Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH CITRA MEREK, LOKASI, DAN KUALITAS

PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN


KOPI JANJI JIWA DI KOTA PALU

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penyusunan Skripsi Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tadulako

Oleh:

MOH ADRIANSYAH POKAY


C 201 18 140

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir, es kopi susu kekinian menjadi komoditas

menggiurkan di Indonesia. Penjualan dan popularitasnya terbilang kian laris

manis di pasaran bahkan sudah melampaui kopi sachetan. Hal ini dapat dilihat

dimana tidak hanya di Starbucks atau di Coffee Bean yang dapat menyediakan

kopi berkualitas. Kini, kafe penjaja minuman kopi lokal kini telah hadir di mana-

mana, dari pinggir-pinggir jalan, kawasan bisnis hingga ke mall.

Data International Coffee Organization (ICO) mencatat bahwa tren

konsumsi kopi domestik di Indonesia terus meningkat selama lima tahun terakhir.

Pada periode 2018-2019, jumlah konsumsi kopi domestik mencapai 4.800

kantong berkapasitas 60 kilogram (kg). Padahal, pada periode 2014-2015 jumlah

konsumsi kopi domestik hanya 4.417 kantong. Kemudian, pada periode tahun

berikutnya mencapai 4.550 kantong.

Gambar 1.1 Konsumsi Kopi Domestik di Indonesia Periode 2014-2019 (ICO) Sumber : Databoks.katadata.co.id
(2020). “ Konsumsi Kopi Domestik di Indonesia Terus Meningkat Selama 5 Tahun Terakhir”
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/11/24/konsumsi-kopi-domestik-di-indonesia-terus-meningkat-selama-5-tahun-
terakhir#
Peningkatan Konsumsi Kopi Domestik di Indonesia dari tahun 2014-

2019 tentunya didukung dengan banyaknya kedai kopi yang bermunculan. Salah

satunya kedai kopi di Palu yang lagi banyak diminati yaitu Kopi Janji Jiwa. Kopi

Janji Jiwa 100 yang pada awalnya hanya dibuka satu-satunya di Jalan Zebra II,

kini sudah hadir juga Kopi Janji Jiwa jilid 350 di Palu Grand Mall (PGM) dan

Kopi Janji Jiwa jilid 400 di SPBU Tondo. Dengan begitu bisa dilihat bahwa

peminat maupun pembeli Kopi Janji Jiwa di Palu semakin meningkat.

Dalam menjalankan kegiatan usaha agar dapat bertahan, maka penting

untuk diperhatikan orientasi pada konsumen, yaitu menyangkut apa yang harus

dilakukan perusahaan untuk dapat menemukan pelanggannya dan untuk

meyakinkan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Keputusan

pembelian merupakan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau

lebih pilihan alternatif Sumarwan (2011).

Pada variabel keputusan pembelian, konsumen selalu

mempertimbangkan faktor-faktor yang ada seperti kualitas produk, lokasi, dan

citra merek yang didapatkan. Namun, hal penting yang harus dipahami oleh

organisasi bisnis bahwa setiap konsumen memiliki perilaku yang berbeda

sehingga belum tentu semua faktor-faktor tersebut akan mempengaruhinya dalam

membuat suatu keputusan pembelian pada suatu bisnis. 2 Konsumen bisa saja

hanya dipengaruhi oleh satu variabel, dua variabel atau bahkan dipengaruhi oleh

semua variabel tersebut, oleh karena itu organisasi bisnis harus mengetahui

mengenai variabel apa saja yang menjadi pertimbangan konsumen dalam

membuat keputusan pembelian dan juga variabel yang paling dominan diantara
ketiga variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian sehingga organisasi

bisnis dapat membuat kebijakan dan strategi yang efektif dengan kombinasi

bauran pemasaran yang paling sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Citra Merek merupakan salah satu hal penting dalam strategi pemasaran,

pengertian Citra Merek menurut Kotler dan Keller (2012) “Citra Merek adalah 3

bagaimana persepsi konsumen menganggap atau menilai (merek) suatu

perusahaan secara aktual, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam

memori konsumen”. Menurut Sunyoto (2012) “menjelaskan bahwa pemberian

nama merek atas suatu produk menjadi sangat penting dan mempunyai manfaat”.

Sehingga Citra Merek merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan

perusahaanan.

Selain citra merek, faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha

yaitu lokasi. Menurut Jeni Raharjani (2005), strategi lokasi atau tempat adalah

salah satu determinan penting dalam menentukan perilaku konsumen. Dalam

menjalankan usahanya, perusahaan harus memilih lokasi yang strategis di suatu

kawasan yang dekat dengan keramaian dan aktivitas masyarakat juga mudah

dijangkau oleh konsumen. Hal ini akan turut mempengaruhi keberlangsungan dari

usaha tersebut. Pada usaha kuliner, strategi lokasi merupakan salah satu faktor

penting yang harus diperhatikan karena sebelum memutuskan untuk berkunjung,

konsumen tentu akan mempertimbangkan juga lokasi dari tempat tersebut.

Kemudian kualitas produk juga memiliki arti penting, inti pada upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang bertujuan untuk

mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Kotler dan Amstrong (2014), kualitas


produk adalah kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal

ini termasuk keseluruhan durabilitas, reabilitas, ketepatan, kemudahan

pengoperasian, dan reparasi produk juga atribut produk lainnya. Menurut Kotler

dan Keller (2016), kualitas produk merupakan proses evaluasi secara keseluruhan

kepada pelanggan atas perbaikan kinerja suatu produk. Kualitas produk memiliki

suatu ketertarikan bagi konsumen dalam mengelola hubungan yang baik dengan

perusahaan penyedia produk. Adanya hubungan timbal balik antara perusahaan

dengan konsumen akan memberikan peluang untuk mengetahui dan memenuhi

apa yang menjadi kebutuhan dan harapan upaya meningkatkan keputusan

pembelian.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh citra merek, lokasi

dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian kopi janji jiwa di Kota Palu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka perumusan masalah

dalam proposal ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah citra merek memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian

Kopi Janji Jiwa di Kota Palu ?

2. Apakah lokasi memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian Kopi

Janji Jiwa di Kota Palu ?

3. Apakah kualitas produk memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian

Kopi Janji Jiwa di Kota Palu ?


1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh Citra Merek terhadap keputusan pembelian

Kopi Janji Jiwa di Kota Palu.

2. Untuk menganalisis pengaruh Lokasi terhadap keputusan pembelian Kopi

Janji Jiwa di Kota Palu.

3. Untuk menganalisis pengaruh Kualitas Produk terhadap keputusan

pembelian Kopi Janji Jiwa di Kota Palu.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Aspek Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran

pada disiplin ilmu riset manajemen, khususnya dalam pemahaman

terhadap citra merek, lokasi, kualitas produk dan keputusan pembelian

Kopi Janji Jiwa di Kota Palu.

2. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan akan menghasilkan informasi yang

bermanfaat sebagai bahan evaluasi perusahaan untuk memperbaiki

kinerjanya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

ilmu pengetahuan terutama dibidang pemasaran tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi keputusan pembelian.


1.5 Sistematika Penulisan

Bab I. Merupakan bab pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II. Bab ini memuat tentang landasan teori, kerangka pemikiran

Bab III. Bab ini memuat tentang metode penelitian yang terdiri dari tipe

penelitian, lokasi dan obyek penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, populasi dan teknik penenentuan sampel, metode

analisis, dan operasional variabel.

Bab IV. Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang diperoleh secara rinci

disertai dengan analisa data yang dilakukan.

Bab V . Bab ini berisi kesimpulan dan saran penelitian yang ditujukan pada

berbagai pihak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Salah satu yang memegang peranan penting dalam melakukan suatu

penelitian adalah kajian penelitian sebelumnya. Hasil penelitian terdahulu dapat

dijadikan rujukan maupun perbandingan dalam penelitian yang dilakukan.

Anindya Rachma Andanawari (2014) Pengaruh Harga, Lokasi, Dan

Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian (Studi kasus pada Stove

Syndicate Café Semarang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

harga, lokasi dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada Stove

Syndicate Café Semarang dan mana yang memiliki pengaruh paling besar

terhadap keputusan pembelian pada Stove Syndicate Café Semarang. Data

penelitian ini dikumpulkan dari 100 konsumen Stove Syndicate Café Semarang.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non

probability sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi berganda. Sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliablitas dan uji

asumsi klasik. Setelah analisis regresi berganda dilakukan uji hipotesis dan

koefisien determinasi.

Hasil analisis regresi menunjukkan variabel harga, lokasi dan kualitas

produk mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Variabel

yang memiliki pengaruh paling besar adalah kualitas produk, diikuti oleh harga

dan yang memiliki pengaruh paling kecil adalah lokasi. Hasil analisis dengan

menggunakan uji T menunjukkan bahwa harga, lokasi dan kualitas produk secara
individual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.

Model persamaan ini memiliki nilai F sebesar 34.791 dengan tingkat signifikansi

0.000. Hasil analisis dengan menggunakan koefisien determinasi menunjukkan

sekitar 50.6% dari keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel harga

,lokasi dan kualitas produk, sedangkan 49.4% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Heni Safitri Nst (2017) Pengaruh Faktor Harga, Lokasi Dan Kualitas

Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Pada Kafe Bangsal Kopi Lubuk

Pakam.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

PengaruhFaktor Harga,Lokasi dan Kualitas Pelayanan terhadap Keputusan

Pembelian Pada Kafe Bangsal Kopi Lubuk Pakam. Populasi dalam penelitian ini

adalah sebanyak 65.897 orang dan jumlah sampel yang digunakan adalah

sebanyak 100 orang responden dengan kriteria pelanggan yang pernah berkunjung

dan membeli di Kafe Bangsal Kopi Lubuk Pakam minimal dua kali,

menggunakan metode Accidental Sampling. Berdasarkan uji F variabel bebas

(harga, lokasi dan kualitas pelayanan) secara bersama-sama memiliki pengaruh

signifikan terhadap variabel terikat (keputusan pembelian). Melalui pengujian

Koefisien Determinasi (R²) diperoleh nilai sebesar 0,434 artinya variabel bebas

harga, lokasi dan kualitas pelayanan berpengaruh sebesar 43,4% terhadap variabel

terikatnya keputusan pembelian pelanggan Kafe Bangsal Kopi Lubuk Pakam,

sedangkan 56,6% dipengaruhi oleh variabel yang lain.


Nur Lailatul Fitriah (2020) Pengaruh Kualitas Produk, Promosi Dan

Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Pada Kedai Friday Kopi

Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji 1) Pengaruh kualitas

produk terhadap keputusan pembelian, 2) Pengaruh promosi terhadap

keputusan pembelian, 3) Pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan

pembelian pada konsumen Kedai Friday Kopi Surabaya. Jenis penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dan data primer sebagai sumber data

yang diperoleh dari hasil angket. Mengingat populasi dalam penelitian ini

tidak terbatas, maka sampel yang diambil dengan menggunakan metode

accident sampling pada Kedai Friday Kopi Surabaya dan berdasarkan kriteria

yang telah ditentukan maka diperoleh sampel 100 responden. Metode

analisis data yang digunakan analisis statistik deskriptif dan statistik

inferensial menggunakan analisis regresi linier berganda dengan program

SPSS (Statistic Product and Servive Solutions) versi 24.0. Hasil uji asumsi klasik

melalui uji normalitas, uji multikolonieritas, dan uji heteroskedastisitas

menunjukkan bahwa, seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian telah

memenuhi asumsi klasik tanpa adanya pelanggaran. Dari hasil uji kelayakan

model melalui uji F dan R square menunjukkan bahwa model pada penelitian

inilayak digunakan untuk analisis lebih lanjut. Hasil penelitian deskriptif

menjelaskan bahwa kualitasproduk, promosi, kualitas pelayanan dan

keputusan pembelian dipersepsi oleh responden kategoribaik. Dari hasil

pengujian hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa kualitas produk,


promosi dan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian.

Alvina Rahma A (2020). Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek Dan

Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Konsumen Kopi Lain

Hati Lamper Kota Semarang). Penelitian ini menguji pengaruh kualitas produk,

citra merek, dan persepsi harga terhadap keputusan pembelian. Penelitain ini

dilakukan di Kopi Lain Hati Lamper Semarang. Responden dengan menggunakan

teknik pengambilan sampel Non Random Sampling. Teknik pengumpulan data

menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitas. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang bertujuan

untuk menguji variabel kualitas produk, citra merek, dan persepsi harga terhadap

keputusan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas produk

berpengaruh, citra merek, dan persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian.

Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Alat Persamaan Perbedaan
. Analisis
1 Anindya Rachma Pengaruh Harga, Regresi  Lokasi  Harga
Andanawari (2014) Lokasi,Dan Kualitas Linier  Kualitas  Lokasi
Produk Terhadap Berganda Produk Penelitian
Keputusan Pembelian  Keputusan
(Studi kasus pada Stove Pembelian
Syndicate Café
Semarang)
2 Heni Safitri Nst Pengaruh Faktor Harga, Regresi  Lokasi  Harga
(2017) Lokasi Dan Kualitas Linier  Keputusan  Kualitas
Pelayanan Terhadap Berganda Pembelian Pelayanan
Keputusan Pembelian  Lokasi
Pada Kafe Bangsal Penelitian
Kopi Lubuk Pakam
3 Nur Lailatul Fitriah Pengaruh Kualitas Regresi  Kualitas  Promosi
(2020) Produk, Promosi Dan Linier Produk  Kualitas
Kualitas Pelayanan Berganda  Keputusan Pelayanan
Terhadap Keputusan Pembelian  Lokasi
Pembelian Pada Kedai Penelitian
Friday Kopi Surabaya.
4 Alvina Rahma A Pengaruh Kualitas Regresi  Kualitas  Persepsi
(2020) Produk, Citra Merek Linier Produk Harga
Dan Persepsi Harga Berganda  Citra Merek  Lokasi
Terhadap Keputusan  Keputusan Penelitian
Pembelian (Studi Pada Pembelian
Konsumen Kopi Lain
Hati Lamper Kota
Semarang)
2.2 Landasan Teori

2.2.1 Citra Merek

Citra merek merupakan keyakinan yang terbentuk dalam benak konsumen

tentang obyek produk yang telah dirasakanya. Citra merek mampu membentuk

persepsi positif dan kepercayaan konsumen terhadap produk atau jasa yang akan

memperkuat loyalitas merek. Loyalitas merek dapat membentuk image yang baik,

tepat dan sesuai dengan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang

dihasilkannya. Image atau citra adalah suatu gambaran, penyerupaan kesan utama

atau garis besar, bahkan bayangan yang dimiliki oleh seseorang tentang sesuatu,

oleh karena itu citra atau image dapat dipertahankan. Menurut Kotler and Keller

(2012), Brand image adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh

konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori

konsumen. Suatu brand image yang kuat dapat memberikan keunggulan utama

bagi bank salah satunya dapat menciptakan keunggulan bersaing. Brand image

merupakan persepsi konsumen terhadap merek suatu produk yang dibentuk dari

informasi yang didapatkan konsumen melalui pengalaman menggunakan produk

tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut menunjukkan bahwa suatu merek akan

kuat apabila didasarkan pada pengalaman dan mendapat informasi yang banyak.

Merek merupakan suatu simbol yang kompleks yang dapat menyampaikan enam

tingkat pengertian, antara lain (Kotler dan Keller, 2012):

a. Atribut (attributes), suatu merek mendatangkan atribut tertentu ke dalam

pikiran konsumen.
b. Manfaat (benefits), atribut yang ada harus diterjemahkan menjadi

manfaat fungsional dan emosional.

c. Nilai (values), merek juga menyatakan tentang nilai pembuat atau

produsen.

d. Budaya (culture), merek dapat mempresentasikan budaya.

e. Kepribadian (personality), merek dapat menjadi proyeksi dan pribadi

tertentu.

f. Pengguna (user), merek dapat mengesankan tipe konsumen tertentu.

Sedangkan menurut Setiadi (2013), Brand Image adalah representasi dari

keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman

masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap

yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang

memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan

untuk melakukan pembelian. Menurut Kotler dan Amstrong (2012) brand image

yang efektif dapat mencerminkan tiga hal, yaitu: a. Membangun karakter produk

dan memberikan value proposition. b. Menyampaikan karakter produk secara unik

sehingga berbeda dengan para pesaingnya. c. Memberi kekuatan emosional dari

kekuatan rasional. Citra merek atau brand image merupakan kesan positif atas

merek produk yang ditanamkan perusahaan ke benak konsumen. Konsumen

mengukur merek dengan pertimbangan dalam memlilih atau menilai citra merek

suatu produk dengan kesan yang positif dibidangnya, seperti reputasi produk dan

keunggulan produk serta mudah dikenali.


Menurut Kotler & Keller (2012) bahwa aspekaspek yang diukur dari citra

merek terdiri dari:

a. Kekuatan (strengthness) Kekuatan produk merupakan keunggulan yang

dimilki suatu merek produk yang bersifat fisik yang tidak ditemukan pada

merek produk lain.

b. Keunikan (uniqueness) Keunikan suatu produk yaitu tingkat pembeda

produk dari pesaingnya, kesan ini didapat konsumen atas atribut yang

dimiliki suatu produk yang tidak dimiliki produk lainnya.

c. Keunggulan (favorable) Keunggulan suatu mereka merupakan

kemudahan suatu merek produk yang mudah diucapkan oleh konsumen,

mudah diingat dan produk menjadi favorit konsumen.

Menurut Aaker dan Biel dalam (Keller, 2012) indikator yang digunakan

untuk mengukur brand image adalah sebagai berikut :

a. Citra pembuat (corporate image), Citra pembuat merupakan

perkumpulan asosiasi yang telah dipersepsikan konsumen terhadap suatu

produk/jasa yang meliputi popularitas, kredibilitas dan jaringan yang

dimilki perusahaan.

b. Citra pemakai (user image), Citra pemakai adalah sekelompok asosiasi

yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan

barang atau jasa, meliputi pemakai itu sendiri, gaya hidup, atau

kepribadian, serta status sosial.


c. Citra produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk, yang meliputi atribut

produk tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunaannya, serta jaminan.

Berdasarkan indikator brand image menurut Keller (2012), diatas maka

dalam penelitian ini indikator brand image dimodifikasi peneliti sebagai berikut:

1. Kompetitif dibandingkan bank lain

2. Mudah ditemukan dan Jumlah banyak

3. Bank pemerintah yang terpercaya

4. Keamanan simpanan terjamin

5. Kerjasama antar bank yang baik.

2.2.2 Lokasi

Menurut Swastha & Irawan (2001), lokasi adalah tempat dimana suatu

usaha atau aktivitas usaha dilakukan. Tempat yang menarik bagi konsumen adalah

tempat yang paling strategis, menyenangkan dan efisien. Memilih lokasi yang

dekat dengan pelanggan perlu untuk mempertahankan daya saing. Selain faktor

kedekatan dengan pelanggan, faktor kenyamanan juga hendaknya diperhatikan.

Apabila perusahaan memiliki lokasi yang tepat sehingga sering dilihat, dilewati

dan didatangi oleh konsumen, maka suatu produk yang dijual atau ditawarkan

akan berpeluang dibeli banyak, lebih sering ataupun lebih laku dari produk sejenis

yang dijual di tempat lain dan sekitarnya. Sebelum mendirikan sebuah

perusahaan, perlu diperhatikan perencanaan lokasi yang hendak dibangun.

Perencanaan lokasi perlu dilakukan sebaik-baiknya karena kesalahan dalam

Universitas Sumatera Utara penentuan lokasi akan berdampak kepada


ketidakefisienan operasi yang berdampak pada kurangnya produktivitas usaha

hingga akhirnya perusahaan dapat mengalami kerugian terus-menerus. Menurut

Tjiptono (2005), indikator lokasi yaitu :

1. Akses Lokasi

2. Lingkungan parkir yang luas dan aman

3. Lingkungan yang mendukung

2.2.3 Kualitas Produk

Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa produk,

perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan usahanya. Tentu dalam memilih

sebuah produk konsumen akan mempertimbangkan manfaat yang ia dapatkan dari

produk tersebut, maka dari itu dalam membuat sebuah produk harus disesuaikan

dengan keinginan ataupun kebutuhan konsumen. Dengan kata lain, pembuatan

produk lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong (2005) produk adalah ”Segala sesuatu

yang dapat ditawarkan ke pasar 26 untuk mendapatkan perhatian, dibeli,

digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”.

Mc Charty dan Perreault (2003) mengemukakan bahwa, “Produk merupakan hasil

dari produksi yang akan dilempar kepada konsumen untuk didistribusikan dan

dimanfaatkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya”. Sedangkan menurut

Saladin (2002), ”Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu

pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat

memuaskan keinginan dan kebutuhan”. Konsumen akan menyukai produk yang

menawarkan kualitas, kinerja, dan inovasi yang berbeda dari produk lainnya.
Kualitas produk menjadi salah satu tolak ukur penting bagi kesuksesan

sebuah perusahaan. Karena dengan kualitas produk yang baik, perusahaan akan

mampu bersaing dengan para pesaingnya. Perusahaan juga harus melakukan

inovasi-inovasi baru terhadap produk yang mereka tawarkan karena konsumen

cenderung bersikap kritis terhadap produk-produk yang beredar di pasaran.

Kualitas juga menjadi salah satu alat utama pemasar untuk melakukan positioning.

Dalam pengembangan suatu produk, pemasar awalnya harus memilih

tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk di pasar sasaran. Disini,

kualitas produk berarti kualitas kinerja dimana memiliki arti kemampuan produk

dalam menjalankan fungsinya. Selain itu, kualitas yang tinggi dapat pula berarti

tingkat dari konsistensi kualitas tersebut. Disini, kualitas produk berarti

kesesuaian (conformance quality) yaitu bebas dari kerusakan serta konsisten

dalam memberikan tingkat kinerja yang ditargetkan (Kotler dan Amstrong,2001).

Menurut Handoko (2000) kualitas adalah suatu kondisi dari sebuah

barang ditentukan oleh tolak ukur penilaian atas kesesuaiannya dengan standar

ukur yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat ini diketahui bahwa kualitas

barang ditentukan oleh tolak ukur penilaian. Semakin sesuai dengan standar yang

ditetapkan dinilai semakin berkualitas. Menurut Kotler (2005), “Kualitas produk

adalah keseluruhan ciri dari suatu produk atau pelayanan pada kemampuan untuk

memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat”. Sedangkan menurut

Lupiyoadi (2001) menyatakan bahwa “ Konsumen akan merasa puas bila hasil

evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas “.


Menurut David Garvin dalam Tjiptono (1997), untuk menentukan dimensi

kualitas produk, dapat melalui delapan dimensi sebagai berikut :

1. Kinerja (performance) Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu

barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan

pelanggan dalam membeli barang tersebut.

2. Fitur produk Aspek performasi yang berguna untuk menambah fungsi

dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.

3. Kehandalan (reability) Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau

kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali

digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.

4. Kesesuaian (conformance) Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian

terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan

keinginan pelanggan.

5. Daya tahan (Durability) Suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran

daya tahan atau masa pakai barang.

6. Kemampuan diperbaiki (servieceability) Karakteristik yang berkaitan

dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, dan akurasi dalam

memberikan layanan untuk perbaikan barang.

7. Keindahan (asthetics) Merupakan karakteristik yang bersifat subyektif

mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi

dan refleksi dari preferensi individual.


8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) Konsumen tidak selalu

memiliki informasi yang lengkap mengenai atribut-atribut produk. Namun

demikian, biasanya konsumen memiliki informasi tentang produk secara

tidak langsung. Dalam merencanakan penawaran pasar, pemasar perlu

berpikir melalui lima tingkatan produk. Tiap tingkat menambahkan lebih

banyak nilai pelanggan dan kelimanya membentuk suatu hirarki nilai

pelanggan.

Menurut Tjiptono (2007) Tingkatan produk tersebut adalah:

1. Tingkat paling dasar, manfaat inti (core benefit) adalah jasa atau

manfaat sesungguhnya yang dibeli pelanggan.

2. Pada tingkat kedua, pemasar harus mengubah manfaat inti itu menjadi

produk dasar (basic product).

3. Pada tingkat ketiga, pemasar menyiapkan suatu produk yang

diharapkan (expected product), merupakan suatu set atribut dan kondisi

yang biasanya diharapkan dan disetujui pembeli ketika mereka membeli

produk ini.

4. Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan

(augmented product).

5. Pada tingkat kelima, terdapat produk potensial (potential product),

yang mencakup semua peningkatan dan transformasi yang akhirnya akan

dialami produk tersebut di masa depan.


2.2.4 Keputusan Pembelian

2.2.4.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Pengertian Keputusan Pembelian Keputusan pembelian (purchase

decision) konsumen adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli

dimana konsumen benar-benar membeli produk ( Kotler & Armstrong, 2001).

2.2.4.2 Proses Pengambilan Keputusan

Setiadi (2005) menyebutkan tahapan-tahapan proses pengambilan

keputusan pembelian, secara umum proses itu dapat dilihat pada Gambar 2.1

sebagai berikut:

Perilaku
Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan
Sesudah
Masalah Informasi Alternatif Membeli
Pembelian

Sumber : Setiadi (2005:16)

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Gambar diatas menyiratkan bahwa konsumen melewati kelima tahap

seluruhnya pada setiap pembelian.Adapun dalam pembelian yang lebih rutin,

konsumen sering kali melompati atau membalik beberapa tahap ini.


Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengenalan Masalah

Proses membeli diawali pada saat pembeli menyadari adanya masalah

kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya

dengan kondisi yang diinginkannya.Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh

rangsangan internal dari kebutuhan normal seseorang atau rangsangan eksternal

seseorang yaitu rasa lapar, dahaga, atau seks sehingga suatu tingkatan kebutuhan

tertentu dan berubah menjadi dorongan.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk

mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membedakan 2 (dua) tingkatan

yaitu tingkat pencarian informasi yang sedang–sedang saja yang disebut perhatian

yang meningkat. Pencarian informasi aktif dimana ia mencari bahan–bahan

bacaan, menelpon teman-temannya dan melakukan kegiatan mencari untuk

mempelajari yang lain. Umumnya jumlah aktivitas pencarian konsumen

akanmeningkat bersamaan dengan konsumen berpindah dari situasi pemecahan

masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang ekstensif.

3. Evaluasi Alternatif

Bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk

membuat keputusan akhir. Ternyata, tidak ada proses evaluasi yang sederhana dan

tunggal yang digunakan oleh konsumen bahkan oleh satu konsumen pada seluruh

situasi pembeli. Sekarang sifat kognitif, yaitu perusahaan memandang konsumen


sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama pada pertimbangan yang

sadar dan rasional.

4. Keputusan Membeli

Pada tahap evaluasi konsumen membentuk preferensi terhadap merek–

merek pada perangkat pilihan.Konsumen juga membentuk tujuan pembeli untuk

mereka yang paling disukai.Walaupun demikian, dua faktor berikut dapat

mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang utama

adalah sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif

pilihan seseorang akan tergantung pada intensitas sikap negatif orang lain

terhadap alternatif yang paling disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk

menuruti keinginan orang lain. Semakin tinggi intensitas sikap orang lain tersebut

akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka semakin

besar kemungkinan konsumen akan menyesuaikan tujuan pembeliannya.Tujuan

pembelian dipengaruhi juga oleh faktor-faktor keadaan yang tidak

terduga.Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor-faktor

seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat

produk yang diharapkan.Pada saat konsumen ingin bertindak, faktorfaktor

keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli.

4.Perilaku Sesudah Membeli

Sesudah melakukan pembelian tehadap suatu produk, konsumen akan

mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen juga akan

terlibat dalam tindakan sesudah pembelian dan penggunaan produk yang akan

menarik minat pemasar.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian asosiatif

yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel bebas atau lebih untuk melihat

pengaruhnya terhadap variabel terikatnya (Ginting & Situmorang, 2008). Adapun

variabel yang dihubungkan dalam penelitian ini adalah variabel yang terdiri dari

variabel Citra Merek (X1), variabel Lokasi (X2), variabel Kualitas Produk (X3)

dan variabel Keputusan Pembelian (Y).

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif karena arah

dan fokus penelitian ini ialah uji teoritik, yang tiap tahap mengutamakan

pengukuran rumus, penggunaan instrumen kuesioner dan data statistik (Ginting &

Situmorang, 2008).

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data kuantitatif, yaitu data terukur yang berupa angka atau jumlah

maupun hasil perhitungan yang diperoleh dari pengukuran..

3.2.2` Sumber Data


Peneliti menggunakan sumber data sebagai berikut:

1. Data primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli. Data primer yang ada dalam penelitian adalah
hasil kuesioner yang telah diisi langsung oleh narasumber dan hasil

wawancara langsung dengan narasumber.

2. Data sekunder, merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. kuesioner, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau penyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Jenis kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu daftar pernyataan dengan

kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Responden hanya memilih

salah satu dari alternatif jawaban yang telah disediakan.

2. Wawancara, adalah proses tanya jawab secara lisan dimana dua orang

atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-

informasi atau keterangan-keterangan.

3.4 Populasi

Populasi adalah wilayah generelasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono,2014). Populasi yang dilibatkan dalam penelitian ini yaitu


konsumen yang pernah membeli di outlet Kopi Janji Jiwa Palu dengan

rentang umur 21-30.

3.5 Sample

Menurut Sugiyono (2015) pengertian Teknik Sampling adalah sebagai

berikut: “Taknik sampling adalah merupakan pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai

teknik sampling yang digunakan”.


Secara skematis macam-macam Teknik Sampling disajikan pada gambar

di bawah ini:

Teknik Sampling

Probablility Non Probability


Sampling Sampling

4.Area (cluster)
2.Proportionate 3.Disproportonat
1. Simple random sampling 1.sampling 3.Sampling 4.Purposive
stratified random e stratified 2.sampling kuota
sampling (sampling sistematis Incidental Sampling
sampling random sampling
menurut daerah)

Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Sampling


Teknik Sampling yang digunakan oleh penulis adalah Non Probability

Sampling. Menurut Sugiyono (2015) pengertian Non Probability Sampling adalah

sebagai berikut: “Teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.”

Teknik Non Probability Samling yang digunakan dalam pengambilan

sampel pada penelitian ini lebih tepatnya penulis menggunkan Teknik Purposive

Sampling. Menurut Sugiyono (2015) pengertian Purposive Sampling adalah

sebagai berikut: “Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”

Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan Teknik Purposive

Sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria sesuai dengan yang

telah penulis tentukan, oleh karena itu penulis memilih Teknik Purposive

Sampling dengan menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria

tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, terdapat kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Konsumen yang pernah membeli di Kedai Kopi Janji Jiwa Palu

dengan rentang umur 21-30 tahun

2. Minimal konsumen sudah pernah membeli di Kedai Kopi Janji

Jiwa Palu sebanyak dua kali.


3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel Independen/bebas (X) adalah variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel yang lain. Adapun variabel independen (X) yaitu

Citra merek, lokasi dan kualitas produk.

b. Variabel Dependen/terikat (Y) adalah variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen (Y), yaitu

keputusan pembelian Kopi Janji Jiwa (Y).

3.6.2 Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan identifikasi variabel di atas, maka definisi operasional variabel

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Citra Merek (X1)

Pemahaman konsumen mengenai  merek Kopi Janji Jiwa secara

keseluruhan, kepercayaan  terhadap  merek kopi janji jiwa dan bagaimana

konsumen memandang atau mempunyai persepsi merek Kopi Janji Jiwa.

b. Lokasi (X2)

Lokasi dimana Kopi Janji Jiwa yang ada di Palu berada.

c. Kualitas Produk (X3)

Harapan dan persepsi para konsumen Kopi Janji Jiwa yang sama baiknya

dengan kinerja yang sesungguhnya.


d. Keputusan Pembelian (Y)

Keputusan konsumen secara aktual melakukan pembelian Kopi Janji Jiwa.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi adalah teknik statistika yang berguna untuk memerikasa

dan memodelkan hubungan diantara variabel-variabel. Regresi berganda sering

kali digunakan untuk mengatasi permasalahan analisi regresi yang mengakibatkan

hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Model persamaan regresi linier

berganda sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn

Y’ = nilai pengaruh yang diprediksikan

a = konstanta atau bilangan harga X = 0

b = koefisien regresi

X = nilai variable dependen

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Citra Merek, Lokasi, dan

Kualitas Produk Sedangkan variabel terikatnya adalah Keputusan Pembelian.

Metode analisis ini menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service

Solution). Adapun bentuk persamaannya yaitu :

Y = a + b1X1 + b2X2+ b3X3 + e

Y = Koefisien Keputusan Pembelian

a = Konstanta

b1 = Koefisien Citra Merek


b2 = Koefisien Lokasi

b3 = Koefisien Kualitas Produk

X1 = Variabel Citra Merek

X2 = Variabel Lokasi

X3 = Variabel Kualitas Produk

e = Standart Eror

Untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual

dapat diukur dari nilai statistik T, nilai statistik F dan nilai koefisien diterminasi.

3.8 Uji Asumsi Klasik

Penggunaan metode regresi linear berganda, secara teoritis akan menghasilkan

nilai parameter model penduga yang sah apabila dilakukan pengujian asumsi

klasik. Uji asumsi klasik dilakukan atas data primer, maka peneliti melakukan uji

normalitas data, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas.

3.8.1 Uji Normalitas

Ghozali (2013), uji normalitas data bertujuan mengetahui apakah dalam

model regresi variabel dependen dan variabel independen mempunyai kontribusi

atau tidak. Penelitian yang menggunakan metode yang lebih handal untuk

menguji data mempunyai distribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat

normal probability plot. Model regresi yang baik adalah data distribusi normal
atau mendekati normal, untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan

melihat penyebaran titik pada sumbu diagonal grafik.

3.8.2 Uji Heterosekdastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residual satupengamatan ke pengamatan yang lain.

Model regresi yang memenuhi persyaratan yaitu model yang terdapat kesamaan

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut

homoskedastisitas.

3.8.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi

yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear

berganda.Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka

hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.

Cara untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan Variance Inflation

Factor (VIF), korelasi pearson antara variabel-variabel bebas, atau dengan melihat

eigenvalues dan condition index (CI).

Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah

sebagai berikut:

1.Mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang

tinggi.

2.Menambah jumlah observasi.

3.Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain, misalnya logaritma

natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta.


DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha dan T. Hani Handoko, 2000, Manajemen Pemasaran (Analisa

Perilaku Konsumen), Yogyakarta : BPFE UGM.

Danang, Sunyoto. 2012. Manajemen pemasaran.Yogyakarta: Buku Seru

Djaslim, Saladin, 2002, Manajemen Pemasaran: Analisis, Pelaksanaan, dan

Pengendalian. Bandung ; Linda Karya

Ginting, Paham dan Syafrizal Helmi Situmorang, 2008. Filasafat Ilmu dan

Metode Riset. Medan : Usu Press

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS

21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Kotler.Keller .2012. Manajemen Pemasaran.Edisi 12. Jakarta : Erlangga

Kotler.Philip dan Armstrong, Gary. 2005. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta ;

Erlangga

Kotler dan Amstrong .2012. Prinsip-prinsip Pemasaran.Edisi 13.Jilid 1. Jakarta ;

Erlangga

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2016. Marketing Managemen, 15th Edition,

Pearson Education,Inc.

Lupiyoadi. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek. Jakarta :

Salemba

McCarthy, Jerome, E.; Perreault, William D, 2003. Dasar-dasar Pemasaran,

Edisi kelima, alih Bahasa : Agus Darma. Jakarta : Erlangga.


Nugroho J. Setiadi. 2013. Perilaku Konsumen (edisi revisi). Jakarta : Kencana

Perdana Media Grup

Raharjani, Jeni. 2005. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemilihan

Pasar Swalayan Sebagai Tempat Berbelanja. Jurnal Studi Manajemen

dan Organisasi, Vol 2, No.1

Setiadi. 2005. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan

Penelitian Pemasaran. Jakarta: Prenada Media.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif dan R&D. Bandung

Alfabeta

Sumarwan, Ujang.2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam

Pemasaran, Bogor : Ghalia Indonesia.

Swastha, B., & Irawan. (2001). Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Liberty

Tjiptono, F. (2005). Pemasaran Jasa,(Edisi Kesatu). Malang: Bayu Media.

Tjiptono, F. 2007. Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. Andi Ofset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai