Anda di halaman 1dari 94

PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MEREK SARI

KURMA YANG DIJUAL DI PASARAN TERHADAP PENINGKATAN


KADAR HEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR

SKRIPSI

Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

TRI AGUNG LAKSONO


NIM 31117193

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2021
PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MEREK SARI
KURMA YANG DIJUAL DI PASARAN TERHADAP PENINGKATAN
KADAR HEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR
JANTAN

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi

Tri Agung Laksono


31117193

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi/Tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber

baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Tri Agung Laksono


NIM : 31117193

Tanda Tangan :
Tanggal : 29 Agustus 2021

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi/Tugas akhir ini di ajukan oleh:


Nama : Tri Agung Laksono

ii
NIM : 31117193
Program Studi : S1 Farmasi
Judul Skripsi/Tugas Akhir : Perbandingan pengaruh pemberian berbagai merek
sari kurma yang dijual di pasaran terhadap
peningkatan kadar hemoglobin pada tikus putih
galur wistar

Telah disetujui oleh Apt.Tita Nofianti, M.Si dan Apt. Drs.H. Muharam
P.,M.Si atau Pembimbing I dan pembimbing II dan siap diajukan pada
seminar Kolokium sebagai bagian persyaratan yang perlukan untuk
melakukan penelitian tugas akhir

Ditetapkan di : Tasikmalaya
Tanggal : 28 Desember 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Apt. Tita Nofianti.,M.Si Apt. Drs.H. Muharam P.,M.Si


NIY : 880098 NIY : 880045

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Farmasi

Apt. Ira Rahmiyani, M.Si


NIY : 880054

HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :

iii
Nama : Tri Agung Laksono
NIM : 31117193
Program Studi : S-1 Farmasi
Judul Skripsi : Perbandingan pengaruh pemberian berbagai merek
sari kurma yang dijual di pasaran terhadap peningkatan
kadar hemoglobin pada tikus putih galur wistar

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji, telah diperbaiki sesuai


dengan saran dari tim penguji serta diterima sebagai persyaratan yang diperlukan
untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Program Studi S-1 Farmasi
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

DEWAN PENGUJI

Pembimbing 1 : Apt. Tita Nofianti, M.Si ( ................................... )

Pembimbing 2 : Apt. Drs. H. Muharam P., M.si., ( ................................... )

Penguji : Apt. Keni Idacahyati, M.Farm ( ................................... )

Ditetapkan di : Tasikmalaya
Tannggal : 30 Juli 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

iv
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulisan Skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana farmasi di Prodi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan Skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan Skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada
:
1. Apt. Tita Nofianti.,M.Si Selaku dosen pembimbing pertama, yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Skripsi ini.
2. Apt. Drs. H Muharam P,M.Si.,Apt. Selaku dosen pembimbing kedua, yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan Skripsi ini.
3. Ucapan terimakasih kepada Prodi, Institusi, atau pihak lain yang banyak
membantu dalam penelitian.
4. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral.
5. Teman-teman khususnya kepada Warda Chermayati Magistri, Fauzi
Juniawan, Ahmad Sodikin, Wahyu Agusti, Sigit nurhamad, Septian Erdi,
Yana Herdiana, M. ikhlas Permana yang telah banyak membantu saya
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini membawa
manfaat bagi pengemban ilmu.

Tasikmalaya, November 2020

Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

v
DAN KEPEMILIKAN BERSAMA HASIL PENELITIAN

Sebagai civitas akademik STIKes BTH Tasikmalaya, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama : Tri Agung Laksono
NIM : 31117193
Program Studi : S1 Farmasi
Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKes BTH Tasikmalaya Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive
Royalti-free right) serta pengakuan kepemilikan bersama hasil penelitian
saya dengan pembimbing I dan II (Apt. Tita Nofianti, M.Si dan Apt. Drs. H.
Muharam P., M.si., ) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
PERBANDINGAN PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MEREK SARI
KURMA YANG DIJUAL DI PASARAN TERHADAP PENINGKATAN
KADAR HEMOGLOBIN PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR

Dengan hak bebas royalti Nonekslusif ini STIKes BTH berhak menyimpan,
mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Tasikmalaya, Mei 2021


Yang menyatakan

Tri Agung laksono


31117193

ABSTRAK

Anemia is a hematological disorder that is very common in the community. The


World Health Organization states that anemia is a condition where the number of

vi
red blood cells is insufficient to meet physiological needs in the body. Date juice
contains components that are able to increase iron absorption and play a role in
the formation of red blood cells in the place where hemoglobin is located.
Research on the influence of giving various brands of date palm juice aims to see
the effectiveness of various brands of date palm juice by using hb meter tool. A
total of 5 treatment groups in induction of sodium nitrite at a dose of 50
grams/200gBB rats. The first group as a positive control was given Fe tablets,
both negative control and the group 3-5 were given dates juice preparations at a
dose of 0.81 mL/200gBB rats. The data of the average measurement of
hemoglobin levels were analyzed statistically using the Normality, Homogeneity
and One way Anova test and then continued with the post hoc least significant
difference (LSD) test. The results showed that the preparation of date juice with
brands tj, sahara and al-jazira has activity against increased hemoglobin levels.
The test group with the highest increase in hemoglobin levels was in the al-jazira
date juice test group and the lowest in the tj date juice group

Keywords: date palm juice, Fe tablets, iron, hemoglobin, Hb meter

ABSTRAK

Anemia merupakan kelainan hematologi yang sangat sering dijumpai di


masyarakat. World Health Organization menyebutkan bahwa anemia adalah suatu
kondisi ketika jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis dalam tubuh. Sari kurma mengandung komponen-komponen
yang mampu meningkatkan penyerapan zat besi dan berperan dalam pembentukan
sel darah merah di tempat hemoglobin berada. Penelitian mengenai pengaruh
pemberian berbagai brand sari kurma ini bertujuan untuk melihat efektivitas dari
berbagai brand sari kurma dengan menggunakan alat Hb meter. Sebanyak 5
Kelompok perlakuan di induksi natrium nitrit dengan dosis 50 gram/200gBB
tikus. Kelompok pertama sebagai kontrol positif di berikan tablet Fe, kedua
kontrol negatif dan kelompok 3-5 di berikan sediaan sari kurma dengan dosis 0,81
mL/200gBB tikus. Data hasil pengukuran rata-rata kadar hemoglobin dianalisis
secara statistik menggunakan uji Normalitas, Homogenitas dan One way Anova
lalu dilanjutkan dengan uji post hoc Least Significant difference (LSD). Hasil
Penelitian Menunjukan bahwa sediaan sari kurma dengan brand tj, sahara dan al-
jazira memiliki aktivitas terhadap peningkatan kadar hemoglobin. Kelompok uji
dengan peningkatan kadar hemoglobin tertinggi yaitu pada kelompok uji sari
kurma aljazira dan terendah pada kelompok sari kurma tj

Kata kunci: sari kurma, tablet fe, zat besi, hemoglobin, Hb meter

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...............................................................ii

vii
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................iv
KATA PENGANTAR.......................................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.........................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................................vii
DAFTAR ISI..................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................xii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................3
1.4 Hipotesis............................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
TINAJUAN PUSTAKA...................................................................................................4
2.1 Klasifikasi Kurma............................................................................................4
2.1.1 Taksonomi Buah Kurma..........................................................................5
2.2 Kandungan Buah Kurma................................................................................5
2.3 Sari Kurma.......................................................................................................5
2.4 Komposisi dan kandungan sediaan Sari Kurma............................................6
a. Sari Kurma TJ......................................................................................................6
b. Sari Kurma Sahara..............................................................................................6
c. Sari Kurma Al-Jazira..........................................................................................6
2.5 Pengaruh Pemberian Sari Kurma...................................................................7
2.6 Darah.................................................................................................................7
2.6.1 Karakteristik Darah.................................................................................9
2.6.2 Struktur Sel Darah.................................................................................10
2.7 Anemia............................................................................................................14
2.7.1 Faktor Resiko Anemia............................................................................15
2.7.2 Etiologi Anemia......................................................................................16
2.7.3 Patofisiologi Anemia...............................................................................17
2.7.4 Penatalaksanaan anemia........................................................................18
2.8 Hubungan NaNO2 dengan Hemoglobin........................................................18
BAB III............................................................................................................................20

viii
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................20
3.1 Tempat dan Waktu Peneltian........................................................................20
3.2 Bahan dan Alat yang digunakan...................................................................20
3.2.1 Bahan........................................................................................................20
3.2.2 Alat...........................................................................................................20
3.3 Posedur penelitian yang di lakukan..............................................................20
3.3.1 Uji Kelayakan Etik.................................................................................20
3.3.2 Rute Pemberian Sediaan Sari Kurma...................................................20
3.3.3 Perhitungan Dosis...................................................................................21
3.3.4 Pemberian Perlakuan.............................................................................22
3.3.5 Prosedur Pemeriksaan kadar Hemoglobin...........................................22
3.4 Analisa Data yang digunakan untuk mengevaluasi hasil yang diperoleh. .23
3.5 Jadwal penelitian............................................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................25
4.1 Uji Kelayakan Etik.........................................................................................25
4.2 Proses induksi.................................................................................................25
4.3 Uji Kadar hemoglobin....................................................................................26
4.4 Analisis data....................................................................................................30
BAB V PENUTUP...........................................................................................................33
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................33
5.2 Saran...............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................34

ix
DAFTAR TABEL

3.2 Jadwal Penelitian..............................................................................................24


4.1 Tabel Kadar Hemoglobin.................................................................................26

x
DAFTAR GAMBAR

2.1 Buah Kurma.......................................................................................................4


2.2 Darah..................................................................................................................8
2.3 Skema patofisiologi anemia.............................................................................17
4.1 Grafik perbandingan selisih kadar hemoglobin...............................................29

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Identitas hewan uji..........................................................................................38


2. Hasil uji kode etik hewan................................................................................39
3. Hasil penimbangan Hewan uji........................................................................40
4. Hasil penimbangan tablet Fe...........................................................................46
5. Alat-bahan dan proses pengerjaan..................................................................51
6. Hasil kadar hemoglobin kontrol positif..........................................................57
7. Hasil kadar hemoglobin Kontrol negatif.........................................................61
8. Hasil kadar hemoglobin kelompok perlakuan 1..............................................65
9. Hasil kadar hemoglobin kelompok perlakuan 2..............................................69
10. Hasil kadar hemoglobin kelompok perlakuan 3..............................................73
11. Hasil Kadar uji hemoglobin............................................................................77
12. Analisis data....................................................................................................78

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia merupakan kelainan hematologi yang sangat sering
dijumpai di masyarakat. Anemia ialah keadaan dimana masa eritrosit
dan/atau massa hemoglobin (Hb) yang beredar tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara
laboratorik dijabarkan sebagai kejadian penurunan di bawah normal
kadar hemoglobin. Hemoglobin memiliki peran penting pada tubuh
manusia yaitu membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh bersama sel
darah merah, Setiap gram hemoglobin murni mampu berikatan dengan
1,34 mililiter oksigen (Bima, 2005).
World Health Organization (WHO) (2017) menyebutkan anemia
adalah suatu kondisi jumlah sel darah merah tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis seseorang
bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku
merokok dan tahap kehamilan. Penyebab anemia umumnya karena
kekurangan pengetahuan tentang anemia, kekurangan zat besi, asam
folat, vitamin B12 dan vitamin A. Peradangan akut dan kronis, infeksi
parasit, kelainan bawaan yang mempengaruhi sintesis hemoglobin,
kekurangan produksi sel darah merah dapat menyebabkan anemia
(Apriyanti, 2019).
Worldwide prevalence of anemia yang di selenggarakan oleh
WHO pada tahun 2015 menunjukkan bahwa prevalensi anemia di
dunia berkisar 40- 88%. Ada 1,62 milyar orang yang terkena anemia,
dimana golongan anak sekolah ada 33%. (Hartarani, 2019). Kejadian
anemia tingkat ringan dan berat di asia Tenggara pada remaja putri
sebanyak 25-40%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di
Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
perempuan (Kemenkes, 2018). Dari hasil Survei Demografi dan

1
2

Kesehatan Indonesia 2017, prevalensi anemia di antara anak umur 5-12


di Indonesia adalah 26%, pada wanita umur 13-18 yaitu 23%.
Prevalensi anemia pada pria lebih rendah dibanding wanita yaitu 17%
pada pria berusia 13-18 tahun (Apriyanti 2019).
Sejalan dengan hasil penelitian dari Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) terdapat 57% anak putri (10–14 tahun) dan 39,5%
perempuan (15–45 tahun) diketahui menderita anemia (Michael Dwi
Cahyono et al. 2017). Penelitian oleh Depkes RI pada tahun 2008 di 2
provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur yang meliputi 10
kabupaten menemukan bahwa sekitar 82% remaja putri mengalami
anemia (Hb < 11,5 gram/dL) (Sunarko, 2009). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lestari di SMU Cibinong, Ciawi, Leuwang dan Parung
Kabupaten Dati II Bogor pada tahun 2000 menunjukkan prevalensi
anemia remaja putri (16-19 tahun) sebesar 50,5% yang meliputi
anemia ringan sebesar 47,3% dan anemia sedang 3,2%. Penelitian lain
juga dilakukan di perkampungan miskin di Jakarta Utara menunjukkan
prevalensi anemia remaja putri (15-19 tahun) adalah 71,4% (Teri
2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Retno Widowanti
pada tahun 2019 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata
kadar hemoglobin. Sebelum diberikan sari kurma sebesar 9,6 gr/dL
sedangkan sesudah diberi sari kurma meningkat menjadi 10,6 gr/dL.
Rata-rata peningkatan kadar hemoglobin responden sesudah konsumsi
sari kurma selama 10 hari sebesar 1,0 gr/dL sama dengan ketika
mengkonsumsi tablet Fe selama 1 bulan, ini dikarenakan Sari kurma
mengandung komponen-komponen yang mampu meningkatkan
penyerapan zat besi dan berperan dalam pembentukan sel darah merah
di tempat hemoglobin berada (Widowati, Kundaryanti, and Lestari
2019).
Saat ini banyak sekali produk sari kurma yang di jual di pasaran
dengan berbagai brand dan sediaan yang berbeda-beda, ada yang dalam
3

bentuk sirup maupun granul, dan tentu saja dengan harga yang
bervariasi ada yang mahal sampai yang relative murah atau terjangkau.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
menguji efektivitas berbagai brand sari kurma yang ada di pasaran
terhadap pengaruh peningkatan kadar hemoglobin yang peneliti ujikan
secara in vivo terhadap tikus putih galur wistar

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini :
1. Apakah sediaan sari kurma yang ada di pasaran mempunyai khasiat
sebagai peningkat kadar hemoglobin pada tikus putih galur wistar?
2. Sediaan sari kurma manakah yang mempunyai efektivitas yang lebih baik
untuk peningkatan kadar hemoglobin ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui ada tidaknya khasiat dari sediaan sari kurma yang ada di
pasaran terhadap peningkatan hemoglobin pada tikus putih galur wistar
2. Mengetahui tingkat efektivitas dari berbagai brand sari kurma yang di
jual di pasaran untuk meningkatkan kadar hemoglobin

1.4 Hipotesis
Sari kurma sangat baik di kosumsi karena di buat dari buah
kurma asli dengan kualitas yang baik, sudah tersertifikasi oleh Dinas
kesehatan pangan industri rumah tangga (DINKES P-IRT), BPOM
yang mempunyai khasiat salah satunya untuk meningkatkan kadar
hemoglobin darah, dan untuk mencegah anemia, namun dalam
hipotesis ini sari kurma dengan brand TJ lebih populer di bandingkan
kedua brand AL-Jazira, dan Sari Kurma Sahara, Selain itu Sari
kurmaTJ sering digunakan oleh masyarakat umum untuk penambah
4

kadar hemoglobin pada pasien demam berdarah (DBD) maupun


anemia.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Kurma


Kurma atau dalam bahasa ilmiahnya Dactylifera phoenix, merupakan
buah asli dari Semenanjung Arab, Timur Tengah dan Afrika Utara.,
merupakan makanan yang mengandung energi tinggi dengan komposisi ideal,
di dalamnya memiliki kandungan fruktosa dan glukosa, dalam kurma
terkandung sumber energi yang kaya akan asam amino (Margiana and
Muflihah n.d.)
Kurma (Phoenix dactylifera L.) merupakan buah dari tanaman keluarga
Arecaceae dimana buah ini memiliki satu keeping biji tunggal (monokotil).
Tanaman ini berasal dari dataran Palestina, Mesopotamia atau sekitar daerah
Afrika bagian Utara (Maroko) pada 4000 tahun SM dan tersebar di kawasan
Afrika Asia Tengah, Mesir dan sekitarnya sejak 3000 tahun SM (Wet 2013).
Kurma kering mengandung zat besi yang tinggi sehingga membantu
meningkatkan kadar hemoglobin dan mencegah anemia. Kurma merupakan
sumber zat besi yang sangat baik. Zat besi adalah komponen dari hemoglobin
di dalam sel darah merah yang menentukan daya dukung oksigen darah
(Prihartini, 2014 ).
Khasiat tumbuhan herbal belum mendapatkan perhatian dan hal ini perlu
dikembangkan. Sari kurma merupakan hasil olahan buah kurma yang
memiliki kandungan besi sebesar 1,5 mg per buah (Decuypere, 2000).

Gambar 2.1 :Buah Kurma

5
6

2.1.1 Taksonomi Buah Kurma


Tanaman Kurma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Subkelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Phoenix
Spesies : Phoenix dactylifera L. (Maesyaroh 2010).
Kurma hanya bisa tumbuh di daerah Afrika Utara dan Timur
Tengah. Kurma mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan
kelapa, yaitu roset batang, monokotil, diaceous (berumah dua), panjang
dan bertulang, daun menyirip, bunga bentuk tandan, buah warna hijau
dan ketika tua berubah menjadi merah kecoklatan (Wet 2013).

2.2 Kandungan Buah Kurma


Buah kurma mengandung energi yang cukup tinggi dengan komposisi
yang ideal. Berdasarkan varietas dan kandungan air menentukan kandungan
nutrisi buah kurma. Banyak jenis buah kurma yang dijual di Indonesia,
namun kita dapat dengan mudah menemukan buah kurma jenis deglet noor.
Buah kurma memiliki kandungan gula dan mineral yang kaya. Selain itu,
kurma deglet noor juga mengandung triptofan sebanyak 12 mg yang paling
tinggi diantara buah lainnya (Wet 2013)
Kandungan gula pada buah kurma deglet noor terdiri dari sukrosa dan
gula-gula monosakarida yang berupa glukosa dan fruktosa. Kandungan gula
pada buah kurma sangat tinggi, sekitar 70 % dalam 100 gram kurma (Siddiq
M; Greiby I, 2013).

2.3 Sari Kurma


7

Sari kurma di percaya oleh orang arab dapat meningkatkan kemungkinan


kehamilan, bahkan orang Indonesia pun beberapa mempercayainya dan telah
membuktikannya. Buah kurma mengandung banyak senyawa yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Senyawa nutrisi yang terkandung memiliki peran
penting dalam pengembangan dan fungsi sistem reproduksi. Buah kurma
memiliki efek pada kualitas oosit, interaksi sperma dan sel telur, implantasi
dan perkembangan embrionik awal melalui mekanisme antioksidan.
Antioksidan buah kurma juga dapat bermanfaat untuk perbaikan
deoksiribonukleat (DNA) dari kerusakan prooksidan. Komponen fitoestrogen
dalam buah kurma dapat mengatur hormon reproduksi (Agustini and
Nurdianti 2019).
Ekstrak buah kurma mengandung beragam komponen yang bekerja
sebagai antioksidan kuat yaitu flavonoid, fenolik, vitamin C, E, dan A.
Antioksidan tersebut berfungsi untuk menghentikan reaksi berantai akibat
stres oksidatif yang akan menghasilkan molekul pro-oksidan atau spesies
oksigen reaktif. Fitoestrogen berguna untuk memodulasi estrogen tubuh,
memiliki aktivitas pro-apoptosis dan antioksidan (Agustini dan Nurdianti,
2019).
Sebuah studi telah berhasil membuktikan efek antiinfertilitas ekstrak
buah kurma yang lebih tinggi dibandingkan propolis (Agustini dan
Nurdianti, 2019).

2.4 Komposisi dan kandungan sediaan Sari Kurma


a. Sari Kurma TJ
Komposisi sari kurma Tj: sari kurma 70%,Fruktosa dan glukosa
Takaran saji 15 g, mengandung lemak total 0.01%, karbohidrat 12 gram,
gula 8 gram, kalium 65 mg dan zat besi 6 %
b. Sari Kurma Sahara
Komposisi sari Kurma Sahara :Buah Kurma Glukosa, Fruktosa dan
antibusa
Takaran saji 20 g, mengandung : sakarosa 7,21 g, protein 0,22 g, lemak
8

0,02 serat kasar 0,13 g, karbohidrat 15, 58 g dan vitamin C 38,23 mg


c. Sari Kurma Al-Jazira
Komposisi sari kurma Al-Jazira : Kurma, Air, Glukosa dan Fruktosa
Takaran saji 15 g, mengandung karbohidrat 11 g, serat pangan 2 g, gula 9
g natrium 3 mg, kalium 160 mg vit A 15%, vit E 20% dan vit K 15 %
2.5 Pengaruh Pemberian Sari Kurma
Sari kurma merupakan suplemen kesehatan yang lengkap yang terbuat
dari kurma pilihan. Di dalamnya terdapat senyawa untuk sumber energi yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sari kurma, memiliki kandungan nutrisi yaitu
air 16,5 %, protein 0,6 %, lemak 0,22 %, karbohidrat 47,9 %, energi 330
kkal/100mg, kalium 776, 8 mg/100g, dan kalsium 32,5 mg/100g. Sementara
komposisinya adalah buah kurma, fruktosa dan glukosa. Sari kurma ini
dipercaya bisa meningkatkan kadar hemoglobin karena mengandung zat besi
juga sumber energy yang diperlukan oleh tubuh (Harnetacia Yessica, 2020).
Sari kurma yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin, menurut
penelitian (Dwi Amalia, 2018) yang menyatakan bahwa ekstrak buah kurma
dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Kombinasi buah kurma yang kaya
kandungan glukosa, kalsium, besi, zink, tembaga, protein dan niasin dengan
palmyra yang kaya kandungan vitamin A, Na dan K mampu memperbaiki
kadar hemoglobin pada pasien anemia. Hal ini ditinjau dari faktor kandungan
zat besi dan protein yang terdapat didalam sari kurma (Barh dan Mazumdar,
2008).

2.6 Darah
Darah merupakan kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam
tubuh antara sel dan lingkungan eksternal sel-sel itu sendiri. Darah terdiri dari
cairan kompleks plasma tempat elemen selular diantaranya eritrosit, leukosit,
dan trombosit. Eritrosit (sel darah merah) pada hakikatnya adalah kantung
hemogoblin terbungkus membran plasma yang mengangkut O2 dalam darah.
Leukosit (sel darah putih) satuan pertahanan sistem imun, diangkut dalam
darah tempat cedera atau tempat invasi mikro organisme penyebab penyakit
9

(Fitryadi, 2017).

Gambar 2.2 Darah


(Halodoc.com)

Darah adalah komponen esensial mahluk hidup yang berada dalam ruang
vaskuler, Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh dimana fungsi
utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh
tubuh. Darah juga mensuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Larasuci, 2018).
Setiap orang rata-rata mempunyai kira-kira 70 mL darah setiap kilogram
berat badan, untuk orang dengan berat badan 50 kg sebanyak 50-60%. Darah
terdiri atas cairan berupa sel darah. Komponen cairan darah disebut plasma,
yang mengandung 90% udara, dan 10% sisanya adalah bahan-bahan yang
terlarut, misalnya ion-ion, glukosa, asam amino, hormon, dan berbagai macam
protein. Sel darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih yang terdiri dari
beberapa jenis, dan trombosit (platelet) (Kusumawardhani, 2020).
Zat terlarut tersebut mencakup beberapa jenis bahan berikut :
a. Protein plasma, yaitu albumin, globulin dan fibrinogen.
b. Sari-sari makanan
c. Bahan untuk dibuang dari tubuh, antara lain urea dan senyawa
nitrogen.
d. Berbagai ion, misalnya natrium, kalium, klor, fosfat, kalium, sulfat,
danm senyawa bikarbonat
e. Bahan lain yang terdapat dalam darah, misalnya hormone, gas
respiratori, vitamin dan enzim (Fatimah, 2019).
10

2.6.1 Karakteristik Darah


Karakteristik umum darah meliputi warna, vsikositas, pH, volume,
dan komposisinya (Desmawati, 2013).
a) Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena
berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibandingkan
dengan darah arteri.
b) Viskositas
Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air yaitu sekitar
1.048 sampai 1.066.
c) pH
pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral
7.00).
d) Volume
Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75 ml/kg BB,
atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.
e) Komposisi
Darah tersusun atas dua komponen utama yaitu :
1) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian terdiri
dari 92% air, 7% protein, 1% nutrien, hasil metabolisme, gas
pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam-
garam organik. Protein-protein dalam plasma terdiri dari serum
albumin (alpha-1 globulin, alpha-2 globulin, beta globulin dan
gamma globulin), fibrinogen, protombin, dan protein esensial untuk
koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin sangat penting
untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid dan gamma
globulin juga mengandung antibodi (immunoglobulin) seperti IgM,
IgG, IgA, IgD, dan IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap
mikroorganisme. 7
11

2) Sel-sel darah/butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri atas


eritrosit atau sel darah merah (SDM) atau red blood cell (RBC),
leukosit atau sel darah putih (SDP) atau white blood cell (WBC), dan
trombosit atau platelet. Sel darah merah merupakan unsur terbanyak
dari sel darah (44%) sedangkan sel darah putih dan trombosit 1%. Sel
darah putih terdiri dari Basofil, Eusinofil, Neutrofil, Limfosit dan
Monosit ( Larasuci, 2018).
2.6.2 Struktur Sel Darah
a. Eritrosit
Eritrosit atau sel darah merah adalah salah satu komponen
darah yang bersifat padat. Eritrosit berbentuk seperti cakram atau
bikonkaf dan tidak mempunyai inti dengan ukuran 0,007 mm, tidak
bergerak, berwarna kuning kemerah-merahan. Eritrosit bersifat
kenyal sehingga bisa berubah bentuk sesuai pembuluh darah yang
dilalui (Isnaeni dkk, 2012).
Eritrosit berjumlah paling banyak dibandingkan sel-sel
darah lainnya yaitu kira-kira 5 juta eritrosit dalam satu mm3 darah,
itu sebabnya darah berwarna merah. Pembuatan eritrosit
(hematopoiesis) terjadi di sumsum tulang, terutama dari tulang
pendek pipih dan tidak beraturan, jaringan kanselus pada ujung
tulang pipa, sumsum dalam 10 batang iga-iga dan dari sternum.
Rata-rata masa hidup eritrosit adalah 120 hari setelah itu sel eritrosit
akan menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum
endothelium terutama dalam limfa dan hati (Kusumawardhani,
2020).
b. Leukosit
Sel darah putih (Leukosit) merupakan bagian penting dari
sistem pertahanan tubuh yang fungsinya untuk melawan
mikroorganisme penyebab infeksi, sel tumor, dan zatzat asing yang
berbahaya. Terdapat beberapa jenis leukosit yaitu basofil, eosinofil,
neutrofil segmen, neutrofil Batang, limfosit dan monosit (Bakhri,
12

2018). Leukosit paling sedikit dalam tubuh jumlahnya sekitar


4.000-11.000/mm3, berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi.
Karena itu, jumlah leukosit tersebut berubah-ubah dari waktu ke
waktu, sesuai dengan jumlah benda asing yang dihadapi dalam
batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan
gangguan fungsi (Sadikin, 2002). Meskipun leukosit merupakan sel
darah, tapi fungsi leukosit lebih banyak dilakukan di dalam
jaringan. Leukosit hanya bersifat sementara mengikuti aliran darah
ke seluruh tubuh. Apabila terjadi peradangan pada jaringan tubuh
leukosit akan pindah menuju jaringan yang mengalami radang
dengan cara menembus dinding kapiler (Bakhri, 2018).
c. Hemoglobin
adalah protein berupa pigmen merah pembawa oksigen yang
kaya zat besi dan memiliki daya gabung terhadap oksigen untuk
membentuk oksihemoglobin dalam sel darah merah. Fungsi ini
menyebabkan oksigen dibawa dari paru-paru ke dalam jaringan.
Sintesis hemoglobin dimulai dalam eritroblas sampai berlangsung
pada tingkat normoblas terutama disintesis dari asam asetat dan
gliserin. Sebagian besar sintesis ini terjadi dalam mitokondria
(Syaifudin, 2016). Hemoglobin juga membawa karbondioksida
(C02) dari jaringan ke paru-paru. Sel darah merah mengandung
hemoglobin rata-rata 15 gram. Pada orang normal, hemoglobin
dapat mengangkut 20 ml oksigen dalam 100 ml darah (Isnaeni dkk,
2012). Kadar hemoglobin ditentukan dengan mengukur absorbsi
larutan hemoglobin yang berwarna pada panjang gelombang 540
nm. Kadar normal hemoglobin untuk pria dewasa berkisar antara
13,5-18 g/dl sedangkan untuk wanita dewasa 12-16 g/dl
(Gandasoebrata, 2013).
Terdiri dari 3 jenis Hemoglobin yaitu (Desmawati, 2013):
1) HbA1 yang merupakan kebanyakan dari hemoglobin orang dewasa
yang mempunyai rantai globin 2α dan 2β.
13

2) HbA2 yang merupakan minoritas hemoglobin pada orang dewasa


yang mempunyai rantai globin 2α dan 2δ.
3) HbF merupakan hemoglobin fetal, mempunyai rantai globin 2α dan
2Y. Saat bayi baru lahir 2/3 nya jenis hemoglobinnya adalah HbF
dan 1/3 nya adalah HbA. Menjelang usia 5 tahu menjadi HbA
>95%, HbA2
Apabila tidak ada hemoglobin, kapasitas pembawa oksigen
darah dapat berkurang sampai 99% dan tentunya tidak mencukupi
kebutuhan metabolisme tubuh dalam darah vena, hemoglobin
bergabung dengan ion hidrogen yang dihasilkan oleh metabolisme
sel sehingga dapat menyangga kelebihan asam (Desmawati, 2013).
Bila berikatan dengan oksigen maka hemoglobin akan
menghasilkan pembentukan oksihemoglobin (HbO2). Afinitas
pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dipengaruhi oleh pH,
suhu, dan konsentrasi 2,3-difosgliserat (2,3 DPG) dalam sel darah
merah (Susanti dan Bambang. 2016).
Pengiriman oksigen adalah fungsi utama dari molekul
hemoglobin. Selain itu, struktur hemoglobin mampu menarik Co,
dari jaringan, serta menjaga darah pada pH yang seimbang. Satu
molekul hemoglobin mengikat satu molekul oksigen di lingkungan
yang kaya oksigen, yaitu di alveoli paru-paru. Hemoglobin
memiliki afinitas yang tinggi untuk oksigen dalam lingkungan paru,
karena pada jaringan kapiler di para-paru wh pses diles oksigen
yang cepat Sebagai transit molekual (deoksihemoglobin) di dalam
sirkulasi, molekul ini mampu mengangkut oksigen dan
membongkar oksigen ke jaringan di daerah yang afinitas
oksigennya rendah. Pada proses bongkar muat tersebut, terjadi
perubahan molekul Perubahan ini dipengaruhi oleh 2,3-DPG, yang
berasal dipusat molekul Ketika oksigen dikeluarkan, Jembatan yang
dibentuk 2,3-G rusak, sehinga molekul kembali untuk mampu
mengikat oksigen. Pengikatan dan pelepasan oksigen dan
14

hemoglobin molekul ditentukan oleh kurva disesiasi oksigen.


Kurva ini membentuk buruf "S”. Kurva ini dirancang untk
menggambungkan kualitas yang unik dari disosiasi oksigen dalam
menunjukan bagaimana molekul hemoglobin dan oksigen
merespons pada keadaan normal dan abnormal (Kiswari, 2014)
Karbon monoksida yang berikatan dengan hemoglobin
dapat menggeser oksigen yang terikat pada hemoglobin dan
mengikat Hb menjadi karboksi hemoglobin seperti pada reaksi
berikut :
HbO2 + CO HbCO + O2
Karena berikatan 250 kali lebih kuat daripada oksigen,
karbon monoksida dalam jumlah kecil sudah dapat mengikat
banyak hemoglobin dan membuat hemoglobin tidak dapat
mengangkut oksigen (Hall, 2010)
Sintesis hemoglobin banyak terjadi dalam mitokondria oleh
sederet reaksi biokimia. Pembentukan heme dimulai di
mitokondria melalui reaksi antara Glycine dan succinyl-CoA
membentuk senyawa aminolevilini acid (ALAD). Enzim ALAD
yang terbentuk kemudian keluar ke sitosol dan dengan perantara
enzim ALAD dehydratase membentuk porphobilinogen.
Porphobilinogen berkondensasi membentuk tetrapirol linier yaitu
hidroksi metil bilana yang dikatalisis oleh enzim PBG deaminase.
Hidroksi metil bilana selanjutnya mengalami siklisasi spontan
membentuk uroporfirinogen I yang simetris atau diubah menjadi
uroporfirinogen III yang asimetris dan membutuhkan enzim
tambahan yaitu uroporfirinogen III kosintase pada kondisi normal
hampir selalu terbentuk uroporfirinogen III. Uroporfirinogen III
selanjutnya mengalami dekarboksilasi membentuk Corproporfirin
yang dikatalisis oleh enzim uroporfirinogen dekarboksilase
(Adiwijayanti, 2015). Corproporfirin masuk ke dalam mitokondria
serta mengalami dekarboksilasi dan oksidasi. Reaksi ini dikatalisis
15

oleh Corproporfirin oksidase dan membentuk protoporphyirinogen.


Protoporphyirinogen selanjutnya mengalami proses penyatuan
dengan Fe++ melalui suatu reaksi yang dikatalisis oleh
ferrochelatase membentuk heme. Heme bereaksi dengan globin
membentuk hemoglobin (Adiwijayanti, 2015)

2.7 Anemia
Anemia merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai
baik klinik maupun lapangan. Anemis ialah keadaan dimana massa eritrosit
dan massa hemoglobin yang beredar tdak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen dbagi jarinagn tubuh, secara laboratorik dijabarkan
sebagai penurunan dibawah normal kadae hemoglobin (Bakta, 2006)
Klasifikasi anemia berdasarkan pada ukuran dan kandungan
hemoglobin dalam sel dibedakan menjadi anemia sel-makrositik (besar),
normositik (normal), dan mikrositik (kecil) dan kandungan hemoglobin-
hipokromik (warna pucat) dan normokromik (warna normal) (Krause’s,
2016).
Anemia ini di kelompokan menjadi 5 jenis anemia yaitu :
a. Anemia Defisiensi Zat Besi Adalah suatu keadaan yang terjadi
karena kekurangan zat besi yang merupakan bahan utama
pembentukan sel dalah merah. Penyebab anemia defisiensi zat besi
adalah: asupan yang kurang mengandung zat besi terutama pada
fase pertumbuhan, penurunan absorbsi karena kelainan pada usus
atau karena banyak mengkonsumsi teh, kebutuhan yang meningkat
pada anak sehingga memerlukan nutrisi yang lebih banyak.
b. Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik adalah anemia yang
disebabkan karena kekurangan asam folat.Disebut juga dengan
anemia defisiensi asam folat. Asam folat berfungsi sebagai sintesis
DNA dan Asam ribonukleat (RNA) yang penting untuk
metabolism inti sel. Beberapa penyebab dari anemia megaloblastik
adalah karena asupan asam folat yang kurang (pemberian nutrisi
16

yang tidak seimbang), gangguan absorbs atau adanya gangguan


pada gastrointestinal, pemberian obat yang menghambat kerja
asam folat.
c. Anemia Aplastik Merupakan anemia yang ditandai dengan
pansitopenia (penurunan jumlah semua sel darah) dan menurunnya
selularitas sumsum tulang. Sehingga hal tersebut akan
menghambat produksi sel darah merah. Adapun beberapa
penyebab terjadinya anemia aplastik adalah: a) Menurunnya
jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah. b)
Adanya radiasi dan kemoterapi yang lama yang mengakibatkan
infiltrasi sel. c) Penurunan poitin yang berfungsi untuk merangsang
sel-sel darah dalam sumsum tulang.
d. Adanya sel inhibitor (T. Limphosit) sehingga menghambat
maturasi sela dalam sumsum tulang. 4) Anemia Hemolitik Anemia
hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya
penghancuran eritrosit yang berlebihan akan mempengaruhi fungsi
hepar, sehingga dapat mengakibatkan peningkatan bilirubin.
Dalam keadaan normal sel darah merah mempunyai waktu hidup
100- 120 hari.Penyebab anemia hemolitik diduga karena adanya
kelainan rantai Hemoglobin (Hb), infeksi, sepsis dan penggunaan
obatobatan.
e. Anemia Pernisiosa Anemia pernisiosa terjadi karena kekurangan
vitamin B12.Vitamin B12 berfungsi untuk metabolism jaringan
saraf dan pematangan normoblas. Selain asupan yang kurang,
anemia pernisiosa disebabkan karena adanya kerusakan lambung,
sehingga lambung tidak dapat mengeluarkan secret yang berfungsi
untuk absorbs B12. 6) Anemia Sickle Cell Anemia yang terjadi
karena sintesa Hemoglobin (Hb) abnormal dan mudah
rusak.Anemia jenis ini merupakan penyakit IJMS - Indonsian
Journal on Medical Science – Volume (IJMS, 2014).
17

2.7.1 Faktor Resiko Anemia


Faktor risiko utama anemia defisiensi besi adalah asupan zat besi
yang rendah, penyerapan zat besi yang buruk, dan periode kehidupan
ketika kebutuhan akan zat besi tinggi seperti pada masa pertumbuhan,
kehamilan, dan menyusui. Kekurangan zat gizi lainnya seperti vitamin A,
B12, folat, riboflavin, dan tembaga (Cu) serta adanya penyakit akut dan
infeksi kronis seperti malaria, kanker, tuberkulosis, dan HIV juga dapat
meningkatkan risiko anemia (WHO, 2008 )

2.7.2 Etiologi Anemia


Beberapa faktor yang menyebabkan anemia, dikelompokkan
menjadi penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung
meliputi kecukupan makanan dan infeksi penyakit, sedangkan penyebab
tidak langsung antara lain perhatian terhadap wanita yang masih rendah di
keluarga. Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh
kurang makan sumber makanan yang mengandung zat besi, makanan
cukup namun yang dimakan bioavailabilitas besinya rendah sehingga
jumlah zat besi yang diserap kurang, dan makanan yang dimakan
mengandung zat penghambat absorbsi besi (Roosleyn, 2013)
Anemia disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang dibutuhkan
untuk sintesis eritrosit normal terutama zat besi, vitamin B12, dan asam
folat. Banyak faktor yang menyebabkan anemia yaitu.
a. Asupan makanan yang tidak memadai sekunder akibat diet buruk
tanpa suplementasi
b. Penyerapan yang tidak adekuat akibat diare, achlorhydria,
intestinal (Penyakit seperti penyakit celiac, atrophic gastritis,
parsial atau total gastrektomi
c. Penggunaan yang tidak memadai akibat gangguan gastrointestinal
kronis
d. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan volume
darah, yang terjadi selama masa kanak-kanak, masa remaja,
18

kehamilan, dan menyusui.


e. Peningkatan ekskresi karena darah menstruasi yang berlebihan
(pada perempuan); perdarahan dari luka; atau kehilangan darah
kronis akibat pendarahan tukak, pendarahan wasir, varises
esofagus, enteritis regional, penyakit celiac, penyakit Crohn, kolitis
ulserativa, parasit.
f. Peningkatan kerusakan besi dari ketersediaan besi di plasma dan
penggunaan zat besi yang rusak akibat peradangan kronis atau
kronis lainnya. (Stropler 2017)
2.7.3 Patofisiologi Anemia
Pada dasarnya gejala anemia timbul kareana Anoksia organ target
yaitu karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah
ke jaringan lalu ada juga akibat mekanisme kompensasai tubuh terhadap
anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang
disebut sebagai sindrom anemia. Rincian lebih lanjut dari patofisologi

Gambar 2.3 Skema patofisiologi anemia


(Buku Hematologi klinik ringkas)

Gejala anemia biasanya timbul apabila hemoglobin menurun


kurang dari 7 atau 8 g/dL. (Bakta, 2006)
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan
zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan
dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih
19

lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan


transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme,
dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi
anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar rubidium oksida
(Rb) (Fitriany dan Saputri, 2018).
Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan
mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat
menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan
demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang
tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya normal
tidak selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Karena status
besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar ferritin
(Fitriany dan Saputri, 2018).

2.7.4 Penatalaksanaan anemia


Pada pasien anemia atasi penyebab yang mendasarinya, misalnya :
(i) Masukkan dalam makanan rendah – bimbingan ahli gizi;
suplementasi terus menerus dengan besi bagi mereka yang ketat
hanya dengan makan sayur mayur (“vegans”) karena agama.
(ii) Kehilangan darah melalui uterus yang menetap dan berlebihan –
misalnya pembedahan untuk fibroid.
(iii) Kehilangan darah gastrointestinal – hentikan aspirin;
pengobatan lesi ulserasi.
(iv) Malabsorpsi – pemberian diet bebas gluten pada penyakit seliak.
Penderita pasca-gastrektomi mungkin memerlukan suplementasi
besi tiap hari seumur hidup.
Penggantian kekurangan besi (transfusi darah sangat jarang merupakan
indikasi)
(i) Besi oral – untuk memberikan paling sedikit 100 g besi
elemental/hari, misalnya ferro sulfat 200 mg 2 kali/3 kali sehari.
(ii) Besi parenteral – sangat jarang dibutuhkan tetapi kadang-kadang
20

diperlukan pada malabsorpsi berat atau terdapat intoleransi


terhadap besi peroral. Proporsi besi yang bermakna membentuk
kompleks yang tidak dapat digunakan. Efek samping meliputi
nyeri dan pewarnaan pada tempat suntikan i.m. dan reaksi
hipersensitif yang mungkin hebat. (Child J.A, 1989)

2.8 Hubungan NaNO2 dengan Hemoglobin


Sodium Nitrite (NaNO2) adalah pengawet untuk diproses makanan
daging yang cenderung disalahgunakan karena lemah pengawasan dan
jumlah orang yang belum atau bahaya yang ditimbulkan, sehingga produsen
mengambil memanfaatkan kondisi tersebut (Afrianti 2010). Nitrit adalah
senyawa seperti kristal atau bubuk kristal tidak berbau, berwarna putih, dan
larut dalam air (Cahyadi 2006). Nitrit merupakan senyawa aktif NO yang
terbentuk saat Nitrit larut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (William,
2000). Telah melaporkan bahwa pengikatan nitrit dan hemoglobin
menyebabkan pembentukan reaktif kelompok oksigen (Reactive Oxygen
Species / ROS). ROS bekerja menyebabkan stres oksidatif pada eritrosit
selaput, akibatnya eritrosit tidak mampu menjaga kelenturan dan hemolisis
terjadi lebih awal. Walaupun itu telah diketahui bahwa nitrit bersifat
karsinogenik sel darah merah hemolitik, ada dosis yang aman untuk
dikonsumsi dikonsumsi menurut FAO / WHO yaitu: 0,07 mg / kgBB / hari
jadi untuk 70 kg berat badan adalah 7 mg. Sedangkan menurut Depkes RI 0,4
mg / kg / hari (Ambarwati, 2012).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Peneltian


Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmakologi STIKes Bakti Tunas
Husada Tasikmalaya di mulai pada bulan Februari 2020.
3.2 Bahan dan Alat yang digunakan
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian kali ini meliputi
NaNO2 dan sari kurma tj, sari kurma Al-jazira dan sar kurma
Sahara, reagen drabkin, aqua for injection, tablet ferro fumarat
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini kandang tikus,
sonde, spuit, pipet, neraca analitik, batang pengaduk, seperangkat
alat gelas, spatula, sarung tangan (latex), alat hematologi meter,
tabun reaksi, spuit 1 mL, kamera, tissue, dan alat tulis
3.3 Posedur penelitian yang di lakukan
3.3.1 Uji Kelayakan Etik
Uji kelayakan etik pada hewan percobaan yaitu tikus putih galur
wistar dilakukan di komisi etik penelitian kesehatn (KEPK) STIKes
Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, untuk memperoleh penelitian yang
sesuai dengan prosedur dan animal walfare
3.3.2 Rute Pemberian Sediaan Sari Kurma
Pemberian sari kurma pada Tikus melalui Oral diberikan sesuai
dari dosis yang tertera pada kemasan setiap sediaan sari kurma di
konversikan pada dosis untuk tikus. Pemberian didapatkan dari
perhitungan sebagai berikut :
Dosis empiris sari kurma x 0,018 (Konversi untuk tikus)
 Dosis Sediaan A
= 3 sendok makan x 0.018
= 45 mL x 0,018

21
22

= 0,81 mL/200g BB tikus


 Dosis Sediaan B
= 3 sendok makan x 0.018
= 45 mL x 0,018
= 0,81 mL/200g BB tikus
 Dosis Sediaan C
= 3 sendok makan x 0,018
= 45 mL x 0.018
=0,81 mL/200g BB tikus
Jadi, pemberian setiaap sediaan sari kurma pada tikus masing-masing
sebanyak 0,81 mL/200gBB tikus untuk sediaan A,B dan C
3.3.3 Perhitungan Dosis
Pemberian Natrium Nitrit bertujuan agar terjadi kondisi anemia
pada tikus (Nursucihta dkk., 2014). Induksi dengan diberikan NaNO 2
melalui intraperitoneal sebesar 50mg/kgBB. Penginduksian NaNO2
dilakukan Selama 10 Hari (Gluhcheva et al., 2012)
 Perhitungan dosis NaNO2
50 mg/Kg BB tikus
200
= x 50 mg
1000 g
= 10 mg/200 BB tikus
 Perhitungan larutan stok
1ml
= x 10 mg
50 ml
= 500mg
Timbang sebanyak 500 mg NaNO2, larutkan dalam 50 ml aqua pro
injection
 Perhitungan dosis tablet Fe
= 180 mg X 0,018
= 3,24 mg/200g BB tikus
23

3,24 mg
= x bobot ratarata
200 mg
3,24 mg
= x 380
200 mg
= 6,156 mg
50 ml
= x 6,156 mg
2 ml
= 153,9 mg dalam 50 ml/200g BB tikus
3.3.4 Pemberian Perlakuan
Pemberian perlakuan tikus dikelompokkan kedalam 5 kelompok
perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif,
kelompok perlakuan 1, kelompok perlakuan 2, dan kelompok
perlakuan 3. Semua tikus diadaptasi selama 7 hari. Selama proses
adaptasi tikus hanya diberi makan dan minum. Hal ini bertujuan untuk
menjaga kondisi tubuh tikus agar tidak stress. Alas kandang tikus
diganti setiap 3 hari sekali untuk menjaga tikus agar tetap sehat.
Setelah adaptasi 7 hari, semua tikus di ambil darahnnya untuk di
periksa kadar hemoglobinnya,lalu semua kelompok di diinduksikan
NaNO2 dengan dosis 50 mg/KgBB sekali dalam 1 hari secara
intraperitonial selama 15 hari serta diberi makan dan minum. Setelah
15 hari, Setelah penginduksian NaNO2 selama 15 hari, tikus Kontrol
positif diberikan tablet Fe dan kelompok perlakuan 1 diberikan sari
kurma Tj, tikus perlakuan 2 diberi sari kurma Al-Jazira dan tikus
perlakuan 3 sari Kurma Sahara. Masing-masing tikus diberi sediaan
sari kurma sebanyak 0,81 mL selama 15 hari secara oral. Setelah 15
hari, Tikus diambil darahnya dan diperiksa kadar hemoglobinnya
3.3.5 Prosedur Pemeriksaan kadar Hemoglobin
Kedalam tabung reaksi di masukkan 5 ml larutan drabkin, ambil
darah dengan mikro pipet 20 mikron, masukkan darah dalam pipet ke
dalam tabung reaksi yang berisi larutan drabkin , campurkan dengan
cara mengoyang-goyangkan tabung secara perlahan hingga larutan
homogen dan biarkan selama 5 menit, lalu baca dengan menggunakan
24

Hb meter (Fitria, 2013).


Reaksi larutan drabkin denagn darah. Reagen darbkin yang berisi
larutan kalium ferfisi anida dan kalium sianida akan mengubah
Hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin (Fitria, 2013).
Hb + K4Fe(CN)6 ---> MetHb
MetHb + KCN ---> HiCN (CyanMet Hb)

3.4 Analisa Data yang digunakan untuk mengevaluasi hasil yang diperoleh
Penelitian ini dianalisa secara statistik dengan uji parametrik :
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Data dinyatakan normal jika signifikansi lebih
besar dari 0,05 (Priyatno, 2009). Uji homogenitas digunakan untuk
mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak. Jika
nilai signifikan lebih besar dari 0,005 maka dapat dikatakan bahwa varian dari
dua atau lebih kelompok adalah sama (Amaliah, 2017).
One way ANOVA dilakukan untuk mengetahui pengaruh asimetri
informasi terhadap senjangan anggaran. ANOVA menggunakan uji F. Nilai F
hasil pengujian (F hitung) akan dibandingkan dengan F tabel untuk menolak
atau menerima hipotesis (Hariningtyas, 2015). Sedangkan uji perbandingan
nilai tengah perlakuan atau sering disebut sebagai uji lanjut dari ANAVA
Least Significant Difference (LSD) (Kristilya dkk, 2013).
Dimana jenis uji Parametrik ini, bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan rata-rata antara lebih dari dua kelompok sampel. Yang
dimaksud satu arah adalah sumber keragaman yang dianalisis hanya
berlangsung satu arah yaitu antar perlakuan
25

3.5 Jadwal penelitian


Oktober-
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Desember
Studi Pustaka
Seminar
Skripsi
Pengurusan
Surat Izin
Penelitian
Pengolahan
data dan
Pembahasan
Sidang
Kolokium
Sidang
Komprehensif
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Uji Kelayakan Etik


Uji kelayakan etik pada hewan uji yaitu tikus putih galur wistar di lakukan
dengan memperhatikan kode etik dalam melakukan pengujian pada hewan uji
dan telah mendapatkan izin dengan No.010/kepk-bth/III/2021 dari komisi etik
penelitian kesehatan STIKes BTH Tasikmalaya sehingga penelitian dapat di
lakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur

4.2 Proses induksi


Pada proses induksi dengan pemberian natrium nitrit (NaNO2) pada saat
pemberian NaNO2 selama 15 hari dengan intarperitorial, tikus mengalami
penurunan kadar hemoglobin, hal ini sejalan dengan penelitian yang di
lakukan Ambarwati pada tahun 2012 yang menyatakan natrium nitrirt dapat
menyebabkan penurunan afinitas hemoglobin terhadap oksigen ini
mengakibatkan penurunan distribusi oksigen ke seluruh jaringan tubuh
manusia sehingga terjadilah hipoksia, yang selanjutnya dapat mengakibatkan
jejas sel, neurodegenerasi, bahkan apoptosis atau kematian sel (Gehle Ii, 2013)
Berdasarkan penelitian Ambarwati (2012) mengatakan bahwa ikatan
antara nitrit dan hemoglobin juga akan menginduksi pembentukan ROS
(Reactive Oxygen Spesies) yang akan menyebabkan stres oksidatif pada
membran sel eritrosit yang menyebabkan eritrosit mengalami hemolisis.
Konsumsi sodium nitrit juga bisa menyebabkan anemia, dengan adanya
penelitian yang menunjukkan hasil penurunan angka eritrosit dan hemoglobin
pada konsumsi sodium nitrit secara berlebihan (Ambarwati, 2012).
Rute intraperitoneal di pilih karena dengan mengunakan rute ini natrium
nitrit (NaNO2) dapat lebih cepat masuk dalam tubuh dan tepat mengenai organ
target, adapun kekurangan dari rute intraperitoneal adalah jika tidak hati-hati
dapat mengenai usus sehingga dapat menyebabkan pendarahan atau lebih
parahnya dapat mengalami kematian pada hewan uji (Mahendra, 2016)

26
27

4.3 Uji Kadar hemoglobin


Tabel 4.1 Kadar hemoglobin
Kontrol Kontrol Sediaan 1 Sediaan 2 Sediaan 3
N  Pengujia
Positif Negatif (Tj) (Sahara) (Al-
o n
g/L g/L g/L g/L Jazira) g/L
1 103 91 100 115 124
2 108 83 95 111 119
Setelah
3 100 94 78 107 139
Induksi
4 103 94 104 105 129
5 104 90 91 110 132

Pada tabel 4.1 menunjukan bahwa terdapat peningkatan hemoglobin, hal


ini disebabkan karena sari kurma yang kaya akan kandungannya,
mengandung komponen-komponen yang mampu meningkatkan penyerapan
zat besi atau berperan dalam pembentukan sel darah merah tempat
hemoglobin berada (Widowati et al. 2019).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pravitasari bahwa ekstrak buah
kurma dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Zat besi yang tinggi dapat
digunakan untuk pengobatan anemia. Anemia adalah keadaan jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal. Zat besi dalam kurma nantinya diserap
oleh usus dan dibawa oleh darah untuk hemopoiesis (Widowati et al. 2019).
Pada kelompok uji kontrol positif yang di berikan tablet ferro fumarat
(Fe). didapatakan hasil, bahwa terdapat kenaikan kadar hemoglobin setelah
diberikan sediaan tablet fe yang sebelumnya di induksi dengan NaNO 2
dengan rata rata kenaikan yaitu 103.6 g/L
Meskipun terdapat kenaikan kadar hemoglobin setelah di berikan tablet
fe namun kenaikannya tidak signifikan setelah di lakukan uji least
significance different (LSD). Hal ini dikarenakan dari tingkat keasaman
lambung mempengaruhi proses penyerapan zat besi dalam tubuh. Lambung
dalam keadaan asam (pH rendah) akan lebih efektif terhadap proses
penyerapan zat besi (Widowati et al. 2019). Hasil Ini sejalan dengan
28

penelitian yang dilakukan oleh Desi Susanti dkk yang berjudul perbandingan
zat besi dengan dan tanpa vitamin c terhadap kadar hemoglobin wanita usia
subur, menyebutkan bahwa kadar hemoglobin yang rendah dapat disebabkan
oleh efisiensi besi atau karena penyakit kronis. Di samping itu, kemungkinan
juga disebabkan metabolisme besi serta interaksinya dalam tubuh. Besi
berinteraksi dengan vitamin B12 dapat meningkatkan metabolisme, tetapi
logam kobalt dalam vitamin B12 berinterasi dengan besi menurunkan
absorpsi (Listiana dkk, 2013)
Selain itu dosis yang digunakan pada penelitian kali ini tidak tepat atau
terlalu kecil. Dimana menurut INRUD (International Network Rational Use
of Drug) pada 1999 meyebutkan bahwa ada 6 Kriteria penggunaan obat yang
tepat atau rasional 1999 yaitu : tepat indikasi, tepat obat,tepat dosis durasi
dan cara pemberian, tepat pasien, tepat informasi pada pasien dan tepat
evaluasi atau monitoring (Moura dab Suyanto 2004). Sedangkan pada
penelitian kali ini dosis yang digunakan yaitu 180 mg tiga kali sehari,
Dimana dosis lazim untuk ferro fumarat sendiri yaitu untuk dosis awalnya
325mg sekali sehari sedangkan untuk dosis.Pemeliharaan: 325 mg 3 kali
sehari. sehingga menyebabkan tidak adanya perbedaan yang bermakna
(Sopwi et al. 2016)
Pada kelompok uji yang di berikan sari kurma dengan nama brand Tj.
Terdapat kenaikan kadar hemoglobin pada tikus dengan rata-rata kenaikan
setelah induksi mencapai 93,6 g/L. Kenaikan kadar tersebut sama dengan
dengan halnya pada kelompok kontrol positif meskipun ada kenaikan kadar
hemoglobin namun tidak signifikan. Hal ini disebabkan dari kandungan
senyawa yang terdapat pada sari kurma tj yang lebih sedikit dibandingkan
dengan sediaan uji lainya. Sari kurma yang kaya akan zat besi dapat
meningkatkan kadar hemoglobin (Widowati et al. 2019). Kandungan zat besi
dapat mensintesis pembentukan heme yang dapat memacu kadar
hemoglobin. Kandungan protein, karbohidrat dan lemak pada sari kurma
mendukung proses sintesis hemoglobin. Karbohidrat dan lemak membentuk
suksinil CoA yang selanjutnya bersama glisin akan membentuk protoporfirin
29

melalui serangkaian proses porfirinogen. Protoporfirin yang terbentuk


selanjutnya bersama molekul heme dan protein globin membentuk
hemoglobin (Sepduwiana & Sutrianingsih, 2017)
Protein juga berperan dalam proses pembentukan hemoglobin, ketika
tubuh kekurangan protein dalam jangka waktu lama pembentukan sel darah
merah dapat terganggu dan ini yang menyebabkan timbul gejala anemia
sedangkan vitamin yang terkait dengan defisiensi zat besi adalah vitamin C
yang dapat membantu mempercepat penyerapan besi di dalam tubuh serta
berperan dalam memindahkan besi ke dalam darah. karena tidak adanya
tambahan zat lain seperti protein atau vitamin lainnya yang berguna sebagai
peningkat kadar hemoglobin Maka pertumbuhan atau penambahan
hemoglobin pada tikus yang di berikan sediaan sari kurma menjadi sedikit
atau terkesan lambat (Sumarni, 2012).
Pada kelompok sari kurma dengan nama brand sahara terdapat kenaikan
kadar hemoglobin yang signifikan, dimana rata-rata kenaikan hemoglobin
pada hewan uji mencapai 109,6 g/L. Zat besi dari sari kurma merupakan zat
besi non heme dimana banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Zat
besi non heme dalam tubuh diserap 1-2%, selain kandungan sari kurma
dalam brand sahara ini terdapat vitamin c yang dapat meningkatkan kadar
hemoglobin secara bermakna (Sodiqah dkk, 2015).
Oleh karena itu penyerapan besi ditingkatkan dengan pemberian bersama
senyawa asam, seperti vitamin c atau asam askorbat. Vitamin c juga dapat
meningkatkan penyerapan besi terutama dengan mereduksi besi ferri menjadi
besi ferro. Karena zat besi lebih mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk
ferro. Selain dari perannya dalam pengubah Ferri menjadi Ferro sebelum
penyerapan usus, vitamin C juga mengatur homeostasis besi dengan
menghambat ekspresi hepcidin (misalnya, dalam sel HepG2), menjadikan
vitamin C berpotensi membantu melemahkan defisiensi besi (Widowati et al.
2019).
Dibandingakan dengan 2 sediaan lainnya sari kurma dengan nama bran
Al-jazira ini mempunyai peningkatan rata-rata kadar hemoglobin yang lebih
30

baik dimana rata-rata peningkatan kadar hemoglobin setelah di berikan sari


kurma al-jazira yaitu 128,6 g/L. Selain terdapat kandungan sari kurma pada
brand Al-Jazira ini terdapat tambahan vitamin lainnya seperti Vit A, Vit E
dan Vit K
Adapun metabolisme vitamin A yang terdapat ada sari kurma memiliki
implikasi terhadap homeostasis zat besi, sehingga kekurangan vitamin A
dapat menyebabkan defisiensi zat besi (Kampar, 2021). Sedangkan pada vit
E yang merupakan salah satu antioksidan, vitamin E sangat penting karena
kemampuannya untuk mengubah superoksida, hidroksil dan radikal peroksil
lipid menjadi kurang reaktif. Defisiensi atau kekurangan vitamin E dapat
menimbulkan anemia pada bayi baru lahir. Anemia defisiensi vitamin E
dapat mengakibatkan integritas dinding sel darah merah menjadi lemah dan
tidak normal. Sehingga sangat sensitif terhadap hemolisis atau pecahnya sel
darah merah, maka vitamin E merupakan faktor esensial bagi integritas sel
darah merah (Barrimi et al. 2013)

45 42.26
40
Persentase peningkatan kadar hb %

35

30

25
21.24
20

15

10
4.6 3.54
5
0.13
0
Kontrol (-) Kontrol (+) TJ Sahara Aljajirah
Kelompok Perlakuan

Gambar 4.1 grafik Perbandingan selilis kadar hemoglobin


Berdasarkan Selisih kadar hemoglobin setelah diberi sediaan - setelah
induksi didapatkan grafik seperti pada gambar 4.1. Perbandingan selisih
dimana sari kurma dengan brand Al-jazira lebih baik di bandingkan dengan
31

Tj, Sahara ataupun Kontrol positif (Tablet Fe). Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti faktor dari tingkat keasaman lambung yang
mempengaruhi proses penyerapan zat besi dalam tubuh. Karena ketika
lambung dalam keadaan asam (pH rendah) akan lebih efektif terhadap proses
penyerapan zat besi (Widowati et al. 2019).
Asupan zat besi dan protein yang tidak sesuai dengan kebutuhan serta
adanya faktor penghambat, hal tersebut dapat mempengaruhi terhadap
penyerapan mineral zat besi sehingga mempengaruhi penurunan kadar
hemoglobin. Arisman (2010), menyebutkan terdapat 3 penyebab anemia
defisiensi besi yang pertama kehilangan darah secara kronis, yang kedua
asupan zat besi dan penyerapan yang tidak memadai dan yang terakhir
peningkatan kebutuhan asupan zat besi untuk pembentukan sel darah merah
(Jaelani dkk, 2017)
Selain itu faktor stress juga mempengaruhi proses pembentukan
hemoglobin. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (William, 2000). Telah
melaporkan bahwa pengikatan nitrit dan hemoglobin menyebabkan
pembentukan reaktif kelompok oksigen (Reactive Oxygen Species / ROS).
ROS bekerja menyebabkan stres oksidatif pada eritrosit selaput, akibatnya
eritrosit tidak mampu menjaga kelenturan dan hemolisis sehingga
(Ambarwati, 2012).
Perbedaan persentasi kenaikan kadar hemoglobin berbeda-beda setiap
kelompok, kemungkinan disebabkan oleh jenis kurma yang diolah,
mengingat terdapat sekitar lebih dari 2000 varietas buah kurma segar yang
diekspor ke berbagai negara, Peningkatan kadar Hb bisa juga disebabkan
adanya fortifikasi dengan vitamin dan mineral eksternal pada sari kurma yang
beredar di pasaran (Amelia Dian dkk, 2015).

4.4 Analisis data


Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan perhitungan uji statistik One Way Anova, bertujuan untuk
membandingkan perbedaan mean lebih dari dua kelompok dengan derajat
32

kemaknaan α = 0,05. Dengan memperhatikan data harus berdistribusi normal


dan varians data harus sama atau homogen terlebih dahulu, jika data tidak
memenuhi persyaratan, maka dilakukan dengan uji Kruskal Wallis. Lalu
apabila ingin mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan
bermakna, maka dilakukan analisis Post Hoc dengan uji least significant
difference (LSD) (Norfai and Abdullah, 2018).
Pada uji normalitas didapatkan data selisis kadar hemoglobin dengan nilai
signifikasi pada tabel shapiro wilk yaitu 0,407, 0.64, 0,950, 0,750 dan 0,401.
Berdasarkan data tersebut nilai signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan
bahwa data telah berdistribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi
normal atau tidak. Karena jumlah sampel yang digunakan hanya berjumlah
25 atau kurang dari 50 sampel maka pada uji normalitas ini digunakan uji
shapiro-wilk (Tyastirin and Hidayati 2017).
Pada uji homogenitas didapatkan data bernilai 0,733. Data tersebut
dinyatakan homogen atau seragam. Hal ini disebabkan data signifikansi >
0,05. Untuk pengujian homogenitas dilakukan dengan uji Levene’s Test.
Dimana pada uji Levene mengambil taraf signifikansi 5%. Jika nilai
signifikansi (sig) < 0,05, maka data mempunyai varians tidak homogen.
namun Jika nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05, maka data mempunyai varians
homogen. Maka dapat dikatakan bahwa data selisih kadar hemoglobin sudah
terdistribusi homogen (Widiyana, 2016)
Pada pengujian Selanjutnya karena data sudah terdistibusi normal dan
homogen, serta nilai ANOVA pada pengujian ini nilai signifikasinya yaitu
0,006 dimana syarat uji ANOVA ini datanya harus p< 0.05, maka dilanjutkan
dengan uji ANOVA terhadap karakteristik antar kelompok untuk mengetahui
perbedaan kadar hemoglobin diantara kelompok perlakuan. Kemudian untuk
mengetahui antar kelompok mana yang memiliki perbedaan (Yunita dan
Murbawani, 2016)
Pada pengujian kali ini didapatkan hasil yang menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan pada tiap kelompok, maka diperlukan uji Post
33

Hoc. Uji Post Hoc dilakukan pada kelompok tingkatan untuk mengetahui
kelompok mana yang memiliki perbedaan rata-rata nilai kesenjangan yang
signifikan. Pada uji post hoc LSD menunjukkan bahwa kelompok yang
memiliki perbedaan signifikan adalah kelompok K- yang memiliki perbedaan
signifikan dengan sari kurma sahara nilai signifikasinya 0,005 dan K- dengan
sari kurma al-jazira dengan nilai signifikasinya 0,002, Pada kelompok sari
kurma Tj yang memiliki perbedaan signifikan dengan al- jazira nilai
signifikasinya 0,019 dan sahara nilai signifikasinya 0.007, pada kelompok
sari kurma sahara yang memiliki perbedaan nilai signifikasi yaitu hanya
dengan kelompok kontrol negatif dan sahara dengan nilai signifikasinya
berturut-turut yaitu 0,005 dan 0,019. Pada kelompok sari kurma al-jazira
yang mempunyai nilai perbedaan bermakna yaitu dengan control negatif
signifikasinya 0,002 dan sari kurma tj dengan nilai 0,007. Namun pada
kelompok kontrol positif tidak ada perbedaan yang bermakna karena nilai
signifikasinya lebih dari 0,05 dimana syarat dari uji LSD sendiri nilainya
harus p<0,05. Hal ini dikarenakan dosis yang digunakan pada penelitian kali
ini terlalu kecil dimana dosis lazim untuk ferro fumarat yang biasanya
digunakan yaitu untuk dosis awalnya sendiri: 325mg sekali sehari sedangkan
untuk dosis.Pemeliharaan: 325 mg 3 kali sehari. Namun pada penelitian kali
ini dosis yang digunakan hanya 180 mg tiga kali sehari ini meyebabkan
kenaikan kadar hemoglobin pada kelompok kontrol positif hanya sedikit atau
terkesan lambat. Meyebabakan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada
kelompok control positif (Sopwi et al. 2016)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan
bahwa terdapat peningkatan kadar hemoglobin setelah di berikan tablet Fe
dan sari kurma. Dimana peningkatan kada sari kurma tertinggi didapat dari
pemberian sari kurma Al-jazira degan rata-rata peningkatan kadar
hemoglobin mencapai 128,6 g/L dan peningkatan kadar hemoglobin terendah
yaitu didapatkan dari pemberian sari kurma Tj dimana kadar rata-rata
hemoglobin setelah diberi sediaan sari kurma dengan brand tj hanya
mencapai 93,6 g/L

5.2 Saran
Pada penelitian selanjutnya untuk pemberian sari kurma waktu pemberian
di lakukan waktu yang cukup Panjang tidak 15 hari namun bisa labih, karena
meskipun pemberian sari kurma dapat menaikan kadar hemoglobin namun
kenaikannya terkesan lambat. Untuk dosis kontrol positif (Tablet Fe) harus
menggunakan dosis lazim pengobatan. untuk penelitian selanjutnya alangkah
baiknya untuk menggunakan buah kurma asli agar mengetahui jenis dan
kandungan dari buah kurma tersebut

34
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Tina, and Lusi Nurdianti. 2019. “Formulasi Dan Karakterisasi Sne (Self
Nanoemulsion) Buah Kurma Muda Sebagai Antiinfertilitas.” Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analis
Kesehatan Dan Farmasi 19(2):178. doi: 10.36465/jkbth.v19i2.496.
Amaliah, Rezeki. 2017. “Hasil Belajar Biologi Materi Sistem Gerak Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange
(RTE) Pada Siswa Kelas XI SMAN 4 Bantimurung.” Jurnal Dinamika
8(1):11–17.
Ambarwati, Rini. 2012. “EFFECT OF SODIUM NITRITE ( NaNO 2 ) TO
ERITHROCYTE AND HEMOGLOBIN PROFILE IN WHITE RAT ( Rattus
Norvegicus ).”
Anon. n.d. “THE EFFECT OF DATE ( PHOENIX DACTYLIFERA ) JUICE TO
INCREASE HAEMOGLOBIN LEVEL OF WHITE RAT (RATTUS
NOVERGICUS ). Sodiqah, Yani 1 , Abdi, Dian Amelia 2 , Gunawan Sahid 3
, Hafsah,Andi Najmiah 4.” (April 2015).
Apriyanti, Fitri. 2019. “Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Sman 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Tahun 2019.”
Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai 3(2):18–21.
Bakhri, Syamsul. 2018. “Analisis Jumlah Leukosit Dan Jenis Leukosit Pada
Individu Yang Tidur Dengan Lampu Menyala Dan Yang Dipadamkan.”
Jurnal Media Analis Kesehatan 1(1):83–91. doi: 10.32382/mak.v1i1.176.
Barrimi, M., R. Aalouane, C. Aarab, H. Hafidi, H. Baybay, M. Soughi, N.
Tachfouti, C. Nejjari, F. Z. Mernissi, I. Rammouz, and Richard B.
McKenzie. 2013. “済無 No Title No Title.” Encephale 53(1):59–65.
Bima. 2005. “Bab Ii Tinjauan Pustaka Aplikasi.” Hilos Tensados 1:1–476.
Desmawati, Amk. 2013. “Sistem Hematologi Dan Imunologi.” 420.
Eksperimental, Studi, Putih Jantan, and Galur Wistar. n.d. “Terhadap Kadar
Hemoglobin.” 17–19.
Ekstrak, Efek, Melon Cucumis, Gliadin Terhadap, Kadar Hb, Hbco Tikus, Wistar

35
36

Jantan, Yang Dipapar, and Asap Rokok. 2016. “Efek Ekstrak Melon (.”
(August):78–88. doi: 10.20473/ijph.v11i1.2016.78-88.
Fatimah, S., M. A. Surur, M. A’tourrhman. 2019. “Koagulasi Dan Komposisi
Darah.” Fisiologi Hewan (May):1–12.
Fitria. 2013. “Journal of Chemical Information and Modeling Reagen Drabkin.”
Journal of Chemical Information and Modeling 53(9):1689–99.
Fitriany, Julia, and Amelia Intan Saputri. 2018. “Anemia Defisiensi Besi.”
AVERROUS: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Malikussaleh 4(2):1. doi:
10.29103/averrous.v4i2.1033.
Fitryadi, Khairil. 2017. “Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan
Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron.” Jurnal Masyarakat Informatika
7(1):113618. doi: 10.14710/jmasif.v7i1.10794.
Hariningtyas, Ria Afriani. 2015. “PENGARUH ASIMETRI INFORMASI
TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN PENDAHULUAN Senjangan
Anggaran Adalah Perbedaan Antara Jumlah Anggaran Yang Diajukan
Dengan Estimasi Terbaik ( Anthony & Govindarajan , 2005 ). Manajer
Bawah Akan Mengajukan Anggaran Dibawah Estimasi.” IV:73–87.
Harnetacia Yessica. 2020. “Kesehatan Palangka Raya Pelatihan Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah 2 Balai ABSTRAK.” Jurnal Skala Kesehatan
11(2).
Ii, B. A. B., and A. Hemoglobin. 2016. “2 ) 2 ).” 1–17.
Ii, B. A. B., and Tinjauan Pustaka. 2013. “2– ) - ) - ).”
isnaeni, ana pertiwi, and iriantom, aritonang and agus. 2012. “Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta | 9.” d:9–33.
Jaelani, Mahmut, Betty Yosephin Simanjuntak, and Emy Yuliantini. 2017.
“Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri.” Jurnal Kesehatan 8(3):358. doi: 10.26630/jk.v8i3.625.
Journal, Indonsian, Medical Science, Cross Sectional, The Level, Pregnan
Mother, Blood Enhancer, Observasional Analitic, Cross Sectional, Tingkat
Pengetahuan, Ibu Hamil, and Tablet Penambah Darah. 2014. “IJMS -
Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 -
37

Ijmsbm.Org.” 1(2):11–19.
Kerja, Wilayah, and Puskesmas Kampar. 2021. “1,2 1 , 2.” 5(1).
Kristilya, Shinta, Sigit Nugroho, and Jose Rizal. 2013. “Kajian Uji Lanjut Dari
Anava Dalam Rancangan Acak Lengkap Shinta.” E-Jurnal Statistika 69–79.
Kusumawardhani, Intan. 2020. “Perbedaan Waktu Pembendungan Vena Selama 1
Menit Dan 3 Menit Terhadap Jumlah Leukosit.” 4(2):2–3.
Maesyaroh, Siti. 2010. “Tajuk Mahkota Kurma.”
Mahendra, Gatot. 2016. “Skripsi Pengaruh Infeksi Bakteri.”
Margiana, Wulan, and Ima Syamrotul Muflihah. n.d. “Penyuluhan Pemanfaatan
Kurma Pada Ibu Menyusui Di Desa Sokaraja Kulon.” 3(2):36–39.
Michael Dwi Cahyono et al. 2017. “Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Vol. 2/No.6/Mei 2017; Issn 2502-731x,.” J Kesimkesmas Jurnal
Ilmiah Mahasiswaehatan Masyarakat 2(6):1–10.
Moura, Luciana Melo D. E., and Asep Herman Suyanto. 2004. “No 主観的健康
感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構
造分析 Title.” (December):2004–6.
Ni Made Dwi Kartika Larasuci. 2018. “Pengaruh Perbedaan Waktu Pemeriksaan
Terhadap Kadar Glukosa Darah.” Jurnal Analis Kesehatan 53(9):1–20.
Norfai, and Abdullah. 2018. “Efektifitas Penggunaan Sabun Dalam Mencuci
Tangan Terhadap Jumlah Kuman.” Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat
Indonesia 5(2):65–70.
Prediabetes, Wanita. 2016. “Rhona Dian Yunita, Etisa Adi Murbawani *).” 5(Jilid
1):98–105.
Sopwi, Rosita, Nur Lailly, Cicih Komariah, and Rosita Dewi. 2016. “Efek Ekstrak
Kulit Mangga Arumanis ( Mangifera Indica L .) Terhadap Paw Licking Time
Mencit Putih Jantan Yang Diinduksi Formalin ( The Effect of Arumanis
Mango ( Mangifera Indica L . ) Peel Extract on the Paw Licking Time in
White Male Mice Induced by For.” 4(3):454–57.
Sumarni, Sri. 2012. “PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN BESI DAN
VITAMIN C KADAR HEMOGLOBIN Oleh : Sri Suwarni.” Pendidikan
Kesehatan 1(2).
38

Teri. 2010. “Htehjejrk.” Jurnal Berkala Epidemiologi 1 (3).


Tyastirin, Esti, and Irul Hidayati. 2017. Statistik Parametrik Untuk Penelitian
Kesehatan.
Utama, Tuti Anggriani, Nora Listiana, and Desi Susanti. 2013. “Perbandingan Zat
Besi Dengan Dan Tanpa Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Wanita
Usia Subur Comparison Effect of Iron with and without Vitamin C to Age
Hemoglobin Levels among Women of Reproductive Age.” Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional 7(8):344–48.
Wet, De. 2013. “(Zaid & de Wet, 2007).” 4–30.
Widiyana, Desti. 2016. “Pengaruh Model Pembelajaran Arias (Assurance,
Relevance, Interest, Assement, Abd Satifacation) Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar KKPI Pada Siswa Kelas x SMK Negri 1 Pedan.” Jurnal
Universitas Negeri Yogyakarta 5.
Widowati, Retno, Rini Kundaryanti, and Puput Puji Lestari. 2019. “Pengaruh
Pemberian Sari Kurma Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu
Hamil.” JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI
5(2):60. doi: 10.36722/sst.v5i2.351.
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1 : Identitas hewan uji

39
40

Lampiran 2 : Hasil uji kode etik hewan


41

Lampiran 3 : Hasil penimbangan Hewan uji

No Hasil Pengamatan Keterangan

Penimbangan tikus
1
kelompok kontrol positif

Penimbangan tikus
2
kelompok kontrol positif

Penimbangan tikus
3
kelompok kontrol positif

Penimbangan tikus
4
kelompok kontrol positif

Penimbangan tikus
5
kelompok kontrol positif
42

Penimbangan tikus
6
kelompok kontrol negatif

Penimbangan tikus
7
kelompok kontrol negatif

Penimbangan tikus
8
kelompok kontrol negatif

Penimbangan tikus
9
kelompok kontrol negatif

Penimbangan tikus
10
kelompok kontrol negatif

Penimbangan tikus
11 kelompok sediaan sari
kurma Tj
43

Penimbangan tikus
12 kelompok sediaan sari
kurma Tj

Penimbangan tikus
13 kelompok sediaan sari
kurma Tj

Penimbangan tikus
14 kelompok sediaan sari
kurma Tj

Penimbangan tikus
15 kelompok sediaan sari
kurma Tj

Penimbangan tikus
kelompok sediaan sari
16 kurma Sahara

Penimbangan tikus
kelompok sediaan sari
17 kurma Sahara
44

Penimbangan tikus
kelompok sediaan sari
kurma Sahara
18

Penimbangan tikus
kelompok sediaan sari
19 kurma Sahara

Penimbangan tikus
kelompok sediaan sari
20 kurma Sahara

Penimbangan tikus
21 kelompok sediaan sari
kurma Al-Jazira

Penimbangan tikus
22 kelompok sediaan sari
kurma Al-Jazira
45

Penimbangan tikus
23 kelompok sediaan sari
kurma Al-Jazira

Penimbangan tikus
24 kelompok sediaan sari
kurma Al-Jazira

Penimbangan tikus
25 kelompok sediaan sari
kurma Al-Jazira
46

Lampiran 4 : Hasil penimbangan tablet Fe

No Hasil Pengamatan Keterangan

Penimbangan Bobot tablet


1
377,4 mg
47

Penimbangan Bobot tablet


2
377,4 mg

Penimbangan Bobot tablet


3
377,5 mg

Penimbangan Bobot tablet


4
376,9 mg

Penimbangan Bobot tablet


5
382,2 mg
48

Penimbangan Bobot tablet


6
381,7 mg

Penimbangan Bobot tablet


7
380,5 mg

Penimbangan Bobot tablet


8
381,7 mg

Penimbangan Bobot tablet


9
375,0 mg
49

Penimbangan Bobot tablet


10
377,5 mg

Penimbangan Bobot tablet


11
376,5 mg

Penimbangan Bobot tablet


12
379,0 mg

Penimbangan Bobot tablet


13
375,8 mg
50

Penimbangan Bobot tablet


14
379,1 mg

Penimbangan Bobot tablet


15
383,7 mg

Penimbangan Bobot tablet


391,5 mg

16

Penimbangan Bobot tablet


376,1 mg

17
51

Penimbangan Bobot tablet


376,4 mg

18

Penimbangan Bobot tablet


387,2 mg

19

Penimbangan Bobot tablet


389,2 mg

20

Lampiran 5 : Alat-bahan dan proses pengerjaan

No Hasil Pengamatan Keterangan

1 Reagen Drabkin
52

2 Bottle-Top Dispenser

3 Aquades for injection

4 Sari kurma Al-jazira

5 Sari kurma Tj
53

6 Sari kurma Sahara

7 Larutan Tablet Fe

8 Hemoglobin meter

9 Sonde Oral

Penuangan aqua for injeksi


10
untuk larutan tablet Fe
54

11 Pembuatan larutan Tablet Fe

Proses induksi dengan natrium


12
nitrit secara intraperitoneal

Pemberian sari kurma lewat


13
oral

Pengambilan darah lewat ekor


14
hewan uji
55

Sediaan sari kurma yang akan


15
di berikan pada tikus uji

Penandaan hewan uji


16

Pemanasan ekor tikus sebelum


17
di ambil arah

Proses penampungan darah


18
56

Pembuaatan larutan
19
penginduksi natrium nitrit

Proses pembuatan larutan


20
penginduksi

Penimbangan tablet Fe
21

Penimbangan natrium nitrit


22
57

Penambahan aqua for injek


23
untuk larutan penginduksi

Lampiran 6 : Hasil kadar hemoglobin kontrol positif

No Hasil Pengamatan Keterangan

Kadar awal kontrol positif 119


1
g/L
58

Kadar awal kontrol positif 129


2
g/L

Kadar kontrol positif setelah di


3
induksi 80 g/L

Kadar awal kontrol positif 124


4
g/L

Kadar awal kontrol positif 139


5
g/L
59

Kadar kontrol positif setelah di


6
induksi 80 g/L

Kadar kontrol positif setelah di


7
induksi 75 g/L

Kadar kontrol positif setelah di


8
induksi 95 g/L

Kadar kontrol positif setelah di


9
induksi 71 g/L
60

Kadar kontrol positif setelah di


10
induksi 70 g/L

kontrol positif setelah diberi


11
tablet Fe 103 g/L

kontrol positif setelah diberi


12
tablet Fe 108 g/L

kontrol positif setelah diberi


13
tablet Fe 100 g/L
61

kontrol positif setelah diberi


14
tablet Fe 103 g/L

kontrol positif setelah diberi


15
tablet Fe 104 g/L

Lampiran 7 : Hasil kadar hemoglobin Kontrol negatif

No Hasil Pengamatan Keterangan


62

Kadar awal kontrol negatif 110


1
g/L

Kadar awal kontrol negatif 148


2
g/L

Kadar awal kontrol negatif 143


3
g/L

Kadar awal kontrol negatif 131


4
g/L
63

Kadar awal kontrol negatif 125


5
g/L

Kadar kontrol negatife setelah


6
di induksi 82 g/L

Kadar kontrol negatif setelah


7
di induksi 56 g/L

Kadar kontrol negatif setelah


8
di induksi 69 g/L
64

Kadar kontrol negatif setelah


9
di induksi 91 g/L

Kadar kontrol negatif setelah


10
di induksi 93 g/L

Kadar kontrol negatif tanpa


11
diberikan perlakuan 91 g/L

Kadar kontrol negatif tanpa


12
diberikan perlakuan 83 g/L
65

Kadar kontrol negatif tanpa


13
diberikan perlakuan 94 g/L

Kadar kontrol negatif tanpa


14
diberikan perlakuan 94 g/L

Kadar kontrol negatif tanpa


15
diberikan perlakuan 90 g/L

Lampiran 8 : hasil kadar hemoglobin kelompok perlakuan 1


66

No Hasil Pengamatan Keterangan

Kadar Awal Kelompok 1 157


1
g/

Kadar Awal Kelompok 1 154


2
g/L

Kadar Awal Kelompok sari 1


3
132 g/L

Kadar Awal Kelompok 1 166


4
g/L
67

Kadar Awal Kelompok 1 129


5
g/L

Kadar kelompok 1setelah di


6
berikan larutan induksi 76 g/L

7 Kadar kelompok 1 setelah di


berikan larutan induksi 79 g/L

Kadar kelompok sari 1 setelah


8 di berikan larutan induksi 76
g/L
68

Kadar kelompok 1 setelah di


9
berikan larutan induksi 74 g/L

Kadar kelompok 1setelah di


10
berikan larutan induksi 78 g/L

Kadar kelompok 1 setelah


11 diberikan sediaan sari kurma
Tj 100 g/L

Kadar kelompok 1 setelah


12 diberikan sediaan sari kurma
Tj 95 g/L
69

Kadar kelompok 1 setelah


13 diberikan sediaan sari kurma
Tj 78 g/L

Kadar kelompok 1 setelah


14 diberikan sediaan sari kurma
Tj 104 g/L

Kadar kelompok 1 setelah


15 diberikan sediaan sari kurma
Tj 91 g/L

Lampiran 9 : Hasil kadar hemoglobin kelompok perlakuan 2


70

No Hasil Pengamatan Keterangan

Kadar awal Kelompok


1
perlakuan 2 119 g/L

Kadar awal Kelompok


2
perlakuan 2 115 g/L

Kadar awal Kelompok


3
perlakuan 2 139 g/L

Kadar awal Kelompok


4
perlakuan 2 156 g/L
71

Kadar awal Kelompok


5
perlakuan 2 116 g/

Kelompok perlakuan 2 setelah


6 diberkan larutan induksi 71
g/L

7 Kelompok perlakuan 2 setelah


diberkan larutan induksi 75
g/L

Kelompok perlakuan 2 setelah


8 diberkan larutan induksi 69
g/L
72

Kelompok perlakuan 2 setelah


9 diberkan larutan induksi 86
g/L

Kelompok perlakuan 2 setelah


10 diberkan larutan induksi 56
g/L

Kadar kelompok perlakuan 2


11 setelah diberikan sediaan sari
kurma Sahara 115 g/L

Kadar kelompok perlakuan 2


12 setelah diberikan sediaan sari
kurma Sahara 111 g/L
73

Kadar kelompok perlakuan 2


13 setelah diberikan sediaan sari
kurma Sahara 107 g/L

Kadar kelompok perlakuan 2


14 setelah diberikan sediaan sari
kurma Sahara 105 g/L

Kadar kelompok perlakuan 2


15 setelah diberikan sediaan sari
kurma Sahara 110 g/L

Lampiran 10 : Hasil kadar hemoglobin kelompok perlakuan 3


74

No Hasil Pengamatan Keterangan

Kadar Awal kelompok


1
perlakuan 3 125 g/L

Kadar Awal kelompok


2
perlakuan 3 131 g/L

Kadar Awal kelompok


3
perlakuan 3 148 g/L

Kadar Awal kelompok


4
perlakuan 3 167 g/L
75

Kadar Awal kelompok


5
perlakuan 3 165 g/L

Kadar kelompok perlakuan 3


6 setelah diberikan larutan
induksi 97 g/L

7 Kadar kelompok perlakuan 3


setelah diberikan larutan
induksi 95 g/L

Kadar kelompok perlakuan 3


8 setelah diberikan larutan
induksi 80 g/L
76

Kadar kelompok perlakuan 3


9 setelah diberikan larutan
induksi 82 g/L

Kadar kelompok perlakuan 3


10 setelah diberikan larutan
induksi 83 g/L

Kadar kelompok perlakuan 3


11 setelah diberikan sediaan sari
kurma Al-jazira 124 g/L

Kadar kelompok perlakuan 3


12 setelah diberikan sediaan sari
kurma Al-jazira 119 g/L
77

Kadar kelompok perlakuan 3


13 setelah diberikan sediaan sari
kurma Al-jazira 139 g/L

Kadar kelompok perlakuan 3


14 setelah diberikan sediaan sari
kurma Al-jazira 129 g/L

Kadar kelompok perlakuan 3


15 setelah diberikan sediaan sari
kurma Al-jazira 132 g/L

Lampiran 11 : Hasil Kadar uji hemoglobin


78

Sediaan 3
Kontrol Kontrol Sediaan 1 Sediaan 2
N  Pengujia (Al-
Positif Negatif (Tj) (Sahara)
o n Jazira)
g/L g/L g/L g/L
g/L
1 119 110 157 119 125
2 129 148 154 115 131
Kadar
3 111 143 132 139 148
Awal
4 124 131 166 156 167
5 139 125 129 116 165
148±16.2 129±17.9 147±19.1
Rata-rata±Sdv
124±10.53 131±15.08 6 9 4
1 80 82 76 71 97
2 75 56 79 75 95
3 Induksi 95 69 76 69 80
4 71 91 74 86 82
5 70 93 78 59 83
Rata-rata±Sdv 78.2±10,2 78.2±15,6 76.6±1.9 72±9.8 87.4±8.0
1 103 91 100 115 124
2 108 83 95 111 119
Setelah
3 100 94 78 107 139
Induksi
4 103 94 104 105 129
5 104 90 91 110 132
103.6±2. 93.6±10.
Rata-rata±Sdv
9 90.4±4.5 0 109.6±3.8 128.6±7.6
79

Lampiran 12 : Analisis data

Kelompok
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Kelompok N Percent N Percent N Percent

Delta_Hb Kontrol negatif 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Kontrol positif 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Tj 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

sahara 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Aljazirah 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Delta_Hb Kontrol negatif .232 5 .200* .899 5 .407

Kontrol positif .305 5 .143 .788 5 .064

Tj .155 5 .200* .983 5 .950

sahara .247 5 .200* .946 5 .705

Aljazirah .250 5 .200* .898 5 .401

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Delta_Hb

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.504 4 20 .733
80

Anova

ANOVA

Delta_Hb

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3175.440 4 793.860 4.894 .006

Within Groups 3244.000 20 162.200

Total 6419.440 24
81

Posh Hoc LSD


Multiple Comparisons

Delta_Hb
LSD

95% Confidence Interval


(I) Mean
Kelompok (J) Kelompok Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

Kontrol Kontrol positif -13.20000 8.05481 .117 -30.0020 3.6020


negatif
Tj -4.80000 8.05481 .558 -21.6020 12.0020

sahara -25.40000* 8.05481 .005 -42.2020 -8.5980

Aljazirah -29.00000* 8.05481 .002 -45.8020 -12.1980

Kontrol Kontrol negatif 13.20000 8.05481 .117 -3.6020 30.0020


positif Tj 8.40000 8.05481 .309 -8.4020 25.2020

sahara -12.20000 8.05481 .146 -29.0020 4.6020

Aljazirah -15.80000 8.05481 .064 -32.6020 1.0020

Tj Kontrol negatif 4.80000 8.05481 .558 -12.0020 21.6020

Kontrol positif -8.40000 8.05481 .309 -25.2020 8.4020

sahara -20.60000* 8.05481 .019 -37.4020 -3.7980

Aljazirah -24.20000* 8.05481 .007 -41.0020 -7.3980

sahara Kontrol negatif 25.40000* 8.05481 .005 8.5980 42.2020

Kontrol positif 12.20000 8.05481 .146 -4.6020 29.0020

Tj 20.60000* 8.05481 .019 3.7980 37.4020

Aljazirah -3.60000 8.05481 .660 -20.4020 13.2020

Aljazirah Kontrol negatif 29.00000* 8.05481 .002 12.1980 45.8020

Kontrol positif 15.80000 8.05481 .064 -1.0020 32.6020

Tj 24.20000* 8.05481 .007 7.3980 41.0020

sahara 3.60000 8.05481 .660 -13.2020 20.4020

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Anda mungkin juga menyukai