Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(2) Desember 2019 (166-174)

Amaliyah Wahyuni
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032
doi: 10.36387/jifi.v2i2.412

EVALUASI PENYIMPANAN SEDIAAN FARMASI DI


GUDANG PUSKESMAS SE KOTA BANJARMASIN
Amaliyah Wahyuni*, Saftya Arizki, Isnani Yuliana
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
amelya@akfar-isfibjm.ac.id

ABSTRAK
Penyimpanan sediaan farmasi merupakan suatu kegiatan pengaturan
terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutu nya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang di tetapkan. Mengingat pentinganya penyimpanan sediaan
farmasi maka peneliti tertarik ingin mengetahui persentase kesesuaian
penyimpanan sediaan farmasi serta faktor-faktor ketidaksesuaiaan. Populasi dan
sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu peyimpanan sediaan farmasi di
gudang puskesmas se Kota Banjarmasin. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah non probability sampling yaitu sampling jenuh. Hasil
penelitian di gudang obat puskesmas diperoleh dari kesesuaiaan penyimpanan
sediaan farmasi se Kota Banjarmasin dengan menggunakan dua parameter yaitu
Peraturan Menteri kesesehatan No.74 tahun 2016 dan Peraturan badan Pengawas
Obat dan Makanan No.4 tahun 2018 dengan jumlah indikator sebanyak 33
indiktor. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata kesesuaian penyimpanan
sebesar 87,86%. Faktor penyebab ketidaksesuaian tersebut adalah penyusunan
sediaan farmasi, tempat/ letak sediaan farmasi, ruang penyimpanan sediaan
farmasi dan faktor manusia itu sendiri dalam melakukan penyimpanan.
Kata Kunci: Evaluasi, Penyimpanan obat, Puskesmas

ABSTRACT
Storage of pharmaceutical preparations is an activity of regulating
pharmaceutical preparations received so that they are safe (not lost), protected
from physical or chemical damage and the quality is guaranteed, in accordance
with the requirements set. Given the importance of storage of pharmaceutical
preparations, the researcher is interested in wanting to find out the percentage of
suitability of storage of pharmaceutical preparations as well as the
incompatibility factors. The population and sample used in this study were the
storage of pharmaceutical preparations in the puskesmas warehouse in
Banjarmasin City. The technique used in sampling is non probability sampling
that is saturated sampling. The results of research at the puskesmas drug
warehouse were obtained from the suitability of pharmaceutical preparation
storage in Banjarmasin City using two parameters namely the Minister of Health
Regulation No.74 in 2016 and Regulation of the Food and Drug Supervisory
Agency No.4 in 2018 with 33 indicators. The results obtained an average value of
storage suitability of 87.86%. Factors causing the discrepancy are the
preparation of pharmaceutical preparations, the location / location of
Artikel Diterima: 2 November 2019 Disetujui : 16 Desember 2019 166
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(2) Desember 2019 (166-174)
Amaliyah Wahyuni
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032

pharmaceutical preparations, storage space for pharmaceutical preparations and


the human factor itself in carrying out storage.
Keywords: Evaluation, Storage drug, Puskesmas

PENDAHULUAN yang telah ditetapkan. Kegiatan


Pusat Kesehatan Masyarakat penyimpanan disini mencakup tiga
(Puskesmas) adalah fasilitas faktor yaitu pengaturan ruangan,
pelayanan kesehatan yang penyusunan obat, serta pengamatan
menyelenggarakan upaya kesehatan mutu fisik obat (4).
masyarakat dan upaya kesehatan Kesalahan dalam penyimpanan
perseorangan tingkat pertama, dengan obat dapat menjadikan turunnya
lebih mengutamakan upaya promotif kadar/ potensi obat sehingga bila
dan preventif pada pasien di wilayah dikonsumsi oleh pasien menjadi tidak
kerja puskesmas masing-masing. (1). efektif dalam terapinya. Keselamatan
Pengelolaan obat adalah suatu urutan pasien adalah faktor yang diutamakan
kegiatan yang mencakup dalam upaya pelayanan kesehatan.
perencanaan, pengadaan, penerimaan, Kerusakan obat tidak hanya
penyimpanan, pendistribusian, memberikan dampak negatif pada
pencatatan dan pelaporan obat (2). pasien melainkan pada fasilitas
Penyimpanan sediaan farmasi pelayanan kesehatan itu sendiri. Hal
dan bahan medis habis pakai ini dapat diminimalisir salah satunya
merupakan suatu kegiatan pengaturan melalui perbaikan pengelolaan
terhadap sediaan farmasi yang sediaan farmasi dalam tahap
diterima agar aman (tidak hilang), penyimpanan. (5)
terhindar dari kerusakan fisik maupun
kimia dan mutu nya tetap terjamin, METODE PENELITIAN
sesuai dengan persyaratan yang di Populasi dan sampel pada
tetapkan (3). penelitian ini adalah seluruh gudang
Salah satu faktor yang penyimpanan sediaan farmasi di
mendukung penjaminan mutu obat puskesmas se Kota Banjarmasin yang
adalah bagaimana penyimpanan obat berjumlah sebanyak 26 puskesmas.
yang tepat dan sesuai dengan standard

167
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(2) Desember 2019 (166-174)
Amaliyah Wahyuni
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032

Tahap pelaksanaan merupakan Banjarmasin sedangkan wawancara


tahap dalam pengambilan data dan digunakan jika ada hal-hal yang tidak
pengumpalan data, yang pertama sesuai dalam penyimpanan maka
melaksanakan observasi langsung ke dilakukan wawancara kepada
gudang penyimpanan obat di apoteker yang ada di puskesmas.
puskesmas dengan menggunakan Adapun tahap dalam
parameter Permenkes No.74 tahun pengumpulan data pada penelitian ini
2016 tentang standar pelayanan adalah Menelaah hasil observasi
kefarmasian di puskesmas dan secara langsung dengan jumlah 33
Peraturan Badan POM No.4 tahun indikator dan menggambarkan
2018 tentang Pengawasan tentang pengelolaan penyimpanan
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, sediaan farmasi di gudang puskesmas
Narkotika, Psikotropika dan se Kota Banjarmasin dengan
Prekursor Farmasi di Fasilitas parameter yang digunakan.
Pelayanan Kefarmasian. Hasil pengolahan data dari 33
Kemudian selanjutnya indikator dicek kembali jumlah
Mengumpulkan data-data penelitian, kesuaian indikator yang memenuhi
yaitu data-data yang diperoleh dari standar yang selanjutnya dihitung
hasil observasi dan wawancara di menggunakan rumus sebagai berikut :
gudang puskesmas se Kota jumlah indikator yang sesuai
% 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟

Banjarmasin dengan jumlah 33


indikator dari dua parameter yang HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan. Pengumpulan data penelitian
Pada penelitian ini sebagai menggunakan instrumen penelitian
alat atau instrument penelitian yaitu lembar observasi dan
digunakan lembar observasi dan wawancara. Observasi dilakukan
wawancara. Dimana observasi adalah langsung terhadap penyimpanan
pengamatan secara langsung terhadap sediaan farmasi yang ada di gudang
penyimpanan sediaan farmasi di obat puskemas se Kota Banjarmasin.
gudang puskesmas se Kota Ketidaksesuaian hasil observasi dari 2

168
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(2) Desember 2019 (166-174)
Amaliyah Wahyuni
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032

parameter yang digunakan yaitu LASA, penyusunan memperhatikan


Permenkes No.74 tahun 2016 dan sistem FEFO FIFO, adanya catatan
Peraturan Badan POM No.4 tahun khusus suhu dan wadah untuk obat
2018 dengan sebanyak 33 indikator kadaluwarsa, miliki jarak antar obat,
maka dilalukan wawancara terhadap adanya generator agar suhu tetap
Apoteker penanggung jawab stabil serta harus melakukan stok
puskesmas. Hasil observasi dan opname sekurang-kurang 6 bulan
wawancara di Instalasi Farmasi Kota sekali.(6)
Banjarmasin (IFK) tidak jauh berbeda Nilai rata-rata kesesuaian untuk
dengan observasi yang dilakukan di seluruh puskesmas di Kota
puskesmas.(4) Banjarmasin yaitu 87,65%.
Masing-masing parameter Sedangkan nilai persentase
dijadikan indikator sebagai penilaian kesesuaian masing-masing kecamatan
dalam kesesuaian penyimpanan memiliki nilai 86,87% untuk
sediaan farmasi di gudang puskesmas Kecamatan Banjarmasin Timur,
se Kota Banjarmasin, yaitu : bentuk 89,39% untuk Kecamatan
dan jenis sediaan, penyusunan Banjarmasin Selatan, 88,48% untuk
berdasarkan alfabet/ farmakologi, Kecamatan Banjarmasin Tengah,
memperhatikan suhu, tempat 87,88% untuk Kecamatan
penyimpanan sediaan farmasi tidak Banjarmasin Utara dan 83,33% untuk
boleh ada barang lain, terlindung Kecamatan Banjarmasin Barat.
sinar matahari, tidak boleh ada tempat Kecamatan Banjarmasin Selatan yang
lembab, memiiki lemari pendingin memiliki nilai kesesuaian tertinggi
dan lemari narkotika psikotropika, dengan nilai 89,39%.
terhidar dari sediaan farmasi yang Berdasarkan hasil observasi di
mudah terbakar, ada tersedia pallet, 26 puskesmas se Kota Banjarmasin
AC dan termometer yang terkalibrasi, dengan beberapa indikator yang tidak
tidak dikeluarkan dari wadah aslinya, sesuai mengacu pada Peraturan
harus dilengkapi kartu stok atau Menteri Kesehatan RI No.74 tahun
identitas obat, adanya penanda 2016 tentang standart pelayanan

169
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(2) Desember 2019 (166-174)
Amaliyah Wahyuni
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032

kefarmasin di puskesmas dan pengelolaan obat, bahan obat,


Peraturan Badan POM No.4 tahun narkotika
2018 tentang pengawasan
Tabel 1. Hasil data observasi penyimpanan sediaan farmasi digudang
puskesmas se kota Banjarmasin

Hasil total indikator yang Persentase


Kecamatan Puskesmas
sesuai kesesuaian (%)
Karang mekar 28 84,85
Pekapuran Raya 32 96,97
Kecamatan 9 November 32 93,94
Banjarmasin
Timur Terminal 27 81,82
Sungai Bilu 26 78,79
Cempaka Putih 28 84,85
Kelayan timur 27 81,82
Kelayan dalam 31 93,94
Kecamatan Pemurus baru 32 96,97
Banjarmasin
Selatan Pemurus dalam 28 84,85
Pekauman 30 90,91
Beruntung raya 30 90,91
Gedang Hanyar 28 84,85
Kecamatan Sungai Mesa 31 93,94
Banjarmasin S.Parman 28 84,85
Tengah Teluk dalam 29 87,88
Cempaka 30 90,91
Sungai Jingah 31 93,94
Kecamatan Kayu Tangi 28 84,85
Banjarmasin Alalak Selatan 29 87,88
Utara Alalak Tengah 27 81,82
Kuin Raya 31 93,94
Banjarmasin Indah 27 81,82
Kecamatan
Teluk Tiram 26 78,79
Banjarmasin
Barat Basirih Baru 28 84,85
Pelambuan 29 87,88
Rata-rata 87,65

psikotropika dan prekursor Hasil observasi dengan 2


farmasi di fasilitas pelayanan indikator penyimpanan sediaan
kefarmasian yaitu: farmasi berdasarkan bentuk dan jenis
1. Penyimpanan obat sediaan secara keseluruhan
berdasarkan bentuk dan jenis
puskesmas telah memenuhi standart
yang digunakan.

170
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(2) Desember 2019 (166-174)
Amaliyah Wahyuni
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032

2. Teknik penyimpanan dan Penyimpanan vaksin di


penyusunan sediaan farmasi
puskesmas memiliki lemari pendingin
Teknik penyimpanan sediaan
khusus yaitu Cold chain. Lemari
farmasi diambil dari 4 indikator
pendingin tersebut dibeberapa
penyimpanan di gudang puskesmas se
puskesmas ada yang disimpan di
Kota Banjarmasin sudah dilakukan
gudang obat yaitu Puskesmas
secara alfabet untuk mempermudah
Pekauman, S.Parman, Sungai Jingah
dalam pencarian sediaan farmasi.
dan 9 November, ada juga yang
Gudang obat puskesmas se Kota
disimpan diruang penanggung jawab
Banjarmasin menerapkan prinsip
atau kordinator imunisasi, hal tersebut
penyimpanan FEFO dan FIFO. Hal
dikarenakan gudang penyimpanan
ini untuk mencegah terjadinya
sediaan farmasi belum memadai
sediaan farmasi expired di gudang
untuk meletakkan alat Cold chain.
obat puskesmas. Selain itu di gudang
4. Penyimpanan obat narkotik
puskesmas juga menerapkan dan psikotropik
penyimpanan dengan memperhatikan Berdasarkan standart dari
penandaan LASA ( Look Like Sound permenkes nomor 3 tahun 2015
Like ) yaitu sediaan farmasi memiliki tentang peredaran, penyimpanan,
penamaan dan penampilan yang pemusnahan, dan pelaporan
mirip. narkotika, psikotropika, dan prekursor
farmasi dimana persyaratan tersebut
3. Tempat penyimpanan sediaan harus dipatuhi oleh tiap puskesmas
farmasi dan obat khusus yang
persyaratan tersebut adalah sebagai
tidak boleh tercampur dengan
barang lain ( makanan maupun berikut :
minuman )
a. Lemari terbuat dari bahan yang
Tempat penyimpanan sediaan
kuat dan untuk ukuran lemari
farmasi dilemari pendingin atau di rak
penyimpanan narkotika
obat seharusnya tidak boleh ada
psikotropika adalah 40x80x100
barang lain selain sediaan farmasi
cm dan lemari tersebut ditempel
yang dapat mengganggu stabilitas
pada tembok.
sediaan farmasi tersebut.
b. Tidak mudah dipindahkan dan

171
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(2) Desember 2019 (166-174)
Amaliyah Wahyuni
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032

mempunyai 2 buah kunci yang lancar, tidak lembab yang dapat


berbeda yang dikuasai kepada merusak sediaan farmasi.
apoteker penanggung jawab dan Penyimpanan narkotika,
petugas farmasi yang dikuasakan psikotropika dan lemari pendingin
c. Terletak disudut ruangan gudang yang memiliki ruangan tersendiri, ada
serta ditempatkan ditempat yang petugas yang ditunjuk sebagai
aman dan tidak terlihat oleh penanggung jawab. Lemari
umum penyimpanan narkotika dan
d. Sarana dan Prasarana psikotropika di Instalasi Farmasi Kota
penyimpanan sediaan farmasi Banjarmasin tidak sesuai standar
digudang puskesmas se kota karena hanya memiliki satu pintu,
Banjarmasin IFK tidak memiliki catatan khusus
Sarana dan prasarana untuk pemantauan suhu tetapi
penyimpanan merupakan salah satu memiliki termometer terkalibrasi
input yang mendukung penyimpanan dengan suhu yang sudah sesuai
sediaan farmasi digudang puskesmas dengan suhu ruangan.
(Palupuningtyas, 2010). Gudang
penyimpanan sediaan farmasi di KESIMPULAN
puskesmas sudah memiliki AC yang Berdasarkan dari hasil penelitian yang
berfungsi untuk mengatur suhu dilakukan didapatkan kesimpulan
ruangan sesuai dengan stabilitas sebagai berikut:
sediaan farmasi. AC harus di 1. Hasil persentase kesesuaian
hidupkan selama 24 jam agar suhu penyimpanan sediaan farmasi di
ruangan tetap stabil. Suhu tersebut gudang puskesmas se Kota
harus dipantau dan dicatat setiap hari. Banjarmasin yang memiliki
Ketersediaan pallet di setiap persentase dengan nilai sebagai
gudang farmasi puskesmas sangat berikut : 96,97% untuk Puskesmas
dibutuhkan supaya sediaan farmasi Pekapuran Raya, Puskesmas 9
tidak bersentuhan lansung dengan November dan Puskesmas
lantai sehingga sirkulasi udara tetap Pemurus Baru, 93,94% untuk

172
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(2) Desember 2019 (166-174)
Amaliyah Wahyuni
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032

Puskesmas Sungai Mesa, Sungai untuk pemantauan suhu


Jinggah, Kuin Raya dan Kelayan dikarenakan petugas
Dalam, 90,91% untuk Puskesmas kefarmasian sudah
Cempaka dan Beruntung Raya, menganggap bahwa suhu pada
87,88% untuk Puskesmas termometer sudah cukup
Pelambuan dan Pekauman, 84,85% sehingga tidak melakukan
untuk Puskesmas Basirih Baru, pencatatan khusus untuk suhu.
S.Parman, Pemurus Dalam dan c. Ada beberapa puskesmas tidak
Karang Mekar, 81,82% untuk melakukan penandaan obat
Puskesmas Terminal, Kelayan lasa di gudang karena
Timur, Alalak Tengah, Gedang penandaan LASA diletakkan
Hanyar, Kayu Tangi dan pada bagian rak sehingga saat
Banjarmasin Indah, 78,79% untuk barang datang maka obat yang
Puskesmas Sungai Bilu dan diberi penanda akan tergeser.
Puskesmas Teluk Tiram. Oleh sebab itu penandaan
2. Faktor-faktor yang menyebabkan LASA hanya dilakukan
ketidaksesuaian dalam dibagian pelayanan saja.
penyimpanan sediaan farmasi d. Adanya barang lain ditempat
dengan lembar observasi yang penyimpanan sediaan farmasi
digunakan adalah : dikarenakan titipan barang
a. Jarak, jenis sediaan dan pallet dari ruangan lain.
tidak sesuai karena ukuran e. Penyimpanan obat narkotika
gudang yang belum memadai. dan psikotropika lemari nya
Sehingga untuk ketersediaan masih belum memenuhi
pallet tidak terpenuhi dan standart karena terkait
berpengaruh terhadap jarak pengadaan.
dan penyusunan obat yang
tidak teratur. UCAPAN TERIMA KASIH
b. Ada beberapa puskesmas yang Ucapan terimakasih yang
tidak memiliki catatan khusus sebesar-besarnya kepada Direktur

173
Jurnal Insan Farmasi Indonesia, 2(2) Desember 2019 (166-174)
Amaliyah Wahyuni
p-ISSN 2621-3184 ; e-ISSN 2621-4032

Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin


Yugo Susanto,S.Si,M.Pd,M.Farm,Apt
yang telah mengijinkan untuk
melaksanakan penelitian. Serta Dinas
Kesehatan Kota Banjarmasin yang
memberikan ijin untuk meneliti 26
Puskesmas se kota Banjarmasin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Menteri Kesehatan RI, P. (2014)
‘peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 75
tahun 2014’, permenkes, 8(33), p.
44.
2. Azis, S., Herman, M. J. and Mun,
A. (2005) ‘Kemampuan Petugas
Menggunakan Dan Pembiayaan
Obat’, II(2), pp. 62–73.
3. Menteri kesehatan (2016)
peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 74
tahun 2016.
4. Husnawati, Lukman, A. and
Ardyansyah, I. (2016)
‘Implementasi Sistem
Penyimpanan Obat di Puskesmas
Rawat Inap Sidomulyo
Kotamdya Pekanbaru’, Scientia,
6(1), pp. 7–12.
5. Winadi, J. A. and Umy, F. F.
(2017) ‘[Naskah Publikasi Karya
Tulis Ilmiah] 31 Juli 2017’, pp.
1–11.
6. MMA Saputera, A Husna, A
Sarbini (2019) ‘Evaluasi Sistem
Penyimpanan Obat di UPT
Instalasi Farmasi Kabupaten
Banjar’ Jurnal Insan Farmasi
Indonesia 2 (1), pp 54 - 63

174

Anda mungkin juga menyukai