KELOMPOK : 3
KELAS : B
1. AMALIA RACHMAYANTI
2. TRIA WAHYU IRTANTI
3. WITRI ROCHAENI HUSNIAR
4. ASTRI SETYA ARIMBI
5. HANNY UMMU IZZATI
6. NUR AFIFA
7. ROHA FAKRI NAUFAL I.
8. AYU NINDY PRAMITHA
9. AMALIA CHOIRUNNISA
10. DEVI RETNO ANGGRAENI
11. SELVIN NURFADITA HARLINANDA
12. MELVY ROSALINA RITANSA
13. M. MAHFUZZANUR
(201310410311071)
(201310410311123)
(201310410311145)
(201310410311201)
(201310410311207)
(201310410311214)
(201310410311226)
(201310410311231)
(201310410311236)
(201310410311245)
(201310410311267)
(201310410311290)
(201210410311049)
DOSEN PEMBIMBING:
RADITYA WEKA NUGRAHENI S. FARM., APT
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DESEMBER, 2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha panyayang,
penyusun panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Sediaan Oinment Oleum Cajuputidengan
baik.
Adapun Laporan Akhir Praktikum ini telah penyusun usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan laporan ini. Untuk itu penyusun tidak lupa menyampaikan bayak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penyusun menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka penyusun membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada penyusun sehingga laporan
akhir praktikum ini dapat diperbaiki menjadi lebih baik.
Akhirnya penyusun berharap semoga dari Laporan Akhir Praktikum Sediaan
Oinment Oleum Cajuputi ini dapat diambil hikmah dan manfaatnyadan berguna bagi
penulis serta pembaca demi terciptanya tenaga edukatif yang berkualitas dan
kompeten.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1
Latar Belakang................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3
Tujuan.............................................................................................................2
Definisi Oinment.............................................................................................3
2.2
Oleum Cajuputi.............................................................................................10
3.2
Cara Peracikan..............................................................................................29
7.2
Bagan Alir.....................................................................................................30
Organoleptis..................................................................................................31
8.2
pH..................................................................................................................31
8.3
Viskositas......................................................................................................31
8.4
Daya Sebar....................................................................................................31
8.5
BAB IX HASIL...........................................................................................................33
9.1 Formula Terpilih................................................................................................33
9.2 Hasil Evaluasi Formula Terpilih........................................................................34
BAB X PENUTUP......................................................................................................38
10.1 Pembahasan......................................................................................................38
10.2 Kesimpulan......................................................................................................41
BAB XI RANCANGAN PENANDAAN...................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan didunia farmasi sangat berkembang sehingga pengobatan pun
terus dikembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat baik itu liquid, solid dan
semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri. Ahli farmasi
mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat yang bertujuan untuk
memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh masyarakat.
Oleum cajuputi atau yang biasa kita kenal dengan minyak kayu putih menurut
Farmakope Indonesia III ( FI III ) merupakan minyak atsiri yang diperoleh dengan
penyulingan uap daun dan ranting segar Melaleuca luecadendra L. dan Melaleuca
minor Sm, mengandung sineol, C10H18O. tidak kurang dari 50,0% dan tidak lebih dari
65,0%.
Minyak kayuputih telah diterapkan secara eksternal sebagai stimulant,
menghangatkan kulit dan untuk rematik ringan. Selain itu, juga digunakan untuk
menghilangkan gangguan saluran pernapasan dan hidung tersumbat serta dapat juga
digunakan sebagai aroma terapi. Minyak kayu putih juga digunakan secara eksternal
sebagai counter irritant yang cara kerjanya diketahui bahwa adanya persarafan
segmental yang sama antara organ visceral dengan kulit. Counter irritant yang di
gosokkan ke kulit diduga akan merangsang refleks akson akibat relaksasi/vasodilatasi
di organ visceral dengan persarafan segmental yang sama. Secara internal, minyak
kayu putih digunakan sebagai stimulant, karminatif dan untuk mengeluarkan keringat
( Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition page 2271) .
Sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel,
pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada
pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Minyak kayu putih mempunyai sifat tidak dapat larut dalam air, sehingga
untuk penggunaan topikal lebih tepat jika dibuat dalam bentuk oinment. Sediaan
salep sendiri menurut FI IV masih dibagi menjadi 4 kelompok yakni salep
hidrokarbon, salep serap, salep yang dapat dicuci dengan air, dan salep yang larut
dalam air. Sedangkan sediaan kami disini merupakan salep yang ditunjukan untuk
minyak kerik (massage), dan counter irritant. Dimana kedua efek tersebut memiliki
tujuan terapi yang berbeda, minyak kerik hanya diinginkan bahan obat lepas dari
sediaan dan tetap berada di permukaan kulit. Sedangkan untuk efek counter irritant,
bahan obat diinginkan masuk menembus kulit hingga ke lapisan viable epidermis.
Maka perlu pertimbangan untuk memutuskan jenis salep yang digunakan agar tujuan
terapi dapat tercapai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bahan tambahan yang terkandung dalam sediaan oinment yang
ideal?
2. Bagaimana langkah-langkahpembuatan Oinment yang tepat?
3. Bagaimana mengevaluasi sediaan Oinment pelembab?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui bahan tambahan yang terkandung dalam sediaan Oinment yang
ideal.
2. Mengetahui langkah-langkah pembuatan Oinment yang tepat.
3. Mampu mengevaluasi sediaan Oinment pelembab.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Oinment
-
Ointment (Unguentum) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogeny dalam
menghambat aksi terapi dari obatnya pada daerah yang diobati. Selain itu
dasar salep perlu dipilih untuk maksud dapat membentuk lapisan film penutup
atau yang dapat mudah dicuci sesuai yang diperlukan.
Basis Salep
Salep terdiri dari basis salep yang dapat berupa sistem sederhana atau dari
komposisi yang lebih kompleks bersama bahan aktif atau kombinasi bahan aktif
(Voigt, 1984). Basis salep merupakan bagian terbesar dari bentuk sediaan salep.
Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian, ternyata basis salep mempunyai pengaruh
yang besar terhadap efektifitas obat yang dibawanya (Barry, 1983).
Sebaiknya basis salep memiliki daya sebar yang baik dan dapat menjamin
pelepasan bahan obat pada daerah yang diobati, dan tidak menimbulkan rasa panas,
juga tidak ada hambatan pada pernafasan kulit (Voigt, 1984). Formulasi salep untuk
dapat memberikan efek penyembuhan maka obatnya harus lepas dari basis salep
kemudian berpenetrasi kedalam kulit (Aiache, 1982).
Menurut Voigt (1984), syarat dasar salep yang ideal menurut banyak pakar
adalah berdasarkan sifat kimia-fisika, yaitu :
1. Stabilitas yang memuaskan.
2. Tidak tersatukan dengan bahan pembantu yang lain.
3. Tidak tersatukan dengan bahan obat yang digunakan.
4. Memiliki daya sebar yang baik.
5. Menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan.
6. Memiliki daya menyerap air yang baik.
Penggolongan Basis Salep
Dalam sediaan salep komposisi basis merupakan hal yang penting karena
akan mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dari basisnya. Dasar salep umumnya
bertendensi memperlambat atau menghambat absorpsi obat menembus epidermis dan
permukaan mukosa sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi khasiat dari
obat yang dikandungnya (Barry, 1983).
Setiap salep mempunyai basis yang bermacam-macam dan mempunyai sifat
hidrofil dan hidrofob. Basis salep memiliki daya sebar yang baik dan menjamin
pelepasan bahan obat yang memuaskan (Voigt, 1984).
Menurut Ansel (1989), pemilihan basis salep yang dipakai dalam formulasi
sediaan salep tergantung faktor-faktor berikut:
1. Laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari basis salep.
2. Keinginan peningkatan absorbsi obat dari basis salep.
3. Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh basis salep.
4
hasil
dari
dicuci dengan air. Basis yang larut dalam air biasanya disebut sebagai
greaseless karena tidak mengandung bahan berlemak (Ansel, 1989).
Metode pembuatan salep
Menurut Ansel (1989), salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu: metode
pencampuran dan metode peleburan. Metode untuk pembuatan tertentu terutama
tergantung pada sifat-sifat bahannya.
1. Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur dengan
segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.
2. Peleburan
Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan
pengadukan yang konstan sampai mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan
pada cairan yang sedang mengental setelah didinginkan.
Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur
dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau
penguapan dari komponen.
Peraturan-peraturan pembuatan salep
Peraturan-peraturan pembuatan salep terdiri dari (Anonim, 1995):
1. Peraturan salep pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran-campuran lemak, dilarutkan
kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.
2. Peraturan salep kedua
Bahan-bahan yang dapat larut
dalam
air. Jika
tidak
ada
salep
pada
penggunaaneksternal
oleum
cajuputi
dapat
memberikan
efek
Albicans(Oyedeji
et.
all,
1999).Meskipun banyak
pengobatan
BAB III
KARAKTERISTIK BAHAN AKTIF DAN PEMILIHAN BAHAN AKTIF
3.1 Karakteristik Bahan Obat
Oleum Cajuputi
Nama Bahan
Sinonim
: Oleum Cajuputi
: Oleum Eucalypti, Essencia de Eucallipto, Essence of
Deskripsi
Pemerian
Kelarutan
rasa pahit.
: Larut dalam 2 bagian etanol (80%) P, jika disimpan lama
kelarutannya berkurang; mudah larut dalam etanol (90%) P (1:1-
10
Sifat Khusus
BAHAN
Vaselin album
PEMERIAN
Putih atau kekuningan pucat,
KELARUTAN
Tidak larut dalam air, sukar
Sinonim:
vaselinum
album, vaselin
pada suhu 0.
putih
[Farmakope
Indonesia IV
halaman 822]
Cera alba
Sinonim: malam
putih
[Farmakope
Indonesia IV
kurang 0.95
halaman 186]
11
Lain-lain :
Emollient = 2 -5%
Water absorption = 5%
3.
Paraffin
Sinonim:
paraffinum
dalam
[Farmakope
berminyak.
Indonesia IV
kloroform,
dalam
halaman 652]
etanol mutlak.
Mineral
oil/Paraffin
95%,
gliserin
liquidum
viscous,
Larut
dalam
(HPE
6th
page 445)
ed.
tidak
berfluoresensi,
dan
air.
aseton,
berwarna
ketika
memiliki
bau
dipanaskan
dingin
khas
dan
ketika
disulfida.
Larut
dengan
12
Lain-lain :
oil.
Inkompatibilitas
dengan
oksidator kuat.
HLB = 12
Viskositas:
110-230
mPas
(T=20oC)
TD > 3600C
Retang pemakaian untuk topical
ointment adalah 0,1-95% (HPE
5.
Macrogol,
Carbowax, PEG
diklorometan
p. 545)
Lain-lain
Viskositas: 105 130 mPas (cP)
2. PENGAWET
NO
BAHAN
PEMERIAN
KELARUTAN
13
PROPILEN GLIKOL
Jernih
C3H8O2
berwarna,
beraroma
Tidak
dapt
bercampur
dengan
oleum mineral
TL: 59O C
g/cm3
BJ:1,098
pada 20oc
ADI: 25 mg/kg BB
Lain-lain :
Sebagai
pengawet
dengan
rentang
pemakaian 15-30%
(
2
NIPAGIN
HPE
edisi
halaman 624 )
Kristal
tidak LARUT DALAM
berwarna
berasa
burning taste
TD
:125-128oC
BJ
:1,352 g/cm3
ADI
2 bagian etanol
3 bagian etanol (95%)
10 bagian eter
60 bagian gliserin
Tidak larut dalam minyak
mineral
20 bagian minyak kacang
5 bagian propylenglycol
400 bagian air dalam suhu
:10 mg/kg
BB
59oC
3
NIPASOL
Serbuk
berwarna KELARUTAN
14
TD
:95-98OC
Glyserin
=1:250
Mineral oil =1:3330
BJ :180,20 g/cm3
Peanut oil =1:70
Propilenglicol=1:3,9
Air =1:4350(15oC)
1:2500
1:225(80Oc)
Tidak
berbau, Larut dalam etanol
Tween 80
Berasa
berwarna
kuning
3. ENHANCER
NO.
1
BAHAN
PROPILENGLIKOL
PEMERIAN
Jernih
tidak
KELARUTAN
berwarna, Dapat
dicampur
C3H8O2
klorofom,
dengan
etanol
TL
: 59O C
BJ
oleum mineral
ADI : 25 mg/kg BB
Lain-lain :
Sebagai pengawet dengan
15
GLISERIN
4. ANTIOKSIDAN
NO.
1.
BAHAN
BHT
PEMERIAN
Hablur padat, putih; bau khas, lemah
Sinonim:
Agidol;
KELARUTAN
Tidak larut dalam air
dan PG; mudah larut
Butylated Lain-lain :
hydroxytoluene
(HPE 6th ed. page sesuai tidak kurang dari 99% C15H24O
75)
eter.
untuk
penggunaan
topical
pemakaian
untuk
topical
Butylated Hydroxy
halaman 75)
Kristal/serbuk putih atau kuning pucat
Anisole
propilen glikol,
kloroform, eter,
alkil gallat
larutan alkali
16
kehilangan aktivitas
hidroksida
5. CHELLATING AGENT
NO.
1.
BAHAN
EDTA
PMERIAN
Kristal putih, serbuk tidak
KELARUTAN
Praktis tidak larut
Sinonim:
dalam kloroform
sedikit asam,
ethylenediaminetetraacetate;
Lain-lain :
BM= 292,24
Wadah dan
disodium
disimpan
tertutup
etanol
penyimpanan: (95%), larut dalam
dalam
baik,
dingin
dan
tempat kering.
Rentang penggunaan untuk
2.
bereaksi
17
dengan
pengoksidasi,
terdegradasi
aerobik
dan
oleh
kuman
anaerobik,
bagian air.
18
BAB IV
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN
1. Farmakope Indonesia edisi III (1979)
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok.
2. Farmakope Indonesia edisi IV (1995)
Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir.
3. Buku Eksipien dalam Sediaan Farmasi (2012)
Salep (unguenta) adalah sediaan setengah padat yang mudah di oleskan dan
digunakan sebagai obat luar.
4. The pharmacopeitical codex 12th Ed
Salep adalah sediaan semisolid yang pemakaiannya untuk kulit atau membran
mukosa tertentu. Biasanya berbentuk dispersi satu atau lebih bahan obat
dalam basis non aqua.
Basis
salep biasanya
19
Tujuandibuatsediaan ointment
Persyaratan
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan aktif
dalam salep yang mengandung obat keras atau obat narkotika adalah 10% (FI ed III,
hal 33)
20
mengandung
obat keras atau obat narkotik, kadar bahan obat adlah 10%.
3. Dasar salep : kecuali dinyatakan lain,, sebagai bahan dasar salep (basis salep)
digunakan vaselin putih (vaselin album).
Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep dapat di pilih
beberapa bahan dasar salep, sebagai berikut:
a. Dasar salep hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning cera alba, cera
flava atau campurannya.
b. Dasar saep serap : adeps lanae ; campuran sebagai 3 kolesterol, 3 bagian
steril alkohol, 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih ;
campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
c. Dasar salep yang dapat di cuci dengan air atau dasar salep emulsi :
misalnya emulsi minyak dalam air.
d. Dasar salep yang dapat larut dalam air misalnya PEG atau campurannya
4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukan susunan yang homogen
5. Penandaan : pada etiket harus tertera obat luar
Penggolongan salep berdasarkan sifat farmakologinya/terapeutik dan penetrasinya
a. Salep epidermis (epidermic oinment, salep penutup) guan untuk
melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, tidak diabsorbsi, kadangkadang ditambahkan amtiseptik, astrigensia untuk meredakan. rangsangan
atau anastesi lokal. Dasar yang baik adalah hidrokarbon.
b. Salep endodermis : salep yang bahan obatnya menembus kulit, terapi
tidak melalui kulit terabsorbsi sebagian, digunakan untuk melunakkan
kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.
c. Salep diadermis : salep yang bahan obatnya menembus kulit dan
mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep yang senyawa merkuri
iodida dan beladona.
21
BAB V
RANCANGAN SPESIFIKASI SEDIAAN
Bahan Aktif
Ol. Cajuputi
2 gram
Kemasan Terkecil
20 g
Bau
Warna
Tekstur
Putih
Lembut dan halus
Kemudahan Pengolesan
Mudah dioleskan
Viskositas
Daya Serap
Mudah menyebar
Tipe Aliran
Plastis
Tujuan Sediaan
A. Untuk pemijatan
B. Counter irritant
Formula Standard
1. Eucalyptus Ointment (Unguentum Eucalyp.)
Sumber : Extra Pharmacopeia Martindale 25thed. Page 855
R/ Eucalyptus oil
10 gram
Hard Parafin 40 gram
White soft parafin
50 gram
2. Unguentum Analgesique (Vicks Vaporub)
Sumber : Formularium Medicamentorum Selectum halaman 91
R/ Menthol
2,750
Camphor
5
Ol. Eucalypti
1,500
Ol. Nucistae
0,750
Ol. Cedri Fol.
0,750
Terebinth
5
Thymol
0,250
Vas. Album ad
100
m.f.ung.
s.u.e
3. Balsem Merah (Salep Merah Tjap Matjan / Tiger Balsam Merah)
Sumber : Formularium Medicamentorum Selectum halaman 91
R/ Ol. Caryophyl
4
22
Ol. Cinnamom.
Camphor
Ol. Eucalypti
Menthol
Paraf. Sol.
Vas. Flav. Ad
m.f.ung.
s.u.e
5
10
11
20
20
100
4. Eucalyptus Ointment
Sumber : Bens Botanic Doctor Adviser
Elder oil
12 oz
White wax
2 oz
Spermaceti
1 oz
Eucalyptus oil
2 drachms
Winter green oil
20 drops
23
BAB VI
FORMULASI SEDIAAN
6.1.
Nama Bahan
1
Oleum Kajuputih
2
Cera Alba
3
Vaselin Album
4
Nipasol
5
BHT
Formula 2
No
Bahan
Fungsi
Bahan aktif
Basis
Basis
Pengawet
antioksidan
Fungsi
Rentang
% Yang
Kebutuhan
Pemakaian (%)
Digunakan
10%
20%
69.85%
0.1%
0.05%
(g)
2g
4g
13.97 g
0.02 g
0.01 g
Up to 100%
Up to 100%
0.01% - 0.6%
0.0075% - 0.1%
Rentang
% dipakai
Jumlah 20 g
24
1
2
3
Oleum Cajuputi
Metilsalisilat
Vaselin album
Bahanaktif
Bahanaktif
Basis
BHT
Anti oksidan
Parafinliquidum
Basis
5-10 %
Up to 100 %
0.0075 0.1
%
0.1 95 %
10 %
3%
72.9 %
2.00 g
0.6 g
14.58 g
0.1 %
0.02 g
14 %
2.8 g
Perhitungan Bahan
1. Oleum cajuputi
10 x 20 g = 2.00 g
100
2. Metil salisilat
3 x 20 g = 0.6 g
100
3. Vaselin album
72.9 x 20 g = 14.58 g
100
4. BHT
1.1 x 20 g = 0.02 g
100
5. Parafin liquidum
14 x 20 g = 2.8 g
100
25
BAB VII
RANCANGAN PRODUKSI
7.1 Cara Peracikan
Oinment
Formula 1
1.
2.
3.
4.
mortir panas.
5. Masukkan hasil leburan ke mortir panas, aduk konstan ad dingin.
6. Ditimbang BHT, dimasukkan ke dalam mortir gerus ad homogen.
7. Ditimbang minyak kajuputih, dimasukkan kedalam mortir sedikit demi sedikit
sambil diaduk konstan ad homogen.
8. Dimasukkan ke dalam pot.
Formula 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Formula 1
26
Cawan penguap
+ BHT, aduk
ad homogen
Formula 2
Ditimbang semua bahan
BHT
.
Aduk ad
homogen
Masukkan ol cajuputi
dan metal salisilat.
Larutkan dengan
parafin liquidum
Aduk ad homogen
ad terbentuk
ointment
27
BAB VIII
RANCANGAN EVALUASI
8.1 Organoleptis
Organoleptis merupakan uji karakteristik fisiko-kimia yang dilakukan dengan
pengamatan secara visual. Dimana adanya perubahan konsistensi, warna, bau selama
pemeriksaan, indikasi terjadinya ketidakstabilan sediaan.
8.2 pH
Cara kerja:
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas indicator.
8.3 Viskositas
Dua lempeng kaca dengan ketebalan yang berbeda tebal dan sedikit tipis.
Anak timbangan
Cara kerja :
1. Timbang sediaan sebanyak 5 gram
2. Meletakkan 5 gram sediaan di pusat antara dua lempeng kaca yang diberi alas
kertas grafik
3. Lempeng sebelah atas diberi beban dalam interval waktu tertentu ditingkatkan
bebannya
4. Mengukur diameter penyebaran pada setiap penambahan beban
5. Penambahan beban dihentikan saat sediaan berhenti menyebar
6. Membuat grafik profil penyebaran (gravik antara berat beban vs diameter
lingkaran penyebaran)
7. Hitung harga slope.
28
Agak dingin
Dingin
Sangat Dingin
b. Kelembutan
Tidak Lembut
Agak lembut
Lembut
Sangat lembut
c. Kemudahan pengolesan
Tidak mudah
Agak mudah
Mudah
Sangat mudah
d. Bekas
Tidak berbekas
Agak berbekas
Berbekas
Sangat berbekas
e. Kemudahan Dicuci
Sulit
Agak sulit
Mudah
Sangat mudah
Lengket
Sangat lengket
f. Kelengketan
Tidak Lengket
Agak lengket
g.
29
BAB IX
HASIL
9.1 Formula Terpilih
Oinment (300 g)
No
1
2
3
4
5
Bahan
Oleum Cajuputi
Metilsalisilat
Vaselin album
BHT
Parafinliquidum
Fungsi
Bahanaktif
Bahanaktif
Basis
Anti oksidan
Basis
Rentang
5-10 %
Up to 100 %
0.0075 0.1 %
0.1 95 %
% dipakai
Jumlah 300 g
10 %
3%
72.9 %
0.1 %
14 %
30.00 g
9.00 g
218.70 g
0.30 g
42.00 g
Perhitungan bahan
1. Oleum cajuputi
10 x 300 g = 30.00 g
100
2. Metil salisilat
3 x 300 g = 9.00 g
100
3. Vaselin album
72.9 x 300 g = 218.70 g
100
4. BHT
0.1 x 300 g = 0.30 g
100
5. Parafin liquidum
14 x 300 g = 42.00 g
100
Cara Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bagan alir
lebur paraffin liquidum
dan vaselin album
30
BHT
.
.
Aduk ad homogen
Masukkan ol cajuputi
dan metal salisilat.
Larutkan dengan
parafin liq
Aduk ad homogen
ad terbentuk
ointment
Diameter
4.6
4.7
4.8
4.9
5.1
5.3 (mulaiterdapatlubang-lubang)
5.5
5.8
31
782.29 g
882.29 g
982.29 g
1082.29 g
1132.29 g
6.0
6.2
6.4
6.6
7.0
2
0
Beban (gram)
32
Prosentase
Penilaian
Parameter
1
Kemudahan
dioleskan
Sensasi
ditinggalkan
Kelengketa
n
Kemudahan
dicuci
Kelembutan
Bekas yang
(%)
dapa
t
Maks
38
40
95
16
40
40
35
40
87,5
35
40
87,5
33
40
82,5
29
40
72,5
158
240
77,5
Total
e. Uji akseptabilitas sediaan
Jumlah responden 10 orang
Kriteria :
8
2
3
Sangat6Bagus
6
5
1
1
Bagus 5
1
4
3
Agak jelek
4
3
5
Sangat Jelek
3
33
87.5
87.5
82.5
72.5
40
% prosen
Parameter Prosentase % :
<25%
= Sangat Jelek
25-50%
= Jelek
50-75%
= Bagus
75-100%
= Sangat Bagus
34
BAB X
PENUTUP
10.1 Pembahasan
Dalam praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida ini formula yang dibuat
adalah sediaan Oinment Oleum Cajuputi. Minyak kayu putih (USP 1820-1936)
adalah minyak atsiri yang diperoleh dari daun segar dan ranting dari beberapa jenis
Melaleuca leucadendra (Familia Myrtaceae), dan dimurnikan dengan destilasi uap.
Tanaman ini dapat berupa belukar atau pohon yang dapat ditemui di Indonesia Timur
dan Australia. Mayoritas produksi minyak atsiri atau minyak kayu putih ialah di
Pulau Buru dan Banda. Minyak kayu putih mengandung 50-60% eukaliptol
(cajuputol), terpineol dan bermacam-macam terpen. Minyak kayu putih mempunyai
khasiat untuk penggunaan eksternal dan internal. Minyak kayu putih juga digunakan
secara eksternal sebagai counter irritant cara kerjanya berdasarkan kenyataanadanya
persarafan segmental yang sama antara organ visceral dengan kulit. Counter
irritantyang digosokkan di kulit diduga akan merangsang reflex akson akibat
relaksasi/vasodilatasi di organ visceral dengan persarafan segmental yang sama.
secara internal, minyak kayu putih digunakan sebagai : stimulan, karminatif,
mengeluarkan keringat.
Oleum Cajuputi dibuat sediaan topikal dengan bentuk sediaan oinment.
Alasan dibuat ointment adalah karena sifat oleum cajuputi sendiri yang tidak larut
dalam air, dan juga lebih kami fungsikan produk ini sebagai muscle relaxant sehingga
sediaan diinginkan lekat lebih lama di permukaan kulit atau diinginkan oklusifitas
yang tinggi sehingga dibuat sediaan oinment.
Oinment memiliki beberapa macam basis, diantaranya hidrokarbon base, oil
and fattyacid base, silicon base, absorbstion base, emulsifying base, dan water soluble
base. Semua basis oinment bersifat anhydrous dan greasy, namun tingkat
oklusifitasnya berbeda-beda. Untuk optimasi kami mencoba membuat Oinment
cajuputi dengan basis hidrokarbon namun berbeda pada formula 1 basis hidrokarbon
35
yang dipakai ialah Cera alba dan Vaselin album sedangkan formula 2 menggunakan
basis campuran Vaselin album dan Paraffin Liquidum.
Dibuat 2 formula sediaan Oinment yang menggunakan basis hidrokarbon,
setelah dievaluasi maka ada salah satu formulasi yang terpilih yaitu formula 2karena
memberikan konsistensi yang bagus sesuai yang diinginkan dn pH yang memenuhi
spesifikasi sediaan.Bahan-bahan yang dipilih untuk dibuat Scale Upmenjadi 15
kalinya adalah Oleum cajuputi, metil salisilat, vaselin album, Paraffin Liquidum dan
BHT. Pembuatan sediaan ini sangat bergantung pada metode pembuatan. Metode
yang digunakan adalah metode pencampuran. Metode ini dikenal pula dengan metode
incorporation dimana jika bahan aktif larut dalam minyak, maka dapat dilarutkan
dalam minyak pula. Kemudian larutan tersebut ditambahkan kedalam bahan
pembawa bagian per bagian sambil diaduk sampai homogen.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa formula yang terpilih (scale up) Oinment
yang dibuat memenuhi spesifikasi sediaan yang diinginkan, karena tidak terjadi
perubahan yang signifikan pada konsistensi, organoleptis dan viskositasnya yang
terbentuk dan tidak terjadi perubahan pH setelah pemeriksaan seminggu setelah
diproduksi untuk Organoleptisnya sediaan tetap berbau Oleum Cajuputi dan
warnanya putih.
Pada grafik % prosen akseptabilitas, kami memilih 10 responden dari
mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Ditinjau
dari segi akseptabilitas, Sediaan Oinment yang kami buat dalam kemudahan
pengolesan mendapatkan hasil sangat mudah dioles dan meraih prosentase tertinggi
sebesar 95%. Namun, sensasi yang ditimbulkan menurut responden tidak dingin dan
mempunyai prosentase yang diperoleh sebesar 40 %. Kelembutan dari sediaan
Oinment ini sangat lembut dan mempunyai prosentase yaitu 87,5%. Sediaan Oinment
kelompok kami juga menurut responden tidak lengket, mudah dicuci, dan tidak
meninggalkan bekas apabila digosok ataupun dihilangkan dari pemakaian.
Viskositas menyatakan besarnya tahanan yang dihasilkan oleh sediaan
Oinment. Viskositas dari Scale up Oinment yang kami buat bernilai sebesar 3.000 cP
36
sudah memenuhi standar viskositas oinment yang ideal. pH yang diuji dari sediaan
krim ini juga konstan. Pada saat awal pembuatan langsung dicek pH dan mengasilkan
nilai sebesar 5,5. Setelah 2 minggu penyimpanan, lalu kembali di cek pH
menghasilkan nilai sebesar 5,5. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pH sediaan Oinment
yang kami buat Stabil dalam penyimpanan 2 minggu.
Dilihati dari grafik daya sebar, Oinment mempunyai daya sebar sebesar 0,200
cm/gram yang didapatkan dari hasil slope (b) dengan regresi antara diameter dan
beban. Semakin besar nilai daya sebar maka semakin kecil nilai viskositas yang
dihasilkan karena viskositas atau kekentalan berpengaruh pada daya sebar begitupun
sebaliknya semakin kecil nilai daya sebar maka semakin besar nilai viskositas suatu
sediaan.
37
10.2 Kesimpulan
1. Dari beberapa formulasi yang telah kami cobakan, maka menurut kelompok
kami bahan tambahan yang cocok untuk Oinment dengan bahan aktif Oleum
Cajuputi yaitu terdiri darimetil salisilat, vaselin album, Paraffin Liquidum dan
BHT.
2. Metode pembuatan Oinment kali ini yaitu dengan metode pencampuran
(incorporation). Bahan aktif yang larut dalam fase minyak kemudian bahan
tambahan dimasukan satu persatu sambil diaduk ad homogen.
3. Hasil evaluasi sediaan Oinment yaitu menghasilkan nilai pH sebesar 5,5.
Viskositas 3.000 cP. Daya sebar sebesar 0,200 cm/gram. Warna Oinment tetap
putih setelah melewati penyimpanan beberapa minggu dan bau yang
dihasilkan juga tetap stabil yaitu Oleum Cajuputi. Ditinjau dari segi
akseptabilitas, sediaan krim yang kami buat bisa dikatakan bagus karena
memperoleh rata-rata prosentase sebesar 77,5%.
38
BAB XI
RANCANGAN PENANDAAN
1. Kemasan Primer
2. Kemasan Sekunder
39
3. Brosur
40
DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J.M. (1982). Farmasetika 2. Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah : Widji
Soeratri. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press.
Ansel, C.H. (1989). Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah: Farida Ibrahim. Cetakan
Pertama. Edisi IV. Penerbit UI Press. Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Barry, B.W. (1983) Dermatological Formulation, Percutaneous, Absorption, Vol.18,
New
York: Marcel Dekker Inc., pp.1-33, 49- 67, 95-116, 234-255, 396-400
Kesehatan RI
41
Voigt., R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani
Noerono Soewandhi, 311-313, 803-806, Gadjah Mada University Press,
Jogjakarta.
Walters, Kenneth A. 2002. Dermatological And Transdermal Formulations. Marcel
Dekker Inc : New York
Zopf, L. C, and Blang, S. M, 1974, Semi Solid Dosage Forms, Ointment, Creams and
Paste, dalam Dittert, L. W, Sprowls American Pharmacy and Introduction to
Pharmaceutical Tehniques and Dosage Forms, Edisi VII, J. B. Lippincott
Company, Philadelphia, Toronto.
42