Blog Riyawan
PKPA APOTEK
6) Bagaimana perbedaan sistem pengadaan Just In Time (JIT) dan Spekulatif? Sebutkan kelebihan dan
kekurangan masing-masing!
11) Apa yang dilakukan jika ada barang datang beserta fakturnya?
12) Laporan apotek apa saja yang harus dilaporkan tiap bulan dan tiap 3 bulan?
17) Apa yang dimaksud dengan pajak PPh pasal 4 ayat 2, 21, 23, 25, 28, 29?
18) Pembagian keuntungan meliputi premi, deviden, frenchise, dan royalty. Atas dasar apakah
pembagian keuntungan dari masing-masing tersebut?
20) Bagaimana rumus pemberian harga untuk Resep, OB/OBT dan OWA?
22) Untuk Ilmu Resep, singkatan latin, penulisan etiket, copi resep, dan Rumus perhitungan dosis
dipelajari yah…
DMC (Drug Management Cycle) adalah suatu siklus yang didalamnya terdapat masing-masing unsur
pokok yaitu (selection, procurement, distribution dan use), dimana unsure-unsur tersebut mempunyai
fungsi pokok / sebagai pengarah dalam menentukan kebijakan kedepan.
Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan kompleks yang merupakan suatu siklus yang saling
terkait, pada dasarnya terdiri dari 4 fungsi dasar yaitu seleksi dan perencanaan, pengadaan, distribusi
serta penggunaan. Pada dasarnya, manajemen obat di apotek adalah bagaimana cara mengelola tahap-
tahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat
tercapaitujuan pengelolaan obat yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter dan
pasien selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung
pelayanan yang bermutu.
a. Seleksi
Proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan, identifikasi pemilihan terapi, bentuk sediaan, kriteria
pemilihan, standarisasi/penyusunan formularium.
b. Procurement
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang direncanakan dan disetujui, dapat melalui
pembelian, produksi/pengemasan kembali, sumbangan. Diharapkan memperoleh pembekalan yg efisien
(tak terjadi stock out).
c. Distribution
Proses penyaluran obat dari IFRS/apotek ke pasien untuk menjamin ketersediaan obat bagi pasien dan
mutu obat yang terjagaProses penyaluran obat dari IFRS/ apotek ke pasien untuk menjamin ketersediaan
obat bagi pasien dan mutu obat yang terjaga.
d. Use
Yang didalam nya terdapat diagnose, peresepan , dispensing dan pengguanaan yang tepat untuk pasien.
Siklus manajemen obat didukung oleh faktor-faktor pendukung manajemen(management support) yang
meliputi organisasi, keuangan atau finansial, sumber daya manusia (SDM), dan sistem informasi
manajemen (SIM). Setiap tahap siklus manajemen obat yang baik harus didukung oleh keempat faktor
tersebut sehingga pengelolaan obat dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Siklus pengelolaan
obat dinaungi/dibatasi oleh bingkai kebijakan dan peraturan perundang-undangan.Siklus pengelolaan
obat tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
2) Metode Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi
yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Ada beberapa macam metode perencanaan, metode
konsumsi, metode epidemiologi, serta kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi. Pemilihan metode
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
a. Metode konsumsi
Metode konsumsi adalah suatu metode perencanaan obat berdasarkan pada jumlah kebutuhan riil obat
pada periode lalu dengan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada penggunaan obat tahun
sebelumnya. direncanakan berdasarkan pengeluaran barang pada periode sebelumnya. Jadi, kita harus
memantau obat apa yang paling banyak dikeluarkan pada priode sebelumnya. Sehingga kita perlu
mengelompokkan barang menjadi 2 yaitu barang yang fast moving dan slow moving.Metode ini banyak
digunakan di Apotek.
Metode konsumsi digunakan untuk: Obat atau alkes yang sudah mempunyai data konsumsi yang
mantap, yang tidak bisa dihitung dengan kasus per kasus penyakit.
Kelebihan:
2) Bila data konsumsi lengkap dan pola preskripsi tak berubah, pola perskripsi relatif konstan maka
kelebihan stock sangat kecil.
3) Mudah.
4) Sederhana.
Kekurangan:
1) Tidak dapat dijadikan dasar dalam mengkaji penggunaan obat dan perbaikan preskripsi.
2) Tidak dapat diandalkan jika terjadi kekurangan stock obat lebih dari 3 bulan, obat berlebih, atau
adanya kehilangan.
6) Obat macet.
Metode morbiditas yaitu berdasarkan pada penyakit yang ada. perencanaan didasarkan pada
penyebaran penyakit, wabah, atau penyakit yang paling banyak di daerah itu. Bisa juga kita mencari
informasi di daerah tersebut mengenai 10 jenis penyakit tertinggi yang sering diderita masyarakat
sekitar. Dasarnya adalah jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load),
yaitu didasarkan pada penyakit yang ada atau yang paling sering muncul dimasyarakat. Metode ini paling
banyak digunakan di rumah sakit.
Metode epidemiologi bertujuan untuk:
1) Mengetahui kebutuhan perbekalan kesehatan suatu populasi masyarakat tertentu (obat program
KB, obat program imunisasi).
1) Perencanaan kebutuhan obat yang mana kasus penyakit cenderung naik atau turun.
2) Perencanaan kebutuhan penyakit tertentu, terutama penyakit yang perlu menggunakan obat mahal
(obat kanker, albumin, anastesi inhalasi).
4) Penyediaan obat floor stock di ruang rawat inap atau ruang tindakan medik (jika di RS).
Kelebihan:
Kekurangan:
1) Rumit.
2) Lama.
5) Data penyakit sulit di peroleh dengan pasti mungkin karena tak melapor/diagnosis tak ditulis dengan
lengkap, atau penyakit tidak terdaftar dalam daftar penyakit.
7) Dapat terjadi kekurangan obat karena ada wabah atau kebutuhan insidentil.
Direncanakan berdasarkan barang yang banyak dikeluarkan dan epidemiologi penyakit pada periode saat
itu. Misalnya pada bulan puasa banyak yang mencari/menggunakan obat maagh, maka kita sediakan
obat maagh yang banyak untuk saat itu. Metode ini untuk menutupi kelemahan kedua metode diatas.
Metode kombinasi berupa perhitungan kebutuhan obat atau alkes yang mana telah mempunyai data
konsumsi yang mantap namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau turun). Metode kombinasi
digunakan untuk mengikuti perkembangan perubahan pola penyakit dan perubahan-perubahan terkait
dan secara terus menerus melakukan analisis data. Gabungan perhitungan metode konsumsi dengan
koreksi epidemiologi yang sudah dihitung dengan suatu prediksi (boleh prosentase kenaikan kasus atau
analisa trend). Koreksi tersebut dapat berupa penambahan bila kasus epidemiologi naik, berupa
pengurangan bila kasus epidemiologi turun.
a. Untuk obat dan alkes yang terkadang fluktuatif maka dapat menggunakan metode konsumsi dengan
koreksi-koreksi pola penyakit, perubahan, jenis/jumlah tindakan, perubahan pola peresepan, perubahan
kebijakan pelayanan kesehatan.
c. Harus disertai kesepakatan penatalaksanaan terapi/tindakan antara pihak SMF, Farmasi, pihak
manajemen RS.
d. Farmasi perlu sering berkomunikasi dengan pihak terkait dan memonitor jumlah tindakan/kunjungan
dan persediaan obat.
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang direncanakan dan disetujui, dapat
melalui pembelian, produksi/pengemasan kembali, sumbangan. Diharapkan memperoleh pembekalan
yang efisien (tak terjadi stock out). Pengadaan obat merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan dibutuhkan melalui:
a. Pembelian/pemesanan
1) Terbatas (Hand to mouth buying), pembelian/pemesanan (order) dilakukan sesuai dengan kebutuhan
dalam jangka waktu yang pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas, ED
cepat, dan PBF berada tidak jauh dari apotek, misalnya berada dalam satu kota/wilayah sehingga lead
time cepat dan selalu siap melayani kebutuhan obat sehingga obat dapat segera dikirim.
Pengadaan secara intuisi, dilakukan pada sediaan farmasi yangdiperkirakan akan mengalami peningkatan
permintaan dalam kurun waktutertentu, misalnya karena adanya pengaruh wabah suatu penyakit.
3) Spekulasi, dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan untuk mengantisipasi akan adanya
kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus untuk pembelian jumlah besar.
Pembelian/pemesanan dilakukan dengan pertimbangan diskon, adanya penawaran bonus barang dan
ada kemungkinan kenaikan harga. Metode spekulasi harus dipertimbangkan kecepatan aliran barang
karena bisa jadi apotek rugi karena harus membeli dalam jumlah besar akibat mengejar diskon, bonus
atau ada kemungkinan kenaikan harga sehingga barang menumpuk. Apotek bisa untung jika barang
tersebut fast moving cepat laku atau solusi lain beli dalam jumlah besar namun bonusnya bagi dengan
apotek lain jadi kerja sama dengan apotek lain. (Kekurangan: obat menumpuk. Jadi, solusinya Spekulasi
terencana yiatu boleh spekulasi tapi untuk obat fast moving). Cara pembelian ini dilakukan dalam jumlah
yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau
dikarenakan adanya diskon atau bonus. Meskipun pembelian secara spekulasi memungkinkan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar tetapi cara ini mengandung resiko yang besar untuk obat-
obat dengan waktu kadaluarsa yang relative pendek dan yang bersifat slow moving.
4) Konsinyasi, pemilik barang menitipkan barang kepada apotek.Apotek hanya membayar barang yang
terjual, sedangkan sisanya dapat diperpanjang masa konsinyasinya. Cara seperti ini biasanya dilakukan
pada produk baru.Pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF menitipkan barang baru (produk baru)
ke apotek, jika sudah laku terjual baru kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam jangka waktu
tertentu yang telah disepakati maka barang dapat dikembalikan.
5) JIT (just in time), pembelian dalam jumlah kecil/terbatas, jika sedang butuh, baru memesan atau
membeli, biasanya meode ini dipilih untuk barang yang mahal, lama laku, dan keluarnya sedikit.
Tender
Pembelian dg nilai lebih dari 100 juta dilakukan dengan pengumuman terbuka di media massa, dan
diikuti oleh rekanan-rekanan yang memenuhi kualifikasi yang ditetapkan.
1) Tender terbuka/lelang
b) Harga dapat dikendalikan, beban kerja lebih ringan daripada lelang terbuka.
1) Dilakukan pendekatan langsung dengan rekanan terpilih untuk tawar-menawar untuk mencapai
persyaratan spesifik, harga, penetapan jumlah service delivery,dibuat suatu perjanjian
c. Penunjukan langsung
d. JIT
Ket: RS Negeri: a, c, dan d (metode pembelian di RS Negeri (Per Pres No 54 th 2010 ttg pengadaan
barang/jasa pemerintah).
RS Swasta: b, c, e
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan steril atau non steril
untuk memenuhi pelayanan kesehatan di rumah sakit.
c. Donasi/hibah, Pemberian/sumbangan.
a. Perencanaan
b. Pengadaan
5) Sistem pengadaan yang tepat di daerah yang terpencil adalah terencana. Pengadaan dengan metode
terancana yaitu:
a. PBF berada di luar kota. PBF berkunjung tidak tiap hari, dan pengiriman tidak setiap hari.
Sistem Pengadaan
Spekulatif
a. cara pembelian obat ini untuk obat obat yang mahal, dibutuhkan segera, waktu kadaluarsa nya
pendek, dan obat itu bersifat slow moving.
a. Cara pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang besar dari kebutuhan dengan harapan ada kenaikan
harga dalam waktu dekat atau dikarenakan adanya diskon atau bonus. Meskipun pembelian secara
spekulatif memungkinkan mendapatkan keuntungan yang besar tetapi cara ini mengandung resiko yang
besar untuk obat obat dengan waktu kadaluarsa yang relative pendek yang bersifat slow moving.
b. Pembelian dikarenakan mengejar diskon/bonus yang ditawarkan (namun biasanya harus dibayar
tunai/cash).
Kelebihan:
Kelebihan:
a. Dapat bonus/diskon.
Kekurangan:
Kekurangan:
Barang kosong terutama jika ada pasien dating yang tidak terprediksi missal dari luar kota.
a. Bayar kontan.
c. Resiko rugi untuk obat-obat dengan ED yang relative pendek dan yang bersifat slow moving.
a. Kredit, yaitu pembayaran pembelian dengan jatuh tempo/tenggang waktu (21-45 hari) yang biasanya
dilakukan 21 hari, 1 bulan/28 hari, atau berbulan-bulan (untuk PBF dari luar kota) setelah barang dating,
biasanya tidak ada diskon, mungkin ada diskon pada pabrik tertentu tergantung kebijakan pabrik.
b. COD (Cash On Delivery), yaitu pembayaran secara langsung cash ketika barang dating/diterima.
Biasanya dilakukan pada pembelian obat narkotika dari PBF Kimia Farma/psikotropik ataupun pembelian
obat-obatan dengan tunai/yang memberikan bonus (spekulasi). Biasanya ada diskon 1-1,5% disamping
diskon cash 5%.
c. Cash/tunai, pembayaran dengan jangka waktu jatuh tempo maksimal 2 minggu, biasanya ada diskon
(missal 5%).
d. Konsinyasi, yaitu obat yang dititip jual oleh distributor dan pembayaran dilakukan setelah barang
sudah laku di jual di apotek. pembayaran dilakukan jika barang terjual. PBF menitipkan barang baru
(produk baru) ke apotek, jika sudah laku terjual baru kemudian dibayar ke PBF dan jika tidak laku dalam
jangka waktu tertentu yang telah disepakati maka barang dapat dikembalikan.
COD ( Cash On Delivery) harus dilakukan yaitu untuk barang barang narkotik dari PBF kimia farma. Ketika
barang datang, pembabayaran tunai langsung dilakukan.
a. Pembelian obat narkotika dari PBF Kimia Farma (wajib/mutlak COD), psikotropika (terkait peraturan
perundang-undangan).
b. Jika metode pembeliannya dengan pembayaran tunai misalnya spekulasi untuk mengejar bonus atau
diskon.
Proses penyeleksian perbekalan farmasi menurut WHO dapat didasarkan pada kriteria berikut:
1. Relevan dengan prevalensi penyakit/berdasarkan pola penyakit dan prevalensi penyakit (10 penyakit
terbesar).
2. Obat-obat yang telah diketahui penggunaannya (well-known), dengan profil farmakokinetik yang
baik dan diproduksi oleh industri lokal (local manufacture).
3. Efektif (efficacy) dan aman (safety) berdasarkan bukti latar belakang penggunaan obat.
4. Memberikan manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal, termasuk manfaat secara financial
(memenuhi kriteria cost-benefit ratio terhadap biaya pengobatan total).
Mengecek kesesuaian barang yang datang dengan yang tertera difaktur serta sesuaikan juga dengan SP
(Surat Pesanan) yaitu jumlah dan jenis barang, Expired Date/waktu kadaluarsa dan No. Batch. Jika sesuai
maka faktur dicap dan ditandatangani kemudian 1 lembar untuk apotek diambil lembar selebihnya
diserahkan kembali kepada yang mengantarkan barang pesanan tersebut. Selanjutnya barang yang baru
dating harus ditulis dibuku barang dating (manual) dan/atau diinput dikomputer (komputerisasi) dengan
keterangan: Nomor urut barang, tanggal SP, nomor faktur, nama PBF, nama obat, nomor batch, jumlah
barang, harga satuan, diskon, total harga, ED. Barang ini disimpan digudang (jika ada) atau ditata
dietalase obat, dan dicatat dikartu stok dan buku ED.
Atau
1. Pengiriman barang disertai faktur (memuat nama PBF, tanggal, jenis dan jumlah barang), kemudian
dicocokkan/pengecekkan (ED, keadaan fisik obat, sesuai dengan permintaan jenis dan jumlah obat).
2. Jika sesuai maka faktur ditanda tangani oleh Apoteker / AA ( nama terang, SK dan cap Apotek).
4. Obat yang diperoleh dicatat di buku penerimaan/ED, menyangkut nama PBF yang mengirim barang,
harga barang dan No. Batch. No. batch penting karena sewaktu waktu BPOM dapat menarik obat-obat
tertentu dengan no. batch tertentu.
a. Neraca.
b. Laporan Laba/Rugi.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
a. obat,
b. bahan obat,
d. kosmetika.
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian, yaitu:
a. apotek,
c. puskesmas,
d. klinik,
f. praktek bersama.
c) Yang dimaksud dengan STRA, STRA Khusus, STRTTK:
2. Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
4. STRA Khusus adalah surat tanda registrasi bagi Apoteker lulusan luar negeri yang akan menjalankan
Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia harus memiliki STRA setelah melakukan adaptasi pendidikan.
6. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkatSTRTTK adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi.
Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker
untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada Apotek, Puskesmas atau Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. (Apoteker bekerja dipelayanan).
SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian sebagai Apoteker pendamping.
Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi dan fasilitas
distribusi atau penyaluran. (Apoteker bekerja di PBF dan industri).
SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Kefarmasian.
Industri farmasi harus memiliki 3 (tiga) orang Apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing pada
bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi Sediaan Farmasi.
· Industri obat tradisional dan pabrik kosmetika harus memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang
Apoteker sebagai penanggung jawab.
Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf a hanya dapat melaksanakan praktik di 1
(satu) Apotik, atau puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit.
Apoteker pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf b hanya dapat
melaksanakan praktik paling banyak di 3 (tiga) Apotek, atau puskesmas atau instalasi farmasi rumah
sakit.
Pasal 41
STRA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 5 (lima) tahun apabila
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1).
a. Care Giver : farmasis sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan klinis, analitis, teknis,
sesuai peraturan perundang-undangan.
c. Communicator : Farmasis harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik dengan
pasien, teman sejawat maupun profesi kesehatan yang lain.
e. Manager : Farmasis harus efektif dalam mengelola sumber daya manusia (manusia, fisik, anggaran)
dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan.
f. Life Long Learner : Farmasis harus senang belajar sejak dari kuliah dan semangat belajar harus selalu
dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa keahlian dan keterampilan selalu baru (Up-date)
dalam melakukan praktik profesi.
g. Teacher : Farmasis mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih farmasis generasi
mendatang..
17) Pajak penghasilan PPh pasal 4 ayat 2, 21, 23, 25, 28, 29 adalah:
b. PPH pasal 21 adalah pengenaan pajak pribadi/perorangan atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan diluar usaha yang dimiliki. Mengatur pajak pribadi atau perorangan. PPh pasal 21 mengatur
pajak pribadi atau perorangan. Besarnya pajak ini adalah Penghasilan Netto dikurangi PTKP. Pajak
dikenakan pada karyawan tetap yang penghasilannya telah melebihi PTKP. Penggunaaan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan berupa gaji, upah, dan honorarium. Besarnya PPh pasal 21
adalah berdasarkan penghasilan netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Pajak yang
ditanggung oleh pemerintah sebesar 5%, dikurangi dengan PTKP. Penghasilan yang lebih besar dari
Rp2.000.000 tidak ditanggung oleh pemerintah. Pajak ini dikenakan pada karyawan tetap yang telah
melebihi PTKP dan dibayarkan. Berdasarkan PerMenKes RI. No. 564/KMK.03/2004 tanggal 29 November
2004 besarnya PTKP ditunjukkan pada table 1.
Jenis PTKP
Setahun
Sebulan
Rp. 13.200.000,00
Rp. 1.100.000,00
Rp. 1.200.000,00
Rp. 100.000,00
Tambahan untuk setiap anggota keluarga yang sedarah, paling banyak 3 orang
Rp. 1.200.000,00
Rp. 100.000,00
Langkah perhitungan:
1) NETTO
3) Pajak Terhutang
c. PPH pasal 23 adalah pajak yang dibayar oleh wajib pajak yang memiliki usaha/pemegang saham
suatu usaha, pengenaan pajak atas deviden. Mengatur pajak bagi apotek yang berbentuk badan usaha.
PPh pasal 23 mengatur pajak bagi apotek yang berbentuk badan usaha. PPh 23 adalah pemotongan
pajak oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden, bunga royalti, sewa, hadiah, penghargaan, dan
imbalan jasa tertentu. Besarnya PPh pasal 23 adalah deviden dikenai 15% dari keuntungan yang
dibagikan.
PPh pasal 23 adalah pemotongan pajak oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden, bunga royalty,
sewa, hadiah, penghargaan dan imbalan jasa tertentu. Besarnya PPh pasal 23 adalah deviden dikenai
15% dari keuntungan yang dibagikan, juga konsultan hokum, konsultan pajak dan jasa lainnya dikenai
pajak 15% x 50%.
d. PPH pasal 25 adalah angsuran pajak yang dibayarkan tiap bulan. Mengatur pajak pribadi maupun
badan usaha. PPh pasal 25 mengatur pajak bagi pribadi maupun badan usaha. PPh pasal 25 adalah
pembayaran pajak yang berupa cicilan tiap bulan sebesar 1/12 dari pajak keuntungan bersih tahun
sebelumnya (dihitung berdasarkan neraca laba-rugi sehingga dapat diketahui sisa hasil usaha/SHU atau
keuntungan). PPh pasal 25 adalah pembayaran pajak yang berupa cicilan tiap bulan sebesar 1/12 dari
pajak keuntungan bersih tahun sebelumnya, angsuran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri dari
pajak keuntungan bersih tahun sebelumnya (dihitung berdasarkan neraca laba-rugi sehingga dapat
diketahui sisa hasil usaha/SHU atau keuntungan). PPh pasal 25 ini dibayarkan dalam bentuk SPT Masa
dan SSP setiap bulan.
12
e. PPH Pasal 28 adalah pajak terhutang < angsuran kredit pajak (lebih bayar).Apabila jumlah pajak
terhutang lebih kecil daripada jumlah kredit pajak maka setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan
pembayaran pajak dikembalikan dengan PPh pasal 28. Apabila jumlah pajak terutang lebih kecil daripada
jumlah kredit pajak maka setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan pembayaran pajak dikembalikan
dengan PPh pasal 28.
f. PPH Pasal 29 adalah pajak terhutang > angsuran kredit pajak (kurang bayar).Apabila jumlah pajak
terhutang untuk 1 tahun pajak lebih besar dari jumlah kredit pajak maka harus dilunasi dengan PPh pasal
29. Apabila jumlah pajak terutang untuk satu tahun pajak lebih besar dari jumlah kredit maka harus
dilunasi sesuai dengan PPh pasal 29.
18) Pembagian keuntungan premi, deviden, frenchise, dan royaltay atas dasar:
19) Syarat penyimpanan narkotik sesuai dengan UU No. 35/2009 Pasal 14 ayat 1:
Narkotika yang berada dalam penguasaan industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai
pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib disimpansecara khusus.
Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menkes RI No.28/Menkes/Per/VI/1978. Dalam
peraturan tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan
narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk
menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan
untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari.
d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari
tersebut harus dibuat melekat pada tembok atau lantai.
e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali
ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan.
g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
Keterangan:
Toeslag : Uang jasa pelayanan tenaga medis yang harus dibagikan tiap bulan.
a. persyaratan administratif :
- Informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis,potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
c. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat
dan lain-lain).
Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah
pemberitahuan
Sumber:
SIMILAR POSTS
Antibiotika
Antibiotika
NEXT
PREVIOUS
Terimakasih atas Kunjungannya| Kritik dan Saran dianjurkan disini.| Pringatan! di larang marah - marah
di pos komentar ini dan Apabila Artikel yang Anda Baca ada yang salah silahkan tinggalkan pesan.| jika
Anda ingin mengkopi atau menyebarluaskan Artikel tersebut, mohon cantumkan alamat urlnya.
INFO NEWS
SUPLEMEN BURUNG
Mengatasi Stres, Membantu Menambah Vitalitas, Stamina, Tenaga, Kebugaran, Metabolisme Tubuh,
Serta Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Pada Burung.
ALAMAT
GOOGLE+ FOLLOWERS
© Copyright 2012-2016 Blog Riyawan. Alamat: JL. Olah Raga, Gg.Kalikonang, Babat - Lamongan 62271 |
Template by Bloggertheme9. Powered by Blogger.