TESIS
oleh
RISMA SINAGA
097025009/ TI
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
TESIS
oleh
RISMA SINAGA
097025009/ TI
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
Kata kunci: penjadwalan produksi, heuristic pour, First Come First Serve (FCFS),
overtime
Key Word: Production Scheduling, Heuristic Pour, First Come First Serve (FCFS),
Overtime
Merupakan anak ke-3 dari 11 saudara dari pasangan almarhum Sahata Sinaga dan
Kristen Nasrani pada tahun 1968, Menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di SMP Katolik Putri Cahaya jalan Hayam Wuruk Medan pada tahun 1971, dan
menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Katolik St. Thomas di jalan
pendidikan pada tahun 1984. Pada Tahun 2009 penulis mendapatkan beasiswa BPPS
Pada Tahun 2005 diangkat sebagai sekretaris jurusan Teknik Industri Universitas
Sisingamangaraja XII Medan dan masih menjabat pada jabatan yang sama sampai
sekarang.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan Tesis ini dengan baik.
Laporan Tesis ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mengikuti
ujian tesis dalam memperoleh gelar Magister Teknik di Magister Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Peneliti melaksanakan penelitian di PT. Atmindo yaitu suatu perusahaan yang
bergerak dalam bidang pembuatan boiler untuk industri manufaktur. Laporan ini
membahas tentang perancangan penjadwalan produksi pada pembuatan boiler di PT.
Atmindo. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Perbandingan aturan
Prioritas Penjadwalan Produksi Di PT. Atmindo”.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yaitu: Bapak Prof. Dr.
Ir. Bustami Syam, MSME selaku dekan Fakultas Teknik USU, Bapak Prof. Dr. Ir.
Sukaria Sinulingga, M. Eng selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Industri
USU dan dosen pembanding I, Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT., selaku Sekretaris
Magister Teknik Industri dan dosen pembanding yang telah memberikan arahan
kepada penulis dan dosen pembanding II. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang,
MSIE., Selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis, Ibu Ir. Nazlina, MT., selaku dosen pembimbing II penulis yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis serta para Staf pengajar program
magister Teknik Industri USU.
Selain itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak
perusahaan PT. Atmindo, terutama Bapak Suhendra, selaku kepala PPIC di PT.
Atmindo yang telah banyak memberikan informasi dan arahan mengenai hal yang
berkaitan dengan topik penelitian, kedua orang tua penulis, suami, anak-anak ,
Penulis
Risma Sinaga
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
1.2. Rumusan Permasalahan ......................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ................................. 6
1.6. Asumsi-asumsi ...................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7
2.1. Penjadwalan ........................................................................... 7
2.1.1. Tujuan Penjadwalan................................................... 7
2.1.2. Ukuran Performansi Penjadwalan ............................. 13
2.1.3. Beberapa Jenis Metode Penjadwalan......................... 16
2.1.4. Jenis-jenis Penjadwalan Berdasarkan Sistem
Produksi dan Parameter Performansi......................... 17
2.1.5. Kendala-kendala dalam Penjadwalan ........................ 20
2.1.6. Aturan Prioritas .......................................................... 23
2.2. Penjadwalan dengan Metode Heuristic Pour ........................ 25
2.3. Review Hasil Penelitian ........................................................ 27
2.4. Sistem Penjadwalan Mesin Existing ...................................... 29
No Judul Halaman
1.1. Waktu Penyelesaian Produk dengan Biaya Overtime..................... 3
3.1. Daftar Jumlah Tenaga Kerja Staf pada PT. Atmindo ..................... 39
3.2. Rincian Hari Kerja dan Jam Kerja Pada PT. Atmindo ................... 40
4.1. Spesifikasi Setiap Jenis Produk ...................................................... 60
4.2. Permintaan Produk Produk Tiap Section Pada Tahun 2007-2011 .. 60
4.3. Data Mesin ...................................................................................... 65
4.4. Waktu Siklus untuk Produk 20-SH-FG/VG .................................. 65
4.5. Waktu Siklus untuk Produk 30-SH-FG/VG .................................. 66
4.6. Waktu Siklus untuk Produk 40-SH-FG/VG .................................. 66
4.7. Rating Factor Tiap Stasiun Kerja ...................................................... 67
4.8. Allowance Untuk Tiap Operator Tiap Stasiun Kerja ......................... 68
5.1. Waktu Terpilih Tiap Job .................................................................... 72
5.2. Perhitungan Waktu Baku ................................................................... 72
5.3. Waktu Baku setiap Stasiun Kerja ...................................................... 73
5.4. Penempatan Job 1 Pada Urutan Pertama ........................................... 74
5.5. Perhitungan Sum Of Completion Time Berdasarkan Job 1 ................ 74
5.6. Perhitungan Fmax Berdasarkan Job 1................................................ 74
5.7. Penempatan Job 2 Pada Urutan Pertama ........................................... 75
5.8. Perhitungan Sum Of Completion Time Berdasarkan Job 2 ................ 75
5.9. Perhitungan Fmax Berdasarkan Job 2................................................ 75
5.10. Penempatan Job 3 Pada Urutan Pertama ........................................... 76
5.11. Perhitungan Sum Of Completion Time Berdasarkan Job 3 ................ 76
5.12. Perhitungan Fmax Berdasarkan Job 3................................................ 77
5.13. Perhitungan Fmax alternative 1 ......................................................... 77
5.14. Perhitungan Fmax alternative 2 ......................................................... 78
5.15. Hasil Akhir Penjadwalan Mesin dengan Metode Heuristic Pour...... 78
Kata kunci: penjadwalan produksi, heuristic pour, First Come First Serve (FCFS),
overtime
Key Word: Production Scheduling, Heuristic Pour, First Come First Serve (FCFS),
Overtime
PENDAHULUAN
diperoleh dari segi finansial tetapi dapat juga diperoleh dari peningkatan
boiler untuk industri manufaktur yang beralamat di jalan K.L. Yos Sudarso, Medan.
Perusahaan ini beroperasi sesuai dengan order (make to order) sebagai penggerak
proses produksi. Konsumen dari perusahaan ini ada yang berasal dari dalam negeri
dan ada juga yang berasal dari luar negeri yang kebanyakan merupakan negara di
Afrika.
aturan First Come First Serve (FCFS). Pada aturan FCFS, tidak mempersoalkan
singkat atau lamanya waktu proses. Order yang tiba lebih dulu akan menjadi prioritas
produksinya. Apabila ada order yang datang bersamaan maka order-order tersebut
1
Universitas Sumatera Utara
2
beberapa jadwal yang tidak tepat. Sehingga berakibat besarnya makespan dalam
penyelesaian produk dan work in process dibeberapa stasiun kerja. Makespan yang
ada tidak dapat memenuhi batas waktu pekerjaan selesai (duedate) maka terjadi
maka perusahaan akan kehilangan order dan permintaan yang semakin menurun dan
produk.
urutan job-job pada setiap mesin adalah sama. Sehingga ketergantungan antara job
satu dengan job berikutnya harus disesuaikan dengan penggunaan mesin yang ada.
Selain itu, penggunaan mesin yang tidak optimal menyebabkan waktu penyelesaian
produk (makespan) yang rendah. Pada kenyataan, terjadi waktu penyelesaian produk
lebih lama dari seharusnya dan pemborosan waktu akibat ketidakefektifan dalam
penjadwalan mesin pada bagian keseluruhan proses produksi. Salah satunya dapat
disebabkan oleh sistem pengawasan terhadap operator yang kurang baik. Sebagai
contoh pengelasan yang menghubungkan plat satu dengan plat yang lain (Joint Round
Shell) membutuhkan waktu 16 jam akan tetapi diselesaikan dalam waktu kurang lebih
overtime (waktu lembur) untuk menyelesaikan produk tepat pada waktunya. Waktu
diluar waktu standart yang telah ditetapkan. Lamanya waktu overtime tidak tentu
setiap produk, yang biasanya sebesar kurang lebih 3 jam perhari selama 2 minggu
adalah 4 orang dengan biaya tiap orang adalah Rp. 25.000 tiap jam. Berikut
merupakan contoh penyelesaian produk dengan biaya overtime yang dapat dilihat
memberikan dampak terhadap total biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan,
semakin besar waktu lembur maka semakin besar biaya produksi. Selain itu, hal yang
makespan dilakukan dengan cara mengganti setiap job dengan job yang lain dengan
urutan sampai dikombinasi urutan yang dapat memenuhi kriteria tujuan yaitu
makespan terkecil. Metode heuristic pour ini memiliki beberapa kelebihan antara lain
adalah tahapan yang digunakan lebih sederhana dan efesien, serta menghasilkan hasil
keterlambatan yang berdampak pada waktu pemenuhan produk (due date) yang tidak
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan
1. Secara ilmiah
2. Secara praktis
menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai maka ruang lingkup yaitu penelitian
adalah:
1.6. Asumsi-Asumsi
kerja normal.
c. Hanya satu tugas yang dapat dikerjakan pada satu mesin pada satu saat.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penjadwalan
Pesanan-pesanan aktual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada
utilisasi kapasitas yang ada. Pada penjadwalan ini, permintaan akan produk-produk
yang tertentu (jenis dan jumlah) dari Master Production Schedulling (MPS) akan
produk secara menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa buah mesin. Sedangkan
sumber daya untuk memilih sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.
dapat diartikan sebagai pengalokasian sumber daya terbatas untuk mengerjakan suatu
pekerjaan. Unit dasar dari sebuah proses penjadwalan adalah operasi yang harus
dikerjakan pada mesin. Sedangkan job (pekerjaan) merupakan suatu susunan yang
sehingga mempunyai arti sebagai entiti individual yang diketahui waktu prosesnya,
7
Universitas Sumatera Utara
8
mempunyai due date dan memerlukan waktu set-up sebelum diproses pada mesin.
(routing), waktu proses untuk masing-masing operasi serta fasilitas yang dibutuhkan
(sequence) job yang memberikan solusi optimal dan pengalokasian sumber daya
yakni jenis apa dan dalam jumlah berapa sumber daya yang dimiliki. Pekerjaan (job
order) yang diterima diuraikan dalam bentuk kebutuhan akan sumber daya, waktu
diproses pada m buah mesin, yang harus ditetapkan mana yang harus dikerjakan lebih
dahulu dan bagaimana urutan proses, pengalokasian operasi pada mesin sehingga
diselesaikan dengan bantuan model matematis yang akan memberikan solusi optimal.
berikut dengan solusi yang diharapkan. Sebagai alat bantu yang digunakan dalam
menyelesaikan masalah penjadwalan dikenal satu model yang sederhana dan umum
digunakan secara luas yakni peta Gantt (Gantt Chart) yang merupakan grafik
penjadwalan mesin saja sebagai faktor utama dalam penentuan penjadwalan tetapi
“... each activity requires certain amounts of specified resources for a specified time
called process time. Resources also have elementary parts called machine, cells,
tertentu untuk suatu waktu tertentu disebut waktu proses. Sumber daya juga memiliki
bagian-bagian dasar yang disebut mesin, sel, transportasi, penundaan dan sebagainya.
Hal ini menunjukkan bahwa penjadwalan tidak terbatas pada mesin saja tetapi setiap
Secara garis besar, pengurutan pekerjaan pada mesin terdiri atas dua jenis:
masing-masing mesin.
penggunaan mesin paralel yang terdiri dari dua mesin automatic welding yang
digunakan untuk pembuatan/ pengelesan plat logam dalam pembuatan boiler yang
sistemik. Sebagai alat bantu yang digunakan dalam penjadwalan adalah Gantt Chart.
Gantt chartt adalah grafik hubungan antara pengalokasian sumber daya dengan waktu
yang dibutuhkan. Dari Gantt Chart kemudian ditentukan urutan (sequence) dari job
tersingkat, utilitas mesin atau peralatan tertinggi, idle time minimum dan lain-lain.
Pada model pertama, sejumlah mesin dapat dibedakan atas mesin tunggal dan
mesin jamak. Penjadwalan mesin tunggal, merupakan salah satu model pengurutan
pekerjaan dimana pekerjaan yang hendak diurutkan sedang menunggu untuk diproses
pengurutan serangkaian pekerjaan yang hendak diproses pada beberapa mesin baik
Pada model kedua, pola aliran dapat dibedakan atas flowshop dan jobshop.
Setiap pekerjaan dalam jobshop mempunyai aliran yang berbeda, sedangkan dalam
flowshop hanya dijumpai pola aliran yang identik dari satu mesin ke mesin yang lain.
Pada model ketiga, pola kedatangan pekerjaan dapat dibedakan atas pola
kedatangan statis dan dinamis. Pada pola statis, tugas datang secara bersamaan dan
siap dikerjakan pada mesin-mesin yang tidak bekerja. Disisi lain, pola dinamis
mempunyai sifat kedatangan tugas yang tidak tentu, jadi dijumpai adanya variabel
waktu.
atas deterministik dan stokastik. Model deterministik dapat dilihat dengan adanya
kepastian atas informasi tentang elemen-elemen yang ada. Sedangkan pada model
sebagai berikut:
Karakteristik mesin dari segi jumlah dan kepastian mesin yang dipunyai, dan
Untuk memastikan suatu aliran kerja yang lancar akan melalui tahapan
sebagai berikut:
1. Pembebanan (Loading)
2. Pengurutan (Sequencing)
banyak job.
5. Updating Jadwal
meningkat.
pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada
suatu operasi dari pekerjaan i. Dalam waktu proses ini sudah termasuk
2. Ready time (ri), yaitu waktu yang menunjukkan saat job siap untuk
dikerjakan.
3. Waiting time (Wi), yaitu waktu yang dilalui suatu pekerjaan sebelum
mulai diproses.
4. Due date (di), yaitu batas waktu dimana operasi terakhir dari suatu
5. Flow time (Fi), yaitu besarnya waktu yang diperlukan untuk suatu job
Fi = ti + Wi .................................... (2.1)
Ci = Fi + ri...................................... (2.2)
Li = Ci - di........................................ (2.3)
Bila: Li < 0, maka saat penyelesaian job sebelum due date (early).
8. Slack time (SLi), yaitu waktu sisa yang tersedia dari suatu job karena
dengan hasil yang diinginkan. Kriteria ukuran performansi yang digunakan untuk
lantai pabrik.
c. Minimisasi Mean Weight Flow time, memiliki arti yang hampir sama
date).
yang dijadwalkan.
berbeda.
a. Penjadwalan statis, dimana job yang hendak diurutkan datang dan tiba
pada satu mesin pada saat yang bersamaan serta siap dikerjakan pada
4. Karakteristik informasi
yang terus- menerus melalui suatu rangkaian stasiun-stasiun kerja yang disusun
berdasarkan produk. Susunan suatu proses produksi jenis flow shop dapat diterapkan
dengan tepat untuk produk-produk dengan desain yang stabil dan diproduksi secara
banyak (volume produk), sehingga investasi dengan tujuan khusus (special purpose)
yang dapat secepatnya kembali. Masalah yang kritis pada flow shop adalah sebagai:
pembatasan urutan.
akan bosan karena terbatasnya variasi kerja pada tiap stasiun dan panjang
fasilitas-fasilitas yang umum. Kuantitas dari batch dan frekuensi produksi akan
mempengaruhi tingkat persediaan dan biaya setup yang lebih panjang, maka
dibutuhkan persediaan lebih banyak tetapi dengan setup yang lebih sedikit.
berikut urutannya atau perintah mengenai produk-produk mana saja yang harus
dibuat secara batch. Kuantitas batch yang optimal dihitung dengan model Economic
Periodic Quantity.
Batch Production memproduksi barang dalam batch atau lot yang kecil
dengan berbagai tahap pengerjaan, setiap tahap pengerjaan dilakukan untuk seluruh
batch sebelum menuju tahap pengerjaan berikutnya. Sistem produksi harus cukup
persyaratan dan fluktuasi permintaan. Batch production dapat dilihat sebagai suatu
situasi antara jobbing shop production dan mass production, volume produksi cukup
besar, tetapi masih belum cukup untuk memenuhi produksi masal. Sistem ini lebih
set-up cost.
yang paling efektif agar biaya rendah yang dituntut volume yang berulang dan besar
dapat tercapai dengan baik. Pada tahap ini, peralatan dan perkakas yang diperlukan
2.1.4.3.Penjadwalan Jobshop
pula. Hal ini mengakibatkan produk tertentu yang dipilih harus diproses
seketika pada saat order tersebut ditugaskan pada suatu pusat kerja.
mesin tersebut tidak dapat dikerjakan dan harus menunggu sampai mesin
Santoso, yaitu:
perbaikan mesin.
dikerjakan.
mengalami perubahan.
dikerjakan
mengalami perubahan
3. Perubahan Prioritas
Perubahan due date ada dua macam, yaitu due date semakin maju atau
semula. Tetapi, perubahan due date yang semakin maju akan mengubah
fasilitas bisa maksimum. Ada beberapa cara penentuan prioritas yang dapat
terbaik. Beberapa pedoman atau metode yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
5. LS (Least Slack).
waktu longgar paling kecil atau nol akan diproses terlebih dahulu.
7. RS (Random Selection).
terlebih dahulu.
9. CR (Critical Ratio).
time maksimum) yaitu berdasarkan pendekatan kombinasi. Hal itu dilakukan dengan
cara mengganti setiap job dengan job lainnya dalam urutan sampai ditemukan
Dalam metode ini diasumsikan bahwa semua job diproses secara terpisah dan
2. Cij = rentang waktu antara saat job I pada mesin j dimulai (t=0) sampai job
itu selesai.
4. Fmax = rentang waktu antara saat pekerjaan tersedia atau dapat dimulai
pengerjaan sehingga waktu proses job 1 pada semua mesin dianggap nol.
2. Menempatkan job lain (selain job yang sudah dipilih sebagai urutan
waktu proses secara kumulatif dari yang terkecil menuju yang terbesar
5. Menghitung sum of completion time (ΣCi) untuk setiap job yang ada.
dimulai dari yang terkecil hingga yang terbesar untuk diletakkan pada
setiap urutan setelah job yang sudah dipilih pada urutan pertama sementara
8. Melakukan ulang langkah 1-7 untuk setiap job yang ada yang akan
9. Melakukan ulang langkah 1-8 untuk job yang akan menempatkan posisi
berikutnya yaitu posisi kedua, ketiga dan seterusnya setelah terpilih job
penjadwalan mesin maka ada beberapa penelitian sebelumnya yang dapat digunakan
sebagai literature tambahan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini antara lain:
satu metode optimasi Mixed Integer Programming (MIP). Hal ini terlihat
pekerjaan tetap.
Penelitian ini yang berisikan tentang algoritma Branch and Bound yang
pekerjaan yang sedang diproses saat itu, untuk melakukan pekerjaan yang
buah pekerjaan dalam waktu yang masih masuk akal. Untuk mengevaluasi
permasalahan yang berbeda (m, n, dan ρ). Performansi Branch and Bound
Sistem penjadwalan mesin yang ada sekarang pada PT. Atmindo adalah
menggunakan aturan First Come First Serve (FCFS). Pada aturan FCFS, order yang
datang terlebih daluhu menjadi prioritas untuk dikerjakan dan apabila order yang
apabila ada order yang dapat dikerjakan dalam waktu yang cepat tidak dapat
diselesaikan lebih dahulu. Untuk itu diperlukan suatu penjadwalan mesin agar semua
Kerangka konseptual yang merupakan cara berpikir yang logis dan sistematis
dengan melihat hubungan setiap variabel yang telah diidentifikasi sebelumnya yang
penelitan lebih mudah dipahami. Kerangka konseptual penelitian yang dapat dilihat
Keterangan:
d. Overtime (X4).
satu operasi.
penyelesaian produk.
Waktu penyelesaian produk (due date) merupakan salah satu tolak ukur
kinerja suatu perusahaan yang bersifat make to order, sehingga untuk mengatasi
mesin memperhatikan beberapa kriteria yaitu meminimalkan shop time (flowtime dan
process (minimasi flow time dan earliness) dan menimasi customer waiting time
digunakan yaitu:
memiliki performance yang sama, bila EI < 1, maka metode usulan yang
semakin cepat.
Pendirian PT. Atmindo dimulai sekitar tahun 1920, dengan nama Medan
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, perbengkelan ini milik PT. Socfindo,
yaitu sebuah perusahaan Belgia yang bergerak di bidang perkebunan dan memberi
kerangka besi, hangar pengalangan kapal tunda dan pabrik kelapa sawait lengkap.
Perbengkelan ini mendapat nama baik karena hasil pekerjaan yang mutu dan
Sumatera.
yang berdiri sendiri degan nama PT. Atmindo (Ateliers Mechaniqu Indonesia) dan
dibiayai oleh pemerintah sebesar 37%, Plantation North Sumatera S.A. sebesar 37%,
Sumatera Utara.
deutsches Babcock Werke A.G. Germany yang selanjutnya program utama Indonesia
yang memproduksi dua jenis boiler yaitu boiler jenis pipa air (water tube boiler) tipe
SPFO (Solid Fuel Oil) dengan bahan bakar minyak atau gas. Sekarang perusahaan
Produk utama yang dihasilkan PT. Atmindo adalah boiler dan sterilizer.
Selain itu perusahaan juga menerima perbaikan dan pemasangan boiler yang bukan
barang berdasarkan pesanan (make to order), sehingga barang yang dihasilkan tidak
tetap jenisnya. Meskipun produk yang dihasilkan banyak jenisnya pada saat ini
PT. Atmindo berlokasi di Jalan Komodor Laut Sudarso No. 100 Medan.
Seluruh kegiatan administrasi maupun pabrikasi terpusat pada lokasi ini. Kegiatannya
Beberapa produk yang dihasilkan oleh PT. Atmindo berukuran sangat besar
di lapangan dan bertanggung jawab penuh hingga produk tersebut dapat beroperasi
dengan baik.
lebih baik.
menerus.
pemasok.
maupun luar negeri. Banyak perusahaan besar di dalam negeri yang menggunakan
boiler dan sterilizer door produk PT. Atmindo seperti PT. ABC Central Food, PT.
X-Ray dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli dan dikerjakan dengan
sangat hati-hati.
potongan besi dapat dijual ke pabrik peleburan besi, selain itu yang
sedikit.
atas:
1. Tenaga kerja langsung yaitu pekerja yang terlibat langsung dalam proses
pembuatan boiler mulai dari awal dan sampai menjadi sebuah produk
2. Tenaga kerja tidak langsung yaitu adalah tenaga kerja yang tidak terlibat
Tenaga kerja yang ada di PT. Atmindo pada bagian workshop terdiri dari
113 orang tenaga kerja kontrak dan 34 orang tenaga kerja tetap.
Sedangkan jumlah tenaga kerja staff yang ada pada PT. Atmindo ini dapat
Tabel 3.1 Daftar Jumlah Tenaga Kerja Staf pada PT. Atmindo
No Departemen Jumlah
1 Quality Control 3
2 Finance and Acounting 5
3 Engineering 116
4 Manufacturing 113
5 Procurement 8
6 Human Resource 3
7 Marketing and Sales 7
Total 255
Sumber : PT. Atmindo Medan
Jam kerja yang berlaku di PT. Atmindo adalah 8 jam dalam sehari atau 40
jam dalam seminggu. Rincian hari dan jam kerja dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Rincian Hari Kerja dan Jam Kerja Pada PT. Atmindo
No Hari Waktu Keterangan
1 Senin – Kamis 08.00 - 12.00 Bekerja
12.00 - 13.00 Istrirahat
13.00 - 17.00 Bekerja
2 Jumat 08.00 - 12.00 Bekerja
12.00 - 14.00 Istrirahat
14.00 - 17.30 Bekerja
3 Sabtu – Minggu - Libur
Sumber : PT. Atmindo Medan
Kendaraan.
4. Untuk Setiap Karyawan tetap maka akan diberikan tunjangan hari raya
perusahaan.
Untuk karyawan yang berprestasi maka akan diberikan berupa bonus dari
Jamsostek. Sedangkan untuk karyawan tidak tetap hanya mendapatkan gaji saja tanpa
adanya tunjangan.
mencapai suatu tujuan. Dengan adanya organisasi, setiap tugas dan kegiatan dapat di
distribusikan dan dikerjakan oleh setiap anggota kelompok secara efisien sehingga
sebagai salah satu alat manajemen. Sedangkan manajemen adalah suatu proses yang
daya yang ada untuk mendapatkan suatu tujuan yang diinginkan. Sumber daya
haruslah dapat dikelola dengan baik dalam sistem organisasi yang tepat agar tercipta
organisasi dapat mengetahui dari mana ia mendapat tugas dan kepada siapa harus
bertanggung jawab.
struktur organisasi dalam bentuk organisasi garis atau lini, fungsional dan staf.
1. Lurus
tipe organisasi yang paling banyak dipakai, terutama pada perusahaan yang
relatif kecil.
2. Fungsional
3. Staf
Dimana struktur ini memiliki seorang atau sekelompok ahli yang tugasnya
Organisasi staf dan lini adalah suatu sistem yang dapat mengatasi
yang terdiri dari tenaga ahli dan masih mempertahankan kebaikan kesatuan
struktur organisasi fungsional dan lini. Adapun gambar dari struktur organisasi dari
PT. Atmindo dapat dilihat pada Gambar 3.1. Hubungan lini dapat dijumpai pada:
Enginerring.
7. Manajer Marketing and Sales dengan kepala bagian Marketing and Sales
Procurement.
Manajer Procurement, Manager Human Resouces dan Manajer Marketing and Sales.
Adapun alasan struktur organisasi yang digunakan bentuk campuran fungsional dan
1. Pimpinan.
b. Menetapkan apa yang harus dilakukan oleh setiap bagian serta cara-cara
pelaksanaannya.
masing-masing karyawan.
8. Manager Manufacturing.
9. Kepala MA.
12. Commisioning.
13. Mandor.
b. Membut laporan work order yang telah dan akan dikerjakan di workshop.
b. Merencanakan pekerjaan.
20 Manajer Procuretmen.
keuangan.
a. Memeriksa bahan baku yang masuk, yang akan diproduksi dan akan dikirim.
27. Security.
Pembagian waktu kerja di PT. Atmindo terdiri dari dua bagian yaitu waktu
kerja staf kantor dan waktu kerja karyawan produksi. Adapun pembagian waktu kerja
1. Untuk staf kantor bekerja dari hari senin sampai jumat mulai pukul 08.00-
17.00 WIB.
2. Untuk Pegawai bagian produksi mulai 08.00-17.00 dan pada hari sabtu
3. Untuk bagian keamanan terdiri atas tiga shift yaitu pukul 07.00 – 15.00
WIB, pukul 15.00 – 22.00 WIB, dan pukul 22.00- 07.30 WIB.
METODOLOGI PENELITIAN
bidang pembuatan boiler untuk industri manufaktur yang beralamat di jalan Jln. K.L.
Yos Sudarso, Medan. Objek penelitian adalah seluruh mesin produksi boiler.
Penelitian yang dilakukan pada PT. Atmindo adalah penelitian yang bersifat
permasalahan yang relevan dari fenomena yang terjadi pada perusahaan, kemudian
memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan data yang telah tersedia juga
adalah:
1. Data Primer
52
a. Pengamatan Pendahuluan
2. Data Sekunder
data sekunder yang diperlukan adalah data uraian proses produksi, jumlah
Setelah dilakukan pengumpulan data berupa waktu proses setiap stasiun kerja
maka dilakukan uji keseragaman dan kecukupan terhadap data yang telah
dikumpulkan. Dalam hal ini, data pengukuran waktu (waktu siklus) setiap work
rating factor dan waktu standar dengan mempertimbangkan faktor allowance dari
masing-masing pekerja.
pengerjaan sehingga waktu proses job 1 pada semua mesin dianggap nol.
2. Menempatkan job lain (selain job yang sudah dipilih sebagai urutan
waktu proses secara kumulatif dari yang terkecil menuju yang terbesar
5. Menghitung sum of completion time (ΣCi) untuk setiap job yang ada.
dimulai dari yang terkecil hingga yang terbesar untuk diletakkan pada
setiap urutan setelah job yang sudah dipilih pada urutan pertama sementara
8. Melakukan ulang langkah 1-7 untuk setiap job yang ada yang akan
9. Melakukan ulang langkah 1-8 untuk job yang akan menempatkan posisi
berikutnya yaitu posisi kedua, ketiga dan seterusnya setelah terpilih job
Gambar 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data dengan Algoritma Heuristic Pour
4.1.5. Analisis
perbandingan manakah urutan penjadwalan yang baik. Hasil ini harus dapat
perumusan masalah.
Gambar 4.3.
pengamatan langsung atau pengukuran langsung pada lantai produksi dengan bantuan
alat dan panduan dari pembimbing lapangan. Selain pengukuran langsung, data juga
dapat diperoleh dari dokumen perusahaan seperti waktu produksi (untuk pengerjaan
Data order yang dikumpulkan pada penelitian ini diambil untuk data
FG/VG, 40-SH-SG/VG (SH menyatakan jenis boiler, FG/VG menyatakan jenis pipa
yang digunakan).
Spesifikasi produk untuk tiap jenis produk dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.2. Permintaan Produk Produk Tiap Section Pada Tahun 2007-2011
Jumlah Order
Job Jenis Produk
2007 2008 2009 2010 2011
1 20-SH-FG/VG 5 6 5 6 5
2 30-SH-FG/VG 5 5 3 3 4
3 40-SH-SG/VG 3 3 2 3 3
Total 13 14 10 12 12
Sumber : PT. Atmindo
Urutan Proses Produksi pembuatan produk boiler di PT. Atmindo dimulai dari
stasiun kerja pengukuran hingga stasiun kerja pengujian dan Finishing. Dari hasil
pengamatan terdapat delapan stasiun kerja (WC) dalam proses produksi pembuatan
boiler yaitu:
plates) diukur terlebih dahulu dan ditandai sesuai gambar teknik yang
Plat baja yang telah ditandai, kemudian dipotong sesuai dengan ukuran
menggunakan campuran gas elpiji dan oksigen atau dengan mesin las
potong otomatis.
Selanjutnya plat baja dirol dengan mesin rol menggunakan hoisting crane.
boleh melenceng dari batas maksimum yang diizinkan. Deviasi letak plat
tidak boleh melebihi 0,5 mm untuk las memanjang dan 1,5 mm untuk las
melingkar.
Tahap pertama pengelasan adalah las akar (root weld) yang bertujuan agar
pada saat las otomatis dilakukan logam pengisian tidak sampai jatuh
melewati plat. Panjang las akar ini sebesar 1-1,5 inchi, jarak antara las akar
kurang lebih 300 mm dengan gap sebesar 2-3 mm. Kemudian dilakukan
mm. Sebelum digunakan electrode ini harus dipanaskan lebih dahulu dalam
berakibat buruk pada hasil pengelesan dimana akan terjadi oksidasi yang
flux 860 lincoln. Pengelesan memanjang sejajar dengan round shell ini
disebut sebagai Long term Weld (LW) dan biasanya diberi nomor LW-
berwarna merah kepermukaan las akar yang telah digerinda dan didiamkan
selama 10 menit. Selanjutnya dilap dengan kain yang diberi thinner. Proses
pengelasan.
sebesar diameter ring yang kemudian akan dipasang ring man hole yang
Selesai pengelasan bagian luar dan dalam round shell, plat contoh dibuka
Ray test. Pengujian hydro test adalah pengujian yang dilakukan terhadap
upper drum maupun lower drum dengan cara mengisi upper dan lower
hingga mencapai tekanan 34,5 bar lalu didiamkan (holding time) selama
jika tidak terjadi kebocoran maka drum tersebut dikosongkan dan siap
Data yang diambil merupakan data jumlah mesin yang terdapat pada masing-
masing stasiun kerja setiap mesin tersebut. Data mesin dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Waktu proses setiap job untuk setiap stasiun kerja didapat dari pengukuran
waktu dengan menggunakan metode jam henti (stopwatch) dan data sekunder yang
berasal dari perusahaan untuk data-data lebih dari satu hari pengerjaan (8 jam
kerja/hari). Data hasil Pengukuran waktu tiap job tiap stasiun kerja untuk produk 20-
Data hasil Pengukuran waktu tiap job tiap stasiun kerja untuk produk 30-SH-
Data hasil Pengukuran waktu tiap job tiap stasiun kerja untuk produk 40-SH-
berdasarkan metode Westinghouse yang terdiri dari empat factor yaitu keterampilan,
kondisi kerja, usaha dan konsistensi. Sebagai contoh, rating factor untuk stasiun kerja
Total 0,07
Besarnya rating factor untuk operator untuk stasiun kerja II sampai stasiun
kerja VIII dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan lebih lengkap pada Lampiran-1.
3.2.8. Allowance
Sebagai contoh, Allowance untuk stasiun kerja I (pengukuran) adalah 18% yang
Faktor Allowance
Kebutuhan Pribadi : Pria 2%
Tenaga yang dikeluarkan : Dapat diabaikan 3%
Sikap kerja : Berdiri diatas dua kaki 2%
Gerakan kerja : Normal 0%
Kelelahan mata : Pandangan yang terputus-putus 0%
Keadaan temperatur : Normal 3%
Keadaan atmosfer : Cukup 0%
Keadaan lingkungan : Sangat bising 3%
Hambatan yang tak terhindarkan 5%
Jumlah : 18%
Besarnya allowance yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan lebih
PENGOLAHAN DATA
pada PT. Atmindo maka dilakukan peninjauan terhadap masalah yang dapat timbul pada
perusahaan seperti kesediaan bahan baku. Peninjauan terhadap bahan baku yang
digunakan dengan mempertimbangkan lead time (LT) dari bahan baku sehingga kendala
Bahan baku utama yang digunakan plat baja karbon jenis 17MN4 DIN 155
dengan ketebalan 16 - 22 mm dan pipa baja yang diekspor langsung dari Jerman,
sehingga kesediaan bahan baku merupakan hal yang harus dipersiapkan secara tepat
sebelum kegiatan produksi berlangsung. Bahan baku plat dan pipa baja memiliki lead
time sekitar 1 bulan dan pemesanan sebanyak 8 unit plat baja dan 1500 pipa baja.
Secara garis besar persiapan produksi dari pemesanan produk oleh konsumen
hingga produksi siap untuk diproses yang saat ini berlangsung di PT. Atmindo adalah
sebagai berikut:
69
Universitas Sumatera Utara
70
bahan baku.
Untuk lebih jelas flowchart persiapan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Sesuai dengan penjelasan persiapan bahan baku pada flowchart Gambar 5.1
masih terdapat beberapa kekurangan pada tahapan persiapan salah satunya adalah
kesiapan bahan baku yang belum dijadwalkan dengan baik dan juga prosedur yang
Setelah persiapan bahan baku telah dilakukan maka produk siap untuk
dikerjaakan. Sistem penjadwalan mesin yang ada sekarang pada PT. Atmindo adalah
menggunakan aturan First Come First Serve (FCFS). Pada aturan FCFS, order yang
datang terlebih daluhu menjadi prioritas untuk dikerjakan dan apabila order yang datang
bersamaan maka order-order tersebut dikerjakan melalui antrian. Sehingga apabila ada
order yang dapat dikerjakan dalam waktu yang cepat tidak dapat diselesaikan lebih
dahulu. Untuk itu diperlukan suatu penjadwalan mesin agar semua job/order dapat
kerja, maka terlebih dahulu dilakukan uji keseragaman dan kecukupan data yang dapat
dilihat pada Lampiran-3. Sesuai dengan perhitungan keseragaman dan kecukupan maka
semua data yang akan digunakan sudah seragam dan cukup. Selanjutnya dilakukan
Waktu proses terpilih dapat dicari dari rata-rata data setiap proses setelah
melewati uji keseragaman dan kecukupan data. Waktu terpilih untuk tiap job dapat
dilihat pada Tabel 5.1. Waktu terpilih inilah yang merupakan waktu siklus setiap Stasiun
Kerja.
Waktu Baku setiap elemen kerja diperoleh dari waktu rata-rata dari data waktu
proses setelah dikalikan rating factor dan allowance. Hasil perhitungan waktu baku
penyelesaian dari masing-masing stasiun kerja untuk tiap tipe dapat dilihat pada
Tabel 5.3.
5.2.1.Pengurutan Job
a. Job 1 ditempatkan sebagai urutan pertama sehingga waktu proses job 1 pada
semua mesin dianggap 0. Tempatkan job selain job 1 sebagai urutan pertama
d. Hitunglah sum of completion time (ΣCi) untuk setiap job yang ada yang
a. Job 2 ditempatkan sebagai urutan pertama sehingga waktu proses job 2 pada
semua mesin dianggap 0. Tempatkan job selain job 2 sebagai urutan pertama
pada urutan berikutnya, seperti pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7. Penempatan Job 2 Pada Urutan Pertama
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8
J1 1884,9 1816,94 3944,29 7552,5 547,83 5901,48 1279,58 3324,73
J2 - - - - - - - -
J3 2255,22 2190,75 5453,76 11097,9 1004,46 6155,33 1422,43 3470,4
d. Hitunglah sum of completion time (ΣCi) untuk setiap job yang ada yang
a. Job 3 ditempatkan sebagai urutan pertama sehingga waktu proses job 3 pada
semua mesin dianggap 0. Tempatkan job selain job 3 sebagai urutan pertama
d. Hitunglah sum of completion time (ΣCi) untuk setiap job yang ada yang
e. Mengurutkan ΣCi dengan aturan increasing order dimana job 1 sebagai posisi
a. Alternatif pertama yaitu job 2 pada urutan kedua dan job 3 sebagai urutan
b. Alternatif kedua yaitu job 3 pada urutan kedua dan job 2 sebagai urutan ketiga
Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh job 2 sebagai urutan ke-2 dengan
nilai Fmax sebesar 41264,48 menit, sedangkan job 3 pada urutan terakhir (urutan 3).
Maka urutan pengerjaan yang optimum dengan menggunakan metode Heuristic Pour
adalah J1-J2-J3 dengan waktu total sebesar 47695,95 menit. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada Tabel 5.15 dan gantt chart pada Gambar 5.2.
Tabel 5.15. Hasil Akhir Penjadwalan Mesin dengan Metode Heuristik Pour
Tj1 Tj2 Tj3 Tj4
J1 0/1884,9 1884,9/3701,84 3701,84/7646,13 7646,13/15198,63
J2 1884,9/4007,02 4007,02/6130,72 7646,13/12177,47 15198,63/24545,43
J3 4007,02/6262,24 6262,24/8452,99 12177,47/17631,23 24545,43/35643,33
Tj5 Tj6 Tj7 Tj8
J1 15198,63/15746,46 15746,46/21647,94 21647,94/22927,52 22927,52/26252,25
J2 24545,43/25602,16 25602,16/32145,5 32145,5/33574,7 33574,7/36928,1
J3 35643,33/36647,79 36647,79/42803,12 42803,12/44225,55 44225,55/47695,95
ANALISIS PERANCANGAN
perlu dilakukan peninjauan terhadap bahan baku yang digunakan salah satu elemen
yang sangat penting tersedia sebelum proses produksi dilakukan. Bahan baku yang
digunakan dalam proses produksi merupakan bahan yang langsung diimpor dari
Jerman sehingga perencanaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting
diperhatikan.
Metode penjadwalan yang digunakan diperusahaan saat ini adalah First Come
First Serve (FCFS). Pada aturan FCFS, order yang datang terlebih daluhu menjadi
prioritas untuk dikerjakan dan apabila terjadi order yang datang banyak maka order
yang lain harus mengantri untuk dikerjakan, tanpa melihat waktu total yang
merupakan contoh tahun 2011, terjadi order-an pada awal, yang diawali oleh order
80
Universitas Sumatera Utara
81
Tabel 6.2. Hasil Perhitungan Makespan dengan Metode First Come First Serve (FCFS)
Work Center 40-SH-SG/VG 20-SH-FG/VG 30-SH-FG/VG
WC I 0/2255,22 2255,22/4140,12 4140,12/6262,24
WC II 2255,22/4445,97 4445,97/6262,91 6262,91/8386,61
WC III 4445,97/9899,73 9899,73/13844,02 13844,02/18375,36
WC IV 9899,73/20997,63 20997,63/28550,13 28550,13/37896,93
WC V 20997,63/22002,09 28550,13/29097,96 37896,93/38953,66
WC VI 22002,09/28157,42 29097,96/34999,44 38953,66/45497,00
WC VII 28157,42/29579,85 34999,44/36279,02 45497,00/46926,20
WC VIII 29579,85/33050,25 36279,02/39603,75 46926,20/50279,60
Makespan = 50279,60 menit.
Dari hasil pengolahan data, diperoleh hasil pengurutan job dengan nilai
makespan yang terbaik untuk dijadikan alternatif jadwal produksi usulan bagi
Dari hasil perhitungan makespan dengan metode First Come First Serve
(FCFS) dapat dilihat bahwa dihasilkan makespan sebesar 50279,60 menit. Makespan
yang dihasilkan dengan pendekatan metode FCFS lebih besar jika dibandingkan
dengan makespan oleh metode heuristic pour sebesar 47695,95 menit. Dengan waktu
dengan metode first come first serve (FCFS). Hasil penjadwalan dengan
Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat pada Tabel 6.6 diperoleh nilai
Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat pada Tabel 6.7 diperoleh nilai
Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat pada Tabel 6.8 diperoleh nilai
Berdasarkan hasil perhitungan yang dapat pada Tabel 6.9 diperoleh nilai
maka dapat diketahui bahwa penjadwalan dengan urutan job 1 – job 2 - job 3
memberikan nilai yang sama (mekaspan terkecil) dengan hasil yang diperoleh dengan
6.1.2. Perbandingan Metode First Come First Serve dengan Heuristic Pour
antara lain:
1. Efficiency Index (EI), yaitu perbandingan antara metode heuristic pour dengan
berikut:
Makespan(metode heuristik pour )
EI = .................... (6.1)
Makespan(metode FCFS)
< 1, maka metode Heuristic pour memiliki performance yang kurang baik
makespan yang dihasilkan oleh kedua metode, yang dapat dihitung sebagai
berikut:
usulan untuk meminimalkan makespan pada tiap stasiun kerja dapat dilihat pada
Tabel 6.10.
Berdasarkan nilai makespan yang diperoleh untuk kedua metode, maka untuk
menentukan metode yang lebih baik dapat dilihat berdasarkan nilai parameter berikut:
sebagai berikut:
Makespan(metode Heuristik pour)
EI = .................... (6.3)
Makespan(metode FCFS)
50279,60
= = 1,056
47695,95
Nilai EI > 1, berarti metode heuristic pour memiliki performansi yang lebih baik
sebagai berikut:
47695,95 − 50279,60
= x 100%
47695,95
2583,65
= x 100% = 5,42%
47695,95
Berdasarkan kedua parameter di atas, maka metode heuristic pour lebih baik
sebesar 47695,95 menit. Dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode heuristic
pour, maka terdapat pengurangan makespan sebesar 2583,65 menit (5,5 hari kerja
Pengurangan makespan ini sebanding dengan besarnya overtime (waktu lembur) yang
Sebagai contoh data yang terdapat pada latar belakang dapat digunakan
Tabel 6.11. Perbandingan Total Biaya Overtime Sebelum dan Sesudah Penjadwalan
Sebelum Sesudah
No. Produk Waktu biaya biaya
Overtime Produksi Overtime Produksi
Normal overtime overtime
(menit) (menit) (menit) (menit)
(Menit) (Rp. ) (Rp. )
40-SH-
1 31350 3210 34560 6.687.500 626,35 31976,25 1.043.916,7
SG/VG
30-SH-
2 28920 2760 31680 4.600.000 176,35 29096,35 293.916,7
FG/VG
20-SH-
3 26490 2310 28800 3.850.000 - - -
FG/VG
Pada Tabel 6.11. dapat diestimasi penurunan biaya overtime untuk jenis
Rp. 1.043.916,7 (terjadi penurunan Rp. 5.643.583,3), untuk tipe produk 30-SH-
SG/VG yang sebelumnya bernilai Rp. 4.600.000 menjadi Rp. 293.916,7 (terjadi
penurunan Rp. 4.306.083,3) dan untuk tipe produk 20-SH-SG/VG yang sebelumnya
Secara umum prosedur persediaan bahan baku yang berlangsung selama ini
pada PT. Atmindo kurang efektive. Hal tersebut dapat diketahui dari persediaan yang
tidak dikontrol secara baik karena persiapaan bahan baku terkadang dilakukan secara
lamanya bahan baku yang dipesan sampai ke perusahaan dan siap untuk diproses
lebih lanjut.
Berikut prosedur proses persiapan bahan baku hingga bahan baku siap
Manufacturing manager
manager tentang kesiapan bahan baku untuk dipesan dalam jumlah dan
Untuk lebih jelas dapat melihat uraian flowchart pada Gambar 6.1.
Setelah persiapan bahan baku telah dilakukan maka produk siap untuk
dikerjakan. Dengan Sistem penjadwalan yang diterapkan pada PT. Atmindo adalah
dengan menggunakan aturan heuristic pour. Pada aturan heuristic pour, order
diperoleh bahwa urutan job yang dikerjakan terlebih dahulu adalah job 1-job 2-job 3.
maka flowchart perencanaan penjadwalan produksi dapat dilihat pada Gambar 6.2.
7.1. Kesimpulan
performansi yang lebih baik daripada metode First Come First Serve
(FCFS).
96
Universitas Sumatera Utara
97
7.2. Saran
Baker, Kenneth. 1974. Introduction to Sequencing and Scheduling. America : John Wiley
and Son Inc.
Frachtenberg, Eitan, (2007), Job Scheduling Strategies for Parallel Processing, 13th
InternationalWorkshop, JSSPP 2007.
Hakim N, Arman, (1999), Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama, Cetakan
kedua, Penerbit Guna Widya, Surabaya.
Kiran, A. S, dan Sema Alptekin (2000), Tardiness heuristic for scheduling Flexible
Manufacturing Systems, Jurnal Internet.
Laha, Dipak (2008) Heuristics and Metaheuristics for Solving Scheduling Problems,
India, Jadavpur University.
Morton, Thomas E. 1993. “ Heuristic Scheduling Systems”, Canada : John Willey &
Sons. Inc.
98
Universitas Sumatera Utara
99
Sutalaksana, Iftikar Z, (1979), Teknik Tata Cara Kerja, Departemen Teknik Industri ITB,
Bandung.
Wignjosoebroto, Sritomo, (1990), Ergonomi Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis
untuk Peningkatan Produktivitas, Edisi Pertama, Cetakan kedua, jurusan Teknik
Industri-ITS, Penerbit Guna Widya, Surabaya
-Rating Factor
100
Allowance
Tabel 2. Allowance Untuk Tiap Operator Tiap Stasiun Kerja
Stasiun Kerja Faktor Kelonggaran Total
I Kebutuhan Pribadi 2
Pengukuran Tenaga yang dikeluarkan 3
Sikap kerja 2
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 0 18
Keadaan temperatur 3
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 3
Hambatan yang tak terhindarkan 5
II Kebutuhan Pribadi 2
Pemotongan Tenaga yang dikeluarkan 0
Sikap kerja 2
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 1 17
Keadaan temperatur 2
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 4
Hambatan yang tak terhindarkan 5
III Kebutuhan Pribadi 2
Pengerolan Tenaga yang dikeluarkan 2
Sikap kerja 2
Gerakan kerja 0
Kelelahan mata 1 15
Keadaan temperatur 2
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 4
Hambatan yang tak terhindarkan 3
IV Kebutuhan Pribadi 2
Pengelasan Tenaga yang dikeluarkan 6
(welding) Sikap kerja 2
28
Gerakan kerja 2
Kelelahan mata 3
Keadaan temperatur 4
Keadaan atmosfer 0
Keadaan lingkungan 4
Hambatan yang tak terhindarkan 5
V Kebutuhan Pribadi 2
Pengecekan Tenaga yang dikeluarkan 0 8
hasil Sikap kerja 0
101
102
−
WC BKA BKB Keterangan
X
I 1444,5 1511,33 1377,67 Seragam
II 1422,70 1510,64 1334,76 Seragam
III 3223,70 3610,80 2836,60 Seragam
IV 4770,00 5047,73 4492,27 Seragam
V 480,00 480,00 480,00 Seragam
VI 4798,40 5141,57 4455,23 Seragam
VII 888,60 1010,86 766,339 Seragam
VIII 2585,00 2722,75 2449,05 Seragam
−
WC BKA BKB Keterangan
X
I 1626,30 1805,26 1447,34 Seragam
II 1662,90 1812,01 1513,79 Seragam
III 3703,50 3851,29 3555,71 Seragam
IV 6231,20 6561,89 5900,51 Seragam
V 925,90 1052,88 789,92 Seragam
VI 4993,60 5197,63 4789,57 Seragam
VII 992,50 1110,83 874,17 Seragam
VIII 2608,20 2735,13 2481,27 Seragam
103
−
WC BKA BKB Keterangan
X
I 1626,30 1805,26 1447,34 Seragam
II 1662,90 1812,01 1513,79 Seragam
III 3703,50 3851,29 3555,71 Seragam
IV 6231,20 6561,89 5900,51 Seragam
V 925,90 1052,88 789,92 Seragam
VI 4993,60 5197,63 4789,57 Seragam
VII 992,50 1110,83 874,17 Seragam
VIII 2608,20 2735,13 2481,27 Seragam
104