Anda di halaman 1dari 121

ANALISIS PERBANDINGAN ATURAN

PRIORITAS PENJADWALAN PRODUKSI


DI PT. ATMINDO

TESIS

oleh

RISMA SINAGA
097025009/ TI

F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS PERBANDINGAN ATURAN
PRIORITAS PENJADWALAN PRODUKSI
DI PT. ATMINDO

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik
dalam Program Studi Teknik Industri
pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

oleh

RISMA SINAGA
097025009/ TI

F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada
Tanggal : 14 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. DR. Ir. Rahim Matondang, MSIE
Anggota : Ir. Nazlina, MT
Prof. DR. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng
Ir. Rosnani Ginting, MT
Ir. Aulia Ishak, MT

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Persaingan dunia industri yang semakin maju menuntut perusahaan untuk


memiliki keunggulan yang kompetitif dengan melakukan peningkatan produktivitas.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan penyusunan jadwal penggunaan mesin yang
tepat dan teratur.
PT. Atmindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan
boiler untuk industri manufaktur. Perusahaan ini beroperasi sesuai dengan order
(make to order) sebagai penggerak proses produksi, sehingga produk harus selesai
sesuai dengan due date yang telah ditentukan.
Sistem penjadwalannya yang berlangsung PT. Atmindo pada saat ini
menggunakan aturan First Come First Serve (FCFS). Hal tersebut mengakibatkan
penggunaan mesin yang kurang optimal karena mesin yang beropesasi hanya
ditujukan untuk menyelesaikan order yang datang terlebih dahulu. Dan juga sistem
pengawasan yang kurang baik mengharuskan perusahaan melakukan overtime.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian ditujukan untuk merancang
penjadwalan produksi khusus pembuatan boiler dengan metode heuristic pour.
Analisis dilakukan dengan melakukan perhitungan Efficiency Index (EI), Relative
Error (RE), dan biaya overtime. Hasil yang diperoleh dari penjadwalan tersebut
dibuat suatu perencaaan jadwal produksi yang optimal

Kata kunci: penjadwalan produksi, heuristic pour, First Come First Serve (FCFS),
overtime

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The competition of the world of more advanced industry requires a company


to have a competitive superiority through the improvement of its productivity. This
can be done by rescheduling the regular and proper use of machines..
PT. Atmindo is a company engaged in manufacturing boiler for
manufacturing industry. This company is operating based on the order to generate
the process of its production that the product they manufactured must be finished in
accordance with the due date determined.
The existing scheduling system applied by PT. Atmindo is based on the
regulation of First Come First Serve (FCFS). This resulted in the less optimal use of
machines because the operating machines are Scheduling system that lasted
PT. Atmindo currently using the rule First Come First Serve (FCFS). This resulted in
the less optimal use of machines because the operating machines are only intended to
finish the order that came earlier. The control/supervision system was also deficient
because the company performed overtime.
Based on the condition above, the purpose of this study was to design the
production schedule especially for the manufacturing of boiler through heuristic pour
method. The analysis was carried out by calculating the Efficiency Index (EI),
relative Error (RE), and cost of overtime. The result gained from the scheduling is
made into an optimal production schedule planning.

Key Word: Production Scheduling, Heuristic Pour, First Come First Serve (FCFS),
Overtime

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Risma Sinaga, dilahirkan di Kotamadya Medan pada tanggal 1 Februari 1956.

Merupakan anak ke-3 dari 11 saudara dari pasangan almarhum Sahata Sinaga dan

almarhuma Reni Nainggolan. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD.

Kristen Nasrani pada tahun 1968, Menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

di SMP Katolik Putri Cahaya jalan Hayam Wuruk Medan pada tahun 1971, dan

menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Katolik St. Thomas di jalan

S. Parman Medan pada Tahun 1974.

Pada tahun 1975 penulis melanjutkan pendidikan S1 di Jurusan Teknik

Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU) dan menyelesaikan

pendidikan pada tahun 1984. Pada Tahun 2009 penulis mendapatkan beasiswa BPPS

dari pemerintah untuk mengukuti pendidikan S2 di program studi Magister Teknik, di

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU).

Tahun 1986 penulis diterima di Kopertis Wilayah 1 sebagai dosen dpk di

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sisingamangaraja XII Medan.

Pada Tahun 2005 diangkat sebagai sekretaris jurusan Teknik Industri Universitas

Sisingamangaraja XII Medan dan masih menjabat pada jabatan yang sama sampai

sekarang.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan Tesis ini dengan baik.
Laporan Tesis ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mengikuti
ujian tesis dalam memperoleh gelar Magister Teknik di Magister Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Peneliti melaksanakan penelitian di PT. Atmindo yaitu suatu perusahaan yang
bergerak dalam bidang pembuatan boiler untuk industri manufaktur. Laporan ini
membahas tentang perancangan penjadwalan produksi pada pembuatan boiler di PT.
Atmindo. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Perbandingan aturan
Prioritas Penjadwalan Produksi Di PT. Atmindo”.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yaitu: Bapak Prof. Dr.
Ir. Bustami Syam, MSME selaku dekan Fakultas Teknik USU, Bapak Prof. Dr. Ir.
Sukaria Sinulingga, M. Eng selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Industri
USU dan dosen pembanding I, Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT., selaku Sekretaris
Magister Teknik Industri dan dosen pembanding yang telah memberikan arahan
kepada penulis dan dosen pembanding II. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang,
MSIE., Selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis, Ibu Ir. Nazlina, MT., selaku dosen pembimbing II penulis yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis serta para Staf pengajar program
magister Teknik Industri USU.
Selain itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak
perusahaan PT. Atmindo, terutama Bapak Suhendra, selaku kepala PPIC di PT.
Atmindo yang telah banyak memberikan informasi dan arahan mengenai hal yang
berkaitan dengan topik penelitian, kedua orang tua penulis, suami, anak-anak ,

Universitas Sumatera Utara


saudara-saudara penulis dan pihak keluarga lainnya yang telah memberikan dukungan
sepenuhnya baik moral maupun materiil, serta sahabat-sahabat penulis, terutama
rekan mahasiswa angkatan XI program magister Teknik Industri USU yang telah
banyak memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Laporan Tesis ini.
Penulis juga menyadari bahwa laporan tesis ini masih belum sempurna, maka
penulis sangat mengharapakan saran ataupun kritis yang membangun dari pembaca
demi penyempurnaan tesis ini. Akhir kata, penulis berharap agar Laporan ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Oktober 2012

Penulis
Risma Sinaga

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
1.2. Rumusan Permasalahan ......................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ................................. 6
1.6. Asumsi-asumsi ...................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
2.1. Penjadwalan ........................................................................... 7
2.1.1. Tujuan Penjadwalan................................................... 7
2.1.2. Ukuran Performansi Penjadwalan ............................. 13
2.1.3. Beberapa Jenis Metode Penjadwalan......................... 16
2.1.4. Jenis-jenis Penjadwalan Berdasarkan Sistem
Produksi dan Parameter Performansi......................... 17
2.1.5. Kendala-kendala dalam Penjadwalan ........................ 20
2.1.6. Aturan Prioritas .......................................................... 23
2.2. Penjadwalan dengan Metode Heuristic Pour ........................ 25
2.3. Review Hasil Penelitian ........................................................ 27
2.4. Sistem Penjadwalan Mesin Existing ...................................... 29

Universitas Sumatera Utara


2.5. Kerangka Konseptual ............................................................ 30
2.5.1. Definisi Variabel ........................................................ 31
2.5.2. Definisi Operasional .................................................. 32
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..................................... 34
3.1. Sejarah Berdirinya PT. Atmindo ........................................... 34
3.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha............................................... 35
3.3. Lokasi Perusahaan ................................................................. 36
3.4. Visi dan Misi PT. Atmindo ................................................... 37
3.5. Bisnis Core Perusahaan ......................................................... 37
3.6. Tenaga Kerja ....................................................................... 39
3.7. Sistem Pengupahan ................................................................ 40
3.8. Struktur Organisasi dan Manajemen ..................................... 41
3.9. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab................................ 45
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 52
4.1. Rancangan Penelitian ............................................................ 52
4.1.1. Lokasi dan Objek Penelitian ...................................... 52
4.1.2. Bentuk Penelitian ....................................................... 52
4.1.3. Metode Pengumpulan Data........................................ 52
4.1.4. Metode Pengolahan Data ........................................... 54
4.1.5. Analisis ...................................................................... 58
4.2. Pengumpulan Data................................................................. 60
4.2.1. Data Permintaan Produk ............................................ 60
4.2.2. Urutan Proses Produksi ............................................. 61
4.2.3. Data Mesin ................................................................. 64
4.2.4. Data Pengukuran Waktu Tiap Job ............................. 65
4.2.5. Rating Factor dan Allowance .................................... 67
4.2.6. Allowance .................................................................. 67
BAB 5 PENGOLAHAN DATA................................................................ 69
5.1. Pengolahan Data ................................................................... 69
5.1.1. Sistem Penjadwalan Mesin Sekarang ........................ 69
5.1.2. Menghitung Waktu Baku ........................................... 71
5.2. Penjadwalan Mesin dengan Metode Heuristic Pour ............. 73

Universitas Sumatera Utara


5.2.1. Pengurutan Job .......................................................... 73

BAB 6 ANALISIS DAN PERANCANGAN ............................................ 80


6.1. Analisis Data ..................................................................... 80
6.1.1. Analisis Penjadwalan dengan metode First Come
First Serve (FCFS) dengan Heuristic Pour ............... 80
6.1.2. Perbandingan Metode First Come First Serve
dengan Heuristic Pour ............................................... 86
6.2. Perancangan Prosedur Penjadwalan Produksi ....................... 89
BAB 7 KESIMPULAN SARAN ............................................................... 96
7.1. Kesimpulan ............................................................................ 96
7.2. Saran ................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
1.1. Waktu Penyelesaian Produk dengan Biaya Overtime..................... 3
3.1. Daftar Jumlah Tenaga Kerja Staf pada PT. Atmindo ..................... 39
3.2. Rincian Hari Kerja dan Jam Kerja Pada PT. Atmindo ................... 40
4.1. Spesifikasi Setiap Jenis Produk ...................................................... 60
4.2. Permintaan Produk Produk Tiap Section Pada Tahun 2007-2011 .. 60
4.3. Data Mesin ...................................................................................... 65
4.4. Waktu Siklus untuk Produk 20-SH-FG/VG .................................. 65
4.5. Waktu Siklus untuk Produk 30-SH-FG/VG .................................. 66
4.6. Waktu Siklus untuk Produk 40-SH-FG/VG .................................. 66
4.7. Rating Factor Tiap Stasiun Kerja ...................................................... 67
4.8. Allowance Untuk Tiap Operator Tiap Stasiun Kerja ......................... 68
5.1. Waktu Terpilih Tiap Job .................................................................... 72
5.2. Perhitungan Waktu Baku ................................................................... 72
5.3. Waktu Baku setiap Stasiun Kerja ...................................................... 73
5.4. Penempatan Job 1 Pada Urutan Pertama ........................................... 74
5.5. Perhitungan Sum Of Completion Time Berdasarkan Job 1 ................ 74
5.6. Perhitungan Fmax Berdasarkan Job 1................................................ 74
5.7. Penempatan Job 2 Pada Urutan Pertama ........................................... 75
5.8. Perhitungan Sum Of Completion Time Berdasarkan Job 2 ................ 75
5.9. Perhitungan Fmax Berdasarkan Job 2................................................ 75
5.10. Penempatan Job 3 Pada Urutan Pertama ........................................... 76
5.11. Perhitungan Sum Of Completion Time Berdasarkan Job 3 ................ 76
5.12. Perhitungan Fmax Berdasarkan Job 3................................................ 77
5.13. Perhitungan Fmax alternative 1 ......................................................... 77
5.14. Perhitungan Fmax alternative 2 ......................................................... 78
5.15. Hasil Akhir Penjadwalan Mesin dengan Metode Heuristic Pour...... 78

Universitas Sumatera Utara


6.1. Waktu Proses per Unit dengan Pendekatan FCFS ............................. 80
6.2. Hasil Perhitungan Makespan dengan Metode First Come First Serve
(FCFS)................................................................................................ 81
6.3. Hasil Perhitungan Makespan dengan Metode Heuristic Pour........... 82
6.4. Hasil penjadwalan dengan urutan job 1 – job 2 – job 3 ..................... 83
6.5. Hasil penjadwalan dengan urutan job 1 – job 3 – job 2 ..................... 83
6.6. Hasil penjadwalan dengan urutan job 2 – job 1 – job 3 ..................... 84
6.7. Hasil penjadwalan dengan urutan job 2 – job 3 – job 1 ..................... 84
6.8. Hasil penjadwalan dengan urutan job 3 – job 1 – job 2 ..................... 84
6.9. Hasil penjadwalan dengan urutan job 3 – job 2 – job 1 ..................... 85
6.10. Perbandingan Metode FCFS dengan Metode Heuristik pour ............ 87
6.11. Perbandingan Total Biaya Overtime Sebelum dan Sesudah
Penjadwalan Mesin ............................................................................ 89
6.12. Perencanaan Prosedure Penjadwalan ................................................. 94

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


2.1. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................ 30
3.1. Struktur Organisasi PT. Atmindo ............................................... 44
4.1. Flowchart Perhitungan Waktu Standar ...................................... 55
4.2. Blok Diagram Pengolahan Data dengan Algoritma Heuristic
Pour ............................................................................................ 57
4.3. Tahapan-Tahapan Penelitian ...................................................... 59
5.1. Flowchart Persiapan Produksi ................................................... 70
5.2. Gantt Chart Penjadwalan Mesin ................................................ 79
6.1. Flowchart Prosedur Persediaan Bahan Baku ............................. 92
6.2. Flowchart Perencanaan Penjadwalan Mesin.............................. 93

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


1. Rating Factor ............................................................................. 100
2. Allowance ................................................................................... 101
3. Uji Keseragaman dan Kecukupan Data ..................................... 103

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Persaingan dunia industri yang semakin maju menuntut perusahaan untuk


memiliki keunggulan yang kompetitif dengan melakukan peningkatan produktivitas.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan penyusunan jadwal penggunaan mesin yang
tepat dan teratur.
PT. Atmindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan
boiler untuk industri manufaktur. Perusahaan ini beroperasi sesuai dengan order
(make to order) sebagai penggerak proses produksi, sehingga produk harus selesai
sesuai dengan due date yang telah ditentukan.
Sistem penjadwalannya yang berlangsung PT. Atmindo pada saat ini
menggunakan aturan First Come First Serve (FCFS). Hal tersebut mengakibatkan
penggunaan mesin yang kurang optimal karena mesin yang beropesasi hanya
ditujukan untuk menyelesaikan order yang datang terlebih dahulu. Dan juga sistem
pengawasan yang kurang baik mengharuskan perusahaan melakukan overtime.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian ditujukan untuk merancang
penjadwalan produksi khusus pembuatan boiler dengan metode heuristic pour.
Analisis dilakukan dengan melakukan perhitungan Efficiency Index (EI), Relative
Error (RE), dan biaya overtime. Hasil yang diperoleh dari penjadwalan tersebut
dibuat suatu perencaaan jadwal produksi yang optimal

Kata kunci: penjadwalan produksi, heuristic pour, First Come First Serve (FCFS),
overtime

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The competition of the world of more advanced industry requires a company


to have a competitive superiority through the improvement of its productivity. This
can be done by rescheduling the regular and proper use of machines..
PT. Atmindo is a company engaged in manufacturing boiler for
manufacturing industry. This company is operating based on the order to generate
the process of its production that the product they manufactured must be finished in
accordance with the due date determined.
The existing scheduling system applied by PT. Atmindo is based on the
regulation of First Come First Serve (FCFS). This resulted in the less optimal use of
machines because the operating machines are Scheduling system that lasted
PT. Atmindo currently using the rule First Come First Serve (FCFS). This resulted in
the less optimal use of machines because the operating machines are only intended to
finish the order that came earlier. The control/supervision system was also deficient
because the company performed overtime.
Based on the condition above, the purpose of this study was to design the
production schedule especially for the manufacturing of boiler through heuristic pour
method. The analysis was carried out by calculating the Efficiency Index (EI),
relative Error (RE), and cost of overtime. The result gained from the scheduling is
made into an optimal production schedule planning.

Key Word: Production Scheduling, Heuristic Pour, First Come First Serve (FCFS),
Overtime

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persaingan dunia industri yang semakin maju menuntut perusahaan untuk

memiliki keunggulan yang kompetitif, sehingga dapat bertahan atau dapat

memenangkan persaingan tersebut. Keunggulan kompetitif ini bukan hanya dapat

diperoleh dari segi finansial tetapi dapat juga diperoleh dari peningkatan

produktivitas. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan penyusunan jadwal

penggunaan mesin dan peralatan yang tepat dan teratur.

PT. Atmindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan

boiler untuk industri manufaktur yang beralamat di jalan K.L. Yos Sudarso, Medan.

Perusahaan ini beroperasi sesuai dengan order (make to order) sebagai penggerak

proses produksi. Konsumen dari perusahaan ini ada yang berasal dari dalam negeri

dan ada juga yang berasal dari luar negeri yang kebanyakan merupakan negara di

Afrika.

Dalam sistem penjadwalannya, PT. Atmindo pada saat ini menggunakan

aturan First Come First Serve (FCFS). Pada aturan FCFS, tidak mempersoalkan

singkat atau lamanya waktu proses. Order yang tiba lebih dulu akan menjadi prioritas

produksinya. Apabila ada order yang datang bersamaan maka order-order tersebut

akan dikerjakan melalui antrian.

1
Universitas Sumatera Utara
2

Dengan sistem penjadwalan seperti itu, perusahaan masih menemukan

beberapa jadwal yang tidak tepat. Sehingga berakibat besarnya makespan dalam

penyelesaian produk dan work in process dibeberapa stasiun kerja. Makespan yang

ada tidak dapat memenuhi batas waktu pekerjaan selesai (duedate) maka terjadi

keterlambatan penyelesaian produk. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi

maka perusahaan akan kehilangan order dan permintaan yang semakin menurun dan

dapat juga menerima klaim dari komsumen akibat keterlambatan penyelesaian

produk.

Penjadwalan pada PT. Atmindo merupakan penjadwalan yang memiliki

urutan job-job pada setiap mesin adalah sama. Sehingga ketergantungan antara job

satu dengan job berikutnya harus disesuaikan dengan penggunaan mesin yang ada.

Selain itu, penggunaan mesin yang tidak optimal menyebabkan waktu penyelesaian

produk (makespan) yang rendah. Pada kenyataan, terjadi waktu penyelesaian produk

lebih lama dari seharusnya dan pemborosan waktu akibat ketidakefektifan dalam

penjadwalan mesin pada bagian keseluruhan proses produksi. Salah satunya dapat

disebabkan oleh sistem pengawasan terhadap operator yang kurang baik. Sebagai

contoh pengelasan yang menghubungkan plat satu dengan plat yang lain (Joint Round

Shell) membutuhkan waktu 16 jam akan tetapi diselesaikan dalam waktu kurang lebih

20 jam. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perusahaan diharuskan melakukan

overtime (waktu lembur) untuk menyelesaikan produk tepat pada waktunya. Waktu

lembur merupakan waktu tambahan yang digunakan untuk menyelesaikan produk

Universitas Sumatera Utara


3

diluar waktu standart yang telah ditetapkan. Lamanya waktu overtime tidak tentu

setiap produk, yang biasanya sebesar kurang lebih 3 jam perhari selama 2 minggu

sebelum tanggal penyelesaian produk. Jumlah pekerja yang melakukan overtime

adalah 4 orang dengan biaya tiap orang adalah Rp. 25.000 tiap jam. Berikut

merupakan contoh penyelesaian produk dengan biaya overtime yang dapat dilihat

pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Waktu Penyelesaian Produk dengan Biaya Overtime


Waktu Lama Total biaya
Waktu
No. Produk Lembur /overtime Produksi overtime
Normal (Menit)
(menit) (menit) (Rp. )
1 40-SH-SG/VG 31350 3210 34560 6.687.500
2 30-SH-FG/VG 28920 2760 31680 4.600.000
3 20-SH-FG/VG 26490 2310 28800 3.850.000
Sumber:PT. Atmindo

Berdasarkan data pada Tabel 1.1, besarnya biaya lembur (overtime)

memberikan dampak terhadap total biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan,

semakin besar waktu lembur maka semakin besar biaya produksi. Selain itu, hal yang

terpenting yang perlu diperhatikan perusahaan adalah memungkinkan terjadinya

keterlambatan dalam penyelesaian produk yang berakibat pada penurunan tingkat

kepercayaan/kredibilitas konsumen terhadap waktu pemenuhan pesanan yang sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan.

Untuk mengatasi masalah diatas dilakukan analisis perbandingan penjadwalan

produksi dengan menggunakan metode heuristic pour. Metode heuristic pour

merupakan suatu tool penjadwalan heuristic yang bertujuan untuk mendapat

penjadwalan produksi dengan meminimumkan nilai makespan. Pengurangan nilai

Universitas Sumatera Utara


4

makespan dilakukan dengan cara mengganti setiap job dengan job yang lain dengan

urutan sampai dikombinasi urutan yang dapat memenuhi kriteria tujuan yaitu

makespan terkecil. Metode heuristic pour ini memiliki beberapa kelebihan antara lain

adalah tahapan yang digunakan lebih sederhana dan efesien, serta menghasilkan hasil

yang optimal dibandingkan dengan menggunankan metode heuristic lainnya seperti

algoritma genetic, heuristic gupta dan lain-lain.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah penjadwalan mesin yang

kurang optimal mengakibatkan tingginya waktu makespan serta seringnya terjadi

keterlambatan yang berdampak pada waktu pemenuhan produk (due date) yang tidak

sesuai dengan tanggal penyelesaian produk.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah merancang penjadwalan mesin yang

efektif sehingga dapat meminimumkan overtime (waktu lembur) yang dapat

mengakibatkan keterlambatan penyelesaian produk. Adapun sasaran yang akan

dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1. Mengaplikasikan metode algoritma heuristic pour dalam mengurutkan job-

job yang akan diproses disetiap stasiun kerja.

Universitas Sumatera Utara


5

2. Meminimisasi waktu proses pengerjaan seluruh jenis produk (makespan)

sehingga dapat mengatasi keterlambatan.

3. Meminimumkan biaya overtime.

1.4. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara ilmiah

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian

penelitian selanjutnya dan memberikan sumbangan pemikiran khususnya

bagi pengambil keputusan.

b. Bagi peneliti adalah penerapan ilmu pengetahuan (knowledge

applied) dan metode ilmiah dalam mengatasi permasalahan.

c. Bagi perguruan tinggi dapat bermanfaat sebagai pengembangan ilmu

pengetahuan yang relevan dengan kebutuhan dunia industri.

2. Secara praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan

masukan serta sebagai informasi dan rekomendasi untuk selanjutnya

menjadi referensi bagi perusahaan dalam menjadwalkan mesin sehingga

terjadi peningkatan produktivitas.

Universitas Sumatera Utara


6

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Agar pemecahan masalah dapat diarahkan secara benar dan tidak

menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai maka ruang lingkup yaitu penelitian

dilakukan di lantai produksi khusus pembuatan boiler, dengan batasan penelitian

adalah:

1. Penelitian dilakukan pada seluruh work center (WC) pembuatan boiler.

2. Pembahasan penelitian tidak membahas masalah finasial secara mendetail.

1.6. Asumsi-Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyelesaian permasalahan

penjadwalan antara lain:

a. Mesin dan peralatan tidak mengalami perawatan (perbaikan) selama jam

kerja normal.

b. Urutan job pada masing-masing mesin sama.

c. Hanya satu tugas yang dapat dikerjakan pada satu mesin pada satu saat.

d. Metode kerja tidak berubah selama penelitian.

e. Karyawan yang mengoperasikan mesin merupakan orang yang telah

memperoleh sertifikasi dan mengetahui dengan baik bidang kerjanya.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penjadwalan

Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik bagi perencanaan agregat.

Pesanan-pesanan aktual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada

sumberdaya tertentu (fasilitas, pekerja dan peralatan), kemudian dilakukan

pengurutan kerja pada tiap-tiap pusat pemrosesan sehingga dicapai optimalitas

utilisasi kapasitas yang ada. Pada penjadwalan ini, permintaan akan produk-produk

yang tertentu (jenis dan jumlah) dari Master Production Schedulling (MPS) akan

ditugaskan pada pusat-pusat pemrosesan untuk periode harian.

Penjadwalan (scheduling) menurut Conway adalah pengurutan pembuatan

produk secara menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa buah mesin. Sedangkan

menurut Kenneth R. Baker, penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengalokasian

sumber daya untuk memilih sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.

Berdasarkan kedua definisi diatas, maka pengertian penjadwalan secara umum

dapat diartikan sebagai pengalokasian sumber daya terbatas untuk mengerjakan suatu

pekerjaan. Unit dasar dari sebuah proses penjadwalan adalah operasi yang harus

dikerjakan pada mesin. Sedangkan job (pekerjaan) merupakan suatu susunan yang

terdiri dari beberapa operasi. Pengertian job (pekerjaan) sendiri dikembangkan

sehingga mempunyai arti sebagai entiti individual yang diketahui waktu prosesnya,

7
Universitas Sumatera Utara
8

mempunyai due date dan memerlukan waktu set-up sebelum diproses pada mesin.

Input dari suatu penjadwalan mencakup urutan ketergantungan antar operasi

(routing), waktu proses untuk masing-masing operasi serta fasilitas yang dibutuhkan

untuk setiap operasi.

Dalam proses penjadwalan terdapat dua elemen penting yakni urutan

(sequence) job yang memberikan solusi optimal dan pengalokasian sumber daya

(resource). Karakteristik sumber daya meliputi kapasitas kualitatif dan kuantitatif,

yakni jenis apa dan dalam jumlah berapa sumber daya yang dimiliki. Pekerjaan (job

order) yang diterima diuraikan dalam bentuk kebutuhan akan sumber daya, waktu

proses, waktu dimulai dan waktu berakhir proses.

Masalah penjadwalan seringkali muncul jika terdapat n job yang akan

diproses pada m buah mesin, yang harus ditetapkan mana yang harus dikerjakan lebih

dahulu dan bagaimana urutan proses, pengalokasian operasi pada mesin sehingga

diperoleh suatu proses produksi yang terjadwal. Masalah penjadwalan dapat

diselesaikan dengan bantuan model matematis yang akan memberikan solusi optimal.

Model-model penjadwalan akan memberikan rumusan masalah yang sistematik

berikut dengan solusi yang diharapkan. Sebagai alat bantu yang digunakan dalam

menyelesaikan masalah penjadwalan dikenal satu model yang sederhana dan umum

digunakan secara luas yakni peta Gantt (Gantt Chart) yang merupakan grafik

hubungan antara alokasi sumber daya dengan waktu.

Pengertian penjadwalan (Rosnani, 2009) tidak terbatas hanya untuk

penjadwalan mesin saja sebagai faktor utama dalam penentuan penjadwalan tetapi

Universitas Sumatera Utara


9

meliputi unit-unit produksi (resources) yang berkaitan langsung pada proses

produksi, seperti yang dikemukakan berikut ini:

“... each activity requires certain amounts of specified resources for a specified time

called process time. Resources also have elementary parts called machine, cells,

transport, delay and so on.”

Yang artinya, setiap aktivitas yang membutuhkan sejumlah sumber daya

tertentu untuk suatu waktu tertentu disebut waktu proses. Sumber daya juga memiliki

bagian-bagian dasar yang disebut mesin, sel, transportasi, penundaan dan sebagainya.

Hal ini menunjukkan bahwa penjadwalan tidak terbatas pada mesin saja tetapi setiap

elemen kerja yang membutuhkan waktu.

Untuk mencapai tujuan di atas, dilakukan pengurutan pekerjaan pada proses

produksi. Pada kenyataannya, seringkali masalah yang dihadapi bersifat kompleks

sehingga sulit sekali untuk melakukan pendekatan yang optimal.

Secara garis besar, pengurutan pekerjaan pada mesin terdiri atas dua jenis:

1. Pengurutan n pekerjaan terhadap 1 mesin.

2. Pengurutan n pekerjaan terhadap m mesin.

Pengurutan n pekerjaan terhadap m mesin juga terdiri atas dua jenis,

disesuaikan dengan kondisi permasalahan yaitu:

1. m mesin paralel maksudnya masing-masing pekerjaan (job) diproses pada

1 mesin yang disusun secara paralel.

2. m mesin seri, maksudnya masing-masing pekerjaan harus melewati

masing-masing mesin.

Universitas Sumatera Utara


10

Pada kasus ataupun permasalahan yang terjadi di PT. Atmindo adalah

penggunaan mesin paralel yang terdiri dari dua mesin automatic welding yang

digunakan untuk pembuatan/ pengelesan plat logam dalam pembuatan boiler yang

memiliki spesifikasi produk yang berbeda sesuai dengan permintaan konsumen.

Masalah penjadwalan adalah murni pengalokasian sumber daya dengan model

matematis. Model-model penjadwalan akan memberikan solusi yang optimal dan

sistemik. Sebagai alat bantu yang digunakan dalam penjadwalan adalah Gantt Chart.

Gantt chartt adalah grafik hubungan antara pengalokasian sumber daya dengan waktu

yang dibutuhkan. Dari Gantt Chart kemudian ditentukan urutan (sequence) dari job

yang memberikan kriteria penjadwalan terbaik, misalnya waktu pemrosesan

tersingkat, utilitas mesin atau peralatan tertinggi, idle time minimum dan lain-lain.

Model penjadwalan dapat diklasifikasikan berdasarkan lingkungan yang

dihadapi oleh sistem produksi yang bersangkutan. Model penjadwalan dapat

dikelompokkan berdasarkan kondisi-kondisi berikut:

1. Proses dengan mesin tunggal atau dengan mesin jamak.

2. Pola aliran proses yang identik atau sembarang.

3. Pola kedatangan sejumlah pekerjaan.

4. Informasi yang lengkap atas pekerjaan dan mesin atau adanya

ketidakpastian pada salah satu atau kedua elemen diatas.

Pada model pertama, sejumlah mesin dapat dibedakan atas mesin tunggal dan

mesin jamak. Penjadwalan mesin tunggal, merupakan salah satu model pengurutan

pekerjaan dimana pekerjaan yang hendak diurutkan sedang menunggu untuk diproses

Universitas Sumatera Utara


11

pada sebuah mesin tunggal. Sedangkan penjadwalan mesin jamak merupakan

pengurutan serangkaian pekerjaan yang hendak diproses pada beberapa mesin baik

seri, paralel, maupun kombinasinya.

Pada model kedua, pola aliran dapat dibedakan atas flowshop dan jobshop.

Setiap pekerjaan dalam jobshop mempunyai aliran yang berbeda, sedangkan dalam

flowshop hanya dijumpai pola aliran yang identik dari satu mesin ke mesin yang lain.

Pada model ketiga, pola kedatangan pekerjaan dapat dibedakan atas pola

kedatangan statis dan dinamis. Pada pola statis, tugas datang secara bersamaan dan

siap dikerjakan pada mesin-mesin yang tidak bekerja. Disisi lain, pola dinamis

mempunyai sifat kedatangan tugas yang tidak tentu, jadi dijumpai adanya variabel

waktu.

Pola model keempat, perilaku elemen-elemen penjadwalan dapat dibedakan

atas deterministik dan stokastik. Model deterministik dapat dilihat dengan adanya

kepastian atas informasi tentang elemen-elemen yang ada. Sedangkan pada model

stokastik, mengandung unsur ketidakpastian. Dengan demikian, informasi ini hanya

dapat diramal dengan metode stokastik. Elemen-elemen yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

1. Karakteristik tugas dari segi batas waktu penyelesaian dan perbedaan

kepentingan diantara tugas.

2. Karakteristik tugas dari segi banyaknya operasi, susunan mesin, waktu

proses, dan kendalanya.

Universitas Sumatera Utara


12

Karakteristik mesin dari segi jumlah dan kepastian mesin yang dipunyai, dan

kemampuan serta kecocokan tiap mesin dengan tugas yang diberikan.

Untuk memastikan suatu aliran kerja yang lancar akan melalui tahapan

produksi, maka sistem penjadwalan harus membentuk aktivitas-aktivitas output

sebagai berikut:

1. Pembebanan (Loading)

Loading melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order-order

yang diterima dan diperkirakan dengan kapasitas yang tersedia.

Pembebanan dilakukan dengan menugaskan order-order pada fasilitas,

operator dan peralatan tertentu.

2. Pengurutan (Sequencing)

Pengurutan merupakan penugasan tentang order-order mana yang

diprioritaskan untuk diproses dahulu bila suatu fasilitas harus memproses

banyak job.

3. Prioritas Job (Dispatching)

Merupakan prioritas kerja tentang job-job mana yang diseleksi dan

diprioritaskan untuk diproses.

4. Pengendalian Kinerja Penjadwalan

Pengendalian kinerja penjadwalan dilakukan dengan:

a. Meninjau kembali status order-order pada saat melalui sistem tertentu.

b. Mengatur kembali urutan-urutan.

5. Updating Jadwal

Universitas Sumatera Utara


13

Updating jadwal dilakukan sebagai refleksi kondisi operasi yang terjadi

dengan merivisi prioritas-prioritas.

2.1.1. Tujuan Penjadwalan

Bedworth (1987) mendefinisikan beberapa tujuan dari aktivitas penjadwalan

adalah sebagai berikut

1. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya

sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produksivitasnya dapat

meningkat.

2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah

pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada

masih mengerjakan tugas yang lain.

3. Mengurangi beberapa keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai

batas waktu penyelesaian sehingga akan meminimasi penalti cost.

4. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapasitas pabrik

dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang

mahal dapat dihindarkan.

2.1.2. Ukuran Performansi Penjadwalan

Sebelum membahas kriteria-kriteria maupun teknik yang digunakan dalam

penjadwalan terlebih dahulu harus diketahui beberapa pengertian/definisi yang

digunakan (Baker, 1974), antara lain:

Universitas Sumatera Utara


14

1. Waktu proses (ti), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

suatu operasi dari pekerjaan i. Dalam waktu proses ini sudah termasuk

waktu yang dibutuhkan untuk persiapan dan pengaturan (set up).

2. Ready time (ri), yaitu waktu yang menunjukkan saat job siap untuk

dikerjakan.

3. Waiting time (Wi), yaitu waktu yang dilalui suatu pekerjaan sebelum

mulai diproses.

4. Due date (di), yaitu batas waktu dimana operasi terakhir dari suatu

pekerjaan harus sudah selesai.

5. Flow time (Fi), yaitu besarnya waktu yang diperlukan untuk suatu job

pada lantai produksi. Jadi merupakan hasil penjumlahan antara lama

waktu job menunggu sebelu diproses dengan lamanya job diproses.

Fi = ti + Wi .................................... (2.1)

6. Completion time (Ci), yaitu saat selesai pemprosesan suatu job.

Ci = Fi + ri...................................... (2.2)

7. Lateness (Li), yaitu penyimpangan waktu penyelesaian due date.

Li = Ci - di........................................ (2.3)

Bila: Li < 0, maka saat penyelesaian job sebelum due date (early).

Li = 0, maka saat penyelesaian job tepat sesuai due date.

Li > 0, maka saat penyelesaian job setelah due date (tardy).

8. Slack time (SLi), yaitu waktu sisa yang tersedia dari suatu job karena

waktu prosesnya lebih cepat dari due date.

Universitas Sumatera Utara


15

SLi = di - ti................................... (2.4)

Ukuran performansi merupakan tujuan dari penjadwalan mesin yang sesuai

dengan hasil yang diinginkan. Kriteria ukuran performansi yang digunakan untuk

mengevaluasi penjadwalan mesin dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:

1. Kriteria berdasarkan atribut tugas.

a. Minimisasi Completion time, yaitu saat selesai pemprosesan job.

Cmax = max (Ci)................................. (2.5)

b. Minimisasi Mean Flow time, yaitu waktu yang dihabiskan job i di

lantai pabrik.

c. Minimisasi Mean Weight Flow time, memiliki arti yang hampir sama

dengan Mean Flow time, hanya saja mempertimbangkan prioritas

pengerjaan setiap job dalam perhitungannya.

d. Minimisasi Maksimum Lateness, yaitu besarnya simpangan

maksimum atau selisih waktu penyelsaian seluruh job yang

dijadwalkan terhadap batas waktu penyelesaian job-job tersebut (due

date).

Lmax = max (Li).............................. (2.6)

e. Minimisasi Mean Tardiness, yaitu rata-rata keterlambatan seluruh job

yang dijadwalkan.

f. Minimisasi Mean Weight Tardiness, yaitu rata-rata keterlambatan

seluruh job yang dijadwalkan dengan memasukkan faktor prioritas

pengerjaan masing-masing job ke dalam perhitungan fungsi tujuannya.

Universitas Sumatera Utara


16

2. Kriteria berdasarkan atribut shop/pabrik

a. Maksimisasi Utilitas mesin (Un), yaitu rasio dari seluruh waktu

proses yang dibebankan pada mesin dengan rentang waktu untuk

menyelesaikan seluruh tugas pada semua mesin.

b. Minimisasi makespan, yaitu jangka waktu penyelesaian seluruh job

yang dijadwalkan yang merupakan jumlah dari seluruh waktu proses.

c. Pemenuhan due date, yaitu batas waktu penyerahan produk oleh

produsen yang ditetapkan oleh konsumen. Produsen selalu bersedia

memenuhi due date tersebut.

2.1.3. Beberapa Jenis Model Penjadwalan

Model penjadwalan dapat diklasifikasikan berdasarkan lingkungan yang

dihadapi oleh sistem produksi yang bersangkutan. Model penjadwalan dapat

dikelompokkan berdasarkan kondisi-kondisi berikut (Baker, 1974):

1. Pola aliran proses

a. Penjadwalan flowshop, dimana job-job yang akan diproses seluruhnya

mengalir pada arah/jalur produk yang sama.

b. Penjadwalan jobshop, dimana tiap job memiliki aliran/routing yang

berbeda.

Universitas Sumatera Utara


17

2. Mesin yang digunakan dalam proses

a. Penjadwalan mesin tunggal, merupakan salah satu model pengurutan

job dimana job yang hendak diurutkan sedang menunggu untuk

diproses pada sebuah mesin tunggu.

b. Penjadwalan mesin jamak, dimana serangkaian job hendak diproses

pada beberapa mesin baik seri, paralel maupun kombinasinya.

3. Pola kedatangan job

a. Penjadwalan statis, dimana job yang hendak diurutkan datang dan tiba

pada satu mesin pada saat yang bersamaan serta siap dikerjakan pada

mesin yang menganggur.

b. Penjadwalan dinamis, dimana kedatangan job tidak menentu.

4. Karakteristik informasi

a. Deterministik, dimana sifat informasi yang diterima relatif pasti.

b. Stokastik, dimana sifat informasi yang diterima relatif tidak pasti.

2.1.4. Jenis-jenis Penjadwalan Berdasarkan Sistem Produksi dan Parameter


Performansi
2.1.4.1.Penjadwalan Flow shop

Penjadwalan flow shop (Rosnani, 2009) merupakan suatu pergerakan unit-unit

yang terus- menerus melalui suatu rangkaian stasiun-stasiun kerja yang disusun

berdasarkan produk. Susunan suatu proses produksi jenis flow shop dapat diterapkan

dengan tepat untuk produk-produk dengan desain yang stabil dan diproduksi secara

Universitas Sumatera Utara


18

banyak (volume produk), sehingga investasi dengan tujuan khusus (special purpose)

yang dapat secepatnya kembali. Masalah yang kritis pada flow shop adalah sebagai:

1. Pengelompokkan tugas-tugas yang dibutuhkan dalam stasiun kerja

sehingga dicapai kesetimbangan pada tingkat output dan memenuhi

pembatasan urutan.

2. Ketegangan yang diakibatkan susunan aliran lini terhadap pekerja. Pekerja

akan bosan karena terbatasnya variasi kerja pada tiap stasiun dan panjang

rentang pengendalian sepanjang lintasannya.

3. Prioritas order pada flow shop dipengaruhi pada pengirimannya

dibandingkan tanggal pemrosesan. Dengan syarat flow shop digunakan

khusus hanya untuk satu jenis produk.

2.1.4.2. Penjadwalan Batch

Pada proses produksi batch, produk-produk yang berbeda diproduksi pada

fasilitas-fasilitas yang umum. Kuantitas dari batch dan frekuensi produksi akan

mempengaruhi tingkat persediaan dan biaya setup yang lebih panjang, maka

dibutuhkan persediaan lebih banyak tetapi dengan setup yang lebih sedikit.

Produksi batch adalah beberapa jumlah produksi di dalam setiap batchnya

berikut urutannya atau perintah mengenai produk-produk mana saja yang harus

dibuat secara batch. Kuantitas batch yang optimal dihitung dengan model Economic

Periodic Quantity.

Universitas Sumatera Utara


19

Batch Production memproduksi barang dalam batch atau lot yang kecil

dengan berbagai tahap pengerjaan, setiap tahap pengerjaan dilakukan untuk seluruh

batch sebelum menuju tahap pengerjaan berikutnya. Sistem produksi harus cukup

fleksibel dan menggunakan peralatan multiguna agar mampu memenuhi berbagai

persyaratan dan fluktuasi permintaan. Batch production dapat dilihat sebagai suatu

situasi antara jobbing shop production dan mass production, volume produksi cukup

besar, tetapi masih belum cukup untuk memenuhi produksi masal. Sistem ini lebih

ekonomis dibandingkan dengan jobbing shop production karena dapat mengurangi

set-up cost.

Prosedur yang diikuti dalam proses batch adalah memecah-mecah tugas

manufacturing ke dalam serangkaian operasi yang diperlukan dan bersama-sama

menghasilkan produk. Hal ini dilakukan untuk menentukan langkah manufakturing

yang paling efektif agar biaya rendah yang dituntut volume yang berulang dan besar

dapat tercapai dengan baik. Pada tahap ini, peralatan dan perkakas yang diperlukan

ditentukan untuk mengurangi jumlah waktu proses.

2.1.4.3.Penjadwalan Jobshop

Penjadwalan pada proses produksi tipe jobshop lebih sulit dibandingkan

dengan penjadwalan flowshop. Hal ini disebabkan oleh 3 alasan, yaitu:

1. Jobshop menangani variasi produk yang sangat banyak, dengan pola

aliran yang berbeda-beda melalui pusat-pusat kerja.

Universitas Sumatera Utara


20

2. Peralatan pada jobshop digunakan bersama-sama oleh bermacam-macam

order prosesnya, sedangkan peralatan pada flowshop digunakan khusus

untuk satu jenis produk.

3. Pekerjaan yang berbeda mungkin ditentukan oleh prioritas yang berbeda

pula. Hal ini mengakibatkan produk tertentu yang dipilih harus diproses

seketika pada saat order tersebut ditugaskan pada suatu pusat kerja.

Sedangkan pada flowshop tidak terjadi permasalahan seperti tersebut

karena keseragaman output yang diproduksi untuk persediaan. Prioritas

order pada flowshop dipengaruhi terutama pada pengirimannya

dibandingkan tanggal pemrosesan.

Adapun masalah jobshop tersebut adalah:

1. Jobshop loading artinya pemutusan pusat-pusat kerja yang mana suatu

job harus ditugaskan. Menggunakan gantt chart dan metode penugasan.

2. Jobshop sequencing artinya kita harus menentukan bagaimana urutan

proses dari bermacam-macam job yang ditugaskan pada mesin-mesin

tertentu atau pusat kerja tertentu.

2.1.5. Kendala-Kendala dalam Penjadwalan

Dalam pelaksanaannnya, penjadwalan proses produksi di tingkat shop floor

akan mengalami gangguan atau hambatan-hambatan. Dengan adanya hambatan-

hambatan ini dapat mengganggu jalannya proses produksi. Berikut hambatan-

hambatan yang dapat terjadi, antara lain:

Universitas Sumatera Utara


21

1. Mesin Rusak (Kerusakan Mesin)

Pada saat mesin rusak, maka operasi-operasi yang akan menggunakan

mesin tersebut tidak dapat dikerjakan dan harus menunggu sampai mesin

selesai diperbaiki. Hal ini mengakibatkan terhentinya proses produksi dan

penjadwalan produksi yang semula telah dijadwalkan tidak dapat

terpenuhi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian pada jadwal

semula sehingga diperoleh kembali jadwal produksi yang fisibel.

Prinsip yang dapat digunakan untuk mengembangkan algoritma

penjadwalan ulang untuk kasus mesin rusak telah dikembangkan oleh

Santoso, yaitu:

a. Penjadwalan ulang dilakukan dari titik waktu terjadinya gangguan.

b. Operasi-operasi yang telah selesai dikerjakan sebelum titik waktu

terjadinya gangguan, tidak diperhatikan lagi.

c. Setelah mengidentifikasi mesin yang rusak, penjadwalan ulang

dilakukan dengan mengundur waktu operasi sesuai dengan lama waktu

perbaikan mesin.

d. Penjadwalan ulang dilakukan untuk operasi-operasi yang belum

dikerjakan.

e. Operasi yang sedang dikerjakan pada saat terjadi gangguan tidak

mengalami perubahan.

Universitas Sumatera Utara


22

2. Penambahan Order Baru

Pada saat produksi berjalan, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi

penambahan order baru. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan penjadwalan

yang belum memperhitungkan pesanan baru tersebut akan mengalami

gangguan atau kekacauan. Oleh karena itu perlu dilakukan rescheduling

dengan mempertimbangkan order baru.

Prinsip yang telah dikembangkan Santoso berupa algoritma penjadwalan

ulang untuk kasus masuknya order baru yaitu:

a. Penjadwalan ulang dilakukan dari titik waktu terjadinya gangguan.

b. Operasi-operasi yang telah selesai dikerjakan sebelum titik waktu

terjadinya gangguan, tidak diperhatikan lagi.

c. Penjadwlan ulang dilakukan untuk operasi-operasi yang belum tentu

dikerjakan

d. Operasi yang sedang dikerjakan pada saat terjadinya gangguan tidak

mengalami perubahan

3. Perubahan Prioritas

Perubahan prioritas pembuatan suatu produk akan mempengaruhi

penjadwalan yang telah ditentukan. Prinsip yang telah dikembangkan

Santoso untuk algoritma penjadwalan ulang untuk kasus perubahan

prioritas sama dengan prinsip yang digunakan untuk kasus adanya

penambahan order baru.

Universitas Sumatera Utara


23

4. Perubahan due date

Perubahan due date ada dua macam, yaitu due date semakin maju atau

due date yang semakin mundur. Penjadwlan produksi yang semakin

mundur tidak akan mengubah penjadwalan produksi dan tidak akan

mengakibatkan perubahan penjadwalan pada performansi penjadwalan

semula. Tetapi, perubahan due date yang semakin maju akan mengubah

penjadwalan produksi awal agar criteria performansi yang dipilih dapat

tetap dipertahankan dengan adanya perubahan due date tersebut.

2.1.6. Aturan Prioritas

Aturan prioritas memberikan panduan urutan-urutan pekerjaan yang harus

dilaksanakan. Aturan prioritas mencoba untuk mengurangi waktu penyelesaian,

jumlah pekerjaan dalam sistem, dan keterlambatan kerja sementara penggunaan

fasilitas bisa maksimum. Ada beberapa cara penentuan prioritas yang dapat

digunakan sebagai simulasi untuk menetapkan pedoman dispatching prioritas yang

terbaik. Beberapa pedoman atau metode yang dapat digunakan adalah sebagai

berikut:

1. FCFS (First Come First Serve).

Adalah metode yang melakukan urutan penyelesaian waktu proses

produksi berdasarkan urutan kedatangannya, dimana job yang datang

pertama akan dilayani dahulu.

Universitas Sumatera Utara


24

2. EDD (Earliest Due Date).

Adalah metode yang melakukan urutan penyelesaian waktu proses

produksi berdasarkan tanggal dimana barang harus diselesaikan.

Diurutkan berdasarkan due date yang terkecil.

3. SPT (Shortest Processing Time).

Adalah sebuah metode yang mendahulukan penyelesaian proses produksi

berdasarkan waktu proses yang tercepat.

4. LPT (Longest Processing Time).

Adalah sebuah metode yang mendahulukan penyelesaian proses produksi

berdasarkan waktu proses yang paling lama.

5. LS (Least Slack).

Waktu longgar didefinisikan sebagai waktu tersisa sampai tanggal

penyelesaian dikurangi dengan waktu pemprosesan. Pekerjaan dengan

waktu longgar paling kecil atau nol akan diproses terlebih dahulu.

6. PCO (Preferred Customer Order).

Adalah sebuah metode yang memilih pekerjaan berdasarkan pada

prioritas pentingnya langganan bagi perusahaan.

7. RS (Random Selection).

Pekerjaan berikutnya yang akan diproses dipilih secara acak.

8. HEP (Highest Expected Profitability).

Pekerjaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tertinggi akan diproses

terlebih dahulu.

Universitas Sumatera Utara


25

9. CR (Critical Ratio).

Aturan ini akan mengurutkan pekerjaan dengan menghitung waktu sisa

sampai dengan batas waktu pengerjaannya.

2.2. Penjadwalan dengan Metode Heuristic Pour

Hamid david pour (2001) mengembangkan algoritma heuristic baru di dalam

menyelesaikan penjadwalan mesin dengan tujuan meminimalkan makespan (flow

time maksimum) yaitu berdasarkan pendekatan kombinasi. Hal itu dilakukan dengan

cara mengganti setiap job dengan job lainnya dalam urutan sampai ditemukan

kombinasi urutan yang dapat memenuhi kriteria tujuan.

Dalam metode ini diasumsikan bahwa semua job diproses secara terpisah dan

independent untuk setiap mesinnya. Berikut adalah notasi yang digunakan:

1. Pij = waktu proses dari job I pada mesin j.

2. Cij = rentang waktu antara saat job I pada mesin j dimulai (t=0) sampai job

itu selesai.

3. Ci = sum of completion time untuk job ke i pada semua mesin.

4. Fmax = rentang waktu antara saat pekerjaan tersedia atau dapat dimulai

sampai pekerjaan itu selesai (makespan).

Langkah-langkah pengerjaan Algoritma Heuristic Pour:

1. Memilih job satu sebagai urutan pertama sementara dalam urutan

pengerjaan sehingga waktu proses job 1 pada semua mesin dianggap nol.

Universitas Sumatera Utara


26

2. Menempatkan job lain (selain job yang sudah dipilih sebagai urutan

pertama, yaitu job 1) pada urutan berikutnya.

3. Memilih waktu proses terkecil untuk masing-masing mesin.

4. Melakukan penambahan waktu proses (completion time) pada setiap Pij

dengan aturan increasing processing time, yaitu dengan menambahkan

waktu proses secara kumulatif dari yang terkecil menuju yang terbesar

pada setiap Pij.

5. Menghitung sum of completion time (ΣCi) untuk setiap job yang ada.

6. Mengurutkan ΣCi dengan aturan increasing order (yaitu pengurutan yang

dimulai dari yang terkecil hingga yang terbesar untuk diletakkan pada

setiap urutan setelah job yang sudah dipilih pada urutan pertama sementara

(yaitu job 1).

7. Setelah didapatkan urutan sementara dimana job 1 sebagai urutan pertama,

maka hitunglah Fmax-nya dari urutan sementara tersebut.

8. Melakukan ulang langkah 1-7 untuk setiap job yang ada yang akan

ditempatkan sebagai urutan pertama dan urutan pengerjaan job sampai

didapat nilai Fmax paling minimal.

9. Melakukan ulang langkah 1-8 untuk job yang akan menempatkan posisi

berikutnya yaitu posisi kedua, ketiga dan seterusnya setelah terpilih job

untuk posisi pertama dengan nilai Fmax minimum.

Universitas Sumatera Utara


27

2.3. Review Hasil Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian yang berhubungan dengan

penjadwalan mesin maka ada beberapa penelitian sebelumnya yang dapat digunakan

sebagai literature tambahan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini antara lain:

1. Ika Munika (2006) dalam penelitian yang berjudul “Studi Perbandingan

Performance Algoritma Heuristik Pour Terhadap Mixed Integer

Programming Dalam Menyelesaikan Penjadwalan Flowshop”. Dalam

penelitian ini Algoritma Heuristik Pour menunjukkan performance yang

cukup baik dalam menyelesaikan permasalahan penjadwalan flowshop

dengan tujuan meminimalkan makespan jika dibandingkan dengan salah

satu metode optimasi Mixed Integer Programming (MIP). Hal ini terlihat

dari hasil ketiga performance parameter yaitu Efficiency Index yang

mendekati 1, Relative Error yang berkisar 5% dan Elapsed Runtime

yang lebih singkat.

2. Sakine Batun (2006) dalam penelitian yang berjudul “machine scheduling

with preventive maintenances”. Penelitian yang berisikan tentang

penjadwalan mesin yang berhubungan dengan kegiatan perawatan. Operasi

mesin bergantung kepada beberapa hal seperti kegiatan pemeliharaan

mesin secara berkala dan ketersediaan bahan baku. Di antara alasan-alasan

ini, pemeliharaan preventive, yang didefinisikan sebagai kegiatan

pemeliharaan untuk menjaga mesin dalam keadaan operasi. Menggunakan

mekanisme ini, dirancang suatu algoritma cabang dan terikat untuk

Universitas Sumatera Utara


28

menemukan pemecahan masalah yang optimal. Kemudian dilakukan

ekstensif komputasi secara acak pada uji sampel yang dihasilkan

menunjukkan bahwa algoritma yang dibuat dapat memecahkan masalah

berukuran besar. Selain itu juga mempelajari dua-alternatif perawatan

ringan dan pemeliharaan utama. Hasil dari penelitian memberikan sebuah

algoritma yang mengoptimalkan waktu pemeliharaan dalam kondisi urutan

pekerjaan tetap.

3. Jeffrey Setiawan Sutanto, dkk dalam penelitian yang berjudul “Algoritma

Branch and Bound untuk Masalah Penjadwalan pada Mesin Paralel”.

Penelitian ini yang berisikan tentang algoritma Branch and Bound yang

dipresentasikan untuk menyelesaikan masalah minimisasi waktu

penyelesaian maksimum Cmax pada mesin paralel tidak berelasi dengan

batasan kelayakan job preemption (interupsi yang dilakukan pada

pekerjaan yang sedang diproses saat itu, untuk melakukan pekerjaan yang

lain tidak diperbolehkan). Suatu kostumisasi batas bawah (Lower Bound),

strategi pencarian dan pencabangan dikembangkan untuk algoritma Branch

and Bound ini. Faktor kelayakan mesin juga dimasukkan untuk

merepresentasikan persentasi kelayakan pekerjaan pada seluruh mesin.

Masalah yang muncul dengan mesin yang berbeda, pekerjaan yang

berbeda, dan faktor kelayakan dipecahkan di sini. Algoritma Branch and

Bound mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan 8 buah mesin dan 40

buah pekerjaan dalam waktu yang masih masuk akal. Untuk mengevaluasi

Universitas Sumatera Utara


29

performansi dari algoritma ini, sejumlah simpul diperiksa dengan suatu

ukuran performansi. Performansi dari algoritma Branch and Bound

meningkat seiring dengan meningkatnya faktor kelayakan. Hasil dari

penelitian ini berupa algoritma Branch and Bound dikembangkan untuk

meminimisasi waktu pada mesin paralel tidak berelasi dengan kelayakan

mesin. Performansi dari algoritma ini diekspresikan dengan jumlah simpul

rata-rata yang diperiksa. Hal ini diuji dengan berbagai konfigurasi

permasalahan yang berbeda (m, n, dan ρ). Performansi Branch and Bound

meningkat secara signifikan ketika faktor kelayakan berada dibawah 0.5.

Penelitian ke depan dapat difokuskan untuk memperoleh kualitas batas

bawah (LB) yang lebih baik untuk meningkatkan performansi algoritma

Branch and Bound ini secara keseluruhan.

2.4. Sistem Penjadwalan Mesin Existing

Sistem penjadwalan mesin yang ada sekarang pada PT. Atmindo adalah

menggunakan aturan First Come First Serve (FCFS). Pada aturan FCFS, order yang

datang terlebih daluhu menjadi prioritas untuk dikerjakan dan apabila order yang

datang bersamaan maka order-order tersebut dikerjakan melalui antrian. Sehingga

apabila ada order yang dapat dikerjakan dalam waktu yang cepat tidak dapat

diselesaikan lebih dahulu. Untuk itu diperlukan suatu penjadwalan mesin agar semua

job/order dapat diselesaikan tanpa harus menunggu.

Universitas Sumatera Utara


30

2.5. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yang merupakan cara berpikir yang logis dan sistematis

dengan melihat hubungan setiap variabel yang telah diidentifikasi sebelumnya yang

digunakan dalam menganalisis masalah penelitian sehingga pemaparan dari konsep

penelitan lebih mudah dipahami. Kerangka konseptual penelitian yang dapat dilihat

pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan:

1. Masalah dalam penelitian ini yaitu tingginya makespan pengerjaan produk

boiler sehingga dapat menyebabkan ketidaktepatan jadwal pengiriman

produk kepada konsumen/due date terlambat. Besarnya makespan

dipengaruhi oleh beberapa hal:

a. Waktu proses (X1).

Universitas Sumatera Utara


31

b. Kemampuan operator (X2).

c. Kondisi Lingkungan kerja (X3).

d. Overtime (X4).

2. Untuk mengatasi permasalahan keterlambatan waktu penyelesaian produk

dari yang seharusnya maka diperlukan penjadwalan mesin pada bagian

mesin las timbul (automatic welding) sehingga keterlambatan dapat

dihindari (meminimumkan makespan).

2.5. Definisi Variabel

Sesuai dengan kerangka konseptual pada Gambar 2.1. maka variabel

operasional antara lain:

1. Variabel bebas (independent)

Penelitian ini memiliki beberapa variabel bebas antara lain:

a. Kemampuan operator merupakan skill atau kecakapan yang dimiliki

operator dalam mengoprasikan mesin.

b. Waktu proses merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

satu operasi.

c. Kondisi lingkungan kerja merupakan kondisi/ suasana lingkungan yang

terjadi di lantai produksi seperti panas, kebisingan.

d. Overtime merupakan waktu lembur yang dipergunakan untuk

penyelesaian produk.

Universitas Sumatera Utara


32

2. Variabel terikat (dependent)

Penelitian ini memiliki variabel terikat adalah menimimumkan makespan

yang merupakan jangka waktu penyelesaian seluruh job yang dijadwalkan

yang merupakan jumlah dari seluruh waktu proses.

2.5.2. Definisi Operasional

Waktu penyelesaian produk (due date) merupakan salah satu tolak ukur

kinerja suatu perusahaan yang bersifat make to order, sehingga untuk mengatasi

permasalahan penyelesaian produk maka dilakukan penjadwalan mesin. Penjadwalan

mesin memperhatikan beberapa kriteria yaitu meminimalkan shop time (flowtime dan

makespan), memaksimalkan utilization (minimasi idle time), meminimasi work in

process (minimasi flow time dan earliness) dan menimasi customer waiting time

(number of tardy jobs, mean lateness, maximum latenes).

Berdasarkan beberapa kriteria tersebut maka definisi operasional yang dipilih

adalah meminimumkan makespan dan flowtime. Parameter performansi yang dapat

digunakan yaitu:

1. Efficiency Index (EI), yaitu perbandingan antara metode usulan dengan

metode yang digunakan perusahaan. Apabila EI = 1, maka kedua metode

memiliki performance yang sama, bila EI < 1, maka metode usulan yang

diberikan memiliki performance yang kurang baik dibanding dengan

metode yang digunakan perusahaan, demikian juga sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara


33

2. Relative Error (RE) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan

makespan yang dihasilkan oleh kedua metode.

3. Meminimumkan work in process (WIP), sehingga waktu penyelesaian

semakin cepat.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Sejarah Berdirinya PT. Atmindo

Pendirian PT. Atmindo dimulai sekitar tahun 1920, dengan nama Medan

Schine Machine oleh perusahaan Belanda. Perusahaan ini awalnya merupakan

perbengkelan khusus untuk pembuatan dan perbaikan peralatan dan mesin-mesin

perkebunan di Sumatera Utara.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, perbengkelan ini milik PT. Socfindo,

yaitu sebuah perusahaan Belgia yang bergerak di bidang perkebunan dan memberi

nama Socamee (societe ateliers mechanique) kepada bengkel tersebut. Kegiatan

bengkel ini meluas hingga pemasangan dan perbaikan lokomotif-lokomotif diesel

untuk perkebunan dan alat-alat industri mekanis, pembuatan dan pembangunan

kerangka besi, hangar pengalangan kapal tunda dan pabrik kelapa sawait lengkap.

Perbengkelan ini mendapat nama baik karena hasil pekerjaan yang mutu dan

kualitasnya baik, sehingga berkembang menjadi unit perbengkelan terbesar di

Sumatera.

Pada tahun 1971 berdasarkan surat persetujuan pemerintah No.

B11/PRES/1/71 tertanggal 28 januari 1971, bengkel ini beralih menjadi perusahaan

yang berdiri sendiri degan nama PT. Atmindo (Ateliers Mechaniqu Indonesia) dan

tidak lagi menjadi bagian dari PT. SOCFINDO.

Universitas Sumatera Utara


35

PT. Atmindo merupakan perusahaan patungan dengan struktur permodalan

dibiayai oleh pemerintah sebesar 37%, Plantation North Sumatera S.A. sebesar 37%,

deutsches investition-UND sebesar 13%.

Pendirian PT. Atmindo diresmikan pada tanggal 24 Maret 1972 berdasarkan

surat keputusan menteri perindustrian No. 102/M/SK/III/1971, tentang perizinan

pembuatan alat-alat pertanian, peralatan pengolahan hasil perkebunan dan boiler di

Sumatera Utara.

Pada tahun 1974 ditandatangani perjanjian lisensi antara PT.Atmindo dengan

deutsches Babcock Werke A.G. Germany yang selanjutnya program utama Indonesia

yang memproduksi dua jenis boiler yaitu boiler jenis pipa air (water tube boiler) tipe

SPFO (Solid Fuel Oil) dengan bahan bakar minyak atau gas. Sekarang perusahaan

hanya memproduksi boiler tipe SFMW, karena banyaknya permintaan perusahaan

untuk boiler tipe SFMW.

3.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Produk utama yang dihasilkan PT. Atmindo adalah boiler dan sterilizer.

Selain itu perusahaan juga menerima perbaikan dan pemasangan boiler yang bukan

dihasilkan oleh perusahaan, antara lain:

1. Alat perlengkapan untuk pabrik pengolahan kelapa sawit.

2. Alat perlengkapan untuk pabrik pengolahan karet.

3. Tangki pengangkutan minyak sawit.

4. Bejana-bejana bertekanan (Pressure Vessel).

Universitas Sumatera Utara


36

Sistem produksi yang dijalankan oleh perusahaan adalah menghasilkan

barang berdasarkan pesanan (make to order), sehingga barang yang dihasilkan tidak

tetap jenisnya. Meskipun produk yang dihasilkan banyak jenisnya pada saat ini

perusahaan lebih memfokuskan pekerjaannya pada pembuatan boiler dan pembuatan

pintu perebusan (Sterilizer door) untuk pabrik kelapa sawit.

3.3. Lokasi Perusahaan

PT. Atmindo berlokasi di Jalan Komodor Laut Sudarso No. 100 Medan.

Seluruh kegiatan administrasi maupun pabrikasi terpusat pada lokasi ini. Kegiatannya

mulai dari penerimaan (order) dari konsumen, pembuatan, pengiriman produk,

hingga pemesanan bahan baku serta kegiatan administrasi lainnya.

Beberapa produk yang dihasilkan oleh PT. Atmindo berukuran sangat besar

sehingga perusahaan mengirimkan karyawannya ke lokasi untuk pemasangan produk

di lapangan dan bertanggung jawab penuh hingga produk tersebut dapat beroperasi

dengan baik.

Letak geografis perusahaan ini dibatasi oleh:

a. Sebelah Timur: Rel Kereta Api

b. Sebelah Barat: Jalan Komodor Laut Yos Sudarso

c. Sebelah Utara: PT.SOCFINDO

d. Sebelah Selatan: Komplek Perumahan PT. SOCFINDO

Universitas Sumatera Utara


37

3.4. Visi dan Misi PT Atmindo

Visi PT Atmindo adalah to be the market and technology leader in boilers

and preassure vessles manufacturing in Indonesi. Sedangkan misi PT Atmindo yaitu:

a. Mengirimkan produk kepada komsumen lebih cepat, lebih mudah dan

lebih baik.

b. Memperbaiki kemampuan personal dalam cara yang berlanjut terus

menerus.

c. Membangun kerja sama/kemitraan yang kokoh dengan supplier/

pemasok.

3.5. Bisnis Core Perusahaan

Hasil produksi dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan pasar baik dalam

maupun luar negeri. Banyak perusahaan besar di dalam negeri yang menggunakan

boiler dan sterilizer door produk PT. Atmindo seperti PT. ABC Central Food, PT.

DANONE Biscuit Indonesia (untuk daerah Jakarta), PT. SOCFINDO, PT.

Arribhawana Utama. Perusahaan di luar negeri yang menggunakan produk PT.

Atmindo adalah Greenways Industries yang berpusat di Bangladesh dan CHD

Company yang berpusat di Malaysia.

Proses pembuatan produk PT. Atmindo memang dapat dikatakan proses

yang tidak merusak lingkungan, karena:

Universitas Sumatera Utara


38

1. Material yang digunakan pada pembuatan produk tidak mengandung zat

kimia yang membahayakan kesehatan, selain itu juga material mempunyai

standart yang telah ditentukan.

2. Pada proses pengujian mutu dari pada pengelasan dengan menggunakan

X-Ray dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli dan dikerjakan dengan

sangat hati-hati.

3. Limbah yang dihasilkan seperti sisa material yang berbentuk potongan-

potongan besi dapat dijual ke pabrik peleburan besi, selain itu yang

berbentuk lempengan (lembaran) masih bisa digunakan sebagai bahan

baku pembuat aksesoris dari boiler bila ukurannya masih mencukupi,

sedangkan limbah yang berbentuk serbuk-serbuk besi dikumpulkan dan

dibuang ketempat pembuangan sampah.

4. Suara bising yang ditimbulkan oleh mesin bubut, kempa hidrolik,

pembengkokan plat/pipa dan lain-lain tidak terlalu bising dan

penggunaanya tidak secara terus menerus sehingga menimbulkan penyakit

berupa gangguan pendengaran bagi lingkungan sekitarnya.

5. Para pekerja yang bekerja di lantai produksi wajib menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) sehingga kecelakaan kerja yang terjadi sangatlah

sedikit.

Universitas Sumatera Utara


39

3.6. Tenaga Kerja

Berdasarkan peranannya dalam kegiatan produksi tenaga kerja dibedakan

atas:

1. Tenaga kerja langsung yaitu pekerja yang terlibat langsung dalam proses

pembuatan boiler mulai dari awal dan sampai menjadi sebuah produk

yang ada di pabrik.

2. Tenaga kerja tidak langsung yaitu adalah tenaga kerja yang tidak terlibat

langsung dalam proses produksi.

Tenaga kerja yang ada di PT. Atmindo pada bagian workshop terdiri dari

113 orang tenaga kerja kontrak dan 34 orang tenaga kerja tetap.

Sedangkan jumlah tenaga kerja staff yang ada pada PT. Atmindo ini dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Tenaga Kerja Staf pada PT. Atmindo
No Departemen Jumlah
1 Quality Control 3
2 Finance and Acounting 5
3 Engineering 116
4 Manufacturing 113
5 Procurement 8
6 Human Resource 3
7 Marketing and Sales 7
Total 255
Sumber : PT. Atmindo Medan

Jam kerja yang berlaku di PT. Atmindo adalah 8 jam dalam sehari atau 40

jam dalam seminggu. Rincian hari dan jam kerja dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 3.2. Rincian Hari Kerja dan Jam Kerja Pada PT. Atmindo
No Hari Waktu Keterangan
1 Senin – Kamis 08.00 - 12.00 Bekerja
12.00 - 13.00 Istrirahat
13.00 - 17.00 Bekerja
2 Jumat 08.00 - 12.00 Bekerja
12.00 - 14.00 Istrirahat
14.00 - 17.30 Bekerja
3 Sabtu – Minggu - Libur
Sumber : PT. Atmindo Medan

3.7. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan pada PT.Atmindo dilakukan berdasarkan golongan atau

jabatan masing-masing karyawan. Adapun sistem pengupahan dalam yang digunakan

dalam PT. Atmindo adalah sebagai berikut:

1. Untuk golongan A (Manager) = Gaji Pokok + Uang makan + Fasilitas

Kendaraan.

2. Untuk Golongan B (Supervisor) = Gaji pokok + Uang Makan + Bonus.

3. Untuk Golongan C (karyawan) = Gaji pokok + Uang Makan + Intensif.

4. Untuk Setiap Karyawan tetap maka akan diberikan tunjangan hari raya

yang besarnya tergantung pada jabatan dan lama bekerja pada

perusahaan.

Untuk karyawan yang berprestasi maka akan diberikan berupa bonus dari

perusahaan. Selain itu karyawan perusahaan juga didaftarkan sebagai peserta

Jamsostek. Sedangkan untuk karyawan tidak tetap hanya mendapatkan gaji saja tanpa

adanya tunjangan.

Universitas Sumatera Utara


41

3.8. Struktur Organisasi dan Manajemen

Organisasi adalah merupakan sekelompok orang yang bekerjasama untuk

mencapai suatu tujuan. Dengan adanya organisasi, setiap tugas dan kegiatan dapat di

distribusikan dan dikerjakan oleh setiap anggota kelompok secara efisien sehingga

tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Organisasi juga dapat diartikan

sebagai salah satu alat manajemen. Sedangkan manajemen adalah suatu proses yang

melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dari sumber

daya yang ada untuk mendapatkan suatu tujuan yang diinginkan. Sumber daya

haruslah dapat dikelola dengan baik dalam sistem organisasi yang tepat agar tercipta

kerjasama yang baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Hubungan kerja sama dalam organisasi dapat digambarkan dalam suatu

struktur organisasi. Struktur organisasi pada intinya menggambarkan batasan-batasan,

wewenang, dan tanggung jawab. Dan memperlihatkan susunan fungsifungsi,

departemen-departemen dalam organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan

kerja baik secara horizontal maupun vertikal. Sehingga masing-masing personal

organisasi dapat mengetahui dari mana ia mendapat tugas dan kepada siapa harus

bertanggung jawab.

Organisasi perusahaan telah disusun sedemikian rupa dan mempunyai

struktur organisasi dalam bentuk organisasi garis atau lini, fungsional dan staf.

Adapun jenis-jenis dari struktur organisasi sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


42

1. Lurus

Organisasi berbentuk lurus adalah membagi dan mengelompokkan

pekerjaan-pekerjaan yang secara langsung dan penuh, wewenang dan

tanggung jawab dilakukan langsung oleh pemimpin. Bentuk lurus adalah

tipe organisasi yang paling banyak dipakai, terutama pada perusahaan yang

relatif kecil.

2. Fungsional

Organisasi berbentuk fungsional adalah organisasi yang disusun

berdasarkan sifat dan macam fungsi yana harus dilaksanakan. Struktur

organisasi fungsional sesuai untuk suatu organisasi yang mempunyai

masalah utama menuntut adanya keahlian fungsional, efisiensi dan mutu

pekerjaan yang baik. Pada umumnya digunakan dalam perusahaan-

perusahaan dimana pembidangan tugas secara tegas dapat digariskan.

3. Staf

Dimana struktur ini memiliki seorang atau sekelompok ahli yang tugasnya

hanya memberi saran atau nasehat kepada atasannya.

4. Campuran Fungsional, Staf dan Lini

Organisasi staf dan lini adalah suatu sistem yang dapat mengatasi

keburukan-keburukan sistem garis maupun fungsional dengan dibentuk staf

yang terdiri dari tenaga ahli dan masih mempertahankan kebaikan kesatuan

pemimpin dari pada sistem garis. Struktur organiasasi lini mempunyai

Universitas Sumatera Utara


43

keahlian yang berbeda-beda dan tidak saling mempengaruhi antara satu

bagian dengan bagian yang lain.

Struktur organisasi yang digunakan pada perusahaan PT. Atmindo adalah

struktur organisasi fungsional dan lini. Adapun gambar dari struktur organisasi dari

PT. Atmindo dapat dilihat pada Gambar 3.1. Hubungan lini dapat dijumpai pada:

1. General manajer dengan Manajer QAQC, Manager Financial and

accounting, Manager Engineering, Manager Manufacturing, Manajer

Procurement, Manager Human Resouces, Manajer Marketing and Sales.

2. Manajer Human Resouces dengan kepala bagian Human Resouces, staf

Human Resouces dan security.

3. Manajer Financial and accounting dengan kepala bagian Financial and

accounting dan staf Financial and accounting.

4. Manager Enginerring dengan kepala bagian Enginerring dan staf

Enginerring.

5. Manajer QAQC dengan kepala bagian QAQC dan staf QAQC.

6. Manager Manufacturing, dengan kepala MA, koordinator workshop,

koordinator site, mandor, commissioning dan section erection.

7. Manajer Marketing and Sales dengan kepala bagian Marketing and Sales

dan staf Marketing and Sales.

8. Manajer Procurement dengan kepala bagian Procurement dan staf

Procurement.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. Atmindo

Universitas Sumatera Utara


45

Hubungan fungsional dapat dilihat pada kelompok Manajer QAQC,

Manager Financial and accounting, Manager Engineering, Manager Manufacturing,

Manajer Procurement, Manager Human Resouces dan Manajer Marketing and Sales.

Adapun alasan struktur organisasi yang digunakan bentuk campuran fungsional dan

lini pada PT. Atmindo adalah karena:

a. Pembidangan tugas yang sesuai dengan lingkungan yang stabil dan

mempertinggi efisiensi kerja.

b. Memberi kesempatan bagi karyawan spesialisasi yang dapat memperingan

tugas karena hanya bertugas disesuaikan dengan keahliannya.

c. Hanya memerlukan koordinasi minimal karena masing-masing sudah

mempunyai pengertian yang mendalam mengenai bidangnya.

3.9. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Pada perusahaan PT. Atmindo memiliki pembagian tugas dan tanggung

jawab dari masing-masing bagian yaitu sebagai berikut:

1. Pimpinan.

a. Memimpin dan menjalankan perusahaan bersama-sama dengan anggota

organisasi sesuai dengan arah dan tujuan yang telah ditetapkan.

b. Menetapkan apa yang harus dilakukan oleh setiap bagian serta cara-cara

pelaksanaannya.

c. Mengangkat dan memberhentikan karyawan dan menetapkan besarnya gaji

masing-masing karyawan.

Universitas Sumatera Utara


46

2. Manager Human Resouces.

a. Memberikan bimbingan dan arahan kepada karyawan.

b. Mengkoordinir dan memberikan pengesahan atas nota dan surat yang

berhubungan dengan masalah kepegawaian.

c. Mengatur sistem kerja.

d. Mengawasi pelaksanaan kerja dari karyawan.

3. Kepala Bagian Human Resouces.

a. Mengatur jam kerja para karyawan.

b. Menyusun dan merencanakan penempatan karyawan.

c. Membuat laporan mingguan.

4. Staf Human Resouces.

a. Menghitung jumlah jam kerja para karyawan.

b. Menghitung gaji dan bonus insentif para karyawan.

c. Membuat laporan harian.

5. Manajer Financial and accounting.

a. Bertanggung jawab atas administrasi keuangan perusahaan.

b. Menyusun dan merencanakan anggaran perusahaan.

c. Membuat laporan keuangan.

6. Kepala Bagian Financial and accounting.

a. Bertanggung jawab pembukuan perusahaan.

b. Menyusun dan mencairkan panjar dinas luar.

c. Membuat laporan keuangan mingguan.

Universitas Sumatera Utara


47

7. Staf Financial and accounting.

a. Menyusun laporan keuangan kepada atasan secara berkala.

b. Menyusun pendapatan dan belanja perusahaan.

c. Memberikan laporan keuangan kepada pihak pemerintah untuk penetapan

besarnya pajak perusahaan.

8. Manager Manufacturing.

a. Melakukan pengawasan tehadap pelaksanaan kerja pada bagian produksi.

b. Membuat loporan hasil produksi.

c. Bertanggung jawab atas pelaksanan produksi.

9. Kepala MA.

a. Melakukan pengawasan tehadap pelaksanaan kerja pada lantai produksi.

b. Membuat loporan kemajuan hasil produksi.

c. Bertanggung jawab atas waktu penyelesaian produksi.

10. Koordinator Workshop.

a. Mengawasi dan mengontrol perencanaan produksi.

b. Membantu manager produksi dalam melakukan perencanaan produksi.

c. Mengatur penempatan operator produksi dalam pekerjaannya.

11. Koordinator Site.

a. Memastikan kelancaran peralatan kerja.

b. Mengawasi jalannya pekerjaan yang berjalan dilapangan.

c. Membuat laporan harian kemajuan pekerjaan kekantor pusat.

d. Memastikan jadwal pekerjaan dapat dicapai.

Universitas Sumatera Utara


48

12. Commisioning.

a. Menyediakan keperluan untuk staf dan karyawan dilapangan.

b. Mengawasi bongkar muat produk.

c. Menguji coba produk dapat berjalan sebagaimana mestinya.

d. Membuat laporan hal yang terjadi kepada general manager.

13. Mandor.

a. Memberi arahan kerja kepada karyawan.

b. Mengawasi pekerjaan karyawan.

c. Memberikan masukan kepada kepala MA.

d. Membuat laporan mingguan.

14. Manager Marketing and Sales.

a. Menentukan target pasar dengan melakukan survey pasar.

b. Merancang strategi pemasaran.

c. Menjalankan dasar kebijakan yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran.

15. Kepala Marketing and Sales.

a. Bertanggung jawab atas hasil penjualan.

b. Membut laporan work order yang telah dan akan dikerjakan di workshop.

16. Staff Marketing and Sales.

a. Menyusun laporan kepada atasan secara berkala.

b. Melakukan penagihan kepada pelanggan.

17. Manajer engineering.

a. Mendisain gambar ketel uap yang akan diproduksi.

Universitas Sumatera Utara


49

b. Merencanakan pekerjaan.

18. Kepala Marketing and Sales.

a. Menghitung perencanaan hasil disain.

b. Merencanakan peralatan dan bahan baku produk.

19. Staff Marketing and Sales.

a. Menggambar disain produk.

b. Memberikan hasil gambar ke koordinator work shop.

20 Manajer Procuretmen.

a. Membuat laporan penerimaan dan pengiriman barang dari gudang.

b. Mengatur penyimpanan bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.

c. Membuat laporan persediaan bahan-bahan dalam gudang.

d. Merencanakan dan mengajukan pembelian secara periodik kepada manager

keuangan.

e. Mengatur dan melaksanakan kegiatan pembelian bahan-bahan yang digunakan

dalam produksi, peralatan, mesin yang dibutuhkan.

21. Kepala Procuretmen.

a. Menerima draf permintaan kebutuhan fasilitas kerja dari departermen lain.

b. Membuat laporan draf permintaan.

c. Membuat laporan mingguan.

22. Staff Procuretmen.

a. melakukan penawaran dan pembelian bahan dan keperluaan kantor.

b. Membuat laporan pembelian.

Universitas Sumatera Utara


50

c. Membuat laporan harian.

23. Manajer Quality Control.

a. Membuat laporan bahan dan barang yang diterima.

b. Membuat laporan barang yang siap pabrikasi.

24. Kepala Bagian Quality Control.

a. Membuat laporan kepada manajer Quality control.

b. Memeriksa hasil temuan permasalah yang ada pada produk.

25. Staf Quality Ansurance.

a. Bertugas membuat berita acara dan laporan hasil pengawasan.

b. Mendokumentasikan data-data kesalahan pada produk.

26. Staff Quality Control.

a. Memeriksa bahan baku yang masuk, yang akan diproduksi dan akan dikirim.

b. Memberikan laporan hasil pemeriksaan kepada kepala bagian Quality control.

27. Security.

a. Bertanggung jawab terhadap keamanan barang-barang pada perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas tamu-tamu yang memiliki keperluan pada perusahaan.

c. Mengatasi gangguan-gangguan keamanan yang timbul pada perusahaan.

Pembagian waktu kerja di PT. Atmindo terdiri dari dua bagian yaitu waktu

kerja staf kantor dan waktu kerja karyawan produksi. Adapun pembagian waktu kerja

tersebut adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


51

1. Untuk staf kantor bekerja dari hari senin sampai jumat mulai pukul 08.00-

17.00 WIB.

2. Untuk Pegawai bagian produksi mulai 08.00-17.00 dan pada hari sabtu

minggu dihitung lembur.

3. Untuk bagian keamanan terdiri atas tiga shift yaitu pukul 07.00 – 15.00

WIB, pukul 15.00 – 22.00 WIB, dan pukul 22.00- 07.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian


4.1.1. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada PT. Atmindo, perusahaan yang bergerak dalam

bidang pembuatan boiler untuk industri manufaktur yang beralamat di jalan Jln. K.L.

Yos Sudarso, Medan. Objek penelitian adalah seluruh mesin produksi boiler.

4.1.2. Bentuk Penelitian

Penelitian yang dilakukan pada PT. Atmindo adalah penelitian yang bersifat

deskriptif. Hal tersebut dikarenakan penelitian ini berusaha untuk memperoleh

permasalahan yang relevan dari fenomena yang terjadi pada perusahaan, kemudian

memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan data yang telah tersedia juga

dengan studi literatur ataupun studi pustaka.

4.1.3. Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang digunakan dalam pemecahan masalah penjadwalan ini

adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pengamatan di

lapangan dengan menggunakan tool untuk mengukur data-data secara

52

Universitas Sumatera Utara


53

langsung. Adapun data yang digunakan adalah data waktu pengerjaan

produk pada setiap mesin. Instrumen yang digunakan adalah stopwatch

untuk mengukur waktu proses.

Pengukuran waktu siklus pengerjaan produk pada setiap stasiun kerja

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pengamatan Pendahuluan

Pengamatan pendahuluan dilakukan untuk mengetahui bagaimana

kondisi kerja dan lingkungan kerja serta operator sehingga dapat

ditetapkan tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan.

b. Pengukuran Waktu Proses Pembuatan Produk pada Setiap Stasiun Kerja

Pengukuran waktu proses dilakukan dengan metode stopwatch time

study. Instrumen yang digunakan dalam pengukuran adalah Stopwatch.

c. Faktor Penyesuaian (Rating Factor)

Faktor penyesuaian rating factor yang digunakan adalah rating factor

westinghouse. Faktor yang diamati adalah keterampilan, usaha, kondisi

kerja dan konsistensi. Dalam melakukan pengukuran, yang diamati

adalah operator yang sedang bekerja pada setiap stasiun kerja.

d. Faktor Kelonggaran (Allowance)

Allowance atau kelonggaran yang diberikan adalah kelonggaran untuk

kebutuhan pribadi dan kelelahan. Pengamatan dilakukan secara

langsung di lapangan terrhadap operator yang sedang bekerja.

Universitas Sumatera Utara


54

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan tanpa

melakukan pengukuran atau pengamatan secara langsung. Data sekunder

diperoleh dengan wawancara ataupun dari arsip-arsip perusahaan. Adapun

data sekunder yang diperlukan adalah data uraian proses produksi, jumlah

produk yang dipesan, spesifikasi dari produk yang dipesan.

4.1.4. Metode Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data berupa waktu proses setiap stasiun kerja

maka dilakukan uji keseragaman dan kecukupan terhadap data yang telah

dikumpulkan. Dalam hal ini, data pengukuran waktu (waktu siklus) setiap work

center. Kemudian dilakukan perhitungan waktu normal dengan mempertimbangkan

rating factor dan waktu standar dengan mempertimbangkan faktor allowance dari

masing-masing pekerja.

Flowchart perhitungan waktu standar dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Universitas Sumatera Utara


55

Gambar 4.1. Flowchart Perhitungan Waktu Standar

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data dengan

menggunakan Algoritma Heuristic Pour adalah sebagai berikut:

1. Memilih job satu sebagai urutan pertama sementara dalam urutan

pengerjaan sehingga waktu proses job 1 pada semua mesin dianggap nol.

Universitas Sumatera Utara


56

2. Menempatkan job lain (selain job yang sudah dipilih sebagai urutan

pertama, yaitu job 1) pada urutan berikutnya.

3. Memilih waktu proses terkecil untuk masing-masing mesin.

4. Melakukan penambahan waktu proses (completion time) pada setiap Pij

dengan aturan increasing processing time, yaitu dengan menambahkan

waktu proses secara kumulatif dari yang terkecil menuju yang terbesar

pada setiap Pij.

5. Menghitung sum of completion time (ΣCi) untuk setiap job yang ada.

6. Mengurutkan ΣCi dengan aturan increasing order (yaitu pengurutan yang

dimulai dari yang terkecil hingga yang terbesar untuk diletakkan pada

setiap urutan setelah job yang sudah dipilih pada urutan pertama sementara

(yaitu job 1).

7. Setelah didapatkan urutan sementara dimana job 1 sebagai urutan pertama,

maka hitunglah Fmax-nya dari urutan sementara tersebut.

8. Melakukan ulang langkah 1-7 untuk setiap job yang ada yang akan

ditempatkan sebagai urutan pertama dan urutan pengerjaan job sampai

didapat nilai Fmax paling minimal.

9. Melakukan ulang langkah 1-8 untuk job yang akan menempatkan posisi

berikutnya yaitu posisi kedua, ketiga dan seterusnya setelah terpilih job

untuk posisi pertama dengan nilai Fmax minimum.

Blok diagram pengolahan data dengan menggunakan algoritma heuristic pour

dapat dilihat Gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara


57

Gambar 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data dengan Algoritma Heuristic Pour

Universitas Sumatera Utara


58

4.1.5. Analisis

Dalam penelitian ini ada beberapa performance parameter yang digunakan

untuk menganalisis model penjadwalan yang digunakan yaitu:

1. Efficiency Index (EI)

Efficiency Index (EI) adalah perbandingan antara model algoritma heuristic

pour dengan model penjadwalan yang digunakan perusahaan saat ini

adalah FCFS, dirumuskan sebagai:

Makespan (heuristikp our )


EI =
Makespan (FCFS )
………………………..(4.1)

Apabila EI = 1, maka kedua metode memiliki performance yang sama, bila

EI < 1, maka metode usulan yang diberikan memiliki performance yang

kurang baik dibanding dengan metode yang digunakan perusahaan,

demikian juga sebaliknya.

2. Relative Error (RE)

Relative Error (RE) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan

makespan yang dihasilkan oleh kedua metode.

Makespan (heuristik pour ) − Makespan (FCFS )


RE = x 100%.....(4.2)
Makespan (heuristik pour )

Setelah analisis diatas dilakukan, maka dapat dilakukan analisis terhadap

hasil yang diperoleh. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan urutan

penjadwalan awal yang dilaksanakan perusahaan, maka dapat dilakukan

Universitas Sumatera Utara


59

perbandingan manakah urutan penjadwalan yang baik. Hasil ini harus dapat

digunakan untuk memecahkan permasalahan yang telah dikemukakan pada

perumusan masalah.

Untuk lebih jelas mengenai tahapan-tahapan penelitian dapat dilihat pada

Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Tahapan-Tahapan Penelitian

Universitas Sumatera Utara


60

4.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan

pengamatan langsung atau pengukuran langsung pada lantai produksi dengan bantuan

alat dan panduan dari pembimbing lapangan. Selain pengukuran langsung, data juga

dapat diperoleh dari dokumen perusahaan seperti waktu produksi (untuk pengerjaan

yang lebih lama dari satu hari) dan spesifikasi produk.

4.2.1. Data Permintaan Produk

Data order yang dikumpulkan pada penelitian ini diambil untuk data

penyelesaian order pada tahun 2007-2011 untuk produk 20-SH-FG/VG, 30-SH-

FG/VG, 40-SH-SG/VG (SH menyatakan jenis boiler, FG/VG menyatakan jenis pipa

yang digunakan).

Spesifikasi produk untuk tiap jenis produk dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Spesifikasi Setiap Jenis Produk


Diameter (mm) Ketebalan (mm) Tinggi Kapasitas
Job Jenis Produk
Upper Lower Upper Lower (mm) (Ton)
1 20-SH-FG/VG 1200 800 26 18 4600 20
2 30-SH-FG/VG 1500 800 36 22 6800 30
3 40-SH-SG/VG 1500 800 40 24 7500 40
Sumber : PT. Atmindo

Data permintaan produk dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Permintaan Produk Produk Tiap Section Pada Tahun 2007-2011
Jumlah Order
Job Jenis Produk
2007 2008 2009 2010 2011
1 20-SH-FG/VG 5 6 5 6 5
2 30-SH-FG/VG 5 5 3 3 4
3 40-SH-SG/VG 3 3 2 3 3
Total 13 14 10 12 12
Sumber : PT. Atmindo

Universitas Sumatera Utara


61

4.2.2. Urutan Proses Produksi

Urutan Proses Produksi pembuatan produk boiler di PT. Atmindo dimulai dari

stasiun kerja pengukuran hingga stasiun kerja pengujian dan Finishing. Dari hasil

pengamatan terdapat delapan stasiun kerja (WC) dalam proses produksi pembuatan

boiler yaitu:

1. Stasiun Kerja Pengukuran (WC I)

Pada Tahap ini, dimaksudkan untuk mempersiapkan baja yang akan

digunakan untuk pembuatan boiler. Sebelum pemotongan plat baja (shell

plates) diukur terlebih dahulu dan ditandai sesuai gambar teknik yang

tersedia. Proses pengukuran dilakukan dengan menggunakan kapur dan

penggores baja dan kemudian ditandai dengan penitik.

2. Stasiun Kerja Pemotongan (WC II)

Plat baja yang telah ditandai, kemudian dipotong sesuai dengan ukuran

yang telah disesuaikan. Pemotongan dilakukan dengan las potong yang

menggunakan campuran gas elpiji dan oksigen atau dengan mesin las

potong otomatis.

3. Stasiun Kerja Pengerolan (WC III)

Selanjutnya plat baja dirol dengan mesin rol menggunakan hoisting crane.

Proses pengerolan dilakukan dengan tiga tahapan pengerolan agar

diperoleh ketetapan dan kebulatan sesuai dengan ukuran. Plat baja

dilengkungkan dengan mesin rolling sehingga plat benar-benar bulat, tidak

boleh melenceng dari batas maksimum yang diizinkan. Deviasi letak plat

Universitas Sumatera Utara


62

tidak boleh melebihi 0,5 mm untuk las memanjang dan 1,5 mm untuk las

melingkar.

4. Stasiun Kerja Pengelasan/Welding (WC IV)

Tahap pertama pengelasan adalah las akar (root weld) yang bertujuan agar

pada saat las otomatis dilakukan logam pengisian tidak sampai jatuh

melewati plat. Panjang las akar ini sebesar 1-1,5 inchi, jarak antara las akar

kurang lebih 300 mm dengan gap sebesar 2-3 mm. Kemudian dilakukan

pengelasan SMAW (shield Metal Arc Welding) pertama pada posisi

memanjang dengan menggunakan electrode jenis AWS E 7016 diameter 3.2

mm. Sebelum digunakan electrode ini harus dipanaskan lebih dahulu dalam

oven dengan temperatur 600 - 800 C. Pemanasan ini berguna untuk

mengurangi kelembaban pada elektroda. Kelembaban elektroda akan

berakibat buruk pada hasil pengelesan dimana akan terjadi oksidasi yang

berlebih sehingga akan menyebabkan porosity pada hasil pengelasan.

Setelah hasil pengelasan dinyatakan dengan baik, berarti pengelasan bebas

dari porosity maka pengelesan otomatis dapat dilakukan dengan

menggunakan elektroda jenis AWS E 7016-L61 diameter 4.0 mm dengan

flux 860 lincoln. Pengelesan memanjang sejajar dengan round shell ini

disebut sebagai Long term Weld (LW) dan biasanya diberi nomor LW-

1,LW-2,LW-3 pada setiap round shell.

Universitas Sumatera Utara


63

5. Stasiun Kerja Pemeriksaan hasil las (WC V)

Porosity sulit dilihat dengan mata, sehingga pemeriksaan dilakukan dengan

bantuan dye check yaitu dengan menyemprotkan penetran SKL-HF/S yang

berwarna merah kepermukaan las akar yang telah digerinda dan didiamkan

selama 10 menit. Selanjutnya dilap dengan kain yang diberi thinner. Proses

selanjutnya developer SKD-NF/ZF29 yang berwarna putih. Bagian yang

terjadi porosity akan terlihat bintik-bintik merah pada permukaan

pengelasan.

6. Stasiun kerja Pengeboran (WC )

Setelah mengalami penggabungan round shell maka dilakukan pengeboran

sebesar diameter ring yang kemudian akan dipasang ring man hole yang

dilakukan secara manual dibantu dengan hoisting crane.

7. Stasiun Kerja Penggerindaan (WC VII)

Pengelesan otomatis selesai dilakukan mulai dari layer pertama sampai

terakhir maka sampailah pengelasan pada bagian luar, selanjutnya

melakukan penggerindaan bagian dalam round shell dengan terlebih dahulu

melepas support agar tidak mengganggu penggerindaan.

8. Stasiun Kerja Pengujian dan Finishing (WC VIII)

Selesai pengelasan bagian luar dan dalam round shell, plat contoh dibuka

dan diberi keterangan mengenai nama pabrik, tahun pembuatan, tekanan

kerja maksimum yang diizinkan, nomor pabrik dan tahun pengelesan.

Universitas Sumatera Utara


64

Pengujian dilakukan dengan 2 tahapan yaitu pengujian hydro test dan X-

Ray test. Pengujian hydro test adalah pengujian yang dilakukan terhadap

upper drum maupun lower drum dengan cara mengisi upper dan lower

drum dengan air sampai penuh dan kemudian dilakukan pemompaan

hingga mencapai tekanan 34,5 bar lalu didiamkan (holding time) selama

satu jam sekaligus mengecek drum apakah terjadi kebocoran, selanjutnya

jika tidak terjadi kebocoran maka drum tersebut dikosongkan dan siap

untuk dilakukan X-Ray test.

Pengujian dengan X-Ray dilakukan dengan tujuan untuk mencari apakah

ada porosity pada setiap pengelasan yang dilakukan meskipun pengujian

pengelesan dengan menggunakan penetran dan developer tidak

mununjukan adanya porosity, tetapi pengujian ini masih sangat kurang

akurat sehingga diperlukan pengujian dengan X-Ray test. Pengujian ini

dilakukan pada setiap kali pengelasan yaitu dengan menembakkan sinar γ

pada permukaan hasil pengelesan. Pengujian 25 % dilakukan untuk

setiap circum dan pengujian 100% untuk seriap longseam.

3.2.3. Data Mesin

Data yang diambil merupakan data jumlah mesin yang terdapat pada masing-

masing stasiun kerja setiap mesin tersebut. Data mesin dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Universitas Sumatera Utara


65

Tabel 4.3. Data Mesin


Jumlah Mesin
No Stasiun Kerja Nama Mesin
(unit)
1 Pemotongan Cutting Plat 4
2 Pengerolan Mesin Rol 2
3 Pengelasan Mesin las 4
Pengelesan Otomatic Automatic
4 2
(las timbul) Welding
Sumber : PT. Atmindo

4.2.4. Data Pengukuran Waktu Tiap Job

Waktu proses setiap job untuk setiap stasiun kerja didapat dari pengukuran

waktu dengan menggunakan metode jam henti (stopwatch) dan data sekunder yang

berasal dari perusahaan untuk data-data lebih dari satu hari pengerjaan (8 jam

kerja/hari). Data hasil Pengukuran waktu tiap job tiap stasiun kerja untuk produk 20-

SH-FG/VG dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Waktu Siklus untuk Produk 20-SH-FG/VG


Waktu Siklus (Menit)
No
WC I WC II WC III WC IV WC V WC VI WC VII WC VIII
1 1452 1437 3165 4910 480 4697 909 2621
2 1476 1497 3558 4750 480 4980 910 2554
3 1485 1368 3048 4610 480 4509 900 2695
4 1416 1467 3102 4740 480 4866 870 2593
5 1464 1389 3081 4610 480 4943 888 2671
6 1371 1359 3084 4930 480 4619 978 2481
7 1425 1419 3525 4600 480 4903 810 2631
8 1446 1401 3399 4720 480 4610 979 2517
9 1446 1440 3135 4910 480 4927 801 2544
10 1464 450 1140 4920 480 4930 841 2552
Sumber : Pengamatan Langsung dan dokumentasi PT. Atmindo

Data hasil Pengukuran waktu tiap job tiap stasiun kerja untuk produk 30-SH-

FG/VG dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Universitas Sumatera Utara


66

Tabel 4.5. Waktu Siklus untuk Produk 30-SH-FG/VG


Waktu Siklus (Menit)
No
WC I WC II WC III WC IV WC V WC VI WC VII WC VIII
1 1536 1740 3699 6045 983 5013 1026 2650
2 1617 1686 3690 6375 903 4954 1010 2512
3 1530 1671 3612 6225 997 5176 911 2553
4 1650 1614 3654 6065 966 5090 919 2589
5 1734 1620 3813 6280 993 5072 990 2698
6 1779 1641 3726 6455 922 4955 915 2514
7 1707 1521 3810 6050 920 4983 1077 2642
8 1572 1782 3600 6280 808 4808 1012 2655
9 1608 1722 3675 6080 840 4913 1058 2644
10 1530 1632 3756 6460 927 4972 1007 2625
Sumber : Pengamatan Langsung dan dokumentasi PT. Atmindo

Data hasil Pengukuran waktu tiap job tiap stasiun kerja untuk produk 40-SH-

FG/VG dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Waktu Siklus untuk Produk 40-SH-FG/VG


Waktu Siklus (Menit)
No
WC I WC II WC III WC IV WC V WC VI WC VII WC VIII
1 1734 1785 4464 7320 853 5025 994 2714
2 1728 1707 4341 7269 907 5058 920 2694
3 1743 1650 4662 6537 879 4819 1031 2747
4 1734 1737 4329 6512 946 4831 1054 2793
5 1755 1671 4278 7006 896 5131 998 2624
6 1794 1776 4653 6683 831 5128 1025 2687
7 1674 1665 4320 7013 934 5155 1068 2709
8 1674 1731 4236 7257 893 5030 908 2674
9 1650 1680 4671 7305 846 4943 945 2645
10 1797 1752 4620 7190 816 4928 935 2705
Sumber : Pengamatan Langsung dan dokumentasi PT. Atmindo

Universitas Sumatera Utara


67

3.2.5. Rating Factor dan Allowance

Rating Factor (Faktor Penyesuaian) pada penelitian ini ditentukan

berdasarkan metode Westinghouse yang terdiri dari empat factor yaitu keterampilan,

kondisi kerja, usaha dan konsistensi. Sebagai contoh, rating factor untuk stasiun kerja

I (pengukuran) adalah 0,14 yang didapat dari perhitungan berikut:

Keterampilan : Good (C) 0,02

Usaha : Good (C) 0,02

Kondisi kerja : Good(C) 0,02

Konsistensi : Good (C) 0,01 +

Total 0,07

Besarnya rating factor untuk operator untuk stasiun kerja II sampai stasiun

kerja VIII dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan lebih lengkap pada Lampiran-1.

Tabel 4.7. Rating Factor Tiap Stasiun Kerja


Stasiun Kerja Rating Factor
II 0,06
III 0,04
IV 0,14
V 0,05
VI 0,07
VII 0,08
VIII 0,08
Sumber : PT. Atmindo

3.2.8. Allowance

Kelonggaran (Allowance) diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan

pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tidak terhindarkan.

Universitas Sumatera Utara


68

Sebagai contoh, Allowance untuk stasiun kerja I (pengukuran) adalah 18% yang

didapat dari perhitungan berikut:

Faktor Allowance
Kebutuhan Pribadi : Pria 2%
Tenaga yang dikeluarkan : Dapat diabaikan 3%
Sikap kerja : Berdiri diatas dua kaki 2%
Gerakan kerja : Normal 0%
Kelelahan mata : Pandangan yang terputus-putus 0%
Keadaan temperatur : Normal 3%
Keadaan atmosfer : Cukup 0%
Keadaan lingkungan : Sangat bising 3%
Hambatan yang tak terhindarkan 5%
Jumlah : 18%

Besarnya allowance yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan lebih

lengkap dapat dilihat pada Lampiran-2.

Tabel 4.8. Allowance Untuk Tiap Operator Tiap Stasiun Kerja


Stasiun Kerja Allowance (%)
II 17
III 15
IV 28
V 8
VI 13
VII 25
VIII 16
Sumber : PT. Admindo

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengolahan Data


5.1.1. Sistem Penjadwalan Mesin Sekarang

Sebelum melakukan peninjauan terhadap sistem penjadwalan yang berlangsung

pada PT. Atmindo maka dilakukan peninjauan terhadap masalah yang dapat timbul pada

perusahaan seperti kesediaan bahan baku. Peninjauan terhadap bahan baku yang

digunakan dengan mempertimbangkan lead time (LT) dari bahan baku sehingga kendala

dari kesedian bahan baku dapat dihindari.

Bahan baku utama yang digunakan plat baja karbon jenis 17MN4 DIN 155

dengan ketebalan 16 - 22 mm dan pipa baja yang diekspor langsung dari Jerman,

sehingga kesediaan bahan baku merupakan hal yang harus dipersiapkan secara tepat

sebelum kegiatan produksi berlangsung. Bahan baku plat dan pipa baja memiliki lead

time sekitar 1 bulan dan pemesanan sebanyak 8 unit plat baja dan 1500 pipa baja.

Secara garis besar persiapan produksi dari pemesanan produk oleh konsumen

hingga produksi siap untuk diproses yang saat ini berlangsung di PT. Atmindo adalah

sebagai berikut:

1. Permintaan produk sesuai dengan spesifikasi produk yang sesuai dengan

keinginan konsumen kebagian administrasi.

2. Bagian admistrasi melaporkan permintaan ke bagian manager produksi.

69
Universitas Sumatera Utara
70

3. Manager produksi meminta konfirmasi kesediaan bahan baku ke bagian

inventory control, dan bagian inventory control menge-check kegudang

bahan baku.

4. Bagian inventory control mengkonfirmasi kembali mengenai kesediaan

bahan baku kepada manager produksi.

5. Manager produksi menyampaikan kembali kebagian administasi tentang

kesiapan perusahaan untuk mengerjakan pesanan.

Untuk lebih jelas flowchart persiapan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Flowchart Persiapan Bahan Baku

Universitas Sumatera Utara


71

Sesuai dengan penjelasan persiapan bahan baku pada flowchart Gambar 5.1

masih terdapat beberapa kekurangan pada tahapan persiapan salah satunya adalah

kesiapan bahan baku yang belum dijadwalkan dengan baik dan juga prosedur yang

belum berjalan dengan baik.

Setelah persiapan bahan baku telah dilakukan maka produk siap untuk

dikerjaakan. Sistem penjadwalan mesin yang ada sekarang pada PT. Atmindo adalah

menggunakan aturan First Come First Serve (FCFS). Pada aturan FCFS, order yang

datang terlebih daluhu menjadi prioritas untuk dikerjakan dan apabila order yang datang

bersamaan maka order-order tersebut dikerjakan melalui antrian. Sehingga apabila ada

order yang dapat dikerjakan dalam waktu yang cepat tidak dapat diselesaikan lebih

dahulu. Untuk itu diperlukan suatu penjadwalan mesin agar semua job/order dapat

diselesaikan tanpa harus menunggu.

5.1.2. Menghitung Waktu Baku


5.1.2.1.Menghitung Waktu Proses

Sebelum dilakukan penghitungan terhadap waktu terpilih untuk setiap stasiun

kerja, maka terlebih dahulu dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data yang dapat

dilihat pada Lampiran-3. Sesuai dengan perhitungan keseragaman dan kecukupan maka

semua data yang akan digunakan sudah seragam dan cukup. Selanjutnya dilakukan

perhitungan terhadap waktu proses terpilih.

Waktu proses terpilih dapat dicari dari rata-rata data setiap proses setelah

melewati uji keseragaman dan kecukupan data. Waktu terpilih untuk tiap job dapat

Universitas Sumatera Utara


72

dilihat pada Tabel 5.1. Waktu terpilih inilah yang merupakan waktu siklus setiap Stasiun

Kerja.

Tabel 5.1. Waktu Terpilih Tiap Job


Stasiun Waktu Terpilih Setiap Job (Menit)
Kerja 20-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG 40-SH-FG/VG
I 1444,50 1626,30 1728,30
II 1422,70 1662,90 1715,40
III 3223,70 3703,50 4457,40
IV 4770,00 6231,20 7009,20
V 480,00 925,90 880,10
VI 4798,40 4993,60 5004,80
VII 888,60 992,50 987,80
VIII 2585,90 2608,20 2699,20

5.1.2.2. Perhitungan Waktu Baku

Waktu Baku setiap elemen kerja diperoleh dari waktu rata-rata dari data waktu

proses setelah dikalikan rating factor dan allowance. Hasil perhitungan waktu baku

dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Perhitungan Waktu Baku


Jenis Waktu Rata-rata Rating Waktu Normal Allowance Waktu Baku
WC
Produk (Menit) Factor (Menit) (%) (Menit)
I 1444,50 1,07 1545,62 0,18 1884,90
II 1422,70 1,06 1508,06 0,17 1816,94
III 3223,70 1,04 3352,65 0,15 3944,29
20-SH- IV 4770,00 1,14 5437,80 0,28 7552,50
FG/VG V 480,00 1,05 504,00 0,08 547,83
VI 4798,40 1,07 5134,29 0,13 5901,48
VII 888,60 1,08 959,69 0,25 1279,58
VIII 2585,90 1,08 2792,77 0,16 3324,73
I 1626,30 1,07 1740,14 0,18 2122,12
30-SH- II 1662,90 1,06 1762,67 0,17 2123,70
FG/VG III 3703,50 1,04 3851,64 0,15 4531,34
IV 6231,20 1,08 6729,70 0,28 9346,80
V 925,90 1,05 972,20 0,08 1056,73
VI 4993,60 1,14 5692,70 0,13 6543,34

Universitas Sumatera Utara


73

Tabel 5.2. (Lanjutan)


Jenis Waktu Rata-rata Rating Waktu Normal Allowance Waktu Baku
WC
Produk (Menit) Factor (Menit) (%) (Menit)
VII 992,50 1,08 1071,90 0,25 1429,20
VIII 2608,20 1,08 2816,86 0,16 3353,40
I 1728,30 1,07 1849,28 0,18 2255,22
II 1715,40 1,06 1818,32 0,17 2190,75
III 4457,40 1,04 4635,70 0,15 5453,76
40-SH- IV 7009,20 1,14 7990,49 0,28 11097,90
FG/VG V 880,10 1,05 924,11 0,08 1004,46
VI 5004,80 1,07 5355,14 0,13 6155,33
VII 987,80 1,08 1066,82 0,25 1422,43
VIII 2699,20 1,08 2915,14 0,16 3470,40

5.2. Penjadwalan Mesin dengan Metode Heuristik Pour

Penjadwalan mesin dilakukan dengan pengurutan antara pekerjaan dalam proses

pembuatan produk 20-SH-FG/VG, 30-SH-FG/VG, 40-SH-FG/VG. Adapun jumlah

penyelesaian dari masing-masing stasiun kerja untuk tiap tipe dapat dilihat pada

Tabel 5.3.

Tabel 5.3.Waktu Baku setiap Stasiun Kerja


Produk Tj1 Tj2 Tj3 Tj4 Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
20-SH-
FG/VG
1884,90 1816,94 3944,29 7552,50 547,83 5901,48 1279,58 3324,73
30-SH-
FG/VG
2122,12 2123,70 4531,34 9346,80 1056,73 6543,34 1429,20 3353,40
40-SH-
FG/VG
2255,22 2190,75 5453,76 11097,90 1004,46 6155,33 1422,43 3470,40

5.2.1.Pengurutan Job

Pengurutan job dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:

1. Menentukan urutan pertama.

a. Job 1 ditempatkan sebagai urutan pertama sehingga waktu proses job 1 pada

semua mesin dianggap 0. Tempatkan job selain job 1 sebagai urutan pertama

pada urutan berikutnya, seperti pada Tabel 5.4.

Universitas Sumatera Utara


74

Tabel 5.4. Penempatan Job 1 Pada Urutan Pertama


M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8
J1 - - - - - - - -
J2 2122,12 2123,70 4531,34 9346,80 1056,73 6543,34 1429,20 3353,40
J3 2255,22 2190,75 5453,76 11097,90 1004,46 6155,33 1422,43 3470,40

b. Memilih waktu proses terkecil untuk masing-masing mesin yaitu:

M1=2122; M2=2123; M3=4531; M4=9346; M5=1056; M6=6543; M7=1429; M8=3353

c. Lakukan penambahan waktu proses (completion time/makespan) pada setiap

Pij dengan aturan increasing processing time.

d. Hitunglah sum of completion time (ΣCi) untuk setiap job yang ada yang

dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Perhitungan Sum Of Completion Time Berdasarkan Job 1


Tj1 Tj2 Tj3 Tj4 Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
J1 - - - - - - - -
J2 2122,12 2123,7 4531,34 9346,8 1056,73 6543,34 1429,2 3353,4
J3 4377,34 4314,45 9985,1 20444,7 2061,19 12698,67 2851,63 6823,8

e. Mengurutkan ΣCi dengan aturan increasing order dimana job 1 sebagai

posisi pertama dan diperoleh urutan sebagai berikut: J1-J2-J3.

f. Hitung nilai Fmax, dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Perhitungan Fmax Berdasarkan Job 1


Tj1 Tj2 Tj3 Tj4
J1 0/1884,9 1884,9/3701,84 3701,84/7646,13 7646,13/15198,63
J2 1884,9/4007,02 4007,02/6130,72 7646,13/12177,47 15198,63/24545,43
J3 4007,02/6262,24 6262,24/8452,99 12177,47/17631,23 24545,43/35643,33
Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
J1 15198,63/15746,46 15746,46/21647,94 21647,94/22927,52 22927,52/26252,25
J2 24545,43/25602,16 25602,16/32145,5 32145,5/33574,7 33574,7/36928,1
J3 35643,33/36647,79 36647,79/42803,12 42803,12/44225,55 44225,55/47695,95
Dari Tabel 5.6, diperoleh nilai Fmax = 47695,95 menit

Universitas Sumatera Utara


75

2. Job 2 (J2) sebagai urutan pertama.

a. Job 2 ditempatkan sebagai urutan pertama sehingga waktu proses job 2 pada
semua mesin dianggap 0. Tempatkan job selain job 2 sebagai urutan pertama
pada urutan berikutnya, seperti pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Penempatan Job 2 Pada Urutan Pertama
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8
J1 1884,9 1816,94 3944,29 7552,5 547,83 5901,48 1279,58 3324,73
J2 - - - - - - - -
J3 2255,22 2190,75 5453,76 11097,9 1004,46 6155,33 1422,43 3470,4

b. Memilih waktu proses terkecil untuk masing-masing mesin yaitu:

M1=1884; M2=1816; M3=3944; M4=7552; M6=547; M6=5901; M7=1279; M8=3324

c. Lakukan penambahan waktu proses (completion time/makespan) pada setiap

Pij dengan aturan increasing processing time.

d. Hitunglah sum of completion time (ΣCi) untuk setiap job yang ada yang

dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Perhitungan Sum Of Completion Time Berdasarkan Job 2


Tj1 Tj2 Tj3 Tj4 Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
J1 1884,9 1816,94 3944,29 7552,5 547,83 5901,48 1279,58 3324,73
J2 - - - - - - - -
J3 4140,12 4007,69 9398,05 18650,4 1552,29 12056,81 2702,01 6795,13

e. Mengurutkan ΣCi dengan aturan increasing order dimana job 1 sebagai


posisi pertama dan diperoleh urutan sebagai berikut: J2-J1-J3.
f. Hitung nilai Fmax, dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Perhitungan Fmax Berdasarkan Job 2


Tj1 Tj2 Tj3 Tj4
J1 2122,12/4007,02 4245,82/6062,76 8777,16/12721,45 18123,96/25676,46
J2 0/2122,12 2122,12/4245,82 4245,82/8777,16 8777,16/18123,96
J3 4007,02/5891,92 6062,76/8253,51 12721,45/18175,21 25676,46/36774,36

Universitas Sumatera Utara


76

Tabel 5.9. (Lanjutan)


Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
J1 25676,46/26224,29 26224,29/32125,77 32125,77/33405,35 33405,35/36730,08
J2 18123,96/19180,69 19180,69/25724,03 25724,03/27153,23 27153,23/30506,63
J3 36774,36/37778,82 37778,82/43934,15 43934,15/45356,58 45356,58/49096,98

Dari Tabel 4.9, diperoleh nilai Fmax = 49096,98 menit

3. Job 3 (J3) sebagai urutan pertama.

a. Job 3 ditempatkan sebagai urutan pertama sehingga waktu proses job 3 pada

semua mesin dianggap 0. Tempatkan job selain job 3 sebagai urutan pertama

pada urutan berikutnya, seperti pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Penempatan Job 3 Pada Urutan Pertama


M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8
J1 1884,9 1816,94 3944,29 7552,5 547,83 5901,48 1279,58 3324,73
J2 2122,12 2123,7 4531,34 9346,8 1056,73 6543,34 1429,2 3353,4
J3 - - - - - - - -

b. Memilih waktu proses terkecil untuk masing-masing mesin yaitu:

M1=1884; M2=1816; M3=3944; M4=7552; M5=547; M6=5901; M7=1279; M8=3324

c. Lakukan penambahan waktu proses (completion time/makespan) pada setiap

Pij dengan aturan increasing processing time.

d. Hitunglah sum of completion time (ΣCi) untuk setiap job yang ada yang

dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11. Perhitungan Sum Of Completion Time Berdasarkan Job 3


Tj1 Tj2 Tj3 Tj4 Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
J1 1884.9 1816.94 3944.29 7552.5 547.83 5901.48 1279.58 3324.73
J2 4007.02 3940.64 8475.63 16899.3 1604.56 12444.82 2708.78 6678.13
J3 - - - - - - - -

Universitas Sumatera Utara


77

e. Mengurutkan ΣCi dengan aturan increasing order dimana job 1 sebagai posisi

pertama dan diperoleh urutan sebagai berikut: J3-J2-J1.

f. Hitung nilai Fmax, dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12. Perhitungan Fmax Berdasarkan Job 3


Tj1 Tj2 Tj3 Tj4
J1 2255.22/4140.12 4445.97/6262.91 9899.73/13844.02 20997.63/28550.13
J2 4140.12/6262.24 6262.91/8386.61 13844.02/18375.36 28550.13/37896.93
J3 0/2255.22 2255.22/4445.97 4445.97/9899.73 9899.73/20997.63
Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
J1 28550.13/29097.96 29097.96/34999.44 34999.44/36279.02 36279.02/39603.75
J2 37896.93/38953.66 38953.66/45497,00 45497,00/46926.20 46926.20/50279.60
J3 20997.63/22002.09 22002.09/28157.42 28157.42/29579.85 29579.85/33050.25
Dari Tabel 5.12, diperoleh nilai Fmax = 50279,60 menit

Berdasarkan perhitungan langkah I, diperoleh urutan pertama adalah Job 1 (J1)

dengan nilai makespan terkecil yaitu = 47695,95 menit

g. Menentukan Urutan Kedua dan Ketiga.

Pada langkah ini, cukup dilakukan perhitungan Fmax dengan membandingkan

job 2 (J2) dan job 3 (J3).

a. Alternatif pertama yaitu job 2 pada urutan kedua dan job 3 sebagai urutan

ketiga yang dapat dilihat pada Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Perhitungan Fmax Alternative 1


Tj1 Tj2 Tj3 Tj4
J2 0/2122,12 2122,12/4245,82 4245,82/8777,16 8777,16/18123,96
J3 2122,12/4377,34 4377,34/6568,09 8777,16/14230,92 18123,96/29221,86
Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
J2 18123,96/19180,69 19180,69/25724,03 25724,03/27153,23 27153,23/30506,63
J3 29211,86/30216,32 30216,32/36371,65 36371,65/37794,08 37794,08/41264,48

Dari Tabel 5.13 diperoleh nilai Fmax = 41264,48 menit

Universitas Sumatera Utara


78

b. Alternatif kedua yaitu job 3 pada urutan kedua dan job 2 sebagai urutan ketiga

yang dapat dilihat pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14. Perhitungan Fmax Alternative 2


Tj1 Tj2 Tj3 Tj4
J3 0/2255,22 2255,22/4445,97 4445,97/9899,73 9899,73/20997,63
J2 2255,22/4377,34 4445,97/6569,67 9899,73/14431,07 20997,63/30344,43
Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
J3 20997,63/22002,09 22002,09/28157,42 28157,42/29579,85 29579,85/33050,25
J2 30344,43/31401,16 31401,16/37944,50 37944,5/39373,70 39373,70/42727,10

Dari Tabel 5.14 diperoleh nilai Fmax = 42727,10 menit.

Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh job 2 sebagai urutan ke-2 dengan

nilai Fmax sebesar 41264,48 menit, sedangkan job 3 pada urutan terakhir (urutan 3).

Maka urutan pengerjaan yang optimum dengan menggunakan metode Heuristic Pour

adalah J1-J2-J3 dengan waktu total sebesar 47695,95 menit. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada Tabel 5.15 dan gantt chart pada Gambar 5.2.

Tabel 5.15. Hasil Akhir Penjadwalan Mesin dengan Metode Heuristik Pour
Tj1 Tj2 Tj3 Tj4
J1 0/1884,9 1884,9/3701,84 3701,84/7646,13 7646,13/15198,63
J2 1884,9/4007,02 4007,02/6130,72 7646,13/12177,47 15198,63/24545,43
J3 4007,02/6262,24 6262,24/8452,99 12177,47/17631,23 24545,43/35643,33
Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
J1 15198,63/15746,46 15746,46/21647,94 21647,94/22927,52 22927,52/26252,25
J2 24545,43/25602,16 25602,16/32145,5 32145,5/33574,7 33574,7/36928,1
J3 35643,33/36647,79 36647,79/42803,12 42803,12/44225,55 44225,55/47695,95

Universitas Sumatera Utara


79

Gambar 5.2. Gantt Chart Penjadwalan Mesin

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

ANALISIS PERANCANGAN

6.1. Analisis Data


6.1.1. Analisis Penjadwalan dengan metode First Come first Serve (FCFS)
dengan Heuristik pour

Sebelum melakukan peninjauan terhadap penjadwalan mesin aktual, maka

perlu dilakukan peninjauan terhadap bahan baku yang digunakan salah satu elemen

yang sangat penting tersedia sebelum proses produksi dilakukan. Bahan baku yang

digunakan dalam proses produksi merupakan bahan yang langsung diimpor dari

Jerman sehingga perencanaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting

diperhatikan.

Metode penjadwalan yang digunakan diperusahaan saat ini adalah First Come

First Serve (FCFS). Pada aturan FCFS, order yang datang terlebih daluhu menjadi

prioritas untuk dikerjakan dan apabila terjadi order yang datang banyak maka order

yang lain harus mengantri untuk dikerjakan, tanpa melihat waktu total yang

dikeluarkan untuk mengerjakan produk yang datang terlebih dahulu. Berikut

merupakan contoh tahun 2011, terjadi order-an pada awal, yang diawali oleh order

jenis produk 40-SH-SG/VG kemudian 20-SH-FG/VG dan 30-SH-FG/VG dapat

dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Waktu Proses per Unit dengan Pendekatan FCFS


Work Center Waktu Siklus (Menit)
40-SH-SG/VG 20-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG
WC I 2255,22 1884,90 2122,12

80
Universitas Sumatera Utara
81

Tabel 6.1. (Lanjutan)


Work Center Waktu Siklus (Menit)
40-SH-SG/VG 20-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG
WC II 2190,75 1816,94 2123,70
WC III 5453,76 3944,29 4531,34
WC IV 11097,90 7552,50 9346,80
WC V 1004,46 547,83 1056,73
WC VI 6155,33 5901,48 6543,34
WC VII 1422,43 1279,58 1429,20
WC VIII 3470,40 3324,73 3353,40

Hasil perhitungan makespan dengan pendekatan menggunakan metode First

Come First Serve (FCFS) dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Hasil Perhitungan Makespan dengan Metode First Come First Serve (FCFS)
Work Center 40-SH-SG/VG 20-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG
WC I 0/2255,22 2255,22/4140,12 4140,12/6262,24
WC II 2255,22/4445,97 4445,97/6262,91 6262,91/8386,61
WC III 4445,97/9899,73 9899,73/13844,02 13844,02/18375,36
WC IV 9899,73/20997,63 20997,63/28550,13 28550,13/37896,93
WC V 20997,63/22002,09 28550,13/29097,96 37896,93/38953,66
WC VI 22002,09/28157,42 29097,96/34999,44 38953,66/45497,00
WC VII 28157,42/29579,85 34999,44/36279,02 45497,00/46926,20
WC VIII 29579,85/33050,25 36279,02/39603,75 46926,20/50279,60
Makespan = 50279,60 menit.

Dari hasil pengolahan data, diperoleh hasil pengurutan job dengan nilai

makespan yang terbaik untuk dijadikan alternatif jadwal produksi usulan bagi

perusahaan. Hasil penjadwalan mesin terbaik berdasarkan waktu makespan tersingkat

yang memiliki urutan pengerjaan produk 20-SH-FG/VG (J1) - 30-SH-FG/VG (J2) -

40-SH-FG/VG (J3) yang dapat dilihat pada Tabel 6.3.

Universitas Sumatera Utara


82

Tabel 6.3. Hasil Perhitungan Makespan dengan Metode Heuristik Pour


Work Center 20-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG 40-SH-FG/VG
WC I 0/1884,90 1884,9/4007,02 4007,02/6262,24
WC II 1884,9/3701,84 4007,02/6130,72 6262,24/8452,99
WC III 3701,84/7646,13 7646,13/12177,47 12177,47/17631,23
WC IV 7646,13/15198,63 15198,63/24545,43 24545,43/35643,33
WC V 15198,63/15746,46 24545,43/25602,16 35643,33/36647,79
WC VI 15746,46/21647,94 25602,16/32145,50 36647,79/42803,12
WC VII 21647,94/22927,52 32145,50/33574,70 42803,12/44225,55
WC VIII 22927,52/26252,25 33574,7/36928,1 44225,55/47695,95

Makespan = 47695,95 menit

Dari hasil perhitungan makespan dengan metode First Come First Serve

(FCFS) dapat dilihat bahwa dihasilkan makespan sebesar 50279,60 menit. Makespan

yang dihasilkan dengan pendekatan metode FCFS lebih besar jika dibandingkan

dengan makespan oleh metode heuristic pour sebesar 47695,95 menit. Dengan waktu

penyelesaian (makespan) yang cukup lama dapat terjadi keterlambatan pengiriman

order kepada konsumen.

Apabila dilakukan peninjauan terhadap jadwal produksi yang mungkin terjadi

pada keseluruhan proses produksi di PT. Admindo terdapat beberapa kemungkinan

penjadwalan mesin yaitu:

1. Job 1 – job 2 – job 3

2. Job 1 – job 3 – job 2

3. Job 2 – job 1 – job 3

4. Job 2 – job 3 – job 1

5. Job 3 – job 1 – job 2

6. Job 3 – job 2 – job 1

Universitas Sumatera Utara


83

Pada kemungkinan 1 hasil penjadwalan yang juga merupakan hasil

penjadwalan terbaik dengan hasil makespan terkecil yang menggunakan metode

heuristic pour sedangkan untuk kemungkinan 5 merupakan contoh hasil penjadwalan

dengan metode first come first serve (FCFS). Hasil penjadwalan dengan

kemungkinan 2 dapat dilihat pada Tabel 6.4.

Tabel 6.4. Hasil penjadwalan dengan urutan job 1 – job 2 – job 3


Work Center 20-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG 40-SH-FG/VG
W1 0/1884,90 1884,9/4007,02 4007,02/6262,24
W2 1884,9/3701,84 4007,02/6130,72 6262,24/8452,99
W3 3701,84/7646,13 7646,13/12177,47 12177,47/17631,23
W4 7646,13/15198,63 15198,63/24545,43 24545,43/35643,33
W5 15198,63/15746,46 24545,43/25602,16 35643,33/36647,79
W6 15746,46/21647,94 25602,16/32145,50 36647,79/42803,12
W7 21647,94/22927,52 32145,50/33574,70 42803,12/44225,55
W8 22927,52/26252,25 33574,7/36928,1 44225,55/47695,95
Dari Tabel 6.4 diperoleh nilai Fmax = 47695,95 menit

Hasil penjadwalan dengan kemungkinan 2 dapat dilihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5. Hasil penjadwalan dengan urutan job 1 – job 3 – job 2


Work Center 20-SH-FG/VG 40-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG
W1 0/1884,90 1884,90/4140,12 4140,12/6262,24
W2 1884,9/3701,84 4140,12/6330,87 6330,87/8454,57
W3 3701,84/7646,13 7646,13/13099,89 13099,89/17631,23
W4 7646,13/15198,63 15198,63/26296,53 26296,53/35643,33
W5 15198,63/15746,46 26,296,53/27300,99 35643,33/36700,06
W6 15746,46/21647,94 27300,99/33456,32 36700,06/43243,40
W7 21647,94/22927,52 33456,32/34878,75 43243,40/44672,60
W8 22927,52/26252,25 34878,75/38349,15 44672,60/48026,00

Dari Tabel 6.5 diperoleh nilai Fmax = 48026,00 menit

Universitas Sumatera Utara


84

Hasil penjadwalan dengan kemungkinan 3 dapat dilihat pada Tabel 6.6.

Tabel 6.6. Hasil penjadwalan dengan urutan job 2 – job 1 – job 3


Work Center 30-SH-FG/VG 20-SH-FG/VG 40-SH-FG/VG
W1 0/2122,12 2122,12/4007,02 4007,02/5891,92
W2 2122,12/4245,82 4245,82/6062,76 6062,76/8253,51
W3 4245,82/8777,16 8777,16/12721,45 12721,45/18175,21
W4 8777,16/18123,96 18123,96/25676,46 25676,46/36774,36
W5 18123,96/19180,69 25676,46/26224,29 36774,36/37778,82
W6 19180,69/25724,03 26224,29/32125,77 37778,82/43934,15
W7 25724,03/27153,23 32125,77/33405,35 43934,15/45356,58
W8 27153,23/30506,63 33405,35/36730,08 45356,58/49096,98

Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat pada Tabel 6.6 diperoleh nilai

Fmax = 49096,98 menit

Hasil penjadwalan dengan kemungkinan 4 dapat dilihat pada Tabel 6.7.

Tabel 6.7. Hasil penjadwalan dengan urutan job 2 – job 3 – job 1


Work Center 30-SH-FG/VG 40-SH-FG/VG 20-SH-FG/VG
W1 0/2122,12 2122,12/4377,34 4377,34/6262,24
W2 2122,12/4245,82 4377,34/6568,09 6568,09/8385,03
W3 4245,82/8777,16 8777,16/14230,92 14230,92/18175,21
W4 8777,16/18123,96 18123,96/29221,86 29221,86/36774,36
W5 18123,96/19180,69 29221,86/30226,32 36774,36/39322,19
W6 19180,69/25724,03 30226,32/36381,65 39322,19/45223,67
W7 25724,03/27153,23 36381,65/37804,08 45223,67/46503,25
W8 27153,23/30506,63 37804,08/41274,48 46503,25/49827,98

Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat pada Tabel 6.7 diperoleh nilai

Fmax = 49827,98 menit

Hasil penjadwalan dengan kemungkinan 5 dapat dilihat pada Tabel 6.8.

Tabel 6.8. Hasil penjadwalan dengan urutan job 3 – job 1 – job 2


Work Center 40-SH-FG/VG 20-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG
W1 0/2255,22 2255,22/4140,12 4140,12/6262,24
W2 2255,22/4445,97 4445,97/6262,91 6262,91/8386,61

Universitas Sumatera Utara


85

Tabel 6.8. (Lanjutan)


Work Center 40-SH-FG/VG 20-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG
W3 4445,97/9899,73 9899,73/13844,02 13844,02/18375,36
W4 9899,73/20997,63 20997,63/28550,13 28550,13/37896,93
W5 20997,63/22002,09 28550,13/29097,96 37896,93/38953,66
W6 22002,09/28157,42 29097,96/34999,44 38953,66/45497,00
W7 28157,42/29579,85 34999,44/36279,02 45497,00/46926,20
W8 29579,85/33050,25 36279,02/39603,75 46926,20/50279,60

Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat pada Tabel 6.8 diperoleh nilai

Fmax = 50279,60 menit

Hasil penjadwalan dengan kemungkinan 6 dapat dilihat pada Tabel 6.9.

Tabel 6.9. Hasil penjadwalan dengan urutan job 3 – job 2 – job 1


Work Center 40-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG 20-SH-FG/VG
W1 0/2255,22 2255,22/4377,34 4377,34/6262,24
W2 2255,22/4445,97 4445,97/6569,67 6569,67/8386,61
W3 4445,97/9899,73 9899,73/14431,07 14431,07/18375,36
W4 9899,73/20997,63 20997,63/30344,43 30344,43/37896,93
W5 20997,63/22002,09 30344,43/31401,16 37896,93/38444,76
W6 22002,09/28157,42 31401,16/37944,5 38444,76/44346,24
W7 28157,42/29579,85 37944,50/39373,70 44346,24/45625,82
W8 29579,85/33050,25 39373,70/42727,10 45625,82/48950,55

Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat pada Tabel 6.9 diperoleh nilai

Fmax = 48950,55 menit

Sesuai perbandingan penjadwalan yang mungkin terjadi pada PT. Atmindo

maka dapat diketahui bahwa penjadwalan dengan urutan job 1 – job 2 - job 3

(berdasarkan metode heuristic pour) memiliki waktu makespan terkecil yaitu

47695,95 menit. Sehingga penjadwalan mesin dengan metode heuristic pour

Universitas Sumatera Utara


86

memberikan nilai yang sama (mekaspan terkecil) dengan hasil yang diperoleh dengan

cara penentuan secara biasa/ trial and error.

6.1.2. Perbandingan Metode First Come First Serve dengan Heuristic Pour

Parameter performansi digunakan untuk menentukan metode yang lebih baik

untuk diterapkan pada perusahaan. Parameter performansi yang dapat digunakan

antara lain:

1. Efficiency Index (EI), yaitu perbandingan antara metode heuristic pour dengan

metode yang digunakan perusahaan yaitu metode FCFS, dirumuskan sebagai

berikut:
Makespan(metode heuristik pour )
EI = .................... (6.1)
Makespan(metode FCFS)

Apabila EI = 1, maka kedua metode memiliki performance yang sama, bila EI

< 1, maka metode Heuristic pour memiliki performance yang kurang baik

dibanding dengan metode FCFS, demikian juga sebaliknya.

2. Relative Error (RE) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan

makespan yang dihasilkan oleh kedua metode, yang dapat dihitung sebagai

berikut:

Makespan (metode heuristik pour ) − Makespan (metode FCFS )


RE = x 100% ........ (6.2)
Makespan (metode heuristik pour )

Universitas Sumatera Utara


87

Perbandingan metode penjadwalan perusahaan dengan metode penjadwalan

usulan untuk meminimalkan makespan pada tiap stasiun kerja dapat dilihat pada

Tabel 6.10.

Tabel 6.10. Perbandingan Metode FCFS dengan Metode Heuristic pour


No. Kriteria Metode FCFS Metode Heuristik Pour
Job 3 Job 1
1 Urutan Pengerjaan Job 1 Job 2
Job 2 Job 3
2 Makespan Sistem 50279,60 menit 47695,95 menit

Berdasarkan nilai makespan yang diperoleh untuk kedua metode, maka untuk

menentukan metode yang lebih baik dapat dilihat berdasarkan nilai parameter berikut:

1. Efficiency Index (EI).

Nilai perhitungan Efficiency Index untuk keseluruhan proses produksi adalah

sebagai berikut:
Makespan(metode Heuristik pour)
EI = .................... (6.3)
Makespan(metode FCFS)
50279,60
= = 1,056
47695,95

Nilai EI > 1, berarti metode heuristic pour memiliki performansi yang lebih baik

daripada metode FCFS.

2. Relative Error (RE).

a. Nilai perhitungan Relative Error untuk keseluruhan proses produksi adalah

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


88

Makespan (metode Heuristik pour ) − Makespan (metode FCFS )


RE = x 100%
Makespan (metode heuristik pour )

Makespan (metode Heuristik pour ) − Makespan (metode FCFS )


RE = x 100%
Makespan (metode heuristik pour )

47695,95 − 50279,60
= x 100%
47695,95

2583,65
= x 100% = 5,42%
47695,95

Nilai RE di atas menunjukkan bahwa penghematan makespan yang diperoleh

antara metode heuritik pour dengan metode FCFS adalah = 5,42%.

Berdasarkan kedua parameter di atas, maka metode heuristic pour lebih baik

untuk menjadwalkan urutan pengerjaan produk di PT. Admindo dengan makespan

sebesar 47695,95 menit. Dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode heuristic

pour, maka terdapat pengurangan makespan sebesar 2583,65 menit (5,5 hari kerja

normal). Pengurangan makespan berarti perusahaan dapat melakukan penghematan

waktu dalam mengerjakan produk, serta menghindari keterlambatan produk.

Pengurangan makespan ini sebanding dengan besarnya overtime (waktu lembur) yang

dilakukan oleh perusahaan untuk menyelesaikan pesanan tepat waktu.

Sebagai contoh data yang terdapat pada latar belakang dapat digunakan

sebagai perbandingan untuk mengetahui besarnya penurunan overtime yang dapat

dilihat pada Tabel 6.11.

Universitas Sumatera Utara


89

Tabel 6.11. Perbandingan Total Biaya Overtime Sebelum dan Sesudah Penjadwalan
Sebelum Sesudah
No. Produk Waktu biaya biaya
Overtime Produksi Overtime Produksi
Normal overtime overtime
(menit) (menit) (menit) (menit)
(Menit) (Rp. ) (Rp. )
40-SH-
1 31350 3210 34560 6.687.500 626,35 31976,25 1.043.916,7
SG/VG
30-SH-
2 28920 2760 31680 4.600.000 176,35 29096,35 293.916,7
FG/VG
20-SH-
3 26490 2310 28800 3.850.000 - - -
FG/VG

Pada Tabel 6.11. dapat diestimasi penurunan biaya overtime untuk jenis

produk 40-SH-SG/VG yang sebelumnya bernilai Rp. 6.687.500 menjadi

Rp. 1.043.916,7 (terjadi penurunan Rp. 5.643.583,3), untuk tipe produk 30-SH-

SG/VG yang sebelumnya bernilai Rp. 4.600.000 menjadi Rp. 293.916,7 (terjadi

penurunan Rp. 4.306.083,3) dan untuk tipe produk 20-SH-SG/VG yang sebelumnya

bernilai Rp. 3.850.000 sehingga tidak memerlukan waktu overtime untuk

menyelesaikan produk, sehingga dapat disimpulkan dengan melakukan metode

penjadwalan mesin dapat meminimumkan total biaya akibat overtime.

6.2. Perancangan Prosedur Penjadwalan Produksi

Secara umum prosedur persediaan bahan baku yang berlangsung selama ini

pada PT. Atmindo kurang efektive. Hal tersebut dapat diketahui dari persediaan yang

tidak dikontrol secara baik karena persiapaan bahan baku terkadang dilakukan secara

mendadak sewaktu akan dilakukan proses produksi tanpa mempertimbangkan

Universitas Sumatera Utara


90

lamanya bahan baku yang dipesan sampai ke perusahaan dan siap untuk diproses

lebih lanjut.

Berikut prosedur proses persiapan bahan baku hingga bahan baku siap

digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Permintaan produk sesuai dengan spesifikasi produk yang sesuai dengan

keinginan konsumen kebagian administrasi

2. Bagian adminstrasi melaporkan data permintaan/spesifikasi produk kepada

Manufacturing manager

3. Manufacturing manager minta konfirmasi tentang material dan kesediaan

bahan baku kebagian engineering manager dan kepala inventory control

4. Engineering manager dan material coordinator memperhitungkan bahan

baku yang digunakan dan memberikan kelengkapan data kepada kepala

inventory control untuk segera melakukan penge-check-an bahan baku

digudang bahan baku.

5. Hasil penge-check-an oleh kepala inventory, dilaporkan kembali kepada

manufacturing manager untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Apabila

bahan baku yang dibutuhkan tidak tersedia maka dilaporkan kepada

koordinator import untuk segera melakukan pemesan bahan baku.

6. Koordinator import mengkonfirmasi kembali kepada manufacturing

manager tentang kesiapan bahan baku untuk dipesan dalam jumlah dan

waktu yang dibutuhkan, dan sebagian bahan baku disimpan untuk

Universitas Sumatera Utara


91

mengantisipasi pengerjaan order berikutnya. Manufacturing manager

menentukan lama produksi boiler yang dipesan.

7. Manufacturing manager menyampaikan kembali kebagian administasi

tentang kesiapan perusahaan untuk mengerjakan pesanan.

Untuk lebih jelas dapat melihat uraian flowchart pada Gambar 6.1.

Setelah persiapan bahan baku telah dilakukan maka produk siap untuk

dikerjakan. Dengan Sistem penjadwalan yang diterapkan pada PT. Atmindo adalah

dengan menggunakan aturan heuristic pour. Pada aturan heuristic pour, order

dikerjakan berdasarkan perhitungan dan pertimbangan nilai makespan terkecil dan

diperoleh bahwa urutan job yang dikerjakan terlebih dahulu adalah job 1-job 2-job 3.

Penggunaan metode penjadwalan berdasarkan metode heuristic pour memberikan

dampak pengurangan waktu makespan dan meminimumkan overtime.

Universitas Sumatera Utara


92

Gambar 6.1. Flowchart Prosedur Persediaan Bahan Baku

Sesuai dengan hasil penjadwalan produksi berdasarkan metode heuristic pour

maka flowchart perencanaan penjadwalan produksi dapat dilihat pada Gambar 6.2.

Universitas Sumatera Utara


93

Gambar 6.2. Flowchart Perencanaan Penjadwalan Produksi

Penjelasan flowchart perencanaan penjadwalan mesin pada Gambar 6.2. dapat

dilihat pada Tabel 6.12.

Universitas Sumatera Utara


94

Tabel 6.12. Perencanaan Prosedure Penjadwalan


No. Aktivitas Keterangan
1 Start Awal Proses flowchart
Merencanakan pekerjaan berdasarkan
2 Work Order to be planned
permintaan konsumen
Melakukan analisis terhadap pekerjaan
3 Analyze work and alternative available
perjadwalan yang telah dilakukan
Merencanakan dan memilih penjadwalan
4 Select approach to be used
mesin
Mengidentifikasi kebutuhan dan kondisi
5 Identify special needed and conditions khusus, seperti pemesanan bahan dan sub
kontrak terhadap permintaan yang ada
Mengidentifikasi kebutuhan teknik
6 Identify needed for engineering
(engineer)
Memperkirakan waktu pemenuhan
7 Estimate time required produksi berdasarkan sediaan bahan
baku, teknik dan mesin yang digunakan
8 Identify materials Mengidentifikasi kebutuhan material
9 Are Material Available Apakah Material tersedia?
Melakukan pemesanan material/bahan
10 Order Materials
baku yang digunakan
11 Material received Terima bahan baku dari supplier
Mengidentifikasi kebutuhan peralatan
12 Identify tools
yang akan digunakan
Memastikan material dan tools tersedia
13 Material and tools staged
sebelum melakukan tindakan
Penjadwalan mesin yang sesuai dengan
14 Schedule work order
kebutuhan
Apakah job yang dikerjakan adalah
20-SH-FG/VG, jika “ya” proses langsung
15 Job 20-SH-FG/VG
dikerjakan, jika “tidak” dilakukan
pengecheckan proses kembali.
Apakah job yang dikerjakan adalah
30-SH-FG/VG, jika “ya” proses langsung
16 Job 30-SH-FG/VG
dikerjakan, jika “tidak” dilakukan
pengecheckan proses kembali.
Apakah job yang dikerjakan adalah
40-SH-FG/VG, jika “ya” proses langsung
17 Job 40-SH-FG/VG dikerjakan, jika “tidak” dilakukan
pengecheckan jadwal pengerjaan order
kembali
18 Are machine 1 avaliable Apakah Mesin 1 tersedia?

Universitas Sumatera Utara


95

Tabel 6.12. (Lanjutan)


No. Aktivitas Keterangan
19 Are machine 2 avaliable? Apakah Mesin 2 tersedia?
Proses pengerjaan order sesuai dengan
jadwal mesin yang telah ditetapkan yaitu
20 Do Order
job 20-SH-FG/VG,30-SH-FG/VG,40-
SH-FG/VG
21 Output Produk telah selesai dikerjakan
Pendataan produk yang telah selesai
22 Product dikerjakan dan siap diberikan ke
konsumen
23 Finish Akhiran proses

Universitas Sumatera Utara


BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan melakukan penjadwalan mesin,

maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Jadwal mesin yang diperoleh dengan menggunakan Metode Heuristik

pour adalah Job 1 – Job 2 – Job 3.

2. Hasil penjadwalan untuk keseluruhan mesin produksi boiler dengan

metode heuristic pour terjadi pengurangan nilai makespan bila

dibandingkan dengan metode First Come First Serve (FCFS).

3. Hasil penjadwalan untuk mesin automatic welding dengan metode

heuristic pour terjadi pengurangan nilai makespan bila dibandingkan

dengan metode First Come First Serve (FCFS).

4. Berdasarakan Efficiency Index (EI) keseluruhan proses produksi ataupun

automatic welding memberikan nilai Efficiency Index (EI) memiliki

performansi yang lebih baik daripada metode First Come First Serve

(FCFS).

5. Berdasarkan nilai Relative Error (RE ) terjadi penghematan makespan

yang lebih baik dengan metode heuristic pour dibandingkan dengan

metode First Come First Serve (FCFS)

96
Universitas Sumatera Utara
97

6. Dengan penerapan metode heuristic pour maka total biaya overtime

dihilangkan ataupun diminimumkan.

7.2. Saran

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian tentang penjadwalan mesin

pada PT. Atmindo adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya pihak perusahaan terlebih dahulu mengatur layout pabrik/

work center (WC) yang dapat meminimumkan material handling

sehingga penjadwalan mesin dapat dilakukan dengan baik.

2. Sebaiknya program pengawasan terhadap operator yang bekerja benar-

benar dilakukan secara baik sehingga produk yang dikerjakan sesuai

dengan standart waktu yang telah ditetapkan sebelumnya tanpa harus

melakukan overtime (waktu lembur).

3. Sebaiknya hasil penelitian penjadwalan mesin dengan metode Heuristic

Pour dapat diterapkan sebagai alternatif pemecahan masalah penjadwalan

mesin dengan metode First Come First Serve (FCFS).

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Baker, Kenneth. 1974. Introduction to Sequencing and Scheduling. America : John Wiley
and Son Inc.

Batune, Sakine, (2006), “machine scheduling with preventive maintenances”, Jurnal


internet.

Brucker, Peter, (2007), Scheduling Algorithms, Fifth Edition, BusinessMedia, New


York.

Frachtenberg, Eitan, (2007), Job Scheduling Strategies for Parallel Processing, 13th
InternationalWorkshop, JSSPP 2007.

Ginting, Rosnani, (2009), Penjadwalan Mesin, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Hakim N, Arman, (1999), Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, Cetakan
kedua, Penerbit Guna Widya, Surabaya.

Kiran, A. S, dan Sema Alptekin (2000), Tardiness heuristic for scheduling Flexible
Manufacturing Systems, Jurnal Internet.

Kusumadewi, Sri dan Hari Purnomo (2005), Penyelesaian Masalah Optimasi


Menggunakan Teknik - Teknik Heuristik, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Laha, Dipak (2008) Heuristics and Metaheuristics for Solving Scheduling Problems,
India, Jadavpur University.

Michael, Pinedo, Scheduling, Theory, Algorithms, and System. Prentice hall


Intenational, New Jersey.

Morton, Thomas E. 1993. “ Heuristic Scheduling Systems”, Canada : John Willey &
Sons. Inc.

Munika, Ika, (2006), Studi Perbandingan Performance Algoritma Heuristik Pour


Terhadap Mixed Integer Programming Dalam Menyelesaikan Penjadwalan
Flowshop, Jurnal Internet.

Nazif, F, (2009), “A Genetic Algorithm on Single Machine Scheduling Problem to


Minimise Total Weighted Completion Time”, Jurnal Internet.

98
Universitas Sumatera Utara
99

Pinedo, Michael, (2008), Scheduling, Theory, Algorithms, and Systems, Third


Edition, New Work: Prentice Hal.

Sinulingga Sukaria, (2011), Metode Penelitian, USU Press, Medan.

Sutalaksana, Iftikar Z, (1979), Teknik Tata Cara Kerja, Departemen Teknik Industri ITB,
Bandung.

Wignjosoebroto, Sritomo, (1990), Ergonomi Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis
untuk Peningkatan Produktivitas, Edisi Pertama, Cetakan kedua, jurusan Teknik
Industri-ITS, Penerbit Guna Widya, Surabaya

Universitas Sumatera Utara


Lampiran-1

-Rating Factor

Tabel 1. Rating Factor Tiap Stasiun Kerja

Stasiun Kerja Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Total


I Keterampilan Good C 0,02
Usaha Good C 0,02
0,07
Kondisi Kerja Good C 0,02
Konsistensi Good C 0,01
II Keterampilan Average D 0
Usaha Good C1 0,05
0,06
Kondisi Kerja Average D 0
Konsistensi Good C 0,01
III Keterampilan Good C2 0,03
Usaha Average D 0
0,04
Kondisi Kerja Average D 0
Konsistensi Good C 0,01
IV Keterampilan Excellent B2 0,08
Usaha Average D 0
0,14
Kondisi Kerja Good C1 0,05
Konsistensi Good C 0,01
V Keterampilan Good C 0,02
Usaha Good C 0,02 0,05
Kondisi Kerja Average D 0
Konsistensi Good C 0,01
VI Keterampilan Good C 0,02
Usaha Good C 0,02
0,07
Kondisi Kerja Good C 0,02
Konsistensi Good C 0,01
VII Keterampilan Average D 0
Usaha Good C1 0,05
0,08
Kondisi Kerja Good C 0,02
Konsistensi Good C 0,01
VIII Keterampilan Good C2 0,03
Usaha Average D 0
0,08
Kondisi Kerja Good C 0,04
Konsistensi Good C 0,01
Sumber : PT. Atmindo

100

Universitas Sumatera Utara


Lampiran-2

Allowance
Tabel 2. Allowance Untuk Tiap Operator Tiap Stasiun Kerja
Stasiun Kerja Faktor Kelonggaran Total
I Kebutuhan Pribadi 2
Pengukuran Tenaga yang dikeluarkan 3
Sikap kerja 2
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 0 18
Keadaan temperatur 3
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 3
Hambatan yang tak terhindarkan 5
II Kebutuhan Pribadi 2
Pemotongan Tenaga yang dikeluarkan 0
Sikap kerja 2
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 1 17
Keadaan temperatur 2
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 4
Hambatan yang tak terhindarkan 5
III Kebutuhan Pribadi 2
Pengerolan Tenaga yang dikeluarkan 2
Sikap kerja 2
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 1 15
Keadaan temperatur 2
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 4
Hambatan yang tak terhindarkan 3
IV Kebutuhan Pribadi 2
Pengelasan Tenaga yang dikeluarkan 6
(welding) Sikap kerja 2
28
Gerakan kerja 2
Kelelahan mata 3
Keadaan temperatur 4
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 4
Hambatan yang tak terhindarkan 5
V Kebutuhan Pribadi 2
Pengecekan Tenaga yang dikeluarkan 0 8
hasil Sikap kerja 0

101

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2. Lanjutan
Stasiun Kerja Faktor Kelonggaran Total
V Gerakan kerja 0
Pengecekan Kelelahan mata 0
hasil Keadaan temperatur 0
Keadaan atmosfer 0 8
Keadaan lingkungan 1
Hambatan yang tak terhindarkan 5
VI Kebutuhan Pribadi 2
Pengeboran Tenaga yang dikeluarkan 5
Sikap kerja 2
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 0 13
Keadaan temperatur 1
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 1
Hambatan yang tak terhindarkan 2
VII Kebutuhan Pribadi 2
Pengerindaan Tenaga yang dikeluarkan 10
Sikap kerja 2
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 0 25
Keadaan temperatur 4
Keadaan atmosfer 2
Keadaan lingkungan 2
Hambatan yang tak terhindarkan 5
VIII Kebutuhan Pribadi 2
Finishing Tenaga yang dikeluarkan 2
Sikap kerja 2
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 2 16
Keadaan temperatur 2
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 1
Hambatan yang tak terhindarkan 5
Sumber : PT. Admindo

102

Universitas Sumatera Utara


Lampiran-3

Uji Keseragaman Data dan Kecukupan Data

Dalam melakukan pengujian keseragaman dan kecukupan data digunakan

tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%.

Tabel 3. Uji Keseragaman Data Produk 20-SH-FG/VG


WC BKA BKB Keterangan
X
I 1444,5 1511,33 1377,67 Seragam
II 1422,70 1510,64 1334,76 Seragam
III 3223,70 3610,80 2836,60 Seragam
IV 4770,00 5047,73 4492,27 Seragam
V 480,00 480,00 480,00 Seragam
VI 4798,40 5141,57 4455,23 Seragam
VII 888,60 1010,86 766,339 Seragam
VIII 2585,00 2722,75 2449,05 Seragam

Tabel 4. Uji Keseragaman Data Produk 30-SH-FG/VG


WC BKA BKB Keterangan
X
I 1626,30 1805,26 1447,34 Seragam
II 1662,90 1812,01 1513,79 Seragam
III 3703,50 3851,29 3555,71 Seragam
IV 6231,20 6561,89 5900,51 Seragam
V 925,90 1052,88 789,92 Seragam
VI 4993,60 5197,63 4789,57 Seragam
VII 992,50 1110,83 874,17 Seragam
VIII 2608,20 2735,13 2481,27 Seragam

103

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5. Uji Keseragaman Data Produk 40-SH-FG/VG


WC BKA BKB Keterangan
X
I 1626,30 1805,26 1447,34 Seragam
II 1662,90 1812,01 1513,79 Seragam
III 3703,50 3851,29 3555,71 Seragam
IV 6231,20 6561,89 5900,51 Seragam
V 925,90 1052,88 789,92 Seragam
VI 4993,60 5197,63 4789,57 Seragam
VII 992,50 1110,83 874,17 Seragam
VIII 2608,20 2735,13 2481,27 Seragam

Tabel 6. Uji Kecukupan Data Pembuatan Produk Boiler


Jenis Profil WC N N' KET
I 10 0,8602 Cukup
II 10 8,7052 Cukup
III 10 8,4734 Cukup
IV 10 1,0826 Cukup
20-SH-FG/VG
V 10 0,0000 Cukup
VI 10 1,3298 Cukup
VII 10 2,5583 Cukup
VIII 10 0,9840 Cukup
I 10 2.0462 Cukup
II 10 1.6673 Cukup
III 10 0.7420 Cukup
IV 10 0.9868 Cukup
30-SH-FG/VG
V 10 2.5501 Cukup
VI 10 0.7597 Cukup
VII 10 2.2169 Cukup
VIII 10 0.9049 Cukup
I 10 1.0652 Cukup
II 10 1.0391 Cukup
III 10 1.4777 Cukup
IV 10 1.6984 Cukup
40-SH-FG/VG
V 10 1.8261 Cukup
VI 10 0.8998 Cukup
VII 10 2.1660 Cukup
VIII 10 0.6629 Cukup

104

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai