
tersebut pemerintah bersama masyarakat dituntut untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang sebaik-baiknya.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi
masyarakat. Rumah Sakit harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bermutu dan terjangkau bagi masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat, melakukan upaya kesehatan yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan dengan
tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
(Depkes, 2009).
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan suatu
departemen/unit/bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang Apoteker
dan dibantu oleh beberapa orang Apoteker yang memenuhi persyaratan
perundang-undangan yang berlaku dan kompoten secara profesional, tempat atau
fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atau seluruh pekerjaan serta
pelayanan kesehatan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna,
mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat, pengendalian mutu dan pengendalain
distribusi (Siregar, 2003).
Pelayanan kefarmasian merupakan suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

1
2

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
(Kemenkes, 2014). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan rumah sakit yang
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
pelayanan pasien, yang menyediakan obat yang bermutu termasuk pelayanan
farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tujuan pelayanan
farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang paripurna, termasuk di
dalamnya adalah perencanaan pengadaan obat, sehingga dapat meningkatkan
mutu dan efisiensi pelayanan berupa: tepat pasien, tepat dosis, tepat cara
pemakaian, tepat kombinasi, tepat waktu dan tepat harga (Dirjen Binfar dan
Alkes, 2008).
Mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit sangat berpengaruh terhadap
citra rumah sakit dan kepuasan pasien yang berkunjung ke rumah sakit tersebut.
Salah satu faktor yang berperan terhadap mutu pelayanan rumah sakit adalah
pengelolaan obat yang dilakukan di rumah sakit.
Pengelolaan obat di farmasi rumah sakit harus efektif dan efesien karena
obat harus ada saat dibutuhkan, dalam jumlah harga yang cukup, mutu terjamin
dan harga yang terjangkau. Pada dasarnya pengelolaan obat di farmasi rumah
sakit meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi, keempat
tahap ini saling terkait dan saling mempengaruhi harus terkoordinasi dengan
optimal. Tingkat kualitas pengelolaan di farmasi rumah sakit perlu di nilai dan
salah satu tolak ukur yang digunakan untuk menilai adalah indikator (Dirjen
Binfar dan Alkes 2008).
Pengelolaan obat perlu untuk dilakukan untuk mencegah terjadinya
kekurangan obat (stock out), kelebihan obat (over stock), dan pembelian obat
secara cito. Apabila pasien tidak memperoleh pengobatan sebagaimana
mestinya dikarenakan ketersediaan obat yang selalu tidak ada, maka membuat
pasien merasa tidak puas dan berdampak buruk dengan citra rumah sakit
tersebut (Haryanti dkk, 2015). Menurut WHO di negara berkembang, biaya obat
sebesar 24-66% dari total biaya kesehatan. Belanja obat yang demikian besar
tentunya harus dikelola dengan efektif dan efisien.
3

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah


dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan (Anonim, 2004). Perencanaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan merupakan fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan di rumah sakit. Menurut Seto (2004), salah satu faktor
yang sangat berpengaruh dalam persediaan obat di rumah sakit adalah
pengontrolan jumlah stock obat untuk memenuhi kebutuhan. Jika stock obat
terlalu kecil maka permintaan untuk penggunaan sering kali tidak terpenuhi
sehingga pasien atau konsumen tidak puas, sehingga kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan dapat hilang dan diperlukan tambahan biaya untuk
mendapatkan bahan obat dengan waktu cepat guna memuaskan pasien atau
konsumen. Jika stok terlalu besar maka menyebabkan biaya penyimpanan yang
terlalu tinggi, kemungkinan obat akan menjadi rusak atau kadaluarsa dan ada
risiko jika harga bahan atau obat turun.
Permasalahan yang ada antara lain belum lengkapnya dokter spesialis
penunjang untuk fasilitas layanan kesehatan rujukan, pengadaan obat yang kosong
dan obat habis disaat kebutuhan pelayanan obat harus terpenuhi. Dengan Visi
rumah sakit sebagai pilihan utama masyarakat dalam memperoleh pelayanan
rumah sakit yang professional. Misi rumah sakit mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, mandiri, dan terjangkau, memberikan pelayanan
berdasarkan kemanusian dan kesetaraan.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab.Gowa
sendiri mengelola 588 item obat, hal ini masalah tersendiri terutama dalam hal
pengendalian obat dimana erat hubungan dengan perencanaan dan persediaan
biaya yang tersedia, perencanaan obat yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab.Gowa masih menggunakan
metode konsumsi dan data tiga bulan terakhir serta mengecek rak obat yang sudah
akan habis atau sudah habis dengan adanya kekosongan obat menimbulkan
pemilihan obat di luar supplier seperti harus membeli di Rumah sakit atau Apotek
lain yang mengakibatkan harga obat jauh lebih mahal. Penumpukan persediaan
dapat menyebabkan tingginya tingkat persediaan dan meningkatkan biaya
penyimpanan tetapi juga menurunkan
4

kemungkinan terjadi kekosongan obat yang produksinya lambat, dimana hal


tersebut bisa terjadi karena persediaan tak mencukupi (Bowersox, 2002).
Berdasarkan latar belakang sistem pengendalian persediaan obat di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab.Gowa agar berperan dalam pengelolaan
obat di Instalasi Farmasi sebagai salah satu review centre dapat dipenuhi. Dengan
penelitian ini, diharapkan juga dapat membantu Instalasi Farmasi Rumah Sakit
untuk menentukan model pengelolaan persediaan sehingga lebih efektif dan
efisien. Berdasarkan informasi dari kepala instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Aulia Lodoyo Blitar jumlah item obat yang ada di data base kurang lebih
berjumlah 618 item obat. Dengan jumlah sebesar itu, tentu saja untuk
pengelolaannya membutuhkan perhatian khusus.
Penelitian ini akan memberikan rekomendasi untuk pengelolaan
persediaan obat kategori AV, yaitu kategori obat yang masuk dalam kategori A
menurut analisis ABC, dan V (vital) menurut klasifikasi VEN. Pemilihan Kategori
AV dikarena obat pada kategori AV mewakili obat yang mempunyai tingkat kritis
yang vital dengan jumlah nominal pemakaian yang tinggi. Item obat yang berada
digroup ini membutuhkan perhatian khusus dan analisis yang komprehensif
(Quick (1997). Setelah itu akan dilakukan langkah berikutnya yaitu memberikan
rekomendasi untuk pemilihan metode pengendalian persediaan obat kategori AV
yang sesuai untuk Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kab.Gowa. Dalam masalah pengendalian persediaan ada dua permasalahan yang
sangat penting yang harus diketahui yaitu memutuskan kapan untuk melakukan
pembelian dan berapa yang akan dipesan. Identifikasi dan analisis dari
permasalahan tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan sebuah solusi dalam
pengendalian persediaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga akan
mengusulkan kapan harus memesan (reorder point) dan jumlah berapa yang harus
dipesan untuk obat kategori AV tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
5

1. Bagaimana proses pengendalian perencanaan dan persediaan obat yang


optimal agar tidak terjadi stock out pada persediaan kategori AV dengan ABC
-VEN di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab.Gowa?
2. Kapan melakukan pembelian persediaan obat Reorder Point (ROP) dan
berapa yang akan dipesan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ)?
3. Apakah dengan menggunakan metode konsumsi yang dikendalikan dengan
analisis ABC kombinasi VEN dan menghitung ROP serta EOQ dapat
digunakan sebagai acuan untuk dilaksanakan dalam pengelolaan di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab.Gowa tahun 2023?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pengedalian perencanaan dan persediaan obat yang
optimal agar tidak terjadi stock out pada persediaan kategori AV dengan ABC
-VEN di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab.Gowa.
2. Mengetahui waktu untuk melakukan pembelian persediaan obat Reorder Point
(ROP), dan jumlah yang akan dipesan dengan metode Economic Order
Quantity (EOQ).
3. Mengetahui proses menggunakan metode konsumsi yang dikendalikan dengan
analisis ABC kombinasi VEN dan menghitung ROP serta EOQ dapat
digunakan sebagai acuan untuk dilaksanakan dalam pengelolaan di Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab.Gowa tahun 2019?

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pengedalian perencanaan dan persediaan obat serta dapat menilai tingkat
efisiensi pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk dapat di
lanjutkan peneliti selanjutnya terkait tahap pengendalian perencanaan dan
persediaan obat kategori AV dengan analisis ABC-VEN di Rumah Sakit.
6

3. Bagi Rumah Sakit


Penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan
kebijakan dalam melakukan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi terhadap
kinerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dan bagi Instalasi Farmasi
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau
masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kab.Gowa

Anda mungkin juga menyukai