Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SEDIAAN OINMENT OLEUM CAJUPUTI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida

KELOMPOK : 3
KELAS : B
1. AMALIA RACHMAYANTI
2. TRIA WAHYU IRTANTI
3. WITRI ROCHAENI HUSNIAR
4. ASTRI SETYA ARIMBI
5. HANNY UMMU IZZATI
6. NUR AFIFA
7. ROHA FAKRI NAUFAL I.
8. AYU NINDY PRAMITHA
9. AMALIA CHOIRUNNISA
10. DEVI RETNO ANGGRAENI
11. SELVIN NURFADITA HARLINANDA
12. MELVY ROSALINA RITANSA
13. M. MAHFUZZANUR

(201310410311071)
(201310410311123)
(201310410311145)
(201310410311201)
(201310410311207)
(201310410311214)
(201310410311226)
(201310410311231)
(201310410311236)
(201310410311245)
(201310410311267)
(201310410311290)
(201210410311049)

DOSEN PEMBIMBING:
RADITYA WEKA NUGRAHENI S. FARM., APT
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DESEMBER, 2015

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha panyayang,
penyusun panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Sediaan Oinment Oleum Cajuputidengan
baik.
Adapun Laporan Akhir Praktikum ini telah penyusun usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan laporan ini. Untuk itu penyusun tidak lupa menyampaikan bayak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penyusun menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka penyusun membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada penyusun sehingga laporan
akhir praktikum ini dapat diperbaiki menjadi lebih baik.
Akhirnya penyusun berharap semoga dari Laporan Akhir Praktikum Sediaan
Oinment Oleum Cajuputi ini dapat diambil hikmah dan manfaatnyadan berguna bagi
penulis serta pembaca demi terciptanya tenaga edukatif yang berkualitas dan
kompeten.

Malang, Desember 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1

Latar Belakang................................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3

Tujuan.............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3


2.1

Definisi Oinment.............................................................................................3

2.2

Oleum Cajuputi.............................................................................................10

BAB III KARAKTERISTIK BAHAN AKTIF DAN PEMILIHAN BAHAN AKTIF


.....................................................................................................................................11
3.1

Karakteristik Bahan Obat..............................................................................11

3.2

Tinjauan Eksipien (Bahan Tambahan)..........................................................12

BAB IV PERSYARATAN UMUM SEDIAAN..........................................................21


BAB V RANCANGAN SPESIFIKASI SEDIAAN....................................................25
BAB VI FORMULASI SEDIAAN.............................................................................27
6.1.

Penyusunan Formula Sediaan.......................................................................27

6.2 Rancangan Formulasi Sediaan Oinment..........................................................27


BAB VII RANCANGAN PRODUKSI.......................................................................29
7.1

Cara Peracikan..............................................................................................29

7.2

Bagan Alir.....................................................................................................30

BAB VIII RANCANGAN EVALUASI......................................................................31


8.1

Organoleptis..................................................................................................31

8.2

pH..................................................................................................................31

8.3

Viskositas......................................................................................................31

8.4

Daya Sebar....................................................................................................31

8.5

Uji acceptabilitas sediaan :............................................................................32

BAB IX HASIL...........................................................................................................33
9.1 Formula Terpilih................................................................................................33
9.2 Hasil Evaluasi Formula Terpilih........................................................................34
BAB X PENUTUP......................................................................................................38
10.1 Pembahasan......................................................................................................38
10.2 Kesimpulan......................................................................................................41
BAB XI RANCANGAN PENANDAAN...................................................................42
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan didunia farmasi sangat berkembang sehingga pengobatan pun
terus dikembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat baik itu liquid, solid dan
semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri. Ahli farmasi
mengembangkan obat untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat yang bertujuan untuk
memberikan efek terapi obat, dosis yang sesuai untuk di konsumsi oleh masyarakat.
Oleum cajuputi atau yang biasa kita kenal dengan minyak kayu putih menurut
Farmakope Indonesia III ( FI III ) merupakan minyak atsiri yang diperoleh dengan
penyulingan uap daun dan ranting segar Melaleuca luecadendra L. dan Melaleuca
minor Sm, mengandung sineol, C10H18O. tidak kurang dari 50,0% dan tidak lebih dari
65,0%.
Minyak kayuputih telah diterapkan secara eksternal sebagai stimulant,
menghangatkan kulit dan untuk rematik ringan. Selain itu, juga digunakan untuk
menghilangkan gangguan saluran pernapasan dan hidung tersumbat serta dapat juga
digunakan sebagai aroma terapi. Minyak kayu putih juga digunakan secara eksternal
sebagai counter irritant yang cara kerjanya diketahui bahwa adanya persarafan
segmental yang sama antara organ visceral dengan kulit. Counter irritant yang di
gosokkan ke kulit diduga akan merangsang refleks akson akibat relaksasi/vasodilatasi
di organ visceral dengan persarafan segmental yang sama. Secara internal, minyak
kayu putih digunakan sebagai stimulant, karminatif dan untuk mengeluarkan keringat
( Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition page 2271) .
Sediaan semisolid digunakan untuk pemakaian luar seperti krim, salep, gel,
pasta dan suppositoria yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan
semisolid ini yaitu praktis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada
pengabsorbsiannya. Juga untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Minyak kayu putih mempunyai sifat tidak dapat larut dalam air, sehingga
untuk penggunaan topikal lebih tepat jika dibuat dalam bentuk oinment. Sediaan
salep sendiri menurut FI IV masih dibagi menjadi 4 kelompok yakni salep

hidrokarbon, salep serap, salep yang dapat dicuci dengan air, dan salep yang larut
dalam air. Sedangkan sediaan kami disini merupakan salep yang ditunjukan untuk
minyak kerik (massage), dan counter irritant. Dimana kedua efek tersebut memiliki
tujuan terapi yang berbeda, minyak kerik hanya diinginkan bahan obat lepas dari
sediaan dan tetap berada di permukaan kulit. Sedangkan untuk efek counter irritant,
bahan obat diinginkan masuk menembus kulit hingga ke lapisan viable epidermis.
Maka perlu pertimbangan untuk memutuskan jenis salep yang digunakan agar tujuan
terapi dapat tercapai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bahan tambahan yang terkandung dalam sediaan oinment yang
ideal?
2. Bagaimana langkah-langkahpembuatan Oinment yang tepat?
3. Bagaimana mengevaluasi sediaan Oinment pelembab?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui bahan tambahan yang terkandung dalam sediaan Oinment yang
ideal.
2. Mengetahui langkah-langkah pembuatan Oinment yang tepat.
3. Mampu mengevaluasi sediaan Oinment pelembab.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Oinment
-

Ointment (Unguentum) adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogeny dalam

dasar salep yang cocok (Farmakope Indonesia edisi III).


Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit

atau selaput lender (Farmakope Indonesia edisi IV).


Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar atau basis
salep yang cocok (Anonim, 1995). Salep dapat mengandung obat atau tidak
mengandung obat disebut dengan basis salep (Ansel, 1989).
Fungsi salep
Menurut Lachman dkk (1994). Sediaan semi padat digunakan pada kulit, dimana
umumnya sediaan tersebut berfungsi untuk :
1. Sebagai pembawa pada obat-obatan topikal.
2. Sebagai pelunak kulit.
3. Sebagai pembantu pelindung atau pembalut penyumbat (oklusif).
Syarat salep
Menurut Martin (1993), untuk memperoleh salep yang baik, salep harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Stabil, Salep harus stabil selama masih digunakan untuk mengobati. Oleh
karena itu, bebas inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban
yang ada dalam kamar.
2. Lunak, Salep banyak digunakan untuk kulit teriritasi, inflamasi dan dibuat
sedemikian sehingga semua zat keadaan yang halus dan seluruh produk harus
lunak dan homogen.
3. Mudah dipakai Kebanyakan keadaan salep adalah mudah digunakan, kecuali
sediaan salep yang dalam keadaan sangat kaku (keras) atau sangat encer.
Salep tipe emulsi umumnya paling mudah dihilangkan dari kulit.
4. Dasar salep yang cocok Dasar salep harus dapat campur secara fisika dan
kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau

menghambat aksi terapi dari obatnya pada daerah yang diobati. Selain itu
dasar salep perlu dipilih untuk maksud dapat membentuk lapisan film penutup
atau yang dapat mudah dicuci sesuai yang diperlukan.
Basis Salep
Salep terdiri dari basis salep yang dapat berupa sistem sederhana atau dari
komposisi yang lebih kompleks bersama bahan aktif atau kombinasi bahan aktif
(Voigt, 1984). Basis salep merupakan bagian terbesar dari bentuk sediaan salep.
Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian, ternyata basis salep mempunyai pengaruh
yang besar terhadap efektifitas obat yang dibawanya (Barry, 1983).
Sebaiknya basis salep memiliki daya sebar yang baik dan dapat menjamin
pelepasan bahan obat pada daerah yang diobati, dan tidak menimbulkan rasa panas,
juga tidak ada hambatan pada pernafasan kulit (Voigt, 1984). Formulasi salep untuk
dapat memberikan efek penyembuhan maka obatnya harus lepas dari basis salep
kemudian berpenetrasi kedalam kulit (Aiache, 1982).
Menurut Voigt (1984), syarat dasar salep yang ideal menurut banyak pakar
adalah berdasarkan sifat kimia-fisika, yaitu :
1. Stabilitas yang memuaskan.
2. Tidak tersatukan dengan bahan pembantu yang lain.
3. Tidak tersatukan dengan bahan obat yang digunakan.
4. Memiliki daya sebar yang baik.
5. Menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan.
6. Memiliki daya menyerap air yang baik.
Penggolongan Basis Salep
Dalam sediaan salep komposisi basis merupakan hal yang penting karena
akan mempengaruhi kecepatan pelepasan obat dari basisnya. Dasar salep umumnya
bertendensi memperlambat atau menghambat absorpsi obat menembus epidermis dan
permukaan mukosa sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi khasiat dari
obat yang dikandungnya (Barry, 1983).
Setiap salep mempunyai basis yang bermacam-macam dan mempunyai sifat
hidrofil dan hidrofob. Basis salep memiliki daya sebar yang baik dan menjamin
pelepasan bahan obat yang memuaskan (Voigt, 1984).
Menurut Ansel (1989), pemilihan basis salep yang dipakai dalam formulasi
sediaan salep tergantung faktor-faktor berikut:
1. Laju pelepasan yang diinginkan bahan obat dari basis salep.
2. Keinginan peningkatan absorbsi obat dari basis salep.
3. Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh basis salep.
4

4. Kekentalan atau viskositas dari basis salep.


Harus dimengerti bahwa tidak ada dasar salep yang ideal dan juga tidak ada
yang memiliki semua sifat yang diinginkan. Pemilihannya adalah untuk mendapatkan
dasar salep yang secara umum menyediakan segala yang dianggap sifat yang paling
diharapkan (Ansel, 1989).
Berdasarkan komposisinya, dasar salep dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep hidrokarbon (dasar salep berlemak) bebas air, preparat
yang berair mungkin dapat dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja, bila
lebih minyak sukar bercampur. Kerjanya sebagai bahan penutup saja. Tidak
mengering atau tidak ada perubahan dengan berjalannya waktu. Dasar salep
hidrokarbon yaitu Vaselinum, Jelene, minyak tumbuh-tumbuhan.
2. Dasar salep absorpsi
Dasar salep absorpsi dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
a. Yang memungkinkan percampuran larutan berair,

hasil

dari

pembentukan emulsi air dan minyak (misalnya: Petrolatum Hidrofilik


dan Lanolin Anhidrida).
b. Yang sudah menjadi emulsi air minyak (dasar emulsi), memungkinkan
bercampurnya sedikit penambahan jumlah larutan berair (misalnya:
Lanolin dan Cold Cream).
Dasar salep ini berguna sebagai emolien walaupun tidak
menyediakan derajat penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep
berlemak. Seperti dasar salep berlemak, dasar salep absorpsi tidak
mudah dihilangkan dari kulit oleh pencucian air.
3. Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air
Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air merupakan emulsi
minyak dalam air yang dapat dicuci dari kulit dan pakaian dengan air. Atas
dasar ini bahan tersebut sering dikatakan sebagai bahan dasar salep tercuci
air.
4. Dasar salep yang dapat larut dalam air
Tidak seperti dasar salep yang tidak larut dalam air, yang mengandung
kedua-duanya, komponen yang larut maupun yang tidak larut dalam air, dasar
yang larut dalam air hanya mengandung komponen yang larut dalam air.
Tetapi, seperti dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air basis yang dapat

dicuci dengan air. Basis yang larut dalam air biasanya disebut sebagai
greaseless karena tidak mengandung bahan berlemak (Ansel, 1989).
Metode pembuatan salep
Menurut Ansel (1989), salep dibuat dengan dua metode umum, yaitu: metode
pencampuran dan metode peleburan. Metode untuk pembuatan tertentu terutama
tergantung pada sifat-sifat bahannya.
1. Pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dari salep dicampur dengan
segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.
2. Peleburan
Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan
pengadukan yang konstan sampai mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan
pada cairan yang sedang mengental setelah didinginkan.
Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperatur
dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan penguraian atau
penguapan dari komponen.
Peraturan-peraturan pembuatan salep
Peraturan-peraturan pembuatan salep terdiri dari (Anonim, 1995):
1. Peraturan salep pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran-campuran lemak, dilarutkan
kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.
2. Peraturan salep kedua
Bahan-bahan yang dapat larut

dalam

air. Jika

tidak

ada

peraturanperaturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, diharapkan jumlah


air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep, jumlah air yang
dipakai dikurangi dari basis.
3. Peraturan salep ketiga
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam
lemak dan air harus diserbuk lebih dahulu, kemudian diayak dengan ayakan
no.B.40 (no.100).
4. Peraturan salep keempat
Salep-salep yang dibuat dengan melelehkan, campurannya harus
diaduk sampai dingin.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pelepasan obat dari salep

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari salep pada dasarnya


sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi pada saluran cerna dengan
laju difusi yang sangat tergantung pada sifat fisika-kimia obat (Idzon dan Lazarus,
1986).
Pelepasan obat dari sediaan salep secara in vitro dapat digambarkan dengan
kecepatan pelarutan obat yang dikandungnya dalam medium tertentu, ini disebabkan
karena kecepatan pelarutan (mass-transfer) merupakan langkah yang menentukan
dalam proses berikutnya. Pada umumnya sediaan obat-obat luar yang berbentuk salep
mengikuti mekanisme difusi pasif. Apabila obat dioleskan secara topikal obat
berdifusi secara pasif keluar dari bahan pembawanya. Sehingga difusi berjalan terusmenerus dari lokasi pemberian ke epidermis dan dermal (Gordon, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat tersebut diantaranya adalah:
1. Faktor fisika-kimia
Faktor ini meliputi variabel yang telah digambarkan dalam persamaan
Higuchi.

2. Kelarutan dari bahan obat (afinitas obat) terhadap bahan pembawa


Obat yang mempunyai aktivitas kuat terhadap basis

salep

menunjukkan koefisien aktivitas yang rendah dengan kata lain aktivitas


termodinamik dari obat didalam basis salep keadaannya rendah, akibatnya
pelepasan obat didalam basis salep menjadi lebih lambat demikian pula
sebaliknya (Zopf dan Blang, 1974).
Obat-obat terlarut terikat kuat dengan bahan pembawa seperti yang
terjadi jika obat membentuk kompleks yang dapat larut dengan bahan
pembawanya menghasilkan koefisien aktivitas yang rendah, sehingga laju

pelepasan dari kombinasi obat-pembawa lebih lambat. Kemudian obat-obat


yang terikat longgar oleh pembawanya (pembawa mempunyai afinitas yang
rendah terhadap obat), menunjukkan koefisien aktivitasnya tinggi oleh karena
itu laju pelepasan dari kombinasi obat pembawa lebih cepat (Lachman dkk,
1994).
3. Waktu difusi
Dari persamaan Higuchi (5), terlihat bahwa semakin cepat waktu
difusi akan semakin besar obat yang dilepaskan, sebaliknya obat yang
dilepaskan akan semakin kecil bila waktu difusinya semakin lambat (Zopf dan
Blang, 1974).
4. Jenis basis salep
Setiap basis salep mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan jenis
basis salep yang lain misalnya mengenai pH, polaritas, viskositas, dan
sebagainya. Dengan adanya perbedaan harga koefisien partisi suatu obat
dalam suatu basis berbeda dengan koefisien obat tersebut dalam basis yang
lain, sehingga kecepatan pelepasan obat dari basis yang berbeda akan berbeda
pula.
Jenis basis salep yang mempunyai viskositas tinggi akan menyebabkan
koefisien difusi suatu obat dalam basis menjadi rendah, sehingga pelepasan
obat dari basis akan kecil (Lachman dkk, 1994).
5. Faktor biologis
Menurut Lachman dkk (1994), absorbsi obat dari basisnya tidak hanya
tergantung pada komposisi dasar salep tetapi juga tergantung pada beberapa
faktor biologis yaitu :
a. Kondisi kulit
b. Daerah kulit yang diobati
c. Keadaan hidrasi pada stratum corneum
d. Suhu kulit
e. Ketebalan fase penebal kulit
f. Perbedaan spesies dan kelembaban kulit
Pelepasan obat dari basis dengan difusi obat melalui basis menuju ke
permukaan kulit dengan dua cara yaitu lewat transepidermal (melalui stratum
corneum) dan melalui transfolikuler yang penetrasinya melalui kelenjar
rambut, folikel dan keringat (Gordon, 2002).

2.2 Oleum Cajuputi


Oleum cajuputi atau yang lebih dikenal dengan minyak kayu putih adalah
minyak atsiri yang diperoleh dari destilasi daun segar Melaleuca leucadendra Ldan
spesies lain dari Myrtaceae dan dimurnikan melalui destilasi uap. Tanaman ini dapat
berupa belukar atau pohon yang dapat ditemui di Indonesia Timur dan Australia.
Mayoritas produksi minyak atsiri minyak kayu putih di pulau Buru dan pulau Banda.
Minyak ini mengandung 50-60% sineol (C10H18O), meol , aseton, terpen, dan
sesquiterpen. Pemerian oleum cajuputi yaitucairan tidak berwana atau kuning, bau
aromatis, rasa menusuk seperti kamfer diikuti rasa dingin.
Oleum cajuputi mempunyai khasiat untuk penggunan internal maupun
eksternal.Penggunaan eksternal minyak kayu putih sebagai karminatif, obat sakit
perut dan salurancerna serta ekspektoran pada kasus laringitis dan bronkhitis.Selain
itu,

pada

penggunaaneksternal

oleum

cajuputi

dapat

memberikan

efek

antibakteri.Bakteri yang dapat dihambatoleh oleum cajuputi meliputi bakteri gram


positif dan gram negatif.Oleum cajuputi jugadapat berfungsi sebagai antifungal
terhadapC.

Albicans(Oyedeji

et.

all,

1999).Meskipun banyak

pengobatan

tradisional yang menggunakan oleum cajuputi sebagai analgesik dan antiinflamasi,


namun pengujian klinisnya tidak memberikan hasil yang konsisten dan masihharus
diuji lebih jauh lagi kebenarannya (Silva, Jeane. et all. 2003).

BAB III
KARAKTERISTIK BAHAN AKTIF DAN PEMILIHAN BAHAN AKTIF
3.1 Karakteristik Bahan Obat
Oleum Cajuputi
Nama Bahan
Sinonim

: Oleum Cajuputi
: Oleum Eucalypti, Essencia de Eucallipto, Essence of

Deskripsi

Eucallyptus Rectifiee, Eucalypti Aetheroleum Cineole.


: Minyak kayuputih adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan
penyulingan uap daun dan ranting segar Melaleuca leucadendra
L dan Melaleuca minor yang mengandung sineol C10H18O tidak

Pemerian

kurang dari 50% dan tidak lebih dari 65%.


: Cairan tidak berwarna, kuning atau hijau, bau khas, aromatic,

Kelarutan

rasa pahit.
: Larut dalam 2 bagian etanol (80%) P, jika disimpan lama
kelarutannya berkurang; mudah larut dalam etanol (90%) P (1:1-

10). (Farmakope Indonesia III Halaman 453)


Efek Farmakologi : Minyak kayuputih telah diterapkan secara eksternal sebagai
stimulant dan rubefacient untuk rematik ringan, selain itu juga
digunakan untuk menghilangkan gangguan saluran pernapasan
dan hidung tersumbat, dapat juga digunakan sebagai aroma
terapi.
Minyak kayuputih juga digunakan secara eksternal
sebagai counter irritant cara kerjanya berdasarkan kenyataan
adanya persarafan segmental yang sama antara organ visceral
dengan kulit. Counter irritant yang di gosokkan ke kulit diduga
akan merangsang refleks akson akibat relaksasi/vasodilatasi di
organ visceral dengan persarafan segmental yang sama. Secara
internal, minyak kayuputih digunakan sebagai stimulant,
karminatif dan untuk mengeluarkan keringat
(Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition page 2271)

10

Sifat Khusus

: Produk yang mengandung minyak kayuputih harus disimpan


pada suhu tidak melebihi 25C, Lindungi dari cahaya. Simpan
dalam wadah tertutup rapat (Reynolds,1982)

3.2 Tinjauan Eksipien (Bahan Tambahan)


1. BASIS
NO.
1.

BAHAN
Vaselin album

PEMERIAN
Putih atau kekuningan pucat,

KELARUTAN
Tidak larut dalam air, sukar

Sinonim:

massa berminyak transparan dalam

larut dalam etanol dingin

vaselinum

lapisan tipis setelah didinginkan

atau panas dan dalam etanol

album, vaselin

pada suhu 0.

mutlak dingin, mudah larut

putih
[Farmakope
Indonesia IV
halaman 822]

dalam benzena, dalam


Lain-lain :
Wadah dan penyimpanan: dalam
wadah tertutup baik
Menurut HPE ed 5 halaman 509
rentang untuk penggunaan topical

karbon disulfida, dalam


kloroform, larut dalam
heksana, dan dalam
sebagian besar minyak
lemak dan minyak atsiri.

ointment adalah up to 100%


2.

Cera alba

Padatan putih kekuningan, sedikit Tidak larut dalam air, agak

Sinonim: malam

tembus cahaya dalam keadaan sukar larut dalam etanol

putih

lapisan tipis, bau khas lemah dan dingin. Etanol menddih

[Farmakope

bebas bau tengik, bobot jenis lebih melarutkan asam serotat

Indonesia IV

kurang 0.95

halaman 186]

dan bagian dari mirisin,


yang merupakan kansungan

11

Lain-lain :

malam putih, larut

Wadah dan penyimpanan: dalam sempurna dalam kloroform,


wadah tertutup baik

dalam eter, dalam minyak

Rentang Pemakaian (HPE edisi ke- lemak dan minyak atsiri.


6 halaman 779)

Sebagian larut dalam

Emollient = 2 -5%

benzena dingin dan dalam

Emulsifying agent = 2 -5%

karbon disulfida dingin,

Stiffening agent = 2 10%

pada suhu lebih kurang

Water absorption = 5%

30C larut sempurna dalam


benzena, dan dalam karbon
disulfida

3.

Paraffin

Hablur tembus cahaya atau agak

Tidak larut dalam air dan

Sinonim:

buram, tidak bewarna atau putih,

dalam etanol, mudah larut

paraffinum

tidak berbau, tidak berasa, agak

dalam

[Farmakope

berminyak.

minyak menguap, dalam

Indonesia IV

kloroform,

dalam

hampir semua jenis minyak


Lain-Lain :

halaman 652]

hangat, sukar larut dalam

Wadah dan penyimpanan: wadah

etanol mutlak.

tertutup rapat dan cegah


pemaparan terhadap panas
berlebih.
4.

Mineral

tidak berwarna, tidak berbau,

praktis tidak larut etanol

oil/Paraffin

jernih, cairan berminyak yang

95%,

gliserin

liquidum

viscous,

Larut

dalam

(HPE

6th

page 445)

ed.

tidak

berfluoresensi,

dan

air.

aseton,

praktis tidak berasa dan tidak

benzene, chloroform, eter

berwarna

ketika

dan petroleum eter, karbon

memiliki

bau

dipanaskan

dingin
khas

dan
ketika

disulfida.

Larut

dengan

volatile oils kecuali castor

12

Lain-lain :

oil.

Inkompatibilitas

dengan

oksidator kuat.
HLB = 12
Viskositas:

110-230

mPas

(T=20oC)
TD > 3600C
Retang pemakaian untuk topical
ointment adalah 0,1-95% (HPE
5.

Macrogol,

edisi 5 halamn 471)


Tidak berwarna atau sedikit

Semuanya larut dalam air,

Carbowax, PEG

kuning, cairan kental atau bau

larut dalam aseton, etanol,

400 (HPE 5th ed

khas, rasa pahit

diklorometan

p. 545)
Lain-lain
Viskositas: 105 130 mPas (cP)

2. PENGAWET

NO

BAHAN

PEMERIAN

KELARUTAN

13

PROPILEN GLIKOL

Jernih

tidak Dapat dicampur dengan aseton,

C3H8O2

berwarna,

kental, klorofom, etanol (95%) glyserin,

praktis tidak berbau aqua


cairan

dengan Larut dalam 1:6 eter

beraroma

Tidak

dapt

bercampur

dengan

oleum mineral
TL: 59O C
g/cm3

BJ:1,098
pada 20oc

ADI: 25 mg/kg BB
Lain-lain :
Sebagai

pengawet

dengan

rentang

pemakaian 15-30%
(
2

NIPAGIN

HPE

edisi

halaman 624 )
Kristal
tidak LARUT DALAM
berwarna

berasa

burning taste
TD

:125-128oC

BJ

:1,352 g/cm3

ADI

2 bagian etanol
3 bagian etanol (95%)
10 bagian eter
60 bagian gliserin
Tidak larut dalam minyak

mineral
20 bagian minyak kacang
5 bagian propylenglycol
400 bagian air dalam suhu

:10 mg/kg

BB

59oC
3

NIPASOL

Serbuk

berwarna KELARUTAN

putih, kristal, tidak


berbau dan rasanya
hambar

Aceton : tidak larut


Ethanol(95%) =1:1,1
Ethanol(50%)= 1:5,6
Eter
=tidak larut

14

TD

:95-98OC

Glyserin
=1:250
Mineral oil =1:3330
BJ :180,20 g/cm3
Peanut oil =1:70
Propilenglicol=1:3,9
Air =1:4350(15oC)
1:2500
1:225(80Oc)
Tidak
berbau, Larut dalam etanol

Tween 80

Berasa
berwarna

pahit, Tidak larut dalam mineral, Minyak


spesifik sayur, Larut dalam air

kuning

3. ENHANCER

NO.
1

BAHAN
PROPILENGLIKOL

PEMERIAN
Jernih
tidak

KELARUTAN
berwarna, Dapat
dicampur

C3H8O2

kental, praktis tidak berbau aseton,


cairan dengan beraroma

klorofom,

dengan
etanol

(95%) glyserin, aqua


Larut dalam 1: 6 eter

TL

: 59O C

Tidak dapt bercampur dengan

BJ

:1,098 g/cm3 pada 20oc

oleum mineral

ADI : 25 mg/kg BB
Lain-lain :
Sebagai pengawet dengan

15

rentang pemakaian 15-30%


2.

( HPE edisi 5 halaman 624 )


Jernih,
tidak
berwarna, Dapat campur dengan air dan

GLISERIN

kental, mikroskopis, manis methanol serta alkohol


(0,6 kali sukrosa)

4. ANTIOKSIDAN
NO.
1.

BAHAN
BHT

PEMERIAN
Hablur padat, putih; bau khas, lemah

Sinonim:
Agidol;

KELARUTAN
Tidak larut dalam air
dan PG; mudah larut

Butylated Lain-lain :

hydroxytoluene

dalam etanol, dalam

Suhu beku tidak kurang dari 69,2oC; kloroform dan dalam

(HPE 6th ed. page sesuai tidak kurang dari 99% C15H24O
75)

eter.

Menurut HPE edisi 6 halaman 75


Rentang

untuk

penggunaan

topical

ointment adalah 0,0075-0,1%


Rentang

pemakaian

untuk

topical

ointment 0,0075-0,1% (HPE edisi 6


2.

Butylated Hydroxy

halaman 75)
Kristal/serbuk putih atau kuning pucat

Praktis tidak larut air,

Anisole

dengan bau yang khas

larut dalam methanol,

(HPE 6th ed. page


73)

sangat larut dalam


Lain-lain

50% larutan etanol,

Inkompatibilitas : dengan oxidizing agent

propilen glikol,

dan garam feri

kloroform, eter,

Kombinasi dengan antioksidan lain

hexane, cotton seed

seperti Butylated Hidroxy toluene dan

oil, peanut oil,

alkil gallat

soybean oil, glyceryl

Stabilitas : paparan dari cahaya

monohidrat dan dalam

menyebabkan perubahan warna dan

larutan alkali

16

kehilangan aktivitas

hidroksida

Keamanan : tidak mengiritasi dan tidak


menimbulkan sensitifisasi
BM = 180,25
3.

Topical formulation : 0,005-0.02%


Sodium Metabisulfit Tidak berwarna, kristal prisma, atau Sedikit larut dalam
(HPE ed.6 page 654) bubuk putih berbau seperti sulfurdioxide etanol 95%, sangat
larut dalam gliserin,
dan asam
larut dalam 1,9 bagian
Lain-lain: BM = 190,1
air, dan 1,2 bagian air
Inkompaktibel
dengan
fenilmerkuri mendidih.
asetat.

5. CHELLATING AGENT
NO.
1.

BAHAN
EDTA

PMERIAN
Kristal putih, serbuk tidak

KELARUTAN
Praktis tidak larut

Sinonim:

berbau, serbuk dengan rasa

dalam kloroform

Disodium EDTA; disodium

sedikit asam,

dan dalam eter,

ethylenediaminetetraacetate;

sedikt larut dalam

disodium; asam edetic, garam

Lain-lain :
BM= 292,24
Wadah dan

disodium

disimpan

[HPE ed.6 page 247]

tertutup

edathamil disodium; edetate

etanol
penyimpanan: (95%), larut dalam
dalam

baik,

wadah 11 bagian air.

dingin

dan

tempat kering.
Rentang penggunaan untuk
2.

Molic Acid, C4H8O5

topical ointment 0,01 0,1 %.


Serbuk kristal putih, granul, Larut dalam etanol
rasa asam kuat dan bau 95% dan air, praktis
lemah, higroskopis
Lain-lain :

tidak larut dalam


benzene.

Antioksidan, flavoring dan


buffer
inkompatibilitas:

bereaksi
17

dengan

pengoksidasi,

terdegradasi
aerobik

dan

oleh

kuman

anaerobik,

kelembaban dan suhu tinggi


tidak menyebabkan caking
Viskositas: 6,5 Cp (50% w/v
larut air 25C)
3.

BM: 134,09 TL: 131 132 C


Disodium edetate (HPE ed.6 Kristal putih, serbuk berbau Praktik tidak larut
page 242)

dengan rasa sedikit asam.


dalam
kloroform
Lain-lain:
dan eter, sedikit
BM= 336,2 (anhidrat)
Inkompaktibel dengan basa larut dalam etanol
kuat, bahan antioksidan kuat, 95%, larut dalam 11
ion metal, metal tembaga.

bagian air.

18

BAB IV
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN
1. Farmakope Indonesia edisi III (1979)
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar.Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok.
2. Farmakope Indonesia edisi IV (1995)
Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir.
3. Buku Eksipien dalam Sediaan Farmasi (2012)
Salep (unguenta) adalah sediaan setengah padat yang mudah di oleskan dan
digunakan sebagai obat luar.
4. The pharmacopeitical codex 12th Ed
Salep adalah sediaan semisolid yang pemakaiannya untuk kulit atau membran
mukosa tertentu. Biasanya berbentuk dispersi satu atau lebih bahan obat
dalam basis non aqua.
Basis

salep biasanya

anhidrat yang terdiri dari lemak,minyak,lilin

hewan,tanaman dan mineral,non oleaginous (bahan yang berminyak) dan bahan


sintesis (yang biasanya tidak disarankan menjadi basis ideal salep). Salep tidak boleh
mengiritasi kulit, tidak boleh memperlambat penyembuhan luka,harus bertekstur
lembut,inert,tidak berbau,memiliki sifat fisika kimia yang stabil dan kompetibel
dengan kulit dengan perawatan dermatologikal.
Klasifikasi
Berdasarkan basisnya ( Farmakope Indonesia edisi IV ,1995)
1. Dasar Salep Hidrokarbon
Dasar salep berlemak (vaselin putih).
Salep dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan bahan obat
dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut atau penutup.
2. Dasar Salep Serap
Dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air
dalam minyak (lanolin anhidrat).

19

Emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah

larutan air tambahan (lanolin).


3. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air.
4. Dasar salep yang larut dalam air.
Karakteristik sediaan salep
Stabil
Halus
Mudah digunakan
Bahan dasarnya sesuai
Homogen
Alasan penggunaan sedian salep menurut Farmakope Indonesia Edisi IV1995
halaman 18 :
Khasiat yang diinginkan
Sifat bahan yang dicampur
Ketersediaan hayati
Stabil dan ketahanan sediaan jadi
Alasan pemilihan sediaan salep untuk bahan aktif oleum cajuputi :
Oleum cajuputi tidak larut dalam air sehingga dibuat sediaan ointment.
Diingikan sediaan yang melekat lebih lama pada permukaan kulit karena

oleum cajuputi berhkasiat sebagai anti irritan dan rubifacient.


Karena bahan aktif bersifat volatile, maka diingkan bahan aktif dapat bertahan
agar tidak menguap pada suhu tubuh dengan menggunakan basis hidrokarbon,

basis absorbsi, dan basis lainnya pada salep.


Salep bersifat anhydrous sehingga dapat meminimalisir kontaminasi mikroba
yang bisa tumbuh pada tempat dengan kadar air yang tinggi.

Tujuandibuatsediaan ointment

Diharapkanmemilikiefekterapi local padakeadaaniritasi.


Tidaklengket, mudahmenyebar, amanuntukanak-anakdandewasa.
Diperolehkontak yang lebih lama padadaerahluka/sakit.

Persyaratan
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar bahan aktif
dalam salep yang mengandung obat keras atau obat narkotika adalah 10% (FI ed III,
hal 33)

20

Persyaratan salep (FI III)


1. Pemerian
2. Kadar

: tidak boleh berbau tengik


: kecuali dinyatakan lain dan untuk bahan salep yang

mengandung

obat keras atau obat narkotik, kadar bahan obat adlah 10%.
3. Dasar salep : kecuali dinyatakan lain,, sebagai bahan dasar salep (basis salep)
digunakan vaselin putih (vaselin album).
Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep dapat di pilih
beberapa bahan dasar salep, sebagai berikut:
a. Dasar salep hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning cera alba, cera
flava atau campurannya.
b. Dasar saep serap : adeps lanae ; campuran sebagai 3 kolesterol, 3 bagian
steril alkohol, 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih ;
campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
c. Dasar salep yang dapat di cuci dengan air atau dasar salep emulsi :
misalnya emulsi minyak dalam air.
d. Dasar salep yang dapat larut dalam air misalnya PEG atau campurannya
4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukan susunan yang homogen
5. Penandaan : pada etiket harus tertera obat luar
Penggolongan salep berdasarkan sifat farmakologinya/terapeutik dan penetrasinya
a. Salep epidermis (epidermic oinment, salep penutup) guan untuk
melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, tidak diabsorbsi, kadangkadang ditambahkan amtiseptik, astrigensia untuk meredakan. rangsangan
atau anastesi lokal. Dasar yang baik adalah hidrokarbon.
b. Salep endodermis : salep yang bahan obatnya menembus kulit, terapi
tidak melalui kulit terabsorbsi sebagian, digunakan untuk melunakkan
kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah minyak lemak.
c. Salep diadermis : salep yang bahan obatnya menembus kulit dan
mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep yang senyawa merkuri
iodida dan beladona.

21

BAB V
RANCANGAN SPESIFIKASI SEDIAAN
Bahan Aktif

Ol. Cajuputi

Kadar Bahan Aktif

2 gram

Kemasan Terkecil

20 g

Bau

Bau khas aroma kayu putih

Warna
Tekstur

Putih
Lembut dan halus

Kemudahan Pengolesan

Mudah dioleskan

Viskositas

450 600 dPa S (Seperti Vaselin Album)

Daya Serap

Mudah menyebar

Tipe Aliran

Plastis

Tujuan Sediaan

A. Untuk pemijatan
B. Counter irritant

Formula Standard
1. Eucalyptus Ointment (Unguentum Eucalyp.)
Sumber : Extra Pharmacopeia Martindale 25thed. Page 855
R/ Eucalyptus oil
10 gram
Hard Parafin 40 gram
White soft parafin
50 gram
2. Unguentum Analgesique (Vicks Vaporub)
Sumber : Formularium Medicamentorum Selectum halaman 91
R/ Menthol
2,750
Camphor
5
Ol. Eucalypti
1,500
Ol. Nucistae
0,750
Ol. Cedri Fol.
0,750
Terebinth
5
Thymol
0,250
Vas. Album ad
100
m.f.ung.
s.u.e
3. Balsem Merah (Salep Merah Tjap Matjan / Tiger Balsam Merah)
Sumber : Formularium Medicamentorum Selectum halaman 91
R/ Ol. Caryophyl
4

22

Ol. Cinnamom.
Camphor
Ol. Eucalypti
Menthol
Paraf. Sol.
Vas. Flav. Ad
m.f.ung.
s.u.e

5
10
11
20
20
100

4. Eucalyptus Ointment
Sumber : Bens Botanic Doctor Adviser
Elder oil
12 oz
White wax
2 oz
Spermaceti
1 oz
Eucalyptus oil
2 drachms
Winter green oil
20 drops

23

BAB VI
FORMULASI SEDIAAN
6.1.

Penyusunan Formula Sediaan


Oinment

6.2 Rancangan Formulasi Sediaan Oinment


Formula 1
No

Nama Bahan

1
Oleum Kajuputih
2
Cera Alba
3
Vaselin Album
4
Nipasol
5
BHT
Formula 2
No

Bahan

Fungsi
Bahan aktif
Basis
Basis
Pengawet
antioksidan
Fungsi

Rentang

% Yang

Kebutuhan

Pemakaian (%)

Digunakan
10%
20%
69.85%
0.1%
0.05%

(g)
2g
4g
13.97 g
0.02 g
0.01 g

Up to 100%
Up to 100%
0.01% - 0.6%
0.0075% - 0.1%
Rentang

% dipakai

Jumlah 20 g

24

1
2
3

Oleum Cajuputi
Metilsalisilat
Vaselin album

Bahanaktif
Bahanaktif
Basis

BHT

Anti oksidan

Parafinliquidum

Basis

5-10 %
Up to 100 %
0.0075 0.1
%
0.1 95 %

10 %
3%
72.9 %

2.00 g
0.6 g
14.58 g

0.1 %

0.02 g

14 %

2.8 g

Perhitungan Bahan
1. Oleum cajuputi
10 x 20 g = 2.00 g
100
2. Metil salisilat
3 x 20 g = 0.6 g
100
3. Vaselin album
72.9 x 20 g = 14.58 g
100
4. BHT
1.1 x 20 g = 0.02 g
100
5. Parafin liquidum
14 x 20 g = 2.8 g
100

25

BAB VII
RANCANGAN PRODUKSI
7.1 Cara Peracikan
Oinment
Formula 1
1.
2.
3.
4.

Ditimbang vaselin album sebanyak 13.97 g, dimasukkan ke cawan penguap.


Ditimbang cera alba sebanyak 4 g, dimasukkan ke cawan penguap no (1).
Ditimbang Nipasol sebanyak 0.02 g, dimasukkan ke cawan penguap no (1).
Lebur ketiga campuran tersebut diatas waterbath ad mencair, dan disiapkan

mortir panas.
5. Masukkan hasil leburan ke mortir panas, aduk konstan ad dingin.
6. Ditimbang BHT, dimasukkan ke dalam mortir gerus ad homogen.
7. Ditimbang minyak kajuputih, dimasukkan kedalam mortir sedikit demi sedikit
sambil diaduk konstan ad homogen.
8. Dimasukkan ke dalam pot.
Formula 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ditimbang semua bahan sesuai berat masing-masing.


Dileburkan paraffin liquidum dan vaselin album.
Buat mortir panas.
Masukkan hasil leburan pada mortir panas,aduk ad homogen.
Masukkan BHT (larutan dengan parafin liq)aduk ad homogen.
Masukkan ol cajuputi dan metal salisilat diaduk ad homogen ad terbentuk
ointment.

7.2 Bagan Alir


OINMENT

Formula 1

26

Cera alba + vaselin album


+ nipasol

+ oleum kajuputih sedikit demi


sedikit, aduk konstan ad
homogen

Cawan penguap

Dilebur diatas waterbath ad


mencair

+ BHT, aduk
ad homogen

Aduk konstan dimortir


panas ad mendingin

Masukkan kedalam pot

Formula 2
Ditimbang semua bahan

lebur paraffin liquidum


dan vaselin album

buat mortir panas


.

BHT

.
Aduk ad
homogen

Masukkan ol cajuputi
dan metal salisilat.

Larutkan dengan
parafin liquidum

Aduk ad homogen
ad terbentuk
ointment

27

BAB VIII
RANCANGAN EVALUASI
8.1 Organoleptis
Organoleptis merupakan uji karakteristik fisiko-kimia yang dilakukan dengan
pengamatan secara visual. Dimana adanya perubahan konsistensi, warna, bau selama
pemeriksaan, indikasi terjadinya ketidakstabilan sediaan.
8.2 pH
Cara kerja:
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas indicator.
8.3 Viskositas

Alat : Viskometer Brokfield


Cara kerja
1. Nyalakan alat
2. Pasang ristal pada gantungan ristal
3. Turunkan ristal sampai batas tercelup ke dalam cairan sediaan yang akan diuji
viskositasnya
4. Nyalakan motornya dan biarkan spindel berputar
5. Pembacaan skala rentang antara 10-100
6. Dengan meengubah rpm, didapatkan viskositas pada berbagai rpm

8.4 Daya Sebar

Dua lempeng kaca dengan ketebalan yang berbeda tebal dan sedikit tipis.
Anak timbangan
Cara kerja :
1. Timbang sediaan sebanyak 5 gram
2. Meletakkan 5 gram sediaan di pusat antara dua lempeng kaca yang diberi alas
kertas grafik
3. Lempeng sebelah atas diberi beban dalam interval waktu tertentu ditingkatkan
bebannya
4. Mengukur diameter penyebaran pada setiap penambahan beban
5. Penambahan beban dihentikan saat sediaan berhenti menyebar
6. Membuat grafik profil penyebaran (gravik antara berat beban vs diameter
lingkaran penyebaran)
7. Hitung harga slope.

28

8.5 Uji acceptabilitas sediaan :


Dalam uji aseptabilitas sediaan ini, digunakan teknik respondensi. Dimana jumlah
responden yang digunakan adalah sebanyak 10 responden.
a. Sensasi sediaan
Tidak dingin

Agak dingin

Dingin

Sangat Dingin

b. Kelembutan
Tidak Lembut

Agak lembut

Lembut

Sangat lembut

c. Kemudahan pengolesan
Tidak mudah

Agak mudah

Mudah

Sangat mudah

d. Bekas
Tidak berbekas

Agak berbekas

Berbekas

Sangat berbekas

e. Kemudahan Dicuci
Sulit

Agak sulit

Mudah

Sangat mudah

Lengket

Sangat lengket

f. Kelengketan
Tidak Lengket

Agak lengket

g.

29

BAB IX
HASIL
9.1 Formula Terpilih
Oinment (300 g)
No
1
2
3
4
5

Bahan
Oleum Cajuputi
Metilsalisilat
Vaselin album
BHT
Parafinliquidum

Fungsi
Bahanaktif
Bahanaktif
Basis
Anti oksidan
Basis

Rentang
5-10 %
Up to 100 %
0.0075 0.1 %
0.1 95 %

% dipakai

Jumlah 300 g

10 %
3%
72.9 %
0.1 %
14 %

30.00 g
9.00 g
218.70 g
0.30 g
42.00 g

Perhitungan bahan
1. Oleum cajuputi
10 x 300 g = 30.00 g
100
2. Metil salisilat
3 x 300 g = 9.00 g
100
3. Vaselin album
72.9 x 300 g = 218.70 g
100
4. BHT
0.1 x 300 g = 0.30 g
100
5. Parafin liquidum
14 x 300 g = 42.00 g
100
Cara Kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ditimbang semua bahan sesuai berat masing-masing.


Dileburkan paraffin liquidum dan vaselin album.
Buat mortir panas.
Masukkan hasil leburan pada mortir panas,aduk ad homogen.
Masukkan BHT (larutan dengan parafin liq)aduk ad homogen.
Masukkan ol cajuputi dan metal salisilat diaduk ad homogen ad terbentuk
ointment

Bagan alir
lebur paraffin liquidum
dan vaselin album
30

Ditimbang semua bahan

buat mortir panas

BHT

.
.
Aduk ad homogen

Masukkan ol cajuputi
dan metal salisilat.

Larutkan dengan
parafin liq

Aduk ad homogen
ad terbentuk
ointment

9.2 Hasil Evaluasi Formula Terpilih


a. Organoleptis
- Warna : Putih
- Bau : Khas aroma minyak kayu putih
- Tekstur: Lembut
b. pH
Formula 1
=5
Formula 2
= 5,5
Formula scale up
= 5,5
c. Viskositas
: 3.000 dPa.s
d. Daya Sebar
Berat kaca : 182.29 gram
Diameter sediaan sebelum diberi beban : 4.5 cm
Beban
192.29 g
202.29 g
232.29 g
282.29 g
382.29 g
482.29 g
582.29 g
682.29 g

Diameter
4.6
4.7
4.8
4.9
5.1
5.3 (mulaiterdapatlubang-lubang)
5.5
5.8
31

782.29 g
882.29 g
982.29 g
1082.29 g
1132.29 g

6.0
6.2
6.4
6.6
7.0

Perhitungan regresi slope didapatkan 0,200x + 4,203


Jadi, daya sebar Oinment 0,200 cm/gram.

Grafik Daya Sebar Ointment


8
6
4
Diameter (cm)

f(x) = 0.2x + 4.2


R = 0.98
Diameter (cm)
Linear (Diameter (cm))

2
0

Beban (gram)

32

Prosentase

Penilaian
Parameter
1

Kemudahan
dioleskan
Sensasi

ditinggalkan
Kelengketa
n
Kemudahan
dicuci

Kelembutan
Bekas yang

(%)
dapa
t

Maks

38

40

95

16

40

40

35

40

87,5

35

40

87,5

33

40

82,5

29

40

72,5

158

240

77,5

Total
e. Uji akseptabilitas sediaan
Jumlah responden 10 orang
Kriteria :

1 = Sangat jelek, 2= Agak Jelek, 3 = Bagus, 4 = Sangat bagus

Grafik Batang Penilaian


20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

8
2
3
Sangat6Bagus

6
5
1
1

Bagus 5
1

4
3
Agak jelek
4

3
5

Sangat Jelek
3

33

Grafik % Prosen Akseptabilitas


% Prosen Akseptabilitas
95
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

87.5

87.5

82.5
72.5

40
% prosen

Parameter Prosentase % :
<25%

= Sangat Jelek

25-50%

= Jelek

50-75%

= Bagus

75-100%

= Sangat Bagus

34

BAB X
PENUTUP
10.1 Pembahasan
Dalam praktikum Farmasetika Sediaan Semisolida ini formula yang dibuat
adalah sediaan Oinment Oleum Cajuputi. Minyak kayu putih (USP 1820-1936)
adalah minyak atsiri yang diperoleh dari daun segar dan ranting dari beberapa jenis
Melaleuca leucadendra (Familia Myrtaceae), dan dimurnikan dengan destilasi uap.
Tanaman ini dapat berupa belukar atau pohon yang dapat ditemui di Indonesia Timur
dan Australia. Mayoritas produksi minyak atsiri atau minyak kayu putih ialah di
Pulau Buru dan Banda. Minyak kayu putih mengandung 50-60% eukaliptol
(cajuputol), terpineol dan bermacam-macam terpen. Minyak kayu putih mempunyai
khasiat untuk penggunaan eksternal dan internal. Minyak kayu putih juga digunakan
secara eksternal sebagai counter irritant cara kerjanya berdasarkan kenyataanadanya
persarafan segmental yang sama antara organ visceral dengan kulit. Counter
irritantyang digosokkan di kulit diduga akan merangsang reflex akson akibat
relaksasi/vasodilatasi di organ visceral dengan persarafan segmental yang sama.
secara internal, minyak kayu putih digunakan sebagai : stimulan, karminatif,
mengeluarkan keringat.
Oleum Cajuputi dibuat sediaan topikal dengan bentuk sediaan oinment.
Alasan dibuat ointment adalah karena sifat oleum cajuputi sendiri yang tidak larut
dalam air, dan juga lebih kami fungsikan produk ini sebagai muscle relaxant sehingga
sediaan diinginkan lekat lebih lama di permukaan kulit atau diinginkan oklusifitas
yang tinggi sehingga dibuat sediaan oinment.
Oinment memiliki beberapa macam basis, diantaranya hidrokarbon base, oil
and fattyacid base, silicon base, absorbstion base, emulsifying base, dan water soluble
base. Semua basis oinment bersifat anhydrous dan greasy, namun tingkat
oklusifitasnya berbeda-beda. Untuk optimasi kami mencoba membuat Oinment
cajuputi dengan basis hidrokarbon namun berbeda pada formula 1 basis hidrokarbon

35

yang dipakai ialah Cera alba dan Vaselin album sedangkan formula 2 menggunakan
basis campuran Vaselin album dan Paraffin Liquidum.
Dibuat 2 formula sediaan Oinment yang menggunakan basis hidrokarbon,
setelah dievaluasi maka ada salah satu formulasi yang terpilih yaitu formula 2karena
memberikan konsistensi yang bagus sesuai yang diinginkan dn pH yang memenuhi
spesifikasi sediaan.Bahan-bahan yang dipilih untuk dibuat Scale Upmenjadi 15
kalinya adalah Oleum cajuputi, metil salisilat, vaselin album, Paraffin Liquidum dan
BHT. Pembuatan sediaan ini sangat bergantung pada metode pembuatan. Metode
yang digunakan adalah metode pencampuran. Metode ini dikenal pula dengan metode
incorporation dimana jika bahan aktif larut dalam minyak, maka dapat dilarutkan
dalam minyak pula. Kemudian larutan tersebut ditambahkan kedalam bahan
pembawa bagian per bagian sambil diaduk sampai homogen.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa formula yang terpilih (scale up) Oinment
yang dibuat memenuhi spesifikasi sediaan yang diinginkan, karena tidak terjadi
perubahan yang signifikan pada konsistensi, organoleptis dan viskositasnya yang
terbentuk dan tidak terjadi perubahan pH setelah pemeriksaan seminggu setelah
diproduksi untuk Organoleptisnya sediaan tetap berbau Oleum Cajuputi dan
warnanya putih.
Pada grafik % prosen akseptabilitas, kami memilih 10 responden dari
mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Ditinjau
dari segi akseptabilitas, Sediaan Oinment yang kami buat dalam kemudahan
pengolesan mendapatkan hasil sangat mudah dioles dan meraih prosentase tertinggi
sebesar 95%. Namun, sensasi yang ditimbulkan menurut responden tidak dingin dan
mempunyai prosentase yang diperoleh sebesar 40 %. Kelembutan dari sediaan
Oinment ini sangat lembut dan mempunyai prosentase yaitu 87,5%. Sediaan Oinment
kelompok kami juga menurut responden tidak lengket, mudah dicuci, dan tidak
meninggalkan bekas apabila digosok ataupun dihilangkan dari pemakaian.
Viskositas menyatakan besarnya tahanan yang dihasilkan oleh sediaan
Oinment. Viskositas dari Scale up Oinment yang kami buat bernilai sebesar 3.000 cP

36

sudah memenuhi standar viskositas oinment yang ideal. pH yang diuji dari sediaan
krim ini juga konstan. Pada saat awal pembuatan langsung dicek pH dan mengasilkan
nilai sebesar 5,5. Setelah 2 minggu penyimpanan, lalu kembali di cek pH
menghasilkan nilai sebesar 5,5. Jadi, bisa disimpulkan bahwa pH sediaan Oinment
yang kami buat Stabil dalam penyimpanan 2 minggu.
Dilihati dari grafik daya sebar, Oinment mempunyai daya sebar sebesar 0,200
cm/gram yang didapatkan dari hasil slope (b) dengan regresi antara diameter dan
beban. Semakin besar nilai daya sebar maka semakin kecil nilai viskositas yang
dihasilkan karena viskositas atau kekentalan berpengaruh pada daya sebar begitupun
sebaliknya semakin kecil nilai daya sebar maka semakin besar nilai viskositas suatu
sediaan.

37

10.2 Kesimpulan
1. Dari beberapa formulasi yang telah kami cobakan, maka menurut kelompok
kami bahan tambahan yang cocok untuk Oinment dengan bahan aktif Oleum
Cajuputi yaitu terdiri darimetil salisilat, vaselin album, Paraffin Liquidum dan
BHT.
2. Metode pembuatan Oinment kali ini yaitu dengan metode pencampuran
(incorporation). Bahan aktif yang larut dalam fase minyak kemudian bahan
tambahan dimasukan satu persatu sambil diaduk ad homogen.
3. Hasil evaluasi sediaan Oinment yaitu menghasilkan nilai pH sebesar 5,5.
Viskositas 3.000 cP. Daya sebar sebesar 0,200 cm/gram. Warna Oinment tetap
putih setelah melewati penyimpanan beberapa minggu dan bau yang
dihasilkan juga tetap stabil yaitu Oleum Cajuputi. Ditinjau dari segi
akseptabilitas, sediaan krim yang kami buat bisa dikatakan bagus karena
memperoleh rata-rata prosentase sebesar 77,5%.

38

BAB XI
RANCANGAN PENANDAAN
1. Kemasan Primer

2. Kemasan Sekunder

39

3. Brosur

40

DAFTAR PUSTAKA
Aiache, J.M. (1982). Farmasetika 2. Biofarmasi. Edisi Kedua. Penerjemah : Widji
Soeratri. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press.
Ansel, C.H. (1989). Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah: Farida Ibrahim. Cetakan
Pertama. Edisi IV. Penerbit UI Press. Jakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Barry, B.W. (1983) Dermatological Formulation, Percutaneous, Absorption, Vol.18,
New

York: Marcel Dekker Inc., pp.1-33, 49- 67, 95-116, 234-255, 396-400

Departemen Kesehatan RI (1995) Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta:


Departemen

Kesehatan RI

Gordon, L. F., 2002, Cutaneus and Transdermal Delivery-Processes and Systems of


Delivery, in Banker, G. S., Rhodes, C. T., Modern Pharmaceutics, Fourth
edition, 204, Marcel Dekker, New York.
Idzon, B., dan Lazarus, J., 1986, Semi Solid, dalam Lachman, L. Lieberman, H. A.,
Kanig, J. Johnson, R. dan Steer, R., 2006, Methyl Paraben, In: Rowe, R. C.,
Shesky, P. J., and Owen, S. C. (eds.), Handbook of Pharmaceutical
Excipients, Fifth Edition, 466, Pharmaceutical Press, UK
L., The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 1091-1099, Lea and Febiger,
Philadelphia.
Lachman, L., dkk (1994). Teori and Praktek Farmasi Industri II. Edisi III. Jakarta: UI
Press.
Martin, A.N., Swarbrick, J., dan Cammarata, A. (1983). Physical Pharmacy. Edisi III.
Philadelphia: Lea & Febiger.
Oyedeji, adebola et all. 1999. Antimicrobial Activity Of The Essential Oils Of Five
Eucalyptus Species Growing In Nigeria.
Silva, jeane et all. 2003. Analgesic and anti-inflammatory effects of essential oils of
eucalyptus.
Sweetman, S.C. (2009). Martindale 36 The Complete Drug Reference. London: The
Pharmaceutical Press.

41

Voigt., R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendani
Noerono Soewandhi, 311-313, 803-806, Gadjah Mada University Press,
Jogjakarta.
Walters, Kenneth A. 2002. Dermatological And Transdermal Formulations. Marcel
Dekker Inc : New York
Zopf, L. C, and Blang, S. M, 1974, Semi Solid Dosage Forms, Ointment, Creams and
Paste, dalam Dittert, L. W, Sprowls American Pharmacy and Introduction to
Pharmaceutical Tehniques and Dosage Forms, Edisi VII, J. B. Lippincott
Company, Philadelphia, Toronto.

42

Anda mungkin juga menyukai