Anda di halaman 1dari 8

LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN DIAGRAM ISHIKAWA/

FISH BONE

PROGRAM UKM PENGEMBANGAN


Fishbone diagram atau diagram tulang ikan atau Ishikawa diagram adalah salah satu metode
untuk menganalisa penyebab dari sebuah masalah atau kondisi. Sering juga diagram ini disebut
dengan diagram sebab-akibat atau cause effect diagram.

Apa yang dimaksud dengan Diagram Tulang Ikan atau Fishbone Diagram ?

Fishbone Diagram atau diagram tulang ikan, biasa desebut Diagram Cause and Effect atau
Diagram Sebab Akibat adalah alat yang membantu mengidentifikasi, memilah, dan menampilkan
berbagai penyebab yang mungkin dari suatu masalah atau karakteristik kualitas tertentu.
Diagram ini menggambarkan hubungan antara masalah dengan semua faktor penyebab yang
mempengaruhi masalah tersebut.

Diagram ini kadang‐kadang disebut diagram “Ishikawa" karena ditemukan oleh Kaoru
Ishikawa,

Diagram fishbone ini dapat digunakan ketika kita perlu:

 Mengenali akar penyebab masalah atau sebab mendasar dari akibat, masalah, atau
kondisi tertentu
 Memilah dan menguraikan pengaruh timbal balik antara berbagai faktor yang
mempengaruhi akibat atau proses tertentu
 Menganalisa masalah yang ada sehingga tindakan yang tepat dapat diambil Manfaat
menggunakan diagram fishbone ini:
 Membantu menentukan akar penyebab masalah dengan pendekatan yang terstruktur
 Mendorong kelompok untuk berpartisipasi dan memanfaatkan pengetahuan kelompok
tentang proses yang dianalisis
 Menunjukkan penyebab yang mungkin dari variasi atau perbedaan yang terjadi dalam
suatu proses
 Meningkatkan pengetahuan tentang proses yang dianalisis dengan membantu setiap
orang untuk mempelajari lebih lanjut berbagai faktor kerja dan bagaimana faktor‐faktor
tersebut saling berhubungan
 Mengenali area dimana data seharusnya dikumpulkan untuk pengkajian lebih lanjut Cara
menggunakan diagram fishbone:

Ketika Anda menggunakan diagram ini, sebenarnya Anda sedang menyusun sebuah tampilan
bergambar yang terstruktur dari daftar penyebab yang terorganisir untuk menunjukkan
hubungannya terhadap sebuah akibat tertentu.
Langkah‐langkah untuk menyusun dan menganalisa diagram fishbone sebagai berikut:

1. Identifikasi dan definisikan dengan jelas hasil atau akibat yang akan dianalisis

 Hasil atau akibat disini adalah karakteristik dari kualitas tertentu, permasalahan yang
terjadi pada kerja, tujuan perencanaan, dan sebagainya.
 Gunakan definisi yang bersifat operasional untuk hasil atau akibat agar mudah dipahami.
 Hasil atau akibat dapat berupa positif (suatu tujuan, hasil) atau negatif (suatu masalah,
akibat). Hasil atau akibat yang negatif yaitu berupa masalah biasanya lebih mudah untuk
dikerjakan. Lebih mudah bagi kita untuk memahami sesuatu yang sudah terjadi
(kesalahan) daripada menentukan sesuatu yang belum terjadi (hasil yang diharapkan).
 Kita bisa menggunakan diagram pareto untuk membantu menentukan hasil atau akibat
yang akan dianalisis

2. Gambar garis panah horisontal ke kanan yang akan menjadi tulang belakang.

 Disebelah kanan garis panah, tulis deskripsi singkat hasil atau akibat yang dihasilkan oleh
proses yang akan dianalisis
 Buat kotak yang mengelilingi hasil atau akibat tersebut

.* : Untuk keperluan diagram digunakan contoh kasus penggunaan bahan bakar


kendaraan perusahaan yang boros.

3. Identifikasi penyebab‐penyebab utama yang mempengaruhi hasil atau akibat.

 Penyebab Ini akan menjadi label cabang utama diagram dan menjadi kategori yang akan
berisi berbagai penyebab yang menyebabkan penyebab utama.
 Untuk menentukan penyebab utama seringkali merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
Untuk itu kita dapat mencoba memulai dengan menulis daftar seluruh penyebab yang
mungkin. Kemudian penyebab‐penyebab tersebut dikelompokkan berdasarkan
hubungannya satu sama lain. Untuk membantu mengelompokkan atau mengkategorikan
penyebab ini ada beberapa pedoman yang dapat digunakan.

Berikut ini beberapa panduan yang sering digunakan:

o Industri jasa, biasanya menggunakan pengkategorian 4S, yaitu: surrounding,


supplier, system, skill.
o Di bidang administrasi dan pemasaran, biasanya menggunakan 8P, yaitu: product
atau service, price, people, place, promotion, procedures, processes, policies.
o Industri manufaktur, biasanya menggunakan 6M, yaitu: Man (pelatihan,
manajemen, sertifikasi, dan sejenisnya), Machine (perawatan, pemeriksaan,
pemrograman, pengujian, update perangkat lunak dan keras), Material (bahan
mentah, barang konsumsi, dan informasi), Method (pemrosesan, pengujian,
pengendalian, perancangan, instruksi), Measurement (kalibrasi), Mother Nature
(kondisi lingkungan seperti bising, kelembaban, temperatur)

Masih ada lagi jenis pengkategorian yang lain. Dalam menerapkannya, kita bebas untuk
menentukan pengkategorian disesuaikan dengan kebutuhan.

Selain itu, ada variasi lain dalam menentukan penyebab‐penyebab. Dalam hal ini,
daripada berusaha untuk menggolongkan seluruh penyebab kedalam berbagai kategori,
tentukan saja penyebab berdasarkan urutan proses yang digunakan. Jadi, pada garis
horisontal “tulang punggung ikan”, tuliskan semua proses utama dari kiri ke kanan.

 Tulis penyebab utama tersebut disebelah kiri kotak hasil atau akibat, beberapa tulis diatas
garis horisontal, selebihnya dibawah garis.
 Buat kotak untuk masing‐masing penyebab utama tersebut Contoh:

4. Untuk setiap penyebab utama, identifikasi faktor‐faktor yang menjadi penyebab dari
penyebab utama

 Identifikasi sebanyak mungkin faktor penyebab dan tulis sebagai sub cabang utama
 Jika penyebab‐penyebab minor menjadi penyebab dari lebih dari satu penyebab utama,
tuliskan pada semua penyebab utama tersebut.

Contoh:
5. Identifikasi lebih detail lagi secara bertingkat berbagai penyebab dan lanjutkan
mengorganisasikannya dibawah kategori atau penyebab yang berhubungan.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengajukan serangkaian pertanyaan “mengapa”. Contoh
pertanyaan untuk contoh kasus disini, adalah:

Contoh pertanyaan:

 Pertanyaan: Mengapa pengemudi menggunakan gigi persneling yang salah?


Jawaban: Pengemudi tidak mendengar suara mesin
 Pertanyaan: Mengapa pengemudi tidak mendengar suara mesin?
Jawaban: Radio dinyalakan dengan suara terlalu keras
Jawaban: pendengaran tidak bagus
 Pertanyaan: Mengapa ban sering kempes?
Jawaban: Tidak ada catatan ukuran tekanan ban
Jawaban: Ban sering bocor halus
 Pertanyaan: Mengapa ban sering bocor halus?
Jawaban: kualitas ban tidak bagus
 Pertanyaan: Mengapa perawatan tidak baik?
Jawaban: Kekurangan dana
Jawaban: tidak ada kesadaran
 Pertanyaan: Mengapa menggunakan BBM dengan kandungan oktan yang tidak tepat?
Jawaban: Tidak mengetahui kandungan oktan yang direkomendasikan
 Pertanyaan: Mengapa tidak ada rekomendasi kandungan oktan
Jawaban: Tidak ada buku manual kepemilikan kendaraan
Catatan: Jika sebuah cabang memiliki banyak sub cabang dapat dipecah menjadi diagram
yang lebih kecil.Diagram diatas belum semua penyebab minor digambarkan.

6. Menganalisis diagram

Analisis membantu kita mengidentifikasi penyebab yang menjamin pemeriksaan lebih lanjut.
Diagram fishbone ini hanya mengidentifikasi kemungkinan penyebab. Diagram pareto dapat
digunakan untuk membantu kita menentukan penyebab yang akan pertama kita fokuskan.

 Lihat keseimbangan diagram:


o Jika ada kelompok dengan banyak item pada suatu area dapat mengindikasikan
perlunya pengkajian lebih lanjut
o Jika ada kategori utama dengan sedikit penyebab minor dapat mengindikasikan
perlunya indentifikasi lagi penyebab minornya.
o Jika ada beberapa cabang kategori utama hanya memiliki sedikit sub cabang,
mungkin kita perlu mengkombinasikannya dalam satu kategori.
 Cari penyebab yang muncul berulang, mungkin penyebab ini adalah penyebab akar
 Cari apa yang bisa diukur dari setiap penyebab sehingga kita dapat mengkuantitaskan
hasil atau akibat dari setiap perubahan yang kita lakukan
 Dan yang terpenting, identifikasi penyebab‐penyebab yang dapat diambil tindakan

Dari contoh kasus, hasil analisisnya adalah:

 Tingkat detail sudah seimbang


 Tidak ada penyebab yang berulang
 Perawatan buruk sepertinya menjadi penyebab yang dapat dilakukan pengukuran
terhadapnya
 Perawatan buruk sepertinya juga menjadi penyebab yang dapat dilakukan tindakan
terhadapnya.
ADVERTISEMENT

Wina.prindaWina Prinda Hapsari


Feb '18

Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan) sering juga
disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru
Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas
dasar (7 basic quality tools).

Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah
dan terutama ketika sebuah team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2005).

Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika masalah dan akar
penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat menolong kita untuk
menemukan akar penyebab masalah secara user friendly, tools yang user friendly disukai orang-
orang di industri manufaktur di mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel
yang berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan (Purba, 2008).

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah,
dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi
sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan
sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi
brainstorming.

Untuk lebih jelasnya, saya akan menguraikan prosedur atau langkah-langkah pembuatan
fishbone diagram di bawah ini.

Langkah-Langkah Pembuatan Fishbone Diagram

Pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan menghabiskan waktu sekitar 30-60 menit
dengan peserta terdiri dari orang-orang yang kira-kira mengerti/paham tentang masalah yang
terjadi, dan tunjuklah satu orang pencatat untuk mengisi fishbone diagram. Alat-alat yang perlu
disiapkan adalah: flipchart atau whiteboard dan marking pens atau spidol.

Langkah 1: Menyepakati pernyataan masalah

 Sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan masalah ini


diinterpretasikan sebagai “effect”, atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala
ikan”.
 Tuliskan masalah tersebut di tengah whiteboard di sebelah paling kanan, misal: “Bahaya
Potensial Pembersihan Kabut Oli”.
 Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan buat
panah horizontal panjang menuju ke arah kotak .

Langkah 2: Mengidentifikasi kategori-kategori

 Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Setiap cabang
mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai
“cause”, atau secara visual dalam fishbone seperti “tulang ikan”.
 Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal
dengan situasi. Kategori-kategori ini antara lain:
o Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:
 Machine (mesin atau teknologi),
 Method (metode atau proses),
 Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi),
 Man Power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) / Mind Power (pekerjaan
pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya),
 Measurement (pengukuran atau inspeksi), dan
 Milieu / Mother Nature (lingkungan).
o Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:
 Product (produk/jasa),
 Price (harga),
 Place (tempat),
 Promotion (promosi atau hiburan),
 People (orang),
 Process (proses),
 Physical Evidence (bukti fisik), dan
 Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas).
o Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa:
 Surroundings (lingkungan),
 Suppliers (pemasok),
 Systems (sistem),
 Skills (keterampilan), dan
 Safety (keselamatan).
 Kategori di atas hanya sebagai saran, kita bisa menggunakan kategori lain yang dapat
membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori biasanya sekitar 4 sampai dengan
6 kategori.

Langkah 3: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming

 Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.
 Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab tersebut harus
ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah kategori yang mana
gagasan tersebut harus ditempatkan, misal: “Mengapa bahaya potensial? Penyebab:
Karyawan tidak mengikuti prosedur!” Karena penyebabnya karyawan (manusia), maka
diletakkan di bawah “Man”.
 Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari
garis diagonal.
 Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih kecil (sub-
sebab) keluar dari garis horisontal tadi, misal: “Mengapa karyawan disebut tidak
mengikuti prosedur? Jawab: karena tidak memakai APD”.
 Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan
beberapa kategori.

Langkah 4: Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin

 Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara semua sebab-
sebab dan sub-subnya.
 Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori, kemungkinan
merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.
 Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling
memungkinkan) dan tanyakan , “Mengapa ini sebabnya?”
 Pertanyaan “Mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab pokok dari
permasalahan teridentifikasi.
 Tanyakan “Mengapa ?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Kalau sudah
sampai ke situ sebab pokok telah terindentifikasi.
 Lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada fishbone diagram.

Anda mungkin juga menyukai