Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN

KEAMANAN OBAT, KOSMETIK DAN


MAKANAN

OLEH
GHAITSA ZAHIRA SOPHA YUSUF
NIM.754840118012

PEMBIMBING: FIHRINA MOHAMAD, S.Si, M.Si

PRODI D-III FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
2020
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN


MATA KULIAH KEAMANAN OBAT, KOSMETIK DAN MAKANAN
JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES GORONTALO TAHUN
2020

GHAITSA ZAHIRA SOPHA YUSUF


NIM. 754840118012

Gorontalo, Maret 2020

Pembimbing Lahan, Pembimbing Institusi,

Yudi Noviandi, M.Sc.Tech., Apt. Fihrina Mohamad, S.Si, M.Si


NIP. NIP.19870419 201012 2 007

Ketua Jurusan, Penanggung Jawab Mata


Kuliah,

Zulfiayu, S.Si, M.Si, Apt. Fihrina Mohamad, S.Si, M.Si


NIP. 19750808 200012 2 004 NIP. 19870419 201012 2 007
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan inayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Belajar Lapangan untuk mata kuliah Keamanan Obat, Kosmetik dan Makanan.
Terima kasih saya ucapkan kepada bapak/ibu pembimbing institusi dan
pembimbing lahan yang telah membantu saya baik dalam menyelesaikan laporan
ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung saya sehingga bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Saya menyadari, bahwa laporan Praktik Belajar Lapangan yang saya buat
ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan Praktik Belajar Lapangan ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Gorontalo, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Kegiatan...........................................................................................3
1.3 Manfaat Kegiatan.........................................................................................3
BAB II PROFIL LOKASI PRAKTEK.............................................................4
2.1 Profil Umum BPOM Gorontalo...................................................................4
2.2 Profil Umum Laboratorium BPOM Gorontalo............................................6
BAB III PELAKSANAAN..................................................................................8
3.1 Waktu Pelaksanaan......................................................................................8
3.2 Bentuk Kegiatan di masing-masing Laboratorium......................................9
3.2.1 Laboratorium Mikrobiologi.............................................................9
3.2.2 Laboratorium Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan..............9
3.2.3 Laboratorium Kimia Kosmetik........................................................9
3.2.4 Laboratorium Kimia Pangan dan Bahan Berbahaya........................9
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................11
BAB V PENUTUP...............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11
LAMPIRAN.........................................................................................................11
DOKUMENTASI KEGIATAN..........................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program pembangunan kesehatan nasional difokuskan pada
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, sehingga menuntut adanya Sumber
Daya Manusia (SDM) yang mampu meberikan pelayanan kesehatan yang
professional. Adapun SDM yang dimaksud adalah tenaga kesehatan yang
berdasarkan UU RI No. 36 tahun 2014 didefiniskan yakni setiap orang yang
mengabdikan diri di dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang bertanggung jawab, memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan
kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui
pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan (Tim Penyusun, 2020).
Pendidikan tenaga teknis kefarmasian merupakan salah satu bagian dari
mata rantai pelayanan kesehatan nasional. Menurut Peraturan Pemerintah RI
No. 51 Tahun 2009, Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) adalah tenaga yang
membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas
Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, analis Farmasi dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker. Penguasaan keilmuan, ketrampilan, dan perilaku
Tenaga Kesehatan, salah satunya TTK menjadi faktor penentu dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang professional sebagai upaya
peningkatan kesehatan nasional. Untuk itu, kualitas lulusan TTK yang
berdaya saing tinggi sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan latihan
yang diterapkan selama perkuliahan (Tim Penyusun, 2020).
Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan ketrampilan
dan kompetensi dari seorang peserta didik (calon TTK) adalah kegiatan
Praktek Belajar Lapangan (PBL), yang memberikan pengalaman bagi peserta
didik untuk terjun langsung berinteraksi dan berlatih di dunia kerja/instansi
terkait (Tim Penyusun, 2020).
Praktik belajar lapangan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
seorang TTK dilakukan di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005
Tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat
dan Makanan ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(LPNK) yang bertanggung jawab kepada Presiden. BPOM ini bertugas di
bidang pengawasan obat dan makanan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dibentuknya Badan POM bertujuan
untuk mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk- produk termasuk untuk
melindungi keamanan dan keselamatan serta kesehatan konsumen. Dengan
adanya suatu badan yang bertugas mengawasi obat dan makanan diharapkan
dapat berperan dengan aktif dalam hal menangani masalah obat dan makanan
serta kesehatan (Bethesda, 2017).
Balai Pengawas Obat dan Makanan merupakan Unit kerja dari Badan
POM RI, yang melakukan pengawasan terhadap obat dan makanan di wilayah
Provinsi. Pengawasan obat dan makanan dilakukan secara strategis dan
kontinyu sebagai bagian integral dari pembangunan kesehatan secara umum.
Pengawasan harus mampu mengantisipasi perubahan lingkungan strategis
yang senantiasa berubah secara dinamis, sehingga semakin mampu
melindungi dan memberdayakan masyarakat dalam melindungi dirinya
sendiri terhadap obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat, palsu,
substandar, dan ilegal (Bethesda, 2017).
Berdasarkan uraian diatas, maka diselenggarakan kegiatan PBL dari
Mata Kuliah Keamanan Obat, Kosmetika dan Makanan di salah satu fasilitas
layanan Farmasi yakni Balai Pengawasan Obat dan Makanan di Gorontalo
demi mewujudkan pencapaian kompetensi peserta didik (calon TTK) sesuai
dengan kurikulum.
1.1 Tujuan Kegiatan
A. Tujuan Umum
1. Kegiatan PBL ini merupakan bentuk pengembangan metode
pembelajaran mata kuliah Keamanan Obat, Kosemtik dan Makanan
yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar dan
keterampilan kepada mahasiswa agar memperoleh hasil yang efisien,
efektif dan optimal dalam mencapai kompetensi sebagai Ahli Madya
Farmasi (Calon Tenaga Teknis Kefarmasian)
2. Untuk mencapai Standar Kompetensi MK. Keamanan Obat, Kosmetik
dan Makanan yang meliputi: standarisasi obat, kosmetik dan
makanan; post market control obat, kosmetik dan makanan; pengujian
obat; pengujian obat tradisional; pengujian kosmetik; pengujian
makanan; serta Komunikasi, Informasi dan Eduksai (KIE) obat,
kosmetik dan makanan.
B. Tujuan Khusus
Setelah pelaksanaan PBL, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan pengujian kimia obat dan Narkotika, Psikotropika, Zat
Aditif lainnya (NAPZA)
2. Melakukan pengujian kimia Obat Tradisional dan Suplemen
Kesehatan
3. Melakukan pengujian kimia Kosmetik
4. Melakukan pengujia kimia Pangan dan Bahan Berbahaya
5. Melakukan pengujian Mikrobiologi
1.3 Manfaat Kegiatan
Dapat mengetahui produk-produk obat, makanan, kosmetik, suplemen,
obat tradisional dan bahan berbahaya yang beredar di wilayah Provinsi
Gorontalo dengan melakukan pengujian terhadap produk-produk tersebut
sesuai standar pengujian yang ada di Balai Pengawas Obat dan Makanan yang
ada di Gorontalo.
BAB II
PROFIL LOKASI PRAKTEK
2.1 Profil Umum Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Gorontalo
Badan POM merupakan lembaga pemerintah non kementerian (LPNK)
dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk
menyelenggarakan pengawasan obat dan makanan sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan. Badan POM memiliki kewenangan dalam menerbitkan
izin edar produk, melakukan intelejen dan penyidikan di bidang pengawasan
obat dan makanan serta memberikan sanksi administratif sesuai peraturan
perundang undangan (Perpres 80 Tahun 2017).
A. Struktur Organisasi Badan POM
B. Visi, Misi dan Tujuan Badan POM
Visi, misi dan tujuan dari organisasi Badan POM sesuai dengan
Perpres no 80 Tahun 2017 tentang BPOM dan Peraturan BPOM No 26
Tahun 2017 tentang OTK BPOM yakni:
1. Visi
Obat dan Makanan aman meningkatkan kesehatan masyarakat dan
daya saing bangsa
2. Misi
a. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis
risiko untuk melindungi masyarakat
b. Mendorong kapasitas dan komitmen pelaku usaha dalam
memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta
memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan
c. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.
3. Tujuan
a. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman,
berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan
kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya daya saing produk Obat dan Makanan di pasar
lokal dan global dengan menjamin keamanan, khasiat/manfaat,
dan mutu serta mendukung inovasi.
C. Unit Pelaksanaan Teknis Badan POM
Sesuai dengan Perka BPOM 12 Tahun 2018, Unit pelaksanaan
teknis (UPT) BPOM merupakan pelaksana teknis BPOM di daerah dan
memiliki tanggung jawab langsung kepada kepala BPOM. UPT BPOM
memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Menyusun rencana dan program di bidang pengawasan obat dan
makanan.
2. Melaksanakan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi obat dan
makanan.
3. Melaksanakan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi obat dan
makanan dan/atau sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian.
4. Melaksanakan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi
dan/atau distribusi obat dan makanan.
5. Melaksanakan pengambilan sampel obat dan makanan.
6. Melaksanakan pengujian obat dan makanan.
7. Melaksanakan intelejen dan penyidikan terhadap pelanggaran
ketentuan di bidang pengawasan obat dan makanan.
8. Pengelokaan KIE dan pengaduan masyarakat di bidang pengawasan
obat dan makanan.
9. Melaksanakan koordinasi dan kerjasama.
10. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang obat
dan makanan.
11. Melaksanakan urusan tata usaha.
12. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan oleh Kepala BPOM.
D. Struktur Organisasi Balai POM Gorontalo

Kepala BPOM

Kepala Tata Usaha

Kepala Pengujian Kepala Kepala Infokom


Pemeriksaan dan
Penindakan

Kelompok Jabatan
Fungsional

E. Reformasi BPOM Gorontalo


Perubahan yang telah dilakukan oleh Balai POM Gorontalo yakni:
1. Penerapan ISO 9001: 2015 Sistem Manajemen Mutu (telah
mendapatkan sertifikasi)
2. Penerapan ISO 17025 : 2017 Sistem Manajemen Mutu Laboratorium
(telah mendapatkan sertifikasi)
3. Penerapan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi.
F. Lingkungan Internal Balai POM Gorontalo
Luas Tanah : 5.630,12 m2
Luas Bangunan : 2.277,60 m2
Alamat : Jl. Tengah, Toto Selatan, Bone Bolango
Nomor Telepon : (0435) 822052
Nomor Fax : (0435) 822052
Nomor HP : 08114355155
E-mail : ulpk_gorontalo@yahoo.co.id
bpom_gorontalo@pom.go.id
G. Wilayah Kerja Balai POM Gorontalo
Wilayah kerja Balai POM Gorontalo meliputi seluruh wilayah yang
ada di Provinsi Gorontalo yakni:
1. Kabupaten Pohuwato 4.455,60 km2
2. Kabupaten Boalemo 1.736,61 km2
3. Kabupaten Gorontalo Utara 2.141,86 km
4. Kabupaten Gorontalo 2.143,48 km2
5. Kota Gorontalo 65,96 km2
6. Kabupaten Bone Bolango 1.891,49 km2.
H. Program Balai POM Gorontalo
1. Pemeriksaan sarana produksi dan distribusi obat dan makanan
2. Sampling dan pengujian rutin obat dan makanan
3. Intensifikasi pengawasan menjelang ramadhan dan idul fitri, natal
dan tahun baru
4. Pasar aman dari bahan berbahaya
5. Gerakan keamanan pangan desa (GKPD).
2.2 Profil Umum Laboratorium Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Gorontalo
Reformasi BPOM Gorontalo penerapan ISO 9001: 2015 Sistem
Manajemen Mutu telah mendapatkan sertifikasi. Penerapan ISO 17025 : 2017
Sistem Manajemen Mutu Laboratorium telah mendapatkan sertifikasi. Staf
pengujian Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Gorontalo secara
umum terbagi menjadi dua yakni Staf pengujian mikrobiologi dan pangan
serta Staf pengujian teranokoko (terapeutik, narkotik, kosmetik, obat
tradisional dan suplemen kesehatan).
Untuk staf pengujian mikrobiologi dan pangan terdiri dari dua
laboratorium yakni laboratorium mikrobiologi dan laboratorium kimia
pangan dan bahan berbahaya. Sedangkan untuk staf pengujian teranokoko
terdiri dari tiga laboratorium yakni laboratorium kimia, obat dan NAPZA,
laboratorium kimia kosmetik dan laboratorium obat tradisional dan suplemen
kesehatan. Jadi, total laboratorium yang ada di Balai Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) di Gorontalo yaitu lima laboratorium.
Pada laboratorium kimia pangan dan bahan berbahaya terdiri dari dua
ruangan yakni, ruangan preparasi sampel dan ruangan instrumen. Ruangan
preparasi sampel dilakukan untuk menyiapkan semua sampel yang akan di uji
dan terdapat ruangan penimbangan, lemari asam, bahan kimia serta peralatan
dari gelas. Kemudian untuk ruangan instrumen dilakukan untuk menetapkan
kadar dari suatu sampel yang akan di uji dan terdapat instrumen-instrumen
yang terdiri dari Spektrofotometri UV-vis, Spektrofotometri ELISA (enzyme
linked immunosorbent assay), HPLC (high performance liquid
chromatography/kromatografi cair kinerja tinggi).
Kemudian, laboratorium kimia, obat dan NAPZA terdiri dari tiga
ruangan yakni, ruangan preparasi sampel, ruanagan instrumen dan ruangan
disolusi. Ruangan preparasi sampel terdapat ruangan penimbanagan, lemari
asam serta peralatan dari gelas. Kemudian untuk ruangan instrumen terdiri
dari Spektrofotometri UV-vis dan HPLC (high performance liquid
chromatography/kromatografi cair kinerja tinggi)
Selanjutnya, untuk laboratorium kimia kosmetik dan laboratorium obat
tradisional dan suplemen makanan, ruang preparasi sampel dan instrumen
digabungkan. Ruang preparasi sampel terdiri dari ruang penimbanagan,
lemari asam, microwave, pH meter, gravimetri, sonikator, pompa vacum,
bahan kimia serta peralatan dari gelas. Kemudian untuk ruangan instrumen
terdiri dari AAS (atomic absorbtion spectrophotometry), ICP-MS (inductively
coupled plasma mass spectrometry), HPLC (high performance liquid
chromatography) dan TLC Visualizer.
BAB III
PELAKSANAAN
3.2 Waktu Pelaksanaan
Praktek Belajar Lapangan (PBL) MK. Keamanan Obat, Kosmetik
dan Makanan bertempat di BPOM di Gorontalo dan akan dilaksanakan pada
tanggal 05 Maret s/d 17 April 2020 yang terbagi atas 3 (tiga) gelombang,
antara lain:
A. Gelombang I : 05 Maret – 18 Maret 2020
B. Gelombang II : 19 Maret – 02 April 2020
C. Gelombang III : 03 April – 17 April 2020
3.2 Bentuk Kegiatan di Laboratorium
A. Laboratorium Kimia Kosmetik
Untuk pengujian di Laboratorium kimia kosmetik, sampel yang di
uji yaitu sampel yang masuk untuk setiap bulannya misalnya sampel
bulan januari. Sampel biasanya di dapatkan dengan cara membeli dari
produsen kosmetik dan produsen kosmetik itu sendiri yang mengajukan
pengujian terhadap suatu produk kosmetik kepada BPOM. Sampel yang
masuk dilakukan skrining produk yang meliputi nama produk, nomor
batch, kadaluarsa dan komposisi kemudian diberi kode. Untuk
pengujiannya yang dapat dilakukan yaitu penetapan kadar logam secara
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Adapun langkah kerjanya
yaitu:
1. Preparasi sampel
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Ditimbang sampel sebanyak 0,1 g dan dimasukkan ke dalam
tabung vessel dan masing-masing sampel diberi perlakuan triplo
untuk sampel powder dan duplo untuk sampel krim
c. Ditambahkan masing-masing sampel dengan asam nitrat 65%
sebanyak 3 mL dan dilakukan di dalam lemari asam
d. Ditambahkan masing-masing sampel dengan asam hidroklorida
37% sebanyak 1 mL dan dilakukan di dalam lemari asam
e. Ditambahkan masing-masing sampel dengan hidrogen peroksida
30% sebanyak 1 mL dan dilakukan di dalam lemari asam
f. Ditutup vessel dan diletakan vessel di dalam rak
2. Penyiapan menggunakan Microwave digestion
a. Dimasukkan vessel kedalam pelindung HTC, lalu ditutup
dengan penutupnya dan dikencangkan.
b. Dimasukkan vessel kedalam microwave digestion, lalu
disambungkan dengan sensor suhu.
c. Dinyalakan microwave dengan suhu 100°C selama 2-3
d. Disaring dan diencerkan sampel yang telah dimasukkan ke
dalam microwave dengan aquadest pada labu ukur 50 mL
e. Dimasukkan sampel ke dalam lemari pendingin selama 1 malam
f. Dihomogenkan sampel menggunakan vortex, masing-masing
sampel divortex selama 5 menit
3. Penyiapan Larutan Standar
a. Diencerkan HCl 3% sebanyak 40,53 mL dengan aquadest
hingga 500 mL
b. Diencerkan NaBH4 0,2% sebanyak 1 g dengan aquadest hingga
500 mL
c. Diencerkan HNO3 sebanyak 7,7 mL dengan aquadest hingga
1000 mL
4. Pegujian Menggunakan Atomic Absorbtion Spectrophotometer
(AAS)
a. Disiapkan larutan standar, sampel pelarut dan lampu
b. Dibersihkan alat pengukuran
c. Disambungkan ke sumber listrik
d. Dinyalakan blower
e. Dihidupkan kompresor udara dan dibuka aliran gas C2 dan H2
f. Dinyalakan UPS, CPU dan AAS
g. Dioprasikan software/komputer
h. Dinyalakan api
i. Dinormalkan/autozero menggunakan aquabidest
j. Dilakukan pengukuran
1) Mengukur pelarut standar dengan menggunakan HNO3
2) Mengukur pelarut standar dengan menggunakan HCl 3%
3) Mengukur pelarut standar dengan menggunakan NaBH 4
0,2%
4) Melakukan pembilasan terhadap selang yang digunakan
dalam pengukuran tersebut dengan aquadest
5) Mengukur sampel (setiap pengukuran sampel dari sampel
satu ke sampel yang lain perlu dilakukan pembilasan
dengan aquadest)
k. Dimatikan api
l. Dimatikan lampu, kompresor dan aliran gas C2 dan H2
m. Dimatikan alat AAS, UPS, blower
n. Diputuskan aliran listrik.
5. Analisis Data
Menurut Anggraeni dkk (2018), sebelum dilakukan penetapan
kadar merkuri didalam sampel, maka terlebih dahulu dilakukan
validasi metode yang merupakan suatu parameter yang dijadikan
sebagai acuan untuk menegaskan bahwa metode analisis telah
akurat, spesifik, reprodusibel dan sesuai dengan yang diharapkan.
a. Kurva Kalibrasi Standar Merkuri
Kurva kalibrasi merupakan suatu metode yang banyak
digunakan dalam penentuan konsentrasi analit dalam suatu
sampel dan untuk menunjukkan kelinieran suatu pengukuran.
hasil pengukuran setiap konsentrasi larutan standar merkuri
kemudian dibuat persamaan garis y = bx + a, dimana y adalah
absorbansi, b adalah nilai kemiringan, x adalah konsentrasi dan
a adalah intersep. Kemudian dilakukan analisis data, antara lain
penentuan batas deteksi, batas kuantitasi, linearitas, uji akurasi
dan presisi.
b. Penetapan Kadar Logam Merkuri
Untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) dalam sampel krim
pemutih wajah yang telah mengalami proses destruksi dengan
metode destruksi basah. Destruksi basah dilakukan dengan
menambahkan asam-asam kuat baik tunggal ataupun campuran
untuk proses oksidasinya. Dari proses destruksi dihasilkan
larutan jernih yang selanjutnya dilakukan pengenceran.
Penetapan kadar dengan menggunakan Spektrofotometri
Serapan Atom pada panjang gelombang logam Hg yaitu 253,7
nm. Pada masing- masing sampel dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kegiatan PBL ini merupakan bentuk pengembangan metode pembelajaran
mata kuliah Keamanan Obat, Kosemtik dan Makanan yang bertujuan untuk
memberikan pengalaman belajar dan keterampilan kepada mahasiswa agar
memperoleh hasil yang efisien, efektif dan optimal dalam mencapai kompetensi
sebagai Ahli Madya Farmasi (Calon Tenaga Teknis Kefarmasian). Untuk itu
kegiatan ini dilakukan di BPOM Gorontalo. Dalam hal ini, mahasiswa mampu
mencapai Standar Kompetensi MK. Keamanan Obat, Kosmetik dan Makanan
yang meliputi: standarisasi obat, kosmetik dan makanan; post market control obat,
kosmetik dan makanan; pengujian obat; pengujian obat tradisional; pengujian
kosmetik; pengujian makanan; serta Komunikasi, Informasi dan Eduksai (KIE)
obat, kosmetik dan makanan.
Pada kesempatan kali ini, dilakukan pengujian terhadap kosmetik yaitu
penetapan kadar logam pada sampel kosmetik (powder dan krim) dengan
menggunakan metode Atomic Absorbtion Spectrophotometry (AAS). Tujuan dari
pengujian ini yaitu untuk menganalisis kadar logam berat dalam beberapa merek
kosmetik powder dan krim. Pengujian terhadap produk kosmetik yang ada di
BPOM Gorontalo tidak hanya meliputi penetapan kadar logam saja, akan tetapi
pengujian yang dilakukan terhadap produk kosmetik di BPOM salah satunya yaitu
identifikasi raksa secara reincht test. Dengan demikian, uji yang dapat dilakukan
pada kegiatan PBL di BPOM Gorontalo hanya penetapan kadar logam saja,
karena pada saat kegiatan PBL, waktu pelaksanaannya tepat pada awal bulan
Maret, sehingga sampel yang masuk untuk bulan Maret belum tersedia dan
sampel yang digunakan hanya merupakan sampel pada bulan Februari yang akan
diuji lanjutan yaitu penetapan kadar logam. Sehingga untuk memenuhi
kompetensi yang diharapkan pada kegiatan PBL ini belum tercapai karena
pengujian yang dilakukan tidak dimulai dari pengujian awal untuk produk
kosmetik dan juga keterbatasan waktu untuk kegiatan PBL ini yaitu hanya selama
10 hari.
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ bagian
luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Fatmawati, 2017).
Saat ini banyak ditemukan krim pemutih wajah yang mengandung bahan
kimia berbahaya, salah satunya adalah merkuri. Merkuri (Hg) termasuk logam
berat yang sangat berbahaya karena bersifat toksik dan karsinogen bagi tubuh
walaupun digunakan dalam konsentrasi kecil. Oleh beberapa oknum, merkuri
ditambahkan dalam powder dan krim pemutih wajah untuk bahan aktif yang
berpotensi sebagai bahan pereduksi (pemucat) kulit. Merkuri dapat menghambat
kerja enzim tirosinase dalam memproduksi melanin oleh sel melanosit. Sehingga
kadar melanin akan berkurang dan kulittampak lebih cerah. Menurut Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI nomor 17 tahun 2014 tentang
mengenai Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika
bahwa jenis cemaran merkuri (Hg) tidak boleh lebih dari 1 mg/L (1 bpj atau 1
ppm) (Ahmed, 2010; Yulia, 2019).
Kandungan merkuri pada kosmetik dapat dianalisis mengunakan
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA/AAS). Alat ini digunakan untuk mengukur
kadar logam salah satunya merkuri berdasarkan penyerapan cahaya oleh atom.
Prinsip dari analisis dengan AAS ini didasarkan proses penyerapan energi oleh
atom-atom yang berada pada tingkat tenaga dasar (ground state). Penyerapan
energi tersebut akan mengakibatkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke
tingkat tenaga yang lebih tinggi (excited state). Akibat dari proses penyerapan
radiasi tersebut elektron dari atom-atom bebas tereksitasi ini tidak stabil dan akan
kembali ke keadaan semula disertai dengan memancarkan energi radiasi dengan
panjang gelombang tertentu dan kharakteristik untuk setiap unsur. Metode
spektrofotometri serapan atom dipilih karena memiliki tingkat kepekaan,
ketelitian dan selektivitas yang tinggi dalam analisis logam, serta waktu
pengerjaannya lebih singkat dan sederhana (Torowati, 2008; Jatmiko, 2011).
Sebelum diuji secara kualitatif, terlebih dahulu masing-masing sampel
dipreparasi. Preparasi sampel sangat menentukan keberhasilan dalam suatu
analisis. Preparasi sampel yang dapat dilakukan yaitu dengan cara destruksi basah
dan destruksi kering. Dekstruksi basah yaitu pemanasan sampel (organik atau
biologis) dengan adanya pengoksidasi kuat seperti asam-asam mineral baik
tunggal maupun campuran. Sedangkan destruksi kering merupakan yang paling
umum digunakan dengan cara membakar habis bagian organik dan meninggalkan
residu anorganik sebagai abu untuk analisis lebih lanjut (Hidayati, 2013).
Dalam pengujian ini menggunakan metode destruksi basah. Tujuan dari
destruksi adalah untuk memutuskan ikatan senyawa organik dalam sampel
menjadi bentuk logam yang dapat dianalisis, sehingga memudahkan dalam
menganalisis unsur yang akan ditentukan. Ada tiga macam cara kerja dekstruksi
basah yaitu dekstruksi basah menggunakan HNO3 dan HClO4; dekstruksi basah
menggunakan HNO3, H2SO4 dan HClO4 serta dekstruksi basah menggunakan
HNO3, H2SO4 dan H2O2. Untuk pengujian ini menggunakan metode destruksi
basah dengan HNO3, H2SO4 dan H2O2 dengan perbandingan volume larutan 3:1:1.
Penggunaan HNO3 untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah agar
kehilangan mineral akibat penguapan dapat dihindari. Tahap selanjutnya proses
berlangsung sangat cepat akibat pengaruh H2SO4 atau H2O2. Penambahan H2O2
berfungsi sebagai agen pengoksidasi yang dapat menyempurnakan reaksi
sehingga mampu mendekomposisikan sampel dengan sempurna (Anggraeni,
2018; Hidayati, 2013).
Destruksi basah dikelompokkan menjadi dua jenis sistem, yakni sistem
tertutup dan sistem terbuka. Sistem destruksi terbuka adalah pemanasan campuran
sampel dan reagen secara terbuka dengan menggunakan hot plate. Sedangkan
sistem destruksi tertutup adalah reaksi pemecahan dan pelarutan dilakukan dalam
wadah tertutup, sehingga lebih aman dari proses penguapan dan pemuaian bahan
(Namik, dkk. 2006). Menurut Kartikasari (2016) menganalisis kadar logam timbal
(Pb) pada apel menggunakan destruksi basah sistem tertutup diperoleh kadar
logam timbal (Pb) 13,318 mg/kg dan sistem terbuka diperoleh kadar 5,578 mg/kg.
Hasil ini menunjukkan bahwa destruksi basah tertutup lebih baik dari pada
destruksi basah terbuka menggunakan Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Untuk
memperbaiki kelemahan dari metode destruksi asam terbuka, maka digunakan
metode asam tertutup. Salah satu caranya adalah penggunaan gelombang mikro
dalam proses destruksi yang disebut dengan metode microwave digestion.
Metode destruksi ini telah banyak digunakan dalam proses penyiapan sampel
sebelum dianalisis menggunakan spektroskopi serapan atom. Larutan asam
ditambahkan ke dalam sampel kemudian didestruksi selama 5-40 menit. Destruksi
dengan microwave menggunakan bejana yang kedap udara sehingga waktu yang
digunakan untuk mendestruksi sampel lebih singkat dan dalam satu kali proses
dapat langsung mendestruksi 8-12 sampel sehingga kerja peneliti mejadi lebih
singkat. Inilah yang membedakan destruksi menggunakan microwave dengan
destruksi basah biasa yang hanya menggunakan labu Erlenmeyer terbuka (tidak
kedap) yang dipanaskan di atas penangas listrik (Anderson, 1999).
Dari hasil pengujian untuk penetapan kadar logam merkuri pada produk
kosmetik (powder dan krim) yaitu belum sampai pada tahap hasil ujinya, karena
pada saat itu adanya pandemi virus Covid-19 yang mengharuskan seluruh
masyarakat Indonesia untuk Work From Home (WFH) sehingga tidak diperoleh
hasil dari pengujian tersebut karena kami sebagai peserta PBL dilakukan
penarikan/pemberhentian sementara pada kegiatan PBL tersebut. Tetapi sebagai
upaya untuk tetap mencapai kompetensi yang diharapakan maka diberi kebijakan
sebagai alternative untuk mencapai kompetensi dengan studi literatur tentang
analisis data hasil pengujian dengan ASS.
Dalam jurnal Anggraeni dkk (2018), dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif merkuri pada 5 sampel krim pemutih yang beredar di pasar tradisional.
Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan pereaksi KI dan menunjukkan
kelima sampel mengandung merkuri karena ditandai dengan terbentuknya
endapan merah jingga. Kemudian, dilanjutkan dengan penetapan kadar merkuri
pada sampel dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang
gelombang 243,7 nm. Dari hasil validasi, didapatkan persamaan regresi dari kurva
kalibrasi adalah Y = 0,016779x - 0,04377 dengan batas deteksi dan kuantisasi
sebesar 2,1552 μg/L dan 7,184 μg/L. Uji akurasi ditunjukkan dengan nilai persen
perolehan kembali berada pada rentang 88-97% dan uji presisi ditunjukkan
dengan nilai %SBR sebesar 0,044-1,57%. Hasil analisis kuantitatif terhadap lima
sampel menunjukkan bahwa semua sampel mengandung logam merkuri dengan
kadar 51,576 bpj sampai 3886,776 bpj. Konsentrasi tersebut sangat jauh melebihi
ambang batas yang ditetapkan oleh BPOM RI Nomor HK.03.1.23.07.11.6662
tahun 2011 yaitu tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/L (ppm).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan praktik belajar lapangan (PBL) di BPOM Gorontalo dapat
disimpulkan bahwa:
A. Pengujian kima kosmetik yang dilakukan di Laboratorium Kimia
Kosmetik BPOM Gorontalo yaitu Penetapan Kadar Logam pada
kosmetik dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorbtion
Spectrophotometry) yang hasilnya belum diketahui secara pasti karena
adanya suatu pandemi virus Covid-19 yang mengharuskan seluruh
masyarakat Indonesia untuk Work From Home (WFH). Akan tetapi
sudah dibantu oleh literatur-literatur yang mendukung untuk melihat
hasil dari pengujian penetapan kadar logam dengan AAS.
B.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan kegiatan PBL ini seharusnya
dilaksanakan dengan waktu yang cukup banyak, akan tetapi kegiatan PBL
yang dilakukan hanya dapat dilakukan dalam waktu singkat, sehingga belum
maksimal dalam mencapai kompetensi dari mata kuliah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, M. 2010. Review Skin Whitening Agent. Khartoum Pharmacy Journal
Vol. 13, No. 1. Faculty of Pharmacy: Omdurman Islamic University.

Amelia R N, 2018. Peran Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Dalam
Pengawasan Kosmetik Tanpa Izin Edar di Kota Makassar. Skripsi.
Universitas Negeri Makassar. Makassar.

Anderson, K. 1999. Analytical Techniques for Inorganic Contaminants. AOAC


International. Gaitherburg.

Anggraeni, et al. 2018. Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri dalam Krim
Pemutih Wajah yang Beredar di Pasar Tradisional dengan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom. Journal of Pharmacopolium, Vol. 1, No.
1. Bandung: Stifarm Bandung.

Bethesda J M. 2017. Pengawasan Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)


Terhadap Peredaran Produk Kosmetik Ilegal di Kota Serang. Skripsi.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Serang.

Fatmawati, H. 2017. Validasi Metode dan Penentuan Kadar Asam Salisilat Bedak
Tabur dari Pasar Majalaya. EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan),
Vol. 2, No. 2.

Fithriani, et al. 2013. Identifikasi dan Penetapan Kadar Merkuri (Hg) dalam Krim
Pemutih Kosmetik Herbal Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. Vol. 18. No. 1. Padang: Fakultas
Farmasi Universitas Andalas.

Hidayati, E N. 2013. Perbandingan Metode Destruksi Pada Analisis Pb Dalam


Rambut Dengan AAS. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Jatmiko, et al. 2011. Analisis Merkuri dalam Sediaan Kosmetik Body Lotion
Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Pharmacy, Vol. 8,
No. 3. Purwokerto: Fakultas Farmasi UMP.

Kartikasari, M. 2016. Analisis Logam Timbal (Pb) pada Buah Apel (Pylus Malus
L.) Dengan Metode Destruksi Basah Secara Spektrofotometer Serapan
Atom. Skripsi. F. SAINTEK UIN Maliki Malang. Malang.

Namik, K., Aras, O.,dan Ataman, Y. 2006. Trace Element analysis of Food and
Diet. The Royal Society of Chemistry. Cambridge.

Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.00.05.21.3592 Tahun 2007 Tentang


Perubahan Kedua Atas Keputusan Kepala BPOM Nomor 05018/KBPOM
Tahun 2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan
Teknis Di Lingkungan BPOM.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Thaun 2017 Tentang Badan


Pengawas Obat dan Makanan.

Tim Penyusun Farmasi, 2020. Panduan Pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan


Keaman Obat, Kosmetik dan Makanan. Poltekkes Kemenkes Gorontalo.
Gorontalo.

Torowati, dkk. 2008. Analisi Unsur Pb, Ni dan Cu Dalam Larutan Uranium Hasil
Stripping Efluen Uramium Bidang Bahan Bakar Nuklir. Jurnal Teknologi
Batan. ISSN 1979-2409

Ulya Z H. 2018. Peran BPOM Dalam Pengawasan Kosmetik Produk Korea


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 Tentang BPOM
Dalam Perspektif Maslahah. Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo.
Semarang.

Yulia, et al. 2019. Analisis Merkuri Pada Merk Krim Pemutih Wajah dengan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Katalisator Vol 4 No. 2.
LAMPIRAN

Spektrofotometri Serapan Atom


Cara kerja, klik disini!

Microwave digestion
Cara kerja, klik disini!

Anda mungkin juga menyukai