Anda di halaman 1dari 18

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2018

Gugum Pamungkas,
Gugum Pamungkas, SKM., M.M11,, Hj.Dian
SKM., M.M Hj.Dian Aryati, S.KM,.M.Kes22,, Siti
Aryati, S.KM,.M.Kes Siti Mutoharoh,
Mutoharoh, Amd.Keb., SKM33
Amd.Keb., SKM
123
Program Studi Sarjana
Program Kesehatan Masyarakat.
Studi Sarjana STIKes
Kesehatan Dharma Husada Bandung
Masyarakat
Jl. Terusan Jakarta No. 75 Antapani Bandung
STIKes Dharma Husada Bandung, Jl. Terusan Jakarta No. 75 Antapani Bandung
ABSTRAK
Pengelolaan obat merupakan serangkaian kegiatan perencanaan, permintaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian guna memenuhi suatu organisasi. Perencanaan
anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung sebesar 88.37%. Di Puskesmas Kabupaten Bandung
pengawasan stok obat sering kesuliatan dalam mendapatkan informasi secara cepat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui evaluasi pengelolaan obat di Puskesmas Kabupaten Bandung 2018. Jenis
penelitian berupa penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yaitu mencoba memahami
menggali subjek dari sudut pandang informan. Jumlah informan yaitu 6 orang terdiri dari 1 kepala
dinkes, 1 orang kepala puskesmas, 1 orang apoteker, 1 orang asisten apoteker dan 2 orang pasien.
Instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara dengan teknik human instrument. Hasil penelitian
didapatkan setelah melakukan wawancara terhadap 6 informan untuk memperoleh informasi yang
lebih mendalam tentang evaluasi pengelolaan obat ditemukan perencanaan obat sudah sesuai dengan
kebutuhan yang dilakukan setiap satu bulan sekali, permintaan obat belum sesuai dan masih terbatas
penerimaan obat sudah sesuai dengan kebutuhan dan jika terdapat kekosongan obat, pengelola
menggunakan uang BLUD untuk pembelian obat, penyimpanan obat sudah baik dan penyimpanannya
sesuai dengan ALFABETIS, pendistribusian obat belum sesuai, karena belum meminalisir
kehilangan, kerusakan obat, pengendalian obat dalam sistem pencatatan di puskesmas masih
dilakukan manual. Saran puskesmas perlu mengevaluasi terhadap pengelolaan obat yang tepat dan
sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan obat di
puskesmas.
Drug management is a series of activities planning, requesting, receiving, storing, distributing and
controlling to meet an organization. Budget planning Bandung District Health Office is 88.37%. At
the Margaasih Public Health Center, supervision of drug stocks is often a lot of trouble in getting
information quickly. This study aims to determine the evaluation of drug management in Margaasih
Health Center Bandung District 2018. This type of research is in the form of qualitative research with
a phenomenological approach that is trying to understand the digging of the subject from the
perspective of the informant. The number of informants is 6 people consisting of 1 head of health
office, 1 head of Health Center, 1 pharmacist, 1 pharmacist assistant and 2 patients. Research
instruments are interview guidelines with human instrument techniques. The results obtained after
interviewing 6 informants to obtain more in-depth information about drug management evaluation
found drug planning is in accordance with the needs that are done once every month, drug demand is
not appropriate and there is still limited acceptance of the drug according to needs and if there is a
vacancy medicine, the manager uses BLUD money to purchase medicine, the storage of medicines is
good and the storage is in accordance with ALFABETIS, the distribution of drugs is not yet
appropriate, because it has not finalized loss, damage to drugs, control of drugs in the recording
system in the Public Health Center is still done manually. The suggestion of the Public Health Center
needs to evaluate the proper and appropriate drug management to prevent the occurrence of
deficiencies or excess drug supplies at the Public Health Center.
Kata Kunci : Evaluasi, Pengelolaan Obat

STIKes Dharma Husada Bandung 1


PENDAHULUAN kegiatan belum 100% mencakup pengelolaan
manajemen obat di wilayah kerjanya.6
Upaya pemerintah dalam rangka
meningkatkan ketersediaan obat dan kualitas Manajemen obat yang ada di Puskesmas
pelayanan obat di puskesmas dan sub unit Kabupaten Bandung sudah mengembangkan
pelayanan kesehatan di lingkungan puskesmas perencanaan, permintaan, penerimaan,
adalah melaksanakan berbagai aspek penyimpanan, pendistribusian dan pegendalian
pengelolaan obat antara lain dalam sistem obat, namun di sisi lain puskesmas masih
manajemen informasi obat). belum mengembangkan manajemen logistik.
Dimana manajemen logistik adalah mengatur
Pengelolaan obat terbagi melalui beberapa
pengadaan, bahan (pembelian obat,
tahap meliputi perencanaan, penerimaan,
perpindahan dan penyimpanan obat,
penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan
komponen, dan penyimpanan obat jadi (dan
obat dengan memanfaatkan sumber-sumber
informasi terkait) melalui organisasi dan
yang tersedia. Pengelolaan obat di rumah sakit
jaringan pemasarannya dengan cara tertentu
dan puskesmas merupakan salah satu
sehingga keuntungan dapat dimaksimalkan
komponen terpenting dalam bidang
baik untuk jangka waktu sekarang maupun
kesehatan.1
waktu mendatang melalui pemenuhan pesanan
Obat merupakan salah satu komponen yang dengan biaya yang efektif.11
menyerap biaya terbesar dari anggaran
Pengelolaan obat adalah suatu proses yang
kesehatan, yaitu lebih dari 15,2% dari total
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan
anggaran kesehatan dunia pada tahun 2000.2
tertentu yang dilakukan secara efektif dan
Sekitar 35% dari anggaran belanja rutin rumah
efisien. Pengelolaan Obat di Puskesmas perlu
sakit dihabiskan untuk pembelian perbekalan
diteliti karena pengelolaan obat yang efisien
farmasi termasuk di dalamnya adalah obat-
sangat menentukan keberhasilan manajemen
obatan. Data penelitian di Thailand yang
puskesmas secara keseluruhan, untuk
dilakukan oleh Laeiddee. 5 didapatkan bahwa
menghindari perhitungan kebutuhan obat yang
biaya instalasi farmasi adalah sebesar 25%
tidak akurat dan tidak rasional sehingga perlu
sampai 27% dari total biaya pengeluaran
dilakukan pengelolaan obat yang sesuai.
rumah sakit atau puskesmas.3
Pengelolaan obat bertujuan untuk menjamin
Di negara-negara berkembang seperti kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan
Indonesia belanja obat menyerap 40-50% pelayanan obat yang efisien, efektif, dan
biaya keseluruhan rumah sakit atau dapat rasional. Aspek pengelolaan obat yang perlu
dikatakan merupakan komponen terbesar dari dikaji diantaranya meliputi perencanaan obat,
pengeluaran rumah sakit/puskesmas.4 Data penerimaan obat, penerimaan obat,
pengelolaan Obat di Jawa Barat berada pada penyimpanan obat, distribusi obat, pemakaian
peringkat kelima setelah Jogjakarta obat, pencatatan dan pelaporan obat.7
pengelolaan obat sebesar 219,27%,
Pentingnya pengelolaan obat sendiri adalah
selanjutnya Banten sebesar 188,83%,
untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah
Bengkulu sebesar 187,63%, Sumatra Barat
dan jenis perbekalan farmasi dan alat
sebesar 163,15% dan pengelolaan Obat di
kesehatan. Pelayanan puskesmas yang baik
Jawa Barat berada pada peringkat kelima yaitu
antara lain tergantung pada pengelolaan obat
sebesar 109,21%.5
secara tepat dan benar. Ketepatan dan
Perencanaan anggaran Dinas Kesehatan kebenaran Pengelolaan Obat di Puskesmas
Kabupaten Bandung, anggaran APBD akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat
Kabupaten tahun 2012 yang dialokasikan dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan
untuk kegiatan penerimaan obat dan di kabupaten atau kota. Suatu pelayanan
perbekalan kesehatan sebesar 88.37%. puskesmas yang baik tidak hanya tergantung
Anggaran pendamping APBD Kabupaten pada pengelolaan obat secara tepat dan benar.
untuk penerimaan obat dan perbekalan Akan tetapi, dapat juga diukur dari kesesuaian
kesehatan yaitu Dana Alokasi Khusus (DAK) pengelolaan obat yang ada di puskesmas
APBN 2012 sebesar pencapaian 94.04%. Hasil dengan standar pengolaan obat yang
uraian tersebut bahwa Dinas Kesehatan ditetapkan pada kabupaten tersebut. Adanya
Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan kesesuaian dengan standar ini dapat digunakan

STIKes Dharma Husada Bandung 2


untuk mengantisipasi apa yang terjadi di antara jumlah obat yang diminta ke Puskesmas
lapangan dan dapat menjadi pedoman bagi Kabupaten Bandung dengan jumlah obat
petugas pengelola obat di kabupaten/kota yang diterima oleh puskesmas dikarenakan di
maupun puskesmas dalam melaksanakan tugas gudang penyimpanan obat sering terjadi
sehari-hari.8 kekosongan stok obat sehingga menyebabkan,
puskesmas kekurangan obat dan pelayanan
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
kepada masyarakat kurang optimal. Masalah
dilakukan di Puskesmas Kabupaten Bandung.
lain yaitu kurang efisien dalam proses
Hasil wawancara kepada petugas farmasi pada
pencatatan penerimaan dan penyimpanan obat
proses pengawasan stok obat sering kesulitan
karena masih dilakukan dengan cara ditulis
dalam mendapatkan informasi secara cepat
(manual) langsung pada kartu stok obat
karena pengawasan yang dilakukan oleh
sehingga menyebabkan pada saat pemeriksaan
petugas hanya dilakukan satu orang pengelola
jumlah obat antara yang tercatat di kartu stok
obat di puskesmas tersebut, untuk melihat
obat dengan jumlah fisik obat terdapat selisih
pada kartu stok obat dan untuk pengawasan
yang berpengaruh terhadap proses
obat hanya melihat Laporan Penggunaan dan
perencanaan jumlah kebutuhan obat periode
Lembar Permintaan Obat sehingga
berikutnya.
menyebabkan, petugas Farmasi membutuhkan
waktu tambahan untuk melakukan pencaraian Kegiatan perencanaan obat di Puskesmas
informasi yang dibutuhkan dalam pengawasan Kabupaten Bandung 35% belum bisa
stok obat dan pendistribusian obat. Dilihat dari memperkirakan jenis obat yang dipakai,
status puskesmas yaitu sudah BLUD artinya sehingga dalam permintaan obat belum
puskesmas sudah layanan daerah dan menetapkan stok optimum untuk setiap item
memiliki kerja satuan daerah, sehingga obat. Dilihat dari segi penerimaan petugas
penerimaan Obat di Puskesmas Kabupaten 20% belum secara keseluruhan memeriksa
Bandung tetap ketentuan dari Dinkes sesuai obat yang diterima, sehingga tidak selalu
resep dari dokter dan jika dilihat dari anggaran memeriksa kemasan dalam bentuk obat yang
masih terpisah. diterima, dengan alasan penerimaan obat yang
diterima terlalu banyak, penyimpanan Obat di
Rata-rata jumlah pasien yang berobat
Puskesmas Kabupaten Bandung 18% tidak
sebanyak 130 orang perhari, dari banyaknya
ada lemari es untuk penyimpanan obat khusus,
jumlah pasien yang berkunjung petugas
sehingga segi sarananya masih kurang,
pengelolaan obat membutuhkan waktu 10-15
pendistribusian di Puskesmas Kabupaten
menit dalam meracik dan mengelola obat
Bandung 3% kurang pencatatan penerimaan
tersebut, selain itu belum memiliki sistem
obat dalam sub system, sehingga rencana
informasi yang mempercepat antrian dalam
jadwal distribusi obat ke sub sistem masih
pengambilan obat, sehingga pasien dalam
kurang, pengendalian obat di Margaasih 24%
mengambil obat di ruang menjadi antri, dan
masih kurang efektif yaitu dilihat dari
kurang dikendalikan. Proses pengelolaan obat
persediaan obat masih ada
SOP sudah ada akan tetapi belum sesuai yang
kekurangan/kekosongan dalam setiap obat,
diharapkan oleh pihak puskesmas dengan
sehingga pasien dipersilahkan untuk membeli
antrian terlalu banyak, sehingga dari point
obat sesuai resep yang diberikan puskesmas
yang ada di SOP belum mengacu sepenuhnya
dan membelinya di diluar puskesmas
pada SOP tersebut. Pelayanan pengeolaan
Obat di Puskesmas Kabupaten Bandung Pada proses perencanaan dan penerimaan
menyedikan pasien BJS dan umum dan karena jumlah kebutuhan obat pada setiap tahun
tidak ada yang membedakan antara jam dan masih kurang efisien karena hanya
waktu pengobatan, maka pencatatan yang berdasarkan data permintaan dari setiap
dilakukan masih manual. puskesmas sehingga menyebabkan jumlah
kebutuhan obat kadang kekurangan stok obat
Dalam proses obat di Puskesmas Kabupaten
atau kelebihan stok obat. Berdasarkan
Bandung terkait penggantian obat dilakukan
permasalahan yang telah diuraikan diatas,
dua kali dalam sebulan yang diterima dalam
maka perlu dikaji tentang Evaluasi
pengiriman obat dari Dinkes Kabupaten
Pengelolaan Obat di Puskesmas Kabupaten
Bandung. Pada proses pengiriman obat dari
Bandung 2018
dinkes tersebut sering terjadi ketidaksesuaian

STIKes Dharma Husada Bandung 3


METODE 3. Informan yang mempunyai waktu yang
memadai untuk di mintai informasi tentang
Rancangan Penelitian
pengelolaan obat
Jenis penelitian yang digunakan adalah
4. Informan tidak cenderung menyampaikan
penelitian kualitatif dengan pendekatan
informasinya sendiri
fenomenologi yaitu peneliti mencoba
memahami subjek dari sudut pandang subjek 5. Informan yang tidak asing untuk dijadikan
sendiri mengenai evaluasi Pengelolaan Obat di informasi dalam narasumber pengelolaan
Puskesmas Kabupaten Bandung 2018. obat .
Kehadiran Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Kehadiran peneliti sebagai instrumen adalah Pengumpulan data pada penelitian ini
subjek lebih tanggap akan kehadiran peneliti, menggunakan metode yang digunakan adalah
peneliti dapat menyesuaikan diri dengan wawancara mendalam, dengan
setting penelitian, keputusan yang pelaksanaannya menggunakan alat bantu
berhubungan dengan penelitian dapat diambil rekaman berupa tape recorder dan di catat
dengan cara cepat dan terarah, demikian juga secara langsung hal-hal intinya. Waktu
dengan informasi dapat diperoleh melalui pelaksanaanya setelah ada kesepakatan
wawancara antara informan sebagai pemberi terlebih dahulu dengan informan untuk
informasi tentang evaluasi Pengelolaan Obat menjaga kerahasiannya. Wawancara ini juga
di Puskesmas Kabupaten Bandung 2018 . tidak di lakukan sekaligus melainkan dalam
waktu yang sama. Tujuannya adalah untuk
Sumber Data
mendapatkan informasi yang lebih lengkap
Sumber data pada penelitian kualitatif sebagai dan banyak. Format wawancara mengacu
human instrument, berfungsi menetapkan kepada kerangka atau panduan wawancara
fokus penelitian, memilih informan sumber yang telah di siapkan sebelumnya oleh
data, melakukan pengumpulan data, menilai peneliti. Wawancara dinyatakan selesai di
kualitas data, analisis data, menafsirkan data, laksanakan jika informan mengalami titik
dan membuat kesimpulan atas temuannya. jenuh dalam menjawab pertanyaan.
Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
ini adalah sebanyak 6 Informan yang diberi
kode I-1 sampai I-6. Analisa yang telah ditempuh pada penelitian
ini yaitu mengolah dan mempersiapkan data
Metode penelitian ini menggunakan Purposive
untuk di analisis yang melibatkan transkripsi
sampling yaitu teknik pengambilan sampel
wawancara, men-scaning materi, mengetik
sumber data dengan pertimbangan tertentu
data lapangan, atau memilah-milah dan
oleh peneliti sendiri, orang yang dianggap
menyusun data tersebut kedalam jenis -jenis
paling tahu tentang apa yang peneliti
yang berbeda tergantung pada sumber
harapkan, atau mungkin sebagai penguasa
informasi.
sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti Memvalidasi keakuratan data dilapangan
dan akan berkembang sesuai kondisi sesuai pedoman wawancara yang selanjutnya
dilapangan. Subjek penelitian dalam penelitian dirangkum dan disajikan dalam bentuk
kualitatif ini ditentukan dengan kriteria trakskrif wawancara, menyusun, menggali
sebagai berikut : secara fakta sesuai wawancara dengan
informan melalui transkrip wawancara,
1. Informan yang menguasai dan memahami
merekam, publikasi gambar dan video.
pengelolaan obat dalam proses kegiatan,
mengolah dan mempersiapkan data untuk
sehingga pengelolaan obat bukan sekedar
analisis dan menemukan informasi yang di
di ketahui, tetapi juga di hayatinya oleh
peroleh sesuai wawancara yang didapatkan
informan.
dilapangan dan merefleksikan maknanya
2. Informan aktif dan sedang berkecimpung secara keseluruhan dengan menulis catatan-
atau terlibat pada kegiatan yang telah di catatan khusus atau gagasan-gagasan umum
teliti yaitu tentang pengelolaan obat. tentang data yang diperoleh.

STIKes Dharma Husada Bandung 4


HASIL DAN PEMBAHASAN sekali mntanya ke dinkes tp klo rko itu mh
setahun sekali di kali 12 setahun sekali. Yang
Studi kualitatif ini dilakukan untuk
perencaanaan sebuln sekli untuk
memperoleh informasi yang lebih mendalam
permintaannya tp datang obtnya 2 bulan
tentang evaluasi pengelolaan obat. Wawancara
sekali tp laporannya tiap bulan. Kalau jadwal
mendalam kepada setiap informan dilakukan
mah sesuai datang obat dan sudah di jadwal
di Puskesmas Kabupaten Bandung dan
kontribusi mislkan PKM Margaasih bulan ini
wawancara berlangsung rata-rata sekitar 30/45
tanggal 8 dan datang tanggal 8 soalnya
menit, kemudian dilakukan probing yang
tanggal lain ke PKM lain ada 62 PKM dan
berarti mengungkap, melacak dan menggali
tidak ada kendala”.
secara mendalam terhadap enam informan
untuk memenuhi kaidah triangulasi dengan I-4 : “RKO namanya rencana kebutuhan obat
kode informan tersebut adalah : tahunan dari semua puskesmas semua direkap
pola konsumsi pola konsumtif jadi
Tabel 4.1 Deskripsi Informan
Kode Deskripsi Keterangan perencanaan sesuai kebutuhan masing-masing
Informan puskesmas......”
I-1 Kepala puskesmas Informan Kunci
I-2 Apoteker Informan informasi
Pernyataan 2 tentang Apakah obat yang
I-3 Asisten Apoteker Informan informasi dibutuhkan/direncanakan, diminta atau di drop
I-4 Kepala Pengelola Informan informasi ke Puskesmas secara keseluruhan/ bertahap/
Obat Dinkes sebagian?
I-5 Pasien Informan informasi
I-6 Pasien Informan informasi Obat yang dibutuhkan di Puskesmas
Kabupaten Bandung di droping secara
Setelah diberikan kode pada masing-masing bertahap sesuai dengan kebutuhan Puskesmas
informan selanjutnya dibuat transkrif Kabupaten Bandung , karena puskesmasnya
wawancara, digali dan dipilih sesuai ada 62 puskesmas, kemudian dibagi menjadi 2
pernyataan penting dan selanjutnya ditarik gelombang dengan pengiriman ke setiap
kesimpulanya dari 6 informan kedalam tema puskesmasnya yaitu dua bulan sekali.
besar. Berikut hasil wawancara mendalam
kepada informan : I-2 : “Bertahap, kan kalo dari dinas 2 bulan
sekali datangnya, oh, kadang suka sesuai
Perencanaan Obat kadang mislkn kalo disananya stoknya sedikit
Temuan : perencanaan obat sudah sesuai jadi kn di bagi ke setiap PKM nya, tapi kalua
dengan kebutuhan di puskesmas yang disananya penuh mh kadang di kasih semua
dilakukan setiap satu bulan sekali sesuai permintaaan”
Pernyataan 1 tentang membuat dan I-3 : “Sebagian di drop, tapi permintaannya
mengusulkan perencanaan obat sesuai di ACC di dinas dulu. Walaupun ada yg di
kebutuhan Puskesmas ? beli d PKM tapi tetep mnta persetujuan
dinas. gimana ACC dari dinkesnya. Kalua
Puskesmas Kabupaten Bandung melakukan Misalkan lagi kita nyangajuin sekrng buln ini
perencanaan yang dilakukan setiap bulan paling bulan depn baru datang soalnya di
sekali. RKO (Rencana Kebutuhan Obat) dan sananya harus di cek dulu di ACC kan”.
perencanaan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan informan. I-4 : “Kita memang ada droping, jadi
kebutuhan puskesmas kan tiap bulannya
I-1 : “Kalau perencanaaanya kan kita dari puskesmas mengajukan ke kita namanya pake
akhir tahun itu sudah ada stock oppname nya, form LPL LPO itu perbulan karna
sudah nyiapin stock oppname, jadi dilihat distribusinya karna kita jumlah puskesmasnya
sesuai kebutuhanya sama dari jumlah euuu juga ada 62 jadi kita bagi 2 gelombang jadi
seberapa besar jumlah penyakit yang ada jth puskesmas perkali dtnya untuk 2 buln jdi
gituh.... nah itu dilihat dari situh, nanti dibuat puskesms mint ke kita ya kita droping di
dari perencanaanya. penuhi dan di antarkan obtnya meskipun
I-2 : “Sesuai kebutuhan puskesmas” vaksin untuk satu bulan”
I-3 : “Ada perencanaan tiap bulan sama tiap Pernyataan 3 tentang apakah obat yang
tahun sekali kyk rko tahapannya akalu sebuln direncanakan atau diusulkan sudah sesuai

STIKes Dharma Husada Bandung 5


dengan permintaan kebutuhan di puskesmas? I-2 : “belum, kaya sekarng kaya obat bahan
Dan merencanakan obat-obat khusus untuk habis pakai obat gigi yang kurang memenuhi
pasien BPJS permintaan”
Perencanaan sudah sesuai dengan permintaan I-3 : “Selama ini cukup lah, kurang lebih ada
dari Puskesmas Kabupaten Bandung , dan 80 mah, klo 110 mah gak. Mislakan ada
obat-obatan umum dan obat BPJS tidak ada kekurangan kalo ini lagi kosong kan
yang dibedakan semua pasien disama ratakan. menunggu waktu tapi ada beberapa item
Cuma ada beberapa tapi gak semua”
I-2 : “Sama, sudah terpenuhi, tapi kalo
sekarng kaya obat bahan habis pakai obat I-4 : “Kita memang ada droping, jadi
gigi” kebutuhan puskesmas kan tiap bulanny
puskesmas mengajukan ke kita namanya pake
I-3 : “Gak, kalau misalkan itu mh semua obat
form LPL LPO itu perbulan karna
di drop, jadi gak khusus ini BPJS , di
distribusinya karna kita jumlah puskesmasnya
kasiinnya mah sama dan tidak di bedakan ini
juga ada 62 jadi kita bagi 2 gelombang jadi
BPJS ini umum. Jadi semua di drop. Kalau
itu puskesmas perkali datanya untuk 2 bulan
ngasih misalkn obtnya itu apbd itu blud kalau
jadi puskesmas minta ke kita yang kita droping
pasiennya perlu di kasiin aja keperluan pasien
di penuhi dan di antarkan obatnya meskipun
sekarang jadi gak di pilah-pilih.”.
vaksin untuk satu bulan”
I-4 : “Obat khusus BPJS , klau di kita tidak
Pernyataan 2 tentang apa yang ibu/bapak
mengnut secara Pengelolaan secara aturan
lakukan. Jika permintaan obat tidak sesuai
kita tidak mengenal apakah itu obat program
dengan kebutuhan obat di puskesmas?
BPJS apakah itu program obat apa. yang
jelas semua obat kebutuhan obat baik BPJS Puskesmas Kabupaten Bandung sudah BLUD
dan baik umum itu harus di penuhi aturannya dan jika ada obat yang tidak Sesuai dengan
seperti itu, yang jelas satu aturan bahwa obat kebutuhan puskesmas maka puskesmas akan
yang ada di kita harus di pake untuk semua membeli obat-obat yang kurang atau tidak ada
universal pasien, satu catatan bahwa untuk hal ini Sesuai dengan pernyataan informan :
khusus BPJS di mereka obatnya harus di
I-2 : “Kalau itu mah yang BHPES sekarng itu
penuhi 100 % tidak boleh beli, bisa dari kita
beli sendiri kan sudah BLUD”
atau bisa dari puskesmas karana mereka
sudah blud. Ada, mereka kan untuk pembelian Pernyataan 3 tentang siapa yang bertanggung
langsung dari blud itu mereka suka minta jawab atas permintaan obat tersebut?
konfirmasi ke kita validasi permintaanya ke I-2 : “Oh, Sama bu Naning sih, kalau LPL
kita Koordinasi sehingga nantinya apa obat LPO itu kn pake lembar permintaan itu
yang di beli di puskesmas tidak duplikasi bulannnya ada formatnya, nanti diketahui
dengan yang ada di kita jadi puskesmas itu sama kepala PKM nya semabri di laporin ke
jadi betul betul beli obata obat yang kosong
dinas”
dan di perlukan.”
Pernyataan 2 tentang apakah permintaan obat
Permintaan Obat dari puskesmas ke pihak dinkes sudah
Temuan : permintaan obat di puskesmas masih memenuhi kebutuhan Puskesmas Kabupaten
terbatas dan kurangnya permintaan obat habis Bandung ?
pakai seperti obat gigi I-4 : “Memenuhi, kan tadi Sesuai LPL LPO
Penyataan 1 tentang permintaan Obat dan kita apa yang di minta kalau kita ada di
Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas, sudah penuhi yang tidak ada berarti suruh beli”
terpenuhi? Pernyataan 3 tentang setiap pengiriman obat
Permintaan Puskesmas Kabupaten Bandung dari dinkes, apakah petugas memeriksakan
sudah sesuai dengan kebutuhan puskesmas, terlebih dahulu untuk kemanan/kadaluarsa
dan permintaan obat habis pakai jika terjadi obat tersebut? Sehingga pihak puskesmas
kekosongan obaat puskesmas menunggu dapat menyimpanya lebih lama? Kira-kira
waktu pengiriman. berapa jumlah jenis obat yang dikirim?
I-1 : “obatnya ada yang dari dinasnya”

STIKes Dharma Husada Bandung 6


I-4 : “Harus, itu kan sejak awal mereka minta format penerimaan di bbk ada tulisannya,
di input di program langsung memunculkan misalkan pct 3000 jumlahnya berp sekian
nama obat satuan item dan expayer date no terus obtnya dr mn dr APBD apa dr APBN”
beacnya sehngga nanti misalkan paracetamol
Pernyataan 3 tentang apakah bapak/ibu
amoxillin beacnya no sekian ed bulan sekian
menerima obat sesuai jumlah, mutu, waktu
tahunnya tahun sekian ada semuasejak awal
penyerahan, jenis dan harga yang tertera pada
administrasi sudah ter ini kalau obatnya ed
pesanan?
tidak ada di sistemnya merah tiga bulan
kadaluarsa kuning 6 bulan hijau..” Setiap pengiriman obat dari pihak Dinas
Kesehatan ke Puskesmas Kabupaten Bandung
Penerimaan Obat
akan di cek terlebih dahulu dengan system
Temuan : keterbatasan penerimaan obat di input program
puskesmas sudah sesuai dengan kebutuhan dan
I-2 : “Tanggal ini, oh udah ada jadwalnya
jika terdapat kekosongan obat, pengelola
dari dinasnya udah ada jadwalnya. Itu mh
menggunakan uang BLUD untuk pembelian
bias mnta dadakan, jadi permintaan tambahan
obat
kedinasnya, jadi misalnya tiba2 udah kosong
Pernyataan tentang dari siapa bapak/ibu tinggal berapa lg tinggal minta ke dinas
menerima obat ? permintaan tambahan. Di resepkan klo emg gk
ada mh soalnya kadnag di sini emg gk sediain.
Penanggung jawab atas permintaan obat di
Kalao permintaan obat itu di susiain sama
Puskesmas Kabupaten Bandung yaitu asisten
formas ada formulariumnya kalao gk ada d
apoteker Sesuai dengan pernyataan informan
situ berarti pasiennya harus beli kalu
berikut:
pasiennya emg butuh”
I-1 : “dari dinas yang masih diiniin sama
I-3 : “Ada Sesuai pesannanya... Sesuai
dinas, ada juga yang kita beli sendiri karena
permintaan”
kita sudah BLUD...heummmm”
Penyimpanan Obat di Puskesmas Kabupaten
I-2 : “Kalau gak saya bu naming, heeh yang
Bandung
siapa aja itu mah dua-duanya bisa, soalnya
sama yang punya” Temuan : penyimpanan obat di puskesmas
sudah baik dan penyimpanannya sesuai
I-3 : “Kadang asiten apoteker kadang
dengan ALFABETIS.
apoteker”
Pernyataan 1 tentang cara penyimpanan obat
Pernyataan 2 tentang Apakah setiap
di Puskesmas ini? Jelaskan! (suhunya
penerimaan obat dicek terlebih dahulu?
bagaimana? tempatnya? ruang
Hasil pernytaan informan permintaan penyimpanannya?)
Puskesmas Kabupaten Bandung kepada pihak
Setiap penerimaan obat di Puskesmas
Dinas Kesehatan sudah memenuhi kebutuhan
Kabupaten Bandung di trima oleh dua petugas
Puskesmas Sesuai dengan LPL dan LPO tetapi
yaitu apoteker dan asisten apoteker.
jika ada salah satu yang tidak terpenuhi maka
puskesmas membeli sendiri. I-1 : “penyimpanannya itu ada yang
digudangnya, digudangnya juga masih bareng
I-2 : “Di cek dulu, soalnya takutnya ada
ya!........digudang UPT sama gudang
barang yang kurang atau lebih terus misalnya
puskesmas heuuu’mm tapi kalau obat
ED gitu soalnya itu di kirim kesini terus di cek
banyaknya di gudang puskesmas sendiri”
ulang”
I-2 : “Psikotropik narkotik itu di lemarinya”
I-3 : “Di cek dulu sam ed di sesuaikan bpk,
sesuai pengirirmn permintaan misalkn I-3 : “Sesuai alphabet, Sesuai alphabet, kalau
mntanya 1000 dtgnya 1000. Klo pun ada yang tablet-tablet kalau yang obat luar ada
kekeurangan nanti di kash catatan mungkin khusus penyimpananya. Obat dari poned dari
ada kesalahn teknis. Gak smpe terkirim ada sini juga nanti ada formatnya yag LPL LPO”
obt kadaluarsa kn dari dinasnya di cek dulu.
Pernyataan 2 tentang apakah ada pedoman/
Gak sampe terkirim ada oabt kadaluarsa kan
SOPnya dan penyimpanan sesuai
dari dinasnya di cek dulu. Di dinkesnya ada
ALFABETIS?

STIKes Dharma Husada Bandung 7


I-2 : “Sudah sesuai peratuaran ya, dan sudah Pernyataan 3 tentang Apakah pendistribusian
Sesuai alfabet” obat sudah meminalisir kehilangan, kerusakan,
kadaluarasa stok obat yang tersedia sudah
I-3 : “Ada kan sudah akreditasi, dan sudah
efisien
Sesuai alfabet”
Pendistribusian obat sudah meminalisir
Pernyataan 3 tentang siapa yang
kehilangan, kerusakan, kadaluarasa stok obat
bertanggungjawab dalam proses
yang tersedia belum terlalu efisien terlihat dari
penyimpanan?
ketidak tahuan dari salah satu petugas:
I-2 : “Ya, saya tapi kadang suka ada yang
I-2 : “tidak tahu”
ngebantuin”
I-3 : “Selama ini seminimal mungakin ya
I-3 : “Ada asisiten apoteker sama apoteker
sudah lumayan efisien.....”
dua itu”
Pengendalian Obat
Pendistibusian Obat
Temuan : pengendalian obat dalam sistem
Temuan : pendistribusian obat masih terbatas
pencatatan di puskesmas masih dilakukan
dalam meminalisir kehilangan, kerusakan
manual.
obat.
Pernyataan tentang Apakah pengelolaan obat
Pernyataan 1 tentang Apakah pendistribusian
sudah dapat dikendalikan, agar tidak ada
obat dalam penyerahan dari pihak
kelebihan, kekosongan obat di puskesmas?
terkait/dinkes, semua obat sudah secara
Jelaskan
memenuhi kebutuan atau bagimana?
Pengendalian obat di Puskesmas Kabupaten
Pendistribusian obat di Puskesmas Margaaih
Bandung sudah dapat di kendalikan yaitu dari
di sesuaikan dengan kebutuhan seperti
monitoring evaluasi di lihat dari laporan setiap
kebutuhan PONED, BP (Balai Pengobatan),
bulan dalam LP-LPO.
dan Pustu pernyataan ini Sesuai dengan
informan: I-1 : “Terus kalo untuk pengendalinya dari
monitoring evaluasinya dari lapornya jadi
I-1 : “kalo pendistribusianya sesuai dengan
bentuknya LP-LPO tiap bulan ada, sama ada
kebutuhan dari masing-masing, kaya pustu
stock oppnamenya”
berapa dia yang ngajuin”
I-2 : “tidak tahu”
I-2 : “Dari dinkes Cuma beberapa, jadi gak
semua beli dari dinkes sekarng mh” I-3 : “Untuk selama ini kalau kekosongan
hmm gimana ya udah berusaha di kendalikan
I-3 : “Ke pustu sama ke PONED sama ke
aja sesuai permintaan kunjungan pasien tapi
bapa-bapa yang di sini ke ruangan-ruangan di
kalau kekosongan itu euh paling menunggu
distribusikan Sesuai kebutuhan.”
karena waktuny aja jadwal permintaan ke
Pernyataan 2 tentang apakah pendistribusian dinas. Tapi misalkan kalau paracetamol
obat sudah memperhatikan peraturan UU yang amoxillin itu selalu ada. Kalua gak ada
berlaku obatnya di copy resep nanti pasiennya yng beli
Pendistribusian di Puskesmas Kabupaten tapi itu juga konfirmasi ke pasien dulu. Kalua
Bandung sudah Sesuai dengan peraturan gak mau besoknya nunggu dulu dari dinas”
Undang-Undang yang berlaku dan Sesuai Pernyataan 2 tentang jika pengendalian obat
kebutuhan dari masing-masing unit dapat di terjadi kekosongan obat di puskesmas, upaya
lihat dari pernyataan informan berikut: apa yang bapak/ibu lakukan saat ini?
I-2 : “Aturan yang mana? Iya ada, kan Infroman 2 : “Tidak tahu”
distribusi mh Cuma maksudnya pembeliannya
I-3 : “Kalau Terjadi kekosongan obat untuk
dari mana2 surat ijin gitu”
pasien khususnya, ya di copy resep aja , tapi
I-3 : “Kalau itu gimana kebutuhan da itu mh item obat tertentu memang gak ada
ruangannya masing-masing hmm sesuai LPL di PKM , contohnya antibiotic misalkan ada
LPO misalkan kebutuhan LIDOCAINE nanti antibiotic yg gak punya baru paling 20 biji
laporannya di laporkan lagi misalkan mnta 20 pasiennya mau gak nanti di konfirmasi.
kepakai 15 sisanya 5 nah ada disisa stok....” Mislkan antibiotic yg khusus jarang-jarang.”

STIKes Dharma Husada Bandung 8


Pernyataan 3 tentang apakah ada sistem Pernyataan 4 tentang bagimana pengelolaan
khusus yang menjadi pengendalian obat, apakah permintaan obat di puskesmas
pengelolaan obat di puskesmas? Misalnya sudah sesuai dengan kebutuhan pasien?
pencatatan sistem informasi tentang Misalnya tidak ada kekurangan
ketersediaan obat di puskesmas?
I-5 : “Pernah, ke apotek,euh jadi misalkan
Sistem informasi dan sistem online di dari PKM obat ini cocok jadi si itunya gak
Puskesmas Kabupaten Bandung belum di buang ( bungak us obat) udah aja beli ke
berjalan sepenuhnya dan belum efektif. apotek, ini kn cocock udah ja beli...”
I-2 : “Online yang mana? Informasi ke I-6 : “Selalu ada kalua saya mh tapi klau
pasien? Belum, itu mh yang online mh yang yang lain gak tahu kalua saya mh selama ini
hiv ya, yang tadi yang program yg laporannya ya jelas-jelas aja sih”
yang langsung kedinas ya, kalao system di sini
Pernyataan 5 tentang apakah petugas
mh masih manual, tapi dis impennya ada
menuliskan atau menyampaikan informasi
yang di komputer, Cuma yang harian masih
tentang cara aturan pemakaian obat yang
manual”
mudah dimengerti?
I-3 : “Online yang ini, sbnrnya sudah ada dari
I-5 : “Oh ya ya heeh, tapi dokter juga suka
dinkes itu tapi kan itu mh bukan kewajiban
nanya bpk sakit apa panas dingin udh 3 hari
kayak inisiatif dr dinas untuk mempermudah
apa lg saya suka pusing tapi gak sembuh2,
pekerjaan di PKM dan masih dalam proses
iya ya gt suka d kasih tahu sma petugasnya
percobaan blm terlalu berjalan”
obatnya pak ini sebelum makan yang ini
Wawancara pada pasien ketersediaan obat sesudah makan yang ini 3 kali sehari yang ini
2 kali sehari ya gitu kan”
Pernyataan 1 tentang apakah bapak/ibu sering
berobat ke puskesmas ini?, Bagimana I-6 : “Mudah di menegrti, da Cuma gitu2 aja
persediaan obat yang ada di puskesmas ini, kan kalua informasi tentang obat mh kalua
apakah sudah sesuai dengan kebutuhan habs berobat”
pasien?
Pembahasan
I-5 : “Muhun sering, kumaha karaosna
Perencanaan Obat di Puskesmas
biasana abdi mh sok ka ieu, ie mh puyeng
Kabupaten Bandung
asam urat diabet, klaua diabet selalu ada jadi
gak langsung sembuh jadi bertahap” Berdasarkan pernyataan Informan hasil
wawancara dapat diketagorikan bahwa
I-6 : “Sering neng, Sesuai, selalu ad ash
perencanaan obat sudah sesuai dengan
obatnya”
kebutuhan di puskesmas yang dilakukan setiap
Pernyataan 2 tentang Bagimana Prosedur satu bulan sekali. Perencanaan obat di
penerimaan pasien di puskesmas ini apakah Puskesmas Kabupaten Bandung dilihat dari
sudah dilayani secara cepat, tepat dan tidak jumlah penyakit yang ada dan setiap akhir
berbelit-belit? tahun informan sudah dapat melakukan stock
oppname pada setiap keluar-masuk obat bisa
I-5 : “Gak itu mh secara di nomer antri, yah
terkontrol, sehingga perencanaan obat di
lumayan yah kalau kosong pasti cepat kalau
Puskesmas Kabupaten Bandung sudah sesuai
penuh ya harus sabar, gimn pasiennya”
dengan kebutuhan.
I-6 : “Lambat sih tapi kadang2 cepet klau
Secara teori Permenkes RI.18 tidak ada jumlah
pasiennya lagi sedikit tergantung pasiennya
dan jenis obat yang ditentukan, akan tetapi
sih”
tergantung kegiatan pengelolaan Obat.
Pernyataan 3 tentang apakah Informasi obat Perencanaan kebutuhan Obat merupakan
yang diberikan akurat dan dapat proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan Medis
dipertanggungjawabkan dari petugas Habis Pakai untuk menentukan jenis dan
dipuskesmas? jumlah Obat dalam rangka pemenuhan
I-5 : “Secara rinci, tapi kana da kadang2 ada kebutuhan Puskesmas. Tujuan dari
yang cocok kadang ada yg enggak” perencanaan adalah untuk mendapatkan:
Perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan
I-6 : “Jelas kasih obat sama dokternya jelas”

STIKes Dharma Husada Bandung 9


Medis Habis Pakai yang mendekati kebutuhan; dilakukan satu bulan sekali dan tidak ada
Meningkatkan penggunaan Obat secara kendala dalam perencanaan obat di puskesmas
rasional; dan Meningkatkan efisiensi di Margaasih.
penggunaan Obat.
Berikut pernyataan I-1, 2, 3 dan 4 yang
Perencanaan kebutuhan Obat dan Bahan menyatakan hampir sama bahwa :
Medis Habis Pakai di Puskesmas setiap
“Kalau perencanaaanya kan kita dari akhir
periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di
tahun itu sudah ada stock oppname nya, sudah
Puskesmas. Proses seleksi Obat dan Bahan
nyiapin stock oppname, jadi dilihat sesuai
Medis Habis Pakai dilakukan dengan
kebutuhanya sama dari jumlah euuu seberapa
mempertimbangkan pola penyakit, pola
besar jumlah penyakit yang ada gituh.... nah
konsumsi Obat periode sebelumnya, data
itu dilihat dari situh, nanti dibuat dari
mutasi Obat, dan rencana pengembangan.
perencanaanya (I-1)
Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis
Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat “Sesuai kebutuhan puskesmas” (I-2)
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium “Ada perencanaan tiap bulan sama tiap tahun
Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan sekali kyk rko tahapannya akalu sebuln sekali
tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas mntanya ke dinkes tp klo rko itu mh setahun
seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, sekali di kali 12 setahun sekali. Yang
serta pengelola program yang berkaitan
perencaanaan sebuln sekli untuk
dengan pengobatan. Proses perencanaan permintaannya tp datang obtnya 2 bulan
kebutuhan Obat per tahun dilakukan secara sekali tp laporannya tiap bulan. Kalau jadwal
berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta mah sesuai datang obat dan sudah di jadwal
menyediakan data pemakaian Obat dengan kontribusi mislkan PKM Margaasih bulan ini
menggunakan Laporan Pemakaian dan tanggal 8 dan datang tanggal 8 soalnya
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) . 18 tanggal lain ke PKM lain ada 62 PKM dan
Sesuai pernyataan I-4 yang menyatakan bahwa tidak ada kendala” (I-3)
di Puskesmas Kabupaten Bandung sudah “RKO namanya rencana kebutuhan obat
menggunakan laporan pemakaian obat yang tahunan dari semua puskesmas semua direkap
direncanakan yang ditulis pada lembar LPLPO pola konsumsi pola konsumtif jadi
seperti yang terkutif dalam informasi perencanaan sesuai kebutuhan masing-masing
mendalam infrorman berikut ini : puskesmas......” (I-4)
Kita memang ada droping, jadi kebutuhan Penelitian Febrani.31 menunjukkan
puskesmas kan tiap bulannya puskesmas pelaksanaan metode dalam perencanaan,
mengajukan ke kita namanya pake form LPL penimpanan dan pencatatan serta pelaporan
LPO itu perbulan karna distribusinya karna terhadap pengelolaan persediaan obat Rumah
kita jumlah puskesmasnya juga ada 62 jadi Sakit Sitti Khodijah Sepanjang belum
kita bagi 2 gelombang jadi jth puskesmas tergolong kategori baik. Pelaksanaan yang
perkali dtnya untuk 2 buln jdi puskesms mint tidak baik dari kegiatan tersebut dapat
ke kita ya kita droping di penuhi dan di mempengaruhi efektifitas kegiatan
antarkan obtnya meskipun vaksin untuk satu pengelolaan persediaan obat Rumah Sakit Sitti
bulan” Khodjah Sepanjang.
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota Dapat disimpulkan bahwa evaluasi
akan melakukan kompilasi dan analisa perencanaan Obat di Puskesmas Kabupaten
terhadap kebutuhan Obat Puskesmas di Bandung yang dilihat berdasarkan pernyataan
wilayah kerjanya, menyesuaikan pada dari jawaban I-1,2,3,4 yaitu perencanaan obat
anggaran yang tersedia dan memperhitungkan sudah sesuai dengan kebutuhan di puskesmas
waktu kekosongan Obat, buffer stock, serta yang dilakukan setiap satu bulan sekali dan
menghindari stok berlebih.18 sudah direncanakan yang divalidasi dengan
Di Puskesmas Kabupaten Bandung dalam bentuk LPLPO sehingga dapat terencana
perencanaan Obat sudah sesuai dengan dengan baik sesuai dengan aturan apabila
kebutuhan di puskesmas yang direncanakan pemakain tersebut dalam proses perencanaan
sesuai dengan RKO serta pelaporan obat kebutuhan obat pertahun Puskesmas diminta

STIKes Dharma Husada Bandung 10


Permintaan Obat di Puskesmas Kabupaten Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis
Bandung Pakai adalah suatu kegiatan dalam menerima
Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dari
Berdasarkan penyataan Informan hasil
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai
wawancara dapat diketagorikan bahwa
dengan permintaan yang telah diajukan.
permintaan Obat di Puskesmas Kabupaten
Tujuannya adalah agar Obat yang diterima
Bandung hasil temuan dari informan yaitu
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan obat di puskesmas masih terbatas
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
dan kurangnya permintaan obat habis pakai
Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan
seperti obat gigi. Obat di Puskesmas
pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban
Kabupaten Bandung kurang memenuhi
penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan
permintaan dari setiap pasien sehingga pihak
penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis
pengelola obat harus membeli obat yang
Pakai berikut kelengkapan catatan yang
dibutuhkan namun tidak semua obat dibeli dari
menyertainya.15
luar dinkes tanpa adanya persetujuan dari
pihak dinkes setempat dan pembelian obat Permintaan merupakan kegiatan untuk
hanya dilakukan beberapa obat yang memenuhi kebutuhan obat yang sudah
dibutuhkan seperti obat habis pakai yaitu obat direncanakan dengan mengajukan permintaan
gigi. Ungkapan tersebut sesuai dengan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
informasi dari hasil wawancara I-2,3, dan satu sesuai peraturan dan kebijakan pemerintah
orang pasien yaitu I-5 setempat. Penerimaan obat adalah kegiatan
menerima obat dari Instalasi Farmasi
“belum, kaya sekarng kaya obat bahan habis
Kabupaten/Kota sesuai dengan permintaan
pakai obat gigi yang kurang memenuhi
yang sudah diajukan oleh puskesmas. 15 Pada
permintaan” (I-2)
kegiatan penerimaan obat harus menjamin
“Selama ini cukup lah, kurang lebih ada 80 jumlah, mutu, waktu penyerahan, spesifikasi,
mah, klo 110 mah gak. Mislakan ada kesesuaian jenis dan harga yang tertera pada
kekurangan kalo ini lagi kosong kan pesanan.
menunggu waktu tapi ada beberapa item
Berdasarkan hasil temuan dari 1,2,3,4
Cuma ada beberapa tapi gak semua”(I-3)
informan di UPT Puskesmas Kabupaten
“Pernah, ke apotek,euh jadi misalkan dari Bandung dapat disimpulkan bahwa
PKM obat ini cocok jadi si itunya gak di permintaan obat di puskesmas yaitu informan
buang ( bungak us obat) udah aja beli ke menerima obat sepenuhnya dari dinkes dan
apotek, ini kn cocock udah ja beli...” (I-5) jika ada kekurangan obat pengelola sudah
Secara teori permintaan diajukan kepada Dinas menggunakan uang BLUD untuk pembelian
Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan obat, selanjutnya pengelola obat sudah bisa
ketentuan peraturan perundang-undangan dan melakukan pengecekan barang ketika obat
kebijakan pemerintah daerah setempat. 18 datang serta ia menerima obat sesuai
Puskesmas Margaaih menunggu waktu jika permintaan kebutuhan di puskesmas
ada beberapa item obat yang kosong, karena Penerimaan Obat di Puskesmas Kabupaten
semua obat di drop dari dinkes setempat. Bandung
Informasi yang sama dengan ungkapan I-4
Berdasarkan penyataan Informan hasil
yang terkutip sebagai berikut :
wawancara dapat diketagorikan bahwa
“Kita memang ada droping, jadi kebutuhan Penerimaan Obat di Puskesmas Kabupaten
puskesmas kan tiap bulanny puskesmas Bandung , hasil temuan dari informan yaitu
mengajukan ke kita namanya pake form LPL keterbatasan penerimaan obat di puskesmas
LPO itu perbulan karna distribusinya karna sudah sesuai dengan kebutuhan dan jika
kita jumlah puskesmasnya juga ada 62 jadi terdapat kekurangan obat pengelola
kita bagi 2 gelombang jadi itu puskesmas menggunakan uang BLUD untuk pembelian
perkali datanya untuk 2 bulan jadi puskesmas obat.
minta ke kita yang kita droping di penuhi dan
Penerimaan obat adalah kegiatan menerima
di antarkan obatnya meskipun vaksin untuk
obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
satu bulan” (I-4)
sesuai dengan permintaan yang sudah

STIKes Dharma Husada Bandung 11


diajukan oleh puskesmas.15 Setiap permintaan Permintaan obat untuk mendukung pelayanan
obat petugas penerimaan wajib melakukan obat di Puskesmas Kabupaten Bandung
pengecekan terhadap Obat dan Bahan Medis diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada
Habis Pakai yang diserahkan, mencakup Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten dengan
jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Obat, menggunakan format Laporan Pemakaian dan
bentuk Obat sesuai dengan isi dokumen Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Waktu
(LPLPO), ditandatangani oleh petugas pengadaan obat yang dilakukan yaitu setiap 1
penerima, dan diketahui oleh Kepala (satu bulan) dengan membuat Laporan
Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
petugas penerima dapat mengajukan (LPLPO) yang telah disetuju oleh Kepala
keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Puskesmas. Namun akan diadakan permintaan
Obat yang diterima disesuaikan dengan khusus jika terjadi kekosongan obat di
periode pengelolaan di Puskesmas ditambah puskesmas.
satu bulan.
Disimpulkan bahwa hasil temuan I-1,2,3,4
Berdasarkan hasil temuan dari wawancara tentang penerimaan obat yaitu penerimaan
mendalam terhadap informan tentang obat di puskesmas sudah sesuai dengan
penerimaan obat di Puskesmas Kabupaten kebutuhan dan jika terdapat kekosongan obat
Bandung sudah melakukan pengecekan obat pengelola menggunakan uang BLUD untuk
datang dan sudah sesuai dengan penerima obat pembelian obat.
yang perlukan sesuai kebutuhan puskesmas.
Penyimpanan Obat di Puskesmas
Hal sesuai dengan informasi yang didapatkan
Kabupaten Bandung
dari I-2 dan 3 sebagai berikut :
Berdasarkan penyataan Informan hasil
“Di cek dulu, soalnya takutnya ada barang
wawancara dapat diketagorikan bahwa
yang kurang atau lebih terus misalnya ED gitu
penyimpanan Obat di Puskesmas Kabupaten
soalnya itu di kirim kesini terus di cek ulang”
Bandung hasil temuan dari informan yaitu
(I-2)
penyimpanan obat di puskesmas sudah baik
“Di cek dulu sam ed di sesuaikan bpk, sesuai dan penyimpanannya sesuai dengan
pengirirmn permintaan misalkn mntanya 1000 ALFABETIS. Penyimpanan obat di
dtgnya 1000. Klo pun ada kekeurangan nanti Puskesmas Kabupaten Bandung disimpan
di kash catatan mungkin ada kesalahn teknis. pada dua tempat gedung yang berbeda yaitu
Gak smpe terkirim ada obt kadaluarsa kn dari gedung UPT dan gedung puskesmas, akan
dinasnya di cek dulu. Gak sampe terkirim ada tetapi untuk ketersediaan penyimpanan obat
oabt kadaluarsa kan dari dinasnya di cek yang paling banyak untuk kebutuhan pasien
dulu. Di dinkesnya ada format penerimaan di dilakukan di gudang puskesmas yang ditulis
bbk ada tulisannya, misalkan pct 3000 menggunakan format LPLPO sesuai pedoman
jumlahnya berp sekian terus obtnya dr mn dr SOP yang berlaku di puskesmas tersebut dan
APBD apa dr APBN” (I-3) untuk penyimpanan sudah ditulis sesuai
ALFABETIS.
Permasalahan ini terjadi karena dalam
melakukan permintaan dalam setiap periode Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis
distribusi pengelola obat puskesmas tidak Pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan
memperhitungkan stok optimum, artinya terhadap Obat yang diterima agar aman (tidak
pengelola obat tidak memperhitungkan waktu hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun
tunggu dan waktu kekosongan obat, hal ini kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai
mengakibatkan ketersediaan obat di dengan persyaratan yang ditetapkan.
puskesmas ada yang berlebih dan ada yang Tujuannya adalah agar mutu obat yang
kurang. Permintaan obat dan perbekalan tersedia di puskesmas dapat dipertahankan
kesehatan adalah kriteria obat dan perbekalan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. 15
kesehatan, persyaratan pemasok, penentuan
Pengelolaan obat pada tahap penyimpanan
waktu pengadaan dan kedatangan obat,
merupakan bagian penting dalam menghindari
penerimaan dan pemeriksaan obat dan
penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
perbekalan kesehatan, dan pemantauan status
menjaga mutu obat-obatan, memudahkan
pesanan.10
pencarian dan pengawasan, menjaga

STIKes Dharma Husada Bandung 12


kelangsungan persediaan, mengurangi resiko penyimpanan dan pengoperasian alat-alat
kerusakan dan kehilangan, mengoptimalkan pembantu pengaturan barang (material
persediaan, serta memberikan informasi handling equipment). Tindakan-tindakan
kebutuhan obat yang akan datang.20 keamanaan dan keselamatan.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan Menurut DepKes RI.22 tujuan penyimpanan
pengaturan obat agar terhindar dari kerusakan yaitu : Aman, yakni barang/ obat yang di
fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya simpan tetap aman dari kehilangan dan
terjamin. Penyimpanan obat harus kerusakan : Kehilangan yang berarti dicuri,
mempertimbangkan berbagai hal yaitu bentuk dimakan hama atau hilang sendiri (tumpah,
dan jenis sediaan, mudah atau tidaknya menguap), kerusakan yang diakibatkan barang
meledak/terbakar, stabilitas, dan narkotika dan sediaan rusak sendiri atau sediaan merusak
psikotropika disimpan dalam lemari khusus. 15 lingkungan (polusi). Awet, yakni warna, bau,
sifat, ukuran, dan fungsinya tidak berubah.
Di Puskesmas Kabupaten Bandung
Tepat, saat permintaan barang, barang yang
penyimpanan obat untuk jenis narkotika dan
diserahkan memenuhi lima tepat, yaitu tepat
psikotropika sudah disimpan ditempat khusus
barang,kondisi, jumlah, waktu dan harganya
seperti lemari khusus yang digunakan agar
dan menghindari dari penggunaan yang tidak
aman dan mudah tersimpan. Ungkapan
bertanggung jawab.
tersebut sesuai dengan hasil informasi yang
diungkapkan I-2 terkutip sebagai berikut Pendistribusian dan pelaporan Obat di
Puskesmas Kabupaten Bandung
“Psikotropik narkotik itu di lemarinya” (I-2)
Berdasarkan pernyataan Informan hasil
Selain penyimpanan obat yang aman di
wawancara dapat diketagorikan bahw
Puskesmas Kabupaten Bandung juga
pendistribusian dan pelaporan Obat di
memiliki dua gedung tempat penyimpanan
Puskesmas Kabupaten Bandung , hasil temuan
obat yaitu gedung UPT dan gedung puskesmas
dari informan yaitu pendistribusian obat masih
yang ditulis dengan forman LPLPO dan sudah
terbatas dalam meminalisir kehilangan,
sesuai pedoman SPO menggunakan sistem
kerusakan obat. Pendistribusian obat di
ALFABETIS. Uangkapan ini sesuai dengan
puskesmas belum memenuhi kebutuhan
informasi I-1, 2, 3 yaitu terutip sebagai
puskesmas, sehingga obat yang beli dari pihak
berikut:
dinkes setempat, puskesmas tidak sepenuhnya
“penyimpanannya itu ada yang digudangnya, membeli obat sesuai pendistribusian yang ada.
digudangnya juga masih bareng Kebutuhan setiap ruangan diketahui dari sisa
ya!........digudang UPT sama gudang stock yang ada, karena sistem pendistribusian
puskesmas heuuu’mm tapi kalau obat laporanya sudah efisien.
banyaknya di gudang puskesmas sendiri” (I-2)
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran
“Sesuai alphabet, Sesuai alphabet, kalau yang dan penyerahan obat secara teratur dan merata
tablet-tablet kalau yang obat luar ada khusus untuk memenuhi kebutuhan sub unit farmasi
penyimpananya. Obat dari poned dari sini puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan
juga nanti ada formatnya yag LPL LPO” (I-3) waktu yang tepat. Sistem distribusi yang baik
Secara teori penyimpanan adalah suatu harus: menjamin kesinambungan penyaluran/
kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari penyerahan, mempertahankan mutu,
kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan meminimalkan kehilangan, kerusakan, dan
mutunya terjamin. Penyimpanan obat harus kadaluarasa, menjaga tetelitian pencatatan,
mempertimbangkan berbagai hal yaitu bentuk menggunakan metode distribusi yang efisien,
dan jenis sediaan, mudah atau tidaknya dengan memperhatikan peraturan perundangan
meledak/terbakar, stabilitas, dan narkotika dan dan ketentuan lain yang berlaku,
psikotropika disimpan dalam lemari khusus. 15 menggunakan sistem informasi manajemen.24
Kegiatan penyimpanan obat meliputi: Mekanisme pendistribusian obat merupakan
Perencanaan/ persiapan dan pengembangan cara atau langkah dalam menyalurkan obat ke
ruang-ruang penyimpanan (storage space) unit-unit bawah Puskesmas dengan tujuan
Penyelenggaraan tata laksana penyimpanan yang sama yaitu memberikan pelayanan
(storage procedure) Perencanaan/ kesehatan kepada masyarakat. Pendistribusian

STIKes Dharma Husada Bandung 13


obat dilakukan setelah penanggung jawab obat Perhitungan jumlah obat yang di distribusikan
menerima obat di Gudang Farmasi Kabupaten harus memperhatikan stok optimum masing-
(GFK) dan mengecek permintaan obat sesuai masing obat di sub unit. Stok optimum adalah
dengan LPLPO (laporan pemakaian dan stok ideal yang harus tersedia di sub unit
lembar permintaan obat) dan kemudian dalam setiap periode distribusi. Perhitungan
didistribusikan langsung ke sub-sub unit stok optimum adalah jumlah pemakaian dalam
pelayanan dan apotik kemudian disalurkan ke satu periode distribusi ditambah dengan stok
pasien dalam pelayanan setiap harinya.12 waktu kekosongan obat ditambah stok waktu
tunggu ditambah stok pengaman, sedangkan
Puskesmas Kabupaten Bandung kegiatan
perhitungan jumlah obat yang di distribusikan
pendistribusian pengelolaan kebutuhan obat
adalah stok optimum dikurangi sisa stok. 8
dengan memberi instruksi kepada petugas
pengelola obat di puskesmas untuk melakukan Pengendalian dan pelaporan Obat di
rekapitulasi pemakaian obat tahun sebelumnya Puskesmas Kabupaten Bandung
dalam bentuk laporan yaitu LPLPO.
Berdasarkan pernyataan Informan hasil
Puskesmas kemudian merekap dengan melihat
wawancara dapat diketagorikan bahwa
pola penyakit yang ada untuk menentukan
pengendalian dan pelaporan Obat di
pemilihan jenis obat. LPLPO diajukan ke
Puskesmas Kabupaten Bandung , hasil temuan
dinas kesehatan melalui bagian farmasi,
dari informan yaitu pengendalian obat dalam
selanjutnya bagian farmasi akan membuat
sistem pencatatan di puskesmas masih manual.
Rencana Kebutuhan Obat (RKO) Publik
Di Puskesmas Kabupaten Bandung belum
Kabupaten/Kota. RKO tersebut dibahas
mempunyai sistem informasi dalam pengelola
bersama dengan Kepala Dinas Kesehatan dan
obat, namun untuk sistem BPJS dilakukan
bagian pengadaan obat di dinas kesehatan
secara online yang disediakan oleh pihak
yaitu Unit Layanan Pengadaan (ULP).
pemerintah khusus pembayaran sistem peserta
Ungkapan tersebut seperti informasi yang BPJS. Pengendalian pengelolaan obat di
diperolah I-1, 2,3 yaitu sebagai berikut : puskesmas menjadi sistem monitoring yang
dilakukan pengelola obat dan sudah dilakkan
“kalo pendistribusianya sesuai dengan
evaluasi laporan sisa obat habis pakai sama
kebutuhan dari masing-masing, kaya pustu
dengan stock Oppname dalam bentuk LPLPO.
berapa dia yang ngajuin” (I-1)
Jika ada kekosongan obat dapat dikendalikan
“Aturan yang mana? Iya ada, kan distribusi dan tanpa perlu menunggu dari pihak dinkes
mh Cuma maksudnya pembeliannya dari setempat dan atas persetujuan dinkes
mana2 surat ijin gitu” (I-2) selanjutnya diinformasikan terhadap pihak
“Kalau itu gimana kebutuhan ruangannya pengelola obat.
masing-masing hmm sesuai LPL LPO Pengendalian merupakan kegiatan untuk
misalkan kebutuhan LIDOCAINE nanti tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
laporannya di laporkan lagi misalkan mnta 20 dengan program yang sudah ditetapkan agar
kepakai 15 sisanya 5 nah ada disisa stok....” tidak terjadi kelebihan dan
(I-3) kekurangan/kekosongan obat di puskesmas. 27
Pendistribusian obat adalah kegiatan pengendalian persediaan yang teliti ungkapan
pengeluaran dan penyerahan obat secara informan di Puskesmas Kabupaten Bandung
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan pernyataannya jika terjadi kekosongan obat
pengelola bisa di copy resepnya untuk dibeli
sub unit pelayanan kesehatan di puskesmas
antara lain puskesmas pembantu, polindes dan keluar puskesmas dan pihak pengelola obat
posyandu.8 Indikator yang digunakan untuk tanpa harus menunggu waktu pengiriman dari
mengevaluasi distribusi obat di puskesmas pihak dinkes setempat. Tersebut sesuai dengan
adalah ketepatan distribusi obat, karena kutipan I-3 yaitu sebagai berikut :
kesesuaian jumlah jumlah obat yang di “Kalau Terjadi kekosongan obat untuk pasien
distribusikan oleh unit pelayanan kesehatan khususnya, ya di copy resep aja , tapi da itu
sangat penting artinya bagi terlaksananya mh item obat tertentu memang gak ada di
pelayanan kesehatan yang bermutu PKM , contohnya antibiotic misalkan ada
antibiotic yg gak punya baru paling 20 biji
pasiennya mau gak nanti di konfirmasi.

STIKes Dharma Husada Bandung 14


Mislkan antibiotic yg khusus jarang- “Lambat sih tapi kadang2 cepet klau
jarang.”(I-3) pasiennya lagi sedikit tergantung pasiennya
sih” (I-6)
Selanjutnya informasi I-3 tentang apakah
pengelolaan obat sudah dapat dikendalikan, Ungkapan diatas bahwa sistem penerimaan
agar tidak ada kelebihan, kekosongan obat di pengendalian obat di puskesmas belum efektif.
puskesmas? Puskesmas Kabupaten Bandung belum
mempunyai sistem pencatatan dalam
“Untuk selama ini kalau kekosongan hmm
pengendalian prosedur penerimaan pasien,
gimana ya udah berusaha di kendalikan aja
namun disisi lain Puskesmas Kabupaten
sesuai permintaan kunjungan pasien tapi
Bandung sudah memberikan pelayanan yang
kalau kekosongan itu euh paling menunggu
optimal, seperti kejelasan petugas kesehatan
karena waktuny aja jadwal permintaan ke
dalam menginformasikan penyakit, kecepatan
dinas. Tapi misalkan kalau paracetamol
petugas dalam merespon tindakan yang
amoxillin itu selalu ada. Kalua gak ada
dilakukan serta akurat dalam pelayanannya
obatnya di copy resep nanti pasiennya yng beli
sehingga pengendalian terhadap pasien dapat
tapi itu juga konfirmasi ke pasien dulu. Kalua
dipertanggungjawabkan.
gak mau besoknya nunggu dulu dari dinas”
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengendalian obat dan bahan medis
merupakan proses kegiatan penentuan jenis Kesimpulan
dan jumlah obat dan bahan medis yang
Berdasarkan hasil temuan dapat disimpulkan
disediakan yang bertujuan untuk mendapatkan
sebagai berikut :
jenis dan jumlah obat dan bahan medis yang
sesuai dengan kebutuhan, menghindari 1. Evaluasi Perencanaan Obat di Puskesmas
terjadinya stok kosong dan mengupayakan Kabupaten Bandung perencanaan obat
peningkatan rasionalitas penggunaan obat dan sudah sesuai dengan kebutuhan di
bahan medis. Pemilihan (perencanaan) yang puskesmas yang dilakukan setiap satu
kurang baik dapat menyebabkan jumlah bulan sekali.
persediaan yang menumpuk atau tidak dapat 2. Evaluasi Permintaan Obat di Puskesmas
melayani pasien karena stok kosong. Bila Kabupaten Bandung belum sesuai karena
persediaan menumpuk maka biaya permintaan obat di puskesmas masih
penyimpanan juga meningkat.14 terbatas seperti obat habis pakai (obat gigi).
Pengendalian persediaan adalah upaya untuk 3. Evaluasi Penerimaan Obat di Puskesmas
mempertahankan persediaan pada waktu Kabupaten Bandung keterbatasan
tertentu dengan mengendalikan arus barang penerimaan obat di puskesmas sudah sesuai
yang masuk melalui peraturan sistem dengan kebutuhan dan jika terdapat
pesanan/penerimaan (schedule inventory dan kekosongan obat, pengelola menggunakan
perpetual inventory), penyimpanan dan
uang BLUD untuk pembelian obat.
pengeluaran untuk memastikan persediaan
efektif dan efisiensi atau tidak terjadi 4. Evaluasi Penyimpanan Obat di Puskesmas
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, Kabupaten Bandung penyimpanan obat di
kerusakan, kedaluarsa dan kehilangan serta puskesmas sudah baik dan
pengembalian pesanan sediaan farmasi.28 penyimpanannya sudah sesuai dengan
ALFABETIS.
Pengendalian dalam sistem penerimaan pasien
yang berobat di Puskesmas Kabupaten 5. Evaluasi Pendistribusian dan pelaporan
Bandung Bandung bahwa persediaan obat Obat di Puskesmas Kabupaten Bandung
secara informasi dari ungkapan informan pendistribusian obat belum sesuai karena
bahwa puskesmas sudah dapat melayani masih belum meminimalisir kehilangan
pasien secara cepat, tepat dan akurat. Seperti atau kerusakan obat.
informasi yang dinyatakan oleh I-5 dan 6 yaitu 6. Evaluasi Pegendalian dan pelaporan Obat
sebagai berikut : di Puskesmas Kabupaten Bandung
“Gak itu mh secara di nomer antri, yah pengendalian obat belum sesuai karema
lumayan yah kalau kosong pasti cepat kalau dalam sistem pencatatan di puskesmas
penuh ya harus sabar, gimn pasiennya” (I-5) masih dilakukan manual.

STIKes Dharma Husada Bandung 15


Saran Esensial Nasional. KementeRIan
1. Bagi Puskesmas Kesehatan RI, Jakarta.
9. George R Terry, 2010. PRInsip- PRInsip
Puskesmas perlu mengevaluasi terhadap
pengelolaan obat yang tepat dan sesuai Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
kebutuhan untuk mencegah terjadinya 10. Kemenkes RI, 2010. Keputusan MenteRI
kekurangan atau kelebihan persediaan obat Kesehatan Nomor
di puskesmas. Hk.03.01/Menkes/159/2010 Tentang
2. Bagi Tenaga Kesehatan Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan
Penggunaan Obat GeneRIk Di Fasilitas
Tenaga kesehatan dapat mengelola obat
yang dirancang sesuai stock obat yang Kesehatan PemeRIntah. KementeRIan
tersedia dan dapat dikelola secara efisien Kesehatan RI, Jakarta.
untuk memenuhi kebutuhan pasien. 11. Anjarwati, 2010. Kepuasan Pasien Rawat
3. Bagi Penelitian Selanjutnya Inap Terhadap Pelayanan Perawat Di
Rsud Tugurejo Semarang, Universitas
Dapat dijadikan data referensi awal
Diponegoro, Semarang.
penelitian, sehingga nantinya dijadikan
rujukan penelitian lebih lanjut tentang 12. Permenkes RI, 2013. Peraturan MenteRI
evaluasi Pencatatan dan pelaporan Obat di Kesehatan No. 007 Tahun 2012 Tentang
Puskesmas Kabupaten Bandung . Registrasi Obat Tradisional.
DAFTAR PUSTAKA 13. Kemenkes RI, 2015. Tentang Peredaran ,
Penyimpanan, Pemusnahan Dan
1. Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun Pelaporan Narkotika,Psikotropika Dan
2009 pasal 170 ayat 1 Prekursor Farmasi.
2. Kemenkes RI, 2010. Profil Kesehatan
14. Permenkes RI, 2012. Peraturan Kepala
Indonesia Tahun 2009, Jakarta : Badan Pengawas Obat Dan Makanan
KementeRIan Kesehatan RI.
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
3. Notoatmodjo, 2012. Metodologi 2017 Tentang Tata Cara Sertifikasi Cara
Penelitian Kesehatan. Jakarta: RIneka DistRIbusi Obat Yang Baik.
Cipta.
15. Permenkes, 2014. Peraturan MenteRI
4. Seto, 2014. Dasar – Dasar Farmasi Untuk Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Apotek. Edisi Kedua. Universitas Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Airlangga. Surabaya. Peraturan MenteRI Kesehatan Nomor
5. WHO, 2011. Pedoman Pengelolaan Obat 1148/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang
Publik Dan Perbekalan Kesehatan. Pedagang Besar Farmasi/Pengelolaan
Http://Jdih.Pom.Go.Id/ Obat.
6. Khurana, Et Al., (2011) Dan Mahatme, Et 16. AfRIadi, 2012. Evaluasi Manajemen Obat
Al., (2012). Inventory Control Di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan
Techniques In Medical Stores Of A Kabupaten Lampung Tengah Tesis, M.Sc.
Tertiary Care Neuropsychiatry Hospital Fakultas Farmasi Universitas. Jurnal
In Delhi. Scires. 5(1). 8-13 Manajemen Kesehatan Indonesia. Gadjah
7. Bates & RIchards, 2013. Healthcare Cost Mada, Yogyakarta. From
Containment: Reducing Pharmacy Costs Https://Media.Neliti.Com/
Through Improved Utilization. From
Http://Etd.Repository.Ugm.Ac.Id 17. Palupiningtyas, 2014. Analisis Sistem
8. Kemenkes RI, 2013. Keputusan MenteRI Penyimpanan Obat Di Gudang Farmasi
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Rumah Sakit. Edisi Revisi. Mulya.
312/ Menkes/ Sk/ Ix/ 2013 Tentang Obat Tangerang

STIKes Dharma Husada Bandung 16


18. Permenkes 2016. Peraturan MenteRI Program Pendidikan Pasca sarjana,
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Mada, Yogyakarta.
Kefarmasian Di Puskesmas Dan Rumah 26. Kemenkes, 2011. Republik Indonesia
Sakit. Keputusan MenteRI Kesehatan Republik
19. Aditama, 2013. Manajemen Administrasi Indonesia Nomor 059/Menkesiskii/2011
Rumah Sakit, Edisi 2. Jakarta: Ui-Press Tentang Pedoman Pengelolaan Obat Dan
20. Warman, 2014. Manajemen Pergudangan, Perbekalan Kesehatan Pada
Terjemahan Begdjomujo. Jakarta: Pustaka Penanggulangan Bencana
Sinar Harapan 27. Wirawan, 2015. Evaluasi Penyimpanan
21. Depkes RI, 2010. Tanggung Jawab Sediaan Farmasi Di Gudang Far Masi
Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas,
(Patient Safety), Depkes RI, Jakarta. SkRIpsi Program Studi Farmasi,
22. Palupiningtyas, 2013.Sistem Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Penyimpanan Obat Di Gudang Farmasi Yogyakarta
Rumah Sakit. 28. Sugiyono 2014. Metode Penelitian
23. OktaRIna, 2012. Pemetaan Sistem Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Informasi Manajemen Logistik Dalam Kualitatif Dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Pengelolaan Obat Di Indonesia. 29. Miles dan Huberman, 2012. Analisis Data
Https://Repository.Widyatama.Ac.Id Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-
24. Quick et al, 2011.Managing Drug Supply, metode Baru. Jakarta: UIP.
The Selection, Procurement, DistRIbution 30. Creswell, 2013 dalam Sugiyono 2014.
and Use of Pharmaceutical,2nd, edition, Research design: pendekatan kualitatif,
Management Science fot Health, kuantitatif, dan mixed. Yogjakarta: PT
KumaRIn Press, USA, pp : 250 -305. Pustaka Pelajar.

25. Pudjaningsih, 2011.Pengembangan


Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di
Farmasi Puskesmas dan Rumah Sakit,
Tesis, Magister Manajemen Rumah Sakit,

STIKes Dharma Husada Bandung 17


DAFTAR PUSTAKA

1
(Terry dan Seto, 2014)
2
(WHO, 2011)
3
Khurana, et al., (2011) dan Mahatme, et al., (2012)
4
Bates & Richards, 2013
5
(Kemenkes RI, 2013).
6
Dinkes Kabupaten Bandung
7
(Anjarwati, 2010)
8
(Permenkes RI no. 30 Tahun 2014).

STIKes Dharma Husada Bandung 18

Anda mungkin juga menyukai