EFEKTIFITAS DAN EFESIENSI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT PADA
INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BARITO TIMUR
Tulus Sintani ¹, Ahmad Zacky Anwary ², M. Febriza Aquarista ³
¹Program Studi Kesehatan Masyarakat, 13201, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin, NPM17070488 ² Program Studi Kesehatan Masyarakat, 13201, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin, NIDN1127028401 ³ Program Studi Kesehatan Masyarakat, 13201, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin, NIDN 1116128801 Email: mutiaalmaira1@gmail.com
ABSTRAK
Manajemen logistik obat merupakan rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan obat yang dikelola secara optimal demi tercapainya ketepatan jumlah dan jenis obat dan perbekalan kesehatan. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah efektifitas dan efesiensi manajemen logistik obat pada Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Timur. Penelitian ini merupakan deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Subjek Penelitian terdiri dari informan yaitu Kepala Dinas Kesehatan, Sekretaris Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kepala Seksi Kefarmasian, Alat Kesehatan dan PKRT dan petugas pengelola Instalasi Farmasi melalui wawancara yang terstruktur mulai dari input/ masukan, proses dan output/ keluaran dengan panduan pertanyaan yang telah dipersiapkan. Berdasarkan hasil penelitian didapat ketersediaan obat dasar terpenuhi sesuai standar, namun karena masa pandemic covid-19 ini sehingga ada beberapa jenis obat yang tidak tersedia, perencanaan obat dilakukan dengan melihat usulan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) dari seluruh Puskesmas dan juga melihat pada 10 penyakit terbanyak, serta berdasarkan pada formularium Nasional, pengadaan obat dilakukan dengan system e-katalog selama sekali dalam setahun yang mana obat disediakan oleh pihak ketiga sesuai dengan permintaan obat yang telah di klik jenisnya melalui aplikasi dalam e-katalog. Pendistibusian Obat dilakukan dengan cara petugas Instalasi Farmasi mengantarkan obat-obat yang dipesan oleh semua Puskesmas. Pengelolaan obat kadaluarsa dilakukan dengan cara pemusnahan dan penghapusan obat bersama pihak ketiga dengan membuat Berita Acara Pemusnahan. Efektifitas dan efesiensi manajemen logistik obat pada Instalasi Farmasi Kabupaten Barito Timur belum sepenuhnya maksimal itu dikarenakan petugas pada Instalasi Farmasi kurang sehingga perlu penambahan tenaga yang berkompeten dalam pengelolaan logistik obat.
Logistics management is a series of activities involving aspects of planning, procurement,
storage, distribution and elimination of drugs that are managed optimally in order to achieve the accuracy of the number and types of drugs and health supplies. The purpose of the study was to find out how effective and efficient the drug logistics management was at the Pharmacy Installation of the Health Office of East Barito Regency. This research is descriptive with a qualitative approach. The research subjects consisted of informants, namely the Head of the Health Service, the Secretary of the Health Service, the Head of the Service and Health Human Resources, the Head of the Pharmaceutical, Medical Devices and PKRT Section and the Pharmacy Installation management officer through structured interviews starting from input / input, process and output / output with a question guide that has been prepared. The results of the study were based on the availability of basic medicines that were met according to standards, but during the covid-19 pandemic because there were several types of drugs available, drug planning was carried out by looking at the Drug Needs Plan (RKO) and also the 10 most diseases. , and based on the National formulary, drug procurement is carried out using an e-catalog system once a year in which drugs provided by third parties are in accordance with the type of drug demand that has been clicked through the application in the e-catalog. Drug distribution is carried out by means of Pharmacy Installation officers delivering medicines ordered by all Puskesmas. Management of expired drugs is carried out by destroying and eliminating drugs together with third parties by making a Minutes of Destruction. The effectiveness and efficiency of drug logistics management at the East Barito Regency Pharmacy has not been fully maximized due to the officers at the Pharmacy Installation so that it is necessary to add competent personnel in the management of drug logistics.
Keywords: drug logistics, drug availability, drug planning, drug distribution, drug management
PENDAHULUAN mengelola tahap – tahap dari kegiatan
Manajemen logistik obat tersebut agar dapat berjalan dengan baik merupakan rangkaian kegiatan yang dan saling mengisi sehingga dapat tercapai menyangkut aspek perencanaan, tujuan pengelolaan obat yang efektif dan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian efisien agar obat yang diperlukan oleh dan penghapusan obat yang dikelola dokter selalu tersedia setiap saat secara optimal demi tercapainya dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu ketepatan jumlah dan jenis obat dan terjamin untuk mendukung pelayanan yang perbekalan kesehatan. Pengelolaan obat ini bermutu (Anief, 2003). dilakukan untuk memenuhi kebutuhan Perencanaan pengadaan obat dan pelayanan kesehatan dasar bagi perbekalan kesehatan adalah salah satu masyarakat yang membutuhkan di fungsi yang menentukan dalam proses Puskesmas. Tujuan dari pengelolaan obat pengadaan obat dan perbekalan kesehatan. adalah untuk menjamin ketersediaan, Tujuan perencanaan pengadaan obat publik pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan adalah untuk dengan jenis dan jumlah yang cukup, menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai sehingga mudah diperoleh pada tempat dan dengan pola penyakit dan kebutuhan waktu yang tepat. Oleh karena itu, obat pelayanan kesehatan dasar termasuk perlu dikelola dengan baik, efektif dan program kesehatan yang telah di tetapkan. efisien. (Rosmania dan Supriyanto, 2015) Proses perencanaan pengadaan obat diawali Pada dasarnya, obat berperan sangat dari data yang disampaikan Puskesmas ke penting dalam pelayanan unit pengelola obat/ gudang Farmasi kesehatan.Penanganan dan pencegahan Kabupaten yang selanjutnya dikompilasi berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan menjadi rencana kebutuhan obat dan dari tindakan terapi dengan obat atau perbekalan kesehatan Kabupaten yang farmakoterapi (Badan POM, 2008). dilengkapi dengan teknik – teknik Pengelolaan obat adalah bagaimana cara perhitungannya ( Kemenkes, 2002). Di Negara berkembang anggaran Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis belanja obat merupakan anggaran kedua Farmasi, dan Tenaga Menengah yang terbesar setelah gaji, yaitu sebesar Farmasi/Asisten Apoteker). Proses 40% dari segala unit pelayanan kesehatan. manajemen pengelolaan obat ini meliputi Menurut Kemenkes secara Nasional biaya proses perencanaan, pengadaan dan untuk obat sekitar 40–50 % dari seluruh penghapusan obat di lakukan di Dinas biaya operasional kesehatan, sehingga Kesehatan dan proses penyimpanan dan ketidak efesien dalam pengelolaan obat pendistribusian obat dilakukan di gudang berdampak negative baik secara medis farmasi Kabupaten. (UU RI, 2009). Sesuai maupun secara ekonomis. dengan Permenkes RI Dengan berlakunya UU No. 12 No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 Tahun 2014, yang mengatur kewenangan tentang Kewajiban Menggunakan Obat antara pemerintah pusat dan daerah serta Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan UU No. 33 yang mengatur tentang Pemerintah, dinyatakan bahwa pertimbangan keuangan pemerintah pusat ketersediaan obat generik dalam jumlah dan daerahnya, maka keputusan-keputusan dan jenis yang cukup, terjangkau oleh untuk menentukan suatu kebijakan obat masyarakat serta terjamin mutu dan didaerah tergantung pada daerah itu sendiri. keamanannya, perlu digerakkan dan Peneliti ingin mengetahui bagaimana didorong penggunaannya pada fasilitas Efektifitas dan Efesiensi Manajemen pelayanan kesehatan pemerintah, dengan Logistik Obat pada Instalasi Farmasi Dinas harapan penggunaan obat generik dapat Kesehatan Kabupaten Barito Timur berjalan dengan efektif. berawal dari salah satu petugas Instalasi Menurut Direktorat Jenderal Farmasi meminta kantong plastik sampah Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan medis yang berwarna hitam untuk tempat Departemen Kesehatan Republik Indonesia obat- obat kadaluarsa yang akan (Ditjen Yanfar danAlkes Depkes RI) dimusnahkan, dengan banyaknya kantong menyebutkan bahwa perencanaan plastik yang diminta maka peneliti merasa pengadaan obat publik dan perbekalan bahwa pada Instalasi Farmasi Dinas kesehatan adalah salah satu fungsi yang Kesehatan ada permasalahan yang harus menentukan dalan proses pengadaan obat diketahui sehingga nantinya dapat publik dan perbekalan kesehatan. Tujuan meminalisir obat – obat yang tidak terpakai perencanaan pengadaan obat publik dan sehingga menyebabkan kadaluarsa terjadi. perbekalan kesehatan adalah untuk Dinas Kesehatan Kabupaten adalah menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai unsur pelaksana Pemerintah Daerah dengan pola penyakit dan kebutuhan Kabupaten yang berada di bawah dan pelayanan kesehatan dasar termasuk bertanggung jawab kepada Bupati melalui program kesehatan yang telah ditetapkan. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan Proses perencanaan pengadaan obat publik mempunyai tugas melaksanakan urusan dan perbekalan kesehatan diawali dari data Pemerintahan Daerah dan tugas yang disampaikan Puskesmas ke Unit pembantuan di bidang Kesehatan. (UU Pengelola Obat/ Gudang Farmasi Dinas No. 23/2014 tentang Pemerintahan Kesehatan Kabupaten/Kota yang Daerah). Dinas Kesehatan dalam hal ini selanjutnya dikompilasi menjadi rencana bertanggung jawab dan membawahi kebutuhan obat publik dan perbekalan Instalasi Farmasi dalam tugas pengelolaan kesehatan Kabupaten/Kota yang dilengkapi obat di Kabupaten. Dalam pengelolaan obat dengan teknik-teknik perhitungannya ini, sumber daya manusia yang (KepmenkesRI seharusnya tersedia untuk melakukan No.1.412/Menkes/SK/XI/2002) pekerjaan kefarmasian yaitu Apoteker dan Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Tenaga Teknis Kefarmasian (Sarjana Timur melaksanakan kegiatan kefarmasian berupa pengelolaan obat dan BMHP persediaan kemungkinan besar merupakan ( Bahan Medis Habis Pakai). Dalam obat- obat yang sudah ada sejak satu hingga melaksanakan tugas dan fungsinya Instalasi tiga tahun yang lalu yang telah rusak atau Farmasi melayani 11 (Sebelas) Puskesmas pengembalian dari pasien yang sudah se Kabupaten Barito Timur. Dalam hal ini, dalam bentuk tidak utuh sehingga tidak salah satu sarana penunjang upaya dapat diretur ke pihak distributor ( Akhmad kesehatan pada Dinas Kesehatan adalah dkk, 2011). gudang farmasi, yang selanjutnya Nurlinda, dhh (2017). Sudi tentang direvitalisasi sebagai Instalasi Farmasi Manajemen Pengelolaan Obat di Instalasi Kabupaten dengan harapan lebih Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah mengedepankan fungsi dan strukturnya. Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian yang Berdasarkan hasil survei lapangan, untuk digunakan ialah penelitian kualitatif yang Perencanaan kebutuhan obat skala menghasilkan data deskriptif. Metode prioritasnya berdasarkan kepada 10 penentuan informan yang digunakan adalah penyakit terbanyak dan permintaan obat purposive sampling. Informan dalam Puskesmas. penelitian ini sebanyak 6 orang yaitu kepala Kemudian kebutuhan obat instalasi farmasi, penanggung jawab Puskesmas disampaikan melalui Laporan perbekalan farmasi, penanggung jawab Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat distribusi rawat jalan, petugas administrasi ke Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan instalasi farmasi dan petugas mutu instalasi Kabupaten Barito Timur.Sedangkan Proses farmasi. Data primer diperoleh dari hasil pengadaanobat dilakukan secara online dan wawancara mendalam dan data sekunder ofline.Walaupun secara sistem sudah diperoleh dari hasil telaah dokumen. Data online, namun perencanaan untuk primer yang diperoleh dari hasil wawancara pengadaan tidak sesuai dengan yang terjadi diolah secara manual yaitu dengan dilapangan. Sehingga banyak obat yang mengelompokkan hasil sesuai dengan tersisa dan menyebabkan kadaluwarsa. tujuan penelitian kemudian Berdasarkan keterangan diatas penulis diinterprestasikan dan disaji dalam bentuk ingin melakukan penelitian Efektifitas dan analisis isi atau naskah yang disertai Efesiensi Manajemen Logistik Obat di penjelasan kemudian dibuatkan matriks Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan wawancara dari informan. Teknik analisis Kabupaten Barito Timur Tahun 2021. Yang data yang digunakan adalah content mana bertujuan untuk mencari solusi dalam analysis. Malinggas, Noviannce, E.R., dkk hal perencanaan terjadi ketidaksesuaian (2015). Analysis of Logistiks Management antara pengadaan dengan permintaan Drugs in Pharmacy Installation District dilapangan dan menyebabkan ada obat General Hospital Dr. Sam Ratulangi yang kadaluwarsa. Tondano. Penelitian ini menggunakan Ada beberapa penelitian terkait metode kualitatif dengan pemilihan sampel permasalah obat kadaluarsa, hal ini berdasarkan kesesuaian (appropiatness) disebabkan adanya pendistribusian obat dan kecukupan (adequacy). Pedoman dari Departemen Kesehatan Pusat yang wawancara yang digunakan pada penelitian tidak sesuai dengan kebutuhan IFK ini yaitu pedoman wawancara mendalam sehingga obat akan menumpuk karena tidak dan pedoman observasi. Data yang telah ada kasus penyakit atau KLB dan lama – dikumpulkan melalui wawancara lama akan rusak dan kadaluarsa (Djatmiko mendalam diolah dengan membuat dkk, 2009). Hasil pengamatan di Rumah transkrip hasil pembicaraan tersebut. Sakit PKU Muhamadiyah Temanggung Selanjutnya data dianalisis dengan metode menunjukan masih adanya kerugian rumah analisis isi (content analysis). Hasil sakit sebesar Rp. 8.492.686,- atau sebesar penelitian ini adalah tidak berjalannya 1,79% adanya obat kadaluarsa dalam tugas dan fungsi komite farmasi dan terapi, tidak adanya formularium Rumah Sakit dan seseorang dalam kehidupan sosialnya pemilihat obat yang dilakukan selama ini bersama orang lain. masih berdasarkan data 10 penyakit Subjek penelitian terdiri dari terbanyak dan berpatokan pada informan yaitu Kepala Dinas Kesehatan, formularium nasional dengan Sekretaris Dinas Kesehatan, Kepala Bidang menggunakan e-katalog. Untuk Pelayanan dan Sumber Daya Manusia perencanaan obat berdasarkan pada data Kesehatan, Kepala Seksi Kefarmasian, Alat pemakaian periode atau tahun yang lalu dan Kesehatan dan PKRT dan petugas ditambahkan buffer stock, dalam hal pengelola Instalasi Farmasi melalui pengadaan obat dilakukan dengan cara wawancara yang terstruktur mulai dari pembelian langsung ke Pedagang Besar input/ masukan, proses dan output/ Farmasi (PBF) dengan waktu yang tidak keluaran dengan panduan pertanyaan yang pasti, penerimaan obat di instalasi farmasi telah dipersiapkan. Instrumen yang dilakukan oleh panitia penerimaan barang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah sakit dengan fasilitas sarana dan pedoman wawancara mendalam dengan prasarana penyimpanan obat di instalasi dibantu oleh alat tulis, buku catatan dan farmasi serta di gudang farmasi yang belum handphone, alat yang digunakan adalah memadai. Untuk metode pendistribusian format pedoman wawancara. Teknik obat baik pasien rawat jalan maupun pasien analisa data meliputi reduksi data, rawat inap ialah metode resep individu penyajian data dan penarikan kesimpulan yakni dengan cara langsung mengambil dan verifikasi obat di instalasi farmasi oleh pasien atau keluarga pasien. Pengelolaan pemusnahan HASIL DAN PEMBAHASAN dan penarikan obat yang rusak atau expired Karakteristik informan date tidak pernah dilakukan. Untuk Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengendalian dan evaluasi penggunaan karakteristik informan Informan Kode Jenis Umur Jabatan Pendi obat, yakni obat – obat tidak terpakai Nama Kelamin dikan ataupun obat-obat yang slow moving tidak I JWSH L 44 Kepala Dinas S2 dilakukan juga, stok opname hanya II HMM P 50 Sekretaris S2 III TT L 50 Kepala Bidang S1 dilakukan pada saat serah terima jabatan Pelayanan dan kepala instalasi farmasi. Maka dapat Sumber Daya disimpulkan bahwa pengelolaan Kesehatan IV EK P 57 Informan S1 administrasi baik pencatatan dan pelaporan Puskesmas kegiatan pengelolaan obat dilakukan tetapi V MER P 26 Petugas Instalasi S1 belum sesuai dengan standar kefarmasian Farmasi Rumah Sakit Ketersediaan Obat METODE Tingkat ketersediaan obat adalah tingkat Jenis penelitian yang digunakan persediaan obat baik jenis dan jumlah obat adalah deskriftif dengan pendekatan yang diperlukan oleh pelayanan kualitatif. Pendekatan masalah dilakukan pengobatan dalam periode waktu tertentu, dengan analisis deskriptif yaitu diukur dengan cara menghitung persediaan mendapatkan informasi secara mendalam dan pemakaian rata-rata perbulan. mengenai Manajemen Logistik Obat pada Berdasarkan wawancara mendalam Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan diperoleh karakteristik informan sebagai Kabupaten Barito Timur Tahun 2021. berikut : Menurut Bungin (2010) penelitian 1. JWSH sebagai informan kunci, berusia kualitatif adalah penelitian yang 44 tahun berjenis kelamin laki-laki memandang bahwa makna adalah bagian pendidikan terakhir S1 Kedokteran. yang tak terpisahkan dari pengalaman Peran dan tanggung jawab sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten 5. MER sebagai informan tambahan Barito Timur. Menurut JWSH berusia 26 tahun pendidikan terakhir S1 “kebutuhan obat pada instalasi farmasi Kesehatan Masyarakat. Peran dan Kabupaten terpenuhi dengan baik san tanggung jawab sebagai petugas sesuai dengan standar” instalasi farmasi Kabupaten. Menurut 2. HMM sebagai informan Utama dari MER “sejauh ini kebutuhan obat dasar pada instalasi farmasi dapat terpenuhi Dinas Kesehatan berusia 50 tahun jenis sesuai dengan kebutuhan” kelamin perempuan dengan pendidikan Perencanaan Obat terakhir S 2 Kesehatan Lingkungan. Perencanaan kebutuhan bertujuan untuk Peran dan tanggung jawab sebagai menetapkan jenis dan jumlah obat dan Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten BMHP yang dibutuhkan dalam pelayanan Barito Timur. Menurut HMM “ untuk kesehatan dan pelaksanaanintervensi kebutuhan obat secara umum memang program kesehatan dengan terpenuhi baik untuk Puskesmas mempertimbangkan target dan kemampuan maupun kegiatan-kegiatan lainnya ee dalam pelaksanaan program kesehatan, tetapi seiring dengan waktu karena ketersediaan anggaran dari berbagai perubahan tipikal penyakit mungkin sumber anggaran yang sah. persediaan obat yang ada di Instalasi Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan adalah sebagai berikut : gudang farmasi Kabupaten tidak (Informan 1) “ Perencanaan dilakukan mencukupi sesuai dengan ee perubahan dengan melihat kebutuhan yang diusulkan pola penyakit yang terjadi pada saat ini oleh Puskesmas dan 10 Penyakit terutama adanya pandemi covid – 19 “ terbanyak Kabupaten, perencanaan obat 3. TT sebagai informan Tambahan berusia harus betul-betul diperhitungkan secara 50 tahun jenis kelamin laki-laki dengan tepat agar tidak terjadi penumpukan obat pendidikan terakhir S1 Kedokteran. jenis tertentu karena salah hitung” Peran dan tanggung jawab sebagai (informan 2) “ berdasarkan pada Kepala Bidang Pelayanan dan Sumber kebutuhan Puskesmas karena setiap Daya Manusia Kesehatan yang Puskesmas akan mengirimkan laporan membawahi Instalasi Farmasi pemakaian obat kepada Dinas Kesehatan Kabupaten. Menurut TT “ Kebutuhan sehingga kita tau apa yang dibutuhkan obat selama ini ya kebutuhan dasar kita kemudian eee berdasarkan juga pola penyakit yang terjadi di Kabupaten Barito sudah terpenuhi ya sebenarnya ya Timur itu proses perencanaannya “ kebutuhan dasar obat, sesuai dengan (informan 3) “ eee kalau untuk proses apa yang kita minta” perencanaan untuk obat jadi kita 4. EK sebagai informan Utama dari merencanakan itu ee sesuai dengan kita Puskesmas berusia 57 tahun jenis melihat ee 1, 2 tahun kebelakang dengan kelamin perempuan dengan pendidikan melihat dari jumlah penyakit 10 penyakit terakhir Apoteker. Peran dan tanggung terbanyak, dari situ lah kita merencanakan jawab sebagai kepala instalasi farmasi obat-obat apa yang harus kita penuhi Kabupaten. Menurut EK “kebutuhan termasuk pengadaan obat-obat dasar tadi” obat terpenuhi dengan baik meski ada (informan 4) “proses perencanaan adalah sedikit kendala yaitu karena yang Rencana Kebutuhan Obat (RKO) dari membuat Rencana Kebutuhan Obat Puskesmas awal tahun, contohnya (RKO) dari beberapa Puskesmas yang perencanaan obat untuk tahun 2021 RKO Puskesmas bulan Januari akhir harus belum memahami betul sehingga masuk di Instalasi Farmasi Kabupaten. menyebabkan ada penumpukan obat “ RKO Puskesmas direkap menjadi RKO Kabupaten pada bulan Maret harus selesai memberikan obat yang bermutu dan dan siap untuk pengadaan” terjamin keabsahannya serta tepat jenis dan (informan 5) “ Kalau perencanaankan kita jumlahnya (Kemenkes RI, 2010). sesuai usulan dari puskesmas dan usulan Informan (1) menyampaikan yang disampaikan puskesmas dengan penyaluran/distribusi adalah kegiatan acuan polarium nasional dengan daftar pengeluaran dan penyerahan obat secara obat esensial” merata dan teratur untuk memenuhi Pengadaan Obat kebutuhan sub-sub unit pelayanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah kesehatan antara lain : adalah kegiatan untuk memperolaeh 1. Sub unit pelayanan kesehatan di Barang/Jasa oleh lingkungan Puskesmas (kamar obat, Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja laboraturium) Perangkat Daerah/ Institusi yang prosesnya 2. Puskesmas Pembantu dimulai dari perencanaan kebutuhan 3. Pukesmas Keliling sampai diselesaikannya seluruh kegiatan 4. Posyandu untuk memperoleh Barang/Jasa. 5. Polindes Dalam kegiatan distribusi obat Puskesmas, Tujuan pengadaan obat adalah : berhubungan dengan beberapa hal : 1. Tersediannya obat dengan jenis, jumlah 1. Menentukan frekuensi distribusi dan spesifikasi sesuai dengan 2. Menentukan jumlah dan jenis obat yang kebutuhan. diberikan 2. Terjaminnya mutu obat. 3. Melaksanakan penyerahan obat 3. Obat dapat diperoleh pada saat Pencatatan pendistribusian obat meliputi dibutuhkan. pencatatan dalam : Berdasarkan hasil Wawancara dengan 1. Kartu Rencana Distribusi beberapa informan adalah sebagai berikut : 2. Menentukan Jumlah dan Jenis obat Informan (1) “proses pengadaan obat yang diberikan melalui E-katalog“ 3. Laporan Pemakaian dan Lembar Informan (2) Sekretaris Dinas Kesehatan Permintaan Obat (LPLPO) Kabupaten Barito Timur “ kemudian 4. Surat Kiriman Obat pengadaannya melalui e-Katalog “ Informan (2) mengatakan “ kemudian Informan (3) Kepala Bidang Pelayanan dan pendistribusian obat kita laksanakan sesuai Sumber Daya Manusia Kesehatan dengan permintaan seluruh Puskesmas ke “ kemudian untuk pengadaannya itu lewat Instalasi Farmasi Kabupaten sesuai dengan E-katalog itu sudah jelas dan itu sudah ada“ kebutuhan mereka kemudian Informan (4) Kepala Instalasi Farmasi pendistribusian ini biasanya kita lakukan Kabupaten “ Pengadaan melalui E-katalog melalui system FIFO ( First In First Out) dan membutuhkan waktu kurang lebih 4 mana obat yang duluan masuk itu yang bulan “ terlebih dahulu dikeluarkan untuk Informan (5) “pengadaan obat melalui E- menghindari terjadinya kadaluarsa obat “ katalog, melalui system E-katalog ini Informan (3) mengatakan “ kemudian petugasnya harus benar-benar untuk pendistribusian kita memang rutin memperhatikan dalam mengklik jenis obat mendistribusikan itu ee ke Puskesmas “ yang mau dibeli agar tidak terjadi dobel klik Informan (4) mengatakan “obat sudah yang bisa mengakibatkan banyak obat datang lalu didistribusikan ke Puskesmas dalam jenis tertentu karena setelah di klik sesuai kebutuhan dimana dalam jenis obatnya tidak dicatat ” perencanaan harus ditambah buffer stock Pendistribusian Obat kurang lebih 20% atau kebutuhan 6 bulan” Pendistribusi obat merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka Informan (5) mengatakan “ pendistribusian banyak tidak terpakai maka didalam proses obat ke Puskesmas dilakukan sesuai dengan perencanaan pengadaannya yang melalui permintaan obat Puskesmas” sisyem E-katalog maka setiap obat yang sudah tayang sesuai dengan kebutuhan kita Manajemen Pengelolaan Obat sesuai perencanaan obat maka kita klik Kadaluarsa sehingga tidak terjadi dabling obat yang Informan (1) mengatakan “ untuk kita klik kita beli sehingga kebutuhannya pengelolaan obat yang kadaluarsa dan ketersediaan obat sesuai dengan dilakukan pemusnahan dengan pihak ketiga kebutuhan dan menghindari ee yang dibubuhkan dalam Berita Acara penumpukan kadaluarsa obat” Pemusnahan “ (Informan 3) “ memang selama ini ya sudah Informan (2) mengatakan “ untuk obat-obat berjalan juga jadi kita ada yang namanya yang kadaluarsa apabila terjadi ee obat FIFO yaitu First In Firs Out jadi yang yang kadaluarsa karena tidak terpakai maka pertama masuk itu yang harus pertama pihak UPTD Puskesmas akan menyimpan dikeluarkan supaya eee supaya posisi atau mengumpulkan obat kadaluarsa pada pengaturannya supaya dia bisa eee yang satu tempat kemudian dibuat berita acara lebih dulu masuk masa exp sudah sudah untuk diserahkan ke Dinas Kesehatan lebih dekat itu yang dikeluarkan ke selanjutnya di musnahkan “ Puskesmas” Informan (3) mengatakan “ iya obat (Informen 4) “ Pencatatan yang di kadaluarsa itu iya ee mau tida mau memang Puskesmas harus benar, lalu Rencana tetap ada ya karna pertama ee dari kebutuhan Obat diajukan dengan benar pengadaan obat itu kita terbatas dengan sehingga tidak terjadi kelebihan stok obat di masa expired yang 2 tahun dan proses Instalasi Farmasi Kabupaten maupun penyimpanan itu banyak sekali Puskesmas” pengaruhnya “ (Informan 5) “ solusinya yaitu perencanaan Informan (4) mengatakan “obat exp dari kita harus betul-betul , berarti harus artinya Puskesmas harus dilaporkan ke Instalasi harus betul-betul lagi kita melihat dengan Farmasi Kabupaten dengan catatan : nomor kondisi posisi sisa stok dan atas dasar yang obat, Jumlah, tanggal exp, nomor batch, apa namanya obat-obat fast moving pabrik. Setelah semua dilaporkan lalu biasanya paling, paling cepat habis di dimusnahkan dengan pihak ketiga” Puskesmas artinya kita betul-betul Informan (5) mengatakan “obat yang perencanaannya itu betul-betul eee apa kadaluarsa dikumpulkan menjadi satu baik namanya tidak usah terlalu banyak, itu dari Puskesmas atau pun yang ada di menyesuaikan dengan kondisi saat ini Instalasi Farmasi Kabupaten kemudian obat dengan masa exp yang ledeng, artinya obat- tersebut dimusnahkan dan mengeluarkan obat fast moving, sepuluh obat terbanyak berita acara pemusnahan bersama pihak itu, itu yang mungkin kita harus ketiga” diperbanyak supaya mencegah yang Cara Mengatasi Masalah Obat yang kadaluarsa itu, yang lambat habis kadaluarsa jumlahnya dikurangi” (informan 1) “ supaya masalah obat Manajemen Logistik Obat di Puskesmas kadaluarsa tidak terlalu banyak lagi maka Menurut Informan kunci dari kita harus betul-betul merencanakan dan Puskesmas Etty Kris. PWW, Apt Proses mencatat apa saja jenis obat yang dipesan, perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas dengan pencatatan yang benar-benar berdasarkan Lembar Permintaan dan dilakukan dengan baik maka jenis obat Laporan Pemakaian Obat (LPLPO) dan 10 yang kadaluarsa akan berkurang” penyakit terbesar di wilayah kerjanya serta (Informan 2) “ untuk menghindari direncanakan setiap bulan. Metode terjadinya obat kadaluarsa yang begitu Pengadaan terdiri dari Laporan sisa obat dari Pustu, Polindes, Induk (Gudang, Ketidakefesiensi pengelolaan obat akan Apotek, Poli tindakan). Setelah itu dari memberikan dampak negative terhadap laporan direkap lewat LPLPO mengajukan Instalasi Farmasi Kabupaten (Kemenkes permintaan obat ke Instalasi Farmasi Dinas RI, 2010). Kesehatan Kabupaten Barito Timur, setelah Perencanaan mendapat obat dari Instalasi Farmasi Dinas Perencanaan (planning) yaitu sebagai Kesehatan Kabupaten Barito Timur dicatat dasar pemikiran dari tujuan dan sesuai jumlah jenis dan tanggal kadaluarsa penyusunan langkah-langkah yang akan lalu disimpan di gudang obat Puskesmas. dipakai untuk mencapai tujuan. Pembagian atau pendistibusian obat ke Merencanakan berarti mempersiapkan Pustu, Polindes melihat LPLPO Pustu, segala kebutuhan, memperhitungkan Polindes dimana yg terdapat permintaan matang-matang apa saja yang menjadi kita penuhi, setelah itu dilakukan kendala, dan merumuskan bentuk pencatatan dan pelaporan pemakaian obat. pelaksanaan kegiatanyang bermaksud Ketika permintaan ke Instalasi Farmasi untuk mencapai tujuan. Permenkes Nomor Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Timur 58 Tahun 2014 perencanaan kebutuhan tidak memenuhi kebutuhan yang diminta obat merupakan kegiatan untuk Puskesmas bisa menggunakan dana menentukan jumlah dan periode pengadaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), obat sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan kekuranggan dari Instalsi Farmasi untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat Kabupaten Barito Timur dilakukan jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efesien. pencatatan dalam LPLPO bahwa obat itu Untuk menentukan jumlah kebutuhan obat berasal dari dana Jaminan Kesehatan diperlukan data 10 Penyakit terbanyak dan Nasional (JKN). Rencana Kebutuhan Obat (RKO) seluruh Untuk obat kadaluarsa yang ada di Puskesmas di wilayah kerja Dinas Puskesmas dikumpulkan semuanya dari Kesehatan Kabupaten Barito Timur yang Pustu, Polindes, Gudang, Apotek dan Poli kemudian menjadi Rencana Kebutuhan semua tempatkan jadi satu dengan dicatat Obat (RKO) Kabupaten. Sejauh ini nama obat, pabrik, no batch, tanggal kebutuhan obat dasar sudah terpenuhi akan kadaluarsa, jenis obat, setelah terkumpul tetapi berdasarkan hasil observasi yang lalu direkap dan disampaikan ke Instalasi dilakukan di Instalasi Farmasi Kabupaten Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Barito Timur diketahui bahwa ada obat Timur, setelah itu pihak Dinas Kesehatan yang kosong dan ada obat yang mengalami akan menyampaikan ke Puskesmas over stock akibat obat tersebut tidak kepastian tanggal pemusnahan bersama digunakan yang akhirnya bisa menjadi pihak ketiga dan pihak ke tiga mengambil kadaluarsa karena belum ada dibentuk tim ke Puskesmas obat yang akan perencanaan kebutuhan obat. Pada proses dimusnahkan. penyusunan perencanaan terdapat kendala yang dihadapi yaitu disebabkan karena PEMBAHASAN data, yang mana Sistem Informasi Sistem manajemen obat merupakan Manajemen E-logistik belum maksimal. suatu siklus kegiatan yang dimulai dari Adapun penelitian ini sejalan dengan perencanaan sampai evaluasi. Kegiatan ini penelitian yang dilakukan Handayani saling terkait satu sama lain. Pengelolaan (2017). Dalam hasil penelitiannya obat di Instalasi Farmasi merupakan salah dijelaskan proses perencanaan kebutuhan satu aspek penting. Kegiatannya mencakup obat dengan melihat daftar kebutuhan obat perencanaan, pengadaan, penerimaan, yang diusulkan setiap unit, pada proses penyimpanan, pendistribusian, menentukan kebutuhan obat digunakan pengendalian, pencatatan/pelaporan, metode konsumsi dan berdasarkan kasus penghapusan, monitoring dan evaluasi. penyakit (epidemiologi), tetapi dengan menggunakan data kasus penyakit kadang pelayanan farmasi. Distribusi memegang membuat kebutuhan obat pasien tidak peranan penting dalam penyerahan sediaan segera dapat terpenuhi karena jumlah kasus farmasi dan alat kesehatan yang diperlukan penyakit tidak dapat diprediksi. Jadi dapat oleh Puskesmas. Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa dalam menyusun wawancara dan observasi yang dilakukan perencanaan belum dibentuk tim oleh peneliti bahwa pendistribusian obat perencanaan obat. Dalam proses dilakukan oleh petugas Instalasi farmasi perencanaan menentukan kebutuhan obat Kabupaten dengan cara mengantarkan obat dengan melihat rencana kebutuhan obat sesuai dengan surat permintaan obat dari dari Puskesmas dan 10 penyakit terbanyak. Puskesmas. Metode pendistribusian obat Kendala yang dihadapi juga karena kurang dilakukan dengan metode FIFO ( First In maksimalnya Sistem Informasi Manajemen First Out ). (SIM) dan kekurangan tenaga yang ahli Manajemen Pengelolaan Obat dalam perencanaan kebutuhan obat. Kadaluarsa Pengadaan Obat Pengelolaan Obat kadaluarsa yaitu Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 dengan cara penghapusan dan pemusnahan. Tahun 2010, pengadaan Barang/Jasa adalah Penghapusan adalah rangkaian kegiatan kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa dalam rangka pembebasan obat-oabtan oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja milik Negara dari tanggung jawab Perangkat Daerah/ Institusi lainnya yang berdasarkan peraturan perundang- prosesnya dimulai dari perencanaan undangan yang berlaku. Penghapusan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh merupakan kegiatan penyelesaian terhadap kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. perbekalan farmasi yang tidak terpakai Berdasarkan hasil penelitian proses karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak pengadaan obat melalui e-katalog, memenuhi standar dengan cara membuat berdasarkan system tender yaitu satu kali usulan penghapusan perbekalan farmasi dalam setahun. Kendala pertama dalam kepada pihak terkait sesuai dengan pengadaan obat di Instalasi Farmasi prosedur yang berlaku. Permenkes Nomor Kabupaten Barito Timur adalah petugas 58 Tahun 2014 pemusnahan dan penarikan yang belum maksimal pengetahuannya obat yang tidak dapat digunakan harus dalam mengklik jenis obat yang di pesan dilaksanakan dengan cara yang sesuai pada aplikasi E-katalog sehingga terjadi dengan ketentuan peraturan perundang- dabbling obat yang dipesan, kendala yang undangan yang berlaku. Pemusnahan kedua obat yang dipesan kadang datang dilakukan untuk obat bila : produk tidak tidak tepat waktu. Peraturan Presiden memenuhi persyaratan mutu, kadaluarsa, Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan yang menyatakan pengadaan yang efektif dalam pelayanan kesehatan atau harus menjamin ketersediaan, jumlah dan kepentingan ilmu pengetahuan, dicabut ijin waktu yang tepat dengan harga yang edarnya. terjangkau dan sesuai standar mutu. Berdasarkan hasil wawancara dan Ketidak tepatan waktu dalam pengadaan observasi yang dilakukan peneliti, bahwa obat dianggap dapat merugikan pihak penghapusan dan pemusnahan obat-obaat Instalasi Farmasi Kabupaten sejalan dengan kadaluarsa di Instalasi Farmasi Kabupaten penelitian yang dilakukan oleh Suciati dan Barito Timur yaitu dengan terlebih dahulu Adi Sasmito (2006) yaitu pelayanan mengumpulkan menjadi satu obat-obat farmasi merupakan pelayanan penunjang yang kadaluarsa baik itu di Puskesmas atau dan merupakan center utama. pun yang ada di Instalasi Farmasi Pendistribusian Obat Kabupaten kemudian dimusnahkan Distribusi sediaan farmasi dan alat bersama pihak ketiga dengan membuat kesehatan merupkan salah satu tugas utama Berita Acara Pemusnahan. Cara meminimalisir Obat Kadaluarsa Berita Acara Pemusnahan. Efektifitas dan Berdasarkan hasil wawancara dengan efesiensi manajemen logistik obat pada responden bahwa cara mengatasi obat Instalasi Farmasi Kabupaten Barito Timur kadaluarsa adalah dengan betu-betul belum sepenuhnya maksimal itu memperhatikan pada perencanaan dan dikarenakan petugas pada Instalasi Farmasi pengadaan obatnya terlebih dahulu kurang sehingga perlu penambahan tenaga sehingga tidak terjadi penumpukan obat yang berkompeten dalam pengelolaan yang nantinya akan mengakibatkan logistik obat. banyaknya obat yang kadaluarsa, proses Disarankan Dinas Kesehatan pendistribusiannya harus dengan cara yang Kabupaten Barito Timur perlu menetapkan tepat dan benar yaitu dengan metode First tim untuk perencanaan obat sehingga In First Out (FIFO) mendistribusikan obat mempermudah proses perencanaan obat yang terlebih dahulu masuk ke Instalasi karena dengan kerja sama tim bisa Farmasi agar masa exp obat dapat teratasi, menghindari pemesanan obat yang sama pencatatan obat juga harus dilakukan menjadi dobel, menambah tenaga Apoteker dengan benar agar jenis obat tertentu tidak yang berkompeten dan betul-betul menumpuk lagi. memahami system pengadaan obat sehingga obat yang di pesanan sesuai PENUTUP dengan kebutuhan tidak menumpuk terlalu Berdasarkan penelitian yang dilakukan banyak yang bisa menyebabkan banyak yang berjudul Efektifitas dan Efesiensi obat yang kadaluarsa, pendistribusian obat Manajemen Logistik Obat pada Instalasi hendaknya dilakukan secara rutin setiap Farmasi Kabupaten Barito Timur, maka bulan dan terjadwal dengan baik sehingga peneliti menarik kesimpulan : Ketersediaan obat terdistribusi dengan baik dan sampai di obat dasar pada Instalasi Farmasi Puskesmas dengan aman. Untuk peneliti Kabupaten terpenuhi sesuai standar, namun selanjutnya melakukan penelitian dengan karena masa pandemic covid-19 ini waktu yang lebih lama agar dapat menjadi sehingga ada beberapa jenis obat yang tidak penilaian efektifitas dan efesiensi tersedia pada Instalasi Farmasi Kabupaten manajemen logistik obat di Instalasi Barito Timur. Perencanaan obat dilakukan Farmasi Kabupaten Barito Timur dengan melihat usulan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) dari seluruh Puskesmas di REFERENSI wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Amirullah, 2011. Pengantar Manajemen. Barito Timur dan juga melihat pada 10 Cetakan Kedua, Yogyakarta: penyakit terbanyak di Kabupaten Barito Graha Ilmu. Timur, serta berdasarkan pada formularium Anief, 2003, Apa Yang Perlu Diketahui Nasional. Pengadaan obat dilakukan Tentang Obat.4th ed. Gadjah Mada dengan system e-katalog selama sekali University Press, Yogyakarta. dalam setahun yang mana obat disediakan Bungin, Burhan. 2010. Penelitian oleh pihak ketiga sesuai dengan permintaan Kualitatif. Jakarta: Kencana obat yang telah di klik jenisnya melalui Prenada Media Group. aplikasi dalam e-katalog. Pendistibusian Depkes RI, 2003. Pedoman Pengelolaan Obat dilakukan dengan cara petugas Obat Publik dan Perbekalan Instalasi Farmasi Kabupaten mengantarkan Kesehatan di Puskesmas.Dirjen obat-obat yang dipesan oleh semua Bina Kefarmasian dan Alat Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kesehatan Kabupaten Barito Timur. Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Timur. Pengelolaan obat kadaluarsa dilakukan 2018. dengan cara pemusnahan dan penghapusan Handayani, 2017. Analisis Pengelolaan obat bersama pihak ketiga dengan membuat Obat Di Rumah Sakit Umum Anuta Pura Palu. Jurnal Perspektif. Volume 1 No.3. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan UNISMUH. Kemenkes RI, Nomor 633/MENKES/SK/IV/2012 tentang Pembentukan Gudang Perbekalan Kesehatan di Bidang Farmasi di Kabupaten/Kota. Kemenkes, 2002.Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat. Kepmenkes RI No. 1412/ Menkes/ SK/XI/2002 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD). Nurlinda, dkk. Studi Tentang Manajemen Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep. Jurnal, Makasar : Universitas Hasanuddin. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58, Standar Pelayanan Kefarmasia di Rumah Sakit.2014 Permenkes RI, Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Permenkes RI, Nomor 16 Tahun 2013 tentang Industri Farmasi. Rosmania, F.A. Supriyanto, S. 2015. Analisis Pengelolaan Obat Sebagai Dasar Pengendalian Safety Stock Pada Stagnant Dan Stockout Obat. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Airlangga. Vol 3 (1). Undang-undang RI, Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.