Anda di halaman 1dari 11

JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014

Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644


http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

GAMBARAN PENGELOLAAN MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DAN ALKES DI


INSTALASI FARMASI KABUPATEN MAMUJU TENGAH

Management Study of Drugs and Medical Devices Logistics at the Pharmacy Installation
of Central Mamuju Regency

Wita Oileri Tikirik1*, Nini Sahrianti S2, Adilah Rezky Pratiwi3, Afdalia Yuli Utari4, Aprilia
Ahmad5, Arfiana Anas6, Arif Fajriansyah7, A. Syahira Aco8, Asmawati9, Aura
Rabiulandari Basir10, Faudiyah. H11, Febriyanti12, Hasliani13,
Sri Astuti Angraini14, David15
Prodi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Andini Persada Mamuju, Indonesia

Korespondensi: witaoyleritikirik@gmail.com

ABSTRAK
Manajemen logistik obat merupakan rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan obat yang dikelola secara optimal demi tercapainya
ketepatan jumlah dan jenis obat dan perbekalan kesehatan. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi
Kabupaten Mamuju Tengah. Pengambilan sampel pada penelitian ini didasarkan atas pertimbangan tertentu
yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat populasi seperti tenaga apoteker atau pun tenaga
kesehatan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa perencanaan obat dilaksanakan oleh kepala Instalasi Farmasi
sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan. Pemesanan obat dilakukan berdasarkan sistem
penunjukkan langsung sesuai kebutuhan dari IFK. Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang
diserahkan dengan cara mencocokkan faktur dengan jumlah fisik barang yang datang, memeriksa masa
kadaluarsa dan nomor batch barang sesuai faktur, mengecek kondisi barang, mencocokkan faktur dengan surat
pesanan, serta menandatangi berita acara serah terima barang (BAST). Cara memisahkan obat berdasarkan
sumber dan jenisnya, suhu kamar/ruangan serta model penyimpanannya menggunakan sistem FIFO (First in
First Out), FEFO (First Expire First Out) dan sesuai abjad. Sistem distribusi obat di Instalasi Farmasi
Kabupaten Mamuju Tengah berdasarkan dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Perbekalan
Kesehatan Sistem Pengelolaan Manajemen Obat, Alkes, dan BMHP di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju
Tengah sebagian sudah sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian.
Kata kunci: Alkes; IFK; manajemen; obat

ABSTRACT
Drug logistics management is a series of activities involving aspects of planning, procurement,
storage, distribution and elimination of drugs that are managed optimally in order to achieve the
accuracy of the number and types of drugs and health supplies.This research was conducted at the
Pharmacy Installation of Central Mamuju Regency. Sampling in this study was based on certain
considerations made by the researchers themselves based on the characteristics or characteristics of the
population of pharmacists or health workers. Research results explain Informants in this study were
health workers at the Pharmacy Installation of Central Mamuju Regency. Drug planning is carried out by
the head of the Pharmacy Installation in accordance with the results of observations that have been made.
Drug orders are made based on a direct appointment system according to the needs of the IFK. Medicines
and Medical Consumables (BMHP) submitted, by matching the invoice with the physical number of goods
that arrived, checking the expiration date and no. Batch goods according to invoices, check the condition
of goods, match invoices with orders, and sign the minutes of goods handover (BAST). How to separate
drugs based on source and type, room/room temperature and storage model using the FIFO (First In
First Out), FEFO (First Expire First Out) system and alphabetically.
Keywords: IFK; drug; management; medical devices

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
95
JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014
Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644
http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

PENDAHULUAN harus mengelola data obat dengan baik (Nasir et


Manajemen logistik obat merupakan al., 2014). Pengelolaan data obat yang dilakukan
rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek diantaranya saat menerima obat dari Pemasok,
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, menerima data LPLPO (Laporan Pemakaian dan
pendistribusian dan penghapusan obat yang Lembar Permintaan Obat) dalam bentuk
dikelola secara optimal demi tercapainya lembaran kertas dari 11 Puskesmas di Kabupaten
ketepatan jumlah dan jenis obat dan perbekalan Mamuju Tengah, melakukan pendistribusian
kesehatan. Pengelolaan obat ini dilakukan untuk obat ke Puskesmas, melakukan pemberian obat
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dasar ke selain Puskesmas, mengelola persediaan
bagi masyarakat yang membutuhkan di Instalasi Farmasi/Puskesmas dan pembukuan
Puskesmas. Tujuan dari pengelolaan obat adalah laporan. Instalasi Farmasi dalam mengelola data
untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan tersebut mempunyai kelemahan, diantaranya
keterjangkauan obat dengan jenis dan jumlah masalah kemudahan, kecepatan dan keakuratan.
yang cukup, sehingga mudah diperoleh pada Pengelolaan yang dilakukan masih
tempat dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, menggunakan metode sederhana dengan
obat perlu dikelola dengan baik, efektif dan menggunakan aplikasi Microsoft Office Excel.
efisien (Tulus Sintani, 2017) Padahal, data yang diolah berasal dari Instalasi
Instalasi farmasi adalah suatu Farmasi dan 11 Puskesmas di Kabupaten
bagian/unit/devisi atau fasilitas di rumah sakit, Mamuju tengah, sehingga dengan metode seperti
tempat penyelenggaraan semua kegiatan ini, beban kerja yang ditanggung Pegawai
pekerjaan kefarmasian yang ditunjukkan untuk Instalasi Farmasi cukup berat. Selain itu, data
keperluan rumah sakit itu sendiri (Rambu et al., persediaan obat di Instalasi Farmasi dan
2020). Instalasi farmasi merupakan Unit Puskesmas selalu berubah tergantung dengan
Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan aktifitasnya. Perhitungan persediaannya masih
Kabupaten Mamuju Tengah yang bertugas dilakukan oleh masingmasing pihak, padahal
mengelola obat, diantaranya melakukan pada aktifitas pendistribusian obat dari Instalasi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, Farmasi ke Puskesmas, data yang diproses
penyimpanan, pendistribusian, pencatatan, masingmasing pihak sebetulnya sama, tetapi
pemantauan dan evaluasi obat yang diperlukan dengan metode seperti ini terdapat kemungkinan
untuk layanan kesehatan di Puskesmas dan di terjadinya kesalahan manusia, sehingga data
Instalasi Farmasi. yang diproses tidak sama.
Berbagai tugas yang berhubungan dengan Pengelolaan obat yang baik diperlukan untuk
pengelolaan obat membuat Instalasi Farmasi mencegah kerugian akibat kesalahan dalam

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
96
JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014
Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644
http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

perencanaan, penyimpanan dan pengeluaran obat Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah.
sehingga mengakibatkan obat hilang/kadaluarsa Informan dalam penelitian ini adalah Kepala
karena tidak digunakan atau cara Dinas Kesehatan, Kepala Bidang Sumber Daya
penyimpanannya. Untuk itu, input, proses dan Kesehatan, Kepala Instalasi Farmasi sebagai
output sangat penting untuk dianalisa untuk informan kunci dan informan lainnya adalah
perbaikan di masa yang akan datang (Wonda et Bagian Seksi Kefarmasian dan staf gudang yang
al., 2021). berjumlah 3 orang. Penelitian ini dilakukan
melalui observasi dan wawancara.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Informan dalam penelitian ini adalah
kualitatif dengan menganalisis pengelolaan petugas kesehatan di Instalasi Farmasi
manajemen obat dan alat kesehatan (alkes). Kabupaten Mamuju Tengah. Informan terdiri
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi dari 4 petugas kesehatan, informan dalam
Kabupaten Mamuju Tengah. Pengambilan penelitian ini terdiri dari tiga orang berjenis
sampel pada penelitian ini didasarkan atas kelamin perempuan dan satu orang berjenis
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti kelamin laki-laki. Adapun hasil analisis data
sendiri berdasarkan ciri atau sifat populasi yang diperoleh selama penelitian yaitu sebagai
tenaga apoteker atau pun tenaga kesehatan di berikut:
Tabel 1. Hasil Wawancara
Tahap Tanggapan
Pengelolaan Pertanyaan Jawaban
Perencanaan Siapa yang Dalam perencanaan obat di IFK Mateng ini sepenuhnya
melakukan proses dilakukan oleh kepala instalasi farmasi
perencanaan obat
di Instalasi
Farmasi?

Bagaimana proses Pada pemilihan obat yang digunakan di IFK Mateng ini
pemilihan obat di berdasarkan dengan obat generik, obat yang sesuai
Instalasi Farmasi? Formularium Nasional dan berdasarkan pada pola
Kapan dilakukan penyakit.
pemesanan obat?

Pada saat stok obat hampir habis, maka akan dilakukan


pemesanan obat sesuai dengan kebutuhan dari IFK itu
sendiri

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
97
JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014
Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644
http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

Pengadaan Bagaimana proses Penerimaan obat di IFK Mateng akan dilakukan sesuai
pengadaan dan dengan aturan kefarmasiaan, seperti melakukan
penerimaan obat di pengecekan terhadap obat dengan cara mencocokkan
Instalasi Farmasi faktur dengan jumlah fisik barang yang datang,
Kabupaten tanggal kadaluarsa dan no. Batch, yang kemudian
Mamuju Tengah? akan dilakukan pencatatan di buku pemasukan IFK
Mateng
Penerimaan Bagaimana proses Penerimaan obat di IFK Mateng akan dilakukan sesuai
penerimaan obat di dengan aturan kefarmasiaan, seperti melakukan
Instalasi? pengecekan terhadap obat dengan cara mencocokkan
faktur dengan jumlah fisik barang yang datang,
tanggal kadaluarsa dan no. Batch, yang kemudian
akan dilakukan pencatatan di buku pemasukan IFK
Mateng.
Penyimpanan Bagaimana proses “Pada penyimpanan obat yang bertanggung jawab
penyimpanan obat sepenuhnya ialah kepala gudang dan staf gudang, dan
di Instalasi model penyimpanannya menggunakan sistem FEFO
Farmasi Mateng? (First In First Out)
Pendistribusian Bagaimna proses Dalam sistem distribusi obat ada beberapa hal yang
Obat pendistribusian perlu diperhatikan, diantaranya menerima surat pesanan
obat di Instalasai obat dari puskesmas, mencocokkan permintaan obat
Farmasi? sesuai dengan LPLPO, selanjutnya menyiapkan packing
obat sesuai dengan surat pesanan yang telah diserahkan,
kemudian pihak IFK membuat SBBK, setelah itu hasil
packing diserahkan ke puskesmas
Pemusnahan Bagaimana proses Pemusnahan obat di IFK Mateng, sebelum dilakukan
pemusnahan obat pemusnahan obat-obat kadaluarsa/ED terlebih dahulu
di Instalasi dilakukan penyortiran dengan memperhatikan nama
Farmasi? obat, jumlah obat, no. Batch, dan tanggal kadaluarsa,
selanjutnya dibuatkan rekapan obat. Sejak tahun 2019
IFK Mateng belum melakukan pemusnahan obat,
dikarenakan alokasi dana yang seharusnya digunakan
untuk pemusnahan obat dialihkan ke dana Covid-19
Sumber: Data Primer, 2019

PEMBAHASAN selanjutnya di instalasi farmasi yang nantinya


Perencanaan akan bermanfaat bagi kelancaran pelayanan di
Perencanaan merupakan kegiatan dasar rumah sakit. Untuk mewujudkan perencanaan
dari pengelolaan obat untuk menentukan tersebut adanya kegiatan pelaksanaan pada tahap
kebutuhan obat dan merupakan salah satu fungsi ini dilakukan pengadaan obat untuk memenuhi
yang menentukan keberhasilan kegiatan kebutuhan obat yang telah ditetapkan dalam

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
98
JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014
Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644
http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

perencanaan. Apabila terjadi kesalahan pada penyakit yang ada, berdasarkan e-katalog,
suatu tahap akibatnya akan mengacaukan siklus berdasarkan keputusan kepala instalasi,
secara keseluruhan yang menimbulkan dampak berdasarkan permintaan dari puskesmas serta
seperti pemborosan, tidak tersedianya obat, tidak berdasarkan pada obat Generik terutama yang
tersalurnya obat, obat rusak, dan lain sebagainya tercantum dalam Daftar Obat Pelayanan
(Tulus Sintani, Ahmad Zacky Anwary, 2017). Kesehatan Dasar (PKD), Formularium Nasional
Pengelolaan obat merupakan rangkaian (FORNAS) dan Daftar Obat Esensial Nasional
kegiatan yang paling penting untuk mendapatkan (DOEN). Hal ini sesuai dengan hasil observasi
dana dari pemerintah sebesar 40-50% dari dana yang telah dilakukan.
alokasi pembangunan kesehatan yang Penentuan jumlah kebutuhan obat di
menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
penyimpanan, dan pendistribusian obat yang berdasarkan obat yang akan habis, stok obat
dikelola secara optimal untuk menjamin yang terakhir, berdasarkan sistem analisa Nilai
ketersediaan obat. Pencapaian ketepatan jumlah ABC, analsisis VEN (Vital, Esensial dan Non
dan jenis perbekalan farmasi dan alat kesehatan. Esensial), pola penyakit, dan pemakaian periode
Tujuan pengelolaan obat adalah tersedianya obat lalu. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang
setiap saat dibutuhkan baik dari segi jenis, telah dilakukan.
jumlah maupun mutunya secara efisien, dengan Petugas Kesehatan harus mengetahui
demikian pengelolaan obat dapat dijadikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan (Alkes) dan
sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang wajib
seluruh sumber daya yang dapat dimanfaatkan ada, sediaan obat yang wajib ada yaitu obat-obat
untuk mewujudkan ketersediaan obat pada saat generik, dan obat yang sesuai formularium
diperlukan dalam rangka mencapai proses nasional. Serta Alat Kesehatan (ALKES) dan
operasional yang efektif dan efisien (Wonda et Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang sesuai
al., 2021). dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
Perencanaan obat di Instalasi Farmasi terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah,
Kabupaten Mamuju Tengah dilaksanakan oleh tepat waktu dan efisien (Satrianegara et al.,
kepala Instalasi Farmasi. Hal ini sesuai dengan 2018).
hasil observasi dan wawancara yang telah Pengadaan
dilakukan. Pemilihan obat yang akan dipesan di Pengadaan merupakan kegiatan yang
Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan
dilakukan berdasarkan stok obat yang akan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
habis, obat yang paling dibutuhkan, pola menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
99
JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014
Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644
http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah di adakan
standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan sesuai dengan aturan kefarmasiaan. Petugas
yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penerimaan wajib melakukan pengecekan
penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian terhadap Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode (BMHP) yang diserahkan, dengan cara
pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan mencocokkan faktur dengan jumlah fisik barang
spesifikasi kontrak, pemantauan proses yang datang, memeriksa masa kadaluarsa dan
pengadaan, dan pembayaran (Rusly, 2016). no. Batch barang sesuai faktur, mengecek
Pemesanan obat dilakukan setiap waktu ketika kondisi barang, mencocokkan faktur dengan
obatnya akan habis, pada Instalasi Farmasi surat pesanan, serta menandatangi berita acara
Kabupaten Mamuju Tengah dalam pemesanan serah terima barang (BAST).
obat berdasarkan sistem penunjukkan langsung Penyimpanan
sesuai kebutuhan dari IFK, dan apabila suatu Proses penyimpanan merupakan proses
Perusahaan Besar Farmasi (PBF) tidak bisa yang sangat penting pada kegiatan manajemen
memenuhi permintaan obat yang telah diajukan obat. Penyimpanan merupakan suatu kegiatan
IFK maka akan dilakukan tender atau lelang. pengamanan terhadap obat obatan yang diterima
Penerimaan agar aman (tidak hilang), terhindar dari
Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
Pakai (BMHP) adalah suatu kegiatan dalam terjamin. Proses penyimpanan yang tidak sesuai,
menerima Obat dan Bahan Medis Habis Pakai maka akan terjadi kerugian seperti mutu sediaan
dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai farmasi tidak dapat terpelihara (tidak dapat
dengan permintaan yang telah diajukan. mempertahankan mutu obat dari kerusakan,
Tujuannya adalah agar Obat yang diterima rusaknya obat sebelum masa kadaluwarsanya
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan tiba) (Yuniariana Pertiwi, Zuhriana Latifani,
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. 2016). Dalam penyimpanan obat yang
Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan bertanggung jawab sepenuhnya adalah kepala
pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban gudang dan staf gudang.
penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan Penyimpanan obat digudang dilakukan
penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara memisahkan obat berdasarkan
berikut kelengkapan catatan yang menyertainya sumber dan jenisnya, suhu kamar/ruangan serta
(Indonesia, 2016). model penyimpanannya menggunakan sistem
Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis FIFO (First In First Out), FEFO (First Expire
Pakai (BMHP) yang telah diadakan di Instalasi First Out) dan sesuai abjad (Satrianegara et al.,

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
100
JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014
Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644
http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

2018). Pada Gudang Instalasi Farmasi oleh sumber daya manusia, anggaran, prosedur,
Kabupaten Mamuju Tengah menggunakan dokumen, sarana dan prasarana yang baik.
Sistem FEFO (First Expire First Out) guna untuk Sistem penyimpanan obat yang tidak tepat dapat
mengurangi tingkat kerugian negara dalam hal mengakibatkan banyak kerugian, antara lain
keuangan. Dan juga penyimpanan obatnya penurunan kualitas obat, penurunan mutu obat,
berdasarkan abjad, dan bentuk sediaan. obat kadaluarsa, stok obat habis dan obat stagnan
Sesuai dengan peraturan, penyimpanan (Rezeki et al., 2022).
obat harus diikuti dengan kartu stok, sehingga Pencatatan keluar masuknya obat di
penyimpanan obat di Gudang Instalasi Farmasi gudang merupakan hal yang perlu dilakukan,
Kabupaten Mamuju Tengah selalu disertai dalam pencatatan keluar masuknya obat
dengan kartu stok. Pencatatan keluar masuknya digudang Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju
obat di gudang merupakan hal yang perlu Tengah dilakukan oleh masing-masing
dilakukan, dalam pencatatan keluar masuknya penanggung jawab gudang. Pencatatan dan
obat digudang Instalasi Farmasi Kabupaten Pelaporan data obat di IFK merupakan kegiatan
Mamuju Tengah dilakukan oleh masing-masing pentausahaan obat-obatan secara tertib baik
penanggung jawab gudang. obat-obatan yang diterima, disimpan,
Pengelolaan obat yang baik diperlukan didistribusikan maupun yang digunakan di
karena inefisiensi dalam pengelolaan obat akan Puskesmas (PKM) dan Fasilitas Kesehatan
berdampak negatif terhadap biaya operasional (FASKES) lainnya. Dalam Pencatatan dan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pengelolaan pelaporan yang harus ada di suatu gudang IFK
obat adalah rangkaian kegiatan yang meliputi diantaranya, Kartu Stok, LPLPO dan SBBK,
perencanaan, penganggaran, pengadaan, serta buku penerimaan dan buku pengeluaran.
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, Pendistribusian
pemusnahan, pencatatan, pelaporan, dan evaluasi Pendistribusian Obat, Alkes dan Bahan
obat. Penyimpanan obat dengan menggunakan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan
metode FIFO (First in First Out) dan FEFO pengeluaran dan penyerahan Obat dan Bahan
(First Expired First Out) merupakan metode Medis Habis Pakai secara merata dan teratur
penyimpanan obat yang telah digunakan secara untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit
luas di berbagai instalasi farmasi rumah sakit. farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya
Metode penyimpanan obat dengan FIFO adalah untuk memenuhi kebutuhan Obat sub unit
dan FEFO di Gudang Instalasi Farmasi tidak pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
akan berjalan lancar tanpa sistem yang baik, Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan
terarah dan berkelanjutan. Cara ini didukung waktu yang tepat (Indonesia, 2016).

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
101
JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014
Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644
http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

Sistem distribusi obat di Instalasi Farmasi dan Puskesmas yang dilakukan langsung oleh
Kabupaten Mamuju Tengah berdasarkan dengan pihak gudang di Instalasi Farmasi Kabupaten
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Mamuju Tengah akan didata lalu dibuatkan
Perbekalan Kesehatan (Perbekes), yang meliputi rekapan, setelah terbit rekapan obat ED yang
pembuatan jadwal distribusi Obat, Alkes, dan terdiri dari info nama obat, jumlah obat, no.
BMHP yang pelaksanaannya dilakukan diawal Batch, tanggal ED, serta harga dan total harga
bulan selama satu minggu pada 11 puskesmas. obat ED se Kabupaten (IFK dan PKM),
Kemudian puskesmas menyerahkan surat kemudian diajukan pemusnahan ke bagian aset
pesanan obat yang akan diserahkan ke Dinas daerah sebagai izin pemusnahan aset, obat
Kesehatan dan membuat rencana distribusi dikirim ke perusahaan pemusnahaan obat untuk
dengan data dukung LPLPO, selanjutnya dimusnahkan, perusahaan membuat berita acara
menyiapkan packing obat dan BMHP sesuai pemusnahan obat dan BMHP yang
surat pesanan yang telah diserahkan pihak ditandatangani oleh pihak pemusnahan dan
puskesmas, kemudian pihak gudang membuat saksi-saksi pemusnahan. Pemusnahan obat di
Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dengan Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
menelaah, memverifikasi dan menandatangi dalam tiga tahun ini belum dilakukan
proses agenda SBBK jika tidak sesuai maka pemusnahan obat dikarenakan alokasi dana yang
pihak gudang akan mengembalikan lembar seharusnya digunakan untuk pemusnahan tiap
pertanggungjawaban (PJ) pelaporan untuk tahunnya digunakan untuk akomodasi dana
dilakukan perbaikan. Covid-19, sehingga IFK Mamuju Tengah belum
Pemusnahan melakukan pemusnahan.
Pemusnahan dilakukan untuk sediaan Pencatatan dan Pelaporan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis Pencatatan dan pelaporan data obat di
pakai apabila produk tidak memenuhi Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota merupakan
persyaratan mutu, telah kadaluarsa, tidak rangkaian kegiatan dalam rangka pengelolaan
memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam obat secara tertib baik obat yang diterima,
pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu disimpan, didistribusikan maupun yang
pengetahuan, dan dicabut izin edarnya digunakan di unit pelayanan kesehatan seperti
(Hernandez Sampieri Roberto, 2014). Puskesmas. Tujuan pencatatan dan pelaporan
Pemusnahan obat dan BMHP itu ialah tersedianya data mengenai jenis dan jumlah
dimusnahkan dalam setiap menggunakan alat penerimaan, persediaan,
incenerator, sebelum dimusnahkan obat-obat ED pengeluaran/penggunaan dan data mengenai
yang telah dilakukan penyortiran obat di DinKes waktu dari seluruh rangkaian kegiatan mutasi

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
102
JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014
Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644
http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

obat. Pencatatan dan pengelolaan data untuk Kabupaten Mamuju Tengah, sebagai sumber
mendukung perencanaan Pelaporan obat adalah data dalam melakukan pengaturan dan
proses kegiatan membuat dan mengirimkan pengendalian, tetapi juga sebagai sumber data
laporan mengenai penyelenggaraan pengelolaan untuk melakukan pembuatan laporan, dan
obat, yaitu tentang penerimaan dan sebagai acuan dalam melakukan evaluasi
pemakaiannya. Puskesmas membuat laporan penggunaan sediaan farmasi di Instalasi Farmasi
pengelolaan obat dalam Laporan Pemakaian dan yang nantinya dipergunakan dalam perencanaan
Lembar Pemakaian Obat (LPLPO), Sub Unit pada bulan berikutnya.
Puskesmas membuat laporannya dalam bentuk Pemantauan dan Evalusi Obat
LPLPO Sub Unit, Dinas Kesehatan membuat Supervisi dalam pengertian manajemen
laporan pengelolaan obat berupa laporan memiliki pengertian yang lebih luas, karena
bulanan, triwulan dan tahunan. Laporan-laporan istilah yang digunakan adalah mengawasi dan
ini digunakan sebagai pertanggungjawaban atas bukan melihat, ini bukan dilakukan secara
pengelolaan obat dan sebagai sarana kebetulan. Mengawasi dalam arti bahasa
pengendalian dan distribusi obat. Kegiatan Indonesia adalah mengamati dan menjaga jadi
perencanaan obat di Instalasi Farmasi bukan hanya mengamati saja, akan tetapi
Kabupaten/Kota harus melibatkan seluruh unit memiliki pengertian menjaga. Supervisi yang
pelayanan yang ada, yang mana tiap-tiap unit dilakukan oleh petugas IFK adalah proses
pelayanan menyiapkan data-data di antaranya pengamatan secara terencana dari unit yang lebih
dengan menggunakan format LPLPO dan kartu tinggi(Instalasi Farmasi
stok (Nara et al., 2014). Provinsi/Kabupaten/Kota) terhadap pelaksanaan
Hasil dari wawancara dan observasi yang pengelolaan obat oleh petugas pada unit yang
telah didapatkan bahwa Instalasi Farmasi lebih rendah (Puskesmas/Puskesmas
Kabupaten Mamuju Tengah melakukan Pembantu/UPT lainnya). Pengamatan diarahkan
pencatatan dan pelaporan lewat pencatatan stok untuk menjaga agar pekerjaan atau kegiatan
obat, pencatatan masuk dan keluarnya obat, dan yang dilakukan sesuai dengan pedoman yang
laporan pemakaian dan lembar permintaan obat disepakati bersama (Kementerian Kesehatan,
(LPLPO) yang dicatat setiap hari dan setiap 2010).
bulan untuk dilaporan dalam bentuk LPLPO, hal Supervisi ditujukan untuk menjaga agar
tersebut nantinya diperuntukkan dalam pekerjaan pengelolaan obat yang dilakukan
kelengkapan administrasi Instalasi Farmasi dan sesuai dengan pedoman yang berlaku. Dalam
merupakan bukti bahwa pengelolaan sediaan ruang lingkup supervisi terdiri dari beberapa
farmasi telah dilakukan oleh Instalasi Farmasi cakupan, diantaranya Pengelolaan Obat meliputi:

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
103
JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014
Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644
http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

tahap seleksi, pengadaan, penyimpanan, rusak atau kadaluarsa, ketepatan distribusi obat,
distribusi, pencatatan dan pelaporan, serta presentase penyimpangan jumlah obat yang
monitoring dan evaluasi, kemudian Sarana dididstribusikan, rata-rata waktu kekosongan
Prasarana meliputi sarana infrastruktur, sistem obat, ketepatan waktu LPLPO, kesesuaian
pengelolaan dan sarana penunjang, dan yang ketersediaan obat program dengan jumlah
perlu juga dalam pengelolaan obat ialah Sumber kebutuhan dan kesesuaian permintaan obat
Daya Manusia (Kementerian Kesehatan, 2010). (Kementerian Kesehatan, 2010).
Evaluasi merupakan suatu proses untuk
menentukan suatu nilai atau keberhasilan dalam KESIMPULAN DAN SARAN
usaha pencapaian suatu tujuan yang telah Sistem Pengelolaan Manajemen Obat,
ditetapkan. Adapun manfaat dari dilakukannya Alkes, dan BMHP di Instalasi Farmasi
evaluasi diantaranya menetapkan kesulitan- Kabupaten Mamuju Tengah sebagian sudah
kesulitan yang ditemui dalam program yang sesuai dengan Standar Pelayanan Kefarmasian.
sedang berjalan, mengukur kegunaan program- Akan Tetapi dalam proses mengolah data masih
program yang inovatif dan meningkatkan menggunakan metode sederhana dengan
efektifitas program, manajemen dan menggunakan aplikasi Microsoft Office Excel.
administrasi, serta sebagai indikator dalam Padahal data yang diolah dari instalasi farmasi
penunjang pengelolaan perbekalan farmasi. kabupaten dan 11 puskesmas di Kabupaten
Indikator adalah alat ukur untuk dapat Mamuju Tengah. Dengan metode sederhana ini
membandingkan kinerja yang sesungguhnya. beban kerja yang ditanggung pegawai Instalasi
Indikator digunakan untuk mengukur sampai Farmasi cukup berat. Selain itu data persediaan
seberapa jauh tujuan atau sasaran telah berhasil obat di Instalasi Farmasi dan Puskesmas selalu
dicapai. Yang dapat dijadikan sebagai indikator berubah tergantung dengan aktivitasnya.
pengelolaan obat di Instalasi Kabupaten Perhitungan persediaannya masih dilakukan oleh
diantaranya, Alokasi dana pengadaan obat, masing-masing pihak, padahal pada aktifitas
presentasi alokasi dana pengadaan obat, biaya pendistribusian obat dari Instalasi Farmasi ke
obat perpenduduk, ketersediaan obat sesuai Puskesmas, data yang diproses masing-masing
kebutuhan, pengadaan obat esensial, pengadaan pihak sebetulnya sama., tetapi dengan metode
obat generik, biaya obat per kunjungan resep, seperti ini terdapat kemungkinan terjadinya
kesesuaian item obat yang tersedia dengan kesalahan manusia, sehingga data yang diproses
DOEN, kesesuaian ketersediaan obat dengan tidak sama.
pola penyakit, tingkat ketersediaan obat, Saran yaitu pada proses pemusnahan
ketepatan perencanaan, presentase dan nilai obat obat di IFK Mamuju Tengah belum memiliki

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
104
JURNAL Promotif Preventif p-ISSN: 2622 – 6014
Vol. 5 No. 1 Agustus 2022, Hal. 95 – 105 e-ISSN: 2745 – 8644
http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP

alat khusus untuk proses pemusnahan, yang Indonesia, M. K. R. (2016). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74
dimana seharusnya pihak IFK seharusnya
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
menyediakan alat pemusnahan sendiri guna Kefarmasian Di Puskesmas. Science of
Surverying and Mapping, 41.
untuk mememuhi standar pelayanan kefarmasian
yang bermutu. Yuniariana Pertiwi, Zuhriana Latifani, M. T. K.
S. (2016). Jurnal Ilmiah Kefarmasian
DESCRIPTION OF DRUG STORAGE IN
DAFTAR PUSTAKA PRATAMA INSTALLATION IN. 72, 26–
34.
Lubis, anggi silvana putri. (2017). Analisis
Manajemen Logistik Obat Di Instalasi Rezeki, D. S., Silaen, M., Girsang, E., &
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Nasution, S. R. (2022). Evaluation Of
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2017. Drug Storage Using FIFO / FEFO
Skripsi, 28. Methods In Royal Prima Medan Hospital
Pharmacy Installation. 9–17.
Tulus Sintani, Ahmad Zacky Anwary, M. F. A.
(2017). Efektifitas Dan Efesiensi Hernandez Sampieri Roberto. (2014). Peraturan
Manajemen Logistik Obat Pada Instalasi Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Nomor 58 Tahun 2014. Tentang Standar
Barito Timur Tulus. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
7(2), 1–16.
Nasir, J. A., Satoto, K. I., & Kridalukmana, R. http://observatorio.epacartagena.gov.co/w
(2014). Sistem Informasi Pengelolaan p-content/uploads/2017/08/metodologia-
Obat Di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan de-la-investigacion-sexta-
Kabupaten Pekalongan. Jurnal Teknologi edicion.compressed.pdf
Dan Sistem Komputer, 2(1), 71–78.
https://doi.org/10.14710/jtsiskom.2.1.2014 Nara, T. E., Tenda, P. E., Studi, P., Poltekkes, F.,
.71-78 Kupang, K., Farmasi, G., & Manggarai, K.
(2014). Pemakaian-Lembar Permintaan
Wonda, D., Makaba, S., Medyati, N., & Ruru, Y. Obat (Lp-Lpo ) Dengan Perencanaan
(2021). Analysis of Drug Management at Obat Di Gudang Farmasi Dinas
Tingginambut Public Health Center in Kesehatan Kabupaten Manggarai. 385–
Puncak Jaya Regency. International 393.
Journal of Sciences: Basic and Applied
Research (IJSBAR), 56(2), 212–234. Kementerian Kesehatan. (2010). Materi
http://gssrr.org/index.php?journal=Journal Pelatihan Kefarmasihan di Instalasi
OfBasicAndApplied Farmasi Kabupaten/ Kota. Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Satrianegara, M. F., Bujawati, E., & Guswani. Kesehatan Kementerian Kesehatan Ri.
(2018). Analisis Pengelolaan Manajemen
Logistik Obat di Instalasi Farmasi RSUD Rambu, G., Day, L., Basri, M., & Sirait, R. W.
Lanto Daeng Pasewang Kabupaten (2020). Media Kesehatan Masyarakat
Jeneponto. Al-Sihah : Public Health RSUD WAIBAKUL KABUPATEN SUMBA
Science Journal, 10(1), 37–47. TENGAH Media Kesehatan Masyarakat.
2(3), 25–39.
Rusly. (2016). FARMASI RUMAH SAKIT
DAN KLINIK. Modul Bahan Ajar Cetak
Farmasi.

Wita Oileri Tikirik, Nini Sahrianti S, Adilah Rezky Pratiwi, dkk


Gambaran Pengelolaan Manajemen Logistik Obat dan Alkes di Instalasi Farmasi Kabupaten Mamuju Tengah
105

Anda mungkin juga menyukai