Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328

Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298


Analisis Pengelolaan Obat Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jantung Bina
Waluya Jakarta Timur Tahun 2019

Meity A.P. Bachtiar, Alih Germas, dan Nurcahyo Andarusito


Universitas Respati Indonesia
methiebachtiar@gmail.com

ABSTRAK

Pengelolaan persediaan obat adalah suatu sistem yang sangat penting dalam mendukung
pengelolaan barang dan jasa. Peran terpenting pada sistem persediaan yaitu untuk memperlancar
kegiatan operasional. Kekurangan obat akan mengakibatkan terlambatnya pelayanan pasien.
Ketersediaan obat yang tepat pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat akan membantu tujuan
organisasi dalam melayani pasien, produktivitas, keuntungan dan kembali modal. Rumah Sakit
Jantung Binawaluya Jakarta Timur telah menerapkan pengelolaan persediaan obat. Penelitian ini
bertujuan menganalisis input dan proses pengelolaan obat di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Jantung Binawaluya Jakarta Timur Tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan sistem. Penentuan informan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh
informan sebanyak 4 orang. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber dan triangulasi
teknik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keadaan SDM dari segi kuantitas telah mencukupi,
tetapi kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Ketersediaan fasilitas masih belum mencukupi. Proses
perencanaan dan pengadaan persediaan obat dilakukan setiap saat ketika persediaan obat mencapai
titik pemesanan. Proses penyimpanan masih terkendala masalah fasilitas yang masih perlu
ditingkatkan. Pendistribusian dilakukan dengan UDD. Pengawasan dan pengendalian dilakukan
secara periodik dan berkelanjutan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan agar dilakukan
analisis kebutuhan pelatihan bagi SDM terkait pengelolaan obat.
Kata kunci: Pengelolaan Obat, Persediaan Obat, Rawat Inap

ABSTRACT

Management of drug supplies is a system that is very important in supporting the management of
goods and services. The most important role in the inventory system is to facilitate operational
activities. Lack of medication will result in late patient care. The availability of the right medicine at
the right time and the right place will help organizational goals in serving patients, productivity,
profits and return on capital. Binawaluya Heart Hospital in East Jakarta has implemented a drug
supply management. This study aims to analyze the input and process of drug management in the
inpatient installation of Binawaluya Heart Hospital in Jakarta 2019. This type of research is qualitative
research with a system approach. Determination of informants using purposive sampling method
and obtained 4 informants. The validity of the data is done by source triangulation and technical
triangulation. The results of this study indicate that the condition of human resources in terms of
quantity has been sufficient, but the quality still needs to be improved. Availability of facilities is still
insufficient. The process of planning and procuring drug supplies is carried out at any time when the
drug supply reaches the order point. The storage process is still constrained by facility problems that
still need to be improved. Distribution is done with UDD. Supervision and control is carried out
periodically and continuously. Based on the results of these studies, it is recommended that an
analysis of the training needs of human resources related to drug management be conducted.

Keywords : Drug management, Drug supply, Inpatient care

119

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

PENDAHULUAN ini, manajemen obat di rumah sakit sangat


Perkembangan rumah sakit menjadi penting untuk dilakukan4.
sangat pesat belakangan ini, termasuk di Manajemen logistik merupakan suatu
Indonesia. Hal ini berhubungan erat dengan bidang manajemen yang tugasnya khusus
implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mengurusi logistik obat dan peralatan kesehatan
yang saat ini menuntut rumah sakit untuk yang ada dalam pelayanan kesehatan. Menurut
mampu melaksanakan kendali mutu dan kendali Henni Febriawati (2013), manajemen logistik
biaya. Dalam rangka memenuhi tuntutan merupakan bagian proses Supply Chain yang
tersebut rumah sakit harus mampu berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas di semua dan mengendalikan keefisienan dan keefektifan
bidang pelayanannya. aliran penyimpanan barang, pelayanan dan
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit informasi terkait dari titik permulaan (point of-
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari origin) hingga titik konsumsi (point-of-
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi
berorientasi kepada pelayanan pasien, kebutuhan pelanggan5. Manajemen logistik
penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan diperlukan agar persediaan logistik rumah sakit
bahan medis habis pakai yang bermutu dan dapat terpenuhi dengan efektif dan efisien.
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat Salah satu indikator dari keberhasilan suatu
termasuk pelayanan farmasi klinik. Sistem manajemen logistik di rumah sakit adalah
persediaan di institusi kesehatan adalah suatu tersedianya barang-barang logistik yang meliputi
sistem yang sangat penting dalam mendukung persediaan farmasi, persediaan makanan,
pengelolaan barang dan jasa. Peran terpenting persediaan umum dan teknik5.
pada sistem persediaan adalah untuk Barang atau bahan yang sudah disediakan
memperlancar kegiatan operasional1. bagian logistik rumah sakit tentunya perlu
Salah satu jenis persediaan farmasi yang dilakukan pengelolaan persediaan/inventory
dibutuhkan oleh pihak rumah sakit dan sangat control yang bertujuan untuk menciptakan
penting adalah persediaan obat. Sumber daya keseimbangan antara persediaan dan
6
obat dan perbekalan kesehatan merupakan permintaan . Keberhasilan dari pengelolaan
tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang persediaan logistik dipengaruhi oleh berbagai
menjamin ketersediaan, pemerataan, serta mutu faktor yang berasal dari sistem pengelolaan
obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu persediaan meliputi unsur input dan proses
dan saling mendukung dalam rangka tercapainya manajemen logistik yang ada di suatu rumah
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya2. sakit.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Undang-undang RI No. 36 tahun 2009
Indonesia nomor 189/Menkes/SK/III/2006 tentang kesehatan, menjamin ketersediaan,
tentang Kebijakan Obat Nasional bahwa obat pemerataan dan keterjangkauan perbekalan
merupakan salah satu komponen yang tak kesehatan yaitu pengadaan obat dan alat
tergantikan dalam pelayanan kesehatan3. kesehatan. Pada pasal 98 dan 104 menyebutkan
Menurut Trisnantoro (2003) dalam Satibi bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan alat
(2015), obat merupakan barang yang sangat kesehatan harus aman, bermanfaat, bermutu
dibutuhkan oleh masyarakat yang sakit. dan terjangkau bagi masyarakat serta
Pentingnya obat dalam pelayanan kesehatan pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
memberikan konsekuensi yang besar pula dalam diselenggarakan untuk melindungi masyarakat
anggaran obat. Anggaran obat di rumah sakit dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan
untuk obat dan alat kesehatan yang dikelola sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak
instalasi farmasi mencapai 50-60% dari seluruh memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
anggaran rumah sakit. Dengan kondisi seperti manfaatnya7.

120

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

Rumah Sakit Jantung Binawaluya Jakarta pengumpulan data primer dan data sekunder.
merupakan rumah sakit jantung swasta pertama Data primer dikumpulkan dengan menggunakan
di Indonesia yang menangani khusus pasien pedoman wawancara.
penyakit Jantung dan bawaan. Dengan Adapun informan dalam penelitian ini
berjalannya waktu, rumah sakit tersebut adalah Kepala Instalasi Farmasi, Kepala Instalasi
berkembang menjadi rumah sakit jantung Rawat Inap, PPK dan Kepala Seksi Penunjang
swasta yang memiliki fasilitas rawat inpa dan Medik.
rawat jalan dan diresmikan oleh Walikota Jakarta
Timur pada tanggal 10 September 2007. HASIL
Berdasarkan hasil wawancara Dalam penelitian ini dipilih 4 informan yang
pendahuluan dengan petugas farmasi di RS dianggap lebih mengetahui dan menguasai
Jantung Binawaluya Jakarta Timur bahwa pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan
pengelolaan obat dilakukan dengan pengobatan pasien yang terkait pengelolaan
mempertimbangkan formularium rumah sakit. obat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jantung
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara Binawaluya Jakarta Timur yaitu Kepala Instalasi
pendahuluan dengan petugas Farmasi di Farmasi, Kepala Instalasi Rawat Inap, PPK dan
Instalasi Rawat Inap RS Binawaluya Jakarta Timur Kepala Seksi Penunjang Medis.
bahwa seringkali data unit dosenya tidak Hasil pengumpulan data dengan
diperbarui ketersediaannya pada bagian menggunakan metode wawancara (Indepth
keperawatan sehingga persediaan obat harus interview) diperoleh data dari informan dapat
dicari terlebih dahulu ketika perpindahan diuraikan sebagai berikut:
shiftnya. Masalah lain yang terjadi yaitu obat 1.1.1 Input
yang diberikan juga seringkali double dan obat 1. Sumber Daya Manusia
yang dibutuhkan juga seringkali tidak tersedia Hasil wawancara yang dilakukan
sehingga keluarga pasien harus melakukan diketahui bahwa ketersediaan SDM di
pembelian di luar rumah sakit. Berdasarkan data Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
angka penulisan resep di RS Jantung Binawaluya Jantung Binawaluya, sebagai berikut:
Jakarta Timur, bahwa rata-rata pembelian obat
di luar rumah sakit atau apotek lain pada tahun Tabel 1 Hasil Wawancara dengan Informan
2018 yaitu 16 item. Hal tersebut berpengaruh terkait Ketersediaan SDM Pengelolaan
terhadap kepuasan pasien di rumah sakit dan Obat di Instalasi Rawat Inap RS
juga berpengaruh pada kinerja rumah sakit Jantung Binawaluya Jakarta Timur
(pendapatan) mengingat obat/Bahan Habis Pakai Tahun 2019
merupakan salah satu sumber pemasukan di No. Informan Hasil Wawancara
rumah sakit. 1. Ka. Kondisinya sih menurut
Hal tersebut terjadi karena masih belum Instalasi saya terlalu pas, kalau
efektif dalam pengelolaan persediaan Farmasi untuk kecepatan
farmasinya. Oleh sebab itu peneliti tertarik pelayanan agak kurang
untuk meneliti Analisis pengelolaan obat di trus kalau pas timing-
Instalasi Rawat Inap RS Jantung Binawaluya timingnya penuh ya
Jakarta Timur. lumayan.
2. Ka. SDM total ada 12.
METODE Instalasi Semuanya ada bagian
Desain penelitian ini menggunakan Farmasi masing-masing tapi satu
metode secara kualitatif. Penelitian kualitatif shift ada 2 jadi 2 kasir
mengenai hal-hal yang terkait pengelolaan obat satu ini kan. Harus
di Instalasi Rawat Inap RS Jantung Binawaluya minimal ada 22. Kalau
Jakarta Timur dengan menggunakan pendekatan timingnya rame repot tuh.
sistem. Penelitian ini dilakukan dengan 3. Ka. Kalau kita sih SDMnya gak
121

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

No. Informan Hasil Wawancara Standar Pelayanan Kefarmasi di Rumah Sakit


Instalasi ada tenaga khusus, bahwa perhitungan kebutuhan apoteker
Rawat dilakukan oleh perawat berdasarkan beban kerja pada pelayanan
Inap pelaksana sama perawat kefarmasian di rawat inap idealnya dibutuhkan
penanggung jawab tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk
ruangan 30 pasien8.
Sumber: Data Primer Selain itu, terkait pengelolaan obat di
Instalasi Rawat Inap tidak menyediakan tenaga
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat khusus sehingga yang melakukan pendistribusian
diketahui bahwa ketersediaan SDM pengelolaan obat ke pasien adalah Perawat yang bertugas
obat telah tersedia namun masih terlalu pas menjaga pasien saat itu.
sehingga ketika terjadi penumpukan pasien, Selain melakukan wawancara, peneliti juga
petugas pengelolaan obat menjadi kewalahan melakukan telaah dokumen berupa dokumen
menangani pasien. ketenagaan di Instalasi Farmasi terkait
Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) pengelolaan obat di Instalasi Rawat Inap RS
dalam pengelolaan obat di Instalasi Rawat Inap Jantung Binawaluya Jakarta Timur. Dari
RS Jantung Binawaluya Jakarta Timur telah dokumen tersebut diketahui bahwa jumlah
memenuhi standar menurut Peraturan Menteri keseluruhan sumber daya manusia yang terkait
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 tahun pengelolaan obat di Instalasi rawat inap
2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di berdasarkan data tahun 2019 berjumlah 12
rumah sakit, instalasi farmasi harus memiliki orang, dengan rincian sebagai berikut
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang Koordinator Layanan sebanyak 1 orang, Perawat
sesuai dengan beban kerja dan petugas lain agar TD (tanggung jawab) sebanyak 4 orang, Perawat
tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi8. pelaksana sebanyak 16 orang dan POS
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Pembantu Orang Sakit) sebanyak 5 orang.
Republik Indonesia Nomor 340 tahun 2009 Berdasarkan hasil wawancara mendalam
tentang Klasifikasi Rumah Sakit, pada bagian yang telah dilakukan, diketahui beberapa
lampiran khusus Rumah Sakit Khusus Jantung sumber daya manusia yang terkait pengelolaan
kelas C dinyatakan bahwa standar tenaga obat telah mendapatkan beberapa pelatihan.
kefarmasian/apoteker adalah 1 apoteker untuk Hal tersebut terungkap dari hasil wawancara
berbagai tugas dalam pelayanan9. Sedangkan berikut:
untuk standar ketersediaan tenaga keperawatan
adalah 1:1 Tempat Tidur. Jadi, jika dibandingkan Tabel 2 Hasil Wawancara dengan Informan
dengan ketersediaan tenaga apoteker yang ada terkait Pelatihan yang pernah diikuti
saat ini, maka dapat dinyatakan hal tersebut terkait Pengelolaan Obat di Instalasi
telah memenuhi standar ketersediaan tenaga Rawat Inap RS Jantung Binawaluya
apoteker karena sesuai yang dijelaskan pada Jakarta Timur Tahun 2019
bagian hasil penelitian.
Dari segi beban kerja tenaga kefarmasian di No. Informan Hasil Wawancara
Rumah Sakit Jantung Binawaluya Jakarta Timur, 1. Ka. Seminar. Paling seminar
diketahui bahwa ketersediaan Apotekernya Instalasi knowledge aja tentang
telah memenuhi standar untuk pelayanan rawat Farmasi farmasi. Trus kalau yang
inap jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan kasirnya itu customer
pasien rawat inap pada tahun 2018 yaitu service aja. Setiap tahun
sebanyak 783 pasien sehingga dapat diketahui ada.
bahwa jumlah pasien rawat inap perhari yaitu 2 2. Ka. Nih ya, kalau mereka tuh
sampai 3 pasien. Hal tersebut sesuai dengan Penunjang yang ada dilatih sama pak
standar beban kerja dalam Peraturan Menteri Medik Arif trus yang kedua
Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang mereka biasa ikut seminar
122

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

No. Informan Hasil Wawancara No. Informan Hasil Wawancara


obat harus sistemnya dulu. Jadi
3. Ka. Kalau ini sih, kita cuman kalau sistemnya udah bagus
Instalasi ada inhouse training di tinggal bagaimana ngatur
Rawat Inap rumah sakit sendiri. Nanti SDMnya.
yang isi biasanya bagian Disini juga belum jelas alurnya
farmasi tentang belum ketuk palu alurnya
pengelolaan obat, cara gimana. Jadi setiap unitnya
pengaplusan obat, efek improve masing-masing. Jadi
samping kayak gitu-gitu alangkah baiknya dari
sih. direktur itu ada SKnya alur
Sumber: Data Primer pelayanan.
2. Ka. Ada beberapa sih kesalahan
Instalasi dalam pemberian obat,
Berdasarkan hasil wawancara diatas juga Rawat Inap misalnya beban kerjanya udah
dapat diketahui bahwa pihak rumah sakit pernah meningkat trus untuk
memberikan inhouse training pada perawat pengecekan obatnya kurang
pelaksana di instalasi rawat inap yang disitu kelemahannya karena
dilaksanakan oleh bagian Instalasi Farmasi kita crosschecknya cuman
mengenai dasar-dasar pengelolaan obat. antar perawat aja.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa 3. Ka. kalau masalah SDM tuh gak
sebagian besar petugas pengelolaan obat di Penunjang ada. Soalnya udah UDD. Jadi
Instalasi Rawat Inap pernah mengikuti pelatihan. Medik UDD itu metode terbaik,
Selain itu mereka juga telah diberikan ilmu paling safety dah.
pengetahuan sebelumnya dan belajar dari Sumber: Data Primer
pengalaman mengingat sebagian besar petugas
pengelolaan obat tersebut memiliki dasar
Berdasarkan tabel diatas juga dapat
pendidikan kesehatan.
diketahui bahwa hal yang pernah terjadi terkait
Adapun masalah yang terjadi terkait
masalah Sumber Daya Manusia dalam
pengelolaan obat disebabkan oleh terjadinya
pengelolaan obat adalah masalah ketelitian yang
miskomunikasi dalam pencatatan persediaan
terjadi ketika beban kerja perawat meningkat.
obat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Namun terdapat pula informan yang
informan berikut:
menyatakan bahwa tidak terdapat masalah
Tabel 3 Hasil Wawancara dengan Informan
terkait SDM dalam pengelolaan obat. Hasil
terkait Masalah SDM dalam
wawancara dengan informan juga menunjukkan
Pengelolaan Obat di Instalasi Rawat
bahwa masalah tersebut terjadi karena sistem
Inap RS Jantung Binawaluya Jakarta
pencatatan yang masih manual sehingga kurang
Timur Tahun 2019
jelas. Untuk menyelesaikan masalah tersebut
No. Informan Hasil Wawancara
diperlukan adanya regulasi dan ketetapan yang
1. Ka. kalau SDMnya si kadang jelas dari pihak atasan sehingga SDM dapat
Instalasi SDMnya gak update stok jadi bekerja sesuai dengan yang ditetapkan dan
Farmasi kita gk tau tiba-tiba mana bekerja secara optimal.
yang diganti, distop atau
kalau ada tambahan biasanya 2. Metode dalam Pengelolaan Obat
itu SDMnya yang jadi masalah Metode yang digunakan untuk
di komunikasi biasanya. pengelolaan obat adalah dengan metode
Penyebabnya ya sistem dan konsumsi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
SDM. Rumah sakit itu dibuat

123

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

Instalasi Rawat Inap. Hal tersebut terungkap dari No. Informan Hasil Wawancara
wawancara berikut: waktu trus kemasannya butuh
banyak jadi costnya sih
Tabel 4 Hasil Wawancara dengan Informan sebenarnya. Kalau Metodenya
terkait Metode Pengelolaan Obat di sih sistemnya masih manual…
Instalasi Rawat Inap RS Jantung 2. Ka. . Soalnya kalau diinseminasi
Binawaluya Jakarta Timur Tahun 2019 Instalasi manual ya kayak di rumah
No. Informan Hasil Wawancara Farmasi sakit lain itu udah by sistem
1. Ka. Ya liat konsumsi aja. jadi kita gak perlu lapor atau
Instalasi liat dokumen. Jadi kita harus
Farmasi liat DOnya daftar obatnya
2. PPK Jadi metodenya sederhana yang minum. Paling kita
apa adanya kita liat stok obat ronde tiap pagi untuk liat
yang dari farmasi lalu farmasi kerapiannya. Jadi jeleknya
berhak untuk melakukan disitu karna sistemnya belum
penyediaan obat yang sudah ada.
ada. Yang obat belum ada Sumber: Data Primer
farmasi hanya mengadakan
apabila ada permintaan dari
Berdasarkan hasil wawancara diatas
medisnya, dari DPJP.
diketahui bahwa metode yang digunakan ini
Sumber: Data Primer masih memiliki masalah yaitu butuh waktu lama
dan mengeluarkan biaya tambahan. Masalah
Berdasarkan hasil wawancara diatas yang paling utama terkait metode adalah sistem
dapat dietahui bahwa metode yang digunakan yang digunakan masih manual sehingga
adalah metode sederhana dengan melihat persediaan obat yang tersedia seringkali tidak
persediaan obat yang ada dan sesuai permintaan sesuai dengan pencatatan yang dilakukan secara
tenaga medis. manual. Namun, menurut hasil wawancara
Dari segi keefektifan metode, mendalam yang dilakukan diketahui bahwa
berdasarkan hasil wawancara mendalam pihak farmasi telah berupaya menangani
diketahui bahwa metode yang digunakan telah masalah tersebut dengan melakukan ronde
efektif, Hal tersebut terungkap dari hasil kerapian yang dilakukan setiap pagi.
wawancara dengan informan berikut: Oleh karena itu, dapat disimpulkan
Tabel 5 Hasil Wawancara dengan Informan bahwa dalam metode pengelolaan obat
diperlukan adanya sinergi antara sistem dan
terkait Keefektifan Metode
SDM sehingga pekerjaan SDM dapat lebih
Pengelolaan Obat di Instalasi Rawat optimal mengingat beban kerja yang dimiliki
Inap RS Jantung Binawaluya Jakarta tenaga pengelolaan obat yang cukup tinggi.
Timur Tahun 2019
No. Informan Hasil Wawancara 3. Fasilitas dalam Pengelolaan Obat
1. Ka. …Lebih pas, jadi yang
Instalasi diminum pasien sesuai sama Untuk ketersediaan fasilitas
Farmasi yang kita berikan jadi pas pengelolaan obat di Instalasi Rawat Inap
mau pulang returnnya juga dapat dijabarkan pada tabel dibawah ini:
gak terlalu banyak. Jadi Lebih Tabel 6 Hasil Wawancara dengan Informan
tepatlah, itu udah option terkait Ketersediaan Fasilitas dalam
terakhir ….. Pengelolaan Obat di Instalasi Rawat
Kelemahannya ya, butuh

124

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

Inap RS Jantung Binawaluya Jakarta Pengelolaan Obat di Instalasi Rawat


Timur Tahun 2019 Inap RS Jantung Binawaluya Jakarta
No. Informan Hasil Wawancara Timur Tahun 2019
No. Informan Hasil Wawancara
1. Ka. Instalasi Sudah pas sih, sudah 1. PPK Yang obat belum ada
Farmasi cukup. farmasi hanya mengadakan
apabila ada permintaan dari
medisnya, dari DPJP dan
2. Ka. Instalasi itu biasanya rebut untuk metode
Farmasi penyimpanan. Kadang penyediaannya ini setiap
dibelakang gak semua tahun dilakukan untuk
pembaruan merk obat jadi
ada kulkas.
yang sudah ada standarisasi
Kadang nitip dimana kita evaluasi satu tahun,
kadang pas mau pulang yang belum ada kita
taunya lupa gak lakukan seleksi dari
dibalikin ke pasiennya. permintaan dokter.
Sumber: Data Primer 2. Ka. Kalau perencanaannya
Instalasi biasanya perminggu kalau
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui Farmasi rawat inap.
bahwa ketersediaan fasilitas pengelolaan obat di 3. Ka. untuk perencanaannya kami
Instalasi rawat inap belum mencukupi karena Instalasi paling dapat instruksi dari
masih terdapat masalah terkait fasilitas Rawat dokter trus kami lakukan
penyimpanan. Walaupun informan telah Inap permintaan ke bagian
menyatakan bahwa ketersediaan fasilitas farmasi
pengelolaan obat telah mencukupi. Namun disisi Sumber: Data Primer
lain, informan juga menyatakan bahwa seringkali Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
kebutuhan kulkas tidak mencukupi. bahwa proses perencanaan yang dilakukan
Untuk penyelesaian masalah tersebut untuk pengelolaan persediaan obat dimulai
biasanya petugas pengelolaan obat menitipkan dengan pengusulan permintaan dari dokter dan
persediaan obat di ruangan lain. Namun, hal bagian medis kemudian dilakukan seleksi dari
tersebut juga menimbulkan masalah lain karena permintaan dokter. Dan untuk perencanaan
seringkali petugas tersebut lupa untuk pelayanan obat di Instalasi Rawat Inap dilakukan
mengambilnya kembali. perminggu.
Oleh karena itu, diperlukan adanya Proses perencanaan persediaan obat
tindakan penambahan fasilitias khusus lemari melibatkan Kepala Instalasi Farmasi dan Dokter.
pendingin yang memadai untuk setiap ruangan Adapun pedoman atau dasar yang digunakan
sehingga obat untuk pasien tidak perlu dititip dalam penyusunan perencanaan kebutuhan obat
ketempat lain dan tidak lupa disampaikan di instalasi rawat adalah formularium,
kepada pasien. kebutuhan obat dan pemakaian sebelumnya.
1.1.2 Proses Pengelolaan Obat
4. Proses Perencanaan 5. Proses Pengadaan
Proses perencanaan dalam proses Proses pengadaan dalam pengelolaan
pengelolaan obat di Instalasi rawat inap dapat obat di Instalasi rawat inap dapat diketahui dari
diketahui dari hasil wawancara berikut: hasil wawancara berikut:

Tabel 7 Hasil Wawancara dengan Informan Tabel 8 Hasil Wawancara dengan Informan
terkait Proses Perencanaan dalam terkait Proses Pengadaan dalam
Pengelolaan Obat di Instalasi Rawat
125

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

Inap RS Jantung Binawaluya Jakarta proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain
Timur Tahun 2019 di instalasi farmasi harus melibatkan tenaga
No. Informan Hasil Wawancara farmasi dengan menggunakan sistem satu
1. PPK Pengadaan obat ada dua, pintu8. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan
yang sudah ada atau yang kefarmasian termasuk pembuatan formularium,
belum ada. Biasanya kalau pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi,
yang belum ada ini pake cara alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
standar logistic. keadaan yang bertujuan untuk mengutamakan
saat ini kita masih kepentingan pasien melalui instalasi farmasi
sentralisasi di logistic itu kita sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi
bagi ke farmasi secara yang dilaksanakan selain oleh instalasi farmasi.
terpusat di farmasi.
2. Ka. Pengadaan, paling kita 6. Proses Penerimaan
Instalasi minta sama bagian farmasi, Proses penerimaan dalam pengelolaan obat di
Rawat mereka selalu memenuhi Instalasi rawat inap dapat diketahui dari hasil
Inap ketersediaan obat yang kami wawancara berikut:
minta. Mereka Tabel 9 Hasil Wawancara dengan Informan
mengusahakan obatnya terkait Proses Penerimaan dalam
selalu ada. Pengelolaan Obat di Instalasi Rawat
Sumber: Data Primer Inap RS Jantung Binawaluya Jakarta
Berdasarkan hasil wawancara mendalam Timur Tahun 2019
dengan informan diatas, diketahui bahwa proses No. Informan Hasil Wawancara
pengadaan dalam pengelolaan obat di RS 1. Ka. Instalasi Itu cuman perawat
Jantung Binawaluya Jakarta Timur adalah Rawat Inap yang dinas trus kalau
dilakukan dengan melakukan seleksi distributor kita itu namanya POS
obat untuk obat baru karena proses pengadaan (pembantu orang
obat di Instalasi farmasi dilakukan secara sakit) yang ngantar
terpusat di Instalasi Farmasi. Untuk pihak yang obat sama bagian
terlibat dalam proses pengadaan adalah Kepala farmasinya.
Instalasi Farmasi dan DPJP (Dokter Penanggung 2. Ka. Instalasi Ya saya, sama
Jawab Pasien). Farmasi perawat sama pos
Pelaksanaan proses pengadaan ini karena dia kan yg
dilaksanakan setiap saat berdasarkan kondisi distribusi dia yang
persediaan obat sehingga obat selalu tersedia nerima obat.
setiap kali dibutuhkan kecuali apabila terjadi Sumber: Data Primer
kekosongan obat secara nasional. Adapun proses Berdasarkan hasil wawancara dengan
pengadaan obat yang dilakukan di Instalasi informan diatas diketahui bahwa proses
Rawat Inap dilakukan dengan mengajukan penerimaan obat di Instalasi rawat inap adalah
permintaan kepada Instalasi Farmasi. diterima langsung oleh perawat yang berdinas,
Untuk memastikan sediaan farmasi sesuai obat tersebut diantarkan oleh petugas bagian
dengan mutu dan spesifikasi yang Pos. Pihak yang terlibat dalam proses
dipersyaratkan maka proses pengadaan obat di penerimaan obat adalah apoteker, perawat dan
Instalasi rawat inap sepenuhnya diatur oleh bagian pos.
instalasi farmasi yang memiliki tenaga Berdasarkan standar pedoman pelayanan
kefarmasian. Hal tersebut sesuai dengan standar kefarmasian dari Kementerian Kesehatan tahun
Permenkes 72 tahun 2016 bahwa untuk 2010 bahwa penerimaan obat harus dilakukan
memastikan sediaan farmasi sesuai dengan oleh pihak yang bertanggung jawab. Penerimaan
mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka obat pertama kali dilakukan antara distributor

126

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

dan kepala gudang persediaan sebagaimana No. Informan Hasil Wawancara


dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 pulang taunya lupa gak
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan dibalikin ke pasiennya.
Kefarmasian di Rumah Sakit, bahwa kegiatan Sumber: Data Primer
penerimaan merupakan kegiatan untuk Berdasarkan hasil wawancara dengan
menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, informan diatas diketahui bahwa proses
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera penyimpanan obat di Instalasi Rawat Inap
dalam kontrak atau surat pesanan dengan disimpan dalam loker khusus per pasien
kondisi fisik yang diterima8. sehingga dapat diambil langsung sesuai
Selain itu, berdasarkan hasil telaah kebutuhan dan sesuai waktu konsumsinya.
dokumen penerimaan obat di Instalasi rawat Selain itu, juga diuraikan mengenai
inap diketahui bahwa proses penerimaan obat masalah terkait penyimpanan obat di Instalasi
dimulai dari penerimaan obat dari distributor Rawat yaitu ketersediaan fasilitas seperti lemari
obat ke instalasi farmasi dengan memperhatikan pendingin sehingga menyebabkan obat harus
faktur penyerahan obat dengan memeriksa dititip ditempat lain. Namun seringkali petugas
nama, jumlah, bentuk sediaan, kondisi fisik obat, pengelolaan obat di Instalasi Rawat Inap lupa
nomor bath, dan tanggal kadaluarsa. Setelah itu untuk mengambil kembali obat yang dititipnya
di paraf dan menerima salinan faktur. sehingga seringkali ada miskomunikasi ketika
Saat penerimaan resep dilakukan 2 (dua) pergantian shift.
kali pemeriksaan. Pada penerimaan obat dari Berdasarkan hasil telaah dokumen
instalasi farmasi ke rawat inap dilakukan prosedur penyimpanan obat dilakukan
pemeriksaan dengan mengidentifikasi pasien berdasarkan jenis dan pengelompokkannya
dengan menanyakan nama pasien dan tanggal meliputi barang yang sejenis, sifat barang,
lahirnya dengan mencocokkan datanya pada kecepatan bergerak, harga obat, Fast and slow
resepnya. moving, produk LASA dan high alert serta
berdasarkan alphabet.
7. Proses Penyimpanan Berdasarkan standar Peraturan Menteri
Proses penyimpanan dalam pengelolaan Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
obat di Instalasi rawat inap dapat diketahui dari Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
hasil wawancara berikut: bahwa metode penyimpanan dapat dilakukan
berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan
Tabel 10 Hasil Wawancara dengan Informan jenis sediaan farmasi disusun secara alfabetis
terkait Proses Penyimpanan dalam dengan menerapkan prinsip First Expired First
Pengelolaan Obat di Instalasi Rawat Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai
Inap RS Jantung Binawaluya Jakarta sistem informasi manajemen8. Sedangkan
Timur Tahun 2019 kondisi di gudang obat Instalasi Farmasi Rumah
No. Informan Hasil Wawancara sakit Jantung Binawaluya Jakarta Timur
1. Ka. Instalasi Kalau penyimpanannya berdasarkan hasil observasi peneliti diketahui
Farmasi ada lokernya dia, yang bahwa penyimpanan obat pada gudang
habis pakai itu dikasi persediaan obat instalasi farmasi masih belum
sesuai kebutuhan memenuhi standar karena penyimpanannya
seminggu aja. jadi kita belum disusun secara alfabetis namun
nyetok banyak penyimpanan dari segi bentuk persediaan telah
dibelakang. memenuhi standar. Untuk obat-obat yang
2. Ka. Instalasi itu biasanya rebut memerlukan penyimpanan dengan suhu
Farmasi penyimpanan. Kadang tertentu telah disimpan di lemari pendingin
dibelakang gak semua khusus dan disertai label tanda obat tersebut.
ada kulkas. Kadang nitip
dimana kadang pas mau
127

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

8. Proses Pendistribusian permintaan obat dari Instalasi Rawat Inap yang


Proses pendistribusian dalam pengelolaan didistribusikan langsung per pasien dan per
obat di Instalasi rawat inap dapat diketahui dari waktu konsumsi obat sehingga obat dapat
hasil wawancara berikut: tersedia sesuai kebutuhan. Pendistribusian obat
tersebut dilakukan seminggu sekali sesuai
kebutuhan pasien.
Dalam proses pendistribusian obat ke
Tabel 11 Hasil Wawancara dengan Informan Instalasi Rawat Inap melibatkan beberapa pihak
terkait Proses Pendistribusian dalam seperti Kepala Instalasi Farmasi/apoteker dan
Pengelolaan Obat di Instalasi Rawat petugas pos yang bertugas mengantarkan obat
Inap RS Jantung Binawaluya Jakarta dari Instalasi Farmasi ke Instalasi Rawat Inap.
Timur Tahun 2019 Namun disisi lain, berdasarkan hasil wawancara
No. Informan Hasil Wawancara mendalam dengan informan diketahui bahwa
1. Ka. Instalasi Ya, kita kan sengaja dalam proses pendistribusian obat ini terdapat
Farmasi pilihnya Unit Dose beberapa masalah yaitu masalah beban kerja
Dispensing. Jadi siap petugas dan masalah internal dari petugas
pakai disetiap waktunya. tersebut. Adapun masalah beban kerja petugas
Jadi kita udah siapin yang dimaksud adalah petugas pos untuk
buat pagi, siang sama pendistribusian obat tersebut memiliki
malam tinggal minum. pekerjaan yang tidak hanya mendistribusikan
Seminggu sekali obat ke Instalasi Rawat Inap namun juga
biasanya, jadi kita gak bertugas pada pelayanan laundry dan
berani nyetok banyak penginapan bagi keluarga pasien yang terletak di
sampe sebulan gitu, dekat rumah sakit.
paling seminggu sekali. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa
2. Ka. Instalasi Ya saya (kepala Instalasi pendistribusian obat di Instalasi Rawat Inap
Farmasi Farmasi), sama perawat diperlukan adanya pembagian tugas dan
sama pos karena dia kan wewenang yang jelas agar tidak terjadi
yg distribusi dia yang kesalahan yang berakibat pada kerugian rumah
nerima obat. sakit dan keselamatan pasiennya.
3. Ka. Instalasi Pendistribusian, jadi Proses distribusi di RS Jantung
Farmasi pendistribusian itu di Binawaluya Jakarta Timur dilakukan dengan
posnya kasian juga. Jadi sistem Unit Dose Dispensing (UDD) berdasarkan
Pos situ megang laundry resep perorangan yang disiapkan dalan unit
juga hotel juga. Jadi dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan
kurirnya itu kasian satu kali dosis/pasien. Sistem distribusi yang
ngurusin yang lain juga. dilakukan dirancang atas dasar kemudahan
Makanya kalau minta untuk dijangkau oleh pasien dengan
cyto susah.mau gak mau mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas
orang disini yang sumber daya yang ada. Berdasarkan hasil
nganter. penelitian yang dilakukan, sistem distribusi ini
Sumber: Data Primer sudah sangat efektif karena obat yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut sesuai
Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan anjuran dalam Peraturan Menteri
informan diatas terkait Proses pendistribusian Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
dalam pengelolaan obat di Instalasi Rawat Inap Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
Rumah Sakit Jantung Binawaluya Jakarta Timur bahwa untuk pasien rawat inap sangat
Tahun 2019 diketahui bahwa proses dianjurkan menggunakan sistem distribusi Unit
pendistribusian dilakukan berdasarkan resep Dose Dispensing (UDD) karena dengan sistem ini
128

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

tingkat kesalahan pemberian obat dapat Berdasarkan hasil wawancara dengan


diminimalkan sampai kurang dari 5% informan diatas diketahui bahwa proses
dibandingkan dengan sistem floor stock atau pengawasan dan pengendalian obat di Instalasi
resep individu yang mencapai 18%8. Rawat Inap Rumah Sakit Jantung Binawaluya
Jakarta Timur telah dilakukan secara periodik
9. Proses Pengawasan dan Pengendalian dan berkelanjutan. Untuk penyelesaian masalah
Proses pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan obat biasanya
dalam pengelolaan obat di Instalasi rawat dikoordinasikan dengan pihak terkait agar
inap dapat diketahui dari hasil wawancara dicarikan penyelesaian masalahnya.
berikut: Selain itu, berdasarkan hasil telaah
dokumen diketahui bahwa pemeriksaan obat
dilakukan secara berkala setiap akhir bulan dan
melakukan pemeriksaan saat penyiapan obat.
Untuk obat yang mendekati tanggal kadaluarsa
Tabel 12 Hasil Wawancara dengan Informan dipisahkan pada lemari karantina. Sedangkan
terkait Proses Pengawasan dan Pengendalian obat yang berubah fisik dan tidak bisa
dalam Pengelolaan Obat di Instalasi Rawat Inap dikembalikan dimasukkan dalam lemari expired
RS Jantung Binawaluya Jakarta Timur Tahun dan setiap kegiatan tersebut harus diiringi
2019 dengan kegiatan pendokumentasian.
No. Informan Hasil Wawancara Pengawasan dan pengendalian obat yang
1. Ka. Pengawasan dan dilakukan oleh petugas instalasi rawat inap
Instalasi pengendaliannya dari dilakukan dengan double crosscheck obat yang
Farmasi farmasi, kan ada dilakukan antara perawat yang bertugas di
supervisinya juga. Sebulan ruangan perawatan tersebut sebelum obat
itu sekali dua kalilah. tersebut diberikan kepada pasien. Perawat
Supervisinya saya juga. mencocokkan resep obat pasien dengan obat
2. Ka. Gak ada metode khusus, yang tersedia di loker sebelum diberikan kepada
Instalasi paling double crosscheck pasien. Selain itu perawat juga melakukan
Rawat setelah diterima perawat pengawasan terhadap kondisi obat yang tersedia
Inap yang satu nanti di sehingga obat yang diberikan pada pasien
crosscheck lagi perawat terjamin mutu dan keamanannya.
yang satunya sebelum
didistribusikan ke pasien. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
3. PPK ….metode penyediaannya yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
ini setiap tahun dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal, yang
untuk pembaruan merk diantaranya adalah:
merk obat jadi yang sudah
1. Pada variabel input SDM di Instalasi Rawat
ada standarisasi kita
Inap dan Farmasi, dari segi kuantitas sudah
evaluasi satu tahun…..
mencukupi namun kualitasnya masih perlu
4. Ka. KTD biasanya ada
ditingkatkan dengan mengikuti pelatihan.
Penunjang tergantung gradingnya
2. Pada variabel input Metode yang biasa
Medik ada yang diselesaiin
digunakan di instalasi rawat inap adalah
sendiri trus ada yang metode konsumsi.
diselesaikan di komite 3. Pada variabel unsur fasilitas yang tersedia di
safety gitu nanti dicarikan
instalasi farmasi dan instalasi rawat inap,
solusinya. masih belum mencukupi.
Sumber: Data Primer 4. Pada unsur proses perencanaan persediaan
obat di instalasi farmasi, dilakukan dengan
129

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia (MARSI) E-ISSN: 2685-6328
Volume 3 no 2 Oktober 2019 P-ISSN: 2685-6298

pengumpulan usulan dokter, dan Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit.


berdasarkan formularium rumah sakit. Jakarta; 2004.
5. Pada unsur proses pengadaan persediaan 2. Depkes. Pedoman Pelayanan
obat, dilakukan dengan pengadaan langsung Kefarmasian Di Rumah Sakit. Jakarta;
yang dilaksanakan setiap saat ketika obat 2004.
mencapai batas minimum. 3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
6. Pada unsur proses penerimaan persediaan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
obat dilakukan oleh perawat yang berdinas, Indonesia Nomor
dengan menccokkannya dengan resep pasien 189/Menkes/SK/III/2006 Tentang
tersebut untuk kemudian disimpan dalam Kebijakan Obat Nasional. Jakarta; 2006.
loker sesuai nama pasien tersebut. 4. Satibi. Manajemen Obat di Rumah Sakit.
7. Pada unsur proses penyimpanan persediaan Yogyakarta: Gadjah Mada University
obat, dilakukan dengan metode FIFO dan Press; 2015.
FEFO. Penyimpanan dilakukan berdasarkan 5. Febriawati. Manajemen Logistik Farmasi
bentuk sediaan, FEFO dan FIFO yang Rumah Sakit. Yogyakarta: Gosyen
dipengaruhi oleh faktor suhu dan Publishing; 2013.
kelembaban. Masalah yang terdapat dalam 6. Aditama. Manajemen Administrasi
proses penyimpanan adalah tidak cukupnya Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit
sarana penyimpanan dan susunan obatnya Universitas Indonesia; 2003.
yang tidak sesuai alfabetis. 7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009.
8. Pada unsur Pendistribusian persediaan obat Jakarta; 2009.
dilakukan oleh bagian Pos dengan mengantar 8. Kementerian Kesehatan. Peraturan
obat dari gudang persediaan obat ke Instalasi Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
Rawat Inap dan kemudian diterima oleh Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
perawat untuk diberikan pada pasien. Di Rumah Sakit. Jakarta; 2016.
9. Kementerian Kesehatan. Peraturan
DAFTAR PUSTAKA Menteri Kesehatan Republik Indonesia
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 340 Tahun 2009. Jakarta; 2009.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang

130

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI

Anda mungkin juga menyukai