TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan manajemen logistik adalah tersedianya barang serta bahan dalam jumlah dan mutu
yang tepat, tidak dalam keadaan rusak, pemborosan, dan pencurian (Kementerian Kesehatan
RI, 2016a)
Manajemen obat yang baik adalah ketika dibutuhkannya suatu obat baik dari segi
jenis, jumlah maupun kualitas selalu tersedia dan mempunyai kualitas yang baik dan juga
efisien, sehingga manajemen obat dapat dipakai sebagai proses penggerakan dan
pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki atau potensi yang dapat digunakan untuk
mewujudkan ketersediaan obat yang dibutuhkan untuk operasional efektif dan efisien setiap
Di puskesmas pengelolaan obat merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu
diperhatikan, mengingat dengan ketidaksesuaian pengelolaan dengan prosedur yang ada dan
secara medis maupun non medis. Pengelolaan obat yang tidak efisien dapat menyebabkan
tingkat ketersediaan obat menjadi berkurang, banyak obat yang menumpuk akibat dari
perencanaan yang tidak sesuai, terjadi kekosongan obat dan biaya obat menjadi mahal akibat
dari penggunaan obat yang tidak rasional. Mengingat bahwa obat merupakan elemen penting
dalam pelayanan kesehatan dan besarnya biaya yang diserap untuk pengadaan obat. Oleh
karena itu, pengelolaan obat harus terus-menerus ditingkatkan agar dapat memenuhi
kebutuhan program pelayanan kesehatan dasar. Maka diperlukan pengelolaan yang baik,
benar dan efektif serta efisien secara berkesinambungan (Nurniati, Lestari, & Lisnawaty,
2016).
2.1.1. Pemilihan
Pemilihan atau seleksi merupakan tahapan awal dalam perencanaan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP). Prinsip dasar seleksi adalah Obat dan BMHP terpilih harus
mempunyai manfaat terapi yang jauh lebih besar dibandingkan resikonya serta merupakan
yang terbaik dibandingkan kompetitornya. Seleksi bertujuan untuk menentukan jenis obat
dan BMHP yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan serta pelaksanaan
Pada proses pemilihan obat seharusnya mengikuti pedoman seleksi obat, antara lain:
1. Memilih obat yang tepat dan terbukti efektif serta merupakan drug of choice;
2. Memilih seminimal mungkin obat untuk suatu jenis penyakit, mencegah duplikasi;
3. Melakukan monitoring kontra indikasi dan efek samping obat secara cermat untuk
mempertimbangkan penggunaannya;
4. Biaya obat, yang secara klinik sama harus dipilih yang termurah
2.1.2. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah serta harga
perbekalan sediaan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan anggaran puskesmas agar terhindar
dari kekosongan stok obat. Perencanaan obat merupakan suatu kegiatan menetapkan jenis dan
jumlah obat serta perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan dasar termasuk obat program kesehatan yang telah ditetapkan (Kemenkes RI,
2016).
Tujuan dari pengelolaan obat pada tahap perencanaan adalah untuk meminimalkan
investasi dalam perencanaan obat namun tetap mengutamakan pelayanan yang tinggi
terhadap pasien, memberi stok pengaman terhadap ketidakpastian penggunaan obat serta
efisiensi dalam pembelian obat. Efisiensi pada perencanaan obat dapat menurunkan biaya
belanja sehingga dana yang digunakan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan
2.1.3. Pengadaan
Pengadaan merupakan salah satu fungsi manajemen logistik yang kompleks karena
pengadaan bersifat teknis. Pengadaan merupakan proses untuk mendapatkan obat atau barang
pengambilan tindakan dan keputusan untuk menentukan jumlah obat yang spesifik, kualitas
obat yang akan diterima, harga yang harus dibayar, pengiriman barang yang tepat waktu,
proses berjalan lancar dan tidak memerlukan waktu serta tenaga yang berlebihan (Karimah,
farmasi di puskesmas sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat serta telah
disetujui melalui pembelian, produksi atau pembuatan sediaan farmasi setar sumbangan atau
hibah. Pengadaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
Menurut Quick (2012), berusaha memastikan ketersediaan obat yang tepat dalam
jumlah yang tepat serta harga yang tepat dan kualitas yang sesuai dengan standar yang diakui
kegiatan dalam menerima sediaan farmasi dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil
pengadaan secara mandiri oleh puskesmas sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Tujuan dari tahap penerimaan adalah untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik (Kementerian Kesehatan
RI, 2016b)
2.1.5. Penyimpanan
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik ataupun kimia serta mutunya
tetap terjamin sesuai dengan persyaratan yang sudah diterapkan. Tujuan dari tahap
penyimpanan adalah agar mutu obat yang sudah tersedia di puskesmas dapat dipertahankan
sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan (Kementerian Kesehatan RI, 2016b)
1. Pengaturan ruangan
penyusunan, pencarian dan pengawasan obat–obatan, maka diperlukan pengaturan tata ruang
2. Penyusunan obat
Obat disusun berdasarkan bentuk sediaan alfabetis dan obat yang masa kedaluarsanya
lebih awal harus didistribusikan dahulu sesuai dengan metode FIFO (first in first out) dan
mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, rusak atau kedaluarsa). Setiap lembar kartu
stok obat hanya diperuntukan untuk mencatat data mutasi satu jenis obat. Data pada kartu
distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam tempat
Istilah mutu obat dalam pelayanan kesehatan dasar berbeda dengan istilah mutu obat
secara ilmiah yang secara umumnya. Secara teknis, kriteria mutu obat mencakup identitas,
kemurnian dan ketersediaan hayati. Mutu obat yang disimpan di gudang dapat mengalami
perubahan baik dari faktor fisik maupun kimiawi. Perubahan ini dapat dilihat secara dan juga
bila ada kerusakakn obat yang tidak dapat ditetapkan dengan cara organoleptic, harus
2.1.6. Pendistribusian
Distribusi obat adalah kegiatan pengeluaran serta penyerahan obat secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit puskesmas serta jaringannya (Liwu, Kristanto, &
Tambun, 2017).
Distribusi obat bertujuan untuk melaksanakan pengiriman obat secara merata dan
teratur sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan, menjamin kecukupan dan
kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan program kesehatan (Kementerian Kesehatan
RI, 2016b).
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan puskesmas dan jaringannya,
antara lain:
1. Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan puskesmas
4. Bidan Desa
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
dapat digunakan harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan ketentuaan perundang-
undangan Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar dilakukan oleh pemilik
izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada kepala BPOM. Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang
izin edarnya dicabut oleh Menteri Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan
2. Telah kadaluwarsa
3. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan
ilmu pengetahuan
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari:
1) Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan
2.1.8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pengadaan, penyimpanan dan distribusi. Hal
menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan BMHP meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan pelaporan ekstenal. Perlaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan;
Fungsi pencatatan obat yaitu untuk mengetahui jenis dan jumlah obat yang tersedia di
tempat penyimpanan obat. Di samping itu, dengan memiliki pencatatan yang baik memiliki
manfaat sebagai pertanggung jawaban yang akan melindungi kita dari dugaan manipulatif.
jumlah persediaan minimum dan maksimum yang harus ada dalam persediaan.
Monitoring dan evaluasi pengelolaan obat dilakukan secara periodic dengan tujuan
1. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai;
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai agar tetap terjaga kualitas maupun pemerataan
pelayanan; dan
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah satu
1) Perencanaan kebutuhan;
2) Permintaan;
3) Penerimaan;
4) Penyimpanan:
5) Pendistribusian;
6) Pengendalian;
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
3) Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang terkait
3. Konseling
Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Puskesmas diketahui bahwa persentase stok obat
mati, persentase stok obat kedaluarsa, dan stok akhir obat tidak sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. Sehingga disimpulkan bahwa
penyimpanan obat di Puskesmas Kota Banjarbaru belum efisien (Akbar et al., 2016).
2. Hasil penelitian lain tentang Analisis Manajemen Logistik di Puskesmas Cipayung Kota
Depok Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019, menunjukan bahwa sumber daya manusia
yang berada di instalasi farmasi belum mencukupi, tempat penyimpanan logistik obat
dikarenakan stok yang tidak tersedia dan waktu tunggu pemesanan yang lama.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sumber daya manusia dalam pengadaan obat di
Puskesmas Cipayung Kota Depok belum mencukupi hal ini dapat menghambat proses
pelayanan, serta gudang farmasi yang belum mencukupi dalam proses penyimpanan
Jogonalan I Klaten belum sesuai dengan checklist dan peraturan (Wisdaningrum, n.d.).
4. Penelitian lain yang dilakukan di Yogyakarta oleh Atika (2020) tentang efisiensi
Pemilihan
Perencanaan
Pengaturan
ruangan
Pengadaan
Penyusunan
Penerimaan obat
Kesesuaian
Manajemen standar
logistik obat Penyimpanan
penyimpanan
obat
Pendistibusian
Pencatatan
kartu stok
Pemusnahan
dan penarikan
Pengamatan
Pengendalian mutu obat
Pencatatan
dan pelaporan
Monitoring
dan evaluasi
Keterangan:
- - - - - : Tidak diteliti
: Diteliti