Disusun Oleh :
Nurul Fitri Ramadhani
Zarah Fajar Ramadhani
Raega Hakhi
Arini Milati
Egie Andiaty
Nuryanti R Djen
I. SPESIFIKASI PRODUK
1. Nama Produk : Amoxchyn Dry Syrup
2. Bahan Aktif : Amoxicillin
3. Bentuk Sediaan : Dry Suspensi
4. Kemasan : Botol gelap
5. Kekuatan Sediaan : 50 mg/10 ml
6. Target Pasien : Dewasa (20th)
1. Monografi Bahan
a. Amoxicillin
(2)
Rumus Struktur .
Data Kelarutan Sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam
benzene, dalam karbon, tetraklorida, dan dalam klorofom(1).
Titik Leleh/Lebur -
Inkompatibilitas -
Penyimpanan Dalam wadah yang tidak tembus cahaya(6).
b. Sorbitol
Rumus Molekul
C6H14O6(7).
Rumus Struktur
(6).
Data Kelarutan Tidak larut dalam klorofom, ether, sedikit larut metanol, larut
dalam etanol dan air(7).
Log P -
pH 4.5-7.0(7).
Stabilitas terhadap pH 4.5-7.0(7).
Stabilitas terhadap suhu Stabil terhadap kering dan dingin(7).
Stabilitas terhadap -
cahaya
Stabilitas terhadap air -
Kerapatan;/BJ 182.17 g/mol(7).
Titik Leleh/Lebur Bentuk Anhidrat : 110 – 1128C
PolimorfGamma : 97.78 C
Bentuk Metastabil : 938C (7).
Inkompatibilitas Sorbitol akan membentuk kelat larut dalam air dengan banyak
divalen dan trivalen ion logam dalam kondisi sangat asam dan
basa(7).
ADI/safety Safety :
Nilai kalorisorbitol sekitar16,7J/g(4 kal/g). Sorbitollebih baik
ditoleransi olehpenderita diabetes daripadasukrosa. Namun, itu
tidakdianggapsyarataman untukpenderita diabetes.
c. Aspartam
Log P -
pH 4.5-6.0(7).
Stabilitas terhadap pH Stabil pada pH 2,2 sampai 5,2 (8).
Stabilitas terhadap suhu Sangat stabil dalam keadaan kering pada suhu 105 C(8).
Stabilitas terhadap Tidak tahan terhadap panas(2).
cahaya
Stabilitas terhadap air Dalam larutan stabil pada suhu 30-80 C(8).
Kerapatan;/BJ 294.30 g/mol (7).
d. Sodium Metabisulfite
e. Sodium Sitrat
Rumus Struktur
(3).
(3)
Rumus Struktur .
Sinonim Acidumcitricummonohydricum, monohidratasam2-
hydroxypropane-1,2,3-trikarboksilat(7).
Data Kelarutan Larut dalam 1,5 bagian wtanol 95%, larut dalam air, sedikit
larut dalam eter(7).
Log P -
PH 2,2(1% b /vlarutan berair) (7).
Stabilitas terhadap pH -
Stabilitas terhadap Akan kehilangan air jika dipanaskan pada suhu 408 ˚C(7).
suhu
Stabilitas terhadap Stabil pada tempat gelap atau tidak terpapar langsung oleh
cahaya cahaya(7).
Stabilitas terhadap air -
Kerapatan;/BJ 210.14(7).
Titik Leleh/Lebur 1008 °C (lunak pada 758 °C) (7).
Inkompatibilitas Asam sitrattidak sesuai dengantartratkalium, alkali danalkali
tanahkarbonat danbikarbonat, asetat, dansulfida.
Inkompatibilitasjuga dengan Oksidator, basa, reducing
agent, dan nitrat. Hal iniberpotensi meledakdalam kombinasi
denganlogamnitrat. Pada penyimpanan,
sukrosadapatmengkristaldisirupdengan adanyaasam sitrat(7).
g. Tragacant
Rumus Molekul -
Rumus Struktur -
Sinonim Goat’s thorn, gum Benjamin, gum dragon, gum tragacanth,
Persian tragacanth, trag, tragacant, tragacantha(7).
Fungsi Sebagai suspending agent, atau agen yang meningkatkan(7).
Pemerian Bahan Tragacant berupa serbuk berwarna putih kekuningan,
transparan, tidak berbau dan tidak berasa. Tragacant
berbentuk fragmen atau potongan yang linier atau berbentuk
spiral dengan ketebalan 0,5-2,5mm(7).
Data Kelarutan Praktis larut dalam air, etanol 95% dan pelarut organic
lainnya. Meskipuntidak larutdalam air,
tragakanmengembang cepat dalam10menit
beratnyasendiribaik air panasatau dinginuntuk
menghasilkansolskoloidkental atausemigels(7).
Log P -
PH 5.0-6.0 (7).
Penyimpanan Dalam wadah kedap udara dalam tempat yang dingin dan
kering(7).
2) Formula Acuan
Amoxicilin Trihydrat 5g
Sodium citrate 5g
Citric acid Crystaline 2.1 g
Sodium Gluconate 5g
Sorbitol Kristaline 40 g
Kollidon CL-M 6g
Orange Flavour 1.5 g
Lemon Flavour 0.5 g
Saccharin Sodium 0.4 g(15)
3) Formula Orientasi
4) Formula Modifikasi
5) Formula Optimasi
Dosis dipakai 0,8 gram dalam 60 ml, jika dipakai untuk 3 x sehari, maka:
10 ml x 3 = 30 ml
Jumlah konsumsi Aspartam dalam sehari = 30 ml / 60 ml x 0,8 = 0, 4 gram/kg BB
III. Alat
a. Batang pengaduk (1)
b. Botol (3)
c. Cawan petri (3)
d. Gelas (1)
e. Gelas ukur 50ml (2)
f. Gelas beaker 50ml;100ml (2)
g. Gelas objek (2)
h. Mikroskop (1)
i. Mortir dan stamfer (2)
j. Pipet tetes (2)
k. PH meter (1)
l. Spatula (2)
m. Sendok tanduk (2)
n. Timbangan (1)
o. Viskometer Brookfield (1)
p. Viskometer Rion (1)
V. Evaluasi Sediaan
a) Pengukuran viskositas, dan PH
Viskositas
pH
Brookfield Rion
Minggu 0 -12 rpm - 1) 5,49
-63,2%
-316,4 cP
-spindle 61
c) Uji reskonstitusi
VI. PENANDAAN
VII. KEMASAN
3) Uji reskonstitusi
Sediaan Waktu tereskonstitusi
Amoxicillin produksi phapros 2 menit
Formulasi 1 (tragacant 2,5 gram) 1 menit
IX. PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
Pada percoban dibuat sedian dry syrup dengan zat aktif amoxicillin. Dry syrup termasuk
dalam sediaan suspensi. Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat
dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi
harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog perlahan-lahan, endapan harus
segera terdispersi kembali. Sehingga dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin
stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan
dituang(16).
Sebelum dilakukan pembuatan formulasi yang dimodifikasi, dilakukan orientasi
terhadap bahan-bahan sediaan yang telah dimodifikasi dari formulasi acuan. Orientasi
dilakukan untuk memperoleh formulasi yang cocok untuk dikembangkan. Pada awal orientasi
yang dilakukan digunakan tragacant dengan kadar maksimal 4 gram dan vanilla 3,6 gram.Hasil
optimasi dengan tragacant 4 gram dan vanila. Partikel terdistribusi merata, namun terlalu kental
untuk sebagai suspensi. Lalu setelah itu didiamkan 1 hari dilakukan pengamatan kembali,
partikel terdistribusi merata dan tidak terjadi deflokulasi maupun caking.
Dari hasil tersebut dilakukan optimasi dengan mendesign 2 formulasi yang dianggap
akan menghasilkan suspensi yang lebih baik dari orientasi. Optimasi dilakukan pada minggu
ke 0 dengan mengurangi komposisi tragacant menjadi 2,5 gram untuk formulasi 1 dan 3 gram
untuk formulasi 2. Pada formulasi optimasi tidak ditambahkan yellow colouring. Berdasarkan
optimasi yang dilakukan sediaan suspensi tidak memiliki viskositas begitu tinggi seperti pada
formulasi orientasi. Pada minggu 0 sediaan suspensi baik formulasi 1 maupun formulasi 2 yang
telah dibuat langsung dilakukan uji viskositas dan pH. Uji viskositas dilakukan dengan
viskometer Brookfield yang bertujuan untuk mengukur viskositas sediaan yang mengikuti
aliran nonnewtonial. Aliran nonnewtonial merupakan aliran cair yang tidak sesuai hukum
newton(17). Suspensi sendiri mengikuti aliran pseudoplastis yaitu suatu sifat alir yang ketika
digojog akan semakin berkurang viskositasnya sehingga sediaan mudah dituang. Untuk
pengukuran viskositas pada minggu 0, formulasi 1 (tragacant 2,5 gram) memiliki viskositas
316,4 cP dengan percent viskositas senilai 63,2 % menggunakan spindle 61. Kemudian, untuk
formulasi 2 (tragacant 3 gram) memiliki viskositas 774,8 cP dengan percent 77,5 %
menggunakan spindle 61. Kemudian minggu ke 1 dilakukan pengukuran viskositas kembali,
untuk formulasi 1 (tragacant 2,5 gram) memiliki viskositas 315,9 cP dengan percent viskositas
63,2 % menggunakan spindle 61, sedangkan formulasi 2 (tragacant 3 gram) memiliki viskositas
1870 cP dengan percent 74,8 % mengunakan spindle 62. Pada minggu ke 2 formulasi 1
(tragacant 2, gram) memiliki viskositas 356,4 cP dengan percent viskositas 71,3%
menggunakan spindle 61. Sedangkan formulasi 2 tidak dilakukan uji viskositas karena volume
tidak mencukupi untuk dapat mencelupkan seluruh bagian rotor dalam sediaan.
Pada minggu 0 sampai minggu ke 2, formulasi 1 memiliki viskositas yang baik, karena
percent viskositas melebihi 50%. Hanya saja pada minggu ke 2 mengalami kenaikan viskositas
hal ini dikarenakan saat suspensi didiamkan partikel cenderung bergrombol, seharusnya pada
saat dilakukan pengukuran viskositas sediaan dikocok terlebih dahulu sehingga partikelnya
memisah. Hal ini menunjukkan pentingnya pengocokan sebelum suspensi digunakan sehingga
memudahkan penuangan. Kemudian pada minggu 0 sampai minggu 2, formulasi 2 memiliki
viskositas baik, hanya saja lebih sedikit kental dibanding formulasi 1. Hal ini dipengaruhi oleh
kadar tragacant pada formulasi 2 lebih banyak daripada formulasi 1.
Kemudian viskositas tidak hanya diukur dengan viskometer brookfield, namun
dilakukan pengukuran viskositas pada viskometer rion pada minggu ke 2. Formulasi 1
(tragacant 2,5 gram) memiliki viskositas 25 dpas, sedangkan formulasi 2 (tragacant 3 gram)
memiliki viskositas 35 dpas. Pengukuran dengan viskometer rion ditujukan untuk
membandingkan viskositas yang diukur dengan viskometer brookfield. Namun pengukuran
dengan viskometer rion memberi nilai viskositas yang lebih kecil daripada viskometer
brookfield ( 250 cP dan 350 cP). Viskometer Rion digunakan untuk mengukur viskositas
sediaan yang sangat kental(18).
Pada evaluasi juga dilakukan pengukuran nilai pH. Pengukuran pH ditujukan untuk
mengetahui stabilitas pH sediaan sejak diformulasikan hingga hari ke 14. Dalam formulasi 1
dan formulasi 2 pH yang ingin dicapai dalam sediaan adalah pH 5 yang ditetapkan sesuai acuan
standar literatur. Minggu ke 0 sampai minggu ke 2 untuk formulasi 1 dan 2 memiliki pH yang
perubahannya tidak begitu drastis. Hal ini menandakan bahwa formulasi 1 memiliki stabilitas
pH yang baik dan dapar yang digunakan dapat mempertahankan nilai pH sediaan. Penggunaan
dapar ditujukan untuk menjaga stabilitas zat aktif dan eksipien pada rentang pH stabilitasnya.
Setelah itu dilakukan pengukuran ukuran partikel untuk masing-masing formulasi.
Pengukuran ukuran partikel berfungsi untuk melihat apakah ukuran suspensi yang dibuat
dalam formulasi sudah baik atau tidak. Dalam sediaan suspensi syarat ukuran partikel<100µ(19).
Partikel suspensi yang terlalu besar tidak baik, karena akan menyebabkan terjadinya
pengendapan yang cepat. Semakin kecil ukuran partikel semakin baik, karena luas permukaan
yang kontak dengan cairan pembawa semakin efektif. Namun jika partikel dari formulasi yang
dibuat terlarut sempurna, maka sediaan tidak dapat dikatakan sebagai suspensi. Dari pengujian
ukuran partikel yang dilakukan dengan mikroskop elektronpada formulasi 1 dan 2 untuk
perbesaran 10 maupun 40 kali, partikel terbanyak ditemukan dalam ukuran rentang 0-10 µ.
Sehingga suspensi yang dibuat memenuhi syarat ukuran partikel suspensi. Dalam pengujian
menggunakan mikroskop, partikel yang diukur adalah partikel yang terlihat bergerak dibawah
mikroskop.
Kemudian karena sediaan merupakan dry syrup, maka dilakukan uji rekonstitusi. Uji
ini dilakukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan agar partikel tedistribusi secara
homogen dalam cairan pembawanya. Dari uji yang dilakukan waktu rekonstitusi formula 1
adalah 1 menit,sedangkan sediaan standar membutuhkan waktu rekonstitusi selama 2 menit.
Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat lebih baik daripada sediaan standar.
Ujian pengujian rasa sediaan yang dibuat, diminta dua orang sukarelawan untuk
mencicipi obat yang dibuat dan dibandingkan rasanya dengan sediaan standar. Setelah dicicipi,
ternyata sediaan yang dibuat lebih manis daripada sediaan standar yang ada. Ini menandakan
bahwa kadar pemanis yang ditambahkan dalam formulasi sudah mencukupi, sehingga
diperoleh formula dengan tingkat rasa manis yang lebih baik dari sediaan standar.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan optimasi yang dilakukan sediaan amoxicillin dry syrup formulasi 1 merupakan
formulasi yang paling baik dan hasil optimasi menunjukan bahwa suspensi memiliki :
1. Visikositas yang baik, ditandai dengan nilai persen visikositas diatas 50%. Sehingga sediaan
tidak mudah mengalami pengendapan dan mudah dituang.
2. Kestabilan pH yang terjaga mulai minggu ke-0 hingga minggu ke-2 pada rentang pH 5.
3. Ukuran partikel yang telah sesuai dengan ukuran standart pada umumnya (<100 µm) .
XI. PUSTAKA
1. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta, 95.
2. Siswandono, Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinaledisi 1, Airlangga University, Surabaya,
333.
3. Anonim, 2007, USP, The United States Pharmacopeial Convention, Amerika, 1764, 3193.
4. Siswandono, Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinaledisi 1, Airlangga University, Surabaya,
124
5. Soto, Ana, Alberto A., M.K. Khoskbarchi, Partitioning of Antibiotics in a two-liquid Phase
System Formed By Water and Room Temperature Ionic Liquid, Original Research Article
Separation and Purification Technology2005; 44(3), 242-246.
6. Wiryatini, N.M., 2010, jurnal awal formulasi sediaan non steril sediaan sirup kering
amoxicillin I-MOX, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,
6, 7.
7. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009, Handbook Pharmaceutical of excipients sixth
edition, Phamarceutical Press, Amerika, 679-680, 48-49, 654-655, 181-182, 744-745.
8. Facts on Health an the Enviroment:Scientific Facts on Aspartame, 2012, available at
www.greenfacts.org/en/aspartame/I-3/aspartame-1.htm, diakses tanggal 21 Oktober 2012.
9. Rahayu, N.S., 2012, Ilmu Teknologi Pangan Bahan Tambahan Makanan Natrium Metabisulfit,
Program studi Ilmu Gizi Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, 6-7.
10. Ashland safety Datasheet; Sodium Metabisulfite, 2011, available at
www.hillbrothers.com/msds/pdf/n/sodium-metabisulfite.pdf, diakses tanggal 21 Oktober
2012.
11. Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference thiry-sixth edition,
Pharmaceutical Press, USA, 1673.
12. ADM: Material Safety Datasheet Sodium Citrate, 2009, available at www.adm.com/en-
US/worldwide/australia/Documents/Sodium%20Citrate%20AU.pdf, diakses tanggal 21
Oktober 2012.
13. Merck:Lembaran Data Kesehatan Bahan, 2010, available at http://www.merckmillipore.com,
diakses tanggal 21 Oktober 2012.
14. World health Organization: 2001, Endorsement and/or Revision of Maximum levels for food
Additives in Codex Standards, available at
ftp://ftp.fao.org/codex/meetings/CCFAC/CCFAC33/fa0105be.pdf, diakses tanggal 21 Oktober
2012.
15. Buhler, V., 2001, Generic Drug Formulations fouth edition, BASF, 397.
16. Anief, M., 2008, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, 149.
17. Pudjaadmaka, A.H., 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka Jakarta, 24.
18. Sinko, Patrick J., 2006, Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Edisi 5, EGC, 479.
19. Respati, 1992, Dasar-Dasar Ilmu Kimia, Rienika Cipta, Jakarta, 115.