Anda di halaman 1dari 8

PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 1

ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020

Pengelolaan Kebutuhan Logistik Farmasi pada Instalasi Farmasi RS


Islam Faisal Makassar

Pharmaceutical Logistics Management of The Pharmacy Installation,


Faisal Islamic Hospital Makassar

Ita Puspita San*, Andi Surahman Batara, Muh. Khidri Alwi


Program Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia, Makassar
Email: itasan1211@gmail.com, andisurahman.batara@umi.ac.id, khidrialwi97@gmail.com

Abstrak
Obat merupakan salah satu komponen penting penunjang fungsi rumah sakit yang diharapkan selalu
tersedia dalam jenis, jumlah yang cukup dan mutu terjamin. Ketersediaan obat di rumah sakit
menjadi salah satu indikator mutu utama manajemen rumah sakit yang wajib dikelola secara efektif
dan efisien. Penelitian ini berupaya memahami gambaran sistem manajemen logistik perbekalan
farmasi seperti perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
penghapusan, pencatatan dan pelaporan serta berbagai permasalahan yang terjadi pada setiap tahap
pelaksanaan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Faisal. Penelitian ini bersifat kualitatif untuk
menganalisa pengaruh faktor input yang terdiri atas SDM, keuangan, instrumen dan prosedur
pelaksanaan terhadap performa fungsi-fungsi manajemen logistik obat. Hasil penelitian menemukan
komponen manajemen logistik telah dilakukan dengan baik dan sesuai standar kefarmasian rumah
sakit. Namun, ada beberapa kendala yang perlu diberi perhatian serius seperti stok beberapa jenis
obat belum tersedia, persediaan obat dengan harga e-katalog yang kurang, SDM yang mendukung
distribusi obat khususnya untuk pasien rawat inap yang masih minim. Oleh karena itu, penambahan
SDM, pemutakhiran cek stok obat-obatan berbasis aplikasi, serta koordinasi dengan pihak keuangan
guna penyesuaian anggaran dengan perencanaan perlu dilakukan.

Kata Kunci: Logistik, rumah sakit, manajemen

Abstract
Medicine is one of important components to indicate performance of a hospital. Hospitals require
to pose sufficient stock of good-quality medicine. Availability of medicine becomes a vital quality
indicator of hospital management, so that it is important to manage effectively and efficiently. This
study tries to describe pharmaceutical logistics management systems, namely planning,
procurement, receiption, storage, distribution, control, eradication, record and report, and problems
that occur at each step of implementation at the Pharmacy Installation, Faisal Islamic Hospital. This
qualitative study analysed the effect of input factors consisting of human resource, finance,
implementation instruments and procedures on the performance of pharmaceutical logistics
management. The results indicate the logistics management has been performed well and follow the
hospital pharmacy standards. However, some identified obstacles need serious attention such as the
incomplete stock availability, inconsistency stock of medicine provided in e-catalogue, and lack of
supporting human resources for the medicine distribution especially for inpatients. Therefore, there
will be important to add certain function employees, implement information technology-based
method for stock control, and coordinate with financial authorities to adjust available budget with
medicine stock plan.

Keywords: Logistic, hospital, management

Ita Puspita San 78 | P a g e


PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 1
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020

PENDAHULUAN (berkoordinasi dengan dokter darurat dan dokter


Manajemen Farmasi adalah bagian yang spesialis dalam menentukan antibiotik yang
sangat penting dalam menyediakan layanan diperlukan dan disediakan), Kepala bagian
kesehatan rumah sakit. Manajemen yang tidak Keuangan (anggaran untuk pengadaan obat-
efisien dapat berdampak negatif terhadap aspek obatan dan pada saat yang sama mengendalikan
medis, sosial, dan ekonomi rumah sakit (1). Hal pengeluaran obat), Kepala Instalasi Farmasi
ini juga tidak terlepas dari prinsip-prinsip (manajemen logistik farmasi dan konsep yang
manajemen logistik. Logistik obat-obatan di diterapkan termasuk rencana pengobatan),
rumah sakit memiliki siklus tertentu untuk dapat Koordinator Perawat (distribusi obat untuk
berjalan dengan baik. Siklus ini perlu pasien rawat inap), staf Instalasi Farmasi (status
dipertahankan, sehingga setiap elemen penyusun kekosongan obat, kelebihan, kedaluwarsa, dan
siklus memiliki kekuatan yang sama dan bekerja tugas administrasi).
secara harmonis dan seimbang (2). Data sekunder diperoleh dari profil rumah
Manajemen logistik melibatkan motif sakit, Prosedur Operasi Standar (SOP) Rumah
finansial yang diharapkan dapat dicapai dengan Sakit, diagram alur layanan farmasi, dan manual
biaya rendah. Jika rumah sakit tidak melakukan Instalasi Farmasi. Data yang dikumpulkan
pemenuhan logistik yang tepat, pengeluaran adalah dalam bentuk laporan (stok obat,
tidak dapat dikontrol dengan baik. Kegagalan penggunaan, waktu tunggu, harga, dan
untuk mengelola logistik dengan benar dapat pembelian dari pemasok). Keseluruhan data
menyebabkan kesulitan mencapai kesuksesan disajikan dalam bentuk manuskrip (analisis isi)
dan akibatnya mengurangi kepuasan pelanggan dan dianalisis secara deskriptif.
pada layanan rumah sakit.
Rumah Sakit Islam Faisal secara HASIL
independen menjalankan Instalasi Farmasi untuk Logistik terkait erat dengan pergudangan
manajemen logistik farmasi. Instalasi Farmasi dan transportasi, yaitu gudang tempat
menggunakan metode konsumsi dan penyimpanan bahan baku, barang setengah jadi
epidemiologi atau kombinasi keduanya. Sistem dan barang jadi. Transportasi itu sendiri terbatas
saat ini menambahkan kebutuhan akan obat pada memindahkan barang atau produk dari
hingga 10-30% dari penggunaan sebelumnya, gudang ke pemrosesan atau ke konsumen.
namun tidak memiliki rencana prioritas. Dengan Dengan mengacu konsep pada tulisan (3),
cara ini, anggaran berpotensi tidak memenuhi manajemen logistik sebagai ilmu atau seni dan
persyaratan dan menyebabkan kekurangan stok. proses perencanaan dan menentukan kebutuhan
Oleh karena itu, analisis yang komprehensif pengadaan, penyimpanan, distribusi dan
dilakukan pada manajemen logistik farmasi pemeliharaan serta penghapusan bahan atau
untuk menggambarkan ketersediaan dan kualitas peralatan. Dalam (4) juga menambahkan
stok obat-obatan. Penelitian ini diharapkan dapat penerimaan dan pencatatan sebagai salah satu
memberikan gambaran tentang masalah yang komponen penting dalam manajemen logistik
disampaikan saran untuk manajemen logistik farmasi.
farmasi di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Berdasarkan uraian manajemen logistik,
penulis melakukan penelitian dengan
METODE mengadopsi konsep (3) dan (4) yang digunakan
Penelitian kualitatif ini dilakukan di sebagai pisau analisis. Studi ini melihat
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Faisal. komponen-komponen yang membentuk sistem
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret manajemen logistik, yaitu: rencana, pengadaan,
hingga Juni 2020, terdiri atas observasi, penerimaan, penyimpanan, distribusi, kontrol,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. penghapusan, pencatatan, dan laporan. Delapan
Penelitian ini memilih staf Instalasi Farmasi di komponen akan dihubungkan dengan penelitian
Rumah Sakit Islam Faisal Makassar sebagai penulis yang akan dijelaskan sebagai berikut:
populasi, sementara sampel ditentukan untuk 1. Perencanaan
wawancara berdasarkan purposive sampling. Hasil wawancara mendalam dengan
Data primer dikumpulkan melalui informan terkait perencanaan obat menunjukan
wawancara mendalam dengan pemangku bahwa perencanaan obat melibatkan tim KFT
kepentingan yang ditentukan di Instalasi yang telah dibentuk oleh RS Islam Faisal dan
Farmasi, yaitu Ketua Departemen Layanan berkordinasi dengan Kepala Istalasi Farmasi.

Ita Puspita San 79 | P a g e


PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 1
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020

Perencanaan untuk periode berikutnya penyimpanan obat di instalasi farmasi ditata


berdasarkan pemakaian periode sebelumnya berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan,
dengan menambahkan buffers stock sebesar 10- suhu/stabilitas dan golongan. Penataan obat-obat
20%. Metode perencanaan yang digunakan baik di gudang farmasi dan depo-depo sesuai
adalah metode konsumsi, berdasarkan laporan standar penyimpanan obat yang baik.
hasil stok opname tiap akhir bulan. Penyimpanan obat yang memerlukan suhu
Beberapa informan menyatakan bahwa dingin disimpan dalam lemari pendingin, baik
selama ini tidak pernah kekurangan dana untuk itu di gudang farmasi maupun di depo farmasi.
kebutuhan obat, namun dalam observasi Untuk obat-obat yang masuk dalam kategori
langsung dengan melihat dokumen, masih untuk keadaan darurat disimpan di trolley
terdapat obat yang tidak tersedia di instalasi emergency.
farmasi. Dalam penyimpanan obat yang
2. Pengadaan bertanggung jawab adalah kepala gudang dan
Hasil wawancara dengan infroman, staf gudang. Untuk menjaga keamanan
observasi langsung, serta penelusuran dokumen penyimpanan obat, di gudang farmasi tersedia
diperoleh bahwa pengadaan obat dilakukan CCTV dan selalu dalam keadaan terkunci.
dengan metode pembelian langsung ke Pencatatan keluar masuknya obat digudang
Pedagang Besar Farmasi (PBF) tanpa sistem Instalasi Farmasi RS Islam Faisal dilakukan oleh
tender. Pengadaan obat juga berasal dari hibah masing-masing penanggung jawab gudang
pemerintah untuk obat–obat khusus yang farmasi.
merupakan program pemerintah. Waktu yang 5. Pendistribusian
tepat untuk pengadaan obat adalah setiap awal Hasil wawancara dengan informan
bulan. Pengadaan obat dilakukan berdasarkan diperoleh bahwa sistem distribusi obat yang
surat pesanan (SP) dari kepala instalasi dan dilakukan oleh instalasi farmasi RS Islam Faisal
ditujukan kepada PBF yang menyediakan obat- Makassar adalah sistem resep perorangan baik
obat tersebut. Obat-obat yang dipesan ke PBF itu resep pasien rawat jalan maupun pasien rawat
dibayarkan dengan cara hutang terlebih dahulu inap. Metode yang digunakan untuk pasien rawat
dan dibayarkan ketika jatuh tempo. Pengadaan inap adalah UDD yang didelegasikan ke perawat
obat sering tertunda karena kurangnya di rawat inap melalui depo instalasi farmasi.
persediaan obat yang sesuai harga e-katalog, Hasil observasi langsung dan penelusuran
sehingga dicari obat yang sediaanya sama di dokumen terlihat bahwa dengan menerapkan
PBF namun memberikan harga yang dapat metode distribusi UDD (Unit Dose Dispensing)
dijangkau dengan harga e-katalog. Dalam memudahkan pada saat visit dokter dan pada saat
pengadaan obat, instalasi farmasi belum poliklinik untuk rawat jalan. Kendala untuk
melakukan pembelian secara e-purchasing sistem resep perorangan adalah terjadi
karena Rumah Sakit Islam Faisal termasuk RS penumpukan pasien dan keluarga pasien yang
Swasta di Kota Makassar. mengantri untuk mengambil obat. Dalam
3. Penerimaan pelaksanaannya, obat untuk pasien rawat jalan
Hasil observasi langsung dan penelusuran diberikan untuk penggunaan selama 7 (tujuh)
dokumen diperoleh bahwa kegiatan penerimaan hari dan pasien rawat inap untuk penggunaan
obat berjalan dengan optimal sebab komunikasi tiap 1 (satu) hari. Kurangnya SDM yang ada
antara panitia penerimaan barang dan petugas menjadi kendala dalam metode distribusi obat,
gudang farmasi (petugas instalasi farmasi) khususnya metode distribusi untuk pasien rawat
berjalan baik. Kendala yang ada yaitu panitia inap.
penerimaan barang hanya 1 (satu) orang yang 6. Pengendalian
berprofesi sebagai tenaga farmasi dan tenaga Kegiatan Pengendalian di Rumah Sakit
administrasi. Kendala selanjutnya saat Islam Faisal Makassar dilakukan oleh pihak
penerimaan barang apabila barang yang diterima Gudang Farmasi dan tiap unit/depo setiap akhir
rusak atau waktu ED dekat maka di return bulan, yaitu dengan kegiatan stok opname.
4. Penyimpanan Kegiatan Stok Opname ini berguna untuk
Hasil wawancara mendalam dengan mengetahui penggunaan/pemakaian rata-rata
informan diperoleh bahwa sistem penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan setiap
obat yang dilakukan oleh bagian gudang farmasi bulannya dan sebagai bahan evaluasi perbekalan
yaitu sistem FIFO dan FEFO, sedangkan farmasi apa yang sering digunakan, jarang

Ita Puspita San 80 | P a g e


PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 1
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020

digunakan dan tidak pernah digunakan selama 3 digunakan untuk kebutuhan pelayanan
(tiga) bulan berturut-turut. Bila ada obat yang kesehatan di Rumah Sakit tersebut. Kegiatan
selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tidak pernah pemilihan ini berdasarkan acuan/pedoman dari
digunakan dan jarang digunakan, Apoteker Formularium Nasional dan DOEN (Daftar Obat
dapat memberi saran kepada Dokter yang Nasional), serta usulan dari setiap bagian yang
bekerja di Rumah Sakit agar meresepkan obat telah ditunjuk sebagai perwakilan/SMF (staf
tersebut untuk menghindari terjadinya medik) dalam ruang lingkup Rumah Sakit Islam
penumpukan obat dan Expired Date. Faisal Makassar. Pemilihan yang dilakukan juga
7. Penghapusan dilihat dari efektivitas, keamanan dan mutu
Dari hasil wawancara mendalam dan produk, serta harga produk. Pemilihan
observasi dokumen ditemukan tersedia dokumen distributor berdasarkan legalitas untuk
yang memuat laporan pemusnahan obat. Hal ini menghindari produk ilegal. Daftar perbekalan
menunjukan bahwa dilakukannya pengawasan farmasi dibuat dalam bentuk data yang berisi
serta evaluasi sehingga sesuai dengan standar jumlah rata-rata pemakaian obat, alat kesehatan
kefarmasian di rumah sakit. Dengan adanya dan bahan medis pakai yang telah melewati
laporan pemusnahan dan RS Islam Faisal pernah tahap/proses seleksi dan selanjutnya diserahkan
melaksanakan kegiatan pemusnahan serta dari KFT kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk
penarikan obat, maka instalasi farmasi RS Islam proses selanjutnya.
Farmasi sudah memenuhi standar kefarmasian di Adapun Formularium Rumah Sakit Islam
rumah sakit. Faisal Makassar disusun oleh Komite Farmasi
Kegiatan pemusnahan dilakukan setiap 3 dan Terapi (KFT), dimana dipimpin oleh ketua
(tiga) sampai dengan 5 (lima) tahun sekali untuk yaitu seorang Dokter bersama dengan sekretaris
sediaan farmasi dan alat kesehatan dari setiap seorang Apoteker (yang menjabat sebagai kepala
unit/depo yang kedaluwarsa dan tidak memenuhi Instalasi Farmasi Rumah Sakit/IFRS), serta
persyaratan (rusak) dengan cara dikumpulkan terdiri dari beberapa anggota yaitu dari Dokter
lalu diserahkan ke petugas Gudang Farmasi berbagai sub divisi (ortopedi, saraf dan divisi
Rumah Sakit. lainnya), farmasi klinik dan tenaga kesehatan
8. Pencatatan dan Pelaporan lainnya. Untuk pertemuan/rapat dilakukan setiap
Hasil wawancara yang didapat bahwa 2 (dua) bulan sekali.
pencatatan dan pelaporan penggunaan obat Perencanaan obat merupakan tahap
selalu dibuat dan dilaporkan pada manajemen awal kegiatan pengelolaan obat dan
rumah sakit. Dalam observasi langsung dan pengadaan obat yang merupakan faktor
penelusuran dokumen terdapat catatan masuk terbesar yang dapat menyebabkan
keluarnya obat baik dari gudang maupun dari pemborosan, maka perlu dilakukan efisiensi dan
depo instalasi farmasi. Administrasi keuangan penghematan biaya. Pengelolaan persediaan
tidak dilakukan karena instalasi farmasi tidak obat yang tidak efisien akan memberikan
mengelola keuangan sendiri. Administrasi dampak negatif terhadap rumah sakit, baik
penghapusan obat yang tidak terpakai selama ini medik maupun ekonomi (5).
juga dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa Perencanaan perbekalan farmasi
pengelolaan administrasi obat di instalasi dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali dengan
farmasi berjalan optimal. membuat RKO (Rencana Kebutuhan Obat) yang
Kegiatan Administrasi yang dilakukan akan dikirimkan ke Kemenkes RI. RKO
yaitu dengan melakukan pencatatan pada kartu merupakan acuan untuk mengetahui kebutuhan
stok, membuat rekapan data berupa laporan obat yang akan digunakan untuk seluruh Rumah
pemakaiaan/penggunaan obat pada aplikasi yang Sakit yang ada di Indonesia. Perencanaan akan
telah dibuat baik dari pihak Rumah Sakit, Dinas disesuaikan dengan anggaran/dana yang tersedia
Kesehatan Kota/Provinsi dan BPOM. dari Rumah Sakit tersebut. Untuk metode
perencanaan yang digunakan di Rumah Sakit
PEMBAHASAN Islam Faisal Makassar yaitu metode kombinasi
Kegiatan Pemilihan dan perencanaan antara konsumsi (berdasarkan penggunaan/
dilakukan oleh Instalasi Farmasi bersama pemakaian sebelumnya) dan epidemiologi/
dengan Komite Farmasi dan Terapi (KFT). Ini morbiditas (berdasarkan pola penyakit).
dilakukan untuk menentukan obat, alat Berdasarkan (4) yang menyatakan
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang Pengadaan yang efektif harus menjamin

Ita Puspita San 81 | P a g e


PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 1
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020

ketersediaan, jumlah dan waktu yang tepat tersebut. Obat-obat Hibah ini merupakan
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar program pemerintah untuk mengatasi penyakit
mutu. dalam populasi yang cukup banyak. Adapun dari
Selain daripada itu, ketidaktepatan waktu pihak Rumah Sakit yang menerima obat-obat
dalam pengadaan obat dianggap dapat Hibah tersebut harus melaporkan
merugikan pihak rumah sakit sejalan dengan pemakaian/penggunaan obat berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (6) yaitu jumlah pasien, nama obat dan jumlah obat yang
pelayanan farmasi merupakan pelayanan telah diberikan kepada pasien.
penunjang dan sekaligus merupakan revenue Penerimaan dalam (4) merupakan
center utama sebab 50% dari seluruh pemasukan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
farmasi. harga yang tertera dalam kontrak atau surat
Kegiatan Pengadaan perbekalan farmasi pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar dilakukan Penerimaan dilakukan oleh pihak Gudang
melalui dua metode yaitu: Farmasi Rumah Sakit. Yang perlu diperhatikan
a. Pembelian Langsung pada saat penerimaan yaitu faktur, meliputi
Kegiatan pengadaan perbekalan farmasi nama sediaan/barang, jumlah sediaan per unit
dilakukan setiap satu bulan sekali. Pengadaan ini maupun per box, nomor batch, Expired Date
dilakukan oleh pihak Gudang Farmasi di Rumah (ED), dan kondisi fisik sediaan/barang tersebut.
Sakit Islam Faisal Makassar, dan juga dibantu Bila terdapat sediaan/barang yang tidak sesuai
dari setiap unit/depo yang ada di Rumah Sakit maka pihak Gudang Farmasi Rumah Sakit
tersebut, guna untuk mengetahui obat, alat langsung mengembalikan ke pihak Distributor
kesehatan dan bahan medis habis pakai apa saja dengan meminta Surat Return dari Distributor.
yang sering digunakan. Pengadaan dilakukan Untuk syarat Expired Date (ED) sediaan
dengan cara pembelian/ dipesan langsung ke diterima minimal 2 (dua) tahun, kecuali untuk
Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah sediaan yang sangat diperlukan. Setelah
bekerjasama dengan Rumah Sakit Islam Faisal diperiksa kelengkapan sediaan/ barangnya
Makassar melalui Surat Pesanan (SP). Pemilihan kemudian faktur ditandatangani oleh pihak
PBF/Distributor pun harus dilihat dari sistem Gudang Farmasi yang menerima barang tersebut
manajemen dan mutu produknya, adapun juga dan pihak Distributor yang mengantarkan barang
Apotek yang bekerjasama dengan Rumah Sakit tersebut.
Islam Faisal Makassar bila terjadi kekosongan Pengaturan penyimpanan obat dan
obat. Bila sediaan farmasi dan bahan medis habis persediaan harus merujuk pada peraturan yang
pakai telah dipesan, maka pihak Distributor akan berlaku baik secara nasional (4,7) maupun
mengantarkan/mengirimkan ke Instalasi internasional (8). Kegiatan penyimpanan yang
Farmasi Rumah Sakit dengan membawa faktur. dilakukan di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
Kemudian faktur tersebut akan diperiksa berdasarkan bentuk sediaan, suhu/temperatur,
kembali sesuai dengan kelengkapan barang yang bahan berbahaya yang disusun secara alfabetis
diantarkan, dan setelah itu ditandatangani oleh dengan menerapkan sistem FEFO (First Expired
pihak Gudang Farmasi yang menerima barang First Out). Untuk sediaan yang mendekati
tersebut dan pihak Distributor yang Expired Date (ED) diberi label.
mengantarkan barang tersebut. a. Bentuk Sediaan
Untuk Surat Pesanan (SP) Narkotika Untuk tempat/rak penyimpanan seperti
dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap, Surat Pesanan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
(SP) Psikotropika dibuat sebanyak 3 (tiga) dipisah dengan rak obat-obatan. Untuk rak obat-
rangkap dan Surat Pesanan (SP) Prekursor obatan seperti tablet dan kapsul, sirup, salep dan
dibuat sebanyak 2 (dua) rangkap. krim tempat penyimpanan dipisah masing-
b. Sumbangan/Dropping/Hibah masing dan disusun/diurutkan berdasarkan
Di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar alfabetis. Untuk obat-obat LASA (Look Alike
menerima Hibah dari Dinas Kesehatan untuk Sound Alike) diberi label berwarna kuning
obat-obat seperti obat Malaria, Tuberculosis dengan tulisan berwarna hitam dan diberi
(TB), Human Immunodeficiency Virus (HIV), perantara satu obat yang berbeda, ini dilakukan
Hepatitis dan Vaksin. Obat-obat Hibah ini untuk mencegah terjadinya kesalahan pada saat
diberikan jika terdapat kasus di Rumah Sakit pengambilan obat. Tempat penyimpanan untuk

Ita Puspita San 82 | P a g e


PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 1
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, distribusi Individual Presscribing (pasien yang
untuk cairan-cairan seperti Ringer Laktat, membawa/mengantar resepnya sendiri ke
Natrium Clorida (NaCl) 0,9% dan lain apotek/depo), pada depo Rawat Inap
sebagainya yang masih tersegel di dalam kardus menggunakan sistem distribusi ODDD dan
disusun rapi dengan ketinggian penyimpanan UDD, pada depo IGD Asy-Syifa menggunakan
maksimal 8 kardus tersusun ke atas. sistem distribusi Individual Presscribing dan
b. Suhu/Temperatur ODDD, pada depo IBS (Instalasi Bedah Sentral)
Untuk obat-obat yang harus diperhatikan menggunakan metode distribusi Floor Stock.
suhunya seperti vaksin disimpan pada suhu beku Sebelum dilakukan pendistribusian, masing-
-15° sampai -20°C; Insulin dan Suppositoria masing unit/depo membuat dan mengantar
pada suhu dingin 2°-8°C; Salep, Krim, Tetes lembar amprahan ke gudang farmasi kemudian
Mata, Tetes Telinga pada suhu sejuk 9°-15°C; diperiksa terlebih dahulu oleh petugas untuk
Tablet dan Kapsul pada suhu ruang 16°-25°C. memastikan ketersediaan obat, alat kesehatan
c. High Alert dan bahan medis habis pakai yang diminta,
High Alert merupakan obat yang setelah itu dilakukan penyiapan sesuai lembar
pemakaian/penggunaannya beresiko tinggi. amprahan/ permintaan sediaan selanjutnya
Obat-obatan ini disimpan di lemari khusus yang distribusikan ke masing-masing unit/depo.
diberi tanda merah pada pintu depan lemari Berdasarkan (4), tahapan pemusnahan
dengan tulisan High Alert. Obat-obat yang terdiri dari membuat daftar sediaan farmasi, alat
masuk dalam penyimpanan High Alert seperti kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
obat Sitostatika, Elektrolit konsentrasi tinggi akan dimusnahkan, menyiapkan berita acara
(kalium klorida 2 mEq/mL, NaCl 3% dan lain pemusnahan, mengoordinasikan jadwal, metode
sebagainya), Lidocain inj, Efedrin inj. dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait,
d. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menyiapkan tempat pemusnahan, dan
Lemari yang digunakan untuk tempat melakukan pemusnahan disesuaikan dengan
penyimpanan bahan berbahaya dan beracun ini jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang
terbuat dari besi, didalamnya berisi Alkohol, berlaku. Pemusnahan pada Instalasi Farmasi RSI
Formalin dan lain sebagainya yang mengandung Faisal dilakukan setiap 3 (tiga) sampai dengan 5
zat/bahan kimia yang membahayakan bagi (lima) tahun sekali untuk sediaan farmasi dan
kesehatan dan lingkungan. alat kesehatan dari setiap unit/depo yang telah
e. Narkotika dan Psikotropika kedaluwarsa dan yang tidak memenuhi
Ini merupakan obat yang mengandung persyaratan dikumpulkan dan diserahkan ke
zat/bahan berbahaya yang dapat mempengaruhi petugas Gudang Farmasi Rumah Sakit.
kondisi kejiwaan/psikologis seseorang sehingga Sebelum dilakukan pemusnahan, terlebih
menjadi ketergantungan bila disalahgunakan. dahulu dilakukan pencatatan sediaan farmasi dan
Untuk tempat penyimpanan obat-obat golongan alat kesehatan yang akan dimusnahkan, serta
Narkotika dan Psikotropika, disimpan di lemari menyiapkan dokumen berupa laporan dan berita
khusus dengan 2 (dua) pintu yang memiliki acara pemusnahan, lalu melakukan koordinasi
kunci berbeda pada tiap pintunya. Kunci tersebut kepada Dinas Kesehatan Kota Makassar dan
dipegang oleh Apoteker Penangggungjawab Badan Pengelola Obat dan Makanan (BPOM)
atau Apoteker yang ditunjuk maupun petugas Provinsi Sulawesi Selatan terkait jadwal, metode
yang diberi wewenang. dan tempat untuk pemusnahan.
Sistem distribusi dirancang atas dasar Adapun pihak-pihak yang menghadiri
kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan kegiatan pemusnahan tersebut, baik dari Kepala
mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Kepala Gudang
sumber daya yang ada serta metode sentralisasi Farmasi/petugas yang ditunjuk, Dinas Kesehatan
atau desentralisasi (4). Pendistribusian yang Kota dan BPOM Provinsi. BPOM juga tidak
dilakukan dari Gudang Farmasi Rumah Sakit diwajibkan hadir untuk mengikuti kegiatan ini,
Islam Faisal Makassar ke masing-masing akan tetapi harus diberitahu melalui surat
unit/depo yang ada di Rumah Sakit tersebut sebagai bukti bahwa Rumah Sakit tersebut
menggunakan sistem distribusi Sentralisasi. melakukan kegiatan pemusnahan, terkhusus bila
Untuk distribusi yang dilakukan dari masing- ada obat Narkotika dan Psikotropika.
masing depo ke pasien pun berbeda. Pada Pemusnahan dilakukan dengan cara
unit/depo Rawat Jalan menggunakan sistem dipisah terlebih dahulu berdasarkan jenis dan

Ita Puspita San 83 | P a g e


PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 1
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020

bentuk sediaan, kemudian diawali dengan ada di Rumah Sakit untuk mengetahui rata-rata
memisahkan sediaan yang rusak dengan sediaan pemakaian/penggunaan perbekelan farmasi
yang masih baik, isi sediaan dikeluarkan terlebih setiap bulannya.
dahulu dari kemasannya (untuk sediaan padat, c. RKO (Rencana Kebutuhan Obat)
cair) lalu dihancurkan dan ditimbun dalam tanah. Kegiatan ini dilakukan setiap 1 (satu)
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan tahun sekali berupa laporan rencana kebutuhan
Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk obat yang diperlukan untuk perencanaan periode
yang izin edarnya dicabut oleh Menteri (4). berikutnya. Ini juga sebagai acuan yang akan
Penarikan (recall) dilakukan oleh pihak dikirimkan ke Kementrian Kesehatan untuk
Distributor jika ditemukan obat yang telah mengetahui jumlah sediaan farmasi dan alat
diedarkan tersebut terdapat zat/bahan kimia yang kesehatan yang akan digunakan pada setiap
berbahaya untuk digunakan, dilihat dari nomor Rumah Sakit yang ada di seluruh Indonesia.
batch obat dan kandungan obat baik bahan d. SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
baku/zat aktif maupun bahan tambahan/ zat Psikotropika)
tambahan dari obat tersebut. Kegiatan pelaporan ini dilakukan untuk
Pengendalian persediaan Sediaan mengetahui jumlah obat Narkotika dan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Psikotropika yang telah digunakan setiap
Habis Pakai adalah bertujuan untuk memastikan bulannya di Rumah Sakit tersebut.
persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi e. SIMRS
kelebihan dan kekurangan/ kekosongan, Ini merupakan salah satu bentuk Sistem
kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan serta Informasi Managemen Rumah Sakit yang
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat memuat data-data tentang pencatatan dan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (4). pelaporan resep; jumlah, jenis, expired date,
Pengendalian di Rumah Sakit Islam Faisal harga dari sediaan farmasi dan alat kesehatan
Makassar dilakukan oleh pihak Gudang Farmasi
dan tiap unit/depo setiap akhir bulan, yaitu KESIMPULAN
dengan kegiatan stok opname. Kegiatan Stok Manajemen Logistik pada Instalasi
Opname ini berguna untuk mengetahui Farmasi Rumah Sakit Islam Faisal Makassar
penggunaan/pemakaian rata-rata sediaan farmasi yang meliputi perencanaan, pengadaan,
dan alat kesehatan setiap bulannya dan sebagai penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
bahan evaluasi perbekalan farmasi apa yang penghapusan, pencatatan dan pelaporan sudah
sering digunakan, jarang digunakan dan tidak memenuhi standard yang diterapkan dalam (6)
pernah digunakan selama 3 (tiga) bulan berturut- sehingga mutu dan kualitas sediaan farmasi
turut. Bila ada obat yang selama 3 (tiga) bulan dapat terjamin.
berturut-turut tidak pernah digunakan dan jarang
digunakan, Apoteker dapat memberi saran SARAN
kepada Dokter yang bekerja di Rumah Sakit agar Berdasarkan hasil diskusi dan
meresepkan obat tersebut untuk menghindari kesimpulan, penulis menyarankan untuk
terjadinya penumpukan obat dan Expired Date. menambahkan SDM untuk tenaga farmasi
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan sehingga tidak ada pendelegasian tugas. Dan
yaitu dengan melakukan pencatatan pada kartu obat-obat untuk pasien rawat inap bias
stok, membuat rekapan data berupa laporan dimonitoring dengan baik, menerapkan
pemakaiaan/penggunaan obat pada aplikasi yang pemantauan yang tepat untuk pasokan obat-
telah dibuat baik dari pihak Rumah Sakit, Dinas obatan untuk pasien rawat inap, memperbarui
Kesehatan Kota/Provinsi dan BPOM. teknologi untuk pemantauan stok obat dalam
a. Pencatatan Pada Kartu Stok Sistem Informasi dan Manajemen Rumah Sakit,
Kegiatan ini dilakukan setiap hari, baik di dan berkoordinasi dengan keuangan untuk
Gudang Farmasi maupun unit/depo yang ada di memfasilitasi anggaran yang sesuai untuk
Rumah Sakit untuk mengetahui jumlah perencanaan yang dibuat.
pemakaian/penggunaan dan sisa dari perbekalan
farmasi tersebut. UCAPAN TERIMA KASIH
b. Stok Opname Setiap Akhir Bulan Ucapan terima kasih diberikan kepada
Kegiatan ini dilakukan setiap akhir bulan, Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Faisal
baik di Gudang Farmasi maupun unit/depo yang Makassar memberikan izin pengambilan data

Ita Puspita San 84 | P a g e


PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat Artikel 1
ISSN 2089-0346 (Print) || ISSN 2503-1139 (Online) Volume 10, Nomor 02, Desember 2020

dan wawancara untuk penelitian, dan Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian.


teman-teman tim peneliti yang telah membantu Peratur Menteri Kesehat Republik Indones
terselesaikannya penelitian ini. Nomor 72 Tahun 2016. 2016;
5. Dias V. MDS-3: Managing Access to
DAFTAR PUSTAKA Medicines and Health Technologies. Manag
1. Siregar CJ. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Sci Heal. 2012;
Penerapan. buku kedokteran EGC. 2003. 6. Suciati S, Adisasmito WBB 2006. Analisis
2. Manajemen farmasi : lingkup : apotek, Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Index
farmasi, rumah sakit, pedagang besar kritis di Instalasi Farmasi. J Manaj Pelayanan
farmasi, industri farmasi/ Soerjoono Seto, Kesehat. 2006;
Yunita Nita, Lily Triana | OPAC 7. Depkes RI. Pedoman Pengelolaan
Perpustakaan Nasional RI. [Internet]. [cited Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.
2020 Jul 20]. Available from: Direktorat Jenderal Binakefarmasian dan
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.asp Alat Kesehatan RI. 2010.
x?id=486399# 8. World Health Organization. Operational
3. Aditama TY. Manajemen Administrasi principles for good pharmaceutical
Rumah Sakit. Jakarta Pusat Bahasa. 2002. procurement. Manag drug supply. 1999;
4. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016

Ita Puspita San 85 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai