2, 2021
ABSTRAK
Pengelolaan obat meliputi proses kegiatan perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, distribusi dan pengendalian yang diselengarakan oleh suatu farmasi
rumah sakit agar ketersediaan obat dapat terjamin dalam jumlah yang cukup, dalam
pelaksanaannya membutuhkan dana yang cukup besar. Penelitian dilakukan untuk
mengevaluasi pengelolaan obat di farmasi rumah sakit swasta di kota Bandung dengan
menggunakan standar indikator yang telah ditetapkan. Penelitian menggunakan metode
observasional non eksperimental yang bersifat retrospektif. Data yang dikumpulkan
berupa data perencanaan dan pengadaan obat, pemakaian obat, kartu stok obat, laporan
stok opname. Hasil penelitian didapatkan bahwa pencapaian perencanaan obat 107,53%,
frekuensi pembelian untuk kategori rendah sebesar 34,70%, kategori sedang 41,08%
dan kategori tinggi 24,22%, persentase obat kadaluarsa 0,085% dan persentase stok
mati 3,81%.
92 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i2.134
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.2, 2021
ABSTRACT
Drug management is a series of planning, procurement, storage, distribution,
and control activities carried out by a hospital pharmacy so that drug availability can
be guaranteed in sufficient quantities, in its implementation requires a large number of
funds. The study was conducted to evaluate drug management in private hospital
pharmacies in the city of Bandung using predetermined standard indicators. This study
used a retrospective non-experimental observational method. The data collected is in
the form of planning data and drug procurement, drug use, drug stock cards, stock-
taking reports. The results showed that the achievement of drug planning (107.53%),
the frequency of purchase for the low category (34.70%), the medium category was
41.08% and the high category (24.22%), expired drugs (0.085%) and the dead stock
(3.81%).
Keywords : Evaluation, Drug Management, Hospital Pharmacy
93 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i2.134
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.2, 2021
94 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i2.134
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.2, 2021
96 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i2.134
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.2, 2021
sedang (3-6), dan tinggi (> 6). instalasi farmasi rumah sakit dalam
Volume pembelian obat yang besar merespons perubahan kebutuhan obat
menyebabkan frekuensi pembeliannya dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan
rendah dan volume pembelian obat obat saat itu. Pengadaan obat yang
yang kecil maka frekuensi dalam berulang juga menggambarkan bahwa
pembeliannya tinggi. Besarnya jumlah yang tersedia di farmasi rumah sakit
item obat dengan frekuensi sedang dan merupakan obat dengan perputaran
tinggi menunjukkan kemampuan cepat.
Tabel II, terdapat frekuensi pembelian yang rendah yang jumlahnya mencapai
yang rendah sebesar 34,70% atau ada 34,70%, karena besar kemungkinan
702 item obat, hal ini dapat obat tersebut adalah obat dengan
mengakibatkan perputaran obat yang
perputaran yang rendah yang dapat
lambat sehingga berpotensi
menimbulkan stok mati bahkan dapat menyebabkan obat dengan stok mati
mengakibatkan obat kadaluarsa jika dan dapat menjadi kadaluarsa.
kurang dalam pengawasannya Jumlah Obat Kadaluarsa dan Rusak
Hasil perhitungan persentase frekuensi Tujuan dari manajemen pengelolaan
pengadaan tiap item obat didapat dari perbekalan kefarmasian di rumah sakit
data obat masuk di instalasi farmasi adalah menjamin persediaan efektif dan
kemudian diamati berapa kali item obat efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
dipesan, dimana didapatkan hasil kekurangan/kekosongan, kerusakan,
pengadaan obat untuk frekuensi rendah kadaluwarsa, dan kehilangan
sebanyak 34,70% dan untuk frekuensi (Kementrian Kesehatan, 2016). Pada
sedang sebanyak 41,08% sedangkan Tabel III, dapat dilihat jumlah dan nilai
untuk frekuensi tinggi sebanyak (rupiah) dari obat kadaluarsa dan rusak.
24,22%. Dari hasil frekuensi pengadaan Hasil perhitungan persentase dari nilai
obat didapatkan hasil untuk frekuensi obat kadaluarsa dan rusak, dikumpulkan
sedang dan tinggi sebesar 65,30%. dari data obat yang ada di farmasi
Tingginya frekuensi pengadaan obat, rumah sakit, masih ada obat yang
memiliki arti bahwa perputaran obat kadaluarsa dan rusak sebesar 0.085%
dalam rumah sakit berjalan baik dan dengan nilai sebesar Rp.3.316.200.
dapat mencegah persediaan obat yang Persentase ini didapat dari nilai total
mengendap. Perlu pengawasan terhadap obat yang kadaluarsa dibagi dengan
obat obat dengan frekuensi pembelian nilai stok opname dikalikan 100%.
97 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i2.134
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.2, 2021
Pada Tabel IV, dapat dilihat jumlah dan persentase obat dead stock.
99 https://doi.org/10.33759/jrki.v3i2.134
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.2, 2021
100
https://doi.org/10.33759/jrki.v3i2.134
JURNAL RISET KEFARMASIAN INDONESIA VOL.3 NO.2, 2021
101
https://doi.org/10.33759/jrki.v3i2.134