ABSTRAK
Obat sebagai aset lancar rumah sakit sangat penting untuk kelangsungan
hidup pasien karena intervensi pelayanan kesehatan dirumah sakit 90% lebih
menggunakan obat. Terjadinya kekosongan obat, kehabisan stok, atau stok yang
menumpuk berdampak secara medis dan ekonomi. Hal seperti ini memerlukan
upaya pengelolaan obat yang efisien dan efektif. Di Instalasi Farmasi RSI Siti
Aisyah Madiun mengenai ketersediaan obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah
Madiun merupakan variabel yang memiliki angka ketidakpuasan tinggi dengan
nilai sebesar 56,7%. Untuk itu maka perlu dilakukan analisis manajemen logistik
obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif untuk mendapatkan
informasi yang lebih mendalam tentang proses manajemen logistik obat di
instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun Tahun 2017. Penelitian ini dilakukan
pada bulan April-Juni 2017. Informan penelitian ini berjumlah 7 informan terdiri
dari Kepala Instalasi Farmasi, Koordinator Pelayanan Farmasi, Asisten Apoteker
Rawat Inap, Asisten Apoteker Rawat Jalan, Koordinator Gudang Farmasi, Staf
Gudang Farmasi, serta Kabag Perencanaan dan Keuangan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen logistik obat di Instalasi
Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun belum efektif. Hal ini terlihat dari beberapa
komponen Input yang terlihat bahwa SDM yang masih kurang, masih ada point
dalam SOP yang diabaikan serta sarana kurang memadai terutama untuk gudang
penyimpanan yang masih kurang luas. Sedangkan untuk proses masih terlihat
bahwa perencanaan, pengadaan dan pengendalian belum efektif serta
penyimpanan kurang memadai. Output yang dihasilkan masih terdapat obat yang
kosong dan kadaluwarsa.
Disarankan Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun lebih memperhatikan
sistem manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun
khususnya mengenai kuantitas dan kualitas SDM serta sarana prasarana.
i
ABSTRACT
Drugs as a vital current asset for patient survival in hospital because 90%
more health service interventions are using drug. The occurrence of drug void, out
of stock, or stacked up stock that impacts medically and economically. This
requires effective and efficient drug management attemption. In Pharmacy
Installation of Hospital Siti Aisyah Madiun showed the availability of drugs has a
high rate of dissatisfaction with a value of 56.7%. Therefore, necessary to analyze
the drug logistics management in Installation of Pharmacy RSI Siti Aisyah
Madiun.
This research is descriptive qualitative, its to get deeper information about
the process of drug logistics management in pharmacy installation RSI Siti Aisyah
Madiun Year 2017. This research was conducted in April-June 2017. The
informants of this research are 7, consist of Head of Pharmacy Installation,
Coordinator of Pharmacy Services, Inpatient Pharmacist Assistant, Outpatient
Pharmacist Assistant, Pharmaceutical Warehouse Coordinator, Pharmaceutical
Warehouse Staff, and Head of Planning and Finance.
The results showed that the management of drug logistics in Pharmacy
Installation RSI Siti Aisyah Madiun is not effective. It can be seen from some
components of Input that the human resources are still lacking, there are still
points in the SOP is neglected and facilities are not adequate, especially for the
warehouse storage is still less extensive. As for the process is seen that the
planning, procurement and control has not been effective and inadequate storage.
The resulting Output there are many drug that empty and expired.
Suggested in Pharmacy Installation of RSI Siti Aisyah Madiun more
focuss to drug logistics management system especially for quantity and quality
human resources and infrastructure facilities.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat. Salah satu kewajiban rumah sakit yaitu membuat, melaksanakan, dan
menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam
melayani pasien, Sehingga kewajiban ini menuntut rumah sakit untuk terus
1
2
merupakan revenue center utama. Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90%
obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis, alat kedokteran,
dan gas medik, dan 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari
2006).
Obat sebagai aset lancar rumah sakit sangat penting untuk kelangsungan
hidup pasien karena intervensi pelayanan kesehatan dirumah sakit 90% lebih
stok, atau stok yang menumpuk berdampak secara medis dan ekonomi. Hal seperti
ini memerlukan upaya pengelolaan obat yang efisien dan efektif (Satibi, 2016).
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
bertahap agar menjadi lebih efektif dan efisien bagi pasien, keluarga maupun
terjadi kekosongan stok obat di instalasi farmasi tentu akan sangat berpengaruh
obat dan cara pengendaliannya di RSUD kota bekasi pada tahun 2015 menyatakan
bahwa pengelolaaan obat yang dilakukan masih belum cukup efektif. Hal ini
dikarenakan masih ada beberapa komponen input (Sumber daya manusia, dana,
pengawasan dan pengendalian), serta output (stock out, obat kaduluarsa, stock
opname) yang belum memenuhi standart sesuai dengan permenkes No. 58 tahun
obat di instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr Sam Ratulangi Tondano
Rumah Sakit yang sudah ditetapkan, dikarenakan kendala yang ada fasilitas
gudang farmasi dan instalasi farmasi belum memadai sehingga masih terjadi
penumpukan obat.
persediaan obat paten di RS Zahirah pada tahun 2014, kekosongan obat juga
terjadi dimana 164 jenis obat yang pernah dibeli ke apotek luar pada triwulan 1
(januari- Maret) tahun 2014. Hal ini menunjukan bahwa terdapat 164 jenis obat
yang belum dapat disediakan dalam jumlah yang diminta pada waktu yang
apotek luar. Rata-rata terdapat 6 jenis obat yang dibeli ke apotek luar setiap
persediaan obat di gudang farmasi RSUD kota sekayu belum efektif. Hal ini
terlihat dari beberapa komponen mulai dari input yaitu SDM yang kurang, sarana
dan tempat gudang penyimpanan yang kurang memadai serta anggaran yang
kurang, untuk proses yaitu perencanaan yang kurang tepat dan tempat
penyimpanan yang kurang memadai sedangkan output masih terdapat obat yang
Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun adalah rumah sakit islam pertama di
kota madiun yang berdiri pada tanggal 31 Agustus 1962. Rumah Sakit Islam Siti
Aisyah memiliki Instalasi Farmasi 24 jam yang dikepalai oleh seorang apoteker.
5
kepuasan pasien di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSI Siti Aisyah Madiun dapat
Berdasarkan tabel 1.1, Dari semua variabel yang ada mengenai waktu
tunggu dan ketersediaan obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun pada
ketidakpuasan paling tinggi, dalam variabel waktu tunggu dan ketersediaan obat
dapat diketahui bahwa pasien yang menyatakan tidak puas masih diatas 50%,
untuk waktu tunggu pelayanan obat responden yang menyatakan tidak puas yaitu
RSI Siti Aisyah Madiun yang menyatakan bahwa rata-rata waktu tunggu
pelayanan resep obat jadi adalah 8,54 menit dan obat racikan adalah 16,95 menit,
hal ini menunjukan bahwa waktu tunggu pelayanan obat di RSI Siti Aisyah
yaitu waktu tunggu kurang dari 30 menit untuk obat jadi dan kurang dari 60 menit
Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun juga merupakan variabel yang memiliki
RSI Siti Aisyah Madiun bahwa untuk ketersediaan obat sudah hampir tercapai,
meskipun masih ada beberapa yang mengalami stock out. Hal ini dapat dibuktikan
“output manajemen logistik belum tercapai 100%, meskipun nilai obat stock
out tidak terlalu besar (Ka. Farmasi).”
fungsi manajemen logistik yakni pelaksanaan yang belum berjalan maksimal hal
ini disebabkan karena tempat penyimpanan yang belum memadai dan tenaga
72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit pada pasal 6
menjamin ketersedian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai yang
menyebutkan bahwa salah satu kegiatan yang akan dilakukan adalah dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
RUMUSAN MASALAH
manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun tahun 2017?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
prosedur) dalam manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah
Madiun.
Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun yang meliputi fungsi manajemen
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Praktis
Aisyah.
2. Bagi peneliti
manajemen logistik.
Manfaat Teoritis
Rumah Sakit.
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah Sakit
Menurut Febriawati (2013) rumah Sakit itu adalah sebuah tempat, tetapi
juga sebuah fasilitas, sebuah institusi dan sebuah organisasi. Untuk mengetahui
definisi dari rumah sakit secara jelas dapat kita lihat dari pendapat para ahli
dibawah ini:
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit harus tetap mampu
tingginya.
2. Menurut Azwar tahun 1996 Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang melalui
pasien.
3. Menurut American Hospital Association tahun 1978 Rumah Sakit adalah suatu
4. Rumah Sakit menurut Dr.Suparto Adikoesoemo tahun 2002 adalah bagian dari
tambahan,
8. Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal
1. Rumah sakit Publik, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah
(termasuk pemerintah daerah) dan badan hukum lain yang bersifat nirlaba.
2. Rumah sakit privat, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. Rumah sakit
privat meliputi :
c. Rumah sakit milik penanam modal (dalam negeri dan luar negeri).
kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit, mulai dari pelayanan
kemampuannya.
disiplin ilmu tertentu. Sebagai contoh rumah sakit khusus, yaitu rumah sakit
rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan
minimal.
atau unit atau bagian di suatu rumah sakit dibawah pimpinan apoteker dan dibantu
farmasi, Dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat
sebagai berikut :
dan kepada profesi farmasi oleh apoteker rumah sakit yang kompeten dan
memenuhi syarat.
4. Meningkatkan penelitian dalam praktik farmasi rumah sakit dan dalam ilmu
antara para apoteker rumah sakit, anggota profesi, dan spesialis yang
serumpun.
16
c. Melakukan dan berpartisipasi dalam penelitian klinik dan farmasi dan dalam
masyarakat.
kesehatan lainnya.
digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat jalan, maupun untuk
semua unit termasuk poliklinik rumah sakit. Tanggung jawab IFRS adalah
baik dan tepat untuk memenuhi berbagai bagian/unit diagnosis dan terapi, unit
pelayanan keperawatan, staf medik dan rumah sakit secara keseluruhan untuk
maka pelayanan apotek di rumah sakit harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
pasien.
kerja.
4. Mampu menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh unit kerja di rumah sakit.
Pengertian Sistem
proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi. Didalam suatu
membentuk suatu proses dalam suatu kesatuan, maka disebut sub sistem (bagian
dari sistem). Selanjutnya subsistem tersebut juga terjadi suatu proses berfungsi
sebagai sebagai suatu kesatuan sendiri sebagai suatu kesatuan sendiri sebagai
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan
saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau subsistem tidak berjalan
(Notoatmodjo, 2011) :
1. Masukan (Input)
berfungsinya sistem.
2. Proses
3. Keluaran (Output)
4. Dampak (Impact)
Merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem
tersebut.
6. Lingkungan (Environment)
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya
fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan
petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi.
Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan Rumah
Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada dan
sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai
1) Apoteker
2) Tenaga Administrasi
3) Pekarya/Pembantu pelaksana.
2. Persyaratan SDM
melakukan Pelayanan
20
dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Instalasi Farmasi harus dikepalai
tahun.
a. beban kerja
3) jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor stock) per hari
tenaga
21
dan rawat jalan, maka kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan untuk
yaitu:
(PICU)
Anggaran
Salah satu komponen penunjang yang sangat vital dalam pengelolaan obat
adalah ketersediaan anggaran yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan untuk
perbekalan farmasi di rumah sakit bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan obat
di rumah sakit. Kendala yang umum dijumpai dalam pengelolaan obat meliputi
beberapa aspek antara lain sumber daya manusia (SDM), sumber anggaran yang
1) Sumber anggaran yang berasal dari pemerintah antara lain dari APBN, APBD
2) Sumber anggaran yang berasal dari swasta antara lain CSR (BUMN), Donasi,
Asuransi.
Sarana Prasarana
pengukuran
23
harus dilakukan kalibrasi alat dan peneraan secara berkala oleh balai pengujian
berkesinambungan.
1. Sarana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat
yang aman untuk petugas dan memudahkan sistem komunikasi Rumah Sakit.
Nutrisi Parenteral.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang rusak,
untuk staf.
2. Peralatan
peracikan dan penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril, maupun cair
untuk Obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus dijamin sensitif pada
24
Peralatan yang paling sedikit harus tersedia yaitu : Peralatan untuk penyimpanan,
peracikan dan pembuatan Obat baik steril dan nonsteril maupun aseptik/steril,
Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip, Kepustakaan yang memadai untuk
narkotika, Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk Obat yang termolabil,
Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik,
Alarm.
Prosedur
yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau prosedur kerja tertentu. Oleh
karena prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah,
prosedur kerja tersebut dibakukan menjadi dokumen tertulis yang disebut sebagai
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
dalam jumlah ,kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan
organisasi perusahaan.
cadang, serta barang sampai batas waktu tertentu tanpa mengurangi kualitas
1. Tujuan operasional
Agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang
memadai.
2. Tujuan keuangan
akuntasi.
3. Tujuan pengamanan
Agar tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu dapat dicapai, maka
5. Market : Pasar yang digunakan untuk menjual produk atau jasa nya.
suatu siklus kegiatan dapat dijalankan sebagaimana terlihat pada gambar 2.1 :
perencanaan
Peramalan &
penentuan kebutuhan
penghapusan penganggaran
pengendalian
pemeliharaan
pengadaan
penyaluran
Penerimaan Dan
penyimpanan
didalam siklus tersebut yang paling lemah. Apabila lemah dalam perencanaan,
akan membantu. Karena itu perlu dilakukan penghspusan yang berarti kerugian
28
(Seto, 2015). Oleh karena itu penting dilakukan pengelolaan pada setiap fungsi-
fungsi tersebut.
Fungsi Perencanaan
didahului oleh prediksi atau ramalan tentang peristiwa yang akan datang (Seto,
2015).
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
2. penetapan prioritas
3. Sisa persediaan
6. rencana pengembangan.
29
menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
1. DOEN, Formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, dan ketentuan
4. Penetapan prioritas
5. Sisa persediaan
8. Rencana pengembangan.
1. Metode morbiditas/epidemiologi
yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load), yang didasarkan pada
pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu tunggu (lead time).
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam metode ini, yaitu menentukan
jumlah pasien yang akan dilayani dan jumlah kunjungan kasus berdasarkan
dengan alokasi dana yang tersedia. Persyaratan utama dalam metode ini adalah
rumah sakit harus sudah memiliki standar pengobatan, sebagai dasar untuk
f. Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan
datang.
Keunggulan :
Kelemahan ;
2. Metode konsumsi
periode lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Metode konsumsi ini
rasional. Hal ini disebabkan metode konsumsi hanya berdasarkan pada data
Kalau penggunaan obat periode sebelumnya tidak rasional, disarankan untuk tidak
menggunakan metode ini karena kalau tidak justru mendukung pengobatan yang
Sumber data :
Jenis data :
Alokasi dana, daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok,
b. Tidak dapat untuk dasar penggunaan obat dan perbaikan pola peresepan.
3. Metode gabungan
ini untuk mentupi kelemahan kedua metode tersebut (morbiditas dan konsumsi).
fungsi penganggaran
standar yaitu dengan skala mata uang (dollar, rupiah, dan lain-lain) (Seto,
2015). Menurut
33
berpegang kepada ketentuan yang berlaku dan mengikat. Untuk rumah sakit
masing- masing rumah sakit. Dengan adanya hambatan dan keterbatasan dalam
anggaran, maka tidak jarang pada fungsi ini diperlukan feedback ke perencanaan
5. Penyempurnaan administrasi
Fungsi Pengadaan
waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
Pengadaan merupakan
34
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi
yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di
dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
antara lain:
3. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
4. expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-
lain).
Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat saat
dilakukan melalui :
1. Pembelian
dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang
a. kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
b. persyaratan pemasok;
(recenter paratus).
36
Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan
penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/
dropping/ hibah harus disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar
penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat
membantu pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit.
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi
obat dan biaya total kesehatan. Manajemen pembelian yang baik membutuhkan
tenaga medis.
3. Merasa yakin bahwa seluruh obat yang dibeli memiliki standar yang berkualitas.
37
4. Mengatur pengiriman obat dari penyalur secara berkala (dalam waktu tertentu),
6. Mengatur jadwal pembelian obat dan tingkat penyimpanan yang aman untuk
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang
2. Obat diterima, dicocokan antara surat pesanan (SP) yang ditandatangani APA
dan faktur kiriman, menyangkut spesifikasi obat antara lain : exp date,
kualitas (kondisi fisik obat dan wadah), kuantitas obat, no batch, harga obat
dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
38
ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa
benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
1. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
2. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First
Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk
1. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan;
Dalam buku Satibi (2016) standar penyimpanan obat yang sering digunakan
a. Persyaratan Gudang :
4. Cahaya cukup
digunakan.
sebagai berikut :
1. Kemudahan bergerak
gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U atau arus L.
Salah satu faktor penting dalam merancang bangunan gudang adalah adanya
sirkulasi udara yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan
AC, namun biaya nya akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas.
Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin, apabila kipas angin belum cukup
b. Narkotika dan bahan berbahaya harus dismpan dalam lemari khusus dan selalu
terkunci.
c. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
induk.
5. Pencegahan Kebakaran
dus, karton, dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat
yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup. Tabung pemadam
kebakaran agar diperiksa secara berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau
tidak.
43
Fungsi penyaluran/distribusi
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi
Farmasi.
b. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
c. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di
jawab ruangan.
d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada
Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
Instalasi Farmasi.
Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
4. Sistem Kombinasi
Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b
+ c atau a + c.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien
rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien
dengan mempertimbangkan:
Metode distribusi obat berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi dengan
pelayanan. Cabang ini dikenal dengan istilah depo farmasi/ satelit farmasi.
dengan salah satu dari metode dibawah ini, yang pilihannya tergantung pada
a. Sistem distribusi dosis unit sentralisasi. Dilakukan oleh IFRS sentral ke semua
unit rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan. Artinya di rumah sakit itu
mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya depo/ satelit IFRS dibeberapa unit
pelayanan.
IFRS di sebuah rumah sakit. Pada dasarnya sistem distribusi desentralisasi ini
sama dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang, hanya saja
sistem distribusi desentralisasi ini dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama
Pemeliharaan
apoteker (APA dan apoteker pendamping) adalah harus selalu memelihara obat
dari: Kerusakan, Kedaluwarsa, hilang. satu dan lain hal adalah usaha untuk
menjaga dan melindungi kualitas dan kuantitas obat dari hal hal tersebut diatas,
3. Kerusakan fisik
dan peracikan
6. Pencuri
7. Api, obat yang disimpan sebagian adalah mudah terbakar antara lain :
Penghapusan / Pemusnahan
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
2. Telah kadaluwarsa;
1. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
terkait
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus
2.8.3.8. Pengendalian
jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi
harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit.
3. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
Habis Pakai.
2. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
a. Sistem periodik : Sistem ini dikenal juga dengan nama sistem interval pasti
(fixed interval system), Sistem T (Time), atau juga sistem EOI (Economic
pemesanan.
b. Sistem Perpetual: disebut juga sebagai sistem kuantitas pasti, sistem kuantitas
item barang dilakukan secara kontinyu dan pada saat stok turun dibawah level
pasien. Analisis ABC ini menekankan pada persediaan yang mempunyai nilai
penggunaan yang relatif tinggi atau mahal. Dengan analisis ABC, jenis-jenis
lebih lanjut. Analisis ini berguana pada setiap sistem suplai untuk menganalisa
pola penggunaan dan niali penggunaan total semua item obat. Hal itu
1) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat dengan cara
2. Analisis VEN
Non Esensial) ditentukan oleh faktor makro (misalnya peraturan pemerinatah atau
data epidemiologi wilayah) dan faktor mikro (misalnya jenis pelayanan kesehatan
3) N (Non Esensial) adalah obat-obat yang digunakan untuk penyakit minor atau
Analisis kombinasi metode ABC dan VEN adalah dengan melakukan pendekatan
yang paling bermanfaatdalam efisiensi dan penyesuaian dana. Jenis obat yang
untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut statusnya harus E dan
sebagian V (dari analisis VEN). Sebaliknya, jenis obat dengan status N harusnya
Tabel 2.1 merupakan tabel yang dapat digunakan untuk menetapkan prioritas
pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak sesuai kebutuhan dengan metode
Tabel 2.1 Prioritas pengadaan obat dengan metode kombinasi ABC dan VEN
A B C
V VA VB VC
E EA EB EC
N NA NB NC
pendekatan ini dana yang tersedia masih juga kurang, maka dilakakukan langkah
selanjutnya.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Kerangka Konseptual
52
53
penelitian analisis manajemen logistik obat di instalasi farmasi rumah sakit islam
siti aisyah madiun menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari 3 bagian
yaitu : input, proses, output. Dalam pendekatan sistem, setiap bagian menjadi
suatu rangkaian yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Input manajemen
logistik obat terdiri dari SDM, anggaran, sarana prasarana, dan prosedur. Proses
dari manajamen logistik obat terdiri dari mulai dari perencanaan, penganggaran,
Pertanyaan Penelitian
prosedur) dalam manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah
Madiun?
Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun yang meliputi fungsi manajemen
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
kualitas atau keistemawaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,
Madiun yang beralamat di Jalan Mayjend Sungkono 38-40 Madiun dengan waktu
Informan Penelitian
partisipan pada penelitian ini tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada
55
56
asas kesesuaian dan kecukupan sampai mencapai saturasi data artinya bahwa
tambahan informasi baru yang berarti atau mengulang data yang sudah ada
(Saryono, 2013).
sesuai dengan topik penelitian yang diangkat yaitu Analisis Manajemen Obat di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun, diantaranya adalah :
Definisi Operasional
Logistik Obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Tahun 2017 “ adalah sebagai
berikut :
Istrumen Penelitian
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui
dokumen, pedoman observasi (check list), pedoman wawancara yang berisi daftar
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ini yaitu :
a. Data Primer
mencari informasi terkait manajemen logistik obat di RSI Siti Aisyah Madiun.
b. Data Sekunder
Diperoleh dari telaah dokumen rumah sakit, seperti laporan penggunaan obat,
Validitas Data
yaitu :
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
Analisis Data
1. Reduksi Data
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
inti yang selanjutnya dianalisis dan disajikan. Mereduksi data bertujuan untuk
2. Display Data
adalah rancangan penyajian dalam bentuk teks naratif dan tabel didapatkan setelah
62
peneliti melakukan penyusunan data dalam bentuk transkip data yang selanjutnya
dilakukan kategorisasi data menurut variabel yang sesuai. Data yang disajikan
akan dikaitkan satu sama lain guna mendukung suatu pernyataan dalam proses
analisis.
3. Analisis
tentang situasi sosial yang diteliti atau obyek penelitian. Hasilnya berupa
gambaran umum tentang obyek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah
diketahui. Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam, masih
gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian. Data yang
manajemen logistik obat di instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun. Dengan
obat mulai dari input, proses, output kemudian dibandingkan dengan pedoman
4. Verifikasi data
input, proses dan output yang ada terkait dengan manajemen logistik obat di
rumah sakit.
Penyajian Data
Hasil penelitian disusun dan disajikan dalam bentuk matriks dan narasi
atau kuotasi. Kuotasi adalah kutipan pernyataan responden dalam bentuk aslinya
(kalimat atau dialog), yang dapat disajikan sebagai bagian dari kalimat atau
manajemen logistik obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun dan
HASIL
Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Aisyah Madiun adalah rumah sakit
islam pertama di kota madiun yang berdiri pada tanggal 31 agustus 1962. Rumah
sakit ini telah terakriditasi 5 pelayanan, mendapat kan penetapan kelas C dari
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, asuransi dan perusahaan lainnya serta telah
melayani trauma centre. Di RSI Siti Aisyah Madiun terdapat 406 pegawai
termasuk tenaga medis dan tenaga non medis. Berdasarkan letak geografis Rumah
dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berfokus pada pasien, islami, serta
64
65
bermutu, dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap rumah sakit dan
persyarikatan.
Ibadahku” Motto ini diterapkan dalam tujuh langkah pelayanan islami Rumah
Sakit Islam Siti Aisyah Madiun. Tujuh langkah pelayanan islami tersebut adalah :
1. Corporate Culture
2. Quality Culture
a. Pedoman pelayanan.
b. Budaya kerja.
c. Etika profesi.
3. Loyality Culture
a. Unit rawat inap dengan 152 TT (VIP 43 TT, Kelas 1 26 TT, Kelas 2 29 TT,
1. IGD 24 Jam
3. Instalasi Radiologi
4. Instalasi Gizi
4. Pelayanan CT Scan
5. USG 3 Dimensi
6. Ambulance 24 Jam
7. Mobil Jenazah
8. Pemulasaran/Perawatan Jenazah
18. ATM
Orang, Tenaga Non medis 152 orang, dan Tenaga kesehatan lainnya sebanyak
Terdapat 4 kelas yang disediakan di RSI Siti Aisyah Madiun yaitu kamar
VIP Sebanyak 43 TT dengan presentase 28% yang terdiri dari ruangan 1 TT VVIP
10. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Siti Aisyah
Madiun
Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Siti Aisyah Madiun
(Terlampir).
VISI
pelayanan kefarmasian yang profesional, cepat dan berfokus pada pasien, islami
MISI
kefarmasian
MOTTO
Layananku Ibadahku
Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun. Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun
terbagi menjadi 3 tempat yaitu : Farmasi Rawat Inap, Farmasi Rawat Jalan,
gudang farmasi RSI Siti Aisyah Madiun. Gudang Farmasi akan mendistribusikan
berada dibawah unit Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah. Oleh karena itu, gudang
Input merupakan masukan yang perlu disediakan atau harus tersedia untuk
melaksanakan suatu proses. Input dari kegiatan manajemen logistik obat ini terdiri
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
dan tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Berikut kualifikasi SDM yang ada di
7. Distribusi Oksigen terdiri dari 1 orang dan pekarya terdiri dari 2 orang
1. Farmasi rawat jalan terdiri dari Apoteker dan Asisten Apoteker yakni 3 orang.
2. Farmasi Rawat inap terdiri dari Apoteker, Asisten Apoteker, pekarya 19 orang.
3. Gudang farmasi terdiri dari Asisten Apoteker dan staf administrasi 2 orang.
4. Gas medik terdiri dari tenaga distribusi oksigen terdiri dari 1 orang.
terlibat langsung dalam pengelolaan obat diantaranya kepala instalasi farmasi dan
petugas pelaksana yakni asisten apoteker dan tenaga administrasi serta dibantu
oleh prakarya. Pernyataan tersebut dapat didukung dengan hasil wawancara yang
“Yang terlibat pertama adalah kepala instalasi farmasi yang kedua petugas
bagian gudang farmasi” (Inf-1).
instalasi farmasi, adapun tugas kepala instalasi farmasi adalah sebagai berikut :
1. Menerima perbekalan farmasi dari suplier dan menjamin bahwa barang yang
3. Mengkoordinasikan dengan kepala instalasi farmasi apabila ada obat baru dari
supplier.
farmasi.
6. Mengecek daftar defecta serta koreksi manual atas data permintaan dari
farmasi rawat inap dan rawat jalan, dan kemudian memberikan data kepada
farmasi supaya dipakai oleh dokter, dan mengembalikan kepada suplier, jika
berlaku.
perbekalan farmasi sesuai sistem FIFO (First In First Out) / FEFO (First
farmasi.
14. Melakukan pencatatan dengan entry data dan pengeluaran bon obat
2. Memelihara dan mengatur perbekalan farmasi agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
rumah sakit.
11. Mengarsipkan dokumen yang ada di gudang farmasi secara sistematis dan rapi.
13. Menciptakan dan memelihara hubungan dan suasana kerja yang baik dengan
jarang dilakukan oleh petugas di instalasi farmasi misal nya evaluasi dan
monitoring persediaan obat atau stok obat di instalasi farmasi. Hal ini juga
didukung oleh wawancara yang dilakukan oleh peneliti, adapun kutipan nya
sebagai berikut :
Hal ini dikarenakan Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun belum
memiliki tenaga pelaksana yang cukup khususnya di bagian gudang farmasi untuk
77
pengelolaan persediaan obat. Ini terlihat bahwa masih ada rangkap tugas sehingga
“SDM nya masih kurang, harus nya order ada sendiri, input barang ada
sendiri tapi disini masih rangkap-rangkap tugas, ya masukan juga ya
order” (Inf-5).
Hal ini juga disampaikan sendiri oleh kepala instalasi farmasi yang
menyatakan bahwa SDM di gudang farmasi masih kurang, karena hanya ada 2
orang petugas pelaksana gudang farmasi dan 1 pekarya untuk pelayanan farmasi,
termasuk Kepala Instalasi Farmasi yaitu total kebutuhan SDM untuk pelaksana
gudang farmasi adalah ber jumlah 6 orang. Berikut kutipan wawancara nya :
“kalau petugas gudang nya memang kurang dari analisa beban kerja
kemarin kita hitung bahwa gudang itu ideal nya ada 6 orang petugas untuk
melayani semua pendistribusian obat di rumah sakit mulai dari pengadaan,
evaluasi, distribusi dan sebagainnya. Sekarang 3, 3 pun juga gak full
karena untuk pak mul (prakarya) sendiri kan dia di pelayanan dulu setelah
pelayanan selesai baru dia ke gudang”(Inf-1).
masih sangat jarang dilakukan. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi
pengetahuan dan keterampilan nya. Untuk pelatihan SDM sudah pernah diikuti
oleh kepala Instalasi Farmasi namun sudah beberapa tahun yang lalu. Adapun
Sedangkan untuk asisten apoteker mengenai pelatihan SDM ada yang sudah
oleh kepala instalasi farmasi dan pihak manajaemen farmasi. Adapun kutipan
2. Anggaran
Salah satu komponen penunjang yang sangat vital dalam pengelolaan obat
adalah ketersediaan anggaran yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan untuk
dana yang dimiliki RSI Siti Aisyah Madiun untuk pengelolaan persediaan obat
menggunakan RAPB yakni anggaran yang diberikan dari rumah sakit sendiri.
Dalam proses pemberian dana karena RSI Siti Aisyah merupakan rumah
sakit swasta maka dalam pemberian dana sangat flexibelitas dan tidak sulit untuk
“pemberiaan dana nya flexibelitas, tidak sulit kok. Intinya kita membayar
setelah ada faktur yang diverifikasi dari farmasi, pokoknya setiap
pembelian obat lewatnya farmasi dulu, sini tinggal bayar” (Inf-7).
dan wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa dana tersebut digunakan
untuk pembelian obat, pembelian oksigen, BHP, cetakan, pelabelan obat, Alat
tulis kantor, Alat dan bahan kebersihan, Alat listrik dan pemeliharaan, paket
pasien, konsumsi, peningkatan sarana dan prasarana gudang farmasi dan gas
medik, peningkatan sarana dan prasarana rawat inap, peningkatan sarana dan
prasarana rawat jalan serta peningkatan pelayanan farmasi. Hal ini juga sesuai
Berdasarkan sumber dari informan jumlah anggaran pada tahun 2016 untuk
pembeliaan obat yaitu sebesar Rp. 14.420.431.116 dan untuk realisasi nya dalam
pembelian obat RSI Siti Aisyah mengeluarkan dana 20.005.376.370. Hal ini
dalam realisasinya ada kenaikan anggaran untuk pembelian obat dan alkes sebesar
38,73% dari RAPB yang direncanakan. Berikut kutipan wawancara dari informan
memang selalu lebih kecil dari realisasi anggaran yang dikeluarkan. Namun hal
ini tidak terjadi setiap tahun, hanya pada tahun 2016 anggaran membengkak
38,73%
80
dari total yang dianggarkan. Berikut kutipan wawancara nya ( Informan melihat
Aisyah Madiun tidak mengalami kendala dan tidak mengalami kerugian dengan
adanya pembengkakan dana tersebut. Hal ini dikarenakan juga diimbangi dengan
pendapatan yang naik dari yang direncanakan. Berikut sesuai dengan kutipan
“kenaikan ini juga diimbangi dengan pendapatan yang naik dari yang
direncanakan. Di tahun yang sama pendapatan nya juga naik, jadi tidak
rugi (Inf-7)”.
3. Sarana Prasarana
tugas dan tanggung jawabnya, ketersedian sarana prasarana merupakan salah satu
hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan. Berdasarkan hasil wawancara
logistik obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun pada dasarnya kurang
“untuk pengelolaan dari segi tenaga memang kurang, kalau tempat kita
memang kecil jadi sebetulnya kita belum memenuhi standart tapi memang
kebijakan rumah sakit belum memenuhi untuk itu jadi ya akhirnya kita
memaksimalkan tempat yang sudah ada tapi prinsip bahwa penyimpanan
obat kita upayakan semaksimal mungkin sesuai standar jadi obat-obat yang
memerlukan suhu tertentu kita kondisikan seperti itu terus kemudian intinya
obat yang memerlukan perlakuan khusus kita perlakukan khusus” (Inf-1).
81
Hal ini juga di dukung dengan hasil observasi di gudang farmasi RSI Siti
Aisyah Madiun.
Berikut hasil observasinya dapat dilihat pada tabel 5.3 mengenai sarana
prasarana penunjang di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun.
Sarana Prasarana
No Pernyataan Observasi hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Tersedianya ruangan/kantor untuk ѵ
kepala gudang
2 Tersedianya ruangan/ kantor untuk Ѵ
kepala instalasi farmasi
3 Ruang/kantor terpisah dengan Ѵ
gudang obat
4 Terdapat computer Ѵ
5 Terdapat meja,kursi,lemari di Ѵ
ruangan atau kantor
6 Tersedia telepon Ѵ
7 Terdapat ATK di ruangan atau Ѵ
kantor
8 Terdapat prosedur untuk Ѵ
pengelolaan persediaan obat
9 Gudang penyimpanan yang ideal V
10 Terdapat AC atau kipas angin V
11 Terdapat tabung APAR Ѵ
Sumber :Hasil observasi sarana prasarana di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah
Madiun Tahun 2017
Dari hasil observasi sarana prasarana di instalasi farmasi RSI Siti Aisyah
Madiun diketahui bahwa luas gudang penyimpanan 3x5m2 namun hal tersebut
dirasa masih kurang ideal karena tidak hanya obat-obatan saja yang ada di gudang
farmasi akan tetapi alat kesehatan pun juga di simpan di dalam nya. Minim nya
luas gudang menyebabkan tempat obat tidak cukup selain itu hal ini juga
sebagai berikut :
82
“karena luas gudang yang belum memadai kadang memang sulit, terutama
kalau akan lebaran, disini stok lebih banyak dari biasanya jadi tempatnya
tidak cukup (Inf-1)”.
4. Prosedur
informan dapat diketahui bahwa Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun
memiliki prosedur kerja dalam pengelolaan persediaan obat. Berikut kutipan nya :
Hasil wawancara juga didukung oleh hasil observasi dan telaah dokumen
bahwa prosedur atau standart operasional prosedur (SOP) yang berlaku di instalasi
farmasi RSI Siti Aisyah Madiun terkait manajemen logistik obat antara lain
oleh kepala instalasi farmasi dan ditetapkan serta ditanda tangani oleh Direktur
RSI Siti Aisyah Madiun. SOP yang berlaku pada tahun ini pada dasarnya masih
menggunakan SOP pada tahun-tahun sebelumnya. Setiap SOP yang ada terdiri
dari dari beberapa konten seperti pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur, dan
unit
83
terkait. Jika dilihat pada masing-masing SOP, dapat dikatakan bahwa SOP yang
ada cukup singkat dan jelas. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah para SDM
persediaan obat di instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun, namun dalam
pelaksanaannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dari informan, berikut
kutipan wawancaranya :
“kendala nya ada, kadang dalam menjalankan tidak sesuai prosedur. Yang
penting kadang tertata” (Inf-2).
mengelola obat yang dilakukan dengan menggunakan input yang sudah ada.
Variabel yang ada pada proses manajemen logistik obat ini adalah proses
Madiun diawali dengan melihat kebutuhan obat pada 10 hari sebelumnya untuk
Hal ini juga didukung dengan telaah dokumen dari buku pedoman
pelayanan farmasi di RSI Siti Aisyah Madiun yang menyatakan bahwa perbekalan
farmasi yang direncanakan pengadaanya oleh Instalasi Farmasi adalah obat sesuai
koordinator gudang farmasi, untuk kemudian dilakukan kros cek dengan data
distribusi dan apabila ada ketidaksesuaian jenis dan jumlah, dilakukan komunikasi
dan penyesuaian.
85
obat-obat an yang sudah sesuai formularium RSI Siti Aisyah Madiun. Berikut
kutipan informan :
beberapa obat yang masih mengalami stock out. Adapun hal-hal yang dapat
kelebihan sulit untuk ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
“belum, kadang sini obat nya sudah habis, gudang belum ada. Sering
kosong Dalam arti bukan kosong dari distributor tapi gudang telat dalam
order” (Inf-2).
86
3. Kurangnya SDM
efektif. Sehingga dalam melakukan order tidak bisa maksimal dan dapat
Selama ini dalam proses perencanaan kebutuhan obat sudah sesuai pedoman
dan standart operasional prosedur di rumah sakit. Namun tetap saja masih ada
Hal ini didukung dengan kutipan wawanca dengan informan sebagai berikut :
“antara perencanaan dan kondisi real mbleset, kadang kita juga tergantung
dari suplier yang kadang dalam mengirim obat telat kemudian juga ada
sistem ngelock jadi maksud saya ada masalah yang kadang kekunci jadi kita
gak bisa order” (Inf-1).
dapat dipastikan, pasti ada perubahan dalam obat-obat yang keluar. Sehingga akan
mengalami stok kurang dan stok berlebih. Berikut sesuai kutipan wawancara
yang fast moving sama slow moving dalam menentukan jumlah ordernya”
(Inf-2).
mengusahakan dulu untuk acc ke dokter apakah boleh untuk diganti. Berikut
Selain barang kosong dari distributor, hal lain yang menyebabkan kendala
dalam menjalankan proses perencanaan obat adalah apabila terjadi ngelock pada
distributor, sehingga pihak instalasi farmasi tidak dapat melakukan order dan
wawancara nya :
2. Penganggaran
Proses penganggaran untuk pengadaan obat di instalasi farmasi RSI Siti Aisyah
Madiun menjadi tanggung jawab bagian keuangan dan kepala instalasi farmasi.
konsumsi obat pada tahun sebelumnya, jadi setiap oktober sudah dilakukan
untuk proses penagihan ada di bagian keuangan. Hal ini di dukung dengan kutipan
“ jadi ketika disana sudah order, order dicatat ke bu anik bagian gudang,
setelah itu terbit faktur kemudian faktur itu akan diverifikasi di apotek, terus
di titip faktur ke bu dian ( Bag. Keuangan ) kemudian akan membuatkan TT
setelah itu seminggu setelah nya direkap, pengeluaran obat itu total berapa,
jadi ada rekapannya masing-masing misal PT. A 10rb PT.B 13rb satu
minggu itu berapa terus dibayar” (Inf-7).
Madiun tidak mengalami kendala karena dana yang diberikan fleksibel sesuai
dengan informan :
3. Pengadaan
menentukan kebutuhan obat di rumah sakit. Dari hasil wawancara yang dilakukan
peneliti didapatkan bahwa proses pengadaan yang ada di RSI Siti Aisyah Madiun
kebutuhan yang telah direncanakan, setelah itu kepala instalasi farmasi akan
Hal ini juga didukung dengan telaah dokumen SOP pengadaan perbekalan
sebagai berikut :
menyiapkan, apabila barang yang diminta tidak ada maka gudang akan segera
“Untuk pengadaan kita setiap hari permintaan, itu kan kalau barang ada
yang langsung dikasihkan, kalau tidak ada ya akan diorderkan oleh
gudang” (Inf-3).
akan tetapi obat yang fast moving atau live saving maka pemesanan obat bisa
pernyataan informan :
Kendala yang sering terjadi dalam proses pengadaan adalah datang dari
distributor yang sering terlambat dalam melakukan distribusi ke rumah sakit dan
adanya barang kosong dari distributor. Hal ini mengakibatkan pihak gudang harus
melakukan pembelian cito ke apotek luar atau mencari distributor lain. Berikut
4. Penyimpanan
diterima agar tidak hilang dan terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia serta
Penyimpanan obat ini menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expired First Out) namun dalam kondisi tertentu ada beberapa hal
terkadang dalam
91
pelaksanaan masih diabaikan. Hal ini didukung oleh kutipan informan sebagai
berikut:
“FEFO FIFO iya, jadi kita prioritaskan barang ya masuk dulu akan keluar
dulu atau barang yg ED Dulu kita keluarkan.”
“penyebab ya karena kembali lagi ke tenaga dan tempat yang belum
memungkinkan kadang memang standart penyimpanan tidak dapat berjalan
100% disini” (Inf-1).
Dalam kondisi ramai, hal ini juga menyebabkan penataan obat dengan sistem
FEFO/FIFO tidak terlaksana. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara sebagai
berikut :
Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun diketahui bahwa penyimpanan sesuai dengan
prosedur penyimpanan yang ada di RSI Siti Aisyah Madiun sebagai berikut :
Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dengan pintu
ganda yang selalu terkunci. Bahan yang mudah terbakar, korosif, eksplosif, iriatif,
berbahaya disimpan dalam tempat terpisah dimana tersedia APAR dan diberi label
FIFO (First In First Out) / FEFO (First Expired First Out). Masing-masing
menyimpan vaksin suhu yang harus digunakan dalam penyimpanan yaitu 2-8 C 0.
Asisten apoteker wajib cek suhu setiap hari. Penyimpanan nutrisi harus
terlindungi dari cahaya. Obat disimpan di farmasi dan di unit biasanya di ruang
keperawatan.
92
Obat yang disimpan di unit yaitu obat-obat yang emergency kit. Pemantauan
Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun terhadap petugas dalam proses penyimpanan
a. Pada saat menyusun obat, petugas gudang farmasi menyusun obat-obat sesuai
alfabhet pada rak-rak yang masih kosong saja karena belum ada penamaan pada
rak-rak obat nya, hanya dibedakan rak obat reguler dan rak obat BPJS.
b. Untuk obat yang masih dalam karton di tumpuk, khususnya untuk infus
terdapat dalam karton dan ditumpuk-tumpuk, tidak jarang untuk infus juga masih
c. Obat-obat an tablet dan kapsul diletakan didalam rak, sedangkan untuk salep,
sirup, obat tetes di dalam gudang farmasi belum ada lemari penyimpanan,
dilakukan dilemari terpisah, yaitu lemari khusus dengan pintu double yang
dilengkapi kunci. Untuk obat-obat an narkotika dan psikotropika juga hanya ada
Hal ini juga didukung dengan hasil observasi mengenai penyimpanan terkait
Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun yang masih terlihat bahwa masih adanya
penumpukan dus dan karton. Selain itu untuk bahan-bahan mudah terbakar
juga belum terpisah dari gudang induk dalam penyimpanannya. Sedangkan untuk
pengaturan penyimpanan obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun belum
dilengkapi kartu stok. Adapun hasil observasinya dapat dilihat pada tabel hasil
Tabel 5.4. hasil observasi syarat gudang untuk penyimpanan di Instalasi Farmasi
Siti Aisyah Madiun.
Syarat gudang
No Pernyataan Observasi Hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Tersedia rak atau lemari Ѵ
penyimpanan obat
2 Tersedia lemari khusus yang Ѵ Di apotek rawat
terkunci untuk penyimpanan jalan dan
narkotika dan psikotropika apotek rawat
inap, untuk
gudang belum
ada.
3 Tersedia lemari pendingin untuk Ѵ
penyimpanan obat jenis tertentu
yang memerlukan suhu dingin
4 Luas gudang minimal 3x4 M2 Ѵ 3 x 5 M2
5 Ada ventilasi agar ada aliran Ѵ
udara dan tidak lembap
6 Lantai dari tegel atau semen Ѵ
7 Pembuatan sudut lantai atau Ѵ
dinding yang tidak tajam
8 Ada gudang penyimpanan obat Ѵ
9 Dinding dibuat licin Ѵ
10 Ruang kering tidak lembap Ѵ
11 Cahaya cukup Ѵ
12 Gudang menggunakan sistem satu Ѵ
lantai
13 Terdapat AC atau kipas angin Ѵ
14 Bahan mudah terbakar disimpan Ѵ
di ruangan khusus (terpisah dari
gudang induk)
15 Dihindari adanya penumpukan Ѵ
dus,karton dan lain-lain
94
Pengaturan Penyimpanan
No Pernyataan Observasi Hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Penggolongan obat menurut bentuk Ѵ
sediaan
2 Penggolongan obat sesuai alfabetis Ѵ
3 Menggunakan almari,rak, dan pallet Ѵ
4 Menggunakan almari khusus untuk Ѵ
perbekalan farmasi yang
memerlukan penyimpanan pada
suhu tertentu
5 Menerapkan metote penyimpanan Ѵ
metode FIFO/FEFO
6 Dilengkapi kartu stok Ѵ
memungkinkan untuk melakukan penyimpanan karena kurang luas. Hal ini tentu
gudang farmasi dan terjadinya penumpukan barang atau kardus obat di gudang
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh informan sebagai berikut :
“Gudang nya kurang besar, penataan nya masih belum rapi menurut saya,
penuh soalnya.”
“untuk salep syrup belum ada rak nya, sehingga langsung dikeluarkan ke
ruangan-ruangan” (Inf-2).
5. Pendistribusian
yaitu gudang farmasi mendistribusikan ke semua ruangan yang ada di rumah sakit
yang membutuhkan perbekalan farmasi baik berupa obat, oksigen dan barang
habis pakai. Distribusi obat dilakukan dimulai dengan permintaan obat dari
ruangan kepada petugas pelaksana gudang farmasi dengan mengisi surat pesanan.
Setelah itu petugas gudang akan mengambilkan obat yang diminta dari rungan,
kemudian petugas gudang farmasi akan meneliti dan memeriksa barang yang akan
didistribusikan. Jika obat yang diminta ke gudang oleh ruangan tidak ada maka
gudang akan segera membuat proses pengadaannya. Hal ini seperti yang
Pernyataan diatas juga didukung oleh hasil observasi dan telaah dokumen
1. Petugas farmasi rawat inap dan rawat jalan membuat rencana permintaan
2. Siapkan perbekalan farmasi sesuai dengan yang tulis pada buku permintaan
barang.
96
bersangkutan.
7. Tanda tangan dan nama terang pada kolom yang telah disediakan pada buku
permintaan barang yaitu petugas yang meminta, petugas gudang yang melayani
pendistribusian obat yakni jika obat yang tersedia di gudang farmasi jumlah nya
pendistribusian dan barang yang diminta kosong maka pendistribusian tidak dapat
dilakukan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan informan
sebagai berikut :
“ya kalau barang kosong, kalau pas kita butuh ya kita harus pergi keluar
terpaksa” (Inf-3).
“kita minta tapi barang tidak ada, akhirnya harus acc dokter jadi
pelayanannya menjadi lama” (Inf-4).
97
6. Pemeliharaan
dapat diketahui bahwa pemeliharaan obat-obat an agar tidak rusak atau expired
date dengan menyimpan obat sesuai label atau petunjuk penyimpanan obat yang
sudah tertera pada obat. Selain itu petugas farmasi juga mengecek suhu obat setiap
hari dan obat yang mendekati expire date. Hal ini sesuai pernyataan oleh informan
sebagai berikut :
“kita simpan sesuai dengan yang di ingin obat kan biasanya di label ada
petunjuk penyimpanan seperti apa itu yang kita terapkan”
(Inf-1).
“ya pengecekan suhu tadi, kalau suhu setiap hari dicek terus.”
“stok 3 bulan, 4 bulan, akhir bulan, untuk death stock 3 bulan
sekali” (Inf-2).
Hal ini juga didukung dengan telaah dokumen standar prosedur operasional
antara lain :
1. Setiap pagi, kontrol suhu lemari pendingin, suhu ruang dan kelembapan udara
2. Catat pada lembar monitoring suhu dan kelembapan yang sudah tersedia.
3. Bila suhu melebihi standar lapor ke bagian pemeliharaan untuk ditindak lanjuti.
obat di Instalasi Farmasi dirasa tidak ada kendala atau masalah yang terjadi.
7. Penghapusan
expired date adalah dengan cara menyerahkan obat ke gudang farmasi 6 bulan
sebelum obat expired date, kemudian gudang akan memilih barang mana yang
bisa di retur dan yang tidak bisa. Untuk obat yang telah rusak atau expired date
dan tidak dapat dikembalikan ke distributor maka rumah sakit akan melakukan
penghapusan sesuai dengan prosedur yang ada dirumah sakit. Penghapusan obat
yang dilakukan di RSI Siti Aisyah Madiun dengan melalui kerja sama dengan
“Expired itu kita punya kebijakan 6 bulan sebelum barang itu expired akan
ditarik oleh gudang kemudian gudang akan mereuji barang mana yang bisa
dikembalikan ke distributor untuk proses retur dan mana yang tidak. Ketika
barang itu tidak bisa diretur gudang akan memisahkan barang yang tidak
bisa diretur itu dan mendekati ED. Kemudian ketika sudah jatuh tempo
sudah jatuh ED nya kita packing nanti akan kita koordinasi dengan IPAL
pihak sanitasi untuk melakukan pemusnahannya, jadi karena RSI
pemusnahan nya dengan pihak ke 3 jadi nanti yang melakukan pihak ke
tiga” (Inf-1).
Hal ini juga didukung dengan telaah dokumen standar operasional prosedur
2. Petugas gudang farmasi merekap jenis, jumlah, dan nilai perbekalan farmasi
pengemasan.
ED/rusak ke direktur.
untuk dimusnahkan.
8. Pengendalian persedian
formularium Rumah Sakit dan memastikan persediaan efektif dan efisien atau
dan atau kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai. Adapun cara untuk mengendalikan persediaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai adalah sebagai
berikut :
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
Siti Aisyah Madiun yaitu melalui stock opname dan cek stok secara berkala. Hal
“kita pakai stock opname, kemudian kita melakukan analisa ABC, jadi
barang-barang dengan kategori A itu yang akan kita awasi, bener-bener
kita kendalikan karena disitu barang dengan kategori A itu kan jumlah nya
sedikit tapi value nya besar, memakan hampir 80% dari dana yang diserap
dirumah sakit’’ (Inf-1).
Biasanya kita cek stok, tidak sampai kosong sudah permintaan ke gudang
jadi tidak sampai telat” (Inf-4).
stock opname dapat diketahui bahwa kegiatan stock opname di Instalasi farmasi
RSI Siti Aisyah Madiun dilakukan setiap 4 bulan sekali yaitu bulan april, agustus
dan desember, akan tetapi dalam proses pengendalian terkadang terhambat karena
tidak bisa memantau stok secara berkala. Hal ini seperti yang disampaikan
Kendala dalam kegiatan stock opname yang biasa ditemui oleh petugas
seperti ini tentu dapat menyebabkan beberapa obat mengalami kekosongan dan
“pasti ada, karena SDM kami memang punya keterbatasan tenaga dan
memang pengetahuan sih terus terang. Sebetulnya analisa itu kan
pengendalian secara periodik ya cuman belum bisa berjalan secara
periodik. kadang mereka itu, kayak apa ya, Kadang masih ada miss jadi
sampe masih ada barang ED, barang retur dan sebagainya kelewatan itu
bisa terjadi” (Inf-1).
obat di Instalasi farmasi sudah sesuai kebutuhan, akan tetapi memang ada
beberapa obat terkadang tidak tersedia disebakan karena stok yang ada terbatas
dan disebabkan karena kosong dari distributor. Hal ini juga didukung dengan hasil
“Sudah, cuma ya kendala kalau barang kosong, kalau tidak kosong ya tidak
masalah kita. belum 100%, kalau order barang kosong kita harus order
PBF lain yang punya barang itu.” (Inf-3).
Madiun untuk ketersediaan sudah bagus, ada penolakan dan penggantian obat
namun nilainya sangat kecil. Untuk penolakan obat pada pasien rawat jalan dan
rawat inap rata-rata hanya 1%. Hal ini sesuai kutipan wawancara oleh informan
berikut :
Berdasarkan laporan data obat rusak atau expired date pada tahun 2016 di
RSI Siti Aisyah mengalami obat rusak atau expired date dengan jumlah total
24.123.598. Obat rusak atau Expired date sebagaian berasal dari obat-obat dan
Dalam menjaga ketersediaan obat, maka Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah
Madiun harus lebih meningkatkan sistem pengelolaan obat. Hasil akhir dari
pengelolaan obat adalah ketersediaan obat sesuai kebutuhan, tidak ada obat stock
out ataupun expired date dan berkurangan nilai penolakan resep atau pergantian
obat karena kekosongan obat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan
sebagai brikut :
“di harapkan ya sebenarnya outputnya tidak ada stock out, tidak ada obat
expired, tidak ada obat yang death stock. Ya tapi mungkin memang
membutuhkan kebijakan dari top manajemen untuk pengelolaan death stock
itu, jadi gak bisa kami berjalan sendiri” (Inf-1).
Adapun upaya yang dilakukan pihak Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah
obat ke PBF lain atau rekanan luar. Namun sebelum nya apabila punya obat lain
yang sama di koordinasikan dulu ke dokter, apabila boleh diganti akan diganti
dengan obat yang kandugan nya sama. Hal ini seperti yang telah siungkapkan oleh
“kalau reguler kan pasti punya second line maksudnya kita usahakan
koordinasikan dengan DPJP untuk mengganti yang isinya sama itu tapi
kalau BPJS ya itu tadi kita upayakan stok nya lebih diperbanyak” (Inf-1).
“kita pinjam, ataupun CITO, CITO ke PBF atau apotek lain” (Inf-5).
Hal ini juga didukung dengan hasil telaah dokumen prosedur penanganan
Lakukan telaah resep, apabila Obat yang ditulis dokter tidak tersedia maka
hubungi dokter penulis resep dan apabila dokter bersedia obat diganti maka
lakukan SPO pergantian obat. Jika dokter tidak bersedia maka asisten apoteker
jaga menghubungi rekanan untuk pengadaan, setelah obat tersedia serahkan obat
Baca resep dengan teliti, apabila obat yang ditulis dokter tidak tersedia
hubungi dokter penulis resep. Dokter bersedia obat diganti lakukan SPO
Penggantian obat dan apabila dokter tidak bersedia diganti maka buatkan copy
resep.
PEMBAHASAN
farmasi merupakan suatu siklus kegitan yang dimulai dari perencanaan sampai
Instalasi Farmasi. Pengelolaan persediaan obat yang baik tentu nya memerlukan
manajemen yang baik pula. Namun hal tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor
proses manajemen logistik dari proses pengelolaan itu sendiri. faktor input terdiri
dari sumber daya manusia, anggaran, sarana dan prasarana, dan prosedur.
Sementara itu, proses pengelolaan persediaan obat yang perlu diperhatikan yaitu
yang efektif dan efisien. Sehingga bisa melihat sistem pengelolaan obat yang
tersedia dengan baik, maka dapat menghambat kegiatan yang terjadi dalam proses
pada suatu sitem bahkan dapat menghambat suatu sistem untuk mencapai tujuan.
Begitu juga dalam penelitian ini, dalam pengelolaan obat suatu rumah sakit harus
menyediakan input yang baik. Adapun input pengelolaan obat di Instalasi Farmasi
manajemen logistik obat di Instalasi farmasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan
gudang farmasi Instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun hanya ada 3 orang. 2
gudang farmasi seharusnya berjumlah 6 orang. Sehingga hal ini dapat disimpulkan
bahwa kuantitas SDM yang ada di gudang farmasi RSI Siti Aisyah Madiun saat
memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja
agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi. Kualifikasi Sumber Daya
Manusia (SDM) Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari Apoteker dan Tenaga
Pekarya/Pembantu pelaksana.
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
jawabnya.
106
gudang farmasi terdiri dari satu orang atasan kepala gudang, satu orang kepala
gudang, satu orang pengurus barang, dan satu orang pelaksana. Jika dibandingkan
ada beberapa kegiatan yang jarang dilakukan oleh petugas di instalasi farmasi
misalnya evaluasi dan monitoring persediaan obat atau stok obat di instalasi
farmasi. hal ini dikarenakan pekerjaan yang terlalu padat dan tidak adanya petugas
lain yang membantu pekerjaannya. Hal ini tentu mempengaruhi beban kerja SDM
yang ada saat ini menjadi bertambah dan pelaksanaan pengelolaan persediaan obat
yang tidak dapat berjalan maksimal karena kebijakan untuk penambahan tenaga
masih sangat jarang dilakukan. Hal ini tentu dapat mempengaruhi pengetahuan
dan keterampilan nya. Untuk pelatihan SDM sudah pernah diikuti oleh kepala
Instalasi Farmasi namun sudah beberapa tahun yang lalu. Sedangkan untuk asisten
Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun untuk pelatihan mengenai manajemen
sudah mulai ditinggalkan, pelatihan yang ada sekarang lebih fokus untuk farmasi
klinis.
keterampilan petugas, kemudian dari situ akan muncul disiplin kerja. Sedangkan
pengetahuan dan keterampilan SDM. Oleh karena itu diharapkan manajemen RSI
manajemen logistik obat secara berkala agar dapat mencapai sasaran yang
RSI Siti Aisyah Madiun dan minimnya pelatihan terhadap Sumber daya manusia
pengelolaan persediaan obat. Minimnya sumber daya yang ada digudang farmasi
dapat membuat kegiatan proses pengelolaan obat tidak berjalan dengan baik. Oleh
karena itu perlu adanya proses rekrutmen dan seleksi untuk memenuhi kebutuhan
akan SDM, karena SDM yang ada saat ini untuk proses pengelolaan obat di
2. Anggaran
RAPB. Karena RSI Siti Aisyah merupakan rumah sakit swasta dalam pemberian
dananya tidak ribet dan fleksibel sesuai yang dibutuhkan oleh instalasi farmasi.
108
pembelian obat, pembelian oksigen, BHP, cetakan, pelabelan obat, Alat tulis
kantor, Alat dan bahan kebersihan, Alat listrik dan pemeliharaan, paket pasien,
konsumsi, peningkatan sarana dan prasarana gudang farmasi dan gas medik,
peningkatan sarana dan prasarana rawat inap, peningkatan sarana dan prasarana
Jumlah anggaran pada tahun 2016 untuk pembeliaan obat yaitu sebesar
Rp.14.420.431.116 dan untuk realisasi nya dalam pembelian obat RSI Siti Aisyah
anggaran untuk pembelian obat dan alkes membengkak 38,73% dari RAPB yang
direncanakan. Meskipun demikian pihak RSI Siti Aisyah Madiun dirasa tidak
kesehatan merupakan revenue center atau pusat pendapatan bagi rumah sakit,
dan 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan
farmasi.
kesulitan untuk dana karena setiap anggaran yang tinggi juga diimbangi dengan
adanya peningkatan pendapatan. maka pihak RSI Siti Aisyah hanya perlu
109
perbekalan farmasi di rumah sakit bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan obat
di rumah sakit. Kendala yang umum dijumpai dalam pengelolaan obat meliputi
beberapa aspek antara lain sumber daya manusia (SDM), sumber anggaran yang
Ratio perencanaan anggaran dan pembelian obat pada tahun 2016 sebesar
1: 1,38. Ratio tersebut menunjukan perbandingannya tidak ideal. Hal ini sulit
dicapai karena banyak faktor yang mempengaruhi terutama pengguaan obat. Oleh
karena itu perlu dievaluasi kembali terkait untuk penyusunan RAPB dan
pembeliannya.
3. Sarana Prasarana
maksimal. Begitu juga dengan fasilitas yang digunakan dalam manajemen logistik
obat di RSI Siti Aisyah Madiun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun maka dapat diketahui bahwa fasilitas
berlaku. Dengan kriteria sarana sebagai berikut fasilitas ruang harus memadai
dalam hal kualitas dan kuantitas agar dapat menunjang fungsi dan proses
non steril, maupun cair untuk obat luar atau dalam. Fasilitas peralatan harus
luas gudang. Dari hasil observasi sarana prasarana di instalasi farmasi RSI Siti
sudah sesuai dengan persyaratan minimal luas gudang, namun dirasa masih
kurang ideal karena tidak hanya obat-obatan saja yang ada di gudang farmasi akan
barang yang masih terlihat menumpuk. Oleh karena itu, petugas gudang menjadi
111
tidak leluasa bergerak pada saat menyusun obat-obat yang baru diterima nya.
Lengkap atau tidaknya suatu fasilitas atau sarana dan prasarana yang
persediaan obat. Sehingga dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di
Instalasi Farmasi, maka dapat dinilai apakah manajemen logistik obat berjalan
dengan lancar atau tidak. Kegiatan akan terlaksana dengan baik apabila segala
fasilitas atau sarana dan prasarana dilihat sudah cukup baik dan lengkap.
4. Prosedur
perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau prosedur
kerja tertentu. Oleh karena prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap, rutin, dan
telaah dokumen dan observasi maka dapat disimpulkan bahwa SOP yang ada
terkait dengan proses pengelolaan obat sudah dibuat secara singkat dan jelas agar
Pada pelaksanaannya prosedur yang dibuat ini sudah dijalankan oleh SDM
yang melakukan pengelolaan persediaan obat di instalasi farmasi RSI Siti Aisyah
Madiun, meskipun dalam pelaksanaan SOP terkadang masih ada point yang
Hal ini sesuai dengan penelitian yudha (2012) yang menyatakan bahwa
obat terlebih lagi kegiatan yang dilakukan sudah menjadi rutinitas harian.
obat dapat tercapai. Dengan adanya prosedur maka dalam pengelolaan obat dapat
berjalan dengan baik dan dapat terhindar dari kesalahan, keraguan dan pekerjaan
farmasi dan SOP dapat disimpulkan bahwa perencanaan kebutuhan obat di RSI
Siti Aisyah Madiun dalam pelaksanaan belum sesuai pedoman dan Standart
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Pratiwi (2012) yang menyebutkan
bahwa metode yang digunakan di sub unit gudang farmasi RSUD Kota Depok
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
pola penyakit, oleh karena itu menyebabkan stok obat yang ada menjadi tidak
Aisyah Madiun sudah sesuai pedoman dan standart operasional prosedur di rumah
sakit. Namun tetap saja masih ada kendala dalam menjalankan proses perencanaan
114
kebutuhan obat. Kendala tersebut adalah ketidak sesuaian antara kondisi yang
berdasarkan data rill konsumsi perbekalan farmasi periode lalu, dengan berbagai
ini karena kalau tidak justru mendukung pengobatan yang tidak rasional di rumah
sakit.
pola penyakit selain itu petugas lebih memperhatikan stok pengaman serta
2. Penganggaran
suatu proses. Pelayanan kesehatan akan berjalan dengan baik apabila didukung
dengan pendanaan yang memadai. Begitu juga dengan pelayanan di RSI Siti
Aisyah Madiun, dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam proses
dengan baik dan tidak terdapat kendala. Pemberian dana diberikan flexibel
sesuai kebutuhan
115
uang dengan berpegang kepada ketentuan yang berlaku dan mengikat. Untuk
keterbatasan dalam anggaran, maka tidak jarang pada fungsi ini diperlukan
Madiun tidak mengalami kendala karena dana yang diberikan fleksibel sesuai
penghasil terbesar dan juga penghabis terbesar. Hal ini seperti yang diungkapkan
oleh penelitian dari Suciati dkk (2006) yang menyatakan bahwa pelayanan
center atau pusat pendapatan bagi rumah sakit, mengingat lebih dari 90%
perencanaan dan pengadaan obat. Dengan anggaran yang cukup maka kebutuhan
obat akan terpenuhi dengan baik, sebaliknya jika anggaran yang disediakan untuk
pengadaan obat terbatas maka pelayanan kefarmasian rumah sakit akan terganggu
3. Pengadaan
mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan
lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan ( Depkes RI, 2008).
diketahui bahwa proses pengadaan obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah
Madiun sudah berjalan sesuai dengan standart operasional prosedur yang ada di
rumah sakit. Proses pengadaan yang ada di RSI Siti Aisyah Madiun dimulai dari
telah direncanakan, setelah itu kepala instalasi farmasi akan membuat surat
Untuk pengadaan obat dilakukan setiap 1 minggu sekali, bahkan untuk obat
yang fast moving atau live saving pemesanan obat dapat dilakukan dua kali dalam
satu minggu tergantung bagaimana kebutuhan dan pergerakan obatnya. Hal ini
dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
antara
117
lain: bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa, bahan berbahaya harus
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar, dan
expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-
dan sumbangan. Dalam hal ini Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun
Dalam proses pengadaan obat, kendala yang sering terjadi adalah distributor
yang sering terlambat dalam mendistribusikan obat ke rumah sakit atau obat yang
dipesan tidak ada atau kosong dari distributor tersebut, sehingga harus memesan
distributor lain atau pembelian cito ke apotek luar yang dilakukan oleh pihak
gudang. Hal ini tentu membutuhkan waktu tunggu obat yang semakin lama.
metode konsumsi dirasa akan mempengaruhi dalam proses pengadaan obat yang
akan berakibat vatal seperti halnya kekurangan dan kelebihan stok obat tertentu.
proses dari penentuan item obat dan jumlah tiap item berdasarkan perencanaan
yang telah dibuat, pemilihan pemasok, penulisan surat pesanan (SP) hingga SP
penentuan pemasok, penentuan jumlah item obat, jumlah barang tiap item obat
dan kelengkapan surat pesanan dan kontrak, negoisasi harga, kapan dipesan dan
cara pembayaran.
118
persediaan obat yang tidak efisien akan memberikan dampak negatif terhadap
farmasi dan manajemen rumah sakit perlu mengetahui secara jelas kebutuhan obat
waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
persediaan obat sudah dilaksanakan sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam
prosedur pengadaan obat di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun. Namun
untuk menghindari kekosongan obat di instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun
dengan baik.
119
4. Penyimpanan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
prosedur yang ada di instalasi farmasi namun belum berjalan secara maksimal.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian sheina dan umam
metode FIFO dan FEFO dan berdasarkan abjad. Metode ini digunakan agar
terlaksana secara maksimal. Hal ini dikarenakan tenaga dan tempat yang belum
memastikan bahwa Obat disimpan secara benar dan diinspeksi secara periodik.
dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
pencurian.
diperiksa oleh petugas gudang farmasi disimpan di gudang farmasi. Akan tetapi
penyusunan obat yang dilakukan di rak rak belum ada pemberian nama dan kode
pada rak-rak obat nya, hanya dibedakan rak obat reguler dan rak obat BPJS,
Begitu juga dalam kondisi tertentu penerapan sistem FEFO/FIFO tidak terlaksana
untuk infus terdapat dalam karton dan ditumpuk-tumpuk, tidak jarang untuk infus
juga masih ditata diluar gudang dan untuk obat-obat an tablet dan kapsul sudah
diletakan didalam rak, sedangkan untuk salep, sirup, obat tetes di dalam
gudang farmasi
121
ruangan.
menggunakan kode atau tanda khusus baik obat yang expired date atau yang tidak
expired date. Dengan menggunakan tanda khusus, kode atau pelabelan tersebut
1. menggunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) / FIFO (First In First
Out) yaitu perbekalan farmasi yang masa kadaluwarsanya lebih awal atau yang
diterima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab umumnya perbekalan
farmasi yang datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan
umurnya relatif lebih tua dan masa kadaluwarsanya mungkin lebih awal.
2. Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar diatas pallet secara rapi dan
teratur.
5. Simpan perbekalan farmasi dalam rak dan berikan nomer kode, pisahkan
rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada dibelakang
mempengaruhi proses penyimpanan di RSI Siti Aisyah Madiun antara lain yaitu
kurangnya petugas pelaksana yang ada digudang farmasi membuat pekerjaan yang
seharusnya dilakukan menjadi tertunda, serta kondisi gudang yang kurang luas.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa luas gudang adalah 3x5 m 2. Hal ini sudah
sesuai dengan persyaratan luas minimal gudang menurut Depkes RI 2010 yang
tercantum dalam buku satibi tahun 2016, namun luas tersebut dirasa masih kurang
memadai karena dalam penelitian tersebut diketahui bahwa gudang farmasi RSI
Siti Aisyah Madiun tidak hanya digunakan untuk menyimpan obat namun juga
untuk menyimpan alat kesehatan. Selain itu dengan kondisi yang kurang memadai
dan adanya beberapa infus yang tidak dapat masuk ke dalam gudang.
berikut: Kemudahan bergerak, sirkulasi udara yang baik, penempatan rak dan
leluasa bergerak pada saat akan menyusun obat-obatan yang baru diterima nya.
Minimnya luas gudang farmasi juga menyebabkan petugas gudang terpaksa harus
Dengan adanya hal tersebut sebaiknya pihak Instalasi Farmasi RSI Siti
penataan lebih rapi lagi, menambah rak penyimpanan obat agar petugas farmasi
lebih mudah dalam menemukan jenis persediaan obat serta gudang segera
dibangun sesuai standart agar kegiatan pengelolaan persediaan obat dapat efektif
dan efisien.
5. Pendistribusian
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
sistem desentralisasi yaitu melalui apotek dan unit-unit yang ada di rumah sakit.
Jika stok obat di apotek tersebut sudah habis atau sedikit jumlahnya, maka pihak
apotek akan melakukan permintaan ke gudang farmasi yang disertai dengan bukti
berupa surat pesanan atau surat permintaan obat. Permintaan setiap unit akan obat
124
dilakukan oleh beberapa depo/satelit IFRS di sebuah rumah sakit. Pada dasarnya
sistem distribusi desentralisasi ini sama dengan sistem distribusi obat persediaan
seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian oleh
sedikitnya jumlah permintaan obat, jika obat yang tersedia di gudang farmasi
akan tetapi jika obat yang diminta jumlahnya tidak memungkinkan maka tidak
dapat dilakukan
pendistribusian.
Bedasarkan informasi dari petugas gudang, masalah yang sering terjadi adalah
jika obat yang dipesan telat datang bahkan kosong. Hal ini tentu saja dapat
selama ini yang dilakukan oleh petugas pelaksanan gudang farmasi sudah sesuai
dengan standar operasional prosedur yang ada di rumah sakit. Akan tetapi ada
beberapa kendala atau masalah yaitu apabila barang yang diminta telat datang atau
tersebut
125
6. Pemeliharaan
apoteker (APA dan apoteker pendamping) adalah harus selalu memelihara obat dari:
Kerusakan, Kedaluwarsa, hilang. satu dan lain hal adalah usaha untuk menjaga dan
melindungi kualitas dan kuantitas obat dari hal hal tersebut diatas.
tidak rusak atau expired date dengan menyimpan obat sesuai label atau petunjuk
penyimpanan obat yang sudah tertera pada obat. Selain itu petugas farmasi juga
mengecek suhu obat setiap hari dan obat yang mendekati expire date.
Hal ini sesuai dengan pedoman prosedur pemeliharaan obat di RSI Siti
Aisyah Madiun antara lain dengan setiap pagi mengontrol suhu lemari pendingin,
suhu ruang dan kelembapan udara dengan termometer yang sudah ditara/di
kalibrasi kemudian dicatat pada lembar monitoring suhu dan kelembapan yang
sudah tersedia. Bila suhu melebihi standar lapor ke bagian pemeliharaan untuk
ditindak lanjuti.
3. Kerusakan fisik
dan peracikan
6. Pencuri
7. Api, obat yang disimpan sebagian adalah mudah terbakar antara lain : alkohol,
bahwa pemeliharaan obat sudah sesuai prosedur yakni dengan mengontrol suhu
setiap hari baik pada suhu lemari pendingin atau pun suhu ruangan sehingga
kualitas produk obat yang disimpan di gudang farmasi dan di pelayanan farmasi
7. Penghapusan
farmasi yang tidak terpakai karena kaduluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan penghapusan adalah
untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola
Siti Aisyah Madiun adalah dengan cara menyerahkan obat ke gudang farmasi 6
bulan sebelum obat expired date, kemudian gudang akan memilih barang mana
yang bisa di retur dan yang tidak bisa. Untuk obat yang telah rusak atau expired
date dan tidak dapat dikembalikan ke distributor maka rumah sakit akan
di RSI Siti Aisyah Madiun dengan melalui kerja sama dengan pihak ke 3
terdiri dari : Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
mengembalikan atau meretur obat ke disributor dan untuk obat yang tidak dapat
adanya obat expired date lebih banyak maka sebaiknya pihak instalasi farmasi
mengevaluasi stok obat yang slow moving dan yang sudah tidak diresepkan lagi
8. Pengendalian Persediaan
tercapainya sasaran yang diinginkannya sesuai dengan strategi dan program yang
Instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun dengan menggunakan stock opname.
stock opname dapat diketahui bahwa kegiatan stock opname di Instalasi farmasi
RSI Siti Aisyah Madiun dilakukan setiap 4 bulan sekali yaitu bulan april, agustus
dan desember, akan tetapi dalam proses pengendalian terkadang terhambat karena
persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah untuk:
3. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
Habis Pakai.
Kendala dalam kegiatan stock opname yang biasa ditemui oleh petugas
sehingga pengendalian nya tidak bisa dilaksanakan secara periodik. Hal ini tentu
dapat membuat kegiatan perencanaan obat yang dilakukan gudang farmasi pun
persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah:
2. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
persediaan obat di instalasi farmasi RSI Siti Aisyah Madiun belum mempunyai
obat adalah untuk menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
Dari hasil penilitian diketahui bahwa secara garis besar ketersediaan obat di
Instalasi farmasi sudah sesuai kebutuhan, akan tetapi memang ada beberapa obat
terkadang tidak tersedia disebabkan karena stok yang ada terbatas dan disebabkan
karena kosong dari distributor. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa di
Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun masih ada obat yang mengalami
Data obat rusak atau expired date pada tahun 2016 yakni dengan total
Rp24.123.598. Obat rusak atau expired date sebagian besar berasal dari obat-obat
atau alkes di ruang keperawatan. Pada tahun ini trendnya sudah menurun
setiap bulan sekali. Yang tidak bisa dihindari adalah obat-obat an expired date
Siti Aisyah Madiun sangat kecil. Tolakan obat pada pasien rawat inap dan rawat
jalan rata-rata hanya 1%. Penyebab penolakan tersebut DPJP menulis obat non
formularium.
presentase nilai obat kaduluwarsa karena pengelolaan obat yang kurang baik
khususnya pada tahap penyimpanan. Hal ini disebabkan karena peresepan dokter
banyak obat yang tidak keluar atau tidak digunakan dan menumpuk.
Hal ini dapat diketahui bahwa salah satu penyebab obat expired date di
ruang keperawatan RSI Siti Aisyah Madiun adalah peresepan dokter bervariasi,
digunakan berubah, akibatnya banyak obat yang tidak keluar atau tidak digunakan
dan menumpuk.
Unit 1 didapatkan hasil presentase obat kaduluwarsa dan rusak sebesar 0,03%.
Hal tersebut disebabkan penyimpanan dan penyusunan belum sesuai dengan jenis
dan
131
sediaan, selain itu kondisi gudang yang tidak memadai serta pengaturan suhu yang
tidak tertentu.
Sedangkan di instalasi farmasi RSI Siti Aisyah total obat expired pada tahun
2016 adalah Rp24.123.598. Hal ini tentu belum dikatakan efisien dan belum
sesuai standar yang dibuat oleh Dirjen Kefarmasian dan Alat kesehatan Tahun
2010 yang menyatakan bahwa presentase obat kaduluarsa dan rusak sebesar 0 %.
menyebutkan bahwa salah satu kegiatan yang akan dilakukan adalah dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program kefarmasian dan
Adapun upaya yang dilakukan pihak Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah
obat ke PBF lain atau rekanan luar. Namun sebelum nya apabila punya obat lain
yang sama di koordinasikan dulu ke dokter, apabila boleh diganti akan diganti
Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun belum sesuai kebutuhan, ada penolakan
obat formularium kepada DPJP. Dengan masih adanya obat yang mengalami
kekosongan dan kadaluwarsa atau rusak maka dapat dikatakan bahwa input masih
kurang baik sumber daya manusia yang kurang di gudang farmasi, pelaksanaan
prosedur kerja yang kurang maksimal dan perencanaan yang kurang baik, serta
KESIMPULAN
A. Input
mempengaruhi suatu proses dan output yakni SDM yang kurang khususnya untuk
petugas pelaksana gudang hanya ada 3 orang harusnya 6 orang petugas, masih ada
point dalam SOP yang diabaikan, Sarana kurang memadai terutama untuk gudang
penyimpanan yang kurang luas. Sedangkan untuk anggaran di RSI Siti Aisyah
dalam pemberian dana nya tidak ribet dan fleksibel sesuai yang dibutuhkan oleh
B. Proses
Dengan input yang ada sebagai berikut maka dapat mempengaruhi proses
manajemen logistik obat menjadi tidak berjalan maksimal khususnya dalam fungsi
dan penghapusan tidak mengalami kendala dan sudah sesuai dengan prosedur
yang ada.
C. Output
Ketersediaan obat belum sesuai kebutuhan, hal ini masih terlihat bahwa
Untuk tolakan obat pada pasien rata-rata hanya 1%. Dan juga masih terdapat obat
rusak dan expired date pada tahun 2016 yakni dengan total biaya Rp 24.123.598.
133
134
SARAN
jabatan sesuai dengan pendidikan yang disyaratkan dan merotasi SDM yang
untuk gudang farmasi segera dibangun gudang yang sesuai standart, serta
penyimpanan obat dan alat kesehatan agar kegiatan pengelolaan obat dapat
4. Bagi Pembaca
masukan yang bersifat membangun agar pada penelitian selanjutnya bisa lebih
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, S.P Malayu. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi
Aksara
135
136
Rahmawati, Mella. 2016. Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Pasien Rawat Jalan
Di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun Tahun 2016. Madiun : Skripsi
Stikes BHM
Seto,S., Nita Yunita,. Triana lily. 2015. Manajemen Farmasi Edisi 4. Surabaya :
Airlangga University Press
Sheina, baby, M.R umam, Solikhah. 2010. Penyimpanan obat di gudang Instalasi
Farmasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1. Yogyakarta : jurnal
skripsi FKM Universitas Ahmad dahlan
Siregar, Ch.J.P., dan Amalia, L. 2004. Farnasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Depkes RI, Jakarta
Utari, Anindita. 2014. Cara Pengendalian Persediaan Obat Paten dengan Metode
Analisis ABC, Metode Economic Order Quantity (EOQ), Bufferstock dan
Reorder Point (ROP) di Unit Gudang Farmasi RS Zahirah Tahun 2014.
Jakarta : Skripsi FKIK UIN
137
Winasari, Ajrina. 2015. Gambaran Penyebab Kekosongan Stok Obat Paten dan
Upaya Pengendaliannya di Gudang Medis Instalasi Farmasi RSUD Kota
Bekasi Pada Triwulan 1 Tahun 2015. Jakarta : Skripsi UIN
Nama Informan :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa Kerja :
PERTANYAAN :
I. INPUT
A. SDM
1. Siapa saja yang terlibat dalam pengelolaan obat di Instalasi Farmasi RSI
B. Anggaran
Farmasi?
137 138
139
1. Fasilitas apa saja yang digunakan dalam proses manajemen logistik obat di
D. Prosedur
II. PROSES
FORNAS?
3. Apakah perencanaan kebutuhan obat yang selama ini dilakukan oleh pihak
Bagaimana solusinya?
140
B. Penganggaran
Bagaimana solusinya?
C. Pengadaan
2. Kapan pengadaan obat dilakukan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan
solusinya?
D. Penyimpanan
solusinya?
E. Pendistribusian
2. Apakah ada kendala yang terdapat pada proses pendistribusian obat? Jika
F. Pemeliharaan
prosedur ?
3. Apakah ada kendala dalam proses pemeliharaan obat ? Jika ada, Bagaimana
solusinya?
G. Penghapusan
1. Bagaiman proses penghapusan yang dilakukan oleh pihak gudang jika ada
solusinya?
H. Pengendalian
III. OUTPUT
LEMBAR OBSERVASI
Instrumen Penelitian Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat
di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun Tahun 2017
SDM
Ketersediaan SDM
NO Pernyataan Observasi Hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Terdapat kepala instalasi
farmasi
2 Terdapat kepala gudang
3 Tedapat staf gudang
4 Terdapat apoteker
5 Terdapat tenaga teknis
kefarmasian
6 Petugas gudang mulai
kegiatan tepat waktu sesuai
jam yang telah ditentukan
7 Petugas gudang pulang
sesuai tepat waktu
8 Petugas melakukan kegiatan
manajemen logistik obat
sesuai SOP yang berlaku
Sarana Prasarana
Sarana Prasarana
No Pernyataan Observasi hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Tersedianya ruangan/kantor untuk kepala
gudang
2 Tersedianya ruangan/ kantor untuk kepala
instalasi farmasi
3 Ruang/kantor terpisah dengan gudang obat
4 Terdapat komputer
5 Terdapat meja,kursi,lemari di ruangan atau
kantor
6 Tersedia telepon
7 Terdapat ATK di ruangan atau kantor
8 Terdapat prosedur untuk
pengelolaan persediaan obat
9 Gudang penyimpanan yang ideal
10 Terdapat AC atau kipas angin
11 Terdapat tabung APAR
143
Prosedur
Prosedur
No Pernyataan Observasi hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Tersedia prosedur perencanaan kebutuhan
obat
2 Tersedia prosedur penganggaran
kebutuhan obat
3 Tersedia prosedur pengadaan obat
4 Tersedia prosedur penyimpanan obat
5 Tersedia prosedur pendistribusian obat
6 Tersedia prosedur penghapusan atau
pemusnahan obat
7 Tersedia prosedur pemeliharaan obat
8 Tersedia prosedur pengendalian
kebutuhan obat
Perencanaan
Perencanaan
No Pernyataan Observasi hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Petugas mengevaluasi obat yang
datang dan tidak datang di
Instalasi Farmasi
2 Merekap penggunaan obat
selama 1 bulan
3 Menentukan jumlah obat yang
akan dipesan
4 Menentukan distributor yang
akan mengirimkan obat
5 Membuat surat pesanan obat ke
distributor
6 Petugas memantau sisa
persediaan obat
144
Penyimpanan
Syarat gudang
No Pernyataan Observasi hasil keterangan
Ya Tidak
1 Tersedia rak atau lemari
penyimpanan obat
2 Tersedia lemari khusus yang
terkunci untuk penyimpanan
narkotika dan psikotropika
3 Tersedia lemari pendingin untuk
penyimpanan obat jenis tertentu
yang memerlukan suhu dingin
4 Luas gudang minimal 3x4 M2
5 Ada ventilasi agar ada aliran udara
dan tidak lembap
6 Lantai dari tegel atau semen
7 Pembuatan sudut lantai atau dinding
yang tidak tajam
8 Ada gudang penyimpanan obat
9 Dinding dibuat licin
10 Ruang kering tidak lembap
11 Cahaya cukup
12 Gudang menggunakan sistem satu
lantai
13 Terdapat AC atau kipas angin
14 Bahan mudah terbakar disimpan di
ruangan khusus (terpisah dari
gudang induk)
15 Dihindari adanya penumpukan
dus,karton dan lain-lain
Pengaturan Penyimpanan
No Pernyataan Observasi Hasil keterangan
Ya Tidak
1 Penggolongan obat menurut bentuk sediaan
2 Penggolongan obat sesuai alfabetis
3 Menggunakan almari,rak, dan pallet
4 Menggunakan almari khusus untuk
perbekalan farmasi yang
memerlukan penyimpanan pada suhu
tertentu
5 Menerapkan metote penyimpanan metode
FIFO/FEFO
6 Dilengkapi kartu stok
145
pengendalian
Pengendalian
No Pernyataan Observasi hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Melakukan evaluasi persediaan
yang jarang digunakan (slow
moving)
2 Melakukan evaluasi persediaan
yang tidak digunakan dalam
waktu 3 bulan berturut-turut
(death stock)
3 Melakukan stock opname secara
periodik dan berkala
155
HASIL
LEMBAR OBSERVASI
di Instalasi Farmasi RSI Siti Aisyah Madiun Tahun 2017
SDM
Ketersediaan SDM
NO Pernyataan Observasi Hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Terdapat kepala instalasi Ѵ
farmasi
2 Terdapat kepala gudang Ѵ
3 Tedapat staf gudang Ѵ
4 Terdapat apoteker Ѵ
5 Terdapat tenaga teknis Ѵ
kefarmasian
6 Petugas gudang mulai Ѵ
kegiatan tepat waktu sesuai
jam yang telah ditentukan
7 Petugas gudang pulang Ѵ
sesuai tepat waktu
8 Petugas melakukan kegiatan Ѵ
manajemen logistik obat
sesuai SOP yang berlaku
Sarana Prasarana
Sarana Prasarana
No Pernyataan Observasi Hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Tersedianya ruangan/kantor Ѵ
untuk kepala gudang
2 Tersedianya ruangan/ kantor Ѵ
untuk kepala instalasi farmasi
3 Ruang/kantor terpisah dengan Ѵ
gudang obat
4 Terdapat computer Ѵ
5 Terdapat meja,kursi,lemari di Ѵ
ruangan atau kantor
6 Tersedia telepon Ѵ
7 Terdapat ATK di ruangan atau Ѵ
kantor
8 Terdapat prosedur untuk Ѵ
pengelolaan persediaan obat
9 Gudang penyimpanan yang ideal V
10 Terdapat AC atau kipas angina V
11 Terdapat tabung APAR Ѵ
156
Prosedur
Prosedur
No Pernyataan Observasi Hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Tersedia prosedur perencanaan ѵ
kebutuhan obat
2 Tersedia prosedur penganggaran ѵ
kebutuhan obat
3 Tersedia prosedur pengadaan obat ѵ
4 Tersedia prosedur penyimpanan obat ѵ
5 Tersedia prosedur pendistribusian obat ѵ
6 Tersedia prosedur penghapusan atau ѵ
pemusnahan obat
7 Tersedia prosedur pemeliharaan obat ѵ Monitoring
kondisi
penyimpanan
obat
8 Tersedia prosedur pengendalian ѵ
kebutuhan obat
Perencanaan
Perencanaan
No Pernyataan Observasi Hasil Keterangan
Ya Tidak
1 Petugas mengevaluasi obat yang Ѵ
datang dan tidak datang di
Instalasi Farmasi
2 Merekap penggunaan obat Ѵ
selama 1 bulan
3 Menentukan jumlah obat yang Ѵ
akan dipesan
4 Menentukan distributor yang Ѵ
akan mengirimkan obat
5 Membuat surat pesanan obat ke Ѵ
distributor
6 Petugas memantau sisa Ѵ
persediaan obat
157
Penyimpanan
Syarat gudang
No Pernyataan Observasi Hasil keterangan
Ya Tidak
1 Tersedia rak atau lemari Ѵ
penyimpanan obat
2 Tersedia lemari khusus yang Ѵ Di apotek rawat
terkunci untuk penyimpanan jalan dan apotek
narkotika dan psikotropika rawat inap, untuk
gudang belum ada.
3 Tersedia lemari pendingin untuk Ѵ
penyimpanan obat jenis tertentu
yang memerlukan suhu dingin
4 Luas gudang minimal 3x4 M2 Ѵ 3 x 5 M2
5 Ada ventilasi agar ada aliran Ѵ
udara dan tidak lembap
6 Lantai dari tegel atau semen Ѵ
7 Pembuatan sudut lantai atau Ѵ
dinding yang tidak tajam
8 Ada gudang penyimpanan obat Ѵ
9 Dinding dibuat licin Ѵ
10 Ruang kering tidak lembap Ѵ
11 Cahaya cukup Ѵ
12 Gudang menggunakan sistem Ѵ
satu lantai
13 Terdapat AC atau kipas angin Ѵ
14 Bahan mudah terbakar disimpan Ѵ
di ruangan khusus (terpisah dari
gudang induk)
15 Dihindari adanya penumpukan Ѵ
dus,karton dan lain-lain
Pengaturan Penyimpanan
No Pernyataan Observasi Hasil keterangan
Ya Tidak
1 Penggolongan obat menurut bentuk Ѵ Dipelayanan
sediaan sesuai
2 Penggolongan obat sesuai alfabetis Ѵ farmakologi
3 Menggunakan almari,rak, dan pallet Ѵ
4 Menggunakan almari khusus untuk Ѵ
perbekalan farmasi yang memerlukan
penyimpanan pada suhu tertentu
5 Menerapkan metote penyimpanan Ѵ
metode FIFO/FEFO
6 Dilengkapi kartu stok Ѵ
158
pengendalian
Pengendalian
No Pernyataan Observasi hasil keterangan
Ya Tidak
1 Melakukan evaluasi persediaan ѵ
yang jarang digunakan (slow
moving)
2 Melakukan evaluasi persediaan ѵ
yang tidak digunakan dalam
waktu 3 bulan berturut-turut
(death stock)
3 Melakukan stock opname secara ѵ
periodik dan berkala
159
MATRIKS WAWANCARA
Pedoman wawancara dilakukan terhadap 7 orang informan yang terdiri dari : Informan 1 kepala Instalasi Farmasi (Inf-1), Informan 2
koordinasi pelayanan farmasi (Inf-2), informan 3 asisten apoteker rawat inap (Inf-3), informan 4 asisten apoteker rawat jalan (Inf-4),
informan 5 koordinator gudang farmasi (Inf-5), informan 6 staf gudang farmasi (Inf-6), informan 7 kabag. Perencanaan dan monev
keuangan (Inf-7).
INPUT
VARIABEL PERTANYAAN JAWABAN
1. SDM Siapa saja yang terlibat dalam “Yang terlibat pertama kepala instalasi farmasi yang kedua gudang,
pengelolaan obat di Instalasi Farmasi gudang farmasi itu orang yang terlibat”
RSI Siti Aisyah Madiun? “Kalau prosesnya kita ada pedoman bahwa pengadaan itu buat
kebutuhan 2 minggu, kalau untuk obat yang fast moving untuk
kebutuhan 1 minggu, proses nya gudang melakukan perencanaan
setelah itu disetorkan ke kepala instalasi farmasi, kepala instalasi
farmasi akan membuatkan SP pengadaan obat selama 1 minggu”
“kalau yang gudang untuk jobdesk nya memang kalau bu wahyu itu
dia fokus di obat, kalau bu anik alat kesehatan dan administrasi
mulai dari pengarsipan sampai faktur, pelaporan dsb nya, kalau pak
mulyadi lebih banyak ke distribusi nya ke ruangan lain” (Inf-1).
“kurang.”
“Disini idealnya harus nya 4.”
“karena kurang ya dioper-oper” (Inf-6).
162
Apakah pelatihan mengenai proses “kalau untuk staf gudang belum ada, tetapi kalau kepala instalasi
perbekalan/logistik obat pernah farmasi sudah.”
diadakan? kalau pernah berapa kali “kalau manajemen sekarang sudah mulai banyak ditinggal mbak,
dalam setahun? karena kita kan kalau apoteker lebih banyak ke fokus di klinisnya.
Jadi memang Kemarin itu sudah lama, saya ikut 1 tahun sekali tapi
itu sudah beberapa tahun tapi kalau akhir-akhir ini sudah banyak
gak ada pelatihan seperti itu” (Inf-1).
“Ada yang ikut, udah pernah tapi jarang cuma pernah ada 1 kali”
(Inf-4).
“Kalau pelatihan belum, selama ini saya tidak tahu, gag tau kalau
bu farida, bu farida kan yan biasanya ikut-ikut seminar” (Inf-6).
Apakah pernah dilakukan mengenai “setiap tahun kita melakukan evaluasi. dilakukan oleh kepala
evaluasi kinerja SDM? Instalasi” (Inf-1).
“Ada, tapi yang tau bu farida untuk evaluasi kinerja SDM” (Inf-5).
3. Sarana Prasarana Fasilitas apa saja yang digunakan “ya kita punya coller, komputer, dsb.”
dalam proses manajemen logistik “insyaallah sudah sesuai hanya persoalan tempat saja” (Inf-1).
obat di Instalasi farmasi RSI Siti “Komputer yang jelas, peralatan order, kaya buku, surat pesanan,
Aisyah Madiun? dsb nya” (Inf-3).
4. Prosedur Apakah terdapat prosedur kerja “ada, semua kita sudah ada SPO nya” (Inf-1).
dalam proses manajemen logistik
obat? “ada”. (Inf-2).
“ada” (Inf-4).
“Ada.”
“Sudah sesuai pelaksanaannya” (Inf-6).
Apakah ada kendala yang “semaksimal mungkin sudah kami kerjakan sesuai SPO, karena kita
menghambat pelaksanaan prosedur SPO kemarin kita buat sesuai keadaan” (Inf-1).
dalam manajemen logistik obat?
“kendala nya ada, kadang lak jalane yo gag sesuai prosedur. Yang
penting kadang tertata” (Inf-2).
“Kalau kendala pasti ada, kalau SOP gudang yang tau hanya
gudang, saya tau nya SOP pelayanan, kalau sekilas saya baca SOP
gudang sih sudah” (Inf-3).
“Kalau ada yang order, ada yang barang datang, dan pas itu aku
sendirian itu pasti terkadang mengabaikan SOP” (Inf-5).
“Ya nggak sih, Justru itu kan buat keamanan kita juga to” (Inf-6).
169
PROSES
VARIABEL PERTANYAAN JAWABAN
1. Perencanaan Bagaimana proses perencanaan “Perencanaan kan kita berdasarkan obat yang keluar sebelumnya,
kebutuhan persediaan obat yang kita perencanaan 1minggu sekali seperti yg sudah saya jelaskan
dilakukan oleh Instalasi farmasi RSI nanti diadakan, kalau untuk obat yang fast moving kita bisa
Siti Aisyah Madiun? pengadaan 2 minggu untuk stok nya, dan untuk obat-obat BPJS
karena agak susah ya carinya kita bisa untuk obat tertentu yang
fast moving juga kita bisa stok buat 1 bulan.”
“kalau slow moving sedapat mungkin habis baru kita orderkan.”
“evaluasi nya ada 3 bulan sekali untuk death stock, jadi itu istilah
nama nya pake death stock jadi itu artinya obat yang dalam 3
bulan berturut-turut tidak pernah keluar.”
“iya 3 bulan sekali atau pas waktu stock opname itu akan ketauan
obat-obat yang tidak pernah keluar” (Inf-1).
“Disini kalau baru kita order 10 hari sekali, dulu sih setiap hari,
karena ada direktur baru juga peraturan baru, kecuali kalau ada
barang habis CITO baru dicarikan atau diorderkan” (Inf-3).
“kalau BPJS rawat inap sama setiap hari, kalau rawat jalan untuk
obat BPJS seminggu sekali”
“iya sesuai formlarium rumah sakit”(Inf-4).
“belum ya, kadang sini obat e udah habis gudang belum ada.
Sering kosong Dalam arti bukan kosong dari distributor tapi
gudang telat dalam order” (Inf-2).
171
“ada, kendala nya telat-telat kita kalau kita melihat stok. Waktu
nya order belum order.”
Order dan pinjem, atau CITO ke luar” (Inf-5).
“ya kita sesuaikan dengan barang yang keluar aja, kita gak ada
nominal khusus, kita menyesuaikan saja, begitu pun ordernya kita
juga menyesuaikan” (Inf-6).
Apakah terdapat kendala atau “kalau pengaggaran gak ada mbak, sedapat mungkin memang
masalah dalam proses penganggaran kalau manajemen kalau farmasi itu memang di unit rumah sakit
obat, Bagaimana solusinya? merupakan penghasil terbesar tetapi juga penghabis terbesar juga,
tetapi untuk pengajuan anggaran kita tidak ada kendala hanya
memang pengendaliannya aja yang lebih diprioritaskan” (Inf-1).
173
“Kadang ada yang seminggu datang ada juga yang 2-3 hari sudah
datang” (Inf-4).
Pengadaan dilakukan setiap 1minggu sekali itu yang reguler, kalau
untuk obat BPJS 1 bulan sekali.”
Untuk order 2-3 jam, sedangkan lead time dari mulai order barang
datang 3 hari, kurang lebih 2-3 hari” (Inf-5).
“ seumpama kalau jatuh tempo sini gak bisa bayar itu ngelock jadi
gak bisa ke buka orderannya.”
“ya nanti harus ada dulu pembayaran dari sini.”
“diusahakan, kita tlp dokter dulu atau dicarikan ke distributor lain”
(Inf-3).
175
“Ya, banyak.”
“Pengiriman yang sering telat, ada ngelock-ngelock dalam
pembayaran.”
“kalau ngelock, ya itu memang salah dari sales nya atau
distributornya, kalau belum diselesaikan kepada PBF nya ya kita
gak bisa order.”
“solusinya ya kita kalau ada resep beli dari luar.”
“ya kalau ada PBF Lain, tapi yang sering-sering PBF lain tidak
ada.”
“kita sendiri yang akan menyarikan” (Inf-5).
“Suhu ruangan bisa juga, kalau gak stabil penyimpanan bisa rusak.
Kalau sini sudah rumayan ya, kalau di gudang itu suhunya
mungkin terlalu dingin kapan hari ada yang sampai beku obatnya,
kaya manitol itu ngristal” (Inf-2).
“Ya karena kita tempat nya kurang aja, penyimpanan jadi kurang
bisa rapi” (Inf-6).
Bagaimana pendapat anda mengenai “luas nya kurang ya” (Inf-1).
kondisi gudang tempat penyimpanan
obat? Apakah sudah sesuai dengan “Gudang nya kurang besar, penataan nya masih semrawut nak
aturan tata ruang penyimpanan? menurutku penuh soalnya.”
“untuk salep syrup langsung dikeluarkan ke ruangan-ruangan gitu”
(Inf-2).
“sepertinya belum ya, belum nya itu gudang nya kecil ya. Infus
nya itu kan masih ada diluar, harus nya kan gag gitu ada
peraturannya. Kalau obat yang harus nya di suhu kulkas sudah
ditaruh situ, ya mungkin Cuma infus nya itu yang belum” (Inf-4).
“Kosong biasanya kita carikan dulu, baru kita penuhi untuk hari
berikutnya” (Inf-6).
Apakah ada kendala yang terdapat “Insyaallah gag ada” (Inf-1).
pada proses pendistribusian obat?
Jika ada, Bagaimana solusinya? “nggak ada.”
“setiap hari selalu ada permintaan” (Inf-2).
“ya kalau barang kosong, kalau pas kita butuh ya kita harus pergi
keluar terpaksa” (Inf-3).
“kita minta tapi barang tidak ada, akhirnya harus acc dokter jadi
pelayanannya menjadi lama” (Inf-4).
“kalau untuk kendala pendistribusian selama ini tidak ada” (Inf-5).
“Kendala kalau pas dari distributor datang nya telat, terus ada
permintaan dari ruangan kita belum bisa memberi” (Inf-6).
6. Pemeliharaan Bagaiman proses pemeliharaan obat “kita simpan sesuai dengan yang di ingin obat kan biasanya di
yang dilakukan oleh pihak Instalasi label ada petunjuk penyimpanan seperti apa itu yang kita
farmasi agar obat-obatan tidak terapkan”
mengalami kadaluarsa atau rusak? (Inf-1).
“ya pengecekan suhu tadi, kalau suhu setiap hari dicek terus.”
“stok 3 bulan, 4 bulan, akhir bulan, untuk death stock 3 bulan
sekali” (Inf-2).
“Biasanya ED, Kalau expired date itu dicek pas stock opname,
Kalau stock opname kan dihitung obatnya sekalian dihitung
expired nya nanti kita punya datanya nanti kalau 6 bulan sebelum
ED dikasihkan ke gudang, nanti yang pelayanan diinformasikan ke
pelayanan biar obatnya dikeluarkan. Biasanya apoteker yang akan
mengkonfirmasi ke dokter agar obat nya dikeluarkan yang mau
ED itu , kalau gag bisa ya dikembalikan diretur ke distributor.”
“stock opname 4 bulan sekali” (Inf-4).
“ya biasanya yang expired date dekat kita keluarkan dulu” (Inf-6).
Apakah sudah ada prosedur “iya ada, penyimpanan ada.”
mengenai pemeliharaan? Sudah kah “ kita upayakan sudah, jadi obat yang harus disimpan di suhu 2-8O
sesuai prosedur ? ya kita taruh coller disitu juga ada monitoring suhu nya” (Inf-1).
“Sudah”
“Sudah kayak e” (Inf-4).
”Kan gini kalau kita dinesnya pas pagi terus kayak gini, kan ramai
banget jadi belum sempet ngecek barang, kalau kita shif pagi siang
malam itu gag pasti,ya kendala waktu” (Inf-3).
“ nggak ada”(Inf-5).
“Kendala untuk selama ini belum ada, untuk stok kita lihat
dibilling berapa stoknya”
“sudah sesuai kalau keamanannya sudah disesuaikan suhu, kalau
ketersediaan sebagian sudah ada kecuali kalau memang kosong
distributor atau kosong dari pabrik” (Inf-6).
188
OUTPUT
“Sudah cuma ya kendala nya ya cuma kalau barang kosong itu aja
kalau gag kosong ya gag masalah kita.”
“belum 100%, kalau order barang kosong kita harus order PBF lain
yang punya barang itu.”
“tergantung pasiennya juga ramai atau tidak, kalau kondisi pas
ramai dan kita butuh obatnya ya paling kurang lebih 70%” (Inf-3).
“Ya sudah sesuai, ya sebagian besar sudah ada kecuali kalau kosong
distributor apa kosong dari pabrik” (Inf-6).
Apakah output yang dihasilkan “di harapkan ya sebenarnya outputnya tidak ada stock out, tidak ada
sudah sesuai dengan yang obat expired, tidak ada obat yang death stock. Ya tapi mungkin
diharapkan? memang membutuhkan kebijakan dari top manajemen untuk
pengelolaan death stock itu, jadi gak bisa kami berjalan sendiri.”
“harusnya ya 100% semua barang ada, tapi terus terang akhir-akhir
ini sejak era BPJS ini kami sering obat itu telat ngirimnya dan
sebagainya, meskipun kita sebenarnya sudah antisipasi .”
“khususnya BPJS, tapi juga ada imbasnya di pengadaan obat
reguler mbak.”
“iya yang sering kosong BPJS.”
“Jadi gini sebetulnya obat BPJS ini sebetulnya disebabkan karena e-
purchasing e-catalogoe jadi principall pabrik obat itu akan
mendahulukan pengiriman atau distribusi ke rumah sakit atau
pihak- pihak yang membeli secara online, yang bisa membeli online
itu kan baru rumah sakit pemerintah, provider BPJS. Kita rumah
sakit swasta meskipun sudah bekerja sama dengan BPJS kita belum
punya akses untuk online itu makanya kita istilah nya dinomer 2
kan. Mereka memenuhi dulu kebutuhan rumah sakit pemerintah
karena bila tidak terpenuhi denda nya besar itu yang jadi kendala”
(Inf-1).
“kedepan e yo pengene barang e terpenuhi semua, kalau sekerang
yo rodho ketantulan sering kosong” (Inf-2).
190
“iya sudah sih, Cuma kadang ya kadang ada kosong distributor atau
kosong nasional, lha pasien komplain nya disitu.”
“sudah sih kalau mengenai obat paling komplainnya kalau lama,
respontime ya” (Inf-4).
“dicarikan keluar, dicarikan pinjeman dari rep nya kalau nggak ada
ya dibelikan di apotek luar” (Inf-2).
“disini kan ada formularium ya kalau obat kosong itu tidak sesuai
formularium, kita acc kan ke dokter kalau dokternya tidak mau
mengganti ya kita carikan diluar, kita beli diluar. Kecuali pasien
rawat inap bisa dijanjiin kita orderkan.”
191
“kita carikan sendiri, kalau rawat jalan kita kasih copy resep, yang
utama kita acc dokter dulu kalau ada ganti nya apa cuma beda
pabrik kita acc kan dokter” (Inf-3).
“kalau kita punya sama ganti kita ya acc dokter, kalau gak punya ya
kita copy resep cari diluar.”
“he em ditolak pasien dikasih copy resep beli diluar itu kalau rawat
jalan lo. Kalau rawat inap dicarikan” (Inf-4).
“kita pinjam, ataupun CITO, CITO ke PBF atau apotek lain” (Inf-