DISUSUN OLEH : Inarningtyas Ismi Kirana 1808020268
DOSEN PENGAMPU : Much Ilham N Aji Wibowo, S.Farm.,MPH.,Apt
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2019 Anda adalah seorang apoteker yang akan mendirikan sebuah apotek disuatu tempat. Komposisi SDM yang ada sebaagai berikut : 4 orang apoteker, 3orang asisten apoteker, 1 kasir, 1 bagian umum. Apotek tersebut akan beroperasi 24jam dalam 6 hari kerja. Kondisi apotek tersebut berada jauh dari tempat umum warga yaitu tempat ibadah (muslim dan kristiani) dan pasar tradisional. Tidak jauh dari lokasi Apotek terdapat beberapa institusi pendidikan kesehatan yang jaraknya tidak jauh dari apotek juga terdapat pabrik garmen. Saat ini sudah ada 2 dokter umum yang bersedia bergabung dengan Apotek anda. Anda bertindak sebagai apoteker Pengelola Apotek. 1. Buatlah perencanaan semua kompetensi apoteker di apotek tersebut berbasis drug management cylcle (seleciton, procurement, distribution, use) ?
Drug Management Cycle (DMC) merupakan suatu prosedur tahapan
pengelolaan obat agar ketersediaan suatu obat dapat berjalan dengan baik yang dapat mewujudkan tercapainya keefektifan serta efisien sehingga obat yang diperlukan dokter dan masyarakat umum selalu tersedia setiaap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang bermutu. Pemilihan obat digunakan untuk dipusat – pusat kesehatan biasanya ditentukan di tingkat nasional oleh Kementrian Kesehatan dan didasarkan pada sejumlah faktor. Setelah menentukan jumlah yang diperlukan, berdasarkan harga, kondisi pengiriman dan kualitas, obat yang dipilih melalui proses pengadaan. Kemudian penyimpanan dan diistribusi, penggunaan obat – obatan memerlukan resep, pengemasan, pengeluaran dan konseling. Tugas – tugas ini membutuhkan tenaga kesehatan yang berkualitas atau tenaga relevan lainnya dengan keterampilan yang relevan dalam manajemen obat (WHO, 2004). a. Selection adalah proses kegiatan sejak dari meninjau maslah kesehatan, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat perencanaan yang dapat diterapkan (Arlington, 2012). Beberapa kebijakan yang akan diterapkan di Apotek sebagai pedoman perencanaan, sebagai berikut : 1) Membuat daftar obat esensial nasional (DOEN) yang berisikan obat terpilih yang paling dibutuhkan 2) Melihat siklus penyakit yang sering terjadi pada masyarakat umum di lingkungan sekitar Apotek 3) Pengumpulan dan pengolahan data yang kemudian analisis data agar didapatkan informasi dan evaluasi, selanjutnya diperhitungkan dan perkiraan kebutuhan Apotek. Penyesuaian jumlah kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan anggaran dana dapat dilakukan dengan estimasi jumlah kunjungan total untuk periode yang akan datang. 4) Menjaga agar biaya sediaan farmasi maupun alat kesehatan tetap terjangkau untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya keuangan. b. Procurement (pengadaan) merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebuttuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan meliputi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memiliki izin edar atau nomor registrasi, mutu, keamanan dan kemanfaatan dapat dipertanggungjawabkan. Prosedur pengadaan Apotek yaitu menetukan jumlah yang dibutuhkan, menyesuaiakan dengan anggaran dana, pemilihan metode pembelian (cash atau tunai, debit maupun kredit), pemilihan waktu yang tepat saat pengadaan, pemilihan PBF, pembelian, monitoring status order, peneriamaan dan pengecekan barang datang, pembayaran, pendistribusian, pengumpulan jumlah obat serta mereview pemilihan obat. c. Distribution merupakan suatu proses penyerahan obat setelah sediaan disiapkan oleh tenaga kefarmasian kepada yang membutuhkan pada saat diperlukan (PMK No.9 Tahun.2017). Sistem dasar distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau pasien atau masyarakat umum, dimana barang (sediaan obat) yang sudah sesuai dengan faktur dalam keadaan kondisi fisik baik, selanjutnya barang diletakkan ke dalam rak/etalase barang atau buffer stock yang sesuai. Sistem distribusi di Apotek ini menggunakan sisten FIFO (First In First Out) yaitu barang dengan waktu kadaluarsa lebih dekat yang dikeluarkan terlebih dahulu tujuannya untuk meminimalkan barang kadaluarsa yang dapat menimbulkan kerugian pada apotek, selain itu meminimalkan kesalahan dianjurkan menggunakan metode penyimpanan kelas terapi yang dikombinasikan dengan metode bentuk sedian dan alfabetis dan juga menjamin stabilitas dan keamanan sediaan farmasi. d. Use (penggunaan) adalah proses yang meliputi peresepan dokter, pelayanan obat oleh farmasi serta penggunaan obat oleh pasien. Konsep dalam Apotek ini melayani resep yang rasional oleh dokter yang telah menentukan diagnosis masalah kesehatan seseorang yang tepat dan tenaga kefarmasian memberikan informasi obat yang diterima pasien dengan metode KIE (Komunikasi Informasi Edukasi). 2. Uraikan semua manajemen pendukung di apotek sesuai dengan keadaan apotek secara komperhensif ? a. Organisasi (Organization) Pembentukan organisasi penting dilakukan untuk memudahkan pembagian serta memahami tugas dari masing – masing tenaga yang tersedia seperti dokter, apoteker, asisten apoteker, kasir dan bagian umum. Sehingga antar tenaga tersebut dapat berkolaborasi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien. b. Financial, pengelolaan keuangan dilakukan untuk mengatur jalannya suatu kegiatan (pelayanan kesehatan). Jika budget (modal) dan keuntungan terpenuhi dengan cukup, maka kegiatan tersebut dapat memenuhi tujuan dan lebih berkualitas dari yang diharapkan. Kegiatan pengelolaan keuangan meliputi akuntabel, aspek transparasi, tepat sasaran dan efisien. c. Manajemen Informasi, sistem informasi yang berbasis komputer / Computer Based Information System (CBIS) merupakan sistem informasi yang digunakan di Apotek, tujuannya untuk memudahkan penelusuran data saat dibutuhkan segera sehingga dapat melakukan pelayanan lebih cepat dan efisien. Sistem ini meliputi input data pasien, data pemakaian obat, data harga obat dan data penyimpanan obat. d. Sumber Daya Manusia (Human Reseources), pelayanan kefarmasian di Apotek diselenggarakan oleh Apoteker, dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Izin Praktik atau Surat izin Kerja. Dan di Apotek ini disertai adanya tenaga kerja bagian kasir dan administrasi, dimana tenaga kerja tersebut sudah memenuhi kriteria melalui tahap seleksi pekerjaan. (Mulyagustina, 2017) 3. Uraikan dan jelaskan strategi pelayanan apa saja yang dapat diterapkan pada apotek tersebut ? a. Pelayanan Resep, Apotek melayani resep yang rasional dari dokter, kemudian dilakukan skrining resep, penyiapan obat dimulai dari peracikan, pemberian etiket, penyerahan obat, informasi obat, konseling dan monitoring penggunaan obat. b. Promosi dan Edukasi, pihak (tenaga kerja) Apotek melakukan promosi kesehatan tujuannya untuk memperkenalkan ke masyarakat umum bahwa adanya tenaga kefarmasian yang bertugas melayani kebutuhan obat di Apotek, melakukan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lainnya yang berhubungan dengan ruang lingkup kefarmasian. Dan mengadakan senam sehat bagi lansia dan orang dewasa tanpa ada pemungutan biaya karena instruktur senam bisa dari pihak Apotek. Serta, Apoteker harus memberikan edukasi kepada pengunjung terkait penggunaan obat sendiri untuk penyakit yang ringan dengan memilihkan obat yang sesuai. c. Home Care (Pelayanan Residensial) yang dilakukan Apoteker adalah pendampingan pasien oleh Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah terutama untuk pasien yang tidak atau belum dapat menggunakan obat dan atau alat kesehatan secara mandiri, yaitu pasien yang memiliki kemungkinan mendapatkan resiko masalah terkait obat misalnya komordibitas, lanjut usia, lingkungan sosial, karakteristik obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan obat. Untuk aktivitas ini harus membuat patient medication record (PMR). (PMK NO.9 Tahun.2017). 4. Uraikan bagaimana Pengelolaan Resep dan Obat Khusus di Apotek ? a. Pengelolaan Resep terdiri dari penyimpanan dan salinan resep dan pemusnahan resep. Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep, resep narkotika dipisah dan digaris bawah dengan tinta merah dan psikotropika dengan tinta biru, resep dibendel sesuai denan kelompoknya, penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur agar memudahkan penelurusan resep, bendel resep ditulis tanggal bulan dan tahun yang mudah dibaca, resep yang telah disimpan selama 5 tahun harus dimusnahkan. Pemusnahan resep yang telah disimpan selama 5 tahun tata caranya adalah resep lain ditimbang, resep narkotika dihitung lembarnya, resep dihancurkan lalu dikubur atau dibakar. Membuat berita acara pemusnahan sesuai format terlampir yang dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Pemusnahan resep non narkotik dan psikotropika dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek. b. Pengelolaan Obat Khusus, resep untuk obat narkotika dan psikotropika harus dipisah. Untuk salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian harus diinformasikan ke pasien bahwa pasien hanya bisa menembusnya di apotek yang menyimpan resep aslinya. Tujuan pengaturan di bidangpsikotropika adalah menjamin ketersediaan guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Tempat penyimpanannya di Apotek harus menggunakan lemari khusus yang terbuat dari bahan yang kuat dan mempunya dua buah kunci yang berbeda dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan, lemari ini ditempatkan yang aman dan tidak terlihat oleh umum. Dan dilakukan pengendalian mutu serta pencatatan dan pelaporan obat narkotik dan psikotropik. (Satibi, 2016) DAFTAR PUSTAKA
Arlington, VA. 2010. MDS-3: Managing Access to Medicine and Healt
Technologies. Management Science for Health.
Mulyagustina et al. 2017. Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Kota Jambi Vol.7 No.2. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
APOTEK.
Satibi dkk. 2016. Manajemen Apotek. Yogyakarta: Gadjah Mada University, Press.
Manual, T. (2004). Management of Drugs at Health Centre Level. WHO (World