Anda di halaman 1dari 100

STUDI LITERATUR FORMULASI SUNSCREEN

DENGAN BAHAN AKTIF EKSTRAK KULIT NANAS,


EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA DAN EKSTRAK
DAUN KELOR

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

DEVI CRISTY

17334012

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2021
LEMBAR PENGESAHAN
STUDI LITERATUR FORMULASI SUNSCREEN DENGAN BAHAN
AKTIF EKSTRAK KULIT NANAS, EKSTRAK BUAH MAHKOTA
DEWA, DAN EKSTRAK DAUN KELOR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Farmasi

Nama : Devi Cristy

NPM : 17334012

Pembimbing I Pembimbing II

(apt. Dra. Nurul Akhatik. M.Si.) (apt. Yayah S. Djuariah M.Si.)

ii
Institute Sains dan Teknologi Nasional
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah dinyatakan benar.

Nama : Devi Cristy

NPM : 17334012

Tanggal : April 2021

iii
Institute Sains dan Teknologi Nasional
HALAMAN PERNYATAAN NON PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Devi Cristy

NPM :17334012

Mahasiswa : Institut Sains dan Teknologi Nasional

Tahun Akademik : 2020/2021

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Tugas


Akhir yang berjudul “Studi Literatur Formulasi Sunscreen Dengan Bahan Aktif
Ekstrak Kulit Nanas, Ekstrak Buah Mahkota Dewa dan Ekstrak Daun Kelor”

Apabila suatu saat nanti saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, April 2021

Devi Cristy

iv
Institute Sains dan Teknologi Nasional
ABSTRAK
Nama : Devi Cristy

Program Studi : Farmasi

Judul : Studi Literatur Formulasi Sunscreen Dengan Bahan Aktif Ekstrak


Kulit Nanas, Ekstrak Buah Mahkota Dewa dan Ekstrak Daun Kelor

Sunscreen adalah agen fotoprotektif terhadap radiasi Ultraviolet (UV) dan


digunakan sebagai pertahanan kulit terhadap efek berbahaya dari radiasi ultraviolet
secara langsung. Buah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), Kulit Buah Nanas
(Ananas comosus) dan Daun kelor (Moringa oilefera) adalah tanaman yang
termasuk memiliki sifat agen fotoprotektif yang dapat menjadi bahan aktif dalam
formulasi sunscreen natural. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
bahan alam sebagai bahan aktif sunscreen dan kualitas fisik sediaan sunscreen
dengan zat aktif berbahan alam. Metode Penelitian yang dilakukan adalah meninjau
hasil pengujian Sun Protection Factor (SPF) dengan Spektrofotometer pada
beberapa hasil penelitian yang terkait dengan formulasi sunscreen dan evaluasi
sediaan sunscreen berbahan aktif buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), kulit
buah nanas (Ananas comosus), dan daun kelor (Moringa oilefera). Hasil dan
Kesimpulan menunjukkan bahwa ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa), kulit buah nanas (Ananas comosus), dan daun kelor (Moringa
oilefera) memiliki efektivitas sebagai sunscreen dan memiliki kualitas fisik yang
baik pada formulasi sediaan sunscreen dengan ekstrak buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa), kulit buah nanas (Ananas comosus), dan daun kelor
(Moringa oilefera).
Kata kunci : Formulasi, Evaluasi, Sunscreen, Kulit Buah Nanas, Buah Mahkota
Dewa, Daun Kelor

v
Institute Sains dan Teknologi Nasional
ABSTRACT

Name : Devi Cristy

Study Program: Pharmacy

Title : Literature Study of Sunscreen Formulation With Active Ingredients


Pineapple Peel Extract, Mahkota Dewa Fruit Extract and Moringa Leaf Extract

Sunscreen is a photoprotective agent against direct Ultraviolet (UV)


radiation and is used as a skin defense against the harmful effects of direct
ultraviolet radiation. Mahkota dewa fruit (Phaleria macrocarpa), pineapple peel
(Ananas comosus) and Moringa leaf (Moringa oilefera) are plants that include
photoprotective agent properties that can be active ingredients in natural sunscreen
formulations. This study aims to determine the effectiveness of natural ingredients
as active sunscreen ingredients and the physical quality of sunscreen preparations
with natural active ingredients. The research method is to review the result of the
Sun Protection Factor (SPF) with a spectrophotometer in several literature studies
related to sunscreen formulations and evaluation of sunscreen preparations with
the active ingredients of Mahkota Dewa fruit (Phaleria macrocarpa), pineapple
peel (Ananas comosus), and Moringa leaves. ( Moringa oilefera). The results and
conclusions showed that the extracts of the fruit of the crown of the gods (Phaleria
macrocarpa), the skin of the pineapple (Ananas comosus), and the leaves of the
Moringa (Moringa oilefera) were effective as sunscreens and had good physical
qualities in the formulation of sunscreen with the extract of the fruit of the crown of
the gods ( Phaleria). macrocarpa), pineapple peel (Ananas comosus), and Moringa
leaf (Moringa oilefera).
Keywords: Formulation, Evaluation, Sunscreen, Pineapple Peel, Mahkota Dewa
Fruit, Moringa Leaves

vi
Institute Sains dan Teknologi Nasional
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yesus, oleh karena
anugerahNya yang melimpah, kemurahan dan kasih setiaNya yang besar, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Studi Literatur Formulasi
Sunscreen Dengan Bahan Aktif Ekstrak Kulit Nanas, Ekstrak Buah Mahkota Dewa
dan Ekstrak Daun Kelor” guna memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai
gelar Sarjana Farmasi dijurusan Farmasi Fakultas Farmasi Institut Sains dan
Teknoloogi Nasional.

Dengan tersusunnya skripsi ini penulis ingin menyampaikan ucapan


terimakasih kepada Dosen Pembimbing saya yaitu ibu apt. Dra. Nurul Akhatik. M.Si.,
dan ibu apt. Yayah S. Djuariah M.Si yang sudah membimbing dan membantu penulis
dengan ketelitian dari awal hingga akhir proses menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas akhir ini dapat


terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan, serta arahan dari banyak pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. apt Dr. Refdanita, M.Si. selaku dekan Fakultas Farmasi Institut Sains
dan Teknologi Nasional
2. apt Amelia Febriani, S. Farm.,MSi, selaku Pembimbing Akademik yang
telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam proses studi dan Segenap dosen Farmasi
yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.
3. Kedua orang tua tercinta, Dani Cristian, Dianita Cristiani, dan Keluarga
Besar yang tak henti-hentinya memberi semangat, doa dan perhatian
baik secara material maupun moral sampai saat ini.
4. Sahabat-sahabat terbaik saya yaitu kak Rina, kak Wayan, kak Rahmi,
Anisa, Ibu Wiwik, Arif, kak Azzam, kak Hafiz, kak Agam, Doni,
Revanda, kak Steven serta Mahasiswa/I Farmasi Institut Sains dan
Teknologi Nasional, khususnya angkatan 2017 yang telah bersama-
sama dalam berjuang dalam perkuliahan dari awal hingga proses
penyelesaian tugas akhir

vii
Institute Sains dan Teknologi Nasional
5. Semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya tugas akhir
skripsi yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu.
6. Dan yang tidak akan pernah saya lupakan yaitu Tuhan Yesus yang telah
memberikan saya ilham untuk mengerjakan tugas akhir skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang terbaik atas
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi dapat bermanfaat, baik bagi penulis
maupun bagi semua pihak pembaca.

Jakarta, Juni 2021

Penulis

viii
Institute Sains dan Teknologi Nasional
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN NON PLAGIAT..................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xiii
DAFTAR DIAGRAM........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
BAB 1.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................3
BAB II ......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
2.1 Kulit ................................................................................................................4
2.2 Radiasi Sinar Matahari ...................................................................................8
2.2.1 Matahari.......................................................................................................8
2.2.2 Sinar Matahari .............................................................................................9
2.2.3 Radiasi Sinar Matahari Dan Efek Samping Radiasi Sinar Matahari .........11
2.3 Mekanisme Fotoreaksi..................................................................................13
2.4 Kosmetik.......................................................................................................16
2.5 Sunscreen......................................................................................................17
2.5.1 Sunscreen Herbal .......................................................................................20
2.5.2 Faktor Sun protection ................................................................................23
2.5.3 Sediaan Sunscreen .....................................................................................27
2.6 Kulit Nanas ...................................................................................................29
2.6.1 Klasifikasi ..................................................................................................29
2.6.2 Nama Umum .............................................................................................29

ix
Institute Sains dan Teknologi Nasional
2.6.3 Morfologi...................................................................................................29
2.6.4 Konstituen Aktif dan Kegunaan ................................................................30
2.6.5 Ekstrak Kulit Nanas sebagai Sunscreen ....................................................30
2.7 Buah Mahkota Dewa ....................................................................................31
2.7.1 Klasifikasi ..................................................................................................31
2.7.2 Nama Umum .............................................................................................32
2.7.3 Morfologi...................................................................................................32
2.7.4 Konstituen Aktif dan Kegunaan ................................................................33
2.7.5 Ekstrak Buah Mahkota Dewa Sebagai Sunscreen .....................................34
2.8 Daun Kelor ...................................................................................................34
2.8.1 Klasifikasi ..................................................................................................34
2.8.2 Nama Umum .............................................................................................35
2.8.3 Morfologi...................................................................................................36
2.8.4 Konstituen Aktif dan Kegunaan ................................................................36
BAB III...................................................................................................................38
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................38
3.1 Objek Penelitian ...........................................................................................38
3.2 Metode Penelitian .........................................................................................38
3.2.1 Proses Pencarian (Search Process) ...........................................................38
3.2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...............................................................39
3.3 Alasan Pemilihan Jurnal ..........................................................................40
3.4 Diagram Alir.................................................................................................40
BAB IV ..................................................................................................................41
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................41
4.1 Hasil Pencarian Data ....................................................................................41
4.2 Matriks..........................................................................................................41
4.3 Hasil dan Pembahasan ..................................................................................44
4.3.1 Hasil Ekstraksi Bahan Alam dan Hasil Identifikasi Ekstrak Bahan Alam 44
4.3.2 Uji Antioksidan Ekstrak Bahan Alam .......................................................47
4.3.3 Uji Sun Protection Factor (SPF) Ekstrak Bahan Alam.............................49
4.3.4 Formulasi Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam ........................................50
4.3.5 Uji Organoleptis Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam .............................54
4.3.6 Uji Homogenitas pada Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam ....................57
4.3.7 Uji Daya Sebar pada Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam .......................60

x
Institute Sains dan Teknologi Nasional
4.3.8 Uji pH pada Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam.....................................62
4.3.9 Uji Viskositas pada Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam .........................65
4.3.10 Uji SPF pada Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam .................................68
BAB V ....................................................................................................................72
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................72
5.1 Simpulan ..................................................................................................72
5.2 Saran ........................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................73
LAMPIRAN ...........................................................................................................81

xi
Institute Sains dan Teknologi Nasional
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis kulit dan Reaksi kulit terhadap sinar UV (Donglikar & Dheore, 2016)
..................................................................................................................................8
Tabel 2. Mekanisme fotoproteksi senyawa antioksidan (Ngoc, et al., 2019) ........23
Tabel 3. Nilai uji SPF dengan Kelas Perlindungan (Hanrahan, 2012)...................24
Tabel 4. Fungsi produk yang dinormalisasi digunakan dalam penghitungan SPF 27
Tabel 5. Hasil Pencarian Data ................................................................................41
Tabel 6. Matriks Metode Studi Literatur................................................................42
Tabel 7. Metode Ekstraksi Bahan Alam Yang Digunakan ....................................44
Tabel 8. Hasil Pengujian Skrinning Ekstrak Bahan Alam .....................................46
Tabel 9. Hasil Uji Antioksidan Ekstrak Bahan Alam ............................................48
Tabel 10. Hasil Uji SPF Ekstrak Bahan Alam .......................................................49
Tabel 11. Formulasi Sunscreen Sediaan Gel dari Ekstrak Bahan Alam ................50
Tabel 12. Formulasi Sunscreen Sediaan Losio dari Ekstrak Bahan Alam.............52
Tabel 13. Formulasi Sunscreen Sediaan Mikroemulsi dari Ekstrak Bahan Alam .53
Tabel 14. Hasil Pengujian Organoleptis Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota Dewa,
Kulit Nanas dan Daun Kelor ..................................................................................55
Tabel 15. Hasil Pengujian Homogenitas Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Kulit Nanas dan Daun Kelor ..................................................................................58
Tabel 16. Hasil Pengujian Daya Sebar Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Kulit Nanas dan Daun Kelor pada Literature .........................................................60
Tabel 17. Hasil Pengujian pH Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota Dewa Kulit Nanas
dan Daun Kelor ......................................................................................................63
Tabel 18. Hasil Pengujian Viskositas Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota Dewa Kulit
Nanas dan Daun Kelor ...........................................................................................65
Tabel 19. Hasil Pengujian Sun Protective Factor (SPF) pada Sunscreen Sunscreen
Ekstrak Buah Mahkota Dewa Kulit Nanas dan Daun Kelor pada Literature .........69

xii
Institute Sains dan Teknologi Nasional
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur dari kulit (Shai, et al., 2009).....................................................4


Gambar 2. Penampakan melintang kulit (Shai, et al., 2009)....................................5
Gambar 3. Spektrum luas dari panjang gelombang radiasi elektromagnetik matahari
(Shai, et al., 2009) ....................................................................................................9
Gambar 4. Sinar Ultraviolet (Shai, et al., 2009).......................................................9
Gambar 5. Kedalaman Sinar UV Menurut Panjang Gelombang (Kulkarni, et al.,
2014).......................................................................................................................10
Gambar 6. Sinar UVA dan Sinar UVB terhadap kulit (Kulkarni, et al., 2014) .....11
Gambar 7. Efek radiasi UV yang merusak (Kulkarni, et al., 2014) .......................12
Gambar 8. Bintik matahari di punggung dan samping tangan (Shai, et al., 2009) 12
Gambar 9. Tanda-tanda Visual Photodamage ........................................................13
Gambar 10. Mekanisme Fotoreaksi (Saraf & Kaur, 2010) ....................................14
Gambar 11. Ilustrasi skematis peradangan yang diinduksi UV, hilangnya kolagen,
dan kerusakan jaringan (Mishra, et al., 2011) ........................................................15
Gambar 12. Perlakuan Sunscreen secara Fisika (Shai, et al., 2009) ......................18
Gambar 13. Perlakuan Sunscreen secara Kimiawi (Shai, et al., 2009) ..................18
Gambar 14. Ilustrasi definisi faktor perlindungan matahari (SPF), termasuk radiasi
UV yang disaring dan ditransmisikan (Ngoc, et al., 2019) ....................................25
Gambar 15. Kulit Buah Nanas (Das, et al., 2019)..................................................29
Gambar 16. Buah Mahkota Dewa (Alara, et al., 2016)..........................................32
Gambar 17. Daun Kelor (Varsha, et al., 2018) ......................................................35
Gambar 18. Grafik Viskositas Literature Kedua dengan Sifat Alir Pseudoplastis 68

xiii
Institute Sains dan Teknologi Nasional
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Pengaruh ROS pada kulit (Mishra, et al., 2011) .................................16


Diagram 2. Klasifikasi agen sunscreen (Ngoc, et al., 2019) ..................................19
Diagram 3 Diagram alir studi literature .................................................................40

xiv
Institute Sains dan Teknologi Nasional
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Literature 1.........................................................................................81


Lampiran 2. Literature 2.........................................................................................81
Lampiran 3. Literature 3.........................................................................................82
Lampiran 4. Literature 4.........................................................................................82
Lampiran 5. Literature 5.........................................................................................83
Lampiran 6. Literature 6.........................................................................................83
Lampiran 7. Literature 7.........................................................................................84
Lampiran 8. Pencarian Jurnal .................................................................................84

xv
Institute Sains dan Teknologi Nasional
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Radiasi ultraviolet (UV) didefinisikan sebagai bagian dari radiasi
elektromagnetik yang terletak di antara sinar-X dan cahaya tampak yang
berkisar dari 200 hingga 400 nm. Paparan radiasi UV adalah faktor kunci
penyebab masalah kulit seperti retakan, luka bakar, penekanan kekebalan,
keriput, dermatitis, urtikaria, penuaan, hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan
yang paling sulit adalah kanker kulit. Peran radiasi infra merah pada kerusakan
kulit tidak jelas. (Donglikar & Dheore, 2016).

Salah satu perlindungan yang dapat dilakukan untuk membantu


mengurangi efek paparan sinar matahari adalah dengan menggunakan sediaan
kosmetik sunscreen dengan cara mengaplikasikannya sebelum terkena sinar
matahari (Geraldine & Hastuti, 2018). Sunscreen adalah agen fotoprotektif
terhadap radiasi Ultraviolet (UV) langsung dan digunakan sebagai pertahanan
kulit terhadap efek berbahaya dari radiasi ultraviolet secara langsung (Yanti, et
al., 2019).

Antioksidan biasanya digunakan dalam formulasi kosmetik untuk


mencegah penuaan kulit. Sebagian besar formulasi saat ini mengandung
setidaknya satu zat dengan sifat antioksidan (Cefali, et al., 2016). Antioksidan
merupakan senyawa pemberi elektron, dapat meredam radikal bebas dan
Reactive Oxygen Species. Penggunaan antioksidan pada sediaan sunscreen
dapat meningkatkan aktivitas fotoprotektif dan dapat mencegah berbagai
penyakit yang ditimbulkan oleh radiasi sinar ultraviolet (Noviardi, et al.,
2019).

Penelitian yang baru-baru ini diterbitkan, telah melaporkan efek


menguntungkan dari senyawa antioksidan yang diturunkan dari tumbuhan,
terutama karotenoid dan flavonoid dalam tabir surya karena melindungi

1 Institute Sains dan Teknologi Nasional


2

terhadap kerusakan akibat sinar matahari (Cefali, et al., 2016). Adapun


beberapa senyawa aktif antioksidan lain seperti tanin, antrakuinon, sinamat,
vitamin C, vitamin E, dan betakaroten telah dilaporkan memiliki kemampuan
sebagai pelindung terhadap sinar ultraviolet (Noviardi, et al., 2019). Senyawa
dengan cincin aromatik dapat menyerap sinar UV, terutama UVA dan UVB
pada kisaran panjang gelombang 200–400 nm dengan SPF dari 7,34 hingga
9,97. Oleh karena itu, senyawa fenolik seperti flavonoid dapat digunakan
sebagai filter matahari (Cefali, et al., 2016).

Kulit nanas mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, dan steroid.


Penelitian lain yang telah dilakukan juga membuktikan bahwa kulit nanas
mengandung flavonoid dan tanin yang dapat bekerja sebagai bahan aktif tabir
surya (Mutiah, et al., 2019). Buah mahkota dewa mengandung alkaloid,
saponin, polifenol, fenolat glikosida, asam dodekanoat, asam palmitat, etil
stearat dan sukrosa, benzofenon dan senyawa aktif turunan alami yang
memiliki aktivitas tabir surya yang efektif (Yanti, et al., 2019). Salah satu
tanaman obat yang potensial adalah daun kelor. Tanaman ini mengandung
vitamin A, vitamin C, vitamin E, kalsium, seng, polifenol, alkaloid, glukosinat,
isotiosianat, tanin, dan saponin serta mampu menyerap sinar ultraviolet
(Indrayani, et al., 2020).

Efektivitas sediaan krim tabir surya berdasarkan pada penentuan nilai


Sun Protection Factor (SPF) yang menggambarkan kemampuan tabir surya
dalam melindungi kulit dari eritema (Noviardi, et al., 2019). Tabir surya lebih
populer dalam bentuk losion, krim, gel, semprotan, batang, dan minyak
(Donglikar & Dheore, 2016).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


3

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana efektivitas ekstrak kulit nanas, ekstrak buah mahkota dewa dan
ekstrak daun kelor sebagai sunscreen?
2. Bagaimana kualitas fisik dari setiap sediaan sunscreen hasil formulasi
dengan bahan aktif ekstrak kulit nanas, ekstrak buah mahkota dewa dan
ekstrak daun kelor?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui efektivitas bahan alam dari ekstrak kulit nanas, ekstrak
buah mahkota dewa dan ekstrak daun kelor sebagai sunscreen
2. Untuk mengetahui kualitas fisik dari setiap sediaan formulasi sunscreen
ekstrak kulit nanas, ekstrak buah mahkota dewa dan ekstrak daun kelor

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efek
senyawa fotoprotektif dari ekstrak tanaman dan formulasi sunscreen dari
berbagai sediaan yang ada sehingga dapat dikembangkan menjadi sunscreen
dan bermanfaat bagi pengguna serta menambah nilai tambah bagi tanaman –
tanaman tersebut.

Institute Sains dan Teknologi Nasional


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit
Kulit (Cutis) adalah organ kompleks yang menutupi seluruh permukaan
tubuh, dan tersambung dengan selaput lendir yang melapisi tubuh (Kanitakis,
2002). Kulit juga merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, terdiri dari
dua lapisan yaitu epidermis dan dermis (Shai, et al., 2009). Kulit merupakan
organ tubuh terbesar, karena kulit menyumbang sekitar 15% dari total berat
badan orang dewasa (Kanitakis, 2002).

Kulit memberikan banyak fungsi vital seperti perlindungan terhadap


agresi fisik, kimia dan biologis eksternal. Hal tersebut dapat terjadi karena
struktur kulit yang kompleks yang terhubung dari berbagai asal seperti epitel,
partikel penyambung, vaskular, otot dan saraf (Kanitakis, 2002). Kulit
terorganisir dalam tiga lapisan, berisi dari atas ke bawah yaitu pertama
epidermis, kedua dermis, dan ketiga hipodermis (Kanitakis, 2002).

Gambar 1. Struktur dari kulit (Shai, et al., 2009)


Epidermis adalah pembentuk lapisan luar. Di dasar lapisan ini, sel terus
membelah, membentuk sel baru. Saat sel dibuat, mereka didorong ke
permukaan oleh sel-sel baru di bawahnya, dan akhirnya mencapai lapisan
keratin. Akhirnya, sel-sel terluar di lapisan keratin terlepas (Shai, et al., 2009).

4 Institute Sains dan Teknologi Nasional


5

Dermis membentuk lapisan di bawah epidermis dan lebih tebal dari


epidermis. Dermis sebagian besar terdiri dari kolagen dan serat elastin. Dermis
juga mengandung pembuluh darah, saraf, organ sensorik, kelenjar sebaceous,
kelenjar keringat, dan folikel rambut. Subkutis adalah lapisan yang terletak di
bawah dermis dan terdiri dari sel-sel lemak (Shai, et al., 2009).

Gambar 2. Penampakan melintang kulit (Shai, et al., 2009)

Ketebalan kulit berkisar antara 1 sampai 4 mm. Ketebalan setiap


lapisannya, bervariasi di berbagai area tubuh. Epidermis umumnya tipis seperti
pada kulit kelopak mata kira-kira 0,1 mm. Epidermis ada juga yang sangat tebal
seperti di telapak kaki dan telapak tangan, dengan kedalaman sekitar 1 mm.
Dermis memiliki ketebalan hingga 20 kali lebih tebal dari epidermis. Dermis
cenderung sangat tebal di bagian belakang, di mana kira-kira 3 sampai 4 mm.
Ada juga variabilitas ketebalan lapisan kulit subkutis, yang cenderung lebih
tebal di area paha dan perut, dan terutama tipis di bagian wajah. (Shai, et al.,
2009).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


6

Fungsi dari kulit adalah bertindak sebagai lapisan pelindung dimana


lapisan kulit terluar terbuat dari keratin yang tangguh berfungsi sebagai
penutup yang melindungi tubuh dari kerusakan mekanis seperti akibat gesekan,
berbagai tingkat tekanan dan berbagai macam benturan, racun kimiawi, sinar
ultraviolet dari matahari, dan agen infeksi seperti bakteri dan jamur. Kulit juga
berfungsi untuk mengirimkan sensasi dimana dermis memiliki banyak saraf,
yang mengirimkan sensasi sentuhan, tekanan, nyeri, dan suhu dari kulit. Fungsi
kulit lainnya adalah membantu mengatur suhu tubuh, dimana saat keringat di
permukaan kulit menguap, memiliki efek mendinginkan, banyaknya keringat
yang keluar dari kulit berbeda-beda tergantung suhu tubuh dan kondisi
lingkungan, dan bisa mencapai beberapa liter per hari, suhu tubuh diatur oleh
perubahan jumlah darah yang mengalir ke kulit, dan penguapan air (Shai, et
al., 2009).

Kulit juga dapat menghasilkan vitamin D, dimana sinar matahari


merangsang produksi vitamin D di kulit. Fungsi kulit lainnya adalah berperan
dalam interaksi sosial, dimana kulit melalui warna, tekstur, dan baunya
“mengirimkan” pesan seksual dan sosial, ketika wajah memerah, akibat dilatasi
pembuluh darah di kulit, mencerminkan rasa malu, menimbulkan ekspresi
wajah yang mencerminkan berbagai emosi (Shai, et al., 2009). Kulit juga
memiliki fungsi kekebalan, endokrin, dan saraf. Semua fungsi ini bisa menurun
seiring bertambahnya usia (Rabe, et al., 2006).

Kulit diklasifikasikan menjadi beberapa jenis didasarkan pada warna


kulit, kecenderungannya timbulnya sengatan matahari, kemampuan tanning,
dan tingkat tanning. Parameter yang diukur adalah kecenderungan terbakar
setelah 30 menit terpapar sinar matahari pada siang hari di awal musim panas,
dan kemampuan tanning. Bergantung pada faktor-faktor ini, seseorang dapat
menentukan tingkat perlindungan yang dibutuhkan terhadap radiasi matahari
(Shai, et al., 2009) :

Institute Sains dan Teknologi Nasional


7

Kulit tipe 1

Orang dengan kulit tipe 1 memiliki kulit pucat, umumnya berambut


pirang atau merah, dan mata berwarna terang. Jika orang-orang dengan kulit
tipe 1 terkena sinar matahari yang cerah selama 30 menit, mereka akan selalu
terbakar dan mereka tidak pernah berjemur (Shai, et al., 2009).

Kulit tipe 2

Jenis kulit 2 kebanyakan dari orang-orang yang memiliki kulit yang


cerah dan mata berwarna cerah. Jika seseorang dengan kulit tipe 2 berada di
bawah sinar matahari selama sekitar 30 menit, biasanya kulitnya akan menjadi
kemerahan dan terbakar sinar matahari, beberapa dari orang-orang ini
berjemur, tetapi hanya setelah berulang kali terpapar sinar matahari (Shai, et
al., 2009).

Kulit tipe 3

Jenis kulit 3 terdapat spektrum kulit yang luas, mulai dari warna yang
relatif cerah hingga yang relatif lebih gelap. Setelah terpapar sinar matahari
selama 30 menit, orang dengan jenis kulit 3 akan menjadi cokelat, meskipun
tingkat tanning bervariasi dari satu orang ke orang lain, setelah terpapar sinar
matahari dalam waktu lama, bisa terbakar (Shai, et al., 2009).

Kulit tipe 4

Orang-orang dengan jenis kulit tipe 4 umumnya memiliki rambut gelap,


mata coklat atau hitam, dan corak yang relatif gelap. Sebagian besar penduduk
Afrika Utara termasuk dalam kategori ini. Mereka menjadi cokelat bahkan
setelah 30 menit terpapar sinar matahari, tetapi tidak akan terbakar (Shai, et al.,
2009).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


8

Kulit tipe 5

Kelompok ini terdiri dari orang-orang berkulit gelap (misalnya orang-


orang dari India). Mereka jarang terbakar sinar matahari, dan selalu berjemur
(Shai, et al., 2009).

Kulit tipe 6

Orang-orang dalam kelompok ini (misalnya Orang asal Afrika)


memiliki kulit yang gelap bahkan di daerah yang tidak pernah terpapar
matahari. Saat terkena sinar matahari, kulit mereka menjadi gelap sampai
coklat tua / hitam. Mereka tidak terbakar sinar matahari (Shai, et al., 2009).

Tabel 1. Jenis kulit dan Reaksi kulit terhadap sinar UV (Donglikar &
Dheore, 2016)

No Jenis Kulit Reaksi kulit terhadap sinar UV


1 1 Selalu terbakar
Tidak pernah cokelat
2 II Selalu mudah terbakar
Minimal kecokelatan
3 III Terbakar secukupnya
Kecokelatan secukupnya
4 IV Luka bakar minimal
Kecoklatan dengan mudah
5 V Jarang terbakar
Kecoklatan dengan mudah dan substansial
6 VI Hampir tidak pernah terbakar
Kecoklatan dengan cepat dan intens
2.2 Radiasi Sinar Matahari
2.2.1 Matahari
Matahari adalah sumber cahaya dan energi. Selain itu sinar matahari
merupakan peningkat mood, pemicu produksi vitamin D, peningkatan
produksi serotonin dan berbagai manfaat lainnya bagi manusia. Di sisi lain,
sinar matahari juga memiliki beberapa efek merusak pada manusia sehingga
paparan berlebihan dapat menyebabkan luka bakar matahari, ruam,
melanoma kulit, kanker kulit, dll (Prasanth, et al., 2019).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


9

2.2.2 Sinar Matahari


Berbagai radiasi berakibat atas efek berbahaya ini. Sinar matahari
terdiri dari 40% sinar tampak, 50% inframerah dan 10% sisanya sinar
ultraviolet. Radiasi ultraviolet dapat dikategorikan menjadi UV A (315-400
nm), UVB (280 -315 nm) dan UV C (200-280 nm) (Prasanth, et al., 2019).

Gambar 3. Spektrum luas dari panjang gelombang radiasi elektromagnetik


matahari (Shai, et al., 2009)

Cahaya tampak terdiri dari warna-warna pelangi berbentuk pita tipis


dari rentang total radiasi yang luas. Panjang gelombang radiasi ultraviolet
berdekatan dengan cahaya violet tampak. Sinar ultraviolet-B (UVB) adalah
emisi berenergi tinggi, yang dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada
jaringan dan sel hidup. UVB adalah jenis radiasi utama yang berakibat atas
sengatan matahari, tanning, dan munculnya tumor kulit setelah terpapar sinar
matahari secara kumulatif dalam waktu lama (Shai, et al., 2009).

Gambar 4. Sinar Ultraviolet (Shai, et al., 2009)

Institute Sains dan Teknologi Nasional


10

Tingkat energi sinar ultraviolet-A (UVA) lebih rendah daripada sinar


UVB, sehingga lebih sedikit menyebabkan kerusakan kulit. Sampai saat ini,
sinar UVA dianggap memberikan tanning yang "aman’. Namun, sinar UVA
pun dapat menyebabkan kerusakan kulit. Selain itu, sinar UVA menembus
lebih dalam ke kulit daripada sinar UVB, menyebabkan kerusakan pada serat
elastin yang terletak lebih dalam di kulit, dan dengan demikian mempercepat
penuaan kulit (Shai, et al., 2009).

Gambar 5. Kedalaman Sinar UV Menurut Panjang Gelombang (Kulkarni, et


al., 2014)

Fakta lain yang harus diingat adalah sinar UVB tidak menembus kaca,
sedangkan sinar UVA dapat menembus kaca. Karenanya, misalnya saat
berkendara di dalam mobil dengan jendela tertutup, kerusakan kulit bisa
terjadi karena radiasi UVA. Makanya, di dalam mobil ber-AC, orang
cenderung lupa bahwa kulitnya masih terpapar radiasi ultraviolet. Oleh
karena itu, tidak disarankan untuk tetap terkena sinar matahari meskipun
melalui jendela kaca. Tanning di beranda juga dapat merusak kulit (Shai, et
al., 2009). Radiasi UV terutama di bawah 320 nm mengakibatkan sebagian
besar efek yang merusak tergantung pada panjang dan frekuensi pemaparan
(Kulkarni, et al., 2014).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


11

2.2.3 Radiasi Sinar Matahari Dan Efek Samping Radiasi Sinar Matahari
Radiasi UV-A adalah radiasi yang berkisar antara 320 hingga 400 nm.
UV-A adalah radiasi yang paling cenderung untuk penyamakan langsung atau
penggelapan kulit karena produksi melanin berlebih di epidermis, penuaan
dini, penekanan fungsi imunologi, dan bahkan nekrosis sel endotel dan
kerusakan pembuluh darah dermal. Radiasi UV-B adalah radiasi yang
berkisar antara 280 hingga 320 nm. Radiasi UV-B dikenal sebagai sinar
terbakar karena 1000 kali lebih mampu menyebabkan kulit terbakar daripada
UV-A. Sinar UV-B bekerja terutama pada lapisan sel basal epidermis kulit
tetapi lebih bersifat genotoksik daripada radiasi UV-A. Radiasi UV-C adalah
radiasi yang berkisar antara 200 hingga 280 nm. Radiasi UV-C disaring oleh
lapisan ozon stratosfer sehingga kurang efektif dan berbahaya (Donglikar &
Dheore, 2016).

Gambar 6. Sinar UVA dan Sinar UVB terhadap kulit (Kulkarni, et al., 2014)
Paparan radiasi UV dapat menyebabkan photodamage dengan
munculnya penuaan dini, juga pra kanker dan kanker kulit. Tanda-tanda
visual photodamage sudah diketahui dengan baik dan termasuk kerutan di
sekitar mata dan mulut, hiperpigmentasi (bintik-bintik penuaan),

Institute Sains dan Teknologi Nasional


12

telangiectasia, dan kerutan dalam di kulit di bagian tubuh yang terbuka


(Rosen, 2015).

Gambar 7. Efek radiasi UV yang merusak (Kulkarni, et al., 2014)

Gambar 8. Bintik matahari di punggung dan samping tangan (Shai, et al.,


2009)

Institute Sains dan Teknologi Nasional


13

Gambar 9. Tanda-tanda Visual Photodamage

2.3 Mekanisme Fotoreaksi


Mekanisme foto-oksidatif yang bergantung pada pembentukan spesies
oksigen reaktif yang digerakkan cahaya (ROS) sekarang diterima untuk
menyebabkan fotoaging kulit dan fotokarsinogenesis. Kerusakan foto-oksidatif
yang dimediasi sinar UVA secara efektif mencapai lapisan atas kulit ke dalam
dermis manusia dan sistem kapiler dermal. Protein substansial dan oksidasi
lipid terjadi pada epidermis dan dermis kulit manusia bersamaan dengan
penipisan antioksidan enzimatik dan non-enzimatik yang signifikan di stratum
korneum, epidermis dan dermis (Donglikar & Dheore, 2016).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


14

Gambar 10. Mekanisme Fotoreaksi (Saraf & Kaur, 2010)

Respons penggelapan pigmen langsung dan persisten (IPD atau PPD)


kulit manusia disebabkan oleh foto-oksidasi melanin yang sudah ada
sebelumnya dan prekursornya masing-masing. Juga peningkatan regulasi
hemeoxygenase-1 (HO-1), ferritin, glutathione peroksidase, Cu-Zn-dependent
superoxide dismutase (SOD1), manganesedependent superoxide dismutase
(SOD2), dan katalase terjadi setelah penyinaran matahari. Kontak dengan sinar
UV memulai reaksi foto-oksidatif untuk mengaktifkan enzim protein kinase C
dan spesies oksigen reaktif yang selanjutnya bereaksi dengan lipid protein dan
DNA untuk membentuk dimmer piridin cyclobutane (Donglikar & Dheore,
2016).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


15

Gambar 11. Ilustrasi skematis peradangan yang diinduksi UV, hilangnya


kolagen, dan kerusakan jaringan (Mishra, et al., 2011)

Hal ini menyebabkan eritema, edema, kulit terbakar sinar matahari dan
apoptosis sel. Iradiasi UV mengaktifkan faktor pertumbuhan permukaan sel
dan reseptor sitokin pada keratinosit dan fibroblas di kulit manusia, penting
dalam regulasi proliferasi dan kelangsungan hidup sel. Pembentukan H2 O2
yang digerakkan oleh UV mengatur aktivitas tirosin kinase dari reseptor faktor
pertumbuhan epidermal (EGF-R) dan bukti yang muncul menunjukkan
penghambatan protein tirosin fosfatase sebagai konsekuensi dari pembentukan
ROS yang diinduksi oleh UV (Donglikar & Dheore, 2016).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


16

Diagram 1. Pengaruh ROS pada kulit (Mishra, et al., 2011)

2.4 Kosmetik
Kata "kosmetik" berasal dari kosmesis Yunani (menghiasi), dari kosmeo
(menyusun atau mengatur). Kosmetik berhubungan dengan aspek-aspek kulit
yang berhubungan dengan kecantikan. Kosmetik biasanya berkonsentrasi pada
perawatan kulit, melindungi kulit, dan memperbaiki penampilannya (Shai, et
al., 2009).

Produk kosmetik untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi


sinar matahari salah satunya adalah sunscreen. Sunscreen topikal yang

Institute Sains dan Teknologi Nasional


17

menyerap atau memantulkan radiasi untuk melindungi kulit dari efek radiasi
yang berbahaya, tidak mampu memberikan potensi tabir surya yang lengkap
ke organ-organ seperti mata dan bibir. Sedangkan produk atau konstituen
sunscreen oral juga tersedia di pasaran untuk dikonsumsi guna menghindari
kerusakan kulit (Donglikar & Dheore, 2016).

2.5 Sunscreen
Sunscreen adalah agen fotoprotektif terhadap radiasi Ultraviolet (UV)
langsung dan digunakan sebagai pertahanan kulit terhadap efek berbahaya dari
radiasi langsung terhadap sinar UV (Yanti, et al., 2019).

Sampai tahun 1970-an, preparat penyamakan atau preparat untuk


menggelapkan warna kulit pada dasarnya adalah kosmetik, yang dirancang
untuk meningkatkan penyamakan. Sejak akhir 1970-an, pentingnya sunscreen
dalam melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar matahari semakin
ditekankan. Sunscreen ada yang bersifat fisika atau kimiawi. Perlindungan dari
sinar matahari terbagi menjadi dua yaitu perlindungan secara fisik dan
perlindungan secara kimiawi dengan berbagai macam sediaan mungkin dalam
bentuk krim, salep, emulsi, gel, dll. Sunscreen secara fisik mencegah sinar
matahari mencapai kulit dengan memantulkan dan menyebarkannya, sebagai
cermin memantulkan sinar cahaya. Komponen utama sunscreen fisik adalah
zat yang mirip dengan bedak yang disebut titanium dioksida. Sunscreen secara
kimiawi menyerap sinar ultraviolet, sehingga mencegahnya menembus kulit.
Derajat absorpsi tergantung pada bahan tertentu yang digunakan dan
konsentrasinya (Shai, et al., 2009).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


18

Gambar 12. Perlakuan Sunscreen secara Fisika (Shai, et al., 2009)

Gambar 13. Perlakuan Sunscreen secara Kimiawi (Shai, et al., 2009)

Zat yang digunakan sebagai sunscreen kimiawi adalah oxybenzone,


benzophenones, dan paraaminobenzoic acid (PABA). Nama-nama ini dapat
ditemukan pada kemasan sediaan sunscreen yang berbeda (Shai, et al., 2009).

Agen sunscreen pada dasarnya dikategorikan menjadi filter UV


anorganik dan organik yang memiliki mekanisme kerja spesifik setelah
terpapar sinar matahari (Ngoc, et al., 2019).

Agen anorganik memantulkan dan menyebarkan cahaya, sedangkan


blocker organik menyerap radiasi UV berenergi tinggi. Baru-baru ini, bahan
hibrida yang menggabungkan sifat senyawa organik dan anorganik telah
menarik perhatian para ilmuwan sebagai agen sunscreen yang menjanjikan.

Institute Sains dan Teknologi Nasional


19

Hebatnya, agen nabati, yang mengandung senyawa antioksidan dalam jumlah


besar, dapat digunakan sebagai bahan tidak aktif untuk melindungi kulit dari
efek samping (mis., penuaan karena matahari, keriput, dan pigmen) (Ngoc, et
al., 2019).

Diagram 2. Klasifikasi agen sunscreen (Ngoc, et al., 2019)

Menurut beberapa badan pengatur bukti yang telah diajukan


sedemikian rupa sehingga ditemukan tindakan cepat pelindung matahari dari
sunscreen sintetis disertai dengan potensi risikonya. Menurut Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit [CDC] yang diadakan pada tahun
2007, ibu hamil dengan kadar oksibenzon yang tinggi dalam tubuhnya

Institute Sains dan Teknologi Nasional


20

melahirkan bayi perempuan dengan berat badan kurang. Oxybenzone adalah


bahan aktif dalam sunscreen sintetis yang menghasilkan toksisitas yang
disebutkan di atas. Menurut Therapeutic Goods Administration [TGA] di
Australia, pembentukan radikal bebas disebabkan oleh seng oksida dan
titanium dioksida (komponen umum sunscreen sintetis) di hadapan cahaya dan
ini dapat merusak sel normal. Seng oksida dan titanium dioksida yang telah
digunakan sebagai pengganti PABA, bahan paling awal dalam sunscreen
sintetis ditemukan memiliki potensi risiko seperti dermatitis, perubahan warna
kulit, dll. Inilah sebabnya mengapa tabir surya herbal menjadi penting selama
era ini (Shai, et al., 2009).

Sunscreen spektrum luas yang secara progresif mengurangi efek


berbahaya dari radiasi UV langsung sekarang sedang dikembangkan. Agen
fotoprotektif sintetis dapat berpotensi menjadi racun dan karsinogenik dan oleh
karena itu fitokonstituen menjadi populer sebagai bahan penting dalam
formulasi kosmetik karena bersifat alami, memiliki efek antimutagenik,
antikarsinogenik dan tidak beracun, dapat menghambat proses kompleks
karsinogenesis. Kosmetik yang mengandung komponen herbal alami tidak
terlalu mengiritasi kulit, terutama kulit yang hipoalergi, mengandung bahan-
bahan asli dan dapat meremajakan serta melindungi kulit secara memadai dari
pencemaran lingkungan, fluktuasi suhu atmosfer, radiasi UVA dan UVB,
hiperpigmentasi, dan penuaan. Penggunaan senyawa bioaktif dalam formulasi
kosmetik telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena keamanannya,
kurangnya efek samping, tidak adanya senyawa sintetik berbahaya yang
menyebabkan bahaya kesehatan dan keberlanjutan ekologi. Selain itu, senyawa
bioaktif memiliki banyak sifat farmakologis misalnya adalah antioksidan
alami, pengawet alami, hipoalergenik dibandingkan dengan produk sintetis
serta ramah lingkungan (Yanti, et al., 2019).

2.5.1 Sunscreen Herbal


Agen tumbuhan adalah metabolit sekunder yang diproduksi oleh
organisme hidup yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan

Institute Sains dan Teknologi Nasional


21

kelangsungan organisme tersebut. Telah diindikasikan bahwa metabolit


memiliki kemampuan penyerapan antioksidan dan sinar UV. Properti
unggulan mereka terkait dengan 𝜋-sistem elektron, yang terutama ditemukan
dalam struktur ikatan terkonjugasi yang diekspresikan dalam molekul rantai
linier dan di sebagian besar senyawa aromatik yang mengandung resonansi
elektron. Tentu saja, tidak dapat disangkal bahwa radiasi UV dapat
menghasilkan radikal ROS dalam jumlah besar, yang menyebabkan
peradangan, infiltrasi neutrofil mengaktifkan nikotinamida adenin
dinukleotida fosfat (NADPH) oksidase, dan disfungsi kelenjar sebasea, serta
mempercepat pigmentasi kulit dan matriks dermal. Dengan adanya
antioksidan, radikal ROS secara langsung disingkirkan dan dicegah dari
target biologisnya. Akibatnya, perbanyakan oksidan dibatasi, sehingga
mencegah penuaan (Ngoc, et al., 2019).

Bahan kimia alami seperti polifenol (flavonoid, tanin), karotenoid,


antosianidin, beberapa vitamin, minyak lemak, minyak atsiri dari sayuran,
buah-buahan, bagian tanaman obat (daun, bunga, buah, beri), alga dan lumut
lebih efektif dibandingkan bahan kimia sintetis karena efek menguntungkan
jangka panjangnya terutama terhadap kerusakan kulit akibat radikal bebas
bersama dengan pemblokiran sinar UV. Semua yang telah disebutkan diatas
memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Kebanyakan dari mereka memiliki
pelembab dan pendingin (jus lidah buaya, minyak lemak), antimikroba
(minyak atsiri), penyembuhan luka dan anti-inflamasi (polifenol seperti
kurkumin), antikanker (tanin dan resveratrol), anti penuaan atau peremajaan
sel (antosianidin, karotenoid, vitamin) jenis aktivitas juga. Semua efek ini
menjadikannya bahan pilihan dalam kosmetik. Kerusakan kulit akibat
photoradiasi memerlukan beberapa cara perlindungan untuk menghasilkan
manfaat jangka panjang dan menghindari kondisi kronis seperti kanker.
Karenanya penggunaan bahan kimia alami berikut ini dapat menjadi ideal
dalam produk sunscreen (Donglikar & Dheore, 2016).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


22

Varietas antioksidan tersebut adalah aloe vera, tomat, delima, teh hijau,
ketimun, Pongamia pinnata (L.)-Pohon beech India, Spathodea campanulata
(L.)-Pohon tulip Afrika, Dendropanax morbifera, Opuntia humifusa (Ngoc,
et al., 2019).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


23

Tabel 2. Mekanisme fotoproteksi senyawa antioksidan (Ngoc, et al., 2019)

No Senyawa Mekanisme Proteksi


1 Vitamin C - Menetralkan radikal ROS di kompartemen aqueous pada
kulit berdasarkan kapasitas oksidasi askorbat
- Mengurangi pembentukan sel kulit terbakar, eritema, dan
imunosupresi
- Menghambat sintesis tirosinase dan menjaga hidrasi untuk
melindungi sawar epidermis kulit
- Merangsang: penetrasi dan ketidakstabilan kulit yang
buruk
2 Vitamin E - Melindungi membran sel dari penekanan oksidatif
- Menghambat kerusakan sel akibat UV: photoaging,
peroksidasi lipid, imunosupresi, dan fotokarsinogenesis
3 Senyawa - Membersihkan radikal bebas
fenolik - Mempertahankan struktur kulit yang tepat melalui regulasi
metaloproteinase matriks (MMP)
- Menghambat kolagenase dan elastase sehingga
memfasilitasi pemeliharaan struktur kulit yang tepat.
4 Senyawa - Ikatan rangkap dalam molekul flavonoid memberikan
flavonoid kemampuan tinggi untuk menyerap UV
- Adanya gugus hidroksil yang melekat pada cincin aromatik
juga berkontribusi pada kapasitas pembersihan ROS
5 Karotenoid - Fungsi pendinginan fisik: khasiat antioksidan untuk
membersihkan radikal peroksida dan molekul oksigen
tunggal (1 O 2 ) yang dihasilkan selama foto-oksidasi
- Menyerap sinar UV, sinar tampak, dan biru

2.5.2 Faktor Sun protection


Efisiensi fotoprotektif tabir surya ditentukan melalui Sun Protection
Factor (SPF) dan nilai protection grade UVA (PA). Menurut peraturan Food
and Drug Administration (FDA), produk komersial harus diberi label dengan

Institute Sains dan Teknologi Nasional


24

nilai SPF yang menunjukkan berapa lama mereka akan melindungi pengguna
dari radiasi UV dan harus menunjukkan efektivitas perlindungan (Ngoc, et
al., 2019).

Sunscreen dapat dievaluasi dengan beberapa metode dan dengan


beberapa persyaratan pelabelan sesuai pedoman suatu Negara (Donglikar &
Dheore, 2016). Menurut peraturan Food and Drug Administration (FDA),
produk komersial harus diberi label dengan nilai SPF yang menunjukkan
berapa lama mereka akan melindungi pengguna dari radiasi UV dan harus
menunjukkan efektivitas perlindungan.

Tabel 3. Nilai uji SPF dengan Kelas Perlindungan (Hanrahan, 2012)

No Nilai uji SPF Kelas Perlindungan


1 - Sangat rendah
2 4-15 Rendah
3 15-30 + Sedang
4 30-60 Tinggi
5 60+ sangat tinggi
Tabel diatas adalah hubungan antara nilai uji SPF dengan kelas
perlindungan. Beberapa argumen menyatakan bahwa tabir surya SPF 15
dapat menyerap 93% radiasi UV eritemogenik, sedangkan produk SPF 30
dapat memblokir 96%, dimana lebih besar 3% dari SPF 15. Argumennya
mungkin benar saat mengevaluasi kapasitas sunscreen, tetapi tidak cukup
dalam menilai jumlah radiasi UV yang masuk ke kulit. Dengan kata lain,
setengah dari radiasi UV akan menembus ke dalam kulit saat
mengaplikasikan produk SPF 30 dibandingkan dengan produk SPF 15 (Ngoc,
et al., 2019).

Hal ini juga diilustrasikan dengan membandingkan sunscreen SPF 10


dengan SPF 50. Sepuluh dan dua foton transmit atau melewati (%) lapisan
sunscreen dan memasuki kulit saat mengaplikasikan produk SPF 10 dan SPF
50. SPF 10 dan SPF 50 memiliki faktor perbedaan yaitu 5 dimana SPF 50
dibagi SPF 10 adalah 5. Faktor perbedaan tersebut dapat menghitung foton
yang melewati kulit. Dimana SPF 10, foton yang melewati kulit adalah 10

Institute Sains dan Teknologi Nasional


25

foton dan hal tersebut adalah hasil dari SPF 50 dibagi 5 yaitu 10. Sedangkan
SPF 50, foton yang melewati kulit adalah 2 foton dan hal tersebut adalah hasil
dari SPF 10 dibagi 5 yaitu 2 (Ngoc, et al., 2019).

Gambar 14. Ilustrasi definisi faktor perlindungan matahari (SPF), termasuk


radiasi UV yang disaring dan ditransmisikan (Ngoc, et al., 2019)

Di sisi lain, pada tahun 1996, Asosiasi Industri Kosmetik Jepang (JCIA)
mengembangkan metode penggelapan pigmen persisten (PPD) in vivo untuk
mengevaluasi khasiat tabir surya UVA. Tabir surya diberi label dengan PA +,
PA ++, PA +++, dan PA ++++, sesuai dengan tingkat tingkat perlindungan
UVA (PA) yang diperoleh dari tes PPD. Tabir surya berlabel PA +
mengekspresikan perlindungan rendah, terutama disumbangkan oleh antara

Institute Sains dan Teknologi Nasional


26

dua dan empat filter UVA. Tabir surya yang mengandung empat hingga
delapan agen tabir surya menunjukkan pemblokiran UVA tingkat sedang dan
diberi label sebagai PA ++. Sebaliknya, simbol PA +++ dan PA ++++
mewakili produk yang terdiri dari lebih dari delapan filter UVA dan
memberikan khasiat tabir surya yang tinggi (Ngoc, et al., 2019).

SPF tabir surya yang diformulasikan dievaluasi untuk potensi efek


penghalang UV. Untuk 0,5 g sediaan yang diformulasikan, dicampur dengan
100 ml air suling dan ultrasonikasi selama 5 menit untuk memastikan
homogenitas larutan yang disiapkan. Larutan yang terdispersi kemudian
disaring menggunakan kertas saring whatman dan filtratnya dibuang
beberapa ml. Untuk 2 ml filtrat segar, diencerkan sampai 50 ml dengan air
suling dan menjadi sasaran untuk pengujian SPF. SPF ekstrak bahan alam
ditentukan dengan mengambil absorbansi sampel menggunakan
spektrofotometer pada rentang 290-320 nm dengan interval 5 nm
menggunakan aquades sebagai blanko. Data yang diperoleh dihitung untuk
menentukan SPF dengan menggunakan persamaan (Muthukumarasamy, et
al., 2017):

SPF = Faktor Pelindung Matahari

CF = Faktor Koreksi = 10

EE (I) = Spektrum Efek Eritema

I (I) = Spektrum Intensitas Matahari

ABS = Absorbansi atau nilai sampel EE(I) adalah kendala = 1

Institute Sains dan Teknologi Nasional


27

Tabel 4. Fungsi produk yang dinormalisasi digunakan dalam penghitungan


SPF

No Panjang Gelombang EE (I)


((λ) Normal
1 290 0,0150
2 295 0,0817
3 300 0,2874
4 305 0,3278
5 310 0,1864
6 315 0,0839
7 320 0,0180
Total 1

2.5.3 Sediaan Sunscreen


Tabir surya lebih populer dalam bentuk lotion, krim, gel, semprotan,
stik dan minyak. Baru-baru ini microsponges, microsphere, dendrimer,
liposome, nanoparticle menggabungkan produk tabir surya yang lebih stabil
dan efektif terhadap cahaya tersedia di pasaran. Tabir surya tidak tetap
menjadi kosmetik khusus tetapi banyak bahan kimia pelindung cahaya
lainnya ditambahkan pada kosmetik perawatan rambut (misalnya sampo),
perawatan kulit (misalnya pelembab, alas bedak dan concealer), perawatan
bibir (misalnya lipstik, lip balm) dan bahkan dalam perawatan mata (misalnya
krim mata) dengan lebih dari 30 SPF tersedia di pasaran (Donglikar &
Dheore, 2016).
Produk tabir surya yang ideal harus memiliki kualitas berikut:
1. Sunscreen harus memberikan perlindungan yang memadai terhadap
sinar ultraviolet.
2. Sunscreen harus sangat aman.
3. Sunscreen tidak boleh dihilangkan dengan keringat atau air.
4. Sunscreen seharusnya tidak menimbulkan perasaan tidak nyaman.
5. Sunscreen tidak boleh menodai pakaian (Mitsui, 1997).
Berikut ini menjelaskan fitur dari masing-masing jenis.

Institute Sains dan Teknologi Nasional


28

1. Tipe emulsi
a. Emulsi O/W. Basis ini adalah yang paling sering digunakan. Mudah
untuk menstabilkan dan penyerap ultraviolet dapat dengan mudah
dimasukkan. Meskipun memiliki ketahanan air yang lebih sedikit
daripada emulsi W/0 dan basis jenis minyak, ia terasa baik di kulit
dan dapat dibuat menjadi produk dengan SPF mulai dari nilai
rendah hingga tinggi.
b. Emulsi W/O. Tidak sebagus dasar emulsi O/W dalam hal rasa pada
kulit dan stabilitas tetapi sangat baik dalam hal ketahanan air dan
perlindungan UV.
2. Jenis lotion. Jenis ini disukai karena rasanya yang tidak lengket
pada kulit tetapi sulit untuk menggabungkan sejumlah besar
penyerap ultraviolet yang diperlukan untuk mencapai efek
perlindungan dan ketahanan airnya tidak terlalu tinggi.
3. Jenis minyak. Jenis minyak memiliki ketahanan air yang baik tetapi
memberikan perlindungan yang lebih sedikit terhadap UV daripada
jenis emulsi. Oleh karena itu banyak digunakan sebagai dasar untuk
produk SPF rendah.
4. Jenis gel
a. Gel berair. Sifatnya mirip dengan jenis lotion tetapi lebih mudah
diaplikasikan pada kulit karena viskositasnya yang tinggi
b. Gel berminyak. Aplikasi terbatas karena rasa berminyak yang berat
tetapi memiliki ketahanan air yang tinggi.
5. Jenis aerosol. Basis tipe aerosol baik untuk produk berbentuk
mousse dan aerosol tetapi, digunakan di bawah suhu musim panas
yang tinggi, ada risiko kebocoran gas dari kaleng bertekanan dan
meledak. Namun, dengan perkembangan jenis yang tidak
menggunakan gas akhir-akhir ini, kita dapat mengharapkannya
untuk digunakan lebih dan lebih (Mitsui, 1997).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


29

2.6 Kulit Nanas


2.6.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyte
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Farinosae
Family : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas Comosus (L.) Merr.
(Ardi, et al., 2019)

Gambar 15. Kulit Buah Nanas (Das, et al., 2019)

2.6.2 Nama Umum


Ananas comosus yang dikenal dengan nama nanas merupakan salah
satu tanaman herba parenial (monocotyledonous) yang termasuk dalam famili
Annonaceae. Nanas yang diyakini berasal dari Amerika Selatan, tumbuh di
beberapa negara tropis dan subtropis seperti Hawaii, India, China, Malaysia,
Filipina, Thailand dan Indonesia (Putri, et al., 2018).

2.6.3 Morfologi
Nanas merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki khasiat obat
yang mengandung vitamin A dan C, kalsium, fosfor, magnesium, natrium,

Institute Sains dan Teknologi Nasional


30

kalium, dan enzim bromelain. Bagian nanas yang habis seperti kulit buah
yang memiliki tekstur tidak rata dan berduri kecil di permukaan luarnya juga
mengandung zat berkhasiat. Kulit nanas mengandung flavonoid, alkaloid,
tanin, dan steroid. Penelitian lain yang telah dilakukan juga membuktikan
bahwa kulit nanas mengandung flavonoid dan tanin yang dapat bekerja
sebagai bahan aktif tabir surya (Mutiah, et al., 2019).

2.6.4 Konstituen Aktif dan Kegunaan


Kandungan kimia pada kulit buah nanas antara lain air, serat kasar,
flavonoid, tanin, protein, karbohidrat, gula reduksi, enzim bromelain
(Nuryana & Soelandjari, 2018), mineral, lipid, senyawa fenolik, karotenoid,
dll (Das, et al., 2019).
Buah nanas biasanya digunakan sebagai makanan, dan kulit luarnya
adalah produk sampingan limbah, kulitnya digunakan pada aplikasi farmasi
terbukti ekonomis (Das, et al., 2019). Senyawa polifenol yang dominan hadir
dalam kulit nanas adalah asam galat, asam ferulat, asam klorogenat, katekin,
dan epikatekin. Senyawa polifenol ini menunjukkan potensi antioksidannya.
Ekstrak metanol kulit buah nanas juga menunjukkan aktivitas antirematik.
Telah dilaporkan bahwa ekstrak kulit nanas memiliki potensi antioksidan dan
antibakteri, yang dapat berguna dalam aplikasi makanan. Ekstrak kulit nanas
atau ekstrak buah yang difermentasi dapat digunakan sebagai kandidat baru
dalam pendekatan terapeutik untuk kanker (Das, et al., 2019).
Senyawa antioksidan yang terdapat pada kulit buah nanas dalam
sediaan tabir surya dapat memutus radikal bebas dan bereaksi pada kulit
membentuk produk yang stabil (tidak merusak kulit) (Nuryana & Soelandjari,
2018).

2.6.5 Ekstrak Kulit Nanas sebagai Sunscreen


Kulit tanaman nanas memiliki kandungan zat flavonoid dan tanin yang
dapat memberikan efek sebagai tabir surya. Penelitian pada ekstrak kulit
nanas telah dilakukan Damogalad dkk untuk mengetahui nilai sun protecting
factor (SPF) ekstrak kulit nanas (Ananas comosus L Merr) dalam bentuk

Institute Sains dan Teknologi Nasional


31

sediaan krim dengan varian konsentrasi 2%, 4% dan 8%. Disimpulkan bahwa
konsentrasi krim ekstrak kulit nanas 2% telah menunjukkan nilai SPF yang
sangat kecil dan semakin meningkat konsentrasi yakni 4% dan 8% yang
terkandung menunjukkan semakin tinggi nilai SPF namun tetap tidak
memenuhi standar sebagai krim tabir surya yang baik (Damogalad, et al.,
2013).
Ada pula penelitian yang telah dilakukan oleh Gurning dkk untuk
membuat sediaan losio tabir surya dari ekstrak kulit buah Nanas dengan
konsentrasi 8, 10 dan 12% sebagai sediaan tabir surya dengan pengukuran
nilai Sun Protection Factor (SPF) secara in vitro. Efektivitas sediaan tabir
surya dilakukan dengan penentuan SPF menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis. Seluruh losio memenuhi syarat sebagai tabir surya
dengan nilai SPF berturut-turut 2,66; 2,72 dan 2,83 (Gurning, et al., 2016).

2.7 Buah Mahkota Dewa


2.7.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsid
Ordo : Myrtales
Family : Thymelaeaceae
Genus : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.
(Nowroji, 2017)

Institute Sains dan Teknologi Nasional


32

Gambar 16. Buah Mahkota Dewa (Alara, et al., 2016)

2.7.2 Nama Umum


Tanaman Mahkota Dewa yang secara ilmiah dikenal sebagai Phaleria
macrocarpa berasal dari Pulau Papua, Indonesia dan tumbuh di daerah tropis.
Tanaman ini termasuk dalam famili Thymelaeaceae dan telah banyak
digunakan secara tradisional sebagai tanaman obat yang sangat diperlukan di
Malaysia dan Indonesia (Alara, et al., 2016).

2.7.3 Morfologi
Tanaman mahkota dewa adalah pohon yang lengkap, termasuk batang,
daun, bunga dan buah. Tingginya berkisar antara 1 m sampai 18 m dengan
akar lurus sepanjang 1 m mengeluarkan getah, kulit batang berwarna hijau
kecoklatan dan kayu berwarna putih. Tumbuh 10‑1.200 m di atas permukaan
laut dengan usia produktif berkisar antara 10 hingga 20 tahun. Daunnya
berwarna hijau dan meruncing dengan panjang dan lebar masing-masing

Institute Sains dan Teknologi Nasional


33

berkisar antara 7 cm sampai 10 cm dan 3‑5 cm. Bunganya membentuk


senyawa 2‑4, dengan warna dari hijau ke merah marun. Lubangnya bulat,
putih dan beracun dan buahnya berbentuk gerhana dengan diameter 3 cm.
Buah berwarna hijau saat belum matang dan menjadi merah saat matang. Biji
ada sebagai 12 biji per buah dan berwarna coklat, bulat telur dan anatrop.
Meskipun ramuan digunakan dalam bentuk yang tidak diproses dan diproses,
namun yang pertama bisa beracun (Altaf, et al., 2013).

2.7.4 Konstituen Aktif dan Kegunaan


Secara tradisional, mahkota dewa (P. macrocarpa (Scheff) Boerl) telah
digunakan untuk mengendalikan kanker, impotensi, wasir, diabetes mellitus,
alergi, penyakit hati dan jantung, gangguan ginjal, penyakit darah, jerawat,
stroke, migrain, dan berbagai penyakit kulit. Berdasarkan aspek
ethopharmacological ekstrak air rebusan buah Phaleria macrocarpa
digunakan untuk mengobati atau meringankan gejala penyakit di atas
(Hendra, et al., 2011).
Meskipun penggunaannya luas oleh masyarakat Indonesia, hanya ada
upaya terbatas untuk mengeksplorasi sifat biologis tanaman ini dalam
kaitannya dengan penggunaan obatnya. Dalam penyelidikan yang telah
dilakukan pada aktivitas biologis tanaman ini, telah dilaporkan adanya
senyawa fenolik dan flavonoid, antioksidan, anti-inflamasi, aktivitas
sitotoksisitas ekstrak dari berbagai bagian buah mahkota dewa P. macrocarpa
(Hendra, et al., 2011).
Telah lama digunakan sebagai obat untuk berbagai penyakit. Selain
mengandung alkaloid, saponin, polifenol, fenolat glikosida, asam
dodekanoat, asam palmitat, etil stearat dan sukrosa buah mahkota dewa (P.
macrocarpa) juga mengandung benzofenon dan senyawa aktif turunan alami
yang memiliki aktivitas tabir surya yang efektif (Yanti, et al., 2019).
Krim dan lotion yang mengandung ekstrak etanol buah mahkota dewa
P. macrocarpa menunjukkan aktivitas tabir surya secara in vitro. Glukosida
benzofenon dan xanton yang terdapat dalam buah mahkota dewa (P.
macrocarpa) adalah mahkosida A, mangiferin dan 6,4-dihidroksi-4-

Institute Sains dan Teknologi Nasional


34

metoksibenzo fenon-2-O-β-gentiobiosida (6,4-DHMP). Produk alami, seperti


mangiferin, menawarkan solusi inovatif bagi konsumen modern formulasi
kosmetik karena memiliki aktivitas antifotoaging, antioksidan, dan
antiinflamasi (Yanti, et al., 2019).

2.7.5 Ekstrak Buah Mahkota Dewa Sebagai Sunscreen


Ekstrak daun mahkota dewa mengandung senyawa turunan benzofenon
yaitu phalerin yang memiliki aktivitas sebagai tabir surya. Penelitian yang
telah dilakukan oleh Zulkarnain dkk bertujuan untuk mengetahui stabilitas
fisik dan kimia lotion dan krim o/w serta aktivitasnya sebagai tabir surya
dengan spektrofotometer. Sediaan selama penyimpanan 6 minggu memiliki
kandungan phalerin yang relatif stabil. Aktivitas sediaan secara in vitro
menunjukkan bahwa nilai SPF pada kadar ekstrak mahkota dewa 6 %, 8 %
dan 10 % berturut turut untuk krim adalah 8,60, 11,51, 16,04 sedangkan SPF
untuk lotion adalah 7,45, 10,83 dan 15,01 %. Sediaan lotion dan krim
mahkota dewa stabil selama penyimpanan dan memiliki aktivitas sebagai
tabir surya (Zulkarnain, et al., 2015).

2.8 Daun Kelor


2.8.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Filum : Spermatophyta
Subfilum : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Capparidales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera (Vélez-Gavilán, 2017)

Institute Sains dan Teknologi Nasional


35

Gambar 17. Daun Kelor (Varsha, et al., 2018)


2.8.2 Nama Umum
Moringa oleifera (M. oleifera) adalah anggota Moringaceae, dan
tumbuh secara luas di banyak negara Asia Tenggara terutama di Thailand,
India, Filipina dan Pakistan. Telah lama dikenal sebagai tanaman pangan
dalam masakan Thailand dan sebagai bahan obat tradisional India
(Charoensin, 2014).
Di Marathi disebut Shevga. Di Malayalam, dikenal sebagai Muringa,
dan buahnya disebut Muringakaya atau Muringakka. Di Tamil, pohon itu
disebut Murungai Maram dan buahnya disebut Murungai-kaai. Di Kannada,
dikenal sebagai Nuggekayee. Di Telugu, dikenal sebagai Munagachettu, dan
buahnya disebut Munagakaya. Di Konkani, disebut Mushinga Saang. Dalam
bahasa Sinhala, itu disebut Murunga. Di Gujarat, itu disebut Saragvo. Dalam
bahasa Hausa disebut Zogale. Di Oriya, itu disebut Sajana atau Sujuna. Di
Nikaragua, tanaman ini disebut sebagai Marango. Di Bengali, itu disebut
Sojne danta. Dalam bahasa Assam disebut Sojina. Dalam bahasa Punjabi
disebut Surajana. Dalam bahasa Hindi disebut sahjan. Di Nepal, itu dikenal
sebagai Sajiwan atau Swejan. Di Guyana, disebut Sijan Di Thailand, disebut
"ma rum". Di Haiti, Moringa disebut benzolive (atau benzolivier). Dalam
bahasa Indonesia, kelor disebut kelor (kalor dalam bahasa Melayu). Di Tulu,
dikenal sebagai Noorggaee. Dalam bahasa Jawa disebut limaran. Di Mooré
(Burkina Faso), itu disebut "Arzan Tiiga," yang berarti "pohon surga". Di
Dioula (Pantai Gading), disebut "Arjanayiiri" (Raja, et al., 2016).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


36

2.8.3 Morfologi
Tinggi pohon berkisar antara 5 hingga 10 m. Tanaman ini ditemukan
liar dan dibudidayakan di seluruh dataran, terutama di pagar dan di
pekarangan rumah, tumbuh subur di bawah iklim tropis, dan berlimpah di
dekat dasar sungai dan sungai yang berpasir. Tanaman ini dapat tumbuh
dengan baik di daerah tropis lembab atau tanah kering yang panas, dapat
bertahan hidup di tanah yang buruk, dan sedikit terpengaruh oleh kekeringan.
Dapat mentolerir berbagai curah hujan dengan persyaratan curah hujan
tahunan minimum diperkirakan 250 mm dan maksimum lebih dari 3000 mm
dan pH 5,0–9,0 (Anwar, et al., 2006).
Daun kelor adalah daun majemuk tripinnate berbulu dengan selebaran
elips hijau hingga hijau tua sepanjang 1-2 cm (0,4-0,8 inci). Pohon kelor
sering disalahartikan sebagai legum karena daunnya. Daun kelor menyirip
alternatif, dua kali atau tiga kali tumbuh sebagian besar di ujung cabang.
Panjangnya 20-70 cm, berbulu halus keabu-abuan ketika muda, tangkai daun
panjang dengan 8-10 pasang pinnae masing-masing membawa dua pasang
selebaran yang berlawanan, elips atau obovate dan satu di puncak, panjang 1-
2 cm (Paliwal, et al., 2011).

2.8.4 Konstituen Aktif dan Kegunaan


Daun kelor telah dilaporkan menjadi sumber yang kaya β-karoten,
protein, vitamin C, kalsium dan kalium dan bertindak sebagai sumber
antioksidan alami yang baik dan dengan demikian meningkatkan umur
simpan makanan yang mengandung lemak karena adanya berbagai jenis
senyawa antioksidan seperti asam askorbat, flavonoid, fenolat dan karotenoid
(Anwar, et al., 2006).
Untuk alasan ini, digunakan sebagai sumber alternatif untuk
suplemen nutrisi dan promotor pertumbuhan di beberapa negara. Selain
manfaat nutrisi, M. oleifera dilaporkan digunakan untuk pengobatan rematik,
asites, infeksi, cegukan influenza dan abses internal. Banyak laporan terbaru
tentang pencegahan penyakit oleh M. oleifera telah dilaporkan. Ekstrak

Institute Sains dan Teknologi Nasional


37

daunnya mampu mengurangi hiperglikemia dan dislipidemia (Charoensin,


2014).
Sifat antioksidan dan anti inflamasi dari daun kelor diharapkan dapat
melindungi kulit dari radikal bebas yang disebabkan oleh sinar matahari atau
faktor lainnya. Sebuah penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
ekstrak daun kelor dapat diterapkan dalam bentuk topikal untuk pencegahan
dan pengobatan penyakit stres oksidatif dan anti penuaan (Sugihartini, et al.,
2018).
2.8.5 Ekstrak Daun Kelor Sebagai Sunscreen
Daun kelor memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sebagai
antioksidan karena terdapat kandungan senyawa flavonoid. Flavonoid telah
terbukti secara ilmiah berkhasiat sebagai penangkal radikal bebas
(antioksidan) dari paparan sinar matahari (Ulandari & Sugihartini, 2020).
Quercetin (3,3'4', 5.7-pentahydroxyflavone) dalam daun kelor diketahui
dapat mencegah kerusakan sel dan peradangan kulit akibat paparan sinar
ultraviolet. Penelitian yang dilakukan oleh Indrayani, dkk bertujuan untuk
mengkarakterisasi dan mengembangkan sediaan tabir surya nanoemulgel
yang mengandung daun kelor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
formulasi nanoemulgel optimum menghasilkan nilai SPF sebesar 33,35.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa tabir surya nanoemulgel daun kelor
berhasil diformulasikan dengan nilai SPF yang tinggi (Indrayani, et al., 2020).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kulit nanas (Ananas comosus), buah
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan daun kelor (Moringa oleifera).

3.2 Metode Penelitian


3.2.1 Proses Pencarian (Search Process)
Kajian literatur adalah satu penelusuran dan penelitian kepustakaan
dengan membaca berbagai buku, jurnal, dan terbitan-terbitan lain yang
berkaitan dengan topik penelitian, untuk menghasilkan satu tulisan berkenaan
dengan satu topik atau isyu tertentu (Marzali, 2016).
Di perpustakaan penulis kajian literature akan menjelajahi kajian-kajian
yang pernah dilakukan orang tentang satu topik atau isyu tertentu. Dalam
kajian literatur untuk kepentingan menghasilkan sebuah tulisan ilmiah,
seperti skripsi, tesis, dan disertasi, penulis menjelajahi literatur yang berkaitan
dengan topik dan masalah penelitiannya, tentang masyarakat dan daerah
penelitian, tentang teori-teori yang pernah digunakan dan dihasilkan orang
berkaitan dengan topik penelitian kita, tentang metode penelitian yang
digunakan dalam kajian tersebut, dan seterusnya (Marzali, 2016).
Satu projek penelitian-apakah untuk menghasilkan satu laporan bagi
satu badan, kantor, atau perusahaan tertentu, atau untuk kepentingan
peningkatan pengetahuan pribadi tentang satu hal tertentu, atau untuk
diterbitkan dalam sebuah jurnal, atau untuk kepentingan mencapai satu ijazah
(skripsi, tesis, dan disertasi) tentulah menggunakan sejumlah literatur untuk
bahan rujukan atau referensi. Mencari, memilih, menimbang, dan membaca
literatur adalah pekerjaan pertama dalam projek penelitian apa pun juga
(Marzali, 2016).
Studi literature ini akan dilakukan dengan menggunakan metode
kualitatif dengan sumber pustaka berbasis elektronik. Sumber pustaka

38 Institute Sains dan Teknologi Nasional


39

tersebut meliputi Science Direct, Pub Med, Google Scholar, dan


Researchgate.

3.2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria Inklusi
a. Spesies tanaman yang dikaji
Ekstrak kulit nanas (Ananas comosus), Ekstrak buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa), Ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
b. Efikasi yang dikaji
- Perbedaan mutu dan nilai spf dari setiap formula dengan bahan aktif
yang berbeda
- Senyawa aktif pada masing-masing bahan aktif yang memiliki
fungsi untuk fotoprotektif
c. Eksperimen yang dikaji
Formulasi dan Evaluasi Sunscreen dengan bahan aktif berasal dari
ekstrak kulit nanas (Ananas comosus), ekstrak buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa) dan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
d. Tahun jurnal yang diambil
Jurnal 5 tahun terakhir (2016-2021)
e. Sumber jurnal
Researchgate dan Elsevier
f. Akreditasi jurnal
Jurnal tidak terdeteksi scopus (scrimagojr.com) dan terakreditasi
ristekdikti (sinta.ristekbri.go.id/journals)
g. Bahasa jurnal
Jurnal bahasa inggris dan bahasa indonesia
2. Kriteria Eksklusi
a. Eksperimen yang tidak ditinjau
In vivo dan Klinis
b. Tahun jurnal yang tidak ditinjau
Dibawah tahun 2016
c. Bahasa jurnal

Institute Sains dan Teknologi Nasional


40

Tidak menggunakan bahasa inggris dan bahasa indonesia


d. Akreditasi jurnal
Jurnal terdeteksi scopus (scrimagojr.com) dan terakreditasi ristekdikti
(sinta.ristekbri.go.id/journals)
e. Efikasi yang ditinjau
Jurnal selain dari ekstrak kulit nanas, buah mahkota dewa, dan daun
kelor

3.3 Alasan Pemilihan Jurnal


1. Jurnal yang dipilih adalah jurnal mengenai formulasi dan evaluasi sunscreen
dari ekstrak yang dikaji
2. Jurnal yang terpilih adalah jurnal terbaru karena jurnal terbitan 5 tahun
terakhir dari tahun 2016 sampai tahun 2021.

3.4 Diagram Alir

Tahap Pengkajian

Pengumpulan dan Pencatatan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

Diagram 3 Diagram alir studi literature

Institute Sains dan Teknologi Nasional


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pencarian Data
Pencarian data dengan kata kunci formulasi, formulation, sunscreen,
ekstrak, kulit nanas, buah mahkota dewa, daun kelor mendapatkan hasil
beberapa jurnal, dan setelah di urutkan yang sesuai kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi didapat 7 jurnal dan akan ditampilkan secara ringkas pada tabel di
bawah ini.

Tabel 5. Hasil Pencarian Data

No Referensi Judul Literature


1 (Yanti, et al., Formulasi dan Evaluasi Gel Tabir Surya
2019) Mengandung Mangiferin yang Diisolasi
dari Buah Phaleria macrocarpa
2 (Muthukumarasa Formulasi dan Evaluasi In Vitro Sunscreen
my, et al., 2017) Gel Dari Ekstrak Metanol Pulp Buah
Matang Phaleria macrocarpa
3 (Gurning, et al., Formulasi Sediaan Losio Dari Ekstrak
2016) Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L.
(Merr)) Sebagai Tabir Surya
4 (Ulva & Mutu Fisik Dan Nilai Sun Protecting
Solandjari, 2018) Factor Losio Tabir Surya Ekstrak Kulit
Buah Nanas (Ananas comosus Merr.)
5 (Mutiah, et al., Formulasi Dan Karakterisasi Mikroemulsi
2019) Sunscreen Ekstrak Nanas (Ananas
comosus (L.)) Dengan Efikasi Sinergis
Terhadap Sun Protection Factor (SPF)
6 (Sugihartini, et Formulasi Ekstrak Daun Moringa oleifera
al., 2018) dalam Lotion dan Gel sebagai
Tabir surya
7 (Ulandari & Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Lotion dengan
Sugihartini, 2020) Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor
(Moringa oleifera L.) sebagai Tabir Surya

4.2 Matriks
Matriks dibuat dengan tujuan untuk dapat membandingkan
metode yang dipakai

41 Institute Sains dan Teknologi Nasional


42

Tabel 6. Matriks Metode Studi Literatur

Literature Literature
1 2 3 4 5 6 7
Penulis (Yanti, et al., 2019) (Muthukumarasa (Gurning, et al., (Ulva & (Mutiah, et al., (Sugihartini, et (Ulandari &
my, et al., 2017) 2016) Solandjari, 2019) al., 2018) Sugihartini, 2020)
2018)

Judul Formulasi dan Formulasi dan Formulasi Sediaan Mutu Fisik Dan Formulasi Dan Formulasi Evaluasi Sifat
Literature Evaluasi Gel Tabir Evaluasi In Vitro Losio Dari Ekstrak Nilai Sun Karakterisasi Ekstrak Daun Fisik Sediaan
Surya Mengandung Sunscreen Gel Kulit Buah Nanas Protecting Mikroemulsi Moringa oleifera Lotion dengan
Mangiferin yang Dari Ekstrak (Ananas comosus Factor Losio Sunscreen Ekstrak dalam Lotion Variasi
Diisolasi dari Buah Metanol Pulp L. (Merr)) Sebagai Tabir Surya Nanas (Ananas dan Gel sebagai Konsentrasi
Phaleria Buah Matang Tabir Surya Ekstrak Kulit comosus (L.)) Tabir surya Ekstrak Daun
macrocarpa Phaleria Buah Nanas Dengan Efikasi Kelor (Moringa
macrocarpa (Ananas Sinergis Terhadap oleifera L.)
comosus Merr.) Sun Protection sebagai Tabir
Factor (SPF) Surya
Sumber Mahkota Dewa Mahkota Dewa Kulit Buah Nanas Kulit Buah Kulit Buah Nanas Daun Kelor Daun Kelor
bahan alam (Phaleria (Phaleria (Ananas comosus Nanas (Ananas comosus (Moringa (Moringa oleifera)
macrocarpa fruit) macrocarpa fruit) L. (Merr)) (Ananas L. (Merr)) oleifera)
comosus L.
(Merr))
Metode Maserasi-Rotary Soklet-Rotary Soklet Maserasi- Maserasi- Maserasi-Rotary ≠
Ekstraksi Evaporator Evaporator Waterbath Ultrasonik-Rotary Evaporator-
(Yanti, et al., 2018) Evaporator Waterbath

Institute Sains dan Teknologi Nasional


43

Pelarut Metanol Metanol Etanol Etanol Etanol Etanol ≠


Ekstraksi (Yanti, et al., 2018)
Metode ≠ Kuantitatif ≠ Kuantitatif ≠ Kuantitatif ≠
Skrinning
Ekstrak
Sediaan Gel Gel Losio Losio Mikroemulsi Lotion dan Gel Lotion
Konsentrasi 1,25 1 8 20 0 5 1
(%) 2,5 10 5 5 3
5 12 10 5
15
20
Evaluasi Organoleptis, pH, Organoleptis, pH, Organoleptis, pH, Organoleptis, Organoleptis, pH, Viskositas, pH, Daya lekat,
fisikakimia Viskositas, Daya Daya Sebar, Homogenitas, Daya Homogenitas, Viskositas, Ukuran Daya Sebar, Daya sebar,
Sebar, Stabilitas, Homogenitas, Sebar, Daya Sebar, partikel,pH Adhesivitas Viskositas, Uji
Homogenitas, Ekstrudabilitas, Viskositas, Stabilitas
Iritasi kulit LOD, Sterilitas, Bobot Jenis, pH
Uji Sentrifugasi
Metode Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotometri Spektrofotmetri Spektrofotometri Spektrofotometri
SPF

Institute Sains dan Teknologi Nasional


44

4.3 Hasil dan Pembahasan


4.3.1 Hasil Ekstraksi Bahan Alam dan Hasil Identifikasi Ekstrak Bahan Alam
Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan atau menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa
(analit) dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai
(Leba, 2017).

Tabel 7. Metode Ekstraksi Bahan Alam Yang Digunakan

No Literature Ekstraksi Pelarut ekstraksi


1 L1 Maserasi-Rotary Metanol
Evaporator
2 L2 Soklet-Rotary Evaporator Metanol
3 L3 Soklet Etanol
4 L4 Maserasi-Waterbath Etanol
5 L5 Maserasi-Ultrasonik- Etanol
Rotary Evaporator
6 L6 Maserasi-Rotary Etanol
Evaporator-Waterbath
7 L7 ≠ ≠
Keterangan :

L1 : Literature 1 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L2 : Literature 2 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L3 : Literature 3 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L4 : Literature 4 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L5 : Literature 5 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L6 : Literature 6 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

L7 : Literature 7 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

Dari 6 Literature yang membahas tentang metode ekstraksi, maserasi


paling banyak digunakan. Maserasi adalah salah satu jenis ekstraksi padat cair
yang paling sederhana. Kelebihan ekstraksi ini adalah alat dan cara yang
digunakan sangat sederhana, dapat digunakan untuk analit baik yang tahan
terhadap pemanasan maupun yang tidak tahan terhadap pemanasan (Leba,
2017).

Pada literature kedua dan ketiga metode ekstraksi yang digunakan


adalah metode soxhlet. Sokletasi dilakukan dengan cara pemanasan pelarut.

Institute Sains dan Teknologi Nasional


45

Prinsipnya adalah ekstraksi dilakukan secara terus menerus menggunakan


pelarut yang relative sedikit (Leba, 2017). Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Hatam, dkk dinyatakan bahwa metode ekstraksi soxhlet pada ekstrak
kulit nanas adalah ekstrak yang paling tinggi memiliki kemampuan sebagai
penangkal radikal bebas (Hatam, et al., 2013).

Senyawa flavonoid bersifat polar sehingga dibutuhkan pelarut yang


bersifat polar. Efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut sangat
tergantung kepada kelarutan senyawa tersebut dalam pelarut, sesuai dengan
prinsip like dissolve like yaitu suatu senyawa akan terlarut pada pelarut
dengan sifat yang sama. Pelarut yang bersifat polar diantaranya adalah etanol,
metanol, aseton dan air (Verdiana, et al., 2018).

Dalam tabel dapat kita amati bahwa dari 7 literature ekstrak buah
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) diekstraksi dengan pelarut methanol.
Sedangkan dilihat dari tabel pada literature 4, 5, 6 dan 7 untuk ekstrak kulit
nanas (Ananas comosus) dan daun kelor (Moringa oleifera) menggunakan
ekstrak etanol (Susanty, et al., 2019).

Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) memiliki senyawa fenol


termasuk senyawa flavanoid bersifat polar yang larut dalam pelarut polar
(Romadanu, et al., 2014) dan senyawa mangiferin yang bersifat semipolar
(Tanaya, et al., 2015). Metanol adalah pelarut senyawa organik yang mampu
melarutkan senyawa bersifat polar, semipolar maupun non polar (Tanaya, et
al., 2015), sehingga pelarut yang digunakan pada buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa) adalah metanol.

Kulit buah nanas (Ananas comosus) memiliki senyawa fenol termasuk


senyawa flavonoid bersifat polar yang larut dalam pelarut polar (Romadanu,
et al., 2014), dan senyawa karotenoid bersifat nonpolar yang akan larut dalam
pelarut nonpolar atau pelarut semipolar (Sirwutubun, et al., 2016). Etanol
merupakan pelarut semipolar karena dapat melarutkan senyawa polar dan

Institute Sains dan Teknologi Nasional


46

nonpolar (Sirwutubun, et al., 2016). Sehingga pelarut yang digunakan pada


kulit buah nanas (Ananas comosus) adalah etanol.

Daun kelor (Moringa oleifera) memiliki senyawa fenol termasuk


senyawa flavanoid bersifat polar yang larut dalam pelarut polar (Romadanu,
et al., 2014), dan senyawa karotenoid bersifat nonpolar yang akan larut dalam
pelarut nonpolar atau pelarut semipolar (Sirwutubun, et al., 2016), dan
vitamin C bersifat polar (Verdiana, et al., 2018). Etanol merupakan pelarut
semipolar karena dapat melarutkan senyawa polar dan nonpolar (Sirwutubun,
et al., 2016). Sehingga pelarut yang digunakan pada daun kelor (Moringa
oleifera) adalah etanol.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi selain metode ekstraksi


dan pelarut adalah temperature, luas permukaan, perbandingan solute dan
solven, kecepatan dan lama pengadukan (Parasetia, et al., 2012), serta pH
(Chairunnisa, et al., 2019).

Tabel 8. Hasil Pengujian Skrinning Ekstrak Bahan Alam

No Bahan Referensi Alka Gliko Ta Flava Asam Phen


Alam loid sida nin noid Amin ol
o
1 Mahkota (Muthukum + + + + - ≠
Dewa arasamy, et
(Phaleria al., 2017)
macrocarpa
fruit)

2 Kulit Buah (Ulva & ≠ ≠ + + ≠ ≠


Nanas Solandjari,
(Ananas 2018)
comosus L.
(Merr))
3 Daun Kelor (Sugihartini + ≠ ≠ + ≠ +
(Moringa , et al.,
oleifera) 2018)

Keterangan :

≠ : Tidak dilakukan uji pada sampel

+ : Adanya senyawa uji pada sampel

Institute Sains dan Teknologi Nasional


47

- : Tidak adanya senyawa uji pada sampel

Dari ketiga literature yang diamati terdapat kesamaan yaitu adanya


flavonoid pada ketiga ekstrak yang diamati, dan flavonoid termasuk senyawa
antioksidan yang berpotensi sebagai sunscreen.

Selain keberadaan alkaloid, glikosida, tanin, flavonoid dan phenol pada


buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), ada senyawa lain yang dapat
berfungsi sebagai fotoprotective adalah turunan benzofenon yaitu mahkosida
A, mangiferin dan 6,4-dihidroksi-4-metoksibenzo fenon-2-O-β-gentiobiosida
(6,4-DHMP) (Yanti, et al., 2019).

Dari tabel hasil skrinning yang dilakukan pada ekstrak kulit buah nanas
(Ananas comosus) menandakan adanya senyawa flavonoid dan tanin yang
dapat berperan sebagai fotoprotective, selain kedua senyawa tersebut ada
senyawa seperti senyawa fenolik, dan karotenoid (Das, et al., 2019).

Hasil skrinning ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) pada tabel diatas
mengindikasikan adanya senyawa flavonoid, alkaloid dan phenol. Selain
ketiga senyawa tersebut adanya senyawa karotenoid dan vitamin C yang juga
bermanfaat sebagai fotoprotectiv (Anwar, et al., 2006).

4.3.2 Uji Antioksidan Ekstrak Bahan Alam


Parameter yang digunakan untuk menilai daya antioksidan suatu bahan
dalam kategori lemah, kuat atau sangat lemah adalah menggunakan IC 50 . IC50
merupakan besarnya konsentrasi larutan uji yang mampu menurunkan 50%
absorbansi DPPH dibandingkan dengan larutan blangko. Semakin kecil nilai
IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan bahan tersebut. Senyawa
yang tergolong sangat kuat memiliki nilai IC 50 kurang dari 50 mg/L,
sementara senyawa yang tergolong kuat memiliki nilai IC 50 antara 50-100
mg/L, dan senyawa yang tergolong sedang memiliki nilai IC 50 antara 101-150
mg/L, sedangkan senyawa yang tergolong sangat lemah memiliki nilai IC 50
antara 151-200 mg/L (Putri, et al., 2019).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


48

Tabel 9. Hasil Uji Antioksidan Ekstrak Bahan Alam

No Bahan Alam Referensi IC 50 Intensitas


1 Buah Mahkota (Putri, et al., 2019) 28,42 Sangat
Dewa (Phaleria mg/L Kuat
macrocarpa fruit)
2 Kulit Buah (Putri, et al., 2018) 46,49 Kuat
Nanas (Ananas mg/L
comosus L.
(Merr))
3 Daun Kelor (Susanty, et al., 4,289 Sangat
(Moringa 2019) mg/L Kuat
oleifera)

Dari ketiga literature yang diamati ekstrak dari buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa fruit) memiliki intensitas sangat kuat yaitu 28.42
mg/L, ekstrak dari kulit buah nanas (Ananas comosus L. (Merr)) memiliki
intensitas kuat yaitu 46,49 mg/L dan ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera)
memiliki intensitas sangat kuat yaitu 4,289 mg/L.

Pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit nanas (Ananas


comosus), ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), ekstrak daun
kelor (Moringa oleifera) menandakan adanya aktivitas antioksidan, maka
ketiga ekstrak memiliki aktivitas penangkal radiasi dimana aktivitas tersebut
dapat berfungsi sebagai fotoprotektif (Alhabsyi, et al., 2014).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


49

4.3.3 Uji Sun Protection Factor (SPF) Ekstrak Bahan Alam


Tabel 10. Hasil Uji SPF Ekstrak Bahan Alam

No Bahan Alam Referensi Isolate Konsentrasi Nilai Kategori


(ppm) SPF
1 Buah Mahkota (Yanti, et Mahkosida 1000 34,5089 Tinggi
Dewa (Phaleria al., 2018) A
macrocarpa fruit)
Mangiferin 1000 27,8173 Sedang
6, DHMP 1000 29,2071 Sedang
2 Kulit Buah Nanas (Mutiah, - 20000 3,6172 Sangat
(Ananas comosus et al., Rendah
L. (Merr)) 2019)
3 Daun Kelor (Alimsyah - 50000 31,09 Tinggi
(Moringa oleifera) , et al.,
2020)
Efektivitas sediaan tabir surya dinyatakan dengan nilai Sun Protected Factor
(SPF). SPF adalah indikator universal yang menggambarkan efektivitas produk
atau zat pelindung UV. Semakin tinggi nilai SPF suatu produk, semakin efektif tabir
surya untuk melindungi kulit dari efek berbahaya sinar UV (Yanti, et al., 2018).

Pengujian SPF pada ekstrak bahan alam sebelum di formulasikan diperlukan


untuk mengetahui aktivitas fotoprotektif yang dimiliki bahan alam tersebut. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Yanti, dkk, buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) yang memiliki agen fotoprotektif yaitu mahkosida A, mangiferin dan
6,4'-dihidroksi-4-metoksibenzo-mono-2-O-D-glucopyranosida diteliti nilai SPF
menggunakan metode spektrofotometri dengan konsentrasi masing-masing adalah
1000 ppm. Hasil pengujian SPF pada mahkosida A mendapatkan nilai 34,5089
kategori tinggi. Hasil pengujian SPF pada mangiferin mendapatkan nilai 27,8173
kategori sedang. Hasil pengujian SPF pada 6, DHMP mendapatkan nilai 29,2071
kategori sedang (Yanti, et al., 2018). Hal tersebut menunjukkan buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa) memiliki aktivitas sunscreen.

Institute Sains dan Teknologi Nasional


50

Pada penelitian yang dilakukan oleh Mutiah, dkk, kulit buah nanas (Ananas
comosus) yang memiliki agen fotoprotektif diteliti nilai SPF menggunakan metode
spektrofotometri dengan konsentrasi masing-masing adalah 20000 ppm. Hasil
pengujian SPF mendapatkan nilai 3,6172 kategori sangat rendah (Mutiah, et al.,
2019). Hal tersebut menunjukkan kulit buah nanas (Ananas comosus) memiliki
aktivitas sunscreen.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Alimsyah, dkk, daun kelor (Moringa
oleifera) yang memiliki agen fotoprotektif diteliti nilai SPF menggunakan metode
spektrofotometri dengan konsentrasi masing-masing adalah 50000 ppm. Hasil
pengujian SPF mendapatkan nilai 31,09 kategori tinggi (Alimsyah, et al., 2020).
Hal tersebut menunjukkan daun kelor (Moringa oleifera) memiliki aktivitas
sunscreen.

4.3.4 Formulasi Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam


Tabel 11. Formulasi Sunscreen Sediaan Gel dari Ekstrak Bahan Alam
No Nama Bahan Konsen Konsent Konsen Konsent Konsent
trasi rasi (%) trasi rasi (%) rasi(%)
(%) L1 L1 (%) L1 L2 L6
1 Zat aktif 1,25 2,5 5 1 5
2 Karbopol 1(934) 1(934) 1(934) 1(940) 1
934/940
3 Propilparaben 0,02 0,02 0,02 0,2 -
4 Metilparaben 0,18 0,18 0,18 0,02 0,03
5 Polyethilenglik - - - 4 -
ol
6 Propilenglikol 5 5 5 - 1
7 Trietanolamin Sampai Sampai Sampai 1 0,05
pH pH pH
netral netral netral
(6-7) (6-7) (6-7)
8 Methanol - - - 3 -
9 Gliserin - - - - 2
10 Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
Keterangan :

- : Tidak memakai bahan tersebut

L1 : Literature 1 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

Institute Sains dan Teknologi Nasional


51

L2 : Literature 2 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L6 : Literature 6 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

Gel merupakan bentuk sediaan topikal yang dapat diaplikasikan dengan


baik dan memiliki stabilitas yang sangat baik dibandingkan dengan krim dan
salep. Gel juga memberikan pelepasan terkontrol dibandingkan dengan
formulasi semipadat lainnya (Yanti, et al., 2019).

Sediaan gel dipilih karena sediaan ini memiliki bentuk yang menarik
dengan penampilan sediaan yang jernih, dapat melekat lebih lama namun
tidak menyumbat pori-pori dan meninggalkan sensari dingin di kulit (Gunarti
& Fikayuniar, 2019).

Formulasi gel di dalam tabel memiliki bahan tambahan selain bahan


aktif, antara lain karbopol sebagai gelling agent, propil paraben dan metil
paraben sebagai pengawet, propilenglikol, gliserin dan polyethilenglikol
sebagai humektan, Triethanolamine sebagai surfaktan dan Aquadest sebagai
pelarut.

Gel pada penelitian yang dilakukan dalam literature pertama, kedua dan
keenam memiliki sifat hidrogel. Hidrogel adalah material polimerik yang
mampu mengembang dalam air tanpa larut dan mampu mempertahankan air
dalam strukturnya (Kurniawan, 2008). Gelling agent adalah bahan
pembentuk sediaan gel yang akan membentuk polimer tiga dimensi (Veasilia,
2007). Gelling agent yang digunakan pada formulasi adalah carbopol dengan
konsentrasi 1%. Humektan adalah bahan yang membantu mempertahankan
kelembaban pada permukaan kulit dengan cara menarik lembab dari
lingkungan (Veasilia, 2007).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


52

Tabel 12. Formulasi Sunscreen Sediaan Losio dari Ekstrak Bahan Alam

No Nama Kon Kon Kon Kon Kon Kon Kon Kon


Bahan sentr sentr sentr sentr sentr sentr sentr sentr
asi asi asi asi asi asi asi asi
Bah Bah Bah Bah Bah Bah Bah Bah
an an an an an an an an
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
L3 L3 L3 L4 L6 L7 L7 L7
1 Zat Aktif 8 10 12 20 5 1 3 5

2 Asam 2,5 2,5 2,5 - 4 3 3 3


stearat
3 Asam - - - - - 0,5 0,5 0,5
sitrat
4 PEG-400 - - - - - 1 1 1

5 Metilselul - - - 0,3 - - - -
osa
6 Parafin 7 7 7 - - 10 10 10
cair
7 Setil 0,5 0,5 0,5 - 4 0,5 0,5 0,5
alkohol
8 Metil 0,05 0,05 0,05 - 0,2 0,05 0,05 0,05
Paraben
9 Propilpara - - - - 0,03 0,05 0,05 0,05
ben
10 Nipagin - - - 0,1 - - - -
11 Gliserin 5 5 5 2 2 10 10 10

12 Triethanol 1 1 1 - 2 1,5 1,5 1,5


amin
13 Sodium - - - 2 - - - -
Triphospat
e
14 Aquadest Ad Ad Ad Ad Ad Ad Ad Ad
100 100 100 100 100 100 100 100
Keterangan :

- : Tidak memakai bahan tersebut

L3 : Literature 3 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L4 : Literature 4 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L6 : Literature 6 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

L7 : Literature 7 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

Institute Sains dan Teknologi Nasional


53

Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di
dalamnya (Megantara, et al., 2017). Bentuk sediaan losio memiliki sifat
konsistensi yang berwujud cair sehingga pengaplikasian yang cepat dan
merata pada permukaan kulit, mudah menyebar dan cepat menyerap serta
meninggalkan lapisan tipis untuk melindungi kulit (Ulandari & Sugihartini,
2020).

Formulasi losio di dalam tabel memiliki bahan tambahan selain bahan


aktif, antara lain asam stearate, asam sitrat, setil alkohol, triethanolamine,
sodium triphosphate sebagai emulsifying agent, metilparaben dan
propilparaben sebagai pengawet, nipagin sebagai astringen, gliserin dan PEG
400 sebagai humektan dan aquadest sebagai pelarut.

Fase minyak adalah asam stearate, asam sitrat, setil alkohol,


triethanolamine, sodium triphosphate, propilparaben dan gliserin. Fase air
adalah PEG 400, nipagin, metilparaben, dan aquadest.

Tabel 13. Formulasi Sunscreen Sediaan Mikroemulsi dari Ekstrak Bahan


Alam

No Nama Bahan Konsen Konsen Konsen Konsen Konsen


trasi trasi trasi trasi trasi
Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan
(%) L5 (%) L5 (%) L5 (%) L5 (%) L5
1 Zat aktif 0 5 10 15 20
2 Tween 80 29 29 29 29 29
3 Span 80 13,2 13,2 13,2 13,2 13,2
4 PEG 400 12 12 12 12 12
5 VCO 4 4 4 4 4
6 Aquadest Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
Keterangan :

L5 : Literature 5 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

Mikroemulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari air, minyak, dan
senyawa amfifilik (surfaktan dan kosurfaktan). Mikroemulsi bersifat
homogen, stabil secara termodinamika, isotropik, dan viskositas rendah.

Institute Sains dan Teknologi Nasional


54

Ukuran partikel rata-rata mikroemulsi berada dalam kisaran 0,1-1,0 μm


(Mutiah, et al., 2019).

Formulasi mikroemulsi di dalam tabel memiliki bahan tambahan selain


bahan aktif, antara lain tween 80 dan span 80 sebagai surfaktan, PEG 400
sebagai co-surfaktan, VCO sebagai fase minyak dan aquadest sebagai pelarut.

Mikroemulsi yang dibuat pada penelitian dalam literature kelima adalah


mikroemulsi dengan tipe minyak dalam air (m/a). Bahan fase minyak adalah
span 80 yang bersifat lipofilik dan VCO. Bahan fase air adalah tween 80 yang
bersifat hidrofilik dan aquadest. Dengan PEG-400 adalah bahan co-surfaktan
dimana co-surfaktan adalah bahan yang membantu surfaktan dalam
mengurangi tegangan antarmuka antara fase minyak dan fase air (Mutiah, et
al., 2019).

4.3.5 Uji Organoleptis Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam


Uji organoleptik adalah sebuah uji yang bertujuan untuk mengevaluasi
penampilan fisik dari sediaan yang dibuat dengan mengamati bentuk, bau
dan warnanya (Nuryana & Soelandjari, 2018).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


55

Tabel 14. Hasil Pengujian Organoleptis Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota


Dewa, Kulit Nanas dan Daun Kelor

No Literature Ekstrak Bahan Sediaan Konsentrasi Warna Bau


Alam Zat Aktif
1 L1 Mahkota Dewa Gel 1,25 Kuning ≠
(Phaleria pucat
macrocarpa
fruit)
2 L1 Mahkota Dewa Gel 2,5 Kuning ≠
(Phaleria cerah
macrocarpa
fruit)
3 L1 Mahkota Dewa Gel 5 Kuning ≠
(Phaleria cerah
macrocarpa
fruit)
4 L2 Mahkota Dewa Gel 1 Coklat Baik
(Phaleria kekunin
macrocarpa gan
fruit)
5 L3 Kulit Buah Losion 8 Kuning Bau
Nanas (Ananas kehijau khas
comosus L. an buah
(Merr)) nanas
6 L3 Kulit Buah Losion 10 Kuning Bau
Nanas (Ananas kehijau khas
comosus L. an buah
(Merr)) nanas
7 L3 Kulit Buah Losion 12 Kuning Bau
Nanas (Ananas kehijau khas
comosus L. an buah
(Merr)) nanas
8 L4 Kulit Buah Losion 20 Coklat Khas
Nanas (Ananas nanas
comosus L.
(Merr))
9 L5 Kulit Buah Mikroe 0 Kuning Khas
Nanas (Ananas mulsi Span
comosus L. 80
(Merr))
10 L5 Kulit Buah Mikroe 5 Kuning Khas
Nanas (Ananas mulsi Span
comosus L. 80
(Merr))

Institute Sains dan Teknologi Nasional


56

11 L5 Kulit Buah Mikroe 10 Kuning Khas


Nanas (Ananas mulsi kecokla Span
comosus L. tan 80
(Merr))
12 L5 Kulit Buah Mikroe 15 Kuning Khas
Nanas (Ananas mulsi kecokla Span
comosus L. tan 80
(Merr))
13 L5 Kulit Buah Mikroe 20 Coklat Khas
Nanas (Ananas mulsi Span
comosus L. 80
(Merr))
14 L6 Daun Kelor Losion 5 ≠ ≠
(Moringa
oleifera)
15 L6 Daun Kelor Gel 5 ≠ ≠
(Moringa
oleifera)
16 L7 Daun Kelor Losion 1 Hijau Khas
(Moringa lumut daun
oleifera) pucat kelor
17 L7 Daun Kelor Losion 3 Hijau Khas
(Moringa lumut daun
oleifera) cerah kelor
18 L7 Daun Kelor Losion 5 Hijau Khas
(Moringa lumut daun
oleifera) pekat kelor
Keterangan :

≠ : Tidak dilakukan uji pada sampel

L1 : Literature 1 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L2 : Literature 2 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L3 : Literature 3 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L4 : Literature 4 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L5 : Literature 5 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L6 : Literature 6 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

L7 : Literature 7 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

Dari 7 literature yang tertera pada tabel di atas menunjukkan bahwa 6


literature melakukan uji untuk organoleptis. Dari tabel diatas dapat kita perhatikan
bahwa dengan pertambahan ekstrak pada sediaan maka warna yang didapatkan
akan semakin pekat sesuai dengan warna yang terdapat pada bahan alam yang
digunakan. Ekstrak buah mahkota dewa yang digunakan pada konsentrasi terendah

Institute Sains dan Teknologi Nasional


57

yaitu 1,25 % berwarna kuning pucat, diikuti penambahan kosentrasi pada 2,5 % dan
5 % didapatkan warna kuning cerah, pada literature kedua yang menggunakan
konsentrasi buah mahkota dewa sebanyak 1% mendapatkan warna yang lebih pekat
yaitu coklat kekuningan. Ekstrak kulit nanas pada literature 3, 4 dan 5 mendapatkan
warna pada konsentrasi rendah adalah warna kuning dan konsentrasi tertinggi
adalah warna coklat. Ekstrak daun kelor pada literature 7 mendapatkan warna
sesuai tingkat konsentrasi yaitu 1% warna hijau lumut pucat, 3% warna hijau lumut
cerah dan 5% warna hijau lumut pekat.

4.3.6 Uji Homogenitas pada Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam


Uji homogenitas ditujukan untuk menguji kehomogenan sampel
yang diambil secara acak kemudian diletakkan di atas plat lalu diraba dan
digosok. Sampel dapat dikatakan homogen jika tidak ada partikel atau
padatan yang tersisa pada sediaan dan memiliki struktur yang rata (Nuryana
& Soelandjari, 2018).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


58

Tabel 15. Hasil Pengujian Homogenitas Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota


Dewa Kulit Nanas dan Daun Kelor

No Literature Ekstrak Bahan Sediaan Konsentrasi Homogenitas


Alam (%)
1 L1 Mahkota Dewa Gel 1,25 Homogen
(Phaleria
macrocarpa fruit)
2 L1 Mahkota Dewa Gel 2,5 Homogen
(Phaleria
macrocarpa fruit)
3 L1 Mahkota Dewa Gel 5 Homogen
(Phaleria
macrocarpa fruit)
4 L2 Mahkota Dewa Gel 1 Homogen
(Phaleria
macrocarpa fruit)
5 L3 Kulit Buah Nanas Losio 8 Homogen
(Ananas comosus
L. (Merr))
6 L3 Kulit Buah Nanas Losio 10 Homogen
(Ananas comosus
L. (Merr))
7 L3 Kulit Buah Nanas Losio 12 Homogen
(Ananas comosus
L. (Merr))
8 L4 Kulit Buah Nanas Losio 20 Homogen
(Ananas comosus
L. (Merr))
9 L5 Kulit Buah Nanas Mikroe 0 ≠
(Ananas comosus mulsi
L. (Merr))
10 L5 Kulit Buah Nanas Mikroe 5 ≠
(Ananas comosus mulsi
L. (Merr))
11 L5 Kulit Buah Nanas Mikroe 10 ≠
(Ananas comosus mulsi
L. (Merr))
12 L5 Kulit Buah Nanas Mikroe 15 ≠
(Ananas comosus mulsi
L. (Merr))
13 L5 Kulit Buah Nanas Mikroe 20 ≠
(Ananas comosus mulsi
L. (Merr))

Institute Sains dan Teknologi Nasional


59

14 L6 Daun Kelor Losion 5 ≠


(Moringa
oleifera)
15 L6 Daun Kelor Gel 5 ≠
(Moringa
oleifera)
16 L7 Daun Kelor Losion 1 Homogen
(Moringa
oleifera)
17 L7 Daun Kelor Losion 3 Homogen
(Moringa
oleifera)
18 L7 Daun Kelor Losion 5 Homogen
(Moringa
oleifera)
Keterangan :

≠ : Tidak dilakukan uji pada sampel

L1 : Literature 1 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L2 : Literature 2 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L3 : Literature 3 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L4 : Literature 4 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L5 : Literature 5 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L6 : Literature 6 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

L7 : Literature 7 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi homogenitas adalah suhu


pengadukan, tegangan antarmuka, kecepatan pengadukan dan waktu
pengadukan. Suhu pencampuran dapat mempengaruhi tegangan antarmuka
pada sediaan sehingga mempengaruhi sifat fisik sediaan. Kecepatan
pengadukan dan waktu pengadukan dapat mempengaruhi partikel-partikel
yang ada menjadi semakin kecil sehingga tercipta pencampuran yang
optimum dan menghasilkan produk yang homogen (Baskara, et al., 2020).

Dari 7 literature yang tertera di atas terdapat 5 literature yang


melakukan uji homogenitas dan mendapatkan hasil homogen pada seluruh
sampel sunscreen yang menandakan bahwa bahan-bahan yang digunakan
pada formulasi sunscreen dengan berbagai sediaan tercampur dan
terdistribusi dengan rata sehingga tidak menyebabkan iritasi ketika dioleskan

Institute Sains dan Teknologi Nasional


60

pada permukaan kulit dan zat aktif yang menyebar rata pada kulit dapat
mencapai hasil yang diinginkan.

4.3.7 Uji Daya Sebar pada Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam
Uji daya sebar bertujuan untuk melihat kemampuan penyebaran sediaan
sunscreen pada permukaan kulit, dimana sunscreen diharapkan mampu
menyebar dengan mudah pada saat dioleskan pada kulit tanpa menggunakan
tekanan yang berarti (Gurning, et al., 2016)

Tabel 16. Hasil Pengujian Daya Sebar Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota
Dewa Kulit Nanas dan Daun Kelor pada Literature

No Litera Ekstrak Bahan Alam Sediaan Konsen Daya


ture trasi Sebar
(%)
1 L1 Mahkota Dewa Gel 1,25 4,45 cm
(Phaleria
macrocarpa fruit)
2 L1 Mahkota Dewa Gel 2,5 4,8 cm
(Phaleria
macrocarpa fruit)
3 L1 Mahkota Dewa Gel 5 5,8 cm
(Phaleria
macrocarpa fruit)
4 L2 Mahkota Dewa Gel 1 9,4 cm
(Phaleria
macrocarpa fruit)
5 L3 Kulit Buah Nanas Losio 8 6 cm
(Ananas comosus L.
(Merr))
6 L3 Kulit Buah Nanas Losio 10 6,5 cm
(Ananas comosus L.
(Merr))
7 L3 Kulit Buah Nanas Losio 12 7 cm
(Ananas comosus L.
(Merr))
8 L4 Kulit Buah Nanas Losio 20 9,17 cm
(Ananas comosus L.
(Merr))
9 L5 Kulit Buah Nanas Mikroemu 0 ≠
(Ananas comosus L. lsi
(Merr))

Institute Sains dan Teknologi Nasional


61

10 L5 Kulit Buah Nanas Mikroemu 5 ≠


(Ananas comosus L. lsi
(Merr))
11 L5 Kulit Buah Nanas Mikroemu 10 ≠
(Ananas comosus L. lsi
(Merr))
12 L5 Kulit Buah Nanas Mikroemu 15 ≠
(Ananas comosus L. lsi
(Merr))
13 L5 Kulit Buah Nanas Mikroemu 20 ≠
(Ananas comosus L. lsi
(Merr))
14 L6 Daun Kelor Losion 5 11,87 cm
(Moringa oleifera)
15 L6 Daun Kelor Gel 5 7,97 cm
(Moringa oleifera)
16 L7 Daun Kelor Losion 1 6,64 cm
(Moringa oleifera)
17 L7 Daun Kelor Losion 3 5,58 cm
(Moringa oleifera)
18 L7 Daun Kelor Losion 5 5 cm
(Moringa oleifera)
Keterangan :

≠ : Tidak dilakukan uji pada sampel

L1 : Literature 1 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L2 : Literature 2 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L3 : Literature 3 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L4 : Literature 4 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L5 : Literature 5 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L6 : Literature 6 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

L7 : Literature 7 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

Terlihat dari 7 literature yang tertera pada tabel di atas hanya literature
5 yang tidak melakukan uji daya sebar karena telah melakukan uji ukuran
partikel, dimana hasil uji ukuran partikel pada penelitian literature kelima
mendapatkan hasil yang sesuai spesifikasinya yaitu 0,1-1 µm. Dengan ukuran
partikel yang semakin kecil, maka sediaan dapat memberikan efisiensi
absorpsi yang tinggi (Mutiah, et al., 2019).

Daya sebar yang baik menyebabkan kontak antara sunscreen dengan


kulit menjadi luas, sehingga absorpsi sampel ke kulit berlangsung cepat dan

Institute Sains dan Teknologi Nasional


62

manfaat terapeutik dapat dirasakan. Syarat daya sebar untuk sediaan topical
adalah 5-7 cm (Sugihartini, et al., 2018). Hasil uji daya sebar yang memiliki
nilai kurang dari syarat menandakan berkurangnya efektivitas absorpsi pada
sediaan. Hasil uji daya sebar yang sesuai dengan syarat daya sebar akan
mempengaruhi kemudahan dan kenyamanan pada saat pengaplikasian
(Husnani & Muazham, 2017).

Hasil penelitian literature pertama pada konsentrasi 1,25% dan 2,5%


memiliki nilai daya sebar yang lebih kecil dari syarat daya sebar yaitu 4,45
cm dan 4,8 cm. Hasil penelitian literature kedua, literature keempat, literature
keenam pada sediaan losion dan gel memiliki nilai daya sebar yang lebih
besar dari syarat daya sebar yaitu 9,4; 9,17; 11,87 dan 7,97. Hasil penelitian
literature pertama konsentrasi 5%, literature ketiga dan literature ketujuh
memiki nilai daya sebar yang sesuai dengan syarat daya sebar.

4.3.8 Uji pH pada Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam


Uji pH yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keamanan sediaan
sehingga pada saat sunscreen digunakan tidak mengiritasi kulit (Gurning, et
al., 2016).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


63

Tabel 17. Hasil Pengujian pH Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota Dewa Kulit
Nanas dan Daun Kelor

No Literature Ekstrak Bahan Sediaan Konsentrasi pH


Alam (%)
1 L1 Mahkota Dewa Gel 1,25 6,00
(Phaleria
macrocarpa
fruit)
2 L1 Mahkota Dewa Gel 2,5 5,80
(Phaleria
macrocarpa
fruit)
3 L1 Mahkota Dewa Gel 5 5,90
(Phaleria
macrocarpa
fruit)
4 L2 Mahkota Dewa Gel 1 7,30
(Phaleria
macrocarpa
fruit)
5 L3 Kulit Buah Losio 8 6,00
Nanas (Ananas
comosus L.
(Merr))
6 L3 Kulit Buah Losio 10 6,00
Nanas (Ananas
comosus L.
(Merr))
7 L3 Kulit Buah Losio 12 6,00
Nanas (Ananas
comosus L.
(Merr))
8 L4 Kulit Buah Losio 20 5,41
Nanas (Ananas
comosus L.
(Merr))
9 L5 Kulit Buah Mikroe 0 5,93
Nanas (Ananas mulsi
comosus L.
(Merr))
10 L5 Kulit Buah Mikroe 5 6,60
Nanas (Ananas mulsi
comosus L.
(Merr))

Institute Sains dan Teknologi Nasional


64

11 L5 Kulit Buah Mikroe 10 6,57


Nanas (Ananas mulsi
comosus L.
(Merr))
12 L5 Kulit Buah Mikroe 15 6,37
Nanas (Ananas mulsi
comosus L.
(Merr))
13 L5 Kulit Buah Mikroe 20 6,63
Nanas (Ananas mulsi
comosus L.
(Merr))
14 L6 Daun Kelor Losion 5 4,73
(Moringa
oleifera)
15 L6 Daun Kelor Gel 5 5,66
(Moringa
oleifera)
16 L7 Daun Kelor Losion 1 7,82
(Moringa
oleifera)
17 L7 Daun Kelor Losion 3 7,51
(Moringa
oleifera)
18 L7 Daun Kelor Losion 5 7,16
(Moringa
oleifera)
Keterangan :

L1 : Literature 1 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L2 : Literature 2 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L3 : Literature 3 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L4 : Literature 4 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L5 : Literature 5 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L6 : Literature 6 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

L7 : Literature 7 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

Dari tujuh literature dapat dilihat bahwa ketujuhnya melakukan


evaluasi uji pH, karena uji pH adalah salah satu syarat utama dalam sunscreen
dimana ketujuh literature sesuai dengan syarat yaitu nilai pH kulit pada
sediaan topical, dengan nilai antara 4-8 (Ulandari & Sugihartini, 2020). Jadi,
jika diterapkan pada kulit maka akan aman, karena jika sediaan terlalu asam

Institute Sains dan Teknologi Nasional


65

dapat menyebabkan iritasi kulit, dan jika pH terlalu basa dapat menyebabkan
kulit bersisik (Mutiah, et al., 2019).

Nilai pH sediaan juga harus diperhatikan karena terkait dengan khasiat


dan stabilitas zat aktif dalam sediaan tersebut. pH sediaan sangat tergantung
dari komposisi bahan yang diformulasikan baik zat aktif ataupun zat aditif
yang digunakan. Kenaikkan atau penurunan nilai pH penyimpanan dapat
menandakan adanya reaksi atasu kerusakan komponen penyusun dalam
sediaan sehingga mempengaruhi efek yang dihasilkan saat diaplikasikan
(Dewi, et al., 2018).

4.3.9 Uji Viskositas pada Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam


Pengujian viskositas pada penelitian ini memiliki tujuan untuk
mengetahui sifat alir dan tingkat kekentalan pada setiap sediaan topical
sunscreen (Ulandari & Sugihartini, 2020). Semakin tinggi viskositas maka
semakin kental suatu sediaan (Mutiah, et al., 2019). Semakin tinggi viskositas
semakin besar hambatan untuk mengalir (Yanti, et al., 2019).

Tabel 18. Hasil Pengujian Viskositas Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota


Dewa Kulit Nanas dan Daun Kelor

No Literature Ekstrak Bahan Sediaan Konsentrasi Viskositas


Alam (%) (cps)
1 L1 Mahkota Dewa Gel 1,25 21890
(Phaleria
macrocarpa
fruit)
2 L1 Mahkota Dewa Gel 2,5 23270
(Phaleria
macrocarpa
fruit)
3 L1 Mahkota Dewa Gel 5 29880
(Phaleria
macrocarpa
fruit)
4 L2 Mahkota Dewa Gel 1 580000
(Phaleria
macrocarpa
fruit)

Institute Sains dan Teknologi Nasional


66

5 L3 Kulit Buah Losio 8 ≠


Nanas (Ananas
comosus L.
(Merr))
6 L3 Kulit Buah Losio 10 ≠
Nanas (Ananas
comosus L.
(Merr))
7 L3 Kulit Buah Losio 12 ≠
Nanas (Ananas
comosus L.
(Merr))
8 L4 Kulit Buah Losio 20 3000
Nanas (Ananas
comosus L.
(Merr))
9 L5 Kulit Buah Mikroe 0 102,3
Nanas (Ananas mulsi
comosus L.
(Merr))
10 L5 Kulit Buah Mikroe 5 127,3
Nanas (Ananas mulsi
comosus L.
(Merr))
11 L5 Kulit Buah Mikroe 10 498,9
Nanas (Ananas mulsi
comosus L.
(Merr))
12 L5 Kulit Buah Mikroe 15 511,7
Nanas (Ananas mulsi
comosus L.
(Merr))
13 L5 Kulit Buah Mikroe 20 601,2
Nanas (Ananas mulsi
comosus L.
(Merr))
14 L6 Daun Kelor Losion 5 303,6
(Moringa
oleifera)
15 L6 Daun Kelor Gel 5 2853,8
(Moringa
oleifera)
16 L7 Daun Kelor Losion 1 13880
(Moringa
oleifera)

Institute Sains dan Teknologi Nasional


67

17 L7 Daun Kelor Losion 3 15440


(Moringa
oleifera)
18 L7 Daun Kelor Losion 5 23500
(Moringa
oleifera)
Keterangan :

≠ : Tidak dilakukan uji pada sampel

L1 : Literature 1 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L2 : Literature 2 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L3 : Literature 3 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L4 : Literature 4 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L5 : Literature 5 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L6 : Literature 6 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

L7 : Literature 7 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas adalah suhu, konsentrasi


larutan, berat molekul terlarut dan tekanan (Lumbantoruan & Yulianti, 2016).
Semakin tinggi suatu sediaan maka semakin rendah daya sebar suatu sediaan
(Ulandari & Sugihartini, 2020), semakin rendah nilai daya sebar maka akan
berkurang efektivitas absorpsi suatu sediaan ke kulit yang mengakibatkan
menurunnya manfaat terapeutik (Sugihartini, et al., 2018).

Dan dapat kita amati dalam tabel yaitu adanya peningkatan nilai
viskositas terjadi dengan semakin tinggi penambahan konsentrasi ekstrak
pada sediaan sunscreen. Hal tersebut terjadi dengan semakin tinggi
penambahan konsentrasi ekstrak bahan alam maka jumlah air dalam
sunscreen menurun sehingga sunscreen menjadi lebih kental.

Dari ketujuh literature dapat kita amati bawa 6 literature melakukan uji
viskositas yaitu untuk mengetahui kekentalan pada sediaan sunscreen.
Terlihat dalam tabel bahwa Literature 5 dengan sediaan mikroemulsi
memiliki viskositas mikroemulsi yang baik yaitu dibawah 300 cps. Viskositas
losio pada literature 4, literature 6, dan literature 7 juga memiliki viskositas
losio yang baik yaitu dibawah 30000 cps. Literatur satu dan literature enam
yang memiliki sediaan gel memiliki viskositas gel yang baik yaitu diantara

Institute Sains dan Teknologi Nasional


68

2000-50000 cps. Hasil viskositas pada penelitian literature kedua memiliki


viskositas 580000 cps yang menandakan bahwa nilai viskositas lebih tinggi
dari syarat viskositas yang baik pada sediaan gel.

Secara teoritis sifat alir pada sediaan gel adalah pseudoplastis dan sifat
alir pada sediaan mikroemulsi dan losion adalah thiksotropik (Sinala,
2016).Viskositas pada literature kedua memiliki sifat alir pseudoplastis yang
sesuai dengan sifar alir sediaan gel. Dengan grafik dibawah ini.

Gambar 18. Grafik Viskositas Literature Kedua dengan Sifat Alir


Pseudoplastis

4.3.10 Uji SPF pada Sunscreen dari Ekstrak Bahan Alam


Pengujian SPF pada sunscreen bertujuan untuk melihat kemampuan
esktrak sebagai zat aktif dalam sediaan mampu melindungi kulit dari sinar
UV dengan cara menghitung nilai SPFnya (Ulandari & Sugihartini, 2020).
Penentuan nilai SPF dilakukan secara in vitro dengan metode
spektrofotometri UV-Vis (Gurning, et al., 2016).

Institute Sains dan Teknologi Nasional


69

Tabel 19. Hasil Pengujian Sun Protective Factor (SPF) pada


Sunscreen Sunscreen Ekstrak Buah Mahkota Dewa Kulit Nanas dan Daun
Kelor pada Literature

No Literature Ekstrak Bahan Sedia Konsentrasi Nilai Kategori


Alam an (%) SPF
1 L1 Mahkota Dewa Gel 1,25 11,2 Rendah
(Phaleria
macrocarpa
fruit)
2 L1 Mahkota Dewa Gel 2,5 38,6 Tinggi
(Phaleria
macrocarpa
fruit)
3 L1 Mahkota Dewa Gel 5 88,5 Sangat
(Phaleria 3 tinggi
macrocarpa
fruit)
4 L2 Mahkota Dewa Gel 1 8,58 Rendah
(Phaleria 3
macrocarpa
fruit)
5 L3 Kulit Buah Losio 8 2,66 Sangat
Nanas (Ananas Rendah
comosus L.
(Merr))
6 L3 Kulit Buah Losio 10 2,72 Sangat
Nanas (Ananas Rendah
comosus L.
(Merr))
7 L3 Kulit Buah Losio 12 2,83 Sangat
Nanas (Ananas Rendah
comosus L.
(Merr))
8 L4 Kulit Buah Losio 20 0,81 Sangat
Nanas (Ananas 93 Rendah
comosus L.
(Merr))
9 L5 Kulit Buah Mikro 0 1,86 Sangat
Nanas (Ananas emuls 24 Rendah
comosus L. i
(Merr))

Institute Sains dan Teknologi Nasional


70

10 L5 Kulit Buah Mikro 5 2,02 Sangat


Nanas (Ananas emuls 94 Rendah
comosus L. i
(Merr))
11 L5 Kulit Buah Mikro 10 2,13 Sangat
Nanas (Ananas emuls 91 Rendah
comosus L. i
(Merr))
12 L5 Kulit Buah Mikro 15 2,93 Sangat
Nanas (Ananas emuls 22 Rendah
comosus L. i
(Merr))
13 L5 Kulit Buah Mikro 20 3,77 Sangat
Nanas (Ananas emuls 59 Rendah
comosus L. i
(Merr))
14 L6 Daun Kelor Losio 5 24,9 Sedang
(Moringa n 8
oleifera)
15 L6 Daun Kelor Gel 5 25,8 Sedang
(Moringa 9
oleifera)
16 L7 Daun Kelor Losio 1 10,7 Rendah
(Moringa n 4
oleifera)
17 L7 Daun Kelor Losio 3 24,4 Sedang
(Moringa n 0
oleifera)
18 L7 Daun Kelor Losio 5 31,9 Tinggi
(Moringa n 3
oleifera)
Keterangan :

≠ : Tidak dilakukan uji pada sampel

L1 : Literature 1 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L2 : Literature 2 (M ahkota Dewa (Phaleria macrocarpa fruit))

L3 : Literature 3 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L4 : Literature 4 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L5 : Literature 5 (Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L. (M err)))

L6 : Literature 6 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

L7 : Literature 7 (Daun Kelor (Moringa oleifera))

Dari uji SPF pada 7 literature, dapat kita amati bahwa semua zat aktif yang
memiliki potensi sebagai sunscreen. SPF pada zat aktif ekstrak buah mahkota dewa

Institute Sains dan Teknologi Nasional


71

memiliki potensi lebih tinggi, diikuti dengan zat aktif ekstrak daun kelor dan zat
aktif ekstrak kulit nanas memiliki potensi terendah sebagai sunscreen.

Dalam literature 4 pada penelitian yang dilakukan oleh Ulva, dkk dengan
konsentrasi 20 % mendapat nilai SPF 0,8193 dimana nilai tersebut tidak memenuhi
syarat yang tercantum dalam FDA yaitu minimal 2. Hal tersebut dapat terjadi
kemungkinan karena adanya proses human error, mulai dari proses ekstraksi,
formulasi dan sampai evaluasi spf. Dan dapat terjadi kemungkinan karena memiliki
kadar antioksidan yang kecil dalam kulit nanas yang diteliti.

Institute Sains dan Teknologi Nasional


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
1. Efektivitas bahan alam sebagai sunscreen dari ekstrak Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa) memiliki aktivitas sunscreen dengan isolate
mahkosida A intensitas fotoprotektif yang tinggi dengan nilai SPF 34,5089
pada konsentrasi 1000 ppm, isolate mangiferin intensitas fotoprotektif yang
sedang dengan nilai SPF 27,8173 pada konsentrasi 1000 ppm, isolate 6,
DMPH intensitas fotoprotektif yang sedang dengan nilai SPF 29,2071 pada
konsentrasi 1000 ppm. Ekstrak kulit buah nanas (Ananas comosus L.
(Merr)) memiliki intensitas perlindungan sangat rendah dengan nilai SPF
3,6172 pada konsentrasi 20000 ppm, dan ekstrak Daun Kelor (Moringa
oleifera) memiliki intensitas perlindungan yang tinggi dengan nilai SPF
31,09 pada konsentrasi 50000 ppm.
2. Kualitas fisik pada formulasi sediaan sunscreen ekstrak Buah Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa fruit), Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L.
(Merr)), dan Daun Kelor (Moringa oleifera) baik karena memiliki uji
organoleptis yang baik, homogen, memiliki daya sebar yang baik, pH yang
sesuai dengan pH kulit manusia 4,5-7, memiliki viskositas yang baik di
setiap sediaan yaitu sediaan gel, losio dan mikroemulsi, dan nilai SPF pada
konsentrasi tertinggi masing-masing adalah buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa) 88,53, kulit buah nanas (Ananas comosus) 3,7759, dan daun
kelor (Moringa oleifera) 31,93.

5.2 Saran
1. Dilakukan studi lebih lanjut untuk ekstrak bahan alam lain yang berpotensi
sebagai Sunscreen.
2. Dilakukan studi lebih lanjut untuk sediaan yang lebih beragam seperti
sediaan aerosol, mikroemulgel, nanoemulsi, nanoemulgel.

72
DAFTAR PUSTAKA

Alara, O. R., Alara, J. A. & Olalere, O. A., 2016. Review on Phaleria macrocarpa
Pharmacological and Phytochemical Properties. Drug Designing, an Open Access
journal, 4 July.5(3).

Alhabsyi, D. F., Suryanto, E. & Wewengkang, D. S., 2014. AKTIVITAS


ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA PADA EKSTRAK KULIT BUAH
PISANG GOROHO (Musa acuminate L.). Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(2).

Alimsyah, F., Sugihartini, N. & Susanti, H., 2020. OPTIMASI CAMPURAN


EKSTRAK ETANOL BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DAN EKSTRAK
ETANOL DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM KRIM SEBAGAI
ANTIAGING. Jurnal Darul Azhar, 9(1), pp. 23-29.

Altaf, R. et al., 2013. Phytochemistry and medicinal properties of Phaleria


macrocarpa (Scheff.) Boerl. extracts. Pharmacognosy Reviews.

Anwar, F., Latif, S., Ashraf, M. & Gilani, A. H., 2006. Moringa oleifera: a food
plant with multiple medicinal uses. Phytotherapy Research, 21(1), p. 17–25.

Ardi, J., Akrinisa, M. & Arpah, M., 2019. KERAGAMAN MORFOLOGI


TANAMAN NANAS( ANANAS COMOSUS (L) MERR) DI KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR. Jurnal Agro Indragiri, Januari.IV(1).

Baskara, I. B. B., Suhendra, L. & Wrasiati, L. P., 2020. Pengaruh Suhu


Pencampuran dan Lama Pengadukan terhadap Karakteristik Sediaan Krim. Jurnal
Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 8(2), pp. 200-209.

Cefali, L. C. et al., 2016. Review Article Plant-based active photoprotectants for


sunscreens. International Journal of Cosmetic Science, pp. 346-353.

Chairunnisa, S., Wartini, N. M. & Suhendra, L., 2019. Pengaruh Suhu dan Waktu
Maserasi terhadap Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.)

73
74

sebagai Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 7(4), pp.
551-560.

Charoensin, S., 2014. Antioxidant and anticancer activities of Moringa oleifera


leaves. Journal of Medicinal Plant Research, Februari, 8(7), pp. 318-325.

Damogalad, V., Edy, H. J. & Supriati, H. S., 2013. FORMULASI KRIM TABIR
SURYA EKSTRAK KULIT NANAS (ANANAS COMOSUS L MERR) DAN UJI
IN VITRO NILAI SUN PROTECTING FACTOR (SPF). PHARMACON Jurnal
Ilmiah Farmasi.

Das, G. et al., 2019. Investigation of antioxidant, antibacterial, antidiabetic, and


cytotoxicity potential of silver nanoparticles synthesized using the outer peel extract
of Ananas comosus (L.). PLOS ONE, 12 August.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V.


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dewi, D. R. N., Zakkia, L. U., Khoiruddin, W. & Harismah, K., 2018. PENGARUH
pH TERHADAP LAMANYA PENYIMPANAN SEDIAAN ESKTRAK DAUN
SELIGI DAN EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH SEBAGAI OBAT
ANTINYERI.

Donglikar, M. M. & Dheore, S. L., 2016. Sunscreens: A Review. Pharmacognosy


Journal, May-Jun.8(3).

Geraldine, E. T. & Hastuti, E. D., 2018. FORMULATION OF SUNSCREEN


CREAM OF PARIJOTO FRUIT EXTRACT (Medinilla speciosaBlume) AND IN
VITRO SPF VALUE TEST. Journal of Pharmaceutical Sciences and Community,
November.pp. 92-98.

Gunarti, N. S. & Fikayuniar, L., 2019. Formulasi dan uji aktivitas gel tabir surya
dari ekstrak buah blackberry (Rubus fruticosus) secara in vitro dengan
spektrofotometri Uv-visibel. Jurnal Ilmiah Farmasi, 7(2), pp. 66-72.

74
75

Gurning, H. E. T., Wullur, A. C. & Lolo, W. A., 2016. FORMULASI SEDIAAN


LOSIO DARI EKSTRAK KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus L. (Merr))
SEBAGAI TABIR SURYA. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi, 3 Agustus.

Hanrahan, J. R., 2012. Sunscreens. Australian Prescriber, Volume 35.

Hatam, S. F., Suryanto, E. & Abidjulu, J., 2013. Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak
Kulit Nanas (Ananas comosus (L) Merr).. Jurnal Ilmiah Farmasi, February.2(1).

Hendra, R. et al., 2011. Antioxidant, Anti-inflammatory and Cytotoxicity of


Phaleria macrocarpa (Boerl.) Scheff Fruit. BMC Complementary and Alternative
Medicine.

Husnani & Muazham, M. F. A., 2017. OPTIMASI PARAMETER FISIK


VISKOSITAS, DAYA SEBAR DAN DAYA LEKAT PADA BASIS NATRIUM
CMC DAN CARBOPOL 940 PADA GEL MADU DENGAN METODE
SIMPLEX LATTICE DESIGN. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, 14(1).

Indrayani, A. W. et al., 2020. The potential of sunscreen preparation containing


ethanol extract of Moringa oliefera leaves in nanoemulgel formulation. Bali
Medical Journal (Bali Med J), 9(3), pp. 893-902.

Kanitakis, J. M., 2002. Anatomy, histology and immunohistochemistry of normal


human skin. European Journal of Dermatology, July.12(4).

Kulkarni, S. S., Bhalke, R. D., Pande, V. V. & Kendre, P. N., 2014. HERBAL
PLANTS IN PHOTO PROTECTION AND SUN SCREENING ACTION: AN
OVERVIEW. INDO AMERICAN JOURNAL OF PHARMACEUTICAL
RESEARCH, February.4(2).

Kurniawan, R. E., 2008. Optimasi Formulasi Gel Sunscreen Ekstrak Etanol


Rimpang Kunir Putih (Curcuma Mangga Val) Tinjauan Terhadap Sorbitol dan
Propilen Glikol, Yogyakarta: s.n.

Lay, M. M., Karsani, S. A., Mohajer, S. & Malek, S. N., 2014. Phytochemical
constituents, nutritional values, phenolics, flavonols, flavonoids, antioxidant and

75
76

cytotoxicity studies on Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl fruits. BMC


Complementary and Alternative Medicine, 14(152).

Leba, M. A. U., 2017. Buku Ajar Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta:
Deepublish.

Lumbantoruan, P. & Yulianti, E., 2016. PENGARUH SUHU TERHADAP


VISKOSITAS MINYAK PELUMAS (OLI). Jurnal.univpgri, 13(2), pp. 26-34.

Marzali, A., 2016. Menulis Kajian Literatur. Jurnal Etnosia, Desember.1(2).

Megantara, I. N. A. P. et al., 2017. FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH


RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI
TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK
TERHADAP LOTION. Jurnal Farmasi Udayana, 6(1).

Mishra, A. K., Mishra, A. & Chattopadhyay, P., 2011. Herbal Cosmeceuticals for
Photoprotection from Ultraviolet B Radiation: A Review. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research, Juni, 10(3), pp. 351-360.

Mitsui, T., 1997. New Cosmetic Science. 1st ed. s.l.:Elsevier Science B.V..

Muthukumarasamy, R. et al., 2017. FORMULATION AND IN VITRO


EVALUATION SUNSCREEN GEL FROM THE METHANOLIC RIPEN
FRUITS PULP EXTRACT OF PHALERIA MACROCARPA. INDO AMERICAN
JOURNAL OF PHARMACEUTICAL SCIENCES, 4(9), pp. 2762-2771.

Mutiah, R., Sukma, Y. C., Megawati, D. S. & Annisa, R., 2019. FORMULATION
AND CHARACTERIZATION OF SUNSCREEN MICROEMULSION OF
PINEAPPLE EXTRACT (Ananas comosus (L.)) WITH SYNERGISTIC
EFFICACY ON SUN PROTECTION FACTOR (SPF). J. Islamic Pharm, 4(1), pp.
9-18.

Ngoc, L. T. N. et al., 2019. Recent Trends of Sunscreen Cosmetic : An Update


Review. Cosmetics, 1 November.

76
77

Noviardi, H., Ratnasari, D. & Fermadianto, M., 2019. Formulasi Sediaan Krim
Tabir Surya dari Ekstrak Etanol Buah Bisbul (Diospyros blancoi). JURNAL ILMU
KEFARMASIAN INDONESIA, pp. 262-271.

Nowroji, K., 2017. THESIS "STUDY OF CYTOTOXIC MECHANISM AND THE


ROLE OF microRNA IN MDA-MB-231 CELLLINES TREATED WITH Phaleria
macrocarpa (Boerl.) FRUIT ETHYL ACETATE FRACTION (PMEAF)", Malaysia:
UNIVERSITI SAINS MALAYSIA.

Nuryana, M. F. & Soelandjari, W., 2018. AKTIVITAS NILAI SPF (SUN


PROTECTING FACTOR) KRIM TABIR SURYA EKSTRAK KULIT BUAH
NANAS (Ananas comusus L. Meer). Artikel Ilmiah.

Paliwal, R., Sharma, V. & Pracheta, 2011. A Review on Horse Radish Tree
(Moringa oleifera): A Multipurpose Tree with High Economic and Commercial
Importance. Asian Journal of Biotechnology, 3(4), pp. 317-328.

Parasetia, D. E., Ritaningsih & Purwanto, 2012. Pengambilan zat warna alami dari
kayu nangka. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 1(1), pp. 502-507.

Prasanth, B. et al., 2019. Plants and Phytoconstituents Having Sunscreen Activity.


WORLD JOURNAL OF CURRENT MEDICAL AND PHARMACEUTICAL
RESEARCH, 2(1).

Putri, D. A., Ulfi, A., Purnomo, A. S. & Fatmawati, S., 2018. Antioxidant and
antibacterial activities of Ananas comosus peel extracts. Malaysian Journal of
Fundamental and Applied Sciences, 14(2), pp. 307-311.

Putri, T., Wahid, A. M. & Afadil, 2019. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN


EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA). J.
Akademika. Kim.

Rabe, J. H. et al., 2006. Photoaging: Mechanisms and repair. Journal of the


American Academy of Dermatology,, July, Volume 55(1), p. 1–19.

77
78

Raja, R. R. et al., 2016. Moringa Oleifera-An Overview. RA Journal of Applied


Research, September, 2(9), pp. 620-624.

Romadanu, Rachmawati, S. H. & Lestari, S. D., 2014. PENGUJIAN AKTIVITAS


ANTIOKS IDAN EKSTRAK BUNGA LOTUS (Nelumbo nucifera). e-Journal
Fishtech, 3(1).

Rosen, M. R., 2015. Harry's Cosmeticology. 9th ed. s.l.:Chemical Publishing Co.,
Inc.

Rosida, Sidiq, H. B. H. F. & Apriliyanti, I. P., 2018. EVALUASI SIFAT FISIK


DAN UJI IRITASI GEL EKSTRAK KULIT BUAH PISANG (Musa acuminata
Colla). Journal of Current Pharmaceuticals Sciences, September.2(1).

Rosyidi, V. A., Deny, W. & Ameliana, L., 2018. OPTIMASI TITANIUM


DIOKSIDA DAN ASAM GLIKOLAT DALAM KRIM TABIR SURYA
KOMBINASI BENZOFENON-3 DAN OKTIL METOKSISINAMAT.
Pharmaceutical Journal of Indonesia, Volume 15.

Rowe, R. C., Sheskey, P. J. & Quinn, M. E., 2009. Handbook of Pharmaceutical


Excipients Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association.

Saraf, S. & Kaur, C. D., 2010. Phytoconstituents as photoprotective novel cosmetic


formulations. Pharmacognosy Reviews, Juli.

Shai, A., Maibach, H. I. & Baran, R., 2009. HANDBOOK OF COSMETIC SKIN
CARE Second Edition. UK: Replika Press Pvt Ltd.

Sinala, S., 2016. Farmasi Fisik. 1st ed. Jakarta: KEMENKES.

Sirwutubun, M., Ludong, M. M. & Rawung, D., 2016. PENGARUH


KONSENTRASI ETANOL TERHADAP KARAKTERISTIK EKSTRAK
PEWARNA ALAMI BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lamk.) DAN
APLIKASINYA PADA PRODUK PANGAN. ejournal.unsrat, 7(5).

78
79

Sugihartini, N., Fajri, M. A. & Rahmawati, D. R., 2018. Formulation of Moringa


oleifera Leaf Extract in Lotion and Gel as Sunscreen. Muhammadiyah International
Conference on Health and Pharmaceutical Development, pp. 154-158.

Susanty, Ridnugrah, N. A., Chaerrudin, A. & Yudistirani, S. A., 2019. Aktivitas


Antioksidan Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Zat Tambahan
Pembuatan Moizturizer. Prosiding, Oktober.

Tanaya, ,. V., Retnowati, R. & Suratmo, 2015. FRAKSI SEMI POLAR DARI
DAUN MANGGA KASTURI. Kimia Student Journal, 1(1), pp. 778-784.

Tsabitah, A. F., Zulkarnain, A. K., Wahyuningsih, M. S. H. & Nugrahaningsih, D.


A. A., 2019. Optimasi Carbomer, Propilen Glikol, dan Trietanolamin Dalam
Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Kembang Bulan (Tithonia
diversifolia). Majalah Farmaseutik, 16(2: 111-118).

Ulandari, A. S. & Sugihartini, N., 2020. Evaluasi Sifat Fisik Sediaan Lotion dengan
Variasi Konsentrasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) sebagai Tabir Surya.
Jurnal Farmasi Udayana, 9(1), pp. 45-51.

Ulva, S. W. & Solandjari, W., 2018. MUTU FISIK DAN NILAI SUN
PROTECTING FACTOR LOSIO TABIR SURYA EKSTRAK KULIT BUAH
NANAS (Ananas comosus Merr.). Artikel Ilmiah.

Varsha, G., Pooja, B. & Pournima, S., 2018. Anti-solar study of ethanolic extract
of leaves Moringa oleifera. International Journal of Advanced Community
Medicine, 1(3), pp. 08-10.

Veasilia, T. I., 2007. Formulasi Sediaan Sunscreen Ekstrak Rimpang Kunir Putih
(Curcuma mangga Val.) Dengan Carbopol 940 Sebagai Gelling Agent Dan
Propilen Glikol Sebagai Humectant, Yogyakarta: s.n.

Vélez-Gavilán, J., 2017. Moringa oleifera (horse radish tree). Invasive Species
Compendium.

79
80

Verdiana, M., Widarta, I. W. R. & Permana, I. D. G. M., 2018. PENGARUH JENIS


PELARUT PADA EKSTRAKSI MENGGUNAKAN GELOMBANG
ULTRASONIK TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT
BUAH LEMON (Citrus limon (Linn.) Burm F.). Jurnal Ilmu dan Teknologi
Pangan, Desember, 7(4), pp. 213-222.

Yanti, A. R. E., Pertiwi, R. D., Rakhmawati, I. & Utami, T. P., 2018. In-vitro and
in-vivo Sunscreen Activity of Active Compounds Isolated from Fruits of Phaleria
marcocarpha (Scheff.) Boerl. J Young Pharm.

Yanti, A. R., Rahayu, S. T., Saraswati, H. & Mun'im, A., 2019. Formulation and
Evaluation of Sunscreen Gels Containing Mangiferin Isolated from Phaleria
macrocarpa Fruits. International Journal of Pharmaceutical Investigation, Jul-
Sep.9(3).

Yulia, E. & Ambarwati, N. S. S., 2015. Dasar-Dasar Kosmetika Untuk Tata Rias.
Jakarta: Lembaga Pengembangan Universitas Negeri Jakarta.

Zulkarnain, A. K., Marchaban, Wahyuono, S. & Susidarti, R. A., 2015.


PENGARUH KONSENTRASI MAHKOTA DEWA TERHADAP STABILITAS
LOTION – KRIM SERTA UJI TABIR SURYA SECARA
SPEKTROFOTOMETRI. Majalah Farmaseutik, 11(3).

80
LAMPIRAN
Lampiran 1. Literature 1

Lampiran 2. Literature 2

81 Institute Sains dan Teknologi Nasional


82

Lampiran 3. Literature 3

Lampiran 4. Literature 4

Institute Sains dan Teknologi Nasional


83

Lampiran 5. Literature 5

Lampiran 6. Literature 6

Institute Sains dan Teknologi Nasional


84

Lampiran 7. Literature 7

Lampiran 8. Pencarian Jurnal

Institute Sains dan Teknologi Nasional


85

Institute Sains dan Teknologi Nasional

Anda mungkin juga menyukai