Anda di halaman 1dari 9

STUDI TENTANG PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS BURANGA KABUPATEN WAKATOBI

TAHUN 2016
Linta Nurniati1 Hariati Lestari2 Lisnawaty3
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo 123 nurniati.linta@yahoo.co.id1
lestarihariati@yahoo.co.id2 lisnaradhiyah@gmail.com3

ABSTRAK
Pengelolaan obat di puskesmas merupakan hal yang sangat penting yang perlu di perhatikan,
mengingat dengan pengelolaan yang tidak sesuai dengan prosedur yang tepat akan terjadi masalah
tumpang tindih anggaran dan pemakaian yang tidak tepat guna. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengelolaan obat di puskesmas Buranga Kabupaten Wakatobi tahun 2016. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dan observasi
langsung. Untuk menjamin keabsahan data yang dikumpulkan, digunakan teknik metode triangulasi
yaitu triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi teori. Hasil penelitian terkait
pengelolaan obat di Puskesmas Buranga menunjukkan bahwa perencanaan obat di puskesmas
berdasarkan persediaan obat tanpa melihat pola penyakit yang terjadi di puskesmas. Pengadaan obat
dilakukan setiap tiga bulan dengan membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO). Penyimpanan obat belum masuk standar penyimpanan obat yang baik, dimana
penyimpanan obat tidak berdasarkan abjad melainkan berdasarkan kebiasaan. Pendistribusian obat
ke unit-unit pelayanan kesehatan dengan sistem amprah. Pencatatan dan pelaporan obat di
puskesmas dilakukan setiap hari dalam kartu stok obat kemudian diregister bulanan. Kesimpulan dari
penelitian ini, terkait pendistribusian serta pencatatan dan pelaporan sudah sesuai standar
pengelolaan obat di Puskesmas. Tetapi perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan obat belum
sesuai dengan pedoman pengelolaan obat yang ada.
Kata kunci: pengelolaan, obat, puskesmas

STUDY ABOUT MANAGEMENT OF THE DRUGS IN LOCAL GOVERNMENT CLINIC OF BURANGA


WAKATOBI REGENCY IN 2016

ABSTRACT
Management of the drugs in local government clinic is very important to attention, considering of
management which is not appropriate with proper procedure will be happen the problem of
overlapping budget and inefficient usage. This study aimed to determine management of the drugs in
Local Government Clinic of Buranga Wakatobi Regency in 2016. Type of study that used in this study
was a qualitative study by phenomenological approach. Data collection was done through technique
of in-depth interview and direct observation. To ensure the validity of data which was collected, it
was used the technique of triangulation method namely source triangulation, method triangulation,
and theory triangulation. Results of the study related to management of the drugs in Local
Government Clinic of Buranga showed that planning of the drugs in local government clinic based on
the stock of the drugs without seeing the pattern of diseases that occurred in local government clinic.
Procurement of the drugs was done every three months to make Report of Usage and Sheet of
Demand of the Drugs. Storage of the drugs has not entered into a good standard of the drugs
storage, where storage of the drugs was not alphabetically but by habit. Distribution of the drugs to
health services units by amprah system. Recording and reporting of the drugs in local government
clinic was done every day in the stock card of the drugs and then it was registered monthly. The
conclusion of this study related to distribution and also recording and reporting has been appropriate
to standard of the drugs management in local government clinic. But planning, procurement and
storage of the drugs not appropriate yet with the guidelines of the drugs management of existing.
Keywords: management, the drugs, local government clinic

1
PENDAHULUAN menjamin kelangsungan ketersediaan dan
Sistem Kesehatan Nasional adalah keterjangkauan obat dan bahan medis habis
suatu tatanan yang mencerminkan upaya pakai yang efisien, efektif dan rasional,
bangsa Indonesia untuk meningkatkan meningkatkan kompetensi/kemampuan
kemampuan mencapai derajat kesehatan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
yang optimal sebagai perwujudan informasi manajemen, dan melaksanakan
kesejahteraan umum seperti yang dimaksud pengendalian mutu pelayanan4.
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Pengelolaan obat di puskesmas
1945. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan hal yang sangat penting yang
2009, disebutkan pembangunan kesehatan perlu di perhatikan, mengigat dengan
adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua pengelolaan yang tidak sesuai dengan
komponen bangsa yang bertujuan untuk prosedur yang tepat akan terjadi masalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan tumpang tindih anggaran dan pemakaian
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang tidak tepat guna. Sehingga
agar peningkatan derajat kesehatan ketidakefisienan dalam pengelolaan obat akan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat berdampak negatif baik secara medis maupun
terwujud1. medic. Mengingat bahwa obat merupakan
Pembangunan kesehatan pada elemen penting dalam pelayanan kesehatan
hakikatnya adalah penyelenggaraan upaya serta besarnya biaya yang diserap untuk
kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk pengadaan obat, maka pengelolaan obat
mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi harus terus-menerus ditingkatkan sehingga
setiap penduduk agar dapat mewujudkan dapat memenuhi kebutuhan program
derajat kesehatan masyarakat yang optimal, pelayanan kesehatan dasar. Pengelolaan obat
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang tidak efisien menyebabkan tingkat
dari tujuan Nasional. Upaya dalam sistem ketersediaan obat menjadi berkurang, terjadi
kesehatan nasional baik yang diakukan dalam kekosongan obat, banyaknya obat yang
sektor kesehatan maupun diluar sektor menumpuk akibat dari perencanaan obat
kesehatan yang diselenggarakan oleh yang tidak sesuai, serta biaya obat yang
pemerintah dan masyarakat termasuk usaha menajdi mahal disebabkan penggunaan obat
swasta, baik berbentuk organisasi, yayasan, yang tidak rasional. Oleh karena itu
badan usaha maupun perorangan2. diperlukan pengelolaan yang baik dan benar
Pelaksanaan pembangunan di bidang serta efektif dan efisien secara
kesehatan diselenggarakan melaui usaha- berkesinambungan5.
usaha penyediaan pelayanan kesehatan yang Perencanaan obat di Puskesmas
lebih luas dan merata bagi seluruh Buranga tidak terlepas dari kebutuhan
masyarakat dimana salah satu program obat yang dibutuhkan oleh masyarakat di
pelayanan kesehatan yang bersifat upaya wilayah kerja puskesmas Buranga.
pengobatan (kuratif) membutuhkan logistic Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di
seperti obat-obatan untuk kegiatan pelayanan puskesmas Buranga tahun 2015 perencanaan
kesehatan baik di puskesmas maupun di obat di puskesmas Buranga baru sebatas
puskesmas pembantu3. permintaan yang berdasarkan stok persediaan
Pengelolaan obat dan bahan medis obat tanpa memperhitungkan peresepan obat
habis pakai merupakan salah satu kegiatan serta pola penyakit yang terjadi di
pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari masyarakat. Hal ini akan berpengaruh pada
perencanaan, permintaan, penerimaan, pemenuhan kebutuhan masyarakat akan obat
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, ketika terjadi penyakit pada bulan-bulan
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan tertentu6.
dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk
Penyimpanan obat juga merupakan 2. Proses perencanaan obat
faktor yang penting dalam pengelolaan obat Berdasarkan informasi yang diperoleh
di puskesmas karena dengan penyimpanan dari informan bahwa proses perencanaan
yang baik dan benar akan dengan mudah obat di Puskesmas Buranga yaitu berdasarkan
dalam pengambilan obat dan lebih efektif. kebutuhan pasien dengan melihat stok
Tapi di Puskesmas Buranga penyimpanan persediaan. Perencanaan dilakukan tiap 3
obatnya tidak disusun rapi atau tidak bulan jadi dalam satu tahun dilakukan empat
tersusun secara alfabetis melainkan dengan kali pengamprahan obat.
kebiasaan. Kebiasaan disini maksudnya obat 3. Metode perencanaan kebutuhan obat
yang sering diminta akan ditempatkan lebih Hasil penelitian di puskesmas Buranga
depan dari pada yang jarangdiminta. menunjukkan bahwa perencanaan kebutuhan
Dengan penyimpanan obat yang baik maka obat dilakukan 4 (empat) kali dalam setahun
obat akan terhindar dari kerusakan fisik yang disusun setiap tiga bulan (triwulan),
maupun kimia serta mutunya akan tetap didasarkan pada kebutuhan obat tahun
terjamin, sebaliknya penyimpanan obat yang sebelumnya (metode konsumsi). Metode
tidak baik maka obat mudah rusak, mutu obat konsumsi yaitu berdasarkan data pemakaian
menurun sehingga dapat memberi pengaruh obat tahun sebelumnya atau dengan melihat
buruk bagi kesehatan penggunanya6. stok persediaan yang ada di puskesmas.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka Dengan perencanaan yang baik obat-obatan
rumusan masalah penelitian ini adalah yang direncanakan dapat tepat jenis maupun
bagaimana Pengelolaan Obat di Puskesmas tepat jumlah untuk memenuhi kebutuhan
Buranga Kabupaten Wakatobi tahun 2016 ? masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
B. Pengadaan
METODE 1. Proses pengadaan obat
Penelitian yang dilakukan merupakan Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan beberapa informan dapat disimpulkan bahwa
fenomenologi melalui teknik indepth pengadaan obat di Puskesmas Buranga
interview (wawancara mendalam) dan dilakukan setiap 3 bulan dengan membuat
observasi. Informan dalam penelitian ini Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
sebanyak 4 orang adalah Kepala Puskesmas, Obat LPLPO yang telah disetuju oleh Kepala
penanggung jawab gudang obat, staf apotik Puskesmas.
dan staf puskesmas. Pemilihan informan 2. Pemeriksaan obat yang datang
dilakukan dengan menggunakan teknik Berdasarkan informasi yang diperoleh
Purposive Sampling5. dari
informan bahwa pemeriksaan obat yang
HASIL datang di Puskesmas Buranga yaitu dilakukan
A. Perencanaan pada saat pengamprahan di gudang farmasi
1. Tim perencanaan obat dengan memperhatikan jumlah obat, keadaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan fisik obat dan tanggal kadaluarsa obat.
informan dapat disimpulkan bahwa yang 3. Langkah yang ditemuh jika terjadi
bertanggungjawab dalam proses perencanaan kekurangan obat
obat di puskesmas yaitu penanggungjawab Berdasarkan keterangan dari beberapa
gudang obat di puskesmas dan diketahui oleh informan dapat disimpulkan bahwa langkah
kepala puskesmas dan yang terlibat dalam yang ditempuh jika terjadi kekurangan atau
proses perencanaan itu yaitu seluruh kekosongan obat di Puskesmas Buaranga
penanggungjawab yang membuat laporan maka pasien diberikan resep, nanti mereka
dengan cara mengumpulkan laporan bulanan yang beli sendiri di luar.
mereka yang akan disampaikan kepada C. Penyimpanan obat
penanggungjawab gudang obat puskesmas. 1. Pengaturan tata ruang
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
informan bahwa pengaturan tata ruang
penyimpanan obat di Puskesmas Buranga 2. Proses pencatatan dan pelaporan obat
yaitu semua disesuaikan dengan kondisi Berdasarkan keterangan dari beberapa
gudang. Sarana penyimpanan obat di informan dapat disimpulkan bahwa proses
Puskesmas Buranga masih kurang khususnya pencatatan obat di Puskesmas Buranga
di gudang obat, untuk obat cair dan tablet dilakukan setiap bulannya dengan melkukan
yang masih disimpan di tempat yang sama. pencatatan harian obat, kartu stok dan
2. Cara penyusunan obat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Berdasarkan Informasi yang diperoleh dari Obat.
hasil wawancara beberapa informan, dapat
disimpulkan bahwa cara penyusunan obat di DISKUSI
Puskesmas Buranga yaitu diatur berdasarkan A. Perencanaan obat
bentuk sediaan dan tetap memperhatikan 1. Tim perencanaan obat
kadaluarsanya juga, serta dengan metode Dalam Permenkes RI Nomor 30 tahun
FIFO, obat yang pertama dating maka yang 2014 perencanaan kebutuhan obat
pertama akan keluar. merupakan proses kegiatan seleksi obat dan
3. Pengamanan mutu obat bahanmedis habis pakai untuk menentukan
Berdasarkan keterangan dari beberapa jumlah dan jenis obat dalam rangka
informan dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan
pengamanan mutu obat di Puskesmas perencanaan adalah untuk mendapatkan
Buranga yaitu obat disimpan di dalam lemari perkiraan jenis dan jumlah obat yang
untuk menghindari terjadinya keruskan fisik mendekati kebutuhan, meningkatkan
obat dan obat khusus di simpan dalam boks penggunaan obat secara rasional, dan
pendinging. meningkatkan efisiensi penggunaan obat7.
D. Pendistribusian obat Dari hasil penelitian bahwa yang
1. Proses pendistribusian obat bertanggung jawab dalam proses
Berdasarkan keterangan dari beberapa perencanaan obat di puskesmas yaitu kepala
informan dapat disimpulkan bahwa puskesmas, penanggung jawab gudang obat
pendistribusian obat di puskesmas buranga puskesmas, serta seluruh penanggung jawab
didistribusikan setelah penanggung jawab atau programmer yang berhubungan dengan
obat menerima obat di gudang farmasi kota pengelolaan obat. Seluruh penanggung jawab
(GFK) dan mengecek permintaan obat sesuai atau programmer tersebut membuat laporan
dengan LPLPO (laporan pemakaian dan dengan cara mengumpulkan laporan bulanan
lembar permintaan obat) dan kemudian mereka yang akan disampaikan kepada
didistribusikan langsung ke apotik dan sub- penanggungjawab gudang obat puskesmas
sub unit pelayanan. dan kemudian disetujui oleh kepala
2. Sistem pendistribusian dan pengambilan Puskesmas Buranga.
obat Menurut Kepmenkes Nomor:
Berdasarkan keterangan dari beberapa 1121/MENKES/SK/XII/2008 bahwa tim
informan dapat disimpulkan bahwa perencanaan terpadu terdiri dari ketua yakni
penerimaan obat langsung diambil oleh kepala bidang yang membawah program
petugas masing-masing unit pelayanan kefarmasian dan perbekalan di Dinas
kesehatan kemudian dicatat dalam kartu stok. kesehatan Kabupaten/kota, sekretaris yakni
E. Pencatatan dan pelaporan obat kepala seksi farmasi yang menangani
1. Pencatatan mutasi obat kefarmasian dan perbekalan dinas kesehatan
Berdasarkan keterangan dari beberapa dan anggota yang terdiri dari unsur-unsur unit
informan di atas disimpulkan bahwa waktu terkait: 1) Unsur sekretariat daerah
pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas kabupaten/kota, 2) Unsur program yang
Buranga yaitu dilakukan setiap hari dan terkait di Puskesmas dan 3) Unsur lainya8.
kemudian deregister bulanan.
2. Proses perencanaan obat (metode konsumsi). Metode konsumsi yaitu
Perencanaan kebutuhan obat merupakan berdasarkan data pemakaian obat tahun
proses kegiatan seleksi obat dan bahan medis sebelumnya atau dengan melihat stok
habis pakai untuk menentukan jumlah dan persediaan yang ada di Puskesmas.
jenis obat dalam rangka pemenuhan B. Permintaan/pengadaan obat
kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan 1. Proses pengadaan obat
adalah untuk mendapatkan perkiraan jenis Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
dan jumlah obat yang mendekati kebutuhan, pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
meningkatkan penggunaan obat secara adalah kriteria obat dan perbekalan
rasional, dan meningkatkan efisiensi kesehatan, persyaratan pemasok, penentuan
penggunaan obat7. waktu pengadaan dan kedatangan obat,
Perencanaan obat di Puskesmas dilakukan penerimaan dan pemeriksaan obat dan
untuk menentukan jenis obat dan jumlah perbekalan kesehatan, dan pemantauan
kebutuhan obat. Dari hasil penelitian status pesanan10.
perencanaan kebutuhan obat untuk Permintaan/pengadaan obat untuk
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh mendukung pelayanan obat di Puskesmas
pengelola gudang obat dengan persetujuan Buranga diajukan oleh Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas. Perencanaan obat yang kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
dilakukan di Puskesmas Buranga mengacu dengan menggunakan format Laporan
pada kebutuhan obat sebelumnya. Data Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
pemakaian obat pada Puskesmas Buranga (LPLPO). Waktu pengadaan obat yang
diperoleh dari Laporan Pemakaian dan dilakukan yaitu setiap 3 (tiga bulan) atau
Lembar Permintaan Obat (LPLPO). pertriwulan dengan membuat Laporan
Kompilasi obat di Puskesmas dilakukan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
dengan mengumpulkan data dari tiap unit (LPLPO) yang telah disetuju oleh Kepala
pelayanan dan sub unit pelayanan kemudian Puskesmas. Namun akan diadakan
merekapitulasi untuk menentukan jumlah dan permintaan khusus jika terjadi kekosongan
jenis obat yang dibutuhkan. Obat yang sering obat di puskesmas.
diguanakan akan menjadi prioritas utama 2. Penmeriksaan obat datang
untuk diusulkan oleh Puskesmas ke Dinas Penerimaan dan pemeriksaan obat
Kesehatan Kabupaten/Kota9. merupakan salah satu kegiatan pengadaan
3. Metode perencanaan kebutuhan obat obat yang diterima sesuai dengan jenis dan
Perencanaan obat memiliki dua metode, jumlah serta sesuai dengan dokumen yang
yaitu metode konsumsi dan metode menyertainya. Penerimaan dan pemeriksaan
epidemiologi. Metode konsumsi merupakan merupakan suatu rangkaian kegiatan pada
metode perencanaan berdasarkan atas analisi penerimaan obat baik dari pemasok maupun
konsumsi logistic periode sebelumnya dari unit pengelolan obat/gudang farmasi
sedangkan metode epidemiologi merupakan kabupaten/kota atau dari suatu unit
metode perencanaan berdasarkan atas pelayanan kesehatan kepada unit pelayanan
analisis jumlah kasus penyakit periode kesehatan lainnya dalam rangka memenuhi
sebelumnya. Jumlah kasus ini tergantung dari permintaan obat dari yang bersangkutan6.
jumlah kunjungan, frekuensi penyakit dan Pemeriksaan obat yang datang di yaitu
standar pegobatan3. dilaksanakan oleh petugas pengelola obat
Dalam perencanaan kebutuhan obat pada saat pengamprahan di Gudang Farmasi
direncanakan oleh penanggung jawab gudang Kabupaten (GFK) terlebih dahulu kemudian
obat secara berkala setiap periode yaitu diperiksa kembali saat di gudang Puskesmas
setiap 3 (tiga) bulan, jadi dalam setahun serta dicatat di dalam pembukuan Puskesmas.
empat kali dilaksanakan pengamprahan obat. Pemeriksaan obat dilakukan dengan
Perencanaan obat di Puskesmas Buranga memperhatikan jumlah obat, keadaan fisik
didasarkan pada kebutuhan obat sebelumnya obat dan tanggal kadaluarsa obat. Hal ini
dilakukan agar jenis, jumlah dan mutu obat selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan
dapat dilihat langsung. Apakah sesuai dengan terbuka, bila memungkinkan pasang kipas
laporan penerimaan sehingga dapat mecegah angin atau AC. Karena makin panas udara di
terbawanya obat yang rusak ataupun expaire. dalam ruangan maka udara semakin lembab,
Petugas penerima obat bertanggung biarkan pengering tetap dalam wadah tablet
jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, dan kapsul, dan kalau ada atap yang bocor
pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan harus segera diperbaiki12.
obat berikut kelengkapan catatan yang Pengaturan tata ruang dimaksudkan untuk
menyertainya. Petugas penerima wajib memaksimalkan keleluasaan bagi petugas
melakukan pengecekan terhadap obat yang dalam bergerak mencari obat dan juga untuk
diserahterimakan, meliputi kemasan, jenis membantu dalam penjagaan mutu obat.
dan jumlah, bentuk sediaan obar sesuai Penyimpanan obat di Puskesmas Buranga
dengan isi dokumen (LPLPO), dan ditandai masih kurang, dimana obat cair dan tablet
tanganioleh petugas penerima serta yang masih disimpan di tempat yang sama.
diketahui oleh Kepala Puskesmas. Petugas Hal ini dikarenakan disesuaikan dengan
penerima dapat menolak apabila terdapat kondisi gudang penyimpanan obat yang masih
kekurangan dan kerusakan obat. Setiap kurang.
penambahan obat, dicatat dan dibukukan Selain itu juga, gudang obat juga tidak
pada buku penerimaan obat dan kartu stok 11. memiliki ventilasi yang cukup dan hanya ada
3. Langkah yang ditempuh jika terjadi satu jendela, sehingga sirkulasi udara tidak
kekosongan obat berjalan dengan baik dan dapat
Pengadaan merupakan pemenuhan mengakibatkan umur obat akan cepat rusak.
kebutuhan obat di Puskesmas, sesuai dengan 2. Cara penyusunan obat
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Pengaturan penyimpanan
Permintaan diajukan kepada Dins Kesehatan obat:
Kabupaten/Kota seusai dengan ketentuan a. Obat disusun secara alfabetis
peraturan perundang-undangan dan b. Obat dirotasi dengan sistem First in
kebijakan pemerintah daerah setempat12. First Out (FIFO) dan First Expired First
Metode yang digunakan dalam pengadaan Out (FEFO)
obat di Puskesmas Buranga yaitu berdsarkan c. Obat disimpan pada rak
pola konsumsi tanpa memperhatikan pola d. Obat yang disimpan pada lantai harus
penyakit yang ada di Puskesmas dengan diletakkan di atas palet
menggunakan Laporan Pemakaian dan e. Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai
Lembar Permintaan Obat kemudian ke Dinas dengan petunjuk
Kesehatan (Gudang Farmasi Kabupaten/Kota) f. Cairan dipisahkan dari padatan
setiap pertriwulan. Hal ini mengakibatkan g. Sera, vaksin, supositoria disimpan
terjadinya kekosongan obat jika terjadi dalam lemari pendingin
lonjakan penyakit pada bulan-bulan tertentu Hal ini sangat penting karena obat yang
di Puskesmas. Sehingga pasien terpaksa sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau
diberikan resep untuk membeli sendiri keluar. potensinya berkurang, selain itu beberapa
C. Penyimpanan obat obat seperti antibiotic mempunyai batas
1. Pengaturan tata ruang waktu pemakaian artinya batas waktu dimana
Ventilasi udara yang baik akan dapat obat mulai berkurang efektifitasnya.
terhindar dari kelembaban. Udara lembab Efektifitas dalam penggunaan metode ini akan
dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak sangat penting dalam menjaga keseimbangan
tertutup sehingga mempercepat kerusakan. antara pemasukan dan pengeluaran obat di
Untuk menghindari udara lembab tersebut puskesmas13.
maka perlu dilakukan upaya-upaya berikut: 4. Pengamanan mutu obat
Ventilasi harus baik, jendela dibuka, simpan Menjaga mutu obat agar tidak terjadi
obat di tempat yang kering, wadah harus pembuangan obat cuma-cuma sehingga dapat
berakibat kurangnya stok obat pada gudang
obat puskesmas, dengan demikian perlu berdasarkan keluhan pasien yang masuk
mengeceknya sesekali. Penempatan juga diberikan resep dan dijelaskan aturan
mempengaruhi mutu dan kondisi obat oleh pemakaiannya.
karena itu obat harus disusun rapi dengan Pendistribusian obat di Puskesmas
menggunakan pallet maupun rak dan tidak Buranga menunjukkan bahwa setelah
langsung bersentuhan dengan lantai. Untuk penerima obat dari Gudang Farmasi
menjamin mutu obat, obat disimpan di dalam Kabupaten diterima penanggung jawab obat
lemari untuk menghindari terjadinya keruskan puskesmas maka dilakukan pengecekan
fisik obat dan obat khusus seperti vaksin di kembali apakah obat seusai dengan jenis dan
simpan dalam boks pendingin. jumlah yang diminta dalam LPLPO.
Setiap petugas pengelola yang melakukan Pendistribusian obat dilakukan ke setipa unit-
penyimpanan obat, perlu melakukan unit pelayanan kesehatan dengan sistem
pengamatan mutu obat secara berkala, paling amprah. Pengamprahan obat dilakukan ke
tidak setiap awal bulan. Pengamatan mutu unit-unt pelayanan kesehatan setiap bulannya
obat, yaitu mutu obat yang disimpan dapat sesuai pemakaian obat harian puskesmas.
mengalami perubahan baik secara fisik E. Pencatatan dan pelaporan
maupun kimia dan laporan perubahan yang 1. Pencatatan mutasi obat
terjadi kepada instalasi farmasi Puskesmas bertanggung jawab atas
kabupaten/kota untuk diteliti lebih lanjut 13. terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat
D. Pendistribusian yang tertib dan lengkap serta tepat waktu.
1. Proses pendistribusian obat Pencatatan obat dilakukan rutin, setiap ada
Mekanisme pendistribusian obat obat yang masuk maupun keluar dari gudang
merupakan cara atau langkah dalam obat14.
menyalurkan obat ke unit-unit bawah Kegiatan pencatatan yang dilakukan di
Puskesmas dengan tujuan yang sama yaitu Puskesmas Buranga yaitu baik obat-obatan
memberikan pelayanan kesehatan kepada yang diterima, obat-obatan yang disimpan ,
masyarakat. maupun obat-obatan yang didistribusikan dan
Pendistribusian obat dilakukan setelah digunakan di puskesmas dan atau unit
penanggung jawab obat menerima obat di pelayanan lainnya. Pencatatan stok obat yang
Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) dan dilakukan di Puskesmas Buranga yaitu kartu
mengecek permintaan obat sesuai dengan stok, Laporan Pemakaian dan Lembar
LPLPO (laporan pemakaian dan lembar Permintaan Obat (LPLPO). Pencatatan
permintaan obat) dan kemudian dilakukan untuk mengetahui jumlah obat yang
didistribusikan langsung ke sub-sub unit tersedia di tempat penyimpanan obat dan
pelayanan dan apotik kemudian disalurkan ke sebagai pertanggung jawaban yang akan
pasien dalam pelayanan setiap harinya. melindungi dari dugaan manipulative.
2. Sistem pendistribusian obat Sarana yang digunakan untuk pencatatan
Setiap penyerahan obat oleh Instalasi dan pelaporan obat di puskesmas adalah
Farmasi Kabupaten/Kota kepada Puskesmas LPLPO dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan petugas puskesmas harus tepat data, tepat isi,
dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan
atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu. diarsipkan dengan baik. LPLPO juga
Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi dimanfaatkan untuk analisis penggunaan,
obat kepada Puskesmas Pembantu dan sub perencanaan kebutuhan obat, pengendalian
unit pelayanan kesehatan lainnya merupakan persediaan dan pembuatan laporan
tanggung jawab Kepala Puskesmas14. manajemen (pengelolaan) obat15.
Pendistribusi obat langsung diambil oleh 2. Proses pencatatan dan pelaporan obat
petugas masing-masing unit pelayanan Proses pencatatan dan pelaporan yaitu
kesehatan kemudian dicatat dalam kartu stok. dimulai dari petugas melaporkan LPLPO
Penyerahan obat ke pasien di laksanakan masing-masing kepada penanggung jawab
puskesmas selaku petugas perekap bulan dalam 1 (satu) tahun, namun
pelaporan. Penanggung jawab gudang obat kadangkala terjadi kekosongan obat
merekap LPLPO yang kemudian hasil laporan sehingga pasien harus membeli sendiri di
tersebut ditandatangani oleh kepala luar.
puskesmas yang akan diserahkan ke Dinas 3. Penyimpanan obat yang dilakukan oleh
Kesehatan Kabupaten sebagai laporan Puskesmas Buranga belum masuk
bulanan. Tujuan pencatatan dan pelaporan standar penyimpanan gudang obat yang
obat adalah sebagai bukti bahwa suatu baik, ini di karenakan gudang obat yang
kegiatan telah dilakukan, sumber data untuk dimiliki mempunyai ruang yang belum
melakukan pengaturan dan pengendalian, sesuai denga standar. Penyimpanan obat
sumber data untuk perencanaan kebutuhan di Puskesmas Buranga tidak berdasarkan
dan sumber data untuk pembuatan laporan11. abjad melainkan disusun berdasarkan
Pencatatan dan pelaporan dari Puskesmas kebiasaan saja. Selain itu juga kondisi
Buranga ditemukannya kekurangan gudang obat yang tidak memiliki
persediaan obat jenis tertentu, hal ini akibat pertukaran udara yang efektif, sehingga
meningkatnya kasus, selain itu ada beberapa hal ini akan mempengaruhi mutu obat.
jenis item obat yang berlebih, karena jarang di 4. Pendistribusian obat di Puskesmas
gunakan sehingga memungkinkan obat Buranga sudah sesuai prosedur. Hal ini
tersebut mengalami kerusakan (expayer). dapat dilihat dengan dilaksanakannya
Penyelenggaraan pencatatan di gudang pendistribusian obat-obatan dari gudang
puskesmas dilakukan setiap obat yang obat Puskesmas dilakukan dengan
diterima dan dikeluarkan dari gudang dicatat sistem amprah setiap bulannya sesuai
di dalam buku penerimaan dan kartu stok. dengan pedoman pengelolaan obat di
Laporan penggunaan dan lembar permintaan puskesmas
obat berdasarkan kartu stok obat dan catatan 5. Pencatatan dan pelaporan obat di
harian penggunaan obat. Data yang ada pada Puskesmas Buranga sudah sesuai
LPLPO merupakan laporan puskesmas ke prosedur. Hal ini dapat dilihat dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota11. dilakukannya sistem pencatatan harian
setiap harinya dan pelaporan setiap
SIMPULAN bulannya dengan Laporan Pemakaian
1. Perencanaan obat di Puskesmas Buranga dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
dilakukan oleh penanggung jawab
gudang obat Puskesmas Buranga dengan SARAN
melihat laporan dari masing-masing unit 1. Perencanaan obar sebaiknya
untuk kemudian diusulkan ke Dinas memperhatikan pola penyakit,
Kesehatan Kabupaten Wakatobi dengan karakteristik pengunjung (umur, jenis
persetujuan Kepala Puskesmas Buranga. kelamin), stok awal dan sisa stok,
Perencanaan obat di Puskesmas Buranga pemakaian rata-rata perbulan, dan stok
hanya berdasarkan stok persediaan pengaman agar obat-obatan yang
tanpa melihat pola penyakit yang terjadi direncanakan dapat tepat jenis maupun
di masyarakat. Hal ini akan berpengaruh tepat jumlah dalam hal ini tidak hanya
terhadap ketersediaan obat di menggunakan metode konsumsi namun
Puskesmas Buranga pada saat tiba-tiba menggunakan metode konsumsi dan
ada kejadian penyakit pada bula-bulan epidemiologi untuk memenuhi
tertentu. kebutuhan masyarakat dalam wilayah
2. Pengadaan obat di Puskesmas Buranga kerja Puskesmas Buranga.
dilaksanakan dengan mengajukan 2. Seperti halnya perencanaan, pengadaan
Laporan Pemakaian dan Lembar obat di Puskesmas Buranga juga lebih
Permintaan Obat (LPLPO) ke Dinas diperhatikan agar tidak terjadi
Kesehatan Kabupaten Kota setiap 3 (tiga) kekosongan obat, dimana dalam untuk
permintaan atau pengadaan obat tidak 9. Mangindara., Darmawansyah.,
hanya melihat atau hanya berdasarkan Nurhayani., Balqis (2012). Analisis
stok persediaan saja. Pengelolaan Obat Di Puskesmas Kampala
3. Diharapkan agar pihak Puskesmas Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten
Buranga dapat menyediakan fasilitas Sinjaitahun 2011.Jurnal AKK, Vol 1 No 1,
tempat penyimpanan obat yang lengkap September 2012,Hal 1-55
agar kondisi obat dapat terjaga dan 10. Kepmenkes RI. 2008. Pedoman Teknis
dapat mencegah terjadinya obat yang Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan
rusak serta memperhatikan kondisi fisik Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan
gudang obat agar sesuai dengan Dasar. Jakarta.
persyaratan gudang obat yang baik. 11. Kementrian Kesehatan RI. 2010a. Materi
4. Diharapkan agar pihak Puskesmas Pelatihan Manajemen Kefarmasian Di
Buranga agar dapat melaksanakan Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina
sistem pendistribusian dengan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta
semaksimal mungkin meskipun sudah 12. Djuna, Sarlin. 2014. Studi Manajemen
sesuai prosedur. Pengelolaan Obat Di Puskesmas
5. Diharapkan agar pihak Puskesmas Labakkang Kabupaten Pangkep Tahun
Buranga agar dapat mempertahankan 2014. Fakultas Kesehatan Masyarakat
sistem pencatatan dan pelaporan obat Universitas Hasanuddin. Makassar
yang sudah sesuai standar pengelolaan 13. Depkes RI. 2009b. Informasi Penggunaan
obat yang baik. Obat. Dirjen Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan. Direktorat Bina Penggunaan
DAFTAR PUSTAKA Obat Rasional. Jakarta.
1. Depkes RI. 2009a. Sistem Kesehatan 14. Kementrian Kesehatan RI. 2010a. Materi
Nasional. Jakarta. Pelatihan Manajemen Kefarmasian Di
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun Puskesmas. Direktorat Jenderal Bina
2009 Tentang Kesehatan. Jakarta. Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. Jakarta
3. Rahmatie, Erni dan Santosa, Stefanus. 15. Depkes RI. 2010. Pedoman Pengelolaan
2015. Sistem Informasi Perencanaan Obat Dan Program Kesehatan. Direktorat
Pengadaan Obat di Dinas Kesehatan Jenderal Pelayanan Kefarmasian. Depkes
Kabupaten Boyolali. Jurnal Pseudocode, RI. Jakarta.
Volume 2 Nomor 1, Februari 2015, ISSN
2355-5920
4. Permenkes RI. 2014. Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta.
5. Al-Hijrah, Muh. Fauzar., Asiah Hamzah.,
Darmawansyah. 2013. Studi Tentang
Pengelolaan Obat Di Puskesmas Mandai
Kabupaten Maros tahun 2013
Universitas Hasanudin. Makasar.
6. Data sekunder Puskesmas Buranga
tahun 2015
7. Permenkes RI. 2014. Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.Jakarta
8. Depkes RI. 2008. Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.
1121/Menkes/SK/XII/2008. tentang
Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik
dan Perbekalan Kesehatan Untuk
Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai