Anda di halaman 1dari 106

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP

PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN


DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPTD PUSKESMAS TAPOS

NAMA : WINDA EKA RATNA ANDESTA


NPM : 16334501

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
MARET 2020
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP
PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPTD PUSKESMAS TAPOS

TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi

NAMA : WINDA EKA RATNA ANDESTA


NPM : 16334501

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
MARET 2020

i
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Winda Eka Ratna Andesta

NPM : 16334501

Tanggal : Maret 2020

ii
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
iii
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
iv
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah
melimpahkan berkat, rahmat, taufik dan hidayahNya pada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap
Pengetahuan dan Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
UPTD Puskesmas Tapos. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Program Studi Farmasi pada Fakultas
Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional. Untuk itu dengan penuh ketulusan
dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ainun Wulandari,
M.Sc., Apt, selaku dosen pembimbing I dan Diyan Trisnawati S.Si., Apt selaku
dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi arahan
selama penyusunan skripsi ini. Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak
dapat terselesaikan tanpa dukungan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini saya
ucapkan terimakasih kepada:
a) Kepala Prodi Farmasi Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi
Nasional Jarkarta, Jenny Pontoan, M.Farm., Apt.
b) Dekan Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional Jarkarta,
Dr. Refdanita, M.Si., Apt.
c) Kepala Puskesmas UPTD Puskesmas Tapos dr. Mamik Juniarti atas
kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan penelitian
d) Pihak UPTD Puskesmas Tapos yang telah bersedia membantu saya untuk
memperoleh data yang saya perlukan.
e) Sekretaris Program Studi Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional
Jakarta, bapak Saiful Bahri, M.Si.
f) Seluruh dosen pengajar dan Staf Program Studi Farmasi Institut Sains dan
Teknologi Nasional Jakarta.
g) Orang tua saya bapak Su’ad dan ibu Sri Retno Ningsih, atas jasa-jasanya
selama ini dalam membesarkan saya, selalu mendo’akan, memberi motivasi
yang tidak perlah lelah dalam mendidik, membesarkan saya dengan
memberi cinta yang tulus ikhlas, serta kakak saya Yeni Nuranini serta adik
saya Vigo Septian Firdaus yang telah memberikan dorongan, dukungan,

v
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
motivasi, do’a dan bantuannya baik secara moril maupun materil demi
lancarnya penyelesaian skripsi ini.
h) Teman tim farmasi Dewi Assyah Rani, ka Nanang, Mega, Indri yang telah
memberikan dukungan, do’a dan semangat.
i) Bapak Agus Agung yang telah membantu dan membimbing saya dalam
menyelesaikan skirpsi ini.
j) Teman-teman mahasiswa P2K angkatan 2016 yang senantiasa menemani
perjalanan selama kuliah dan tugas akhir. Terutama untuk Ela Salamah,
Maria, Nirda, ka Ayu, Yentri, ka Putri, mba Kristin dan Siswa yang selalu
memberikan do’a dan semangat.
Akhir kata, saya berharap Allah S.W.T berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

vi
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
vii
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
ABSTRAK

Nama : Winda Eka Ratna Andesta


Program Studi : Farmasi
Judul : Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Pengetahuan dan
Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di UPTD
Puskesmas Tapos.

Pengetahuan dan kepatuhan pengobatan yang rendah menjadi salah satu faktor yang
berperan dalam tidak terkontrolnya diabetes mellitus. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap pengetahuan dan kepatuhan
minum obat pasien diabetes tipe 2 di UPTD Puskesmas Tapos. Rancangan
penelitian ini menggunakan kuasi eksperimental, dengan desain penelitian pretest-
posttest with control group dengan jumlah 40 orang yang terbagi menjadi 20
kelompok kontrol dan 20 kelompok intervensi. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner DKQ-24 dan MARS-5. Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon.
Pada kelompok intervensi menunjukkan ada peningkatan pengetahuan responden
dengan nilai (p=0,000), dan terjadi peningkatan kepatuhan dengan nilai (p=0,007).
Intervensi berupa edukasi memperbaiki variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

Kata kunci:
Diabetes Mellitus Tipe 2, Edukasi, Tingkat Pengetahuan, Kepatuhan

viii
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
ABSTRACT
Name : Winda Eka Ratna Andesta
Study Program : Pharmacy
Title : The Effect Of Providing Education Through Knowledge And
An Adherence With Medication Of Type 2 Diabetes Mellitus
Patients At UPTD Public Health Center Tapos

Knowledge and low medication adherence is one of the factors that play a role in
uncontrolled diabetes mellitus, this study aims to determine the effect of education
on the level of knowledge and adherence diabetes patients type 2 in UPTD Public
health center Tapos, this research design uses quasi experimental with a pretest
posttest with control group research design in a total of 40 people divided into 20
control groups and 20 intervention groups. The instruments used are DKQ-24 and
MARS-5 statistical analysis using wilcoxon test. In the intervention group there
was an increase in respondents’ knowledge with a value (p=0,000), and an increase
adherence with the value (p=0,007)in the form of educational intervention to fix the
variables studied in this research.

Keywords:
Diabetes Mellitus Type 2, Education, Knowledge, Adherence

ix
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................... ii
PERNYATAAN NON PLAGIAT .................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.5 Hipotesis Penelitian.............................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
2.1 Diabetes Mellitus ................................................................................. 6
2.1.1 Definisi ............................................................................................. 6
2.1.2 Etiologi ............................................................................................. 6
2.1.3 Faktor Risiko .................................................................................... 7
2.1.4 Klasifikasi ......................................................................................... 7
2.1.5 Penegakkan Diagnosis ...................................................................... 8
2.1.6 Komplikasi...................................................................................... 11
2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes ............................................................... 11
2.2 Kepatuhan .......................................................................................... 16
2.2.1 Definisi Kepatuhan ......................................................................... 16
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan .............................. 17
2.2.3 Metode Pengukuran Tingkat Kepatuhan ........................................ 19

x
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
2.3 Pengetahuan ...................................................................................... 20
2.3.1 Definisi Pengetahuan ...................................................................... 20
2.3.2 Tingkat Pengetahuan ...................................................................... 21
2.3.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan......................... 22
2.4 Edukasi .............................................................................................. 23
2.4.1 Definisi Edukasi.............................................................................. 23
2.4.2 Tujuan Edukasi ............................................................................... 23
2.4.3 Sasaran Edukasi .............................................................................. 24
2.4.4 Media Edukasi ................................................................................ 24
2.5 Kerangka teori ................................................................................... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................. 27
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 27
3.2 Populasi Dan Sampel ......................................................................... 27
3.2.1 Populasi .......................................................................................... 27
3.2.2 Sampel ............................................................................................ 28
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel .......................................................... 29
3.3 Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................... 29
3.4 Instrumen Penelitian........................................................................... 29
3.5 Validasi Instrumen Penelitian ............................................................ 30
3.6 Alur Penelitian ................................................................................... 31
3.7 Teknik Analisis Data .......................................................................... 33
3.7.1 Analisis Univariat ........................................................................... 33
3.7.2 Analisis Bivariat ............................................................................. 33
3.8 Variabel Penelitian ............................................................................. 33
3.8.1 Variabel Independen ....................................................................... 34
3.8.2 Variabel Dependen ......................................................................... 34
3.8.2 Definisi Operasional ....................................................................... 34
3.9 Etika Penelitian .................................................................................. 37
3.10 Kerangka Konsep ............................................................................... 38
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 39
4.1 Karakteristik Demografi Responden .................................................. 39
4.1.1 Usia ................................................................................................. 39

xi
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
4.1.2 Jenis Kelamin .................................................................................. 40
4.1.3 Pendidikan ...................................................................................... 41
4.1.4 Pekerjaan ......................................................................................... 42
4.1.5 Pendapatan ...................................................................................... 43
4.1.6 Riwayat Penyakit ............................................................................ 44
4.2 Pengaruh Edukasi Terhadapa Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas Tapos ....................... 45
4.2.1 Hasil Uji Normalitas Data dengan Menggunakan Shapiro Wilk ... 45
4.2.2 Analisis Pengaruh Edukasi Terhadap pengetahuan sebelum dan
Sesudah pada Kelompok Intervensi dan Kontrol ........................... 47
4.2.3 Analisis Pengaruh Edukasi Terhadap kepatuhan sebelum dan
Sesudah Pada Kelompok Intervensi Dan Kontrol .......................... 49
4.3 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 52
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 53
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 53
5.2 Saran ................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54

xii
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian ................................................ 26


Gambar 3.1. Alur Penelitian.................................................................. 31
Gambar 3.2. Kerangka Konsep ............................................................. 38

xiii
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kadar Gulkosa darah sewktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/dL) Bukan DM Belum
pasti DM Gula Darah Sewaktu (GDS) Vena ................... 10
Tabel 3.1. Jenis Penelitian.................................................................. 27
Tabel 3.2. Definisi Operasional ........................................................ 35
Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Responden Berdasarkan Usia .. 39
Tabel 4.2. Karakteristik Demografi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ............................................................................ 40
Tabel 4.3. Karakteristik Demografi Responden Berdasarkan Jenis
Pendidikan ........................................................................ 41
Tabel 4.4. Karakteristik Demografi Responden Berdasarkan Jenis
Pekerjaan .......................................................................... 42
Tabel 4.5. Karakteristik Demografi Responden Berdasarkan Jenis
Pendapatan ....................................................................... 43
Tabel 4.6. Karakteristik Demografi Responden Berdasarkan Jenis
Riwayat Penyakit ............................................................. 44
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data menggunakan Uji Shapiro
Wilk .................................................................................. 46
Tabel 4.8. Analisis Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan
sebelum dan sesudah pada Kelompok Intervensi data
Kontrol ............................................................................. 47
Tabel 4.9. Hasil Uji Perbedaan Skor Kepatuhan Menggunakan Uji
Wilcoxon........................................................................... 50

xiv
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Peneliti..................................................... 60


Lampiran 2. Surat Kaji Etik ................................................................... 61
Lampiran 3. Surat Pernyataan Penelitian di UPTD Puskesmas Tapos .. 62
Lampiran 4. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa
dan Politik Kota Depok ..................................................... 63
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Depok ... 64
Lampiran 6. Surat Selesai Penelitian ..................................................... 65
Lampiran 7. Lembar Penjelasan Penelitian ............................................ 66
Lampiran 8. Informed Concent .............................................................. 68
Lampiran 9. Data Demografi Responden............................................... 69
Lampiran 10. Kuesioner Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus (DKQ-
24) .................................................................................... 70
Lampiran 11. Kuesioner Kepatuhan MARS-5 ......................................... 72
Lampiran 12. Susunan Acara Penyuluhan ............................................... 73
Lampiran 13. Materi Edukasi Melalui Media Elektronik Berupa Slide .. 75
Lampiran 14. Lampiran Hasil Foto Kegiatan .......................................... 81
Lampiran 15. Data Hasil Sosiodemografi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
di UPTD Puskesmas Tapos ............................................... 82
Lampiran 16. Data Hasil Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas Tapos ...................... 84
Lampiran 17. Hasil Data SPSS ................................................................ 86

xv
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika pankreas
tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah hormon yang mengatur
gula darah (WHO, 2015). Beberapa komplikasi dapat terjadi akibat diabetes
mellitus. Komplikasi akut seperti hipoglikemi, hiperosmolar hiperglikemia dan
ketoasidosis diabetik, sedangkan komplikasi jangka panjang dari diabetes
termasuk retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan, nefropati yang dapat
menyebabkan kegagalan ginjal, neoropati perifer dengan risiko terjadinya ulkus
kaki, amputasi dan gejala kardiovaskular serta disfungsi seksual (ADA, 2012).
Prevalensi penderita diabetes mellitus di dunia dari tahun ke tahun telah
mengalami peningkatan. Menurut International Diabetes Federation (IDF)
Atlas 2017 melaporkan bahwa sebanyak 327 juta orang (usia antara 20-64
tahun) menderita diabetes di dunia. Indonesia menduduki urutan ke-6 di dunia
setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah
10,3 juta orang menderita diabetes (IDF, 2017). Hasil Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2018, menunjukan prevalensi DM di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5%
di tahun 2018. Salah satu provinsi yang memiliki kenaikkan prevalensi diabetes
mellitus adalah Jawa Barat dimana hasil data 2013 menunjukkan sebesar 1,3%
dan meningkat menjadi 1,7% di tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Dinas Kesehatan
Kota Depok yang bersumber dari UPTD Puskesmas LB1 Simpus 2017 dari 35
Puskesmas se-Kota Depok, diagnosa penyakit terbanyak pada kelompok umur
45-75 tahun di dominasi oleh penyakit tidak menular salah satunya adalah
diabetes mellitus, yang menduduki posisi ke lima sebesar 7,57% dan mendapati
urutan kesepuluh untuk pola sepuluh (10) penyakit terbanyak pada pasien rawat
jalan semua golongan umur di Puskesmas (Dinkes, 2017). UPTD Puskesmas
Tapos merupakan salah satu puskesmas yang mempunyai kasus diabetes
mellitus yang tinggi, diketahui berdasarkan data SIMPUS jumlah kunjungan

1
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
penderita diabetes mellitus di tahun 2018 sebanyak 932 pasien (SIMPUS,
2019).
Peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus yang sebagian besar
diabetes tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak
dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain menurut American
Diabetes Association (ADA) bahwa diabetes mellitus berkaitan dengan faktor
risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga dengan diabetes
mellitus, usia ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan
lahir >4000 gram atau riwayat pernah menderita diabetes gestasional dan
riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat
diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥ 25 kg/m2 atau lingkar perut ≥ 80
cm pada wanita dan ≥ 90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,
dislipidemi dan diet tidak sehat (ADA, 2012). Angka kematian akibat diabetes
mellitus yang tinggi menjadikan menduduki peringkat ke 8 penyakit mematikan
di negara maju (WHO, 2016). PBB mengeluarkan resolusi nomor 61/255 yang
mendeklarasikan bahwa epidemik diabetes mellitus merupakan ancaman global
dan serius sebagai salah satu penyakit tidak menular yang menitikberatkan pada
pencegahan dan pelayanan diabetes mellitus di seluruh dunia (Depkes, 2009).
Peraturan menteri kesehatan RI No 1575 tahun 2005, telah direktorat
pengendalian PTM yang mempunyai tugas pokok memandirikan masyarakat
untuk hidup sehat melalui pengendalian faktor resiko penyakit tidak menular,
khususnya diabetes (Depkes, 2009). Diabetes mellitus merupakan penyakit
menahun yang akan disandang seumur hidup. Ketidakpahaman terhadap tujuan
pengobatan dapat menyebabkan pasien diabetes mellitus menjadi tidak patuh
untuk minum obat (Putri dkk, 2014). Akibat dari ketidakpahaman dan
ketidakpatuhan pasien terhadap terapi atau penggunaan obat yang diberikan
adalah adanya kegagalan terapi. Pengetahuan yang diberikan kepada pasien
diabetes mellitus akan membuat pasien meng erti mengenai penyakitnya dan
mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dalam menghadapi penyakit
tersebut (Kemenkes, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian mengenai adanya
hubungan pengetahuan pasien diabetes mellitus dengan kepatuhan minum obat

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


dimana semakin tinggi pengetahuan maka semakin tinggi kepatuhan minum
obat pada pasien diabetes mellitus (Nazriati Elda dkk, 2018).
Pasien harus tahu bahwa tujuan pe ngobatan diabetes mellitus adalah
untuk mengontrol kadar gula darah agar senantiasa berada dalam rentang
normal. Demi tercapainya pengontrolan kadar gula darah yang baik, maka
pasien diabetes mellitus diharapkan untuk patuh minum obat (Alfian, 2015).
Kepatuhan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 secara umum didefinisikan
sebagai tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan untuk
menjalankan diet, minum obat dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan
rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan (Ilmah F, Rochmah TN, 2015).
Konsesus PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tahun
2015 tentang pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia
menghasilkan standar penatalaksanaan yaitu memperbaiki kualitas hidup, dan
mencegah atau menghambat komplikasi dengan tujuan akhir turunnya angka
morbiditas dan mortalitas diabetes mellitus di Indonesia. Pengelolaan penyakit
ini memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain.
Pasien dan keluarga juga mempunyai peran yang penting, sehingga perlu
mendapatkan edukasi untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan
penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan diabetes mellitus.
Pemahaman yang baik akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan
keluarga dalam penatalaksanaan diabetes mellitus guna mencapai hasil yang
lebih baik (PERKENI, 2015). Penatalaksanaan yang di gagas PERKENI berupa
5 pilar penatalaksanaan khusus untuk diabetes mellitus tipe 2 yaitu edukasi,
terapi nurtrisi medis (diet diabetes mellitus), latihan jasmani, terapi
farmakologis, dan monitoring (PERKENI, 2015).
Berbagai macam metode dapat dilakukan dalam upaya mencegah serta
menanggulangi kejadian diabetes mellitus, salah satunya yaitu dengan
pemberian edukasi. Pemberian edukasi bertujuan untuk memberikan
pengetahuan pasien mengenai penyakit diabetes yang dapat membantu pasien
dalam menjalankan penanganan diabetes mellitus selama hidupnya.
Berdasarkan penelitian Mutoharoh (2017) menunjukkan adanya pengaruh
tingkat pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus pada penderita diabetes

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


melitus tipe 2 di desa Ngadiwarno Sukerojo Kendal setelah diberikan
pendidikan kesehatan. Hasil penelitian Oktorina Rola dkk (2019) menunjukkan
adanya pengaruh edukasi kesehatan dengan Self Instructional Module terhadap
pengetahuan tentang diabetes mellitus. Hasil penelitian Kansil J. Jesica dkk
(2019) menunjukkan bahwa metode edukasi dengan Focus Group Discussion
sangat efektif digunakan untuk meningkatkan kepatuhan minum obat penderita
hipertensi di Puskesmas Tahuna Barat.
Memperhatikan hal tersebut di atas, peneliti melakukan penelitian yang
berjudul pengaruh edukasi pengetahuan obat diabetes mellitus terhadap
pengetahuan obat dan kepatuhan minum obat pasien diabetes mellitus tipe 2 di
UPTD Puskesmas Tapos. Diharapkan dengan adanya intervensi berupa
pemberian edukasi dapat meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien
diabetes mellitus, dengan demikian terapi pada pasien diabetes mellitus dapat
dicapai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran demografi pasien diabetes mellitus tipe 2 di UPTD
Puskesmas Tapos ?
2. Apakah edukasi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 di UPTD Puskesmas Tapos ?
3. Apakah edukasi dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di UPTD Puskesmas Tapos?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran demografi pasien diabetes mellitus tipe 2 di
UPTD Puskesmas Tapos
2. Untuk mengetahui edukasi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di UPTD Puskesmas Tapos
3. Untuk mengetahui edukasi dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan minum
obat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di UPTD Puskesmas Tapos

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
1. Penulis dapat menambah wawasan pengetahuan tentang pengaruh
edukasi terhadap pengetahuan dan kepatuhan minum obat pasien
diabetes di UPTD Puskesmas Tapos.
2. Penulis berkesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk menambah materi
perkuliahan dan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh edukasi
terhadap pengetahuan dan kepatuhan minum obat pasien diabetes
melitus di Puskesmas Kecamatan Tapos sebagai masukan bagi institusi
pendidikan farmasi untuk membekali dan menyiapkan peserta didiknya
agar mempunyai kemampuan yang kuat dalam upaya meningkatkan
kepatuhan minum obat pasien diabetes melitus yang menjalani terapi.

1.5 Hipotesis
1. H0 ditolak
Ada pengaruh pemberian edukasi terhadap pengetahuan pasien diabetes di
UPTD Puskesmas Tapos
H0 diterima
Tidak ada pengaruh pemberian edukasi terhadap pengetahuan pasien
diabetes di UPTD Puskesmas Tapos
2. H0 ditolak
Ada pengaruh pemberian edukasi terhadap kepatuhan minum obat pasien
diabetes di UPTD Puskesmas Tapos
H0 diterima
Tidak ada pengaruh pemberian edukasi terhadap kepatuhan minum obat
pasien diabetes di UPTD Puskesmas Tapos

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus


2.1.1 Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes adalah
sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (ADA, 2010).
Insulin adalah hormon yang diproduksi di pankreas yang diperlukan untuk
mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh di mana insulin tersebut
digunakan sebagai energi. Dengan berkurangnya atau ketidakefektifan insulin
pada orang dengan diabetes menandakan glukosa yang masih beredar dalam
darah (IDF, 2015). Hiperglikemia kronis pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2010).
Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah.
Akibatnya terjadi 11 peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah atau
hiperglikemia (Kemenkes, 2014).

2.1.2 Etiologi
Penyebab diabetes melitus adalah kurang aktifnya produksi hormon
insulin dari sel kelenjar Langerhans pada organ pankreas. Berhentinya produksi
ini bisa dikarenakan menyusutnya jumlah sel penghasil hormon insulin sejak
seseorang dilahirkan (bawaan atau keturuan), serangan virus, penyakit
degeneratif, bahkan akibat penyakit autoimun. Reaksi tubuh mengoksidasi
glukosa menjadi energi juga menyebabkan seseorang menderita diabetes
melitus meski insulin dalam tubuhnya cukup. Diabetes melitus tipe 2
merupakan yang tidak tergantung insulin, diagnosisnya sering terlambat karena
awalnya pasien tidak mempunyai keluhan (Mahendra dkk., 2008).

6
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Perkembangan diabetes melibatkan beberapa proses patogenik.
Mencakup kerusakan autoimun dari sel β pankreas dengan defisiensi insulin
akibat kelainan yang mengakibatkan resistensi terhadap aksi insulin. Akibat
dari kekurangan aksi insulin pada jaringan target, menyebabkan kelainan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein pada diabetes. Kekurangan aksi
oleh insulin disebabkan karena sekresi insulin tidak memadai dan/atau respon
jaringan berkurang terhadap insulin. Penurunan sekresi insulin dan kerusakan
pada aksi insulin sering terdapat pada pasien yang sama, dan hal ini sering tidak
jelas dimana letak abnormalitasnya (ADA, 2010).

2.1.3 Faktor Risiko


Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014), faktor
risiko diabetes melitus dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
1) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah ras dan etnik, umur,
jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, riwayat
melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram, dan riwayat
lahir dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram).
2) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku
hidup yang kurang sehat, yaitu berat badan lebih, obesitas
abdominal/sentral, kurang aktifitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet
tidak sehat/tidak seimbang, riwayat Toleransi Glukosa Terganggu
(TGT), atau riwayat Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), dan
merokok (Kemenkes, 2014).

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association
(ADA 2010), dibagi dalam 4 jenis yaitu:
1) Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes
Melitus/IDDM DM tipe 1, terjadi karena adanya destruksi sel beta
pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau
tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
2) Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Melitus/NIDDM. Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia
tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan
karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena
terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena
dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan
defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan
berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan
sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami
desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi
perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi
yang terjadi perlahanlahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor
akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi
komplikasi.
3) Diabetes Melitus Tipe Lain, DM tipe ini terjadi karena etiologi lain,
misalnya pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain,
iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.
4) Diabetes Melitus Gestasional, DM tipe ini terjadi selama masa
kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa
kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM
gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang
menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.

2.1.5 Penegakkan Diagnosis


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 tentang Panduan Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Kesehatan Primer langkah penegakkan diagnosis diabetes melitus adalah
sebagai berikut:
1) Hasil Anamnesis (Subjective):
a. Keluhan khas : polifagia, poliuri, polidipsi, penurunan berat badan
yang tidak jelas sebabnya.
b. Keluhan tidak khas : lemah, kesemutan (rasa baal di ujung-ujung
ekstremitas), gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus
vulvae pada wanita, luka yang sulit sembuh.
2) Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
(Objective):
a. Pemeriksaan fisik patognomonis
b. Penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya
c. Faktor predisposisi, berupa: usia > 45 tahun, diet tinggi kalori dan
lemak, aktifitas fisik yang kurang, hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg),
riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT), penderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis,
hipertiroidisme, dyslipidemia
d. Pemeriksaan penunjang, menggunakan: Gula Darah Puasa (GDP),
Gula Darah 2 jam Post Prandial (GD2PP), HbA1C.
3) Diagnosis Klinis Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
a. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagia) + glukosa plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir. ATAU
b. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa
diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
ATAU
c. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa terganggu
(TTGO) > 200 mg/dL (11.1 mmol/L). TTGO dilakukan dengan
standard WHO, menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram yang
dilarutkan dalam air. ATAU

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


d. HbA1C Penentuan diagnosis DM berdasarkan HbA1C ≥ 6.5% belum
dapat digunakan secara nasional di Indonesia, mengingat standarisasi
pemeriksaan yang masih belum baik.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai penyaring dan
diagnosis DM dapat dilihat pada tabel 2.1. Apabila hasil pemeriksaan tidak
memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam
kelompok TGT atau GDPT 18 tergantung dari hasil yang diperoleh Kriteria
gangguan toleransi glukosa:
a. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100–125 mg/dl (5.6–6.9 mmol/l)
b. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa plasma
140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram (7.8 -11.1
mmol/L)
c. HbA1C 5.7 -6.4%. Penentuan diagnosis DM berdasarkan HbA1C ≥ 6.5 %
belum dapat digunakan secara nasional di Indonesia, mengingat standarisasi
pemeriksaan yang masih belum baik (Permenkes, 2014).
Tabel 2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/dL) Bukan DM, Belum pasti DM, DM Gula
Darah Sewaktu (GDS) Vena
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Gula Darah Vena <100 100-199 ≥200
Sewaktu Kapiler <90 90-199 ≥200
(GDS)
Gula Darah Vena <100 100-125 ≥126
Puasa (GDP) Kapiler <90 90-99 ≥100
Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2,
2015

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


2.1.6 Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu :
1. Komplikasi Akut
a) Hipoglikemia
adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal (< 50
mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1
yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, kadar gula darah yang terlalu
rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan pasokan energi
sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
b) Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-
tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya,
antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik
(KHNK) dan kemolakto asidosis. (PERKENI, 2011)
2. Komplikasi Kronis
a) Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada penderita
DM adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),
mengalami penyakit jantung coroner (PJK), gagal jantung kongetif,
dan stroke.
b) Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler terutama terjadi pada penderita DM tipe 1
seperti nefropati, diabetik retinopati (Kebutaan), neuropati, dan
amputasi. (PERKENI, 2011)

2.1.7 Penatalaksanaan Diabetes


Hasil konsensus PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia)
tentang pengelolaan diabetes melitus tipe 2 tahun 2015 di Indonesia
menyatakan bahwa secara umum, tujuan dari penatalaksanaan diabetes melitus

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes dan dikelompokkan
menjadi tiga tujuan yaitu:
1. Tujuan jangka pendek: menghilankan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang:mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortilitas DM.
Dalam menggapai tujuan tersebut, terdapat lima langkah
penatalaksanaan khusus yang juga dikenal sebagai pilar penatalaksanaan DM
tipe 2 yaitu edukasi, Terapi Nutrisi Medis, latihan jasmani, terapi farmakologis,
dan monitoring (PERKENI, 2015).
1) Edukasi
Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi
edukasi tingkat lanjutan (PERKENI, 2015). Materi edukasi tingkat awal
dilaksanakan di pelayanan kesehatan primer yang meliputi:
a) Materi tentang penyakit DM.
b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan.
c) Penyulit DM dan risikonya.
d) Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target
pengobatan.
e) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat
antihiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.
f) Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman glukosa darah
mandiri tidak tersedia).
g) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.
h) Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
i) Pentingnya perawatan kaki.
j) Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan.

Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di pelayanan


kesehatan sekunder atau Tersier, yang meliputi:

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


a) Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
b) Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.
c) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.
d) Rencara untuk kegiatan khusus (contoh: olahraga prestasi).
e) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, sakit)
f) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir
tentang DM
g) Pemeliharaan perawatan kaki.

2) Terapi Nutrisi Medis (TNM)


Penyandang DM perlu diberikan penekanana mengenai pentingnya
keterarutan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama
pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insuliln
atau terapi insulin itu sendiri. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri
dari:
a) Karbohidrat, jumlah yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi, pembatasan
karbohidrat <130 g/hari tidak dianjurkan. Dianjurkan makan tiga
kali sehari dengan selingan buah dan makanan lain sesuai dengan
perhitungan kebutuhan kalori.
b) Lemak terutama lemak jenuh dan lemak trans (daging berlemak dan
susu fullcream) jumlah yang dikonsumsi harus dibatasi.
c) Protein, protein dengan nefropati diabetic perlu penurunan asupan
protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan
energi. Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani
hemodialisis asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
d) Serat, konsumsi yang dianjurkan adalah 20-35 gram/hari yang dapat
berasal dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
e) Pemanis alternatif, aman digunakan oleh penderita diabetes tipe 2
selama tidak melebihi batas aman. Pemanis alternative berkalori
seperti glukosa alcohol, dan fruktosa perlu diperhitungkan

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori. Fruktosa
tidak aman digunakan karena dapat meningkatkan kadar LDL,
namun fruktosa alami terkandung dalam buah dan sayuran tidak
perlu dihindari (PERKENI, 2015).
3) Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan hal yang penting untuk mengontrol
kadar gula darah. Kekurangan olah raga mungkin saja bisa menjadi masalah
yang lebih besar dari pada makan berlebihan. Ada beberapa bukti yang
menjelaskan bahwa seseorang dengan berat tubuh berlebih namun memiliki
aktivitas fisik yang baik lebih sehat dari pada seseorang yang kurus namun
pasif (Watkins, drury. Howell 2003).
Pada penderita DM tipe 2 kegiatan jasmani yang dianjurkan untuk
dilakukan secara rutin sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit, dengan total 150 menit perminggu dengan jeda antar latihan tidak
lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani aerobik dengan intensitas
sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda
santai, jogging dan berenang. Selalu aktif setiap hari adalah hal yang
dianjurkan, namun aktivitas sehari-hari tidak termasuk latihan jasmani
(Melmed, 2011).
4) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis, pengaturan makan dan latihan jasmani dijalani secara
bersamaan. Tetapi farmakologsi terdiri dari obat oral dan obat suntikan
(Insulin). Terapi obat untuk penderita diabetes dibagi menjadi dua, yaitu
obat hipoglikemik oral dan insulin.
a. Obat Hipoglikemikoral (OHO)
Ada 2 jenis obat hiproglikemik oral diantaranya adalah pemicu sekresi
insulin (sulfonilurea dan glinid) dan obat penambah sensitivitas
terhadap insulin (biguanid, tiazolidindion, penghambat glukosidase alfa
dan inkretin mimetik).
1. Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel beta pancreas
untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Sulfonilurea pada

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


umumnya diberikan dengan dosis rendah untuk mencegah
hiproglikemi. Jenis obat sulfonilurea adalah klorpropamid, glipizid,
glikuidon, glimepirid.
2. Glinid
Merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea yaitu
meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri
dari 2 jenis obat yaitu repaglinid, dan nateglinid
3. Biguanid
Jenis obat ini seperti metformin. Metformin menurunkan glukosa
darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin pada tingkat
seluler. Metformin tidak dapat menyebabkan penurunan glukosa
darah sampai normal sehingga obat ini dikenal juga dengan obat
anti hiperglikemik. Kombinasi sulfonilurea dengan metformin
tambak memberikan kombinasi yang rasional karena cara kerja
yang berbeda dan saling adiktif.
4. Tiazolidindion
Golongan obat ini mempunyai efek farmakologis meningkatkan
sensitivitas insulin/dapat diberikan secara oral.
5. Penghambat glukoidase alfa
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukoidase alfa dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
hiperglikemia postprandial.
6. Golongan inkretin mimetic
Efektif menurunkan glukosa darah dengan cara merangsang sekresi
insulin dan menghambat sekresi glucagon.
b. Terapi insulin
Pada kasus-kasus yang lebih umum, seringkali pasien diabetes mellitus
membutuhkan suntikan insulin untuk membantu kekurangan pasokan
dari tubuh. Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi 4 jenis,
yakni:
1. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
2. Insulin kerja pendek (short acting insulin)

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


3. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
4. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
5) Monitoring
Pada praktik sehari-hari, hasil pengobatn DM tipe 2 harus dipantau
secara terencana dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan
pemeriksaan penunjang meliputi pemantauan kadar gula darah,
pemeriksaan HbA1C setiap 3 bulan sekali atau setiap 3 bulan sekali atau
setiap 1 bulan pada pasien dengan kadar HbA1C sangat tinggi yaitu > 10%,
pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM), dan Glycated Albumin (GA)
untuk menilai indeks kontrol glikemik.
Waktu pemeriksaan PGDM bervariasi, data pasien yang stabil
dilakukan tes setiap hari, pada pasien yang stabil sebaiknya tetap dilakukan
tes secara rutin. Pemantauan dapat lebih jarang (minggu sampai bulan)
apabila pasien terkontrol secara konsisten. Pada pengguna obat pemacu
sekresi insulin dilakukan beberapa kali perhari, tergantung pada tujuan
pemeriksaan yang pada umumnya terkait dengan terapi yang diberikan.
Waktu yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah
makan, menjelang tidur dan diantara siklus tidur.
Monitoring kadar gula darah bertujuan untuk mengevaluasi
pencapaian dari sasaran terapi dan menyesuaikan dosis obat bila belum
tercapai sasaran terapi sebelumnya (PERKENI, 2015).

2.2 Kepatuhan
2.2.1 Definisi Kepatuhan
Kepatuhan (adherence) adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju
terhadap intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang
ditentukan, baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan
dengan dokter (Stanley, 2007). Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan
perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati
peraturan (Green dalam Notoatmodjo, 2003).
Kepatuhan (adherence) didefinisikan sebagai mengikuti instruksi yang
telah diberikan, hal ini melibatkan pilihan konsumen dan tidak bersifat

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


menghakimi, tidak seperti compliance yang menuntut pasien bersifat pasif.
Ketidakpatuhan terapi meliputi penundaan pengambilan resep, tidak
mengambil obat yang diresepkan, tidak mematuhi dosis, dan mengurangi
frekuensi penggunaan obat (Bosworth, 2010). Menurut Kozier (2010)
kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya: minum obat, mematuhi diet, atau
melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat
kepatuhan dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga
mematuhi rencana.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan


Menurut Green (dikutip dari Notoadmojdo, 2003) ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku klien untuk menjadi taat/tidak
taat terhadap program pengobatan, yang diantaranya dipengaruhi oleh faktor
predisposisi, faktor pendukung serta faktor pendorong, yaitu :

1. Faktor Predisposisi
Faktor presisposisi merupakan faktor utama yang ada didalam diri individu
yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, persepsi, kepercayaan dan
keyakinan, nilai-nilai serta sikap.
2. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan faktor yang diluar individu seperti :
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang
bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif dalam hal
ini sekolah- sekolah umum mulai dari tingkat dasar sampai perguruan
tinggi yang menggunakan buku-buku dan penggunaan kaset secara
mandiri.
b. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien
yang dapat memengaruhi kepatuhan, sebagai contoh, pasien yang lebih
mandiri harus dapat merasakan bahwa dia dilibatkan secara aktif dalam
program pengobatan, sementara pasien yang lebih mengalami ansietas
dalam menghadapi sesuatu, harus diturunkan dahulu tingkat ansietasnya

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


dengan cara meyakinkan dia atau dengan teknik-teknik lain sehingga dia
termotivasi untuk mengikuti anjuran pengobatan dan jika tingkat
ansietas terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka kepatuhan pasien akan
berkurang.
c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-
teman. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk
membantu kepatuhan terhadap program-program pengobatan seperti
pengurangan berat badan, membatasi asupan cairan, dan menurunkan
konsumsi protein.
d. Perubahan model terapi
Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin, dan
pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut. Dengan cara
ini komponen-komponen sederhana dalam program pengobatan dapat
diperkuat, untuk selanjutnya dapat mematuhi komponen-komponen
yang lebih kompleks.
e. Meningkatkan interaksi tenaga kesehatan dengan pasien
Suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah
memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien membutuhkan
penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebabnya dan apa yang
dapat mereka lakukan dengan kondisi seperti itu. Suatu penjelasan
tentang penyebab penyakit dan bagaimana pengobatannya, dapat
membantu meningkatkan kepercayaan pasien. Untuk melakukan
konsultasi selanjutnya dapat membantu meningkatkan kepatuhan.
3. Faktor Pendorong
Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas yang lain. Menurut Brunner & Suddarth (2002) dalam buku ajar
keperawatan medikal bedah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan adalah :
a) Faktor Demografi seperti usia, jenis kelamain, suku bangsa, status
sosial, ekonomi dan pendidikan.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


b) Faktor penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat
terapi.
c) Faktor psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,
penerimaan atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama
atau budaya dan biaya financial dan lainnya yang termaksud dalam
mengikuti regimen.
Menurut Smet (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah:
1. Faktor Komunikasi
Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi
tingkat ketidaktaatan, misalnya informasi dengan pengawasan yang
kurang, ketidakpuasaan terhadap aspek hubungan emosional dengan
dokter, ketidakpuasaan terhadap obat yang diberikan.
2. Pengetahuan
Ketetapan dalam memberikan informasi secara jelas dan eksplisit terutama
sekali penting dalam pemberian dalam pemberian antibiotik. Karena sering
sekali pasien menghentikan obat tersebut setelah gejala yang dirasakan
hilang bukan saat obat itu habis.
3. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan merupakan sarana penting dimana dalam memberikan
penyuluhan terhadap penderita diharapkan penderita menerima penjelasan
dari tenaga kesehatan yang meliputi: jumlah tenaga kesehatan, gedung
serbaguna untuk penyuluhan dan lain-lain.

2.2.3 Metode Pengukuran Tingkat Kepatuhan


Tingkat kepatuhan terhadap pengobatan dapat diukur melalui dua
metode, yaitu (Osterberg dan Blaschke, 2005) :
a. Metode langsung
Pengukuran kepatuhan melalui metode langsung dapat dilakukan dengan
beberapa cara, seperti mengukur konsentrasi obat atau metabolit obat di
dalam darah atau urin, mengukur atau mendeteksi petanda biologi di dalam.
Metode ini umumnya mahal, memberatkan tenaga kesehatan, dan rentan
terhadap penolakan pasien.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


b. Metode tidak langsung
Pengukurna kepatuhan melalui metode tidak langsung dapat dilakukan
dengan bertanya kepada pasien tentang penggunaan obat, menggunakan
kuesioner, menilai respon klinik pasien, menghitung jumlah pil obat, dan
menghitung tingkat pengambilan kembali resep obat.
Pengukuran tingkat kepatuhan minum obat menggunakan kuesioner
dianggap lebih praktis, murah dan efisien. Kuesioner dapat digunakan untuk
menggambarkan tingkat kepatuhan dan pola pengobatan yang sudah
dijalanai pasien. Salah satu jenis kuesioner yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kepatuhan minum obat pasien adalah kuesioner (MARS)
Medication Adherence Report Scale (Alfian R dan Aditya, 2017).
Kuesioner MARS terdiri dari 5 pertanyaan yang dapat
menggambarkan tingkat kepatuhan minum obat pasien menjadi tingkat
kepatuhan tinggi, tingkat kepatuhan sedang dan tingkat kepatuhan rendah
(Farmer et al., 2006). Kuesioner MARS (Medication Adherence Report
Scale) merupakan kuesioner tentang kepatuhan pasien. Kuesioner MARS
telah diuji validasi dan reliabitlitas pada pasien di Indonesia (Alfian R dan
Aditya, 2017). Kuesioner MARS-5 telah tersedia dalam versi bahasa
Indonesia dan telah divalidasi dengan nilai Cronbach’s Alpha 0.803,
MARS-5 ini terdiri dari 5 pertanyaan yang menilai perilaku ketidakpatuhan
(lupa, mengubah dosis, berhenti, melewatkan dosis, dan menggunakan obat
kurang dari yang diresepkan). Tingkat kepatuhan responden dinilai dengan
melihat frekuensi dari jawab an tiap pertanyaan (selalu, sering, kadang-
kadang, jarang dan tidak pernah), dengan urutan skor dari selalu (1 poin)
sampai tidak pernah (5 point). Total skor akhir dari 5 pertanyaan tersebut
antara 5-25 poin. Total skor <25 poin mengindikasikan kepatuhan rendah,
sedangkan skor kepatuhan 25 adalah kepatuhan tinggi (Horne R, Albert A,
Boone C, 2018).

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


2.3 Pengetahuan
2.3.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga
(Fitriani, 2011). Pengertian pengetahuan menurut Martin dan Oxman adalah
kemampuan seseorang untuk membentuk model mental yang menggambarkan
objek dengan tepat dan mempresentasikannya dalam aksi yang dilakukan
terhadap suatu objek (Kusrini, 2006).
Pengetahuan diklasifikasikan kedalam tiga jenis, yaitu pengetahuan
prosedural, yang lebih menekankan pada bagaimana melakukan sesuatu,
pengetahuan deklaratif yaitu kemampuan menjawab pertanyaan benar atau
salah, dan pengetahuan tacit yang merupakan pengetahuan yang tidak dapat
diungkapkan dengan bahasa (Kusrini, 2006).

2.3.2 Tingkat Pengetahuan


Menurut Bloom 1956 dalam Potter Perry (2012), pengetahuan
merupakan termasuk kedalam perilaku kognitif yang memiliki hirarki sebagai
berikut :
a. Tahu (Know)
Tahu berarti mengingat suatu materi yang sebelumnya telah dipelajari. Tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah karena tingkat
pengetahuan ini mencakup mengingat kembali (recall) sesuatu spesifik dari
seluruh bahan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan seccara benar
dan mampu menginterpretasikan secara benar tentang materi atau objek
yang diketahui.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


d. Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan
satu sama lain masih terkait.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merujuk pada kemampuan melakukan justifiasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


a. Faktor Internal
1) Usia
Proses perkembangan mental seseorang bertambah baik seiring
bertambahnya usia dan akan menurun kembali pada usia
tertentu (Notoatmojo, 2011).
2) Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan yang dapat
digunakan dengan cara mengulalng kembali apa yang diperoleh
secara langsung sebelumnya.
3) Intelegensia
Intelegensia merupakan kemampuan untuk belajar, berfikir,
dan mengolah berbagai informasi secara terarah.
b. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan turut mempengaruhi pengetahuan karena
semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak dan mudah
seseorang menyerap dan memperoleh materi.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


2) Pekerjaan
Secara tidak langsung pekerjaan mempengaruhi pengetahuan
dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan hubungan
social dan kebudaan yang menyebabkan terjadinya proses
pertukaran informasi.
3) Sosial Budaya dan Ekonomi
Sosial budaya mempengaruhi pengetahuan melalui proses
belajar dari hubungan dengan orang lain sedangkan status
ekonomi mempengaruhi pengetahuan menentukan ketersediaan
suatu fasilitas pembelajaran.
4) Lingkungan
Sifat kelompok dalam lingkungannya akan membawa pengaruh
pengetahuan kepada seseorang.
5) Informasi
Infromasi memberikan pengaruh pada pengetahuaan seseorang,
banyak informasi yang didapatkan seseorang berbanding lurus
dengan tingkat pengetahuannya (Notoatmojo, 2010).

2.4 Edukasi
2.4.1 Definisi Edukasi
Edukasi atau pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan
di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan
adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep
pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada
bidang kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang
berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri
individu, kelompok atau masyarakat (Notoadmodjo, 2003).

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Menurut Maulana tahun 2009 bahwa pendidikan kesehatan adalah
kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan,
menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan.

2.4.2 Tujuan Edukasi


Edukasi kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat untuk memelihara serta meningkatkan kesehatannya sendiri. Oleh
karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian informasi
untuk mengubah, menumbuhkan, atau mengembangkan perilaku positif
(Maulana, 2009). Tujuan pendidikan kesehatan menurut Undang–Undang
Kesehatan No. 23 tahun 1992 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik,
mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial,
pendidikan kesehatan disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit
menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan maupun
program kesehatan lainnya.

2.4.3 Sasaran Edukasi


Sasaran edukasi kesehatan adalah mencakup individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, di puskesmas, dan dimasyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan
yang optimal (Effendy, 1998). Pendidikan kesehatan mengupayakan agar
perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positif
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Agar intervensi atau upaya
tersebut efektif, maka sebelum dilakukan intervensi perlu dilakukan analisis
terhadap masalah perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


2.4.4 Media Edukasi
Media merupakan alat bandu dalam proses belajar mengajar, hal
tersebut merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Media
memilki fungsi untuk melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan
pembelajaran. Media berfungsi membantu mengurangi ketidakjelasan bahan
ajar yang disampaikan. Tujuan penggunaan media belajar adalah untuk
mempermudah peserta didik anak didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan (Mubarak, 2007).
1) Berdasarkan bentuk umum penggunaannya
a. Bahan bacaan : modul, buku rujukan, leaflet, majalah dsb
b. Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flipchart, slide
2) Berdasarkan cara produksi
a. Media cetak
b. Media elektronika
c. Media luar ruangan
(Notoatmojo, 2010)
3) Berdasarkan bentuknya
a. Media grafis
b. Media audio-visual
c. Media proyeksi diam
4) Berdasarkan jenis
a. Media auditif
b. Media visual
c. Media audio visual
(Mubarak, 2007)

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


2.5 Kerangka Teori

Metode Edukasi:
1. Berdasarkan Bentuk
Diabetes Mellitus Tipe 2 Umum :
a. Bentuk Bacaan:
modul, buku, leaflet,
majalah
Penatalaksanaan Diabetes b. Bentuk Peragaan:
Mellitus: Poster tunggal, poster
seri, flipchart, slide
1. Edukasi 2. Berdasarkan cara
2. Terapi Nutrisi Medis produksi : Media cetak,
3. Latihan Jasmani elektronik, luar ruangan.
4. Terapi Farmakologis 3. Berdasarkan bentuknya :
5. Monitoring media grafis, audio-
Faktor yang
mempengaruhi visual, proyeksi diam
Pengetahuan 4. Berdasarkan Jenis :
Edukasi Media auditif, visual, audio
Internal : visual
1. Usia
2. Pengalaman Faktor yang mempengaruhi
3. Intelegensia Pengetahuan Kepatuhan Kepatuhan :
Eksternal : 1. Faktor predisposisi : bentuk
1. Pendidikan pengetahuan, persepsi,
2. Pekerjaan kepercayaan dan keyakinan,
3. Social Budaya dan nilai-nilai serta sikap.
Ekonomi 2. Faktor Pendukung:
4. Lingkungan a. Pendidikan
5. Informasi b. Akomodasi
c. Modifikasi faktor
lingkungan dan social
d. Perubahan model terapi
e. Meningkatkan interaksi
tenaga kesehatan dengan
pasien
3. Faktor Pendorong:
a. Faktor demografi
b. Faktor penyakit
c. Faktor psikososial
Gambar 2.5 Kerangka Teori Penelitian
(Sumber: Mubarak, 2007. Green dikutip dari Notoadmojo, 2003. Notoadmojo
2010,2011. Perkeni 2015)

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasy - experiment
pretest posttest control group design. Nursalam (2013) menjelaskan bahwa
rancangan penelitian quasy- experiment ini dimana satu kelompok dilakukan
intervensi sesuai dengan metode yang dikehendaki dan kelompok lainnya
dilakukan seperti biasanya.
Tabel 3.1 Jenis Penelitian
Subyek Pre-test Perlakuan Post-test

K-A Q1 I Q2-A
K-B Q3 Q4-B
Time 1 Time 2 Time 3

Keterangan
K-A : Subyek (DM tipe 2) intervensi
K-B : Subyek (DM tipe 2) kontrol
Q1 & Q3 : Pengukuran pre-test pada kedua kelompok
I : Intervensi edukasi
Q2 : Post test sesudah dilakukan edukasi pada kelompok
intervensi
Q4 : Post test pada kelompok kontrol

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus yang berobat rawat jalan
di Puskesmas Tapos Depok yang berjumlah 114 orang.

27
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012). Besar sampel dalam penelitian ini adalah
klien dengan diagnosa DM tipe 2 yang diperiksa di UPTD Puskesmas Tapos
yang memenuhi kriteria inklusi. Penentuan besar sampel untuk penelitan ini
didasarkan pada rumus Federer. Menurut Supranto J (2000) menjelaskan
besarnya sampel menurut rumus Federer dapat ditentukan sebagai berikut :
(𝑡 − 1) (𝑟 − 1) ≥ 15
(2 − 1) (𝑟 − 1) ≥ 15
(𝑟 − 1) ≥ 15
𝑟 ≥ 15 + 1
𝑟 ≥ 16
Keterangan :
t : Banyaknya kelompok perlakuan
r : Besar sampel
Jumlah sampel akhir yang dibutuhkan untuk penelitian dengan
menghitung besar sampel penelitian adalah 16 orang, dengan perkiraan
droupout sebesar 25%, maka sampel yang digunakan pada masing-masing
kelompok adalah 20 orang. Sehingga jumlah keseluruhan sampel berjumlah 40
sampel responden pada kelompok perlakuan sejumlah 20 orang dan responden
pada kelompok kontrol sejumlah 20 orang. Penelitian eksperimen sederhana
dengan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol jumlah anggota masing-
masing kelompok antara 10-20 (Roscue dalam Sugiono, 2006).
Peneliti menetapkan kriteri sampel sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi adalah :
a. Pasien yang memiliki penyakit DM tipe 2 dan melakukan
pengobatan di UPTD Puskesmas Kecamatan Tapos
b. Pasien yang bersedia menjadi responden
c. Pasien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
2. Kriteria eksklusi adalah :
a. Pasien yang tidak bersedia bekerjasama dalam penelitian

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan nonprobability sampling (purposive
sampling) yaitu penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara
populasi sesuai yang diinginkan oleh peneliti dan mewakili populasi yang ada.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


3.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UPTD Puskesmas Tapos Kecamatan Tapos
Kota Depok
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian di lakukan pada bulan November sampai Desember 2019.

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah beberapa
kuesioner yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kuesioner karakteristik, kuesioner
DKQ-24 dan kuesioner MARS.
1. Kuesioner Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan riwayat penyakit diabetes
melitus di keluarga.
2. Kuesioner DKQ-24 (Diabetes Knowledge Questionnaire) merupakan
kuesioner tentang pengetahuan pasien tentang diabetes. Kuesioner DKQ-
24 dirancang dan divalidasi pada populasi di Meksiko-Amerika di Star
Country, Texas dan telah diterjemahkan dan diuji validitas serta
realibilitasnya pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Yogyakarta oleh
Agrimon (2014). Masyarakat Yogyakarta memiliki status sosioekonomi
yang mirip dengan populasi di Starr Country yaitu mempunyai
karakteristik wilayah dengan biaya hidup dan UMR yang rendah serta
tingkat pendidikan yang rendah (SD).
Koefisien Alpha Cronbach DKQ-24 versi original adalah 0,78.
Koefisien Alpha Cronbach DKQ-24 versi Indonesia yang di uji di
Yogyakarta dengan sampel 101 responden, memiliki koefisien alpha

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


cronbach sebesar 0,723 maka DKQ dinyatakan valid dan reliabel untuk
digunakan di Indonesia (Agrimon, 2014). Kuesioner ini terdiri dari 24
pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya”, “tidak” dan “tidak tahu” dengan
skor jawaban benar adalah 1 dan salah atau tidak tahu adalah 0.
Pengetahuan dikategorikan baik bila skor total ≥14, dan kurang bila < 14
(Gracia et al., 2001).
3. Kuesioner MARS (Medication Adherence Report Scale) merupakan
kuesioner tentang kepatuhan pasien. Kuesioner MARS telah diuji validasi
dan reliabitlitas pada pasien di Indonesia (Alfian R dan Aditya, 2017).
Kuesioner MARS-5 telah tersedia dalam versi bahasa Indonesia dan telah
divalidasi dengan nilai Cronbach’s Alpha 0.803, MARS-5 ini terdiri dari
5 pertanyaan yang menilai perilaku ketidakpatuhan (lupa, mengubah dosis,
berhenti, melewatkan dosis, dan menggunakan obat kurang dari yang
diresepkan). Tingkat kepatuhan responden dinilai dengan melihat
frekuensi dari jawaban tiap pertanyaan (selalu, sering, kadang-kadang,
jarang dan tidak pernah), dengan urutan skor dari selalu (1 poin) sampai
tidak pernah (5 point). Total skor akhir dari 5 pertanyaan tersebut antara 5-
25 poin. Total skor <25 poin mengindikasikan kepatuhan rendah,
sedangkan skor kepatuhan 25 adalah kepatuhan tinggi (Horne R, Albert A,
Boone C, 2018).

3.5 Validasi Instrumen Penelitian


Uji validitas dilakukan untuk menilai kesahihan dari suatu alat ukur
yang digunaka dalam suatu penelitian dalam mengukur variabel-variabel yang
diteliti. Uji reabilitas dilakukan untuk menilai seberapa jauh konsistensi sebuah
alat ukur. Alat ukur dikatakan reliabel jika hasil pengukuran akan tetap
konsisten jika pengukuran dilakukan lebih dari satu kali. Dalam penelitian ini
digunakan kuesioner baku yang telah diuji validitas dan reabilitasnya.
Pada kuesioner pengetahuan digunakan kuesioner DKQ-24 bahasa
Indonesia yang telah diuji di Yogyakarta dengan jumlah sampel 101 responden,
memiliki koefisien Cronbach’s Alpha sebesar 0,723 (Agrimon, 2014).
Pengambilan keputusan reabilitas diperoleh dari nilai Cronbach’s Alpha yang

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


mana, apabila nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6 maka kuesioner dapat
dinyatakan telah reliabel (Priyanto, 2016). Kuesinoer MARS digunakan sebagai
kuesioner kepatuhan yang telah diuji di RSUD Ulin Banjarmasin pada 25
sampel didapatkan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahhwa nilai Cronbach’s
Alpha 0,803. Bersarkan hasil uji validitas dan rebilitas, kuesiner MARS versi
Bahasa Indonesia dinyatakan valid dan reliabel untuk digunakan mengukur
tingkat kepatuhan minum obat pasien diabetes melitus (Alfian R dan Aditya,
2017).

3.6 Alur Penelitian


Pada alur penelitian ini menunjukkan gambaran keseluruhan mengenai
prosedur penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes yang berada di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Tapos yang berjumlah 114 orang.

Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling sesuai dengan


kriteria inklusi dengan jumlah 40 responden

Informed consent

Mengisi kuesioner pretest

Kelompok Intervensi (n=20) Kelompok Kontrol (n=20)

Intervensi berupa Non intervensi tidak


edukasi yang dilakukan dilakukan pemberian
sebanyak 1 kali edukasi
pertemuan

Post test

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Alur penelitian


Cara Kerja Penelitian
1. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian dimulai dengan mengajukan pembuatan surat izin
penelitian dari Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, dan tertuju ke UPTD
Puskesmas Tapos. Persiapan dilanjutkan dengan mempersiapkan kuesioner
penelitian demografi, pengetahuan, kepatuhan. Persiapan dilakukan dengan
membuat materi edukasi dengan sebelumnya melakukan persetujuan
dengan dokter dan apoteker.
2. Tahap Penelitian
Peneliti melakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling.
Peneliti mengumpulkan responden pada pasien diabetes mellitus yang
datang berobat, dengan cara memberikan penjelasan tentang penelitian yang
sedang dilaksanakan, kemudian ditanya kesediaan untuk menjadi responden
dalam penelitian dan responden akan mengisi informed consent sebagai
bukti kesediaan tertulis, peneliti langsung melaksanakan pre-test dengan
meminta responden mengisi kuesioner tentang data demografi, kuesioner
pengetahuan dan kuesioner kepatuhan.
Pada saat pre-test terkumpul peneliti melakukan pembagian untuk
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pembagian kelompok ini
dengan menggunakan beberapa hal antara lain: letak lokasi rumah yang
tidak jauh dari puskesmas dijadikan kelompok intervensi dan letak lokasi
rumah yang jauh dari puskesmas dijadikan kelompok kontrol.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Pada saat pre-test peneliti sebelumnya meminta nomor telepon dan alamat
rumah responden untuk keperluan kontrak waktu untuk melaksanakan
intervensi di Puskesmas untuk kelompok perlakuan. Nomor telepon diminta
untuk mengklarifikasi kedatangan responden. Intervensi dilakukan
sebanyak 1 kali terhadap kelompok intervensi dan dilakukan setelah 1
minggu setelah pre-test dengan menggunakan media elektronik berupa slide
mengenai dasar penyakit diabetes, pengertian diabetes, penyebab diabetes,
faktor risiko diabetes, klasifikasi diabetes, penegakkan diagnosis,
komplikasi diabetes dan penatalaksanaannya. Proses pemberian intervensi
ini di dampingi oleh petugas gizi dan perawat. Pengisian post-test dilakukan
setelah 2 minggu diadakannya pre-test. Pada kelompok kontrol dan
intervensi yang tidak datang sesuai dengan tanggal kembali peneliti
melakukan kunjungan rumah untuk mengisi lembar post-test.
3. Analisa data
Data akan dianalisa sesuai dengan teknik analisa data univariat dan bivariat.

3.7 Teknik Analisis Data


3.7.1 Analisis Univariat
Tujuan analisa univariat adalah untuk menerangkan distribusi dari
masing-masing variabel yang diteliti. Analisa statistik univariat pada penelitian
ini adalah analisa deskriptif kategorik yang meliputi variabel usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan riwayat diabetes mellitus pada
keluarga. Data yang diperoleh kemudian dihitung jumlah dan presentase
masing-masing kelompok dan disajikan dengan menggunakan tabel serta
diinterprestasikan (V. Wiranta Sujarweni, 2015).

3.7.2 Analisa Bivariat


Tujuan analisa bivariat adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan
antara dua variabel, yaitu variabel independen atau bebas dan variabel terikat
atau variabel independen. Data hasil penelitian dianalisis mengunakan software
statistik (SPSS) uji t-test berpasangan jika data skor pre- test dan post-test
memenuhi syarat uji parametrik yaitu data harus terdistribusi normal. Jika data

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


yang didapat tidak memenuhi persyaratan uji parametrik, maka alternatif uji
hipotesis dilakukan dengan uji wilcoxon (Dahlan, 2012). Uji hipotesis ini
dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh pengetahuan dan kepatuhan
setelah diberikan edukasi.

3.8 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).

3.8.1 Variabel Independen


Variable independen (bebas) adalah variabel yang memengaruhi atau
nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pemberian edukasi.

3.8.2 Variabel Dependen


Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi
nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan kepatuhan minum obat pada pasien
DM tipe 2.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


3.8.3 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional
Variabel Antara : Data Demografi
1. a. Umur Banyaknya tahun Rentang usia: Kuesioner Nominal
yang dilalui oleh 1. 38 – 43 tahun
responden dihitung 2. 44 – 49 tahun
berdasarkan ulang 3. 50 – 55 tahun
tahun terakhir 4. 56 – 61 tahun
5. 62 – 67 tahun
6. 68 – 73 tahun
b. Jenis Kelamin Jenis kelamin 1) Laki-laki Kuesioner Nominal
pasien terdiagnosa 2) Perempuan
diabetes melitus
c. Pendidikan Sekolah formal 1) Tidak Sekolah Kuesioner Nominal
yang telah diikuti 2) SD
dan telah memiliki 3) SMP
tanda bukti lulus 4) SMA
dari instansi resmi 5) Perguruan
yang terkait Tinggi
d. Pekerjaan Aktivitas yang 1) PNS Kuesioner Nominal
dilakukan 2) Swasta
responden dalam 3) Wiraswasta
mendapatkan 4) Ibu Rumah
penghasilan serta Tangga
dapat 5) Pensiunan
mempengaruhi 6) Tidak bekerja
kodisi kesehatan
e. Pendapatan Penghasilan yang 1) <1.500.000 Kuesioner Nominal
didapatkan enderita 2) ≥1.500.000
diabetes mellitus

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


untuk memenuhi
kebutuhan diri dan
keluarga yang
mempengarui
dalam pengelolaan
kesehatan
f. Riwayat Riwayat penyakit 1) Ada Kuesioner Nominal
Penyakit diabetes mellitus 2) Tidak ada
Diabetes yang terjadi pada
Mellitus keluarga
Keluarga
Variabel Independen
2. Pemberian Edukasi Pemberian - -
edukasi mengenai
diabetes melitus;
meliputi
pengertian, tanda,
gejala, faktor
resiko, komplikasi
dan
penatalaksanaannya
mengenai penyakit
diabetes melitus.
Variabel Dependen :
3. Pengetahuan Pengetahuan Responden Kuesioner Ordinal Pengetahua
responden mampu menjawab DKQ-24 n baik ≥14,
berdasarkan pertanyaan dari dan kurang
kempuan untuk kuesioner yang bila < 14
menjawab diberikan
pertanyaan pada
kuesioner.
Pertanyaan tersebut

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


meliputi pengertian,
tanda, gejala, faktor
resiko, komplikasi
dan
penatalaksanaannya
mengenai penyakit
diabetes melitus.
4. Kepatuhan dalam Kepatuhan pasien Responden Kuesioner Ordinal Kepatuhan
minum obat DM tipe 2 dalam mampu meminum MARS-5 rendah : <25
diabetes tipe 2 meminum obat obat teratur dan Kepatuhan
diabetes. kontrol datang tinggi : 25

3.9 Etika Penelitian


Setiap responden diberikan penjelasan umum tentang tujuan dan
manfaat penelitan serta semua data dirahasiakan. Responden yang memenuhi
kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian diberikan informed consent
yang harus ditanda tangani oleh responden. Penelitian ini telah diajukan ke
komite etika penelitian Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Keterangan Lolos kaji etik nomor: B/2375/1/2020/KEPK
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden.
Setelah mengerti maksud dan tujuan penelitian, responden diberikan
informed consent baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan
dan meminta tanda tangan apabila mereka bersedia untuk diteliti.
2. Anonymity (tanpa nama)
Nama responden tidak dicantumkan dalam lembar pengumpulan data,
hal ini bertujuan menjaga kerahasiaan responden. Namun, untuk
mengetahui keikutsertaan responden, peneliti cukup menggunakan kode
pada masing-masing lembar pengumpulan data.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


3. Confidentiality (kerahasiaan)
Informasi yang telah diperoleh dari responden akan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti. Peneliti hanya akan menyajikan informasi
terutama dilaporkan pada hasil riset.
3.10 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yag telah dijelaskan pada tinjauan pustaka,
maka peneliti membuat skema yang menggambarkan pengaruh edukasi sebagai
variabel dependen, pengetahuan dan kepatuhan sebagai variabel independen,
yang digambarkan dalam skema berikut ini:
Variabel Independen Variabel Dependen

Edukasi tentang Diabetes Tingkat pengetahuan dan


Mellitus kepatuhan minum obat
diabetes tipe 2

Variabel Antara

Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Keterangan: Riwayat DM keluarga

: Variabel yang diteliti

: Variabel antara

: Pengaruh Antara variabel yang diteliti

Gambar 3.2 Kerangka Konsep

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Demografi Responden


Responden dalam penelitian ini memiliki beberapa karakteristik.
Karakteristik demografi responden pada penelitian ini adalah usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan riwayat penyakit diabetes
pada keluarga.
4.1.1 Usia
Tabel 4.1 Karakteristis Demografi Responden Berdasarkan Usia

Variabel Jumlah % Jumlah Responden setiap kelompok


responden (n=20)
(n=40) Kelompok % Kelompok %
kontrol intervensi
Usia
38 – 43 tahun 4 10 3 15 1 5
44 – 49 tahun 2 5 1 5 1 5
50 – 55 tahun 9 22,5 3 15 6 30
56 – 61 tahun 15 37,5 11 55 4 20
62 – 67 tahun 6 15 1 5 5 25
68 – 73 tahun 4 10 1 5 3 15

Usia responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 6


kelompok. Berdasarkan tabel 4.1 kelompok usia 38-43 tahun sebanyak 4
responden (10%), kelompok usia 44-49 tahun sebanyak 2 responden (5%),
kelompok usia 50-55 tahun sebanyak 9 responden (22,5%), kelompok usia 56-
61 tahun sebanyak 15 responden (37,5%), kelompok usia 62-67 tahun sebanyak
6 responden (15%), dan kelompok usia 68-73 tahun sebanyak 4 responden
(10%).
Pada kelompok kontrol yang berjumlah 20 orang didapatkan hasil
bahwa pada sebagian besar adalah usia 56-61 tahun sebanyak 11 responden
(55%). Pada kelompok intervensi yang berjumlah 20 orang didapatkan hasil
usia responden penderita diabetes mellitus sebagian besar adalah 50-55 tahun
sebanyak 4 responden (20%). Hal ini karena diabetes sering muncul setelah
seseorang memasuki usia rawan, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap
insulin (Betteng, R, 2014). Seseorang ≥45 tahun memiliki peningkatan resiko
terhadap terjadinya diabetes mellitus dan intoleransi glukosa yang di sebabkan
oleh faktor degenerative yaitu menurunnya fungsi tubuh, khususnya
kemampuan dari sel 𝛽 dalam memproduksi insulin untuk memetabolisme
glukosa.

4.1.2 Jenis Kelamin


Tabel 4.2 Karakteristis Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel Jumlah % Jumlah Responden setiap


responden kelompok (n=20)
(n=40) Kelompok % Kelompok %
kontrol intervensi
Jenis Kelamin
Laki-Laki 9 22,5 6 30 3 15
Perempuan 31 77,5 14 70 17 85

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan jenis kelamin laki-laki yang menderita


diabetes mellitus sebanyak 9 responden dan perempuan sebanyak 31 responden.
Untuk penderita diabetes mellitus pada kelompok kontrol yang berjumlah 20
responden, sebagaian besar adalah perempuan sebanyak 14 responden (70%),
demikian juga jenis kelamin pada kelompok intervensi berjumlah 20 responden,
sebagian besar adalah perempuan sebanyak 17 responden (85%). Hal ini karena
perempuan lebih berpeluang terjadi diabetes mellitus dibandingkan laki-laki
karena faktor hormonal dan metabolisme, bahwa perempan mengalami siklus
bulanan dan menopaouse yang berkontribusi membuat distribusi peningkatan
jumlah lemak tubuh menjadi sangat mudah terakumulasi akibat proses tersebut
sehingga perempuan lebih berisiko terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2
(Irawan, 2010). Hal ini juga sejalan dengan penelitian (Fadilah Nurul, 2016)
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada
wanita didapatkan 78% responden wanita memiliki paritas atau jumlah
melahirkan yang banyak karena pada wanita hamil terjadi perubahan fisiologis
yang berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat karena adanya hormon
plasenta laktogen (HPL) yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


kehamilan tersebut bersifat diabetogenik. Resistensi insulin juga disebabkan
adanya hormon estrogen, progesterone, kortisol, dan prolactin (Eriksson et.al.,
2013).

4.1.3 Pendidikan
Tabel 4.3. Karakteristis Demografi Responden Berdasarkan Pendidikan

Variabel Jumlah % Jumlah Responden setiap


responden kelompok (n=20)
(n=40) Kelompok % Kelompok %
kontrol intervensi
Pendidikan
Tidak sekolah 8 20 4 20 4 20
SD 15 37,5 5 25 10 50
SMP 6 15 5 25 1 5
SMA 10 25 6 30 4 20
Sekolah Tinggi 1 2,5 0 0 1 5

Hasil karakteristik responden berdasarkan pendidikan dari 40 responden


didapatkan responden yang tidak bersekolah 8 responden (20%), pendidikan SD
sebanyak 15 responden (37,5%), pendidikan SMP sebanyak 6 responden (15%),
pendidikan SMA sebanyak 10 responden (25%), pendidikan sekolah tinggi
sebanyak 1 orang (2,5%). Untuk masing-masing kelompok adalah berjumlah 20
responden, pada kelompok kontrol sebagian besar adalah SMA 6 responden
(30%), dan pendidikan responden penderita diabetes mellitus pada kelompok
intervensi sebgaian besar adalah SD sebanyak 10 orang (50%). Dalam hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan rendah.
Pada penelitian Cannonier (2011) ditemukan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuan tentang kesehatan yang
dimiliki, namun hal tersebut tidak berlaku pada tingkat pendidian SMA
kebawah. Tingkat pengetahuan kesehatan yang baik dimiliki oleh seseorang
yang telah menginjak jenjang pendidikan terakhir perguruan tinggi. Pendidikan
merupakan usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan di luar sekolah
baik formal maupun non formal dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
merupakan proses merubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan
juga proses mendewasakan sesesorang melalui pengajaran maupun pelatihan.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi seseorang lebih mudah mendapatkan informasi baik dari
orang lain maupun media massa (Riyanto & Budiman, 2014).

4.1.4 Pekerjaan
Tabel 4.4. Karakteristis Demografi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Variabel Jumlah % Jumlah Responden setiap


responden kelompok (n=20)
(n=40) Kelompok % Kelompok %
kontrol intervensi
Pekerjaan
PNS 1 2,5 1 5 0 0
Swasta 1 2,5 0 0 1 5
Wiraswasta 1 2,5 1 5 0 0
Ibu Rumah Tangga 31 77,5 14 70 17 85
Tidak bekerja 6 15 4 20 2 10

Hasil karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dari 40 responden


didapatkan responden bekerja sebagai seorang PNS sebanyak 1 responden
(2,5%), bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 1 responden (2.5%), bekerja
sebagai wiraswasta sebanyak 1 responden (2,5%), responden ibu rumah tangga
sebanyak 31 responden (77,5%), dan tidak berkerja sebanyak sebanyak 6
responden (15%). Untuk masing-masing kelompok adalah berjumlah 20
responden, pada kelompok kontrol sebagian besar pekerjaan adalah ibu rumah
tangga 14 responden (70%), dan pekerjaan responden penderita diabetes
mellitus pada kelompok intervensi sebagaian besar adalah Ibu Rumah Tangga
17 responden (85%). Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas
fisiknya (Trisnawati & Setyorogo, 2013).
Pada penelitian ini didapatkan pekerjaan Ibu Rumah Tangga adalah
yang terbesar menderita penyakit diabetes mellitus hal ini dikarenakan aktivitas
fisiknya relatif tidak sebanyak seperti pria yang bekerja. Hasil penelitian
(Betteng Richardo dkk, 2014) tentang faktor resiko penyebab terjadinya
diabetes mellitus yang dilakukan pada wanita usia produktif di Puskesmas
Wawonasa mendapatkan dominasi aktivitas fisik wanita yang dilakukan seperti

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


memasak dan mencuci dimana menurut The Netherland Nutrition Council
kedua aktivitas tersebut tergolong dalam aktivitas ringan. Orang yang jarang
beraktifitas fisik dan jarang melakukan olahraga, zat makanan yang masuk ke
dalam tubuh tidak akan dibakar tetapi akan ditimbun dalam bentuk lemak dan
gula. Jika kondisi pankreas tidak adekuat dalam menghasilkan insulin dan tidak
mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul penyakit
diabetes mellitus (Kemenkes, 2010).

4.1.5 Pendapatan
Tabel 4.5. Karakteristis Demografi Responden Berdasarkan Pendapatan

Variabel Jumlah % Jumlah Responden setiap


responden kelompok (n=20)
(n=40) Kelompok % Kelompok %
kontrol intervensi
Pendapatan
Rendah <1.500.000 27 67,5 11 55 16 80
Tinggi ≥1.500.000 13 32,5 9 45 4 20

Hasil karakteristik responden berdasarkan pendapatan dari 40


responden didapatkan hasil pendapatan responden penderita diabetes mellitus
<1.500.000 sebanyak 27 responden (67,5%), dan pendapatan responden
penderita diabetes mellitus ≥1.500.000 sebanyak 13 responden (32,5%). Untuk
masing-masing kelompok adalah berjumlah 20 responden, pendapatan
responden penderita diabetes mellitus pada kelompok kontrol sebagian besar
adalah tergolong rendah yaitu <1.500.000 sebanyak 11 responden (55%), dan
pendapatan pada kelompok intervensi sebgaian besar adalah <1.500.000
sebanyak 16 responden (80%).
Status sosial ekonomi baik dinilai oleh pendapatan, pendidikan, atau
pekerjaan terkait dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk di dalamnya
bayi berat lahir rendah, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, arthritis, diabetes
dan kanker. Status sosial ekonomi yang rendah dikaitkan dengan tingkat
kematian yang tinggi (Adler dan Newman, 2002). Pada penelitian ini responden
rata rata memiliki pendapatan <1.500.000 atau dibawah UMR. Hal ini
berhubungan dengan tingkat pencegahan komplikasi, dimana semakin tinggi

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


penghasilan seseorang maka semakin tinggi juga tingkat pencegahan
komplikasi diabetes mellitus (Hakim, Dian Lukman, 2018). Hasil yang berbeda
terdapat pada penelitian (Gabby Mongisidi, 2014) yang menyatakan terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat pendapatan lebih dari UMP dengan
kejadian kejadian DM tipe 2 pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit
Dalam BLU RSUP. Prof. Dr. R. D Kandou Manado. Nilai OR adalah 1,4. Hal
tersebut menunujukkan orang yang memiliki pendapatan di atas nilai UMP
berisiko 1,4 kali lebih besar terkena DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang
yang memiliki pendapatan di bawah nilai UMP. Hal tersebut dikarenakan
perubahan sosial ekonomi dan selera makan akan mengakibatkan perubahan
pola makan masyarakat yang cenderung menjauhkan konsep makanan
seimbang, sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi (Suiraoka,
2012).

4.1.6 Riwayat Penyakit


Tabel 4.6. Karakteristis Demografi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit

Variabel Jumlah % Jumlah Responden setiap


responden kelompok (n=20)
(n=40) Kelompok % Kelompok %
kontrol intervensi
Riwayat Penyakit
Diabetes Keluarga
Ada 15 37,5 9 45 6 30
Tidak Ada 25 62,5 11 55 14 70

Hasil karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit dari 40


responden didapatkan hasil riwayat penyakit diabetes keluarga responden
penderita diabetes mellitus yaitu 15 responden (37,5%) memiliki riwayat
penyakit diabetes mellitus di keluarga dan 25 responden (62,5%) tidak
memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus di keluarga. Pada masing – masing
kelompok yaitu kelompok kontrol dan intervensi berjumlah 20 responden. Pada
kelompok kontrol sebagian besar adalah tidak memiliki riwayat penyakit
diabetes keluarga sebanyak 11 responden (55%), dan riwayat penyakit diabetes
keluarga responden penderita diabetes mellitus pada kelompok intervensi

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


sebagian besar adalah tidak memiliki riwayat penyakit diabetes keluarga
sebanyak 14 responden (70%).
Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang penting pada diabetes
mellitus. Terjadinya kelainan yang diturunkan dapat mempengaruhi sel beta
sehingga mengubah kemampuan sel beta untuk mengenali dan merangsang
seketoris atau rangkaian kompleks yang merupakan bagian dari sintesis insulin.
Oleh karena itu kerentanan individu terhadap faktor-faktor lingkungan yang
dapat mengubah fungsi sel beta semakin meningkat (Price & Wilson, 2006).
Tidak seperti diabetes tipe 1, diabetes mellitus tipe 2 tidak berhubungan gen
pada area human leukocyte antigen (HLA). Faktor genetik berhubungan dengan
riwayat keluarga dengan diabetes mellitus. Indeks untuk
diabetes mellitus tipe 2 pada kembar monozigot hampir 100%. Resiko
berkembangnya diabetes mellitus tipe 2 pada saudara kandung mendekati 40%
dan 33% untuk anak cucu. Jika orag tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes
dan non diabetes pada anak adalah 1:1, dan sekitar 90% sebagai carrier diabetes
mellitus tipe 2.

4.2 Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien


Diabetes Mellitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas Tapos
4.2.1 Hasil Uji Normalitas Data Dengan Menggunakan Shapiro Wilk
Sebelum data dianalisis lebih lanjut setiap data sudah dilakukan uji
normalitas data untuk mengetahui sebaran data, selanjutnya akan digunakan
untuk memilih uji yang sesuai. Parameter yang digunakan untuk melihat
sebaran data analitik dalam penelitian ini adalah parameter Shapiro Wilk karena
jumlah responden kurang dari 50 responden.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan Uji Shapiro Wilk

p-value
Intervensi Kontrol
Pretest pengetahuan 0,144 0,170
Posttest pengetahuan 0,302 0,206
Pretest kepatuhan 0,000 0,006
Posttest kepatuhan 0,000 0,003

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Berdasarkan hasil tabel 4.7 output uji normalitas di atas, diketahui untuk
data pretest pengetahuan kelompok kontrol nilai p-value sebesar 0.170, postest
pengetahuan kelompok kontrol nilai p-value sebesar 0.206, pretest pengetahuan
kelompok intervensi nilai p-value sebesar 0.144, dan posttest pengetahuan
kelompok intervensi nilai p-value sebesar 0.302, maka sebagaimana dasar
pengambilan keputusan dalam uji normalitas di atas, dapat disimpulkan bahwa
data pre-test pengetahuan kelompok kontrol, post-test pengetahuan kelompok
kontrol, pretest pengetahuan kelompok eksperimen, dan post-test pengetahuan
kelompok intervensi berdistribusi normal. Sementara untuk nilai p-value pre-
test kepatuhan kelompok kontrol sebesar 0.006, post-test kepatuhan kelompok
kontrol sebesar 0.003, pre-test kepatuhan kelompok intervensi sebesar 0.000,
dan post-test kepatuhan kelompok intervensi sebesar 0.000, sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan, data pre-test kepatuhan kelompok kontrol, post-test
kepatuhan kelompok kontrol, pre-test kepatuhan kelompok intervensi, dan post-
test kepatuhan kelompok intervensi, berdistribusi tidak normal. Karena syarat
normalitas untuk melakukan uji perbedaan dengan Uji T tidak terpenuhi, maka
uji perbedaan dilakukan dengan menggunakan Uji Wilcoxon (Singgih Santoso,
2014).

4.2.2 Analisis Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan Sebelum dan


Sesudah Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Pada analisis perbedaan menggunakan uji Wilcoxon dimana karena
setelah dilakukan uji normalitas didapatkan hasil tidak berdistribusi normal, dan
jumlah responden < 50 yaitu berjumlah 40 responden dimana masing-masing
kelompok intervensi dan kontrol berjumlah 20 responden. Analisis uji Wilcoxon
terpenuhi dengan syarat tolak H0 jika nilai p-value < 0.05 dan terima H0 jika
nilai p-value > 0.05.

Pengetahuan Ket

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Pre-test Post-test P-value
f % f %
Intervensi 0,000 𝐇𝟎
Kurang baik 12 60% 6 30% ditolak
Baik 8 40% 14 70%
Kontrol 0,197 𝐇𝟎
Kurang baik 8 40% 7 35% diterima
Baik 12 60% 13 65%
Tabel 4.8 Analisis Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan Sebelum dan
Sesudah Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Pada hasil pengetahuan kelompok intervensi mendapatkan nilai yang


signifikan yaitu p-value 0.000. Karena nilai p-value < 0.05, maka H0 dapat
ditolak, yang berarti ada perbedaan pengetahuan tentang diabetes mellitus untuk
pre-test dan post-test pada kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol
mendapatkan nilai p-value 0.197. Karena nilai p-value > 0.05, maka H0 dapat
diterima, yang berarti tidak ada perbedaan pengetahuan tentang diabetes
mellitus untuk pre-test dan post-test pada kelompok kontrol.
Hasil analisis diatas menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan
tentang diabetes setelah di berikan edukasi pada kelompok intervensi dan tidak
adanya perbedaan pengetahuan tentang diabetes mellitus pada kelompok
kontrol. Adanya perbedaan hasil uji Wilcoxon antara kelompok intervensi
dengan kelompok kontrol dapat dipengaruhi oleh pemberian informasi melalui
edukasi sehingga meningkatkan pengetahuan.
Kelompok intervensi diberikan edukasi mengenai penyakit diabetes,
penyebab diabetes, faktor resiko, klasifikasi, penegakkan diagnosis, komplikasi
penyakit yang dapat ditimbulkan, penatalaksanan diabetes dengan pengaturan
pola makan, olah raga dan minum obat secara teratur yang dilakukan dengan
metode ceramah dengan media slide menggunakan proyektor dan tanya jawab.
Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan terhadap kelompok intervensi dengan
meningkatnya nilai tingkat pengetahuan yaitu terdapat 12 responden (60%)

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


memiliki pengetahuan rendah berkurang menjadi 6 responden (30%), dan 8
responden (40%) memiliki pengetahuan yang baik meningkat menjadi 14
responden (70%).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Oktorina Rola dkk (2019)
tentang pengaruh edukasi kesehatan dengan self instructional module terhadap
pengetahuan tentang diabetes mellitus yang membuktikan bahwa terdapat
pengaruh pemberian edukasi kesehatan dengan self instructional module
terhadap pengetahuan tentang diabetes mellitus dimana nlai p value adalah
0,001 (p<0,05).
Kelompok kontrol tidak mengalami perbedaan yang signifikan antara
pre dan post test, karena responden tidak mendapatkan edukasi seperti yang
dilakukan kelompok intervensi. Hasil analisis diatas menunjukkan terdapat 8
responden (40%) memiliki pengetahuan kurang baik berkurang menjadi 7
responden (35%) dan 12 responden (60%) memiliki pengetahuan baik
meningkat menjadi 13 responden (65%) yang memiliki pengetahuan baik.
Petugas kesehatan memberikan peningkatan signifikan pada nilai
pengetahuan dan kepatuhan salah satunya dengan konseling obat (Neswita dkk,
2016). Pihak Puskesmas pada dasarnya telah memberikan materi edukasi,
namun materi edukasi ini tidak melulu khusus untuk pasien diabetes saja dan
hanya diadakan pada hari tertentu sehingga tidak menjangkau keseluruhan
pasien diabetes mellitus dan hal ini tidak berpengaruh pada hasil kuesioner
pengetahuan.
Pengetahuan penderita diabetes mellitus dapat ditingkatkan dengan
memberikan edukasi. Namun, edukasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang berasal dari responden. Berdasarkan tabel distribusi dapat kita lihat bahwa
beberapa responden memiliki karakteristik yang berbeda. Hal ini dapat
memberi pengaruh pada penerimaan informasi yang diberikan. Faktor yang
dapat berpengaruh pada pengetahuan responden adalah tingkat pendidikan
responden yang rendah sehingga informasi yang mereka dapatkan masih
kurang, terlebih mereka yang tidak memliki pekerjaan. Hal ini dikarenakan
responden yang memliki pekerjaan di luar rumah yang akan lebih mudah untuk
mendapatkan informasi dari sekitar lingkungan kerjanya. Pasien yang memiliki

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


riwayat keluarga dengan penyakit yang sama akan memiliki pengalaman yang
menjadi sumber pengetahuan, seseorang akan memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
untuk mencegah masalah yang dihadapi masa lalu. Pada penelitian ini
responden yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes mellitus tipe 2
sebagian besar adalah ibu kandung sehingga responden bisa menjadikan
pengalaman sebagai sumber pengetahuan.

4.2.3 Analisis Pengaruh Edukasi Terhadap Kepatuhan Sebelum dan


Sesudah Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Pada analisis perbedaan menggunakan uji Wilcoxon dimana karena
setelah dilakukan uji normalitas didapatkan hasil tidak berdistribusi normal, dan
jumlah responden < 50 yaitu berjumlah 40 responden dimana masing-masing
kelompok intervensi dan kontrol berjumlah 20 responden. Analisis uji Wilcoxon
terpenuhi dengan syarat tolak H0 jika nilai p-value < 0.05 dan terima H0 jika
nilai p-value > 0.05.
Tabel 4.9 Hasil Uji Perbedaan Skor Kepatuhan Menggunakan Uji Wilcoxon

Kepatuhan Keterangan
Pre-test Post-test P-value
f % f %
Intervensi 0,007 𝐇𝟎 ditolak
Rendah 12 60% 8 40%
Tinggi 8 40% 12 60%
Kontrol 0,564 𝐇𝟎 diterima
Rendah 15 75% 14 70%
Tinggi 5 25% 6 30%
Pada hasil kepatuhan kelompok intervensi mendapatkan nilai p-value
sebesar 0.007. Karena nilai p-value < 0.05, maka H0 dapat di tolak, yang berarti
adanya perbedaan kepatuhan tentang diabetes mellitus untuk pre-test dan post-
test pada kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol mendapatkan nilai p-
value 0.564. Karena nilai p-value > 0.05, maka H0 dapat diterima, yang berarti

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


tidak ada perbedaan keaptuhan tentang diabetes mellitus untuk pre-test dan
post-test pada kelompok kontrol.
Hasil distribusi kepatuhan menunjukkan bahwa pada kelompok
intervensi yang telah diberikan edukasi mendapatkan hasil yang signifikan
yakni dari 8 responden (40%) yang memiliki kepatuhan tinggi menjadi 14
responden (80%) dan terjadi penurunan pada tingkat kepatuhan rendah dari 12
responden (60%) menjadi 8 responden (40%). Berdasarkan hasil diatas edukasi
yang dilakukan kepada pasien dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien
terhadap pengobatan dan perilaku pasien dalam melakukan aktivitas yang
mendukung kesembuhan. Namun, edukasi hanya salah satu cara untuk
meningkatkan kepatuhan. Peningkatan kepatuhan pun bukan murni disebabkan
oleh edukasi saja, melainkan ada beberapa faktor lain di luar edukasi (Barth et
al., 2009).
Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan, yaitu faktor internal
antara lain usia, sikap, penyakit kejiwaan, dan kepribadian atau motivasi pasien.
Faktor eksternal meliputi pengetahuan, hunungan dengan petugas kesehatan,
dan faktor lingkungan seperti dukungan social, serta semakin meluasnya
pelayanan komunitas yang diberikan tim kesehatan baik melalui penyuluhan,
selebaran ataupun lainnya (Kemenkes RI, 2013). Pada dasarnya petugas
kesehatan di Puskesmas selalu mengingatkan setiap kunjungannya kepada
pasien diabetes mellitus anggota Prolanis untuk rutin kontrol berobat dan
bebarapa pasien mendapatkan buku kartu kendali untuk mengingatkan kepada
pasien untuk tanggal mengambil obat di Puskesmas, hal ini kemungkinan
mempengaruhi tingginya kepatuhan minum obat pada responden. Pasien
dengan kepatuhan minum obat yang rendah umumnya bukan anggota Prolanis
dan tidak memiliki buku kartu kendali yang datang ke Puskesmas dua kali
seminggu atau satu bulan sekali untuk mengambil obat.
Kepatuhan kelompok kontrol tidak mengalami perbedaan yang
signifikan antara pre dan post test. Hasil analisis diatas menunjukkan terdapat
15 responden (75%) memiliki kepatuhan rendah berkurang menjadi 14
responden (70%) dan 5 responden (25%) memiliki kepatuhan tinggi meningkat
menjadi 6 responden (30%) yang memiliki kepatuhan tinggi. Pada responden

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


kelompok kontrol sebagian mereka mengaku tidak dapat rutin datang berobat
sesuai waktunya karena mereka terkendala beberapa faktor salah satunya
terkendala jarak yang ditempuh responden menuju Puskesmas, biaya
transportasi yang diperlukan untuk menuju Puskesmas, dan dukungan keluarga.
Jarak yang ditempuh responden menuju fasilitas kesehatan untuk
kontrol berobat menjadi salah satu alasan pasien enggan berkunjung ke
Puskesmas. Edukasi diabetes mellitus yang diadakan oleh program Prolanis
tidak mencakup semua pasien diabetes mellitus karena tidak semua pasien
diabetes mellitus mengikuti program Prolanis. Sehingga pengetahuan yang
dimiliki pasien diabetes mellitus dirasa kurang. Biaya transportasi yang
diperlukan pasien untuk menuju Puskesmas merupakan alasan lain yang
digunakan pasien sehingga menyulitkan untuk berkunjung ke Puskesmas, hal
ini berkaitan dengan pekerjaan sebagian besar merupakan ibu rumah
tangga/tidak bekerja. Dukungan keluarga seperti alasan responden yang datang
terlambat untuk kontrol yaitu tidak adanya keluarga yang mengantar ke
Puskesmas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Oktadiansyah Denny
dan Yulia, 2014) yang menyatakan bahwa jarak tempuh menuju fasilitas
kesehatan, akomodasi, dan dukungan keluarga menjadi alasan pasien tidak rutin
untuk kontrol berobat.

4.3 Keterbatasan Penelitian


1. Terdapat beberapa kendala saat mengisi kuesioner diantaranya responden
yang kurang terbiasa dalam hal membaca dan menulis, tidak semua
responden dapat membaca dengan baik, dan beberapa responden mengaku
memiliki gangguan penglihatan. Hal tersebut membuat waktu pengisian
kuesioner menjadi lebih lama karena setiap pernyataan harus dibacakan
satu-persatu secara perlahan dan menunggu setiap responden mamahami
pertanyaannya.
2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunaakan kuesioner yaitu
terkadang jawaban yang diberikan oleh sampel tidak menunjukkan keadaan
sesungguhnya.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Institut Sains Dan Teknologi Nasional
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan
pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini data demografi sebagian besar wanita dengan rentang
usia 56-61 tahun, dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
berlatarbelakang pendidikan SD, rata-rata memiliki pendapatan
>1.500.000, dan tidak memiliki riwayat penyakit diabetes pada
keluarganya.
2. Ada pengaruh edukasi diabetes mellitus terhadap pengetahuan penderita
diabetes mellitus di UPTD Puskesmas Tapos yaitu sebesar p=0,000.
3. Ada pengaruh edukasi diabetes mellitus terhadap kepatuhan penderita
diabetes mellitus di UPTD Puskesmas Tapos yaitu sebesar p=0,007.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti sebagai berikut:
1. Untuk Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan bagi instansi terkait khususnya di UPTD Puskesmas Tapos
dapat meningkatkan pelayanan promosi kesehatan agar penderita
diabetes lebih memahami penyakit diabetes sehingga penderita diabetes
lebih patuh untuk minum obat dan tidak terjadi kearah komplikasi.
2. Untuk Ilmu Penelitian Selanjutnya
Diharapkan bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan edukasi
dengan metode yang berbeda pada penderita diabetes mellitus.

52
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
DAFTAR PUSTAKA

Agrimon, Orizati Hilman. (2014). Exploring The Feasibility of Implementing


Self-Management and Patient Empowerment Through A Structured
Diabetes Education Programme in Yogyakarta City Indonesia : A
Pilot Cluster Randomised Controlld Trial. Thesis. Discipline of
General Practice and Dicipline of Public Health School of Population
Health Sciences The University of Adelaide.
Adler N, Newman K . (2002). Socioeconomic Disparities In Health: Pathways
and Policies. Health Affairs (online) Vol. 21, No 2. Hlm. 60-76
Alfian Riza Dan Aditya Maulana Perdana Putra. 2017. Uji Validitas Dan
Reliabilitas Kuesioner Medication Adherence Report Scale (MARS)
Terhadap Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 2(2) 176-
183.
Alfian, R. (2015). Layanan Pesan Singkat Pengingat untuk Meningkatkan
Kepatuhan Minum Obat dan Kontrol Glikemik Pasein Diabetes
Melitus di RSUD Dr.H Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Media
Farmasi. 12(1), 129-138
American Diabetes Association. (2010). Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus Diabetes Care USA. 27 : 55
American Diabetes Association. (2012). Diagnosis and Clasification of
Diabetes Mellitus. Diabetes Care, Volume 35, Supplement 1, S64-
S71.
Bart, Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Betteng Richardo, Damayanti Pangemanan, Nelly Maluyu. (2014). Analisa
Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada
Wanita Usia Produktif di Puskesmas Wawonasa. Jurnal e-Biomedik.
2(2) Juli 2014.
Bosworth, H.B. (2010). Improving Patient Treatment Adherence A Clinic Guide.
Chapter 4, 69-96. New York: Springer

53
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC
Budiman, & Riyanto, A. (2014). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dahlan, Sopiyudin M. (2012). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi
Kelima. Jakarta: Salemba Medika
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI). (2009). Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia
Dinkes Kota Depok. (2017). Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2017. Depok
: Dinas Kesehatan Kota Depok
Eriksson A-K, Donk M Van Den, Hilding A, Östenson C-G. (2013). Work
Stress, Sense of Coherence, and Risk of Type 2 Diabetes in a
Prospective Study of MiddleAged Swedish Men and Women.
Diabetes Care 2013;36(9):2683–2689. doi:10.2337/dc12-1738.
Fadilah Nurul Aini, Lintang Dian Saraswati, Mateus Sakundarno Adi. (2016).
Gambaran Karakteristik Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita (Studi di
RSUD Kardinah Kota Tegal). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(1)
Januari 2016 (ISSN: 2356-3346).
Farmer, A., Kinmonth, A.L., Sutton, S., (2006). Measuring beliefs about taking
hypoglycaemic medication among people with Type 2 diabetes,
Diabet. Med, 23, 265–270
Gabby Mongisidi. (2014). Hubungan Antara Status Sosio-Ekonomi dengan
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Interna Blu Rsup Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado.Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi.
Garcia A.A., Villagomez E.T., Brown S.A., Kouzekanani K. and Hanis C.L.,
(2001) Developmen of the Spanish-Language diabetes Knowledge
Questionnaire. , 24(1), pp.16–21.
Hakim, Dian Lukman. (2018). Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi : Pendidikan,
Penghasilan, Dan Fasilitas Dengan Pencegahan Komplikasi Kronis

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 Di Surakarta. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Horne R, Albert A, Boone C, (2018). Relationship Between Beliefs Abaut
Medicines, Adherence To Treatment, And Disease Activity In Patients
With Rheumatoid Arthiritis Under Subcutaneous Anti-Tnf&Alpha;
Therapy. Patient Preference And Adherence. 2018; 12:1099-1111.
Ilmah F, Rochmah TN. (2015). Kepatuhan Pasien Rawat Inap Diet Diabetes
Mellitus Berdasarkan Teori Kepatuahan Niven. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia. 3 : 60-69
Inonu, Vanessa Faradise (2019). Hubungan Penerimaan Diri Dengan Self-
Management Diabetes Mellitus Pada Peserta Prolanis Di Puskesmas
Kedaton Bandarlampung. Lampung: Universitas Lampung
International Diabetes Federation. (2015). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition
2015. https://www.idf.org/e-library/epidemiology-research/diabetes-
atlas/13-diabetes-atlas-seventh-edition.html, Diakses 11 Oktober
2019
International diabetes federation. (2015). IDF Western Pacific Members.
http://www.idf.org/our-network/regions-members/western-
pacific/members/104-indonesia.html, Diakses 9 Oktober 2019.
Irawan, Dedi. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe dua di Daerah Urban Indonesia. Tesis dipulikasikan. Jakarta:
Universitas Indonesia
Isnaini Nur, Ratnasari. (2018). Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe
2. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah, Juni 2018. 14(1), 59-
68.
Kansil F. Jesica, Mario E. Katuuk, Maria J. Regar. (2019). Pengaruh Pemberian
Edukasi dengan Metode Focus Group Discussion Terhadap
Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi di Puskesmas Tahuna
Barat. 7(1) Mei 2019
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Diabetes Mellitus Penyebab Kematian
Nomor 6 di Dunia. http://www.depkes.go.id
Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Kusrini. (2006). Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi
Mahendra K, D. Tobing A, & Alting. (2008). Care Your Self Diabetes Mellitus.
Jakarta: Penebar Plus.
Maulana, Heri, d.j, (2009). Promosi Kesehatan Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Melmed,S., et al. (2011). Williams Textbook of Endocrinology.edisi ke 12
Mubarak, Wahit Iqbal., dkk. (2007). Promosi Kesehatan. Sebuah Pengantar
Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mutoharoh. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Mellitus Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Desa Ngadiwarno Sukorejo Kendal.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Nazriati Elda, Diana Pratiwi, Tuti Restuastuti. (2018). Pengetahuan Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hubungannya Dengan Kepatuhan
Minum Obat di Puskesmas Mandau Kabupaten Mengkalis. Majalah
Kedokteran Andalas. 41(2) 59-68.
Neswita Elfia, Dedy Almasdy, Harisman. (2016). Pengaruh Konseling Obat
Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Congestive Heart
Failure. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. 2(2), 295-302.
Ningsih, Pramesti Andi. (2018). Pengaruh Edukasi Hipertensi Berbasis Budaya
Makassar Terhadap Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertesni Di
Wilayah Kerja Puskesmas Paccerakkang. Makassar: Universitas
Hasanuddin
Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta
: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan
Praktis. Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Ogedegbe, G., Tobin, J.N., Fernandez, S., Gerin, W., Diaz-Gloster, M.,
Cassellls, A., dkk., (2009). Counseling African Americans to Control
Hypertension (CAATCH) Trial: A Multi-level Intervention to
Improve Blood Pressure Control in Hypertensive African Americans.
Circulation. Cardiovascular quality and outcomes, 2: 249-256.
Oktadiansyah, Denny dan Yulia. (2014). Kepatuhan Minum Obat Diabetes Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Fakultas Ilmu Keperawatan.
Depok:Universitas Indonesia.
Oktorina Rola, Ratna Sitorus, dan Lestari Sukmarini. (2019). Pengaruh Edukasi
Kesehatan dengan Self Instructional Module Terhadap Pengetahuan
Tentang Diabetes Mellitus. Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah
Problema Kesehatan. Universitas Indonesia. Vol 4(1), 171-183.
Osterberg, L., dan Blaschke, T., (2005) Adherence to Medication, The New
England Journal of Medicine, 353, 487-97.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2015). Konsensus Pengelolaan Dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia 2011. Jakarta:
Perkeni.
Pratiwi, Hening; Nuryanti; dkk. (2016). Pengaruh Edukasi Terhadap
Pengetahuan, Sikap Dan Kemampuan Berkomunikasi Atas Informasi
Obat. Jurnal Ilmiah Farmasi, Jun 2016, 4(1), 10-15.
Priyanto, Duwi. (2016). Belajar Alat Analisis Data dan Cara Pengolahannya
dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rako
rp_2018/Hasil%20 Riskesdas%202018.pdf- Diakses Oktober 2019
Singgih Santoso. (2014). Panduan Lengkap SPSS Versi 20 Edisi Revisi. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS). (2019). Sistem Informasi Puskesmas
Kota Depok. http://simpus.depok.go.id:8072/ diakses pada 10
Oktober 2019

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (Gerontological nursing
: A health promotion/ protection approach) Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &
D.Bandung:Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA
Suiraoka I.P. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta:Nuha Medika.
Supranto J. (2000). Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta (ID):
PT Rineka Cipta
Trisnawati, Shara Kurnia dan Soedijono Setyorogo. (2013). Faktor Risiko
Kejadian Diabtes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan
Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. 5.(1), 6-10.
V. Wiratna Sujarweni. (2015). SPSS Untuk Penelitian (Vol. 1). Bantul.
Yogyakarta
World Health Organization. (2016). Global Report On Diabetes.
http://www.who.int/diabetes diakses 22 Januari 2020.
Ziyana Waldiah. (2017). Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Pasien Hipertensi Di Puskesmas Sutojayan Kabupaten
Blitar. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 1. Surat Pengantar Peneliti

Lampiran 2. Surat Kaji Etik

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Lampiran 3. Surat Pernyataan Penelitian di UPTD Puskesmas Tapos

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 4. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa Dan
Politik Kota Depok

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Depok

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 6. Surat Selesai Penelitian

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 7. Lembar Penjelasan Penelitian

LEMBAR PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN

Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Pengetahuan dan


Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
UPTD Puskesmas Tapos
Peneliti : Winda Eka Ratna Andesta
NIM : 16334501
Saya Winda Eka Ratna Andesta adalah mahasiswi S1 Farmasi Fakultas Farmasi di
Institut Sains Teknologi Nasional (ISTN). Saat ini saya sedang melakukan
penelitian untuk mengetahui “Pengaruh Pemberian Edukasi terhadap Pengetahuan
dan Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di UPTD (Unit
Pelaksana Teknis Daerah) Puskesmas Tapos”.

Manfaat dari penelitian ini adalah Bapak/Ibu yang terlibat dalam penelitian ini akan
memperoleh pengetahuan tentang diabetes mellitus dan penatalaksanaannya.
Penelitian ini berfokus untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap pengetahuan
dan kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe 2 di UPTD (Unit Pelaksana Teknis
Daerah) Puskesmas Tapos.

Penelitian ini merupakan penelitian yang memberikan tindakan kepada responden.


Tindakan yang diberikan kepada responden yaitu berupa edukasi tentang penyakit
diabetes. Kegiatan perlakuan ini dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan

Dalam penelitian ini akan mengisi kuesioner mengenai biodata, pengetahuan dan
kepatuhan yang disediakan sebanyak dua kali, yang pertama setelah Bapak/Ibu
menandatangani lembar kesediaan menjadi responden penelitian ini. Kuesioner
kedua setelah dua minggu dari pengisian kuesioner pertama atau ketika bapak/ibu
datang kembali untuk kontrol berobat kembali dari pengisian kuesioner pertama.
Untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan dan kepatuhan minum obat
Bapak/Ibu. Selama proses penelitian, fasilitas yang disediakan oleh peneliti adalah
lembar kuesioner, pulpen, dan souvenir.

Pada penelitian ini tidak ada bahaya yang diakibatkan oleh keterlibatan Bapak atau
Ibu, oleh karana dalam penelitian ini kita hanya melakukan penyuluhan, diskusi dan

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


tanya jawab. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas serta informasi yang Bapak
atau Ibu berikan. Informasi yang Bapak atau Ibu berikan digunakan untuk
mengembangkan ilmu kefarmasian dan tidak akan digunakan untuk maksud lain.

Keikutsertaan Bapak atau Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan Bapak atau
Ibu berhak untuk mengundurkan diri kapanpun tanpa menimbulkan hal-hal yang
merugikan Bapak atau Ibu. Apabila saudara ingin mengundurkan diri selama proses
penelitian berlangsung karena ada hal-hal yang kurang berkenan, maka saudara
dapat mengungkapkan langsung ataupun menelepon peneliti. Jika saudara bersedia
mengikuti penelitian ini, silahkan menandatangani lembar persetujuan responden.
Apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas sehubungan dengan penelitian ini, maka
saudara dapat menghubungi saya (Winda Eka Ratna Andesta/081291705909).

Demikian penjelasan ini peneliti sampaikan dan atas partisipasi Bapak atau Ibu
dalam penelitian ini peneliti ucapkan terimakasih.

Peneliti, Responden,

Winda Eka Ratna Andesta ………………………


NIM 16334501

Saksi

………………………………….

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 8. Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth Bapak/Ibu

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya selaku mahasiswi S1 program Farmasi Fakultas Farmasi di Institut


Sains dan Teknologi Nasional Jakarta;

Nama : Winda Eka Ratna Andesta

NIM : 16334501

Bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang” “Pengaruh Pemberian


Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Minum Obat Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas Tapos”. Adapun segala informasi yang
Bapak/Ibu/Saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya. Sehubungan dengan hal
tersebut, peneliti memohon kepada Bapak/Ibu/Saudara untuk bersedia menjadi
responden dengan mengisi kuesioner dan mengikuti penelitian hingga selesai
dengan menandatangani kolom di bawah ini.

Atas ketersediaan dan kerja sama Bapak/Ibu/Saudara saya ucapkan


terimakasih.

Hormat saya, Depok,…………….2019

Peneliti Responden

Winda Eka Ratna A (………………………)

Saksi

(………………………)

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 9. Data Demografi Responden

Data Demografi

1. Nama :...................................................................................
2. Umur : ..................................................................................
3. Alamat : ..................................................................................
4. No. telp/Hp : ..................................................................................
5. Jenis Kelamin : Perempuan/ Laki-laki*
6. Pendidikan Terakhir : Tidak tamat SD/ tidak sekolah/ SD/ SMP/SLTP /
SMA/SLTA / Diploma/ Sarjana*
7. Pekerjaan : PNS / Swasta / Pedagang/Wiraswasta /
Ibu Rumah Tangga / Tidak bekerja / Lain-lain,
sebutkan ………………..*
8. Penghasilan per bulan : <1.500.000 / ≥ 1.500.000*
9. Riwayat DM keluarga : tidak ada / ada, sebutkan…………………..

*Lingkari jawaban yang sesuai

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 10. Kuesioner Pengetahuan tentang Diabetes Mellitus (DKQ-24)

Petunjuk Pengisian: Pilihlah jawaban yang sesuai dengan Bapak/Ibu ketahui,


dengan memberi tanda (x) pada kolom yang telah disediakan. Beberapa
pernyataan dibawah ini benar dan beberapa pernyataan salah, semua pernyataan
harus dijawab dengan satu pilihan.

Tidak
No. Pernyataan Ya Tidak
Tahu
1 Makan terlalu banyak gula dan makanan manis lainnya
X
merupakan penyebab diabetes
2 Penyebab umum diabetes adalah kurangnya insulin yang
X
efektif dalam tubuh
3 Diabetes disebabkan karena kegagalan ginjal mencegah
X
gula masuk ke dalam kencing
4 Ginjal memproduksi insulin X
5 Pada diabetes yang tidak diobati, jumlah gula dalam darah
X
biasanya meningkat
6 Jika saya menderita diabetes, anak-anak saya berpeluang
X
lebih besar menderita diabetes juga
7 Diabetes melitus dapat disembuhkan X
8 Kadar gula darah puasa 210 adalah terlalu tinggi X
9 Cara terbaik untuk memeriksa diabetes adalah dengan tes
X
urin
10 Olah raga teratur akan meningkatkan kebutuhan atas
X
insulin atau obat diabetes lainnya
11 Ada dua jenis utama diabetes : Tipe 1 (tergantung pada
X
insulin) dan Tipe 2 (tidak tergantung pada insulin)
12 Insulin bekerja disebabkan karena makan terlalu banyak X
13 Obat lebih penting daripada diet dan olah raga untuk
X
pengendalian diabetes

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Tidak
No. Pernyataan Ya Tidak
Tahu
14 Diabetes sering menyebabkan peredaran darah yang tidak
X
baik
15 Luka dan lecet pada penderita diabetes sembuhnya lama X
16 Penderita diabetes harus sangat berhati-hati saat memotong
X
kuku kaki
17 Penderita diabetes harus membersihkan luka dengan
X
yodium (betadine) dan alcohol
18 Cara memasak makanan sama pentingnya dengan
X
makanan yang dimakan oleh penderita diabetes
19 Diabetes dapat merusak ginjal X
20 Diabetes dapat menyababkan mati rasa pada tangan, jari-
X
jari dan kaki
21 Gemetaran dan berkeringat merupakan tanda tingginya
X
kadar gula darah
22 Sering kencing dan haus merupakan tanda rendahnya
X
kadar gula darah
23 Kaos kaki yang ketat boleh dipakai oleh penderita diabetes X
24 Diet diabetes sebagian besar terdiri dari makanan-makanan
X
khusus

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 11. Kuesioner Kepatuhan MARS-5 (Medication Adherence
Report Scale)

Petunjuk Pengisian: Pilihlah jawaban yang sesuai dengan Bapak/Ibu kehendaki,


dengan memberi tanda centang(√) pada kolom yang telah disediakan. Beberapa
pernyataan dibawah ini dengan pilihan selalu, sering, kadang-kadang, jarang
dan tidak pernah.

Pilihan Pertanyaan
No. Pertanyaan Kadang Tidak
Selalu Sering Jarang
-kadang pernah
1 Saya lupa minum obat saya
2 Saya mengubah dosis minum obat saya
3 Saya berhenti minum obat saya untuk
beberapa waktu
4 Saya memutuskan untuk minum obat
dengan dosis lebih kecil
5 Saya minum obat kurang dari aturan
yang tertera

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 12. Susunan Acara Penyuluhan
1. Pokok bahasan : Diabetes Melitus
2. Sub Pokok Bahasan :
a. Penyakit Diabetes Melitus
1) Definisi
2) Etiologi
3) Faktor Risiko
4) Klasifikasi
5) Penegakkan Diagnosis
6) Komplikasi Diabetes
7) Penatalaksanaan
3. Sasaran : 20 orang pasien yang terkena Diabetes Melitus tipe 2
4. Waktu : 60 menit
5. Tempat : Aula UPTD Puskesmas Tapos
6. Hari/ tanggal : Rabu, 4 Desember 2019
7. Tujuan penyuluhan :
a. Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat
mengetahui dan memahami tentang penyakit diabetes meliputi definisi,
etiologi, faktor risiko, klasifikasi, penegakkan diagnosis diabetes
mellitus, komplikasi diabetes mellitus, dan penatalaksanaannya.
8. Kegiatan
Tahap Kegiatan Media, alat
Kegiatan Permateri
Kegiatan Peserta dan bahan
Pendahuluan 1. Memberikan salam dan memperhatikan Proyektor
(5 menit) perkenalan diri dan slide
2. Menjelaskan materi
secara umum
3. Menjelaskan tujuan dari
kegiatan
4. Membagikan snack
Penyajian 1. Menjelaskan Penyakit Memperhatikan Proyektor dan
(30 menit) Diabetes Melitus slide

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


a. Definisi
b. Etiologi
c. Faktor Risiko
d. Klasifikasi
e. Penegakkan Diagnosis
f. Komplikasi Diabetes
g. Penatalaksanaan
Sesi tanya 1. Memberikan kesempatan Memberikan Proyektor dan
jawab untuk bertanya mengenai pertanyaan slide
(10 menit) materi yang disampaikan
2. Menjawab pertanyaan
yang diajukan responden Memperhatikan
Penutup 1. Menutup pertemuan,
(10 menit) memberikan salam dan
souvenir

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 13. Materi Edukasi Melalui Media Elektronik Berupa Slide

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
Lampiran 14. Lampiran Hasil Foto Kegiatan

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 15. Data Hasil Sosiodemografi Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
UPTD Puskesmas Tapos
KELOMPOK KONTROL

PENDIDIKAN PENGHASILAN RIWAYAT DM


NO USIA L/P PEKERJAAN
TERAKHIR /BULAN ADA TIDAK
1 65 TH L SMP TDK BEKERJA < 1.500.000 √ IBU
2 58 TH L SMA PNS < 1.500.000 √
TDK
3 55 TH P
SEKOLAH
IRT < 1.500.000 √
4 57 TH P SMP IRT < 1.500.000 √
5 58 TH L SMP TDK BEKERJA < 1.500.000 √
6 51 TH P SD IRT ≥ 1.500.000 √ IBU
TDK
7 60 TH P IRT ≥ 1.500.000 √
SEKOLAH
8 38 TH P SMA IRT ≥ 1.500.000 √ IBU
9 60 TH L SMA WIRASWASTA ≥ 1.500.000 √
10 70 TH L SMP PENSIUN AD ≥ 1.500.000 √
11 57 TH P SD IRT < 1.500.000 √
12 54 TH P SD IRT < 1.500.000 √
TDK
13 49 TH P IRT < 1.500.000 √ IBU
SEKOLAH
TDK
14 60 TH P
SEKOLAH
IRT < 1.500.000 √
15 61 TH P SMA IRT ≥ 1.500.000 √ IBU
16 57 TH P SD IRT < 1.500.000 √NENEK
17 60 TH P SMA IRT ≥ 1.500.000 √
18 43 TH P SMP IRT ≥ 1.500.000 √ IBU
19 61 TH L SD TDK BEKERJA < 1.500.000 √ IBU
20 40 TH P SMA IRT ≥ 1.500.000 √ IBU

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


KELOMPOK INTERVENSI

PENDIDIKAN PENGHASILAN RIWAYAT DM


NO USIA L/P PEKERJAAN
TERAKHIR /BULAN ADA TIDAK
1 63 TH P SD IRT < 1.500.000 √ IBU
2 69 TH P SD IRT < 1.500.000 √ BIBI
3 60 TH P SD IRT < 1.500.000 √
4 55 TH P SMA IRT < 1.500.000 √
5 63 TH L SD TIDAK BEKERJA < 1.500.000 √
TIDAK
6 65 TH P
SEKOLAH
IRT < 1.500.000 √
7 71 TH P SD IRT < 1.500.000 √
49 TH P SMP IRT ≥ 1.500.000 √
8
KAKEK
9 43 TH P SD IRT < 1.500.000 √
TIDAK
10 50 TH P
SEKOLAH
IRT < 1.500.000 √
11 61 TH P SD IRT < 1.500.000 √ORTU
12 54 TH P DIPLOMA IRT ≥ 1.500.000 √KAKAK
13 56 TH P SD IRT < 1.500.000 √
14 64 TH P SMA IRT < 1.500.000 √
15 59 TH P SD IRT < 1.500.000 √
16 69 TH P SD IRT < 1.500.000 √
TIDAK
17 66 TH P IRT ≥ 1.500.000 √
TAMAT SD
18 50 TH L SMA TIDAK BEKERJA < 1.500.000 √
KARYAWAN
19 52 TH L SMA ≥ 1.500.000 √
SWASTA
TIDAK
20 53 TH P IRT < 1.500.000 √ IBU
SEKOLAH

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 16. Hasil Data Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di UPTD Puskesmas Tapos
KELOMPOK KONTROL

NILAI PENGETAHUAN NILAI KEPATUHAN


No
PRETEST Kategori POSTEST Kategori PRETEST Kategori POSTEST Kategori
1 19 Baik 18 Baik 23 Rendah 24 Rendah
2 16 Baik 17 Baik 23 Rendah 24 Rendah
Kurang Kurang
3 12 12 24 Rendah 23 Rendah
baik baik
4 15 Baik 15 Baik 15 Rendah 15 Rendah
Kurang Kurang
5 13 13 25 Tinggi 18 Rendah
baik baik
Kurang Kurang
6 12 12 18 Rendah 18 Rendah
baik baik
Kurang Kurang
7 13 12 21 Rendah 20 Rendah
baik baik
Kurang
8 13 14 Baik 23 Rendah 22 Rendah
baik
9 14 Baik 14 Baik 19 Rendah 25 Tinggi
10 21 Baik 18 Baik 24 Rendah 25 Tinggi
11 15 Baik 14 Baik 19 Rendah 23 Rendah
12 20 Baik 19 Baik 25 Tinggi 25 Tinggi
Kurang
13 14 Baik 13 24 Rendah 24 Rendah
baik
Kurang Kurang
14 11 10 25 Tinggi 25 Tinggi
baik baik
15 15 Baik 15 Baik 25 Tinggi 24 Rendah
Kurang
16 13 14 Baik 18 Rendah 19 Rendah
baik
17 17 Baik 18 Baik 22 Rendah 22 Rendah
18 17 Baik 17 Baik 24 Rendah 25 Tinggi
Kurang Kurang
19 12 12 25 Tinggi 25 Tinggi
baik baik
20 18 Baik 17 Baik 18 Rendah 18 Rendah

Ket :
Kategori Kepatuhan Kategori Pengetahuan
a. Tinggi : skor 25 a. Baik :skor ≥ 𝟏𝟒
b. Rendah : skor < 25 b. Kurang Baik : skor < 14

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


KELOMPOK INTERVENSI

NILAI PENGETAHUAN NILAI KEPATUHAN


No
PRETEST Kategori POSTEST Kategori PRETEST Kategori POSTEST Kategori
kurang
1 11 16 Baik 25 Tinggi 25 Tinggi
baik
2 16 Baik 18 Baik 25 Tinggi 25 Tinggi
kurang Kurang
3 10 11 22 Rendah 25 Tinggi
baik baik
kurang
4 13 17 Baik 21 Rendah 23 Rendah
baik
kurang Kurang
5 11 12 21 Rendah 23 Rendah
baik baik
kurang Kurang
6 11 13 25 Tinggi 25 Tinggi
baik baik
7 14 Baik 16 Baik 25 Tinggi 25 Tinggi
Kurang
8 13 16 Baik 25 Tinggi 25 Tinggi
baik
Kurang
9 13 15 Baik 25 Tinggi 25 Tinggi
baik
Kurang Kurang
10 9 12 23 Rendah 23 Rendah
baik baik
11 14 Baik 16 Baik 23 Rendah 23 Rendah
12 19 Baik 20 Baik 23 Rendah 25 Tinggi
Kurang
13 11 15 Baik 25 Tinggi 25 Tinggi
baik
14 14 Baik 14 Baik 24 Rendah 24 Rendah
15 15 Baik 16 Baik 25 Tinggi 24 Rendah
Kurang Kurang
16 11 11 19 Rendah 21 Rendah
baik baik
Kurang Kurang
17 12 12 5 Rendah 20 Rendah
baik baik
18 19 Baik 21 Baik 23 Rendah 25 Tinggi
19 16 Baik 19 Baik 17 Rendah 18 Rendah
Kurang
20 13 16 Baik 22 Rendah 25 Tinggi
baik

Ket :
Kategori Kepatuhan Kategori Pengetahuan
c. Tinggi : skor 25 c. Baik :skor ≥ 𝟏𝟒
d. Rendah : skor < 25 d. Kurang Baik : skor < 14

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Lampiran 17. Hasil Data SPSS
Kelompok Kontrol

Usia Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 38 1 .6 5.0 5.0

40 1 .6 5.0 10.0

43 1 .6 5.0 15.0

49 1 .6 5.0 20.0

51 1 .6 5.0 25.0

54 1 .6 5.0 30.0

55 1 .6 5.0 35.0

57 3 1.9 15.0 50.0

58 2 1.2 10.0 60.0

60 4 2.5 20.0 80.0

61 2 1.2 10.0 90.0

65 1 .6 5.0 95.0

70 1 .6 5.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Jenis Kelamin Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 6 3.7 30.0 30.0

Perempuan 14 8.6 70.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Pendidikan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 4 2.5 20.0 20.0

SD 5 3.1 25.0 45.0

SMP 5 3.1 25.0 70.0

SMA 6 3.7 30.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Pekerjaan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bekerja 3 1.9 15.0 15.0

Ibu Rumah Tangga 14 8.6 70.0 85.0

Swasta 1 .6 5.0 90.0

PNS 1 .6 5.0 95.0

Pensiunan 1 .6 5.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Penghasilan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 1.500.000 11 6.8 55.0 55.0

>= 1.500.000 9 5.6 45.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Riwayat DM Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ada 9 5.6 45.0 45.0

Tidak Ada 11 6.8 55.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Kelompok Intervensi

Usia Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 43 1 .6 5.0 5.0

49 1 .6 5.0 10.0

50 2 1.2 10.0 20.0

52 1 .6 5.0 25.0

53 1 .6 5.0 30.0

54 1 .6 5.0 35.0

55 1 .6 5.0 40.0

56 1 .6 5.0 45.0

59 1 .6 5.0 50.0

60 1 .6 5.0 55.0

61 1 .6 5.0 60.0

63 2 1.2 10.0 70.0

64 1 .6 5.0 75.0

65 1 .6 5.0 80.0

66 1 .6 5.0 85.0

69 2 1.2 10.0 95.0

71 1 .6 5.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Jenis Kelamin Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-Laki 3 1.9 15.0 15.0

Perempuan 17 10.5 85.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Pendidikan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 4 2.5 20.0 20.0

SD 10 6.2 50.0 70.0

SMP 1 .6 5.0 75.0

SMA 4 2.5 20.0 95.0

Perguruan Tinggi 1 .6 5.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Pekerjaan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Bekerja 2 1.2 10.0 10.0

Ibu Rumah Tangga 17 10.5 85.0 95.0

Swasta 1 .6 5.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Penghasilan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 1.500.000 16 9.9 80.0 80.0

>= 1.500.000 4 2.5 20.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Riwayat DM Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ada 6 3.7 30.0 30.0

Tidak Ada 14 8.6 70.0 100.0

Total 20 12.3 100.0

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Uji Prasyarat
Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Data Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest Pengetahuan Kontrol .157 20 .200* .932 20 .170

Postest Pengetahuan Kontrol .164 20 .165 .937 20 .206

Pretest Kepatuhan Kontrol .227 20 .008 .855 20 .006

Postest Kepatuhan Kontrol .220 20 .012 .837 20 .003

Pretest Pengetahuan Eksperimen .145 20 .200* .928 20 .144

Postest Pengetahuan Eksperimen .154 20 .200* .945 20 .302

Pretest Kepatuhan Eksperimen .268 20 .001 .631 20 .000

Postest Kepatuhan Eksperimen .295 20 .000 .715 20 .000

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Uji Perbedaan

Output Uji Wilcoxon menggunakan SPSS

Test Statisticsa

Postest Postest
Postest Kepatuhan
Pengetahuan Postest Kepatuhan Pengetahuan
Eksperimen - Pretest
Kontrol - Pretest Kontrol - Pretest Eksperimen - Pretest
Kepatuhan
Pengetahuan Kepatuhan Kontrol Pengetahuan
Eksperimen
Kontrol Eksperimen

Z -1.291b -.576c -3.650c -2.689c


Asymp. Sig. (2-tailed) .197 .564 .000 .007

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
c. Based on negative ranks.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional

Anda mungkin juga menyukai