I. Pendahuluan
Sistem logistik obat dan perbekalan kesehatan memainkan peran strategis yang
vital dalam menjaga dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan, terutama di era
desentralisasi dalam organisasi kesehatan. Logistik kesehatan merupakan fondasi
yang mendukung pelayanan kesehatan di berbagai tingkatan dalam suatu sistem
kesehatan, dan merupakan elemen kunci yang memastikan ketersediaan dan
aksesibilitas obat serta perbekalan kesehatan yang diperlukan (Nelson dan Adams,
2000). Pentingnya sistem logistik dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
juga terkait erat dengan keberhasilan pemantauan, evaluasi, perencanaan program,
pengambilan keputusan strategis, dan bahkan penelitian di dalam sektor kesehatan
(Abouzahr dan Boerma, 2005).
Dalam upaya menjaga kelancaran dan efektivitas sistem logistik obat dan
perbekalan kesehatan, pengelolaan informasi menjadi komponen kunci. Informasi
obat dan perbekalan kesehatan yang tepat waktu dan akurat diperlukan untuk
memantau penyimpanan, pergerakan, dan alokasi barang-barang tersebut di semua
tingkatan pelayanan kesehatan dalam rantai pasokan. Hal ini membantu memastikan
ketersediaan logistik farmasi di setiap fasilitas kesehatan dan mempermudah relokasi
logistik antar lokasi, terutama dalam situasi khusus seperti bencana alam atau
kejadian luar biasa (Roy et al., 2009).
Namun, Indonesia, sebagaimana beberapa negara berkembang lainnya,
menghadapi tantangan kompleks dalam pengelolaan logistik obat dan perbekalan
kesehatan. Struktur organisasi kesehatan yang desentralisasi menambah kompleksitas
dalam manajemen obat, dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan kebijakan dan
aksi lintas berbagai tingkatan pelayanan kesehatan (Bossert et al., 2003; Jahre et al.,
2012; Manso et al., 2013). Oleh karena itu, mencapai dua tujuan utama yang diajukan
oleh Roy et al. (2009) - yaitu pemantauan logistik yang efisien dan pengambilan
keputusan yang cepat - menjadi tantangan besar bagi para pengambil kebijakan dalam
upaya memperkuat sistem logistik obat dan perbekalan kesehatan secara nasional.
Pencatatan dan pelaporan logistik secara rutin oleh fasilitas pelayanan
kesehatan, instalasi farmasi tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi, memainkan peran
kunci dalam menilai ketersediaan obat di setiap level administrasi. Data ini menjadi
dasar untuk relokasi logistik dalam situasi-situasi khusus, seperti keadaan darurat atau
wabah penyakit, serta pengambilan keputusan strategis. Proses manajemen obat dan
perbekalan kesehatan memerlukan analisis yang cermat, karena ketidaktepatan dalam
manajemen obat dapat memberikan dampak negatif tidak hanya pada ketersediaan
obat, tetapi juga pada pelayanan kesehatan secara keseluruhan, baik dari segi medis,
sosial, maupun ekonomi.
Namun, meskipun pentingnya sistem informasi dalam pemantauan logistik obat
dan perbekalan kesehatan, beberapa faktor kompleksitas seperti desentralisasi
organisasi kesehatan dan ketidakseragaman infrastruktur antar instalasi farmasi telah
menghambat jalannya sistem pemantauan logistik yang optimal (Susyanty et al.,
2014). Selain itu, sistem informasi manajemen logistik juga belum sepenuhnya sesuai
dengan kebutuhan lokal, sehingga beberapa instalasi farmasi telah mengembangkan
sistem manajemen logistik secara mandiri.
Demi mengatasi tantangan ini, diperlukan strategi penguatan sistem informasi
untuk pemantauan obat dan perbekalan kesehatan yang dapat mengidentifikasi siklus
informasi logistik, serta mencari peluang dan mengatasi hambatan yang ada. Dalam
konteks ini, makalah ini akan mengeksplorasi lebih lanjut kompleksitas sistem
logistik obat dan perbekalan kesehatan di Indonesia, tantangan yang dihadapi, dan
upaya yang dapat diambil untuk meningkatkan sistem informasi yang mendukung
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang efisien dan efektif di Indonesia.
Daftar Pustaka
Abouzahr, C., Boerma, T., 2005. Health information systems: the foundations of
public health. Bull. World Health Organ. 014951.
Andrea L. Kjos, Nguyen Thanh Binh, Caitlin Robertson, John Rovers, A drug
procurement, storage and distribution model in public hospitals in a developing
country, Research in Social and Administrative Pharmacy, Volume 12, Issue 3,
2016, Pages 371-383, ISSN 1551-7411
Bossert, T., Bowser, D., Amenyah, J., Copeland, R., 2003. Guatemala:
Decentralization and Integration in the Health Logistics System. Arlington, Va.
F. P. Gurning, S. F. Siregar, U. R. Siregar, R. Rusmayanti, and F. Nurhasanah,
"ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT PADA MASA
PANDEMI DI PUSKESMAS SERING KECAMATAN MEDAN
TEMBUNG," Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. 9, no. 5, pp. 688-695
Jahre, M., Dumoulin, L., Greenhalgh, L.B., Hudspeth, C., Limlim, P., Spindler, A.,
2012. Improving health in developing countries: reducing complexity of drug
supply chains, Journal of Humanitarian Logistics and Supply Chain
Management.
Manso, J.F., Annan, J., Anane, S.S., 2013. Assessment of Logistics Management in
Ghana Health Service. Int. J. Bus. Soc. Res. 3, 75–87.
Nelson, D.P., Adams, I.C., 2000. A Guide to Improving Drug Management in
Decentralized Health Systems: The Monitoring-Training-Planning Guide for
Program Implementation, Management.Arlington, Va.
Roy, C., Jha, H.K., Das, J.K., Bhattacharya, V., Shivdasani, J.., 2009. A Study on the
Logistics and Supply Management System of Drugs at Different Levels in
District Darbhanga of Bihar. Darbhanga (Bihar).
Sanjaya, G. Y. dan Hidayat, A. W., 2016, “Pemantauan Obat dan Perbekalan
Kesehatan di Indonesia : Tantangan dan Pengembangannya,” Manajeman dan
Pelayanan Farmasi, 6(2), hal. 159–168.