Anda di halaman 1dari 8

Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai

perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan


serta penghapusan material/alat-alat. (Subagya: 1994) dalam Lismaryanti (2013), sehingga
manajemen logistik mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan
ketersediaan bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan
efektif.
Fungsi Perencanaan Manajemen Logistik
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkahlangkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan
secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya
dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku
di masing-masing organisasi (Mustikasari: 2007) dalam Lismaryanti (2013). Sedangkan fungsi
manajemen logistik menurut Tjandra Yoga Aditama (2003) dalam Febriawati (2013) dalam
Saputra (2015) adalah mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran sasaran, pedoman,
pengukuran penyelenggaraan bidang logistik.
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya sehingga akan
sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan
yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan
berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.
Suatu rencana harus di dukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit
mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar dalam pelaksanaannya
(Lismaryanti, 2013).
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan menyimpulkan
pernyataan sebagai berikut (Lismaryanti, 2013) :
1. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat
2. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah yang tepat
3. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat
4. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat
5. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan orang atau
unit yang tepat

6. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat


7. Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di ambil benarbenar tepat.
Contoh Perencanaan Kebutuhan Obat Publik
Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu fungsi yang
menentukan dalam proses pengadaan yang berdampak pada ketersediaan obat untuk pelayanan
publik. Menurut Kemenkes RI, tujuan dari perencanaan obat dan perbekalan kesehatan adalah
kegiatan untuk menetapkan jenis serta jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang tepat sesuai
dengan kebutuhan di pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) (Kemenkes RI, 2009b) dalam
Saputra (2015).
Pada prinsipnya perencanaan obat merupakan suatu proses kegiatan menentukan jenis
dan jumlah obat dalam rangka pengadaan obat agar sesuai dengan kebutuhan untuk pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Adapun tujuan perencanaan pengadaan obat antara lain adalah
(Kemenkes RI, 2008) dalam Saputra (2015) :
1. Mengetahui jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
2. Menghindari terjadinya kekosongan obat.
3. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1121/MENKES/SK/XII/2008, Proses
perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan diawali dari data yang
disampaikan puskesmas ke unit pengelola obat/gudang farmasi dinas kesehatan kabupaten/kota
yang selanjutnya dikompilasi menjadi rencana kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan
kabupaten/kota yang dilengkapi dengan teknik-teknik perhitungannya (Saputra, 2015).
Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan kebutuhan obat antara lain
(Kemenkes RI, 2008) dalam Saputra (2015) :
1) Tahap Pemilihan Obat
Pemilihan obat harus disesuaikan secara nyata dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan di
puskesmas. Pemilihan obat untuk puskesmas dilakukan berdasarkan pada obat generik terutama
yang tercantum dalam daftar obat pelayanan kesehatan dasar (PKD) dan Daftar Obat Essensial
Nasional (DOEN) yang masih berlaku dengan patokan harga sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan tentang daftar harga obat untuk obat pelayanan kesehatan dasar dan obat program
kesehatan. Disamping itu juga diperlukan pemilihan obat menjadi kelompok VEN (Vital,
Esensial dan Non Esensial).
Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan apakah obat benar benar diperlukan
sesuai dengan pola penyakit yang ada. (Kemenkes RI, 2008) dalam Saputra (2015). Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat (Kemenkes RI, 2009b) dalam Saputra (2015)
antara lain :
1. Obat yang dipilih sesuai dengan standar mutu yang terjamin.
2. Dosis obat sesuai dengan kebutuhan terapi.
3. Obat mudah disimpan.
4. Obat mudah didisitribusikan.
5. Obat mudah didapatkan/diperoleh.
6. Biaya pengadaan dapat terjangkau.
7. Dampak administrasi mudah diatasi.
Sebelum melakukan perencanaan obat ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan yang
dipergunakan sebagai dasar acuan dalam pemilihan obat yaitu (Kemenkes RI, 2008) dalam
Saputra (2015) :
1) Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit.
2) Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah.
3) Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun
bioavaibilitasnya (ketersediaan hayati).
4) Biaya pengobatan mempunyai rasio antar manfaat dan biaya yang baik.
5) Bila pilihan lebih dari satu, dipilih yang paling baik, paling lengkap data ilmiahnya dan
farmakokinetiknya paling menguntungkan.
6) Mudah diperoleh dan harga terjangkau.
7) Obat sedapat mungkin sediaan tunggal.
2. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian unit obat di unit pelayanan
kesehatan, yang bersumber dari laporan pemakaian dan lembar permintaan obat. (Kemenkes RI,
2008) dalam Saputra (2015). Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian

obat setiap bulan dari masing-masing jenis obat di unit pelayanan kesehatan selama setahun serta
menentukan stok optimum (stok optimum = stok kerja + stok pengaman). Data pemakaian obat
di puskesmas diperoleh dari LPLPO. Beberapa Informasi yang diperoleh dari kompilasi
pemakaian obat adalah (Kemenkes RI, 2008) dalam Saputra (2015) :
1. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan kesehatan.
2. Persentase (%) pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh unit
pelayanan kesehatan.
3. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat pada tingkat kabupaten/kota.
Manfaat informasi yang diperoleh dari kompilasi pemakaian obat diantaranya adalah
sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan obat untuk pemakaian tahun mendatang dan
menghitung stok/persediaan pengaman dalam rangka mendukung penyusunan rencana distribusi
(Kemenkes RI, 2008) dalam Saputra (2015).
3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat
Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat yang senantiasa dihadapi oleh
apoteker dan tenaga farmasi yang bekerja baik di tingkat PKD. Baik kekosongan maupun
kelebihan jenis obat tertentu dapat terjadi apabila perhitungan hanya berdasarkan teoritis.
Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui
beberapa tahapan seperti di atas, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat baik
ditinjau dari jenis, jumlah maupun waktu. Untuk menentukan kebutuhan obat dilakukan 2 (dua)
pendekatan yaitu : (Kemenkes RI, 2008) dalam Saputra (2015).
1) Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat
tahun sebelumnya untuk menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan
metode konsumsi perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut:
1) Pengumpulan dan pengolahan data.
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan obat.

2) Pekembangan Pola Kunjungan Metode Morbiditas.


Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.
faktor faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit, waktu
tunggu, dan stok pengaman.
Langkah langkah perhitungan metode morbiditas adalah (Kemenkes RI, 2008)
dalam Saputra (2015) :
1. Menetapkan pola morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat bersarkan pola
penyakit bersarkan kelompok umur dan penyakit.
2. Menyiapkan data populasi penduduk. Komposisi demografi dari populasi yang akan
di klasifikasikan berdasarkan jenis kelamin untuk umur.
3. Menyediakan data masing masing penyakit pertahun untuk seluruh populasi pada
kelompok umur yang ada.
4. Menghitung frekuensi kejadian masing masing penyakit pertahun untuk seluruh
populasi pada kelompok umur yang ada.
5. Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat menggunakan
pedoman pengobatan yang ada.
6. Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan datang.
Melengkapi data rencana pengadaan obat, unit pengelola obat kabupaten/kota
perlu mengumpulkan 10 besar penyakit dari unit terkait. Data ini bermanfaat untuk
menentukan skala prioritas dalam menyesuaikan rencana pengadaan obat dengan dana
yang tersedia (Kemenkes RI, 2010) dalam Saputra (2015).
4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat
Proyeksi kebutuhan obat adalah perhitungan kebutuhan obat secara komprehensif dengan
mempertimbangkan data pemakaian obat dan jumlah stok pada priode yang masih berjalan dari
berbagai sumber anggaran. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah : (Kemenkes RI,
2008) dalam Saputra (2015) :
1. Menetapkan rancangan stok akhir periode yang akan datang. Rancangan stok akhir
diperkirakan sama dengan hasil perkalian antara waktu tunggu dengan estimasi
pemakaian rata-rata per bulan ditambah stok penyangga.

2. Menghitung rancangan pengadaan obat periode tahun yang akan datang.Perencanaan


pengadaan obat tahun yang akan datang dapat dirumuskan sebagai berikut : a = b + c +
d e f.
Dimana :
a = Rancangan pengadaan obat tahun yang akan datang.
b = Kebutuhan obat untuk sisa periode berjalan (sesuai dengan tahun anggaran yang
bersangkutan).
c = Kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang.
d = Rancangan stok akhir tahun (lead time dan buffer stok).
e = Stok awal periode berjalan/stok per 31 Desember di Unit Pengelola Obat/Gudang
Farmasi Kabupaten/Kota.
f = Rencana penerimaan obat pada periode berjalan (Januari - Desember).
DAFTAR PUSTAKA
Lismaryanti.

2013.

Manajemen

Logistik

dan

Farmasi.

(Online),(https://www.lismaryanti.weblog.esaunggul.ac.id) diakses 4 November 2016


Saputra, D. 2015. Manajemen Logistik. (Online), (https://www.repository.usu.ac.id) diakses 4
November 2016
Tes Formatif
1. Proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkah-langkah yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan adalah definisi dari..
A. Perencanaan Logistik
B. Pelaksanaan Logistik
C. Pengorganisasian Logistik
D. Evaluasi Logistik
E. Pengadaan Logistik
2. Tujuan perencanaan pengadaan obat adalah sebagai berikut, kecuali..
A. Mengetahui jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
B. Mendukung perencanaan distribusi
C. Menghindari terjadinya kekosongan obat.
D. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
E. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
PILIHAN JAWABAN!

a.
b.
c.
d.
e.

Jika jawaban 1,2,3 benar


Jika jawaban 1,3 benar
Jika jawaban 2,4 benar
Jika jawaban 4 benar
Jika semua jawaban benar

3. Tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan menyimpulkan


pernyataan..
A. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat
B. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah yang
tepat
C. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat
D. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat
E. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan orang
atau unit yang tepat
4. Langkah-langkah yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan kebutuhan obat yaitu..
A. Tahap Pemilihan Obat
B. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat
C. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat
D. Tahap Pengadaan Kebutuhan Obat
E. Tahap Pendistribusian Obat
PILIHAN JAWABAN!
(A) Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan sebab akibat
(B) Jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab
akibat
(C) Jika pernyataan benar, alasan salah
(D) Jika pernyataan salah, alasan benar
(E) Jika pernyataan dan alasan salah
5. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang
memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap
devisi-devisi yang terjadi.
SEBAB
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya sehingga akan
sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik.

Kunci Jawaban Tes Formatif


1.
2.
3.
4.
5.

A
B
E
A
A

Anda mungkin juga menyukai