Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM TEKONOLOGI SEDIAAN SEMISOLID DAN LIQUID

KRIM ERITROMISIN (ERYTHROMA CREAM)

Dosen Putu Rika V, M.Farm-Klin.,Apt.

DISUSUN OLEH

Ester Geofanny S (16334038)


M Fikri Prasetyo (16334043)
Maria Mei Sri Rahayu (16334062)
Kawuryan Sabdo Lumadyo (16334063)
Siswa Hadi Pomo (16334078)
Riris Prilya (17334728)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan untuk kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan laporan ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, Juli 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan semakin berkembangnya sains dan teknologi, perkembangan di dunia
farmasi pun tak ketinggalan. Semakin hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit yang
muncul. Perkembangan pengobatan pun terus di kembangkan. Berbagai macam bentuk
sediaan obat, baik itu liquid, solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan
industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang
bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh
masyarakat. Selain itu, sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim,
salep, gel, pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya.
Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Berbagai macam bentuk sediaan semisolid memiliki kekurangan, salah satu diantaranya
yaitu mudah di tumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, para ahli
farmasis harus bisa memformulasikan dan memproduksi sediaan secara tepat. Dengan
demikian, farmasis harus mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk meminimalisir
kejadian yang tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar
dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan
dikombinasikan dengan baik dan benar.
Krim ini dibuat dengan kombinasi dari metil salisilat dan asam salisilat. Metil salisilat
adalah obat untuk membantu mengatasi rasa sakit dan nyeri ringan pada otot atau persendian.
Sedangkan asam salisilat digunakan untuk mengobati gangguan kulit seperti psoriasis,
jerawat, ketombe, dermatitis, seboroik pada kulit dan kulit kepala, kapalan, dan kutil plantar.
Sediaan krim sebelum digunakan harus dilakukan pengujian untuk menentukan
stabilitas dan kualitas krim sehingga menjamin hasil akhir yang berkhasiat dan menghasilkan
efek terapi pada setiap penggunaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana proses pembuatan sediaan krim Eritromicin dan parameter uji untuk
evaluasi sediaan?

1.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses
pembuatan sediaan krim Eritromicin dan mengetahui parameter uji untuk evaluasi sediaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Krim

⮚ Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai.
⮚ Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
⮚ Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m)
atau minyak dalam air (m/a) (Budiasih, 2008).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar. Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung
satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Secara
Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi
relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak (a/m) atau minyak dalam air (m/a)
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit
badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan ke
arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit,
obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya (Rowe, 2009).
Kualitas dasar krim, yaitu stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus
bebas dari inkopatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalam
kamar. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan
homogen. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krim
padat atau cair pada penggunaan (Anief, 1994).
2.2 Penggolongan Krim
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe krim, yaitu (Anief, 1994):
· Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin
dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold
cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
· Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air
Contoh: vanishing cream
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing)
meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
Kelebihan sediaan krim, yaitu mudah menyebar rata, praktis, mudah dibersihkan atau
dicuci, cara kerja berlangsung pada jaringan setempat, tidak lengket terutama tipe m/a,
memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m, digunakan sebagai kosmetik, bahan
untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun. Sedangkan
kekurangan sediaan krim, yaitususah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus
dalam keadaan panas. Gampang pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak
pas.Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu sistem campuran
terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan
salah satu fase secara berlebihan (Sumardjo, Damin, 2006)
Formula dasar krim, antara lain terdiri dari fase minyak dan fase air. Fase minyak, yaitu
bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam. Contoh : asam stearat, adepslanae,
paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol,
stearil alkohol, dan sebagainya. Sedangkan fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air,
bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3,
Gliserin, Polietilenglikol/ PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril sulfat, Na setostearil
alkohol, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya). Bahan-bahan penyusun krim, antara
lain, zat berkhasiat, fase minyak, fase air, pengemulsi, bahan pengemulsi. Bahan pengemulsi
yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat
/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba,
setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolamin stearat, polisorbat, PEG. Sedangkan,
bahan-bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain: Zat pengawet, untuk meningkatkan
stabilitas sediaan. Bahan pengawet sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-
0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar, untuk mempertahankan pH sediaan
Pelembab. Antioksidan, untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada
minyak tak jenuh (Sumardjo, Damin, 2006).
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Rowe, 2009).
Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan
kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan
pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setiap pelaksanaan harus
berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standard an
spesifikasi yang telah ada. Evaluasi Organoleptis, evalusai organoleptis menggunakan panca
indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi pelaksanaan menggunakan subyek
responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan
item), menghitung prosentase masing- masing kriteria yang di peroleh, pengambilan
keputusan dengan analisa statistik. Evaluasi pH, evaluasi pH menggunakan alat pH meter,
dengan cara perbandingan 60 g : 200 ml air yang di gunakan untuk mengencerkan , kemudian
aduk hingga homogen, dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang di ukur dengan pH
meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter.Evaluasi daya sebar, dengan cara sejumlah
zat tertentu di letakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian bagian atasnya diberi kaca yang
sama, dan di tingkatkan bebanya, dan di beri rentang waktu 1 – 2 menit. Kemudian diameter
penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar ( dengan
waktu tertentu secara teratur ). Evaluasi penentuan ukuran droplet, untuk menentukan ukuran
droplet suatu sediaan krim ataupun sediaan emulgel, dengan cara menggunakan mikroskop
sediaan diletakkan pada objek glass, kemudian diperiksa adanya tetesan – tetesan fase dalam
ukuran dan penyebarannya. Uji aseptabilitas sediaan, dilakukan pada kulit, dengan berbagai
orang yang di kasih suatu quisioner di buat suatu kriteria , kemudahan dioleskan, kelembutan,
sensasi yang di timbulkan, kemudahan pencucian. Kemudian dari data tersebut di buat
skoring untuk masing- masing kriteria. Misal untuk kelembutan agak lembut, lembut, sangat
lembut (Ansel,1989).
Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama
di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas,
komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak.
Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang
cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah
kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan
pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga
terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991)

Syarat Sediaan Jadi


No. Parameter Satuan Spesifikasi Sediaan Syarat Syarat Lain
Yang Akan Dibuat Farmakope
1 Kadar zat atif Sesuai farmakope Eritromisin
mengandung
tidak kurang
dari 850 mg
2 Ukuran Micron 1-100 mikron (
partikel fase Ansel, pengantar
internal bentuk sediaan
farmasi
3 Keseragaman - Tidak kurang dari 90% Tidak kurang
Sediaan dan tidak lebih dari dari 90% dan
110% tidak lebih dari
110%
4 Kestabilan - Stabil Stabil Stabil
5 Sifat Aliran - Plastis ,
pseudoplastis
dan thikstropik

6 Viskositas Cps Viskositas sediaan Viskositas tinggi


cream adalah 30000- saat disimpan dan
70000 cps ( Buhse, viskositas
menurun saat
2003)
diberi jaya saat
dioleskan

7 Daya sebar Mudah menyebar Mudah


menyebar

8 Ketengikan - Tidak berbaut Tidak


tengik berbau
tengik

9 Rasa - Tidak berasa Tidak berasa

10 Efektivitas - Mengandun
pengawet g zat
antimikroba
yang sesuai
untuk
melindungi
kontaminasi
bakteri, ragi,
dan jamur

11 Homogenita Homogen Homogen


s

12 PH Antara 6,0 – 7,0 Antara 6,0 – 7,0


DATA PRAFORMULASI BAHAN AKTIF
Nama Bahan Aktif : Eritromisin

No. Parameter Data


1. Pemerian Pemberian serbuk hablur purih atau agak kuning, tidak berbau
atau praktis tidak berbau,
agak pahit
2. Kelarutan Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dalam klorofrom,
dan dalam eter
3. pH

4. OTT -

5. Cara Sterilisasi Streilisasi dengan cara Filtrasi

6. Indikasi Sebagai antibakteri (antibiotic)

7. Dosis Lazim Sekali : 250 mg – 500 mg

Sehari : 1 gram – 2 gram


8. Cara Pemakaian

9. Sediaan Lazim dan


Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : Aqua/ hydrogen oxide

No. Parameter Data


1. Pemerian Air bersih, tidak berwarna, tidak berbau dan cairan yng tidak
berasa
2. Kelarutan Dapat bercampur dengan banyak pelarut polar

3. pH 7,0

4. OTT Air dapat bereaksi dengan obat dan bahan tambahan lain yang
bersifat hidrolisis
5. Cara Sterilisasi

6. Indikasi Zat tambahan

7. Dosis Lazim

8. Cara Pemakaian

9. Sediaan Lazim dan


Kadar
10. Wadah dan Air untuk kebutuhan spesifik harus disimpan dalam wadah
Penyimpanan khusus
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : Nipagin atau MethylParaben

No. Parameter Data


1. Pemerian Hablur kecil, tidak berwana, atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar
2. Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam karbon
tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter
3. pH

4. OTT

5. Cara Sterilisasi

6. Indikasi

7. Dosis Lazim

8. Cara Pemakaian

9. Sediaan Lazim dan


Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : Vaselin Album

No. Parameter Data


1. Pemerian Massa lunak lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk
2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan etanol 95% P , larut dalam
klorofrom P , dalam eter P , dan dalam eter minyak tanah P ,
larutan kadang – kadang beropalesensi lemah
3. pH Memenuhi syarat yang tertera pada paraffin solid

4. OTT -

5. Cara Sterilisasi -

6. Indikasi Zat tambahan

7. Dosis Lazim -

8. Cara Pemakaian -

9. Sediaan Lazim dan


Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : BHT ( Butilated
Hydroroxy Tolluen )

No. Parameter Data


1. Pemerian Hablur padat , putih dengan bau khas

2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air , Propylenglikol , Mudah larut


dalam etanol , kloroform , eter , benzene , methanol , Mudah
lart dalam minyak dan lemak
3. pH

4. OTT BHT merupakan turunan dari fenol , OTT kuat dengan


oksidasi seperti theoksidan dan permanganate
5. Cara Sterilisasi

6. Indikasi Ebagai antioksidant

7. Dosis Lazim 0,5 % - 1%

8. Cara Pemakaian

g Sediaan Lazim dan


Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup baik , terlindung dari cahaya, ditempat
Penyimpanan yang sejuk dan kering
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : Gliserin

No. Parameter Data


1. Pemerian Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, cairan higroskopis,
mempunyai rasa manis, netral terhadap lakmus
2. Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah dan dalam
minyak menguap
3. pH Titik Leleh : 17,8 °C
Titik Didih : 290 °C

4. OTT

5. Cara Sterilisasi

6. Indikasi Sebagai pengental

7. Dosis Lazim < 30%

8. Cara Pemakaian

9. Sediaan Lazim dan


Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : TEA ( Triethanolamin)

No. Parameter Data


1. Pemerian Cairan kental tidak berwarna hingga kuning pucat , bau lemah
mirip amoniak , Higroskopis
2. Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol 95% p , larut dalam
klooform p
3. pH <10

4. OTT

5. Cara Sterilisasi

6. Indikasi Emulgator

7. Dosis Lazim 2%-4%

8. Cara Pemakaian

9. Sediaan Lazim dan Kadar 2-4%


Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat , terlindung dari cahaya
Penyimpanan
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : Asam Stearat

No. Parameter Data


1. Pemerian Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur ,
putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin
2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol
(95%) P, dalam 2 bagian klorofrom P dan dalam 3 bagian eter
P
3. pH 69 C -112 C

4. OTT -

5. Cara Sterilisasi

6. Indikasi Zat tambahan

7. Dosis Lazim 1-20%

8. Cara Pemakaian

9. Sediaan Lazim dan


Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
Penyimpanan
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
Nama Bahan Tambahan : Nipasol

No. Parameter Data


1. Pemerian Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna

2. Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan
dalam eter, sukar larut dalam air mendidih
3. pH

4. OTT

5. Cara Sterilisasi

6. Indikasi

7. Dosis Lazim

8. Cara Pemakaian

9. Sediaan Lazim dan


Kadar
10. Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpanan

FORMULASI PEMECAHAN MASALAH

NO. RUMUSAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH KEPUTUSAN


MASALAH KOMPONEN PROSES PENGAWASAN
MUTU
1 Bentuk Salep Pencampuran Uji Homogenitas Cream
1. sediaan yag Cream
dapat dibuat
dengan bahan
aktif Uji Homogenitas Tipe M/A ,
(eriromisin) biasanya
digunakan pada
2. Apa tipe krim kulit,mudah
yang akan Tipe A/M Pencamuran dicuci dan tidak
dibuat sesuai Tipe M/A bekas
dengan tujuan Uji Homogenitas
penggunaan ?
Vaselin basis
berlemak yang
Basis yang Paraffin Pencampuran digunakan
3.
akan Cera alba sebagai basis
digunakan? Vaselin album Uji Homogenitas cream/fase
minyak

Fase air:
Fase air dan Fase air: Peleburan dan gliserin,air,TEA
4. fase minyak pencampuran
gliserin,air,TEA
yang Fase minyak :
digunakan As.stearat ,
untuk Fase minyak : vaselin album
membentuk As.stearat ,
basis cream? vaselin album

5. Bagaimana Penabmbahan pengadukan dan Uji organoleptis dan Penambahan


agar fase surfaktan atau pemanasan homogenitas emulgator TEA
minyak dan emulgator, dan asam stearate
air dapat pengadukan , agar fase minyak
bercampur pemanasan dan air stabil
serta menjaga
kestabilannya
?

6. Sebagai Penambahan
pelembab Penambahan Pencampuran uji homogenitas emollient :
kulit sehingga emollient : gliserin
menggunakan gliserin
krim ini pada
kulit akan
terasa lembab
Sediaan Anti oksidant ; Pencampuran uji homogenitas Penambahan
7. mengandung ascorbic acid , antioksidant ;
fase minyak propylgalat , BHT
( vaselin alpatocopherol ,
album dan BHT
asam sterat)
sehingga
mudah
teroksidasi.

Bagaimana Nipagin, Pencampuran Homogenitas dan Penambahan


8. cara agara Nipasol , efektivitas pengawet pengawet :
tidak gliserin , na nipagin dan
teroksidasi? benzoate nipasol

Sediaan
9. mengandung Tube dan pot Pengisian dan Uji keseragaman dan Wadah : Tube
air yang pengemasan sediaan
merupaka
media yang
baik bagi
pertumbuhan
mikroba dan
minyak yang
dapat
dtumbuhi
oleh jamur
Kemasan dan
wadah
KOMPONEN UTAMA SEDIAAN

FUNGSI ( Untuk PEMAKAIA PENIMBANGAN BAHAN


NAMA
NO Farmakologis/ N LAZIM
BAHAN UNIT BATCH % PAKAI
Farmasetik) (%)
1 Eritromisin Bahan aktif 2.5-20 0.5 gram 1.65 gram 5

2 BHT Antioksidan 0.5-1 0.05 gram 0.165 gram 0.5

3 TEA Basis krim fase air 2-4 0.4 gram 1.32 gram 4
(emulgator)

4 Asam Stearat Basis krim fase minyak 1-20 1 gram 3.3 gram 10

5 Vaselin Album Basis krim fase minyak 4-25 2 gram 6.6 gram 25

6 Gliserin Basis krim fase air <30 2 gram 6.6 gram 20


(Pengental)

7 Nipagin Pengawet 0.02-0.3 4 gram 0.165 gram 0.3

8 Aqua dest Pelarut - 4 gram 13.2 Ad 10


gram~13.2
ml

9 Nipasol Pengawet 0.02 0.02 gram 0.6 gram 0.02


PERHITUNGAN

Vaselin album 20% Nilai HLB


TEA 4% = Nilai HLB 12
As.stearat 10% = Nilai HLB 15
+
Nilai HLB 27

TEA = 4/27X12 = 1,77


Asam stearat =10/27X12 = 5,5
7.32

1. Eritromisin 5%
10 gram= 5/100X10 gram = 0,5 gram
30 gram= 3X0.05 gram = 1.5 gram + 10% = 1.65 gram

2. BHT 0.5%
10 gram= 5/100X10 = 0.05 gram
30 gram= 3X0.05 gram = 0.15 gram + 10% = 0.165 gram

3. TEA 4%
10 gram= 4/100X10 = 0.4 gram
30 gram= 3X0.4 gram = 1.2 gram + 10% = 1.32 gram

4. Asam stearat 10%


10gram= 10/100X10gram = 1 gram
30 gram= 3X1 gram = 3 gram + 10% = 3,3 gram

5. Vaselin album 20%


10 gram= 20/100X10 gram = 2 gram
30 gram= 3X2gram = 6 gram + 10% = 6.6 gram

6. Gliserin 20%
10 gram= 20/100X10 gram = 2 gram
30 gram= 3X2 gram = 6 gram + 10% = 6.6 gram

7. Nipagin 0.5%
10 gram= 0.5/100X10 gram= 0.05 gram
30 gram= 3X0.05 gram = 0.15 gram + 10% = 0.165 gram

8. Nipasol 0.02%
10 gram= 0.02/100X10 gram = 0.002 gram
30 gram= 3X0.002 gram = 0.006 + 10% = 0.0066 gram

9. Aqua dest ad 10gram


10 = 10 – (0.5 + 0.04 + 0.4 + 1 + 2 + 2+ 0.04)
=10 – 6 gram = 4 gram

30+ 10% = 33 gram


33 – (1.65 + 0.165 + 1.32 + 3.3 + 6.6 + 6.6 + 0.165 ) = 33 – 19.8 = 13.2 gram ~ 13.2ml

PENGAWASAN MUTU

A. In Process Control
No Parameter yang diuji Satuan Cara pemeriksaan
1 Homogenitas - Uji Homogenitas
2 Organoleptis - Uji Organoleptis
3 Ketepatan Penimbangan - Uji Ketepatan Penimbangan
4 Kestabilan - Uji Type Emulsi
5 Sifat Aliran - Uji Sifat Aliran
6 Viskositas cps Uji Sifat Aliran

B. End Process Control


No Parameter yang diuji Satuan Cara pemeriksaan
1 Organoleptik - Uji Organoleptik
2 Keseragaman Sediaan % Uji Keseragaman Sediaan

PROSEDUR TETAP PEMBUATAN SEDIAAN : KRIM ERITROMISIN

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal ……. Dari ……. Hal
Tanggal : Tanggal : Tanggal : …...
No : / /
Penanggung Jawab PROSEDUR TETAP
I. PERSIAPAN
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan , bersihkan
terlebih dahulu alat yang akan digunakan seperti gelas ukur
, piala gelas , corong , Erlenmeyer dll.
2. Siapkan IK pembuatan sediaan krim
3. Lakukan kegiatan sesuai dengan IK

II. KEGIATAN PRODUKSI


1. Penimbangan bahan dan beri label
2. Penghalusan bahan aktif dan bahan tambahan jika
diperlukan
3. Masukkan bahan aktif kedalam lumpang lalu haluskan ,
tambahkan suspending agent , gerus dan tambahkan
tambahan lainnya. Tambahkan sisa aqua dest aduk ad
homogen dan larut sempurna
4. Masukkan kedalam wadah
5. Beri etiket , brosur , dan kemasan

INSTRUKSI KERJA

Disusun Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Hal ….. Dari ……. Hal
Tanggal : Tanggal : Tanggal : …..
No : / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan : Untuk membuat sediaan cream
eritrimosin

Bahan : Eritromisin , BHT , TEA , Asam


sterata , Vaselin album , Gliserin , Nipagin
, Nipasol , Aqua dest

Alat : Botol , Erlenmeeyr , Alumunium foil


, Cawan penguap , Mortir dan alu

Prosedur :
1. Masukkan nipagin dan BHT kedalam
Erlenmeyer dan lakukan dengan etanol
2ml,lalu tutup dengan alumunium foil.
Buka alumunium foil setelah nipagin larut.
2. Masukkan eritromisin kedalam
Erlenmeyer,kocok ad homogen.
3. Masukkan asam stearat ke cawan lalu
lebur (massa 1)
4. Masukkan TEA kedalam massa 1, lebur
(massa 2)
5. Masukkan vaselin album ke dalam
massa 2 kemudian lebur (massa 3)
6. Masukkan glycerin ke dalam massa
3,kemudian lebur ad terbentuk cerpus
emulsi.
7. Bahan yang dilebur msukkan kedalam
mortar panas.
8. Masukkan eritromisin, larutan nipagin
dan larutan nipasol sedikit demi sedikit
kedalam mortir gerus ad homogen.
9. Ditambahkan sisa aqua dest (air panas)
sedikit demi sedikit gerus ad homogen.

PEMBAHASAN
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat terdiri dari emulsi yang
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai (mengandung udara tidak kurang dari 60%) . Dalam pembuatan krim ini,
dilakukan metode seperti pada pembuatan emulsi. minyak dan fase air yang telah
dileburkan, kemudian dicampurkan dengan cara penggerusan. Kemudian setelah itu
ditambahkan zat aktif yaitu Erotromisin. Setelah sediaan krim dibuat sesuai formula,
kemudiaan sediaan tersebut dilakukan evaluasi.
Sementara evaluasi yang dilakukan uji organoleptis,homogenitas,pengukuran
pH,uji daya sebar,pemeriksaan kebenaran terhadap suhu dan penggantian jenis krim.
Pada pengujian organoleptis, yaitu memeriksa sediaan dari warna, bau, dan rasanya.
Dipantau dari warna, sediaan krim warna, memiliki bau khas, dan tampilan yang
sama. Pada pemeriksaan homogenitas, sediaan diletakkan di antara 2 gelas objek,
kemudian dianggap kehomogenannya. Diperoleh dari hasil penelitiannya tampak
tampak sediaan krim yang dibuat sudah homogen, tidaak terlihat partikel-partikel
yang kasar yang menandakan sediaan tersebut dengan baik.
Hasil yang diperoleh ternyata krim tersebut dapat dicetak dengan udara, yang
menandakan sediaan ini memiliki jenis minyak dalam air Pada pemeriksaan pH, krim
dimasukkan memerlukan wadah kemudian pH ditambahkan menggunakan pH
universal, kemudiaan diperoleh dilihat dengan mencocokkan warna strip dengan
warna sesuai Didapat nilai pH 5 , Jadi sifatnya asam lemah. PH ini masih masuk pada
kisaran pH normal kulit yaitu 4,5-6,5 (Osol, 1975) sehingga diharapkan sediaan krim
tersebut tidak mengiritasi..
.Pada pengujian jenis krim, sediaan yang dibuat adalah tipe o / w karena pada
saat di uji coba daya tercuci krim, sediaan krim dapat dicuci dengan air dan juga butir
minyak tersebar dalam metilen blue.
KESIMPULAN
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat terdiri dari emulsi yang mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (mengandung
udara tidak kurang dari 60%) warna putih, memiliki bau khas, dan tampilan yang setara. 3
Pada pengujian homogenitas, diperoleh hasil pengamatannya tampak tampak sediaan krim
yang dibuat sudah homogeny. Pada pengujian memeriksa daya tercuci krim, diperlambat
ternyata krim mengikat dengan udara, 5 Pada pengujian pemeriksaan pH, diperoleh nilai pH
5 dapat diperoleh persediaan krim ini tidak mengiritasi.
Adapun formula yang dipakai yaitu :
R/ eritromisin 5%
BHT 0.5%
TEA 4%
Asam stearat 10%
Vaselin Album 25%
Gliserin 20%
Nipagin 0.3%
Nipasol 0.02%
Aqua dest ad 10
Dan dapat disimpulkan dari hasil percobaan ini bahwa tipe krim yang kami buat berdasarkan
formulasi diatas yaitu M/A.

LAMPIRAN

Tahap Peleburan Basis

Uji Ph Eritromisin
Tipe Emulsi Eritromisin

Uji Homogenitas
Uji Daya Serap

DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1994. Ilmu Meracik Obat Cetakan 6. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Anonim, 1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI Press.
Raymond, Paul J., dan Marian., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth
Edition. London : Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.

Anda mungkin juga menyukai