Anda di halaman 1dari 12

https://ombudsman.go.

id/perwakilan/news/r/pwkinternal--masalah-dan-solusi-layanan-
kesehatan-di-kepri

https://www.researchgate.net/publication/341725303_PENERAPAN_E-
PUSKESMAS_PADA_PUSKESMAS_TANJUNGPINANG/link/5ed095fc92851c9c5e65fcb4/
download
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sistem informasi adalah suatu metode yang menunjang kegiatan


operasional dengan menyajikan informasi yang diperlukan oleh organisasi.
Dalam prosesnya, terdiri dari tahapan input yang memghasilkan laporan,
kemudian tahap penyimpanan yang berfungsi untuk mengelola, memelihara
dan menyimpan data, kemudian tahap pengontrolan yang akan memberikan
jaminan bahwa sistem informasi telah berfungsi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. (Putri, A. Fadhilna, 2018).

Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2010, Sistem


Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari enam”building block” atau
komponen utama dalam sistem kesehatan di suau negara. Keenam komponen
(building block) sistem kesehatan tersebut, yaitu service delivery (pelaksaan
pelayanan kesehatan), medical product, vaccine, adn technologies (produk
medis, vaksin dan teknologi kesehatan), health workforce (tenaga medis),
health system financing (sistem pembiayaan kesehatan), health information
system (Sistem Informasi Kesehatan), leadership and governance
(kepemimpinan dan pemerintah) (Damayati, Rusmin dan Arranury,2015)

Di Indonesia sistem informasi manajemen keperawatan masih minim


penerapannya, pendokumentasian keperawatan umumnya masih menggunkan
pendokumentasian tertulis. Pemerintah Indonesia sudah memiliki visi tentang
sistem informasi kesehatan nasional yaitu Reliable Health Information 2010
(Reliable Health Information 2010).

Berdasarkan data laporan dari aplikasi Sistem Informasi Manajemen


Pelayanan Terintegrasi secara Elektronik (Simpel) Ombudsman RI, terdapat
113 akses pengaduan dengan substansi kesehatan yang diregistrasi
Ombudsman Kepri. Jumlah laporan tersebut setara dengan 5% dari 2.157
keseluruhan laporan yang masuk. Laporan terbesar adalah substansi agraria
sebanyak 303 akses pengaduan, selanjutnya pendidikan sebanyak 163 dan
substansi perhubungan dan infrastruktur sebanyak 154 akses.

Pada semester satu tahun ini Ombudsman Kepri juga sudah


mencatatkan penerimaan pengaduan layanan publik substansi kesehatan
sebanyak 28 atau setara dengan 9% dari jumlah keseluruhan diterima
sebanyak 279 laporan dan menduduki substansi laporan terbesar kedua setelah
agraria. Tentunya jumlah laporan yang masuk ini dapat mengindikasikan ada
persoalan pelayanan kesehatan di Kepulauan Riau.

Adapun kelompok instansi yang dilaporkan adalah rumah sakit


pemerintah sebanyak 46%, rumah sakit swasta 10%, puskesmas 23%, dinas
kesehatan 15% dan klinik 6%. Bila melihat instansinya maka laporan
menyangkut layanan di puskesmas yang paling dominan dikeluhkan pelapor,
selanjutnya layanan RSUD Tanjungbatu Kundur Karimun, RSUD Engbung
Fatimah, RSUD Ahmad Tabib, sejumlah rumah sakit swasta, layanan Dinas
Kesehatan Batam dan Dinas Kesehatan Karimun.(Ombudsman Kepulauan
Riau Tahun 2021).

Di Tanjungpinang untuk sistem Informasi kesehatan sudah mulai berkembang


dan mengikuti perkembangan jaman dimana hampir rata-rata puskesmas dan
rumah sakit sudah menggunakan sistem aplikasi, seperti pada puskesmas
sudah di kembangkan aplikasi E-Puskesmas yang merupakan pengembangan
dari Simpuskesmas yang terdapat di Puskesmas. Pembuatan e-Puskesmas
sendiri sebagai bentuk dari upaya atas persoalan-persoalan yang diakibatkan
oleh sistem manualyang umumnya dipergunakan, perancangan e-Puskesmas
guna digitalisasi proses pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di
Puskesmas memberikan kemudahan terhadap sistem pelaporan atas data
kepada Dinas Kesehatan serta memberikan kemudahan terhadap informasi
secara efektif dan efisien melalui sistem online reporting. Perancangan serta
pengaplikasian e-Puskesmas memiliki suatu tujuan agar mudah untuk
dipergunakan oleh seseorang yang jarang menggunakan perangkat komputer,
ketersediaan fiturfitur yang terdapat pada e-Puskesmas diharapkan dapat
memberikan kemudahan dan menggiatkan penggunanya pada Puskesmas di
seluruh Indonesia sehingga dapat memberikan peningkatan terhadap kinerja
secara nyata.( Nusa, Putra Hendra. 2018.)

Informatika dalam bidang keperawatan dapat dikatakan masih relatif


baru, untuk itu perlu ditetapkan instrumen spesisfik yang akan merangkum
keperawatan sebagai sebuah profesi. Temuan penelitian Abdrbo, Amany A.,
2010 menyebutkan bahwa melalui Information Systems Use Instrument
(ISUI), diperkirakan dapat memberikan potensi untuk menentukan
penggunaan sistem informasi pada praktik keperawatan. Instrumen yang baru
dikembangkan ini adalah instrumen nonattitudinal pertama yang merupakan
instrumen yang didasarkan pada proses keperawatan, spesifik keperawatan
yang cukup singkat, mudah digunakan, dan dapat memberikan banyak
informasi.Semakin tingginya tuntutan penggunaan sistem informasi teknologi
dalam berbagai bidang menjadi tantangan tersendiri bagi para pemberi
layanan keperawatan dan kesehatan untuk mengintegrasikan setiap kegiatan
yang diberikan kepada pasien atau klien dalam laporan dan pencatatan
dokumen dalam bentuk digital atau komputerisasi, yang terangkum dalam
sistem manajemen informasi teknologi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definsi Sistem Informasi Kesehatan
Peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) yang menjelaskan bahwa Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua
tingkat pemerintah secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung
manajmen keehtan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat (Alam,2018).
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah integrasi antara perangkat,
prosedur dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi
secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang
terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Dalam literature lain menyebutkan bahwa SIK adalah suatu
sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di semua tingkat
pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan
mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi,
pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi
terhadap pelaksanaan program-program kesehatan.

B. Peranan Manajemen Sistem Informasi Kesehatan


Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6
“building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu
Negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:
1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)
2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin,
dan teknologi kesehatan)
3. Health worksforce (tenaga medis)
4. Health system financing (system pembiayaakesehatan)
5. Health information system (sistem informasi kesehatan)
6. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)

Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam pembuatan program kesehatan mulai


dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan
program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi. Subsistem dalam
system informasi kesehatan secara umum meliputi :

a. Survailans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi


lingkungan dan factor resiko)

b. Pelaporan rutin dari puskemas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah,


gudang farmasi, praktek swasta.

c. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi, HIV/AIDS,
yang biasanya bersifat vertical

d. System administrative, meliputi system pembiayaan, keuangan, system


kepegawaian, obat dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lain-lain

e. Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun imigrasi

Jika dicermati, komponen tersebut tidak hanya tanggung jawab sektor kesehatan
semata, tetapi juga lintas sector lainnya seperti statistik vital kependudukan, data
kelahiran, data kematian. Sistem pelaporan informasi kesehatan rutin dari fasilitas
kesehatan pun tidak berjalan dengan baik. Teknologi informasi memberi berbagai
kemudahan dalam proses manajemen di segala bidang. Dengan teknologi Informasi,
data dan informasi dapat diolah dan didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat,
dan fleksibel. Hal ini mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi
informasi dalam berbagai kegiatan.
World Health Organization menilai bahwa investasi sistem informasi menuai
beberapa keuntungan, antara lain :

 Membantu pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan


masalah kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.
 Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif, evaluasi,
dan inovasi melalui penelitian.
 Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas, cara
yang digunakan

Data yang diperlukan dalam system informasi kesehatan yang komprehensif berkisar
dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas untuk jenis dan lokasi tenaga
kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan klinis yang diberikan di tingkat
nasional dan sub-nasional dan akhirnya dengan indokator penduduk, seperti sebaai
demografi dan status social ekonomi. Sebagaimana gambar diatas, informasi
kesehatan dapat dibagi menjadi lima domain yang berbeda, yaitu :

1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan,


lingkungan, social ekonomi dan demografi.
2. Input system kesehatan, yang meliputi kebijakan, pembiayaan, sumber daya,
dan organisasi.
3. Output system kesehatan meliputi, informasi kemampuan pelayanan dan
kualitas.
4. Hasil system kesehatan meliputi, pemanfaatan pelayanan.

Status kesehatan meliputi, angka kematian, kesakitan atau ketidakmampuan, dan


kesejahteraasn. Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional, SIK
merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada sub sistem manajemen, informasi
dan regulasi kesehatan. Sub sistem manajemen dan informasi kesehatan merupakan
subsistem yang mengelola fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan,
informasi kesehatan dan hokum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang
penyelenggaraan upaya kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya guna, dan
mendukung penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai satu
kesatuan yang terpadu.

Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional Indonesia, yaitu:

1. Upaya kesehatan
2. Penelitian dan pengembangan kesehatan
3. Pembiayaan kesehatan
4. Sumber daya manusia (SDM) kesehatan
5. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan
7. Pemberdayaan masyarakat.

Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun komitmen setiap


unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem Informasi kesehatan
berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting menggunakan teknologi komputer
dalam mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based
Information System). Melalui hasil pengembangan sistem informasi ini maka
diharapkan dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut :

1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar


yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat
interoperable dengan jaringan lain.
3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan
mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam
kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai
komponen sistem di masa depan.
4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan
dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam
Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari
jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan,
mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang
menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,
menganalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara
elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders.
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan
access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan
secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan
kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya.
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan
pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen,
penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan
pengembangan karir.
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit
organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan
kedokteran.
10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan
organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan
kompetitif.
11. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai