Anda di halaman 1dari 13

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK-HAK


PASIEN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TENTANG KESEHATAN DI INDONESIA

Valeri M.P. Siringoringo*, Dewi Hendrawati, R.Suharto


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : aayii.valeri@gmail.com

Abstrak

Hubungan antara dokter pasien,bila kita melihat hubungan ini dari perspektif kedokteran maka
hubungan dokter pasien adalah hubungan medik, namun selain hubungan medik dalam hubungan
dokter pasien juga dikenal hubungan hukum. Hubungan -hubungan ini tidak jarang berbenturan,
untuk mencapai hubungan yang harmonis maka perlu menyadari hak dan kewajiban masing-
masing namun dalam hubungan ini seringkali pasien berada di posisi yang lemah karena
ketidaktahuannnya terhadap haknya.Maka dari itu penting untuk mengkaji apa saja hak pasien dan
bentuk perlindungan hukumnya Metode pendekatan yang digunakan dalam penyusunan penulisan
hukum ini adalah pendekatan yuridis normatif. Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis.
Jenis data yang dipakai dalam penulisan hukum ini adalah data sekunder.Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan. Metode analisis data adalah analisis data
kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, beberapa hak pasien yang paling
dikemukakan dalam doktrin dan pendapat ahli hukum kesehatan antara lain adalah hak atas
informasi medik, hak atas persetujuan tindakan kedokteran hak atas pendapat kedua, hak untuk
melihat rekam medik. Mengenai Pengaturan perlindungan hukum hak – hak pasien dalam
Peraturan Perundang-undangan tentang kesehatan di Indonesia sudah mulai diperhatikan dan
dilindungi namun belum diatur secara terperinci sehingga kurang melindungi hak pasien. Kata
Kunci: Hak Pasien, Perlindungan Hukum , Pengaturan , Kesehatan

Abstract

The physician – patient relationship, if we see this relationship from the perspective of the medical
then the physician – patient relationship is medical relationship,but besides medical relationship,
also known as legal relationship. These relationships are not infrequently collide, to achieve
harmonious relationships thus need to be aware of the rights and obligations of each, but in this
relationship often patients are in a weak position because of their ignorance against the
right. Therefore it is important to examine what are the rights of the patient and legal form of
protection method of the approach used on this research is
juridical normative approach. Specification of the research is descriptive analytic. Types of
data used in this research is secondary data. The data collection method used is by the study
of librarianship. Methods of data analysis is the analysis of qualitative data. Based on the
results of research and discussion, some of the patient's rights are the most advanced in
the doctrine and expert opinion health law are rights
over medical information, medical action approval rights . rights to a second opinion, the right to
see medical record. About Setting the protection of legal rights – the rights of patients in the
Legislation about health in Indonesia have started to be noticed and protected but not yet
regulated in detail so that less protecting the rights of patients.

Keyword: Patient Rights, Legal Protection, Regulation, Health

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN deklarasi hak-hak manusia


Pasien adalah setiap orang yang (declaration of humans rights) dari
melakukan konsultasi masalah PBB, tahun 1948 setiap orang berhak
kesehatannya untuk memperoleh mendapat pelayanan dan perawatan
pelayanan kesehatan yang diperlukan kesehatan bagi dirinya dan
baik secara langsung maupun tidak keluarganya , juga jaminan ketika
langsung kepada dokter atau dokter menganggur, sakit, cacat, menjadi
gigi (Pasal 1 Undang-undang No. 29 janda, usia lanjut atau kekurangan
Tahun 2004 Tentang Praktik nafkah yang disebabkan oleh hal-hal
Kedokteran), berdasarkan definisi ini di luar kekuasaannya. Pasien
maka pasien memiliki hubungan seharusnya dihargai hak dasar dan
yang berkaitan erat dengan dokter. hak asasi pasien, namun terkadang
Hubungan antara dokter pasien , bila karena beberapa hal hak pasien ini
kita melihat hubungan ini dari diabaikan, sehingga perlindungan
perspektif kedokteran maka hukum terhadap pasien semakin
hubungan dokter pasien adalah memudar.
hubungan medik, namun selain Menurut Satijipto Raharjo,
hubungan medik dalam hubungan Perlindungan hukum adalah
dokter pasien juga dikenal hubungan memberikan pengayoman terhadap
hukum bila dilihat dari sudut hak asasi manusia (HAM) yang
pandang hukum. dirugikan orang lain dan
Hubungan -hubungan ini tidak jarang perlindungan itu diberikan kepada
berbenturan, karena bila kita melihat masyarakat agar dapat menikmati
dari hubungan hukum maka hak dan semua hak-hak yang diberikan oleh
kewajiban yang akan mendominasi hukum1. Berkaitan dengan hak
sedangkan bila dilihat dari hubungan pasien, berarti hukum memberikan
medik maka peran dokter yang lebih perlindungan terhadap hak-hak
dominan. Bila terjadi benturan antara pasien dari sesuatu yang
dua macam hubungan ini maka akan mengakibatkan tidak terpenuhinya
terjadi masalah, maka dari itu hak-hak tersebut.
penting untuk adanya pengaturan Maka dari itu penting untuk
yang baik dalam hubungan dokter- mengkaji apa saja hak pasien dan
pasien , baik dari segi hukum bentuk perlindungan hukumnya hal
maupun segi medik. Dalam ini dimaksudkan sebagai upaya
hubungan ini baik dokter maupun menanggulangi masalah dan
pasien memiliki hak dan kewajiban mencegah terjadinya Malpraktek
masing-masing untuk mencapai medik di bidang kesehatan.
hubungan yang harmonis maka perlu Menurut Ari Yunanto,Cs,
menyadari hak dan kewajiban menyebutkan istilah malpraktik
masing-masing, sehingga dapat medik dengan malapraktik yang
menghormati hak orang lain .Namun diartikan dengan : “praktik
dalam hubungan ini seringkali pasien kedokteran yang salah, tidak
berada di posisi yang lemah karena tepat,menyalahi undang-undang atau
ketidaktahuannnya terhadap haknya,
sehingga mengakibatkan kerugian
yang besar pada pasien. Berdasarkan 1 Satijipto Rahardjo, Ilmu Hukum
(Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000) hlm
54

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kode etik.” Istilah ini umumnya sama sekali.Kasus ini jika dipakai
digunakan terhadap sikap tindak dari tolak ukur Hunter v Hanley maka
para dokter, pengacara, dan akuntan. pada pihak dokter itu dapat dianggap
Kegagalan untuk memberikan terdapat kelalaian, dalam arti Karena
pelayanan profesional dan tidak memberikan informasi kepada
melakukannya pada ukuran tingkat pasien bahwa ada resiko
keterampilan dan kepandaian yang ketidaksuburan jika memakai terapi
wajar oleh teman sejawat rata-rata Chlorombucil.
dari profesinya didalam masyarakat, Berdasarkan contoh kasus diatas
hingga mengakibatkan luka, dapat kita pelajari bahwa salah satu
kehilangan, atau kerugian pada hak pasien yang dilanggar dan
penerima layanan yang mempercayai diabaikan adalah hak atas informasi
mereka, termasuk didalamnya adalah medik, yaitu pasien berhak
sikap tindak profesi yang salah, mengetahui segala sesuatu yang
kurang keterampilan yang tidak berkaitan dengan keadaan penyakit,
wajar, menyalahi kewjiban profesi yakni tentang diagnosis, tindak
atau hukum, praktik yang sangat medik yang dilakukan, risiko dari
buruk, ilegal,atau sikap tindak dilakukan atau tidak dilakukannya
amoral.2 tindak medik tersebut.maka dari itu
Salah satu contoh kasus malpraktek pengetahuan akan perlindungan
adalah kasus Goorkani v. Tayside hukum hak pasien diharapkan akan
Health Board, Lochbroom 3: meningkatkan kualitas sikap tindak
Goorkani menederita sakit mata yang yang hati - hati dari tenaga kesehatan
dinamakan Bechet, walaupun diobati Penulisan ini dimaksudkan untuk
ia tetap kehilangan penglihatan satu mengetahui dan mengkaji bagaimana
mata. Mata satunya juga sudah perlindungan hukum hak pasien
terkena infeksi. Melihat keadaan sehubungan dengan hak asasi pasien
sedemikan serius maka oleh dokter dalam pelayanan kesehatan pada
diputuskan untuk memberikan terapi umumnya dan hak pasien dalam
immune-suppresif dengan hubungan dokter pasien pada
Cholorambucil. Penglihatan mata khususnya.
yang tinggal satu ini berhasil A. Rumusan Masalah :
diselamatkan, tetapi setelah terapinya Berdasarkan latar belakan yang telah
selesai, Goorkani ternyata menjadi diuraikan sebelumnya maka dapat
tidak subur lagi (infertility). Adanya dirumuskan masalah yaitu :
hubungan kasual antara obat dan 1.Apa saja yang menjadi hak asasi
ketidaksuburan tidak dapat pasien dan bentuk perlindungannya
disangkal, namun di satu sisi bila dalam pelayanan medis
tidak dengan terapi Chorambucil 2. Bagaimana pengaturan dan
adalah hampir pasti bahwa mata kebijakan hukum mengenai hak
kirinya juga pasti akan buta dan ia pasien dalam tatanan hukum positif
akan kehilangan penglihatannya di indonesia
B. Tujuan Penelitian
2 Ari Yunanto,Cs. “Hukum Pidana Penulisan ini bertujuan untuk
Malpraktik Medik” (Yogyakarta: Andi ,2009) mendapatkan informasi mengenai :
hlm. 27
3 J. Guwandi, Malpraktek Medik,
(Jakarta: Balai penerbit FK UI, 1993) hlm
87

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

1. Hak asasi pasien dalam pelayanan III. HASIL DAN


medis dan bentuk perlindungannya PEMBAHASAN

2. Pengaturan dan Kebijakan Hukum A. Hak- Hak Pasien dan Bentuk


mengenai hak pasien dalam tatanan Perlindungan Hukumnya dalam
hukum positif Indonesia Pelayanan Medis
1. Hak atas informasi medik Dalam
II. METODE hal ini pasien berhak mengetahui
Metode pendekatan yang digunakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
dalam penyusunan penulisan hukum keadaan penyakit, yakni tentang
ini adalah pendekatan yuridis diagnosis, tindak medik yang akan
normatif, yaitu dengan mengkaji atau dilakukan, risiko
menganalisis data dari dilakukan atau tidak
sekunder.Spesifikasi penelitian ini dilakukannya tindak medik tersebut.
adalah deskriptif analitis yang Informasi medik yang berhak
bertujuan menggambarkan secara diketahui pasien, termasuk pula
sitematik, akurat fakta dan identitas dokter yang merawat serta
karakteristik mengenai populasi atau aturan- aturan yang berlaku di rumah
mengenai bidang tertentu, selain itu sakit tempat ia dirawat (misalnya
penelitian ini juga berusaha tentang tarif dan cara pembayarann
menggambarkan situasi dan pada rumah sakit tersebut) Dokter
4 dapat menahan informasi medik,
kejadian . Jenis data yang dipakai
dalam penulisan hukum ini adalah apabila hal tersebut akan
data sekunder, data sekunder adalah melemahkan daya tahan pasien6
data yang diperoleh dalam bentuk 2.Hak memberikan persetujuan
yang sudah jadi (bahan kepustakaan) tindakan medik
, guna mendapatkan landasan teoritik Persetujuan tindak medik merupakan
berupa pendapat- pendapat atau hal yang sangat prinsip dalam hukum
tulisan -tulisan para pihak atau pihak kedokteran. Dari sudut perdata,
pihak lain yang berwenang dan juga hubungan professional dokter pasien
memperoleh informasi, baik dalam merupakan suatu kontrak terapeutik
bentuk ketetapan formil maupun dan dengan demikian hukum
5
naskah resmi yang ada Metode perikatan berlaku sepenuhnya, hanya
pengumpulan data yang digunakan saja perlu diingat bahwa kontrak
adalah dengan studi kepustakaan. terapeutik itu bukanlah perikatan
Metode analisis data adalah analisis berdasarkan hasil
data kualitatif (resultaatsverbintennis), melainkan
termasuk dalam kategori perikatan
berdasarkan upaya / usaha yang
maksimal (inspanningverbintennis).
Dapat disebut wanprestasi (ingkar
4 Azwar Saifuddin, Metode janji) apabila salah satu pihak tidak
penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, melaksanakan,terlambat melaksanak-
2004) hlm. 23
6Chrisdiono M. , “Pernak – Pernik Hukum
5 J Supranto, Metode Penelitian Kedokteran:Melindungi Pasien dan Dokter”
Hukum dan Statistik (Jakarta: PT Rineka (Jakarta: Widya Medika,1996), hlm 5
Cipta, 2003), hlm. 2

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

an atau salah melaksanakan hal yang 1. Tenaga kesehatan yang menurut


diperjanjikan.7 undang – undang kesehatan
Hak atas informasi medik dan Hak 2. Mahasiswa kedokteran, mahasiswa
memberikan persetujuan tindakan lain yang bertugas dalam lapangan
medik umumnya disebut sebagai pemeriksaan, pengobatan dan/ atau
“informed consent” perawatan serta orang lain yang di
INFORMED CONSENT tetapkan oleh menteri kesehatan, dan
Latar belakang pengetahuan tersebut harus
Informed Consent sebagaima- dirahasiakan oleh orang – orang di
na bentuknya sekarang adalah suatu atas, kecuali apabila sesuatu
doktrin yang telah mengalami suatu peraturan lain yang sederajat atau
proses yang panjang. Terdapat lebih tinggi daripada peraturan
berbagai pendapat tentang asal - usul pemerintah yang menentukan
timbulnyaa Informed Consent ini. Menurut Fred Ameln, rahasia medis
11
Ada yang mengatakan bahwa sumber adalah:
dasar dari lembaga tersebut berasal 1. Segala sesuatu yang disampaikan
dari falsafah moral, sosial budaya oleh pasien (secara sadar atau tidak
dan politik. Kini tertinggal hukum sadar) kepada dokter
dan falsafah moral (etika) sebagai 2. Segala sesuatu yang diketahui
pengaruh yang paling dominan oleh dokter sewaktu mengobati dan
8
(Appelbaum). merawat pasien
Salah seorang sarjana lain, Alan Dalam literature negara continental
Rosenberg telah melihat dari segi dan negara Anglo-Saxon , Rahasia
lain. Ia mengatakan bahwa timbulnya medis adalah milik pasien, dokter
doktrin ini berdasarkan 2 (dua) hal hanya dititipi rahasia tersebut oleh
pokok, yaitu:9 pasiennya untuk tujuan pengobatan.
i. Equity, atau kepatuhan Hanya berkasnya adalah milik rumah
ii. Battery, dalam arti sakit dan yang tidak boleh dibawa
penyentuhan / pencederaan tubuh keluar dari rumah sakit, oleh
seseorang tanpa izinnya siapapun. Juga tidak boleh dibawa
pulang oleh dokternya ataupun oleh
3. Hak atas rahasia medis pasien itu sendiri. Berkas rekam
Rahasia medis adalah salah satu hak medis harus tetap berada dan
dari hak pasien sekaligus merupakan disimpan di rumah sakit.
kewajiban sebagai tenaga kesehatan. 4. Hak untuk menolak pengobatan
Menurut CST. Kansil, rahasia medis atau perawatan serta tindak medik
adalah segala sesuatu yang diketahui Beberapa penulis menyebut hak ini
10 sebagai hak untuk memutusakan
oleh orang- orang seperti :
hubungan dokter – pasien dan hal ini
memeberikan keleluasan kepada
7 Ibid pasien untuk memperoleh alternatif
tindak medik yang lain hak ini
8 J. guwandi, Tindakan Medik
dan Tanggungjawab Produk Medik merupakan perwujudan pasien untuk
(Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 1993) menentukan nasibnya sendiri (The
hlm 61
9 ibid
10 Hendrik ”Etika & Hukum Kesehatan” 11 Ibid
(Jakarta : EGC, 2011) hlm 11

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Right of Self-determination) Dengan negara yang menganut kebebasan


demikian dokter atau rumah sakit individu secara mutlak, hak ini
tidak boleh memaksa pasien untuk dilaksanakan dengan ketat, sehingga
menerima suatu tindak medik seorang suami (misalnya) tidak bisa
tertentu, melainkan dokter harus demikian saja memperoleh rahasia
14
menjelaskan risiko atau medik istrinya.
kemungkinan yang terjadi bila tindak Berdasarkan pembahasan diatas
medik itu dilakukan. Bila setelah maka hak pasien yang paling
menerima penjelasan pasien tetap menonjol dan juga merupakan hak
menolak, maka pasien harus asasi dari pasien adalah hak atas
12
menandatangani penolakannya itu. informasi medik dan hak atas
persetujuan tindakan medik yang
kemudian bentuk perlindungan
5. Hak atas second opinion hukumnya dalam pelayanan medik
Dalam usaha mendapatkan “second adalah Informed Consent, hak atas
opinion” dari dokter lain, maka pendapat kedua yang bentuk
dokter pertama tidak perlu perlindungan hukumnya dalam
tersinggung, demikian pula dengan pelayanan medik adalah pasien diberi
keputusan pasien setelah kebebasan untuk membandingkan
mendapatkan “second opinion”. hasil diagnosa , hak atas rahasia
Tentu saja akibat yang timbul dari medik yang bentuk perlindungan
perbuatan pasien itu merupakan hukumnya dalam pelayanan medik
13 adalah diaturnya siapa saja yang
konsekuensi pasien itu sendiri.
dapat mengakses informasi terhadap
6. Hak untuk mengetahui isi dirinya baik itu informasi pribadi
rekam medik (Inzagerecht) ataupun informasi medik yang ada di
Secara umum telah diketahui bahwa dalam rekam medik , hak akses atas
pasien adalah pemilik isi rekam rekam medis yang bentuk
medik, tetapi dokter atau rumah sakit perlindungan hukumnya dalam
adalah pemilik berkas rekam medik pelayanan medik adalah diatur
serta bertanggung jawab sepenuhnya mengenai hak untuk melihat rekam
atas rekam medik tersebut. Apabila medik baik dalam bentuk fotokopi
pasien menghendaki keluarga atau ataupun softcopy yang bisa diminta
pengacaranya untuk mengetahui isi dan digunakan untuk kepentingan
rekam tersebut, maka pasien harus finansial yaitu sebagai bukti untuk
membuat surat ijin tertulis atas surat klaim asuransi, atau untuk
kuasa untuk itu. Berdasarkan ijin itu, kepentingan perdata bila dirasa
dokter atau rumah sakit dapat dirinya dirugikan atas diagnose yang
memberikan ringkasan atau fotokopi diberikan tenaga kesehatan atau
rekam medik tersebut, meskipun kerugian yang disebabkan oleh
dokter atau rumah sakit harus tetap kelalaian rumah sakit.
menjaga rekam medik tersebut dari
orang yang tidak berhak. Di beberapa B.Pengaturan Perlindungan Huk-
um Terhadap Hak – hak Pasien
12 Chrisdiono M, Op cit, hlm 6
13 Ibid 14 Ibid, hlm 7

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dalam Perundang – undangan tindakan medik setelah menerima


Tentang Kesehatan di Indonesia dan memahami informasi mengenai
Saat Ini tindakan tersebut secara lengkap, ha
1. Hak Pasien Pada umumnya katas rahasia medik sebagaimana
diatur di dalam Pasal 57 yang
a. Undang – Undang Nomor 29 mengatakan bahwa : “ setiap orang
tahun 2004 Tentang praktik berhak atas rahasia kondisi kesehatan
kedokteran pribadinya yang telah dikemukakan
Hak pasien dalam undang – undang kepada penyelenggara pelayanan
ini diatur dalam Pasal 52 yang kesehatan dan hak untuk menuntut
mengatakan bahwa: Pasien, dalam rugi atas kesalahan atau kelalaian
menerima pelayanan pada praktik dalam pelayanan kesehatan yang
kedokteran, mempunyai hak : diterimanya
mendapatkan penjelasan secara Pengaturan mengenai hak pasien
lengkap tentang tindakan medis , dalam undang -undang ini hanya
meminta pendapat dokter atau dokter menjelaskan pokoknya, mengenai
gigi lain, mendapatkan pelayanan pengaturan pelaksananya terdapat di
sesuai dengan kebutuhan medis , dalam Peraturan Menteri Kesehatan.
menolak tindakan medis dan 2. Hak atas informasi medik, hak
mendapatkan isi rekam medis. atas persetujuan tindakan medik,
Mengenai pengaturan lebih lanjut hak atas menolak pengobatan atau
mengenai pengaturan hak pasien perawatan medik
tersebut terdapat di dalam Peraturan
Menteri Kesehatan sebagaimana Peraturan Menteri Kesehatan
akan dijelaskan pada huruf (Permekes) Nomor 290 tahun 2008
selanjutnya. Sejak berlakunya Peraturan Menteri
Di dalam undang – undang ini hak Kesehatan (Permenkes) No. 290
pasien terhadap rahasia medik tidak tahun 2008, maka sebelum
diatur, sebagaimana kita tahu hak melakukan suatu tindakan medik
atas rahasia medik adalah salah satu maka pasien memiliki hak untuk
hak yang timbul dari hak privasi mendapatkan informasi terhadap
yaitu hak asasi manusia. Informasi tindakan medik yang akan dilakukan
yang diperoleh oleh tenaga kesehatan kepadanya, dalam permenkes ini juga
tentang pasien baik itu informasi memberikan perlindungan terhadapa
pribadi, sosial maupun tentang hak pasien untuk menolak
informasi medik terkait kesehatannya pengobatan medik karena sebelum
seharusnya dijamin dengan rahasia dilakukan sebuah tindakan medik
kedokteran. maka dokter wajib mendapat
b.Undang – Undang Nomor 36 persetujuan dari pasien atau orang
tahun 2009 Tentang Kesehatan yang berhak memberikan izin
Hak pasien dalam Undang – Undang terhadap tindakan yang akan
ini diatur pada Pasal 56 sampai dilakukan pada pasien. Hal hal yang
dengan Pasal 58. Hak pasien yang diatur dalam peraturan menteri
dilindungi dalam undang – undang kesehatan adalah sebagai berikut:
ini adalah hak untuk menerima atau a.Kewajiban memberikan
menolak sebagian atau seluruh Informasi

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Informasi yang harus diberikan keadaan darurat akibat risiko dan


kepada pasien atau keluarga terdekat komplikasi tersebut atau keadaan tak
diatur di dalam Pasal 7 ayat 3 yaitu terduga lainnya. Hal ini diatur dalam
sekurang – kurangnya mencakup : Pasal 8 ayat 2
(a) Diagnosis dan tata cara Penjelasan tentang risiko
tindakan kedokteran; dan komplikasi tindakan kedokteran
(b) Tujuan tindakan kedokteran adalah semua risiko dan komplikasi
yang dilakukan; yang dapat terjadi mengikuti
(c) Alternatif tindakan lain, dan tindakan kedokteran yang dilakukan
risikonya; kecuali risiko dan komplikasi yang
(d) Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum,
mungkin terjadinya; dan risiko dan komplikasi yang sangat
(e) Prognosis terhadap tindakan jarang terjadi atau yang dampaknya
yang dilakukan sangat ringan, risiko dan komplikasi
(f) Perkiraan pembiayaan yang tidak dapat dibayangkan
Penjelasantentang sebelumnya (unforeeable). Hal ini
diagnosis dan keadaan kesehatan diatur dalam Pasal 8 ayat 3
pasien dapat meliputi temuan klinis Penjelasan tentang
dari hasil pemeriksaan medis hingga prognosis meliputi prognosis tentang
saat tersebut, diagnosis penyakit atau hidup matinya (ad vitam), prognosis
dalam hal belum dapat ditegakan, tentang fungsinya (ad functinam),
maka sekurang-kurangnya diagnosis Prognosis tentang kesembuhannya
kerja dan diagnosis banding, indikasi (ad sanationam). Hal ini diatur
atau keadaan klinis pasien yang dalam Pasal 8 ayat 4
membutuhkan dilakukannya tindakan b. Syarat izin tertulis
kedokteran, Prognosis apabila Seperti yang telah
dilakukan tindakan dan apabila tidak dijelaskan di pembahasan awal
dilakukan tindakan. Hal ini diatur tentang informed consent mengenai
dalam Pasal 8 ayat 1 bentuk izin bila dinyatakan dengan
Penjelasan tentang tegas (express) informed consent
tindakan kedokteran yang dilakukan dapat diberikan secara lisan (oral)
meliputi tujuan tindakan kedokteran dan/atau secara tertulis (written), hal
yang dapat berupa tujuan preventif, ini juga diatur dalam Pasal 2 ayat 2 ,
diagnostic, terapeutik, ataupun namun ada beberapa tindakan
rehabilitatif. Tata cara pelaksanaan kedokteran yang mengharuskan
tindakan apa yang dialami pasien persetujuan (informed consent)
selama dan sesudah tindakan, serta tertulis, hal ini diatur dalam Pasal 3
efek samping atau kenyamanan yang ayat 1 yang mengatakan bahwa :
mungkin terjadi, alternatif tindakan “Setiap tindakan kedokteran yang
lain berikut kelebihan dan mengandung risiko tinggi harus
kekurangannya dibandingkan dengan memperoleh persetujuan tertulis yang
tindakan yang direncanakan, risiko ditandatangani oleh yang berhak
dan komplikasi yang mungkin terjadi memberikan persetujuan”
pada masing – masing alternatif
tindakan, perluasan tindakan yang Jadi dengan adanya Pasal
mungkin dilakukan untuk mengatasi ini maka jelas untuk semua tindakan

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kedokteran yang mengandung resiko pasien dalam keadaan tidak sadar/


tinggi haruslah mendapat persetujuan pingsan serta tidak didampingi oleh
secara tertulis. Dalam Pasal 1 ayat 5 keluarga terdekat dan secara medik
mengatakan Tindakan kedokteran berada dalam keadaan gawat dan
yang mengandung risiko tinggi atau darurat, sehingga bila pasien
adalah tindakan medis yang masih dalam keadaan sadar maka
berdasarkan tingkat probabilitas persetujuan tindakan medik tetap
tertentu dapat mengakibatkan diperlukan, begitu pula dengan
kematian atau kecacatan. keadaan dimana masih didampingi
keluarga terdekat, sedangkan dalam
c. Tanpa izin Tertulis Permenkes no 290 tahun 2008
Permenkes No 290 tahun kalimat ini dihapuskan sehingga
2008 pada Pasal 4 mengatakan menjadi “Dalam keadaan gawat
bahwa: “Dalam keadaan gawat darurat… “
darurat, untuk menyelamatkan jiwa
pasien dan/atau mencegah kecacatan d. Penolakan Tindakan
tidak diperlukan persetujuan tindakan Kedokteran
kedokteran” Mengenai penolakan tindakan
Bila dibandingkan dengan kedokteran diatur di dalam Pasal 16
pengaturan sebelumnya di dalam yang mengatakan bahwa:
Permenkes No. 585 tahun 1989 hal 1. Penolakan tindakan kedokteran
mengenai pengecualian atau tidak dapat dilakukan oleh pasien dan/atau
diperlukannya persetujuan tindakan keluargaterdekatnyasetelah
kedokteran diatur pada Pasal 11 yang menerima penjelasan tentang
mengatakan bahwa: “ Dalam hal tindakan kedokteran yang akan
pasien tidak sadar / pingsan serta dilakukan.
tidak didampingi oleh keluarga 2. Penolakan tindakan kedokteran
terdekat dan secara medik berada sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam keadaan gawat dan atau harus dilakukan secara tertulis.
darurat yang memerlukan tindakan 3. Akibat penolakan tindakan
medik segera untuk kepentingannya, kedokteran sebagaimana dimaksud
tidakk diperlukan persetujuan dari pada ayat (2) menjadi tanggung
siapapun” jawab pasien.
Dengan mengamati dan 4. Penolakan tindakan kedokteran
melakukan perbandingan terhadap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
permenkes 585 tahun 1989 dengan tidak memutuskan hubungan dokter
Permenkes No. 290 tahun 2008 maka dan pasien.
terdapat perbedaan pada bunyi
rumusan Pasal yaitu: 3. Hak Rahasia Medis
(a) “dalam hal pasien tidak
sadar / pingsan serta tidak Peraturan Menteri Kesehatan
didampingi oleh keluarga (Permenkes) Nomor 36 tahun 2012
terdekat” Peraturan Menteri Kesehatan
Dalam rumusan Pasal 11 Permenkes (Permenkes) Nomor 36 tahun 2012
no 585 tahun 1989 tindakan medik merupakan peraturan pelaksana dari
tanpa persetujuan bisa dilakukan bila Pasal 48 ayat 1 Undang – Undang

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Nomor 29 tahun 2004. Permenkes ini pelayanan kesehatan, tenaga lainnya


mengatur mengenai rahasia yang memiliki akses terhadap data
kedokteran. dan informasi kesehatan pasien di
fasilitas pelayanan kesehatan, badan
a.Ruang lingkup Rahasia hukum/ korporasi dan /atau fasilitas
Kedokteran pelayanan kesehatan dan mahasiswa/
Rahasia Kedokteran adalah data dan siswa yang bertugas dalam
informasi tentang kesehatan pemeriksaan pengobatan, perawatan,
seseorang yang diperoleh tenaga dan/atau manajemen informasi di
kesehatan pada waktu menjalankan fasilitas pelayanan kesehatan
pekerjaan atau profesinya pengertian Mengenai jangka waktu mengenai
ini diatur dalam Pasal 1 angka 1, kewajiban menyimpan rahasi
yang kemudian diatur dalam Pasal 3 kedokteran diatur di dalam Pasal 3
ayat 1 mengenai ruang lingkupnya, yang menyatakan bahwa: Kewajiban
yang menyatakan bahwa: menyimpan rahasia kedokteran
Rahasia kedokteran mencakup data berlaku selamanya, walaupun pasien
dan informasi mengenai: tealah meninggal dunia.
(a) Identitas pasien;
(b) Kesehatan pasien meliputi c. Pembukaan Rahasia
hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, Kedokteran
pemeriksaan penunjang, penegakan Pihak yang memiliki kewajiban
diagnosis, pengobatan dan/atau untuk menyimpan rahasia kedokteran
tindakan kedokteran; dan padanya terdapat hak tolak ungkap
(c) hal lain yang berkenaan (Verschoningsrecht), namun terdapat
dengan pasien. pengecualian pengungkapan salah
satunya apabila hal tersebut diatur di
b.Kewajiban Menyimpan Rahasia dalam peraturan perundang-
Kedokteran undangan. Dalam permenkes ini
Dalam permenkes ini diatur pihak diatur mengenai pengecualian
mana sajakah yang mempunyai tersebut dan kondisi – kondisi
kewajiban untuk menyimpan rahsia bagaimana yang menmungkinkan
kedokteran, hal ini diatur dalam untuk pembukaan rahasia
Pasal 4 ayat 1 dan 2 yang kedokteran. Hal ini diatur dalam
menyatakan bahwa : Semua pihak Pasal 5 yang menyatakan bahwa:
yang terlibat dalam pelayanan “Rahasia kedokteran dapat dibuka
kedokteran dan/atau menggunakan hanya untuk kepentingan kesehatan
data dan informasi tentang pasien pasien, memenuhi permintaan
wajib menyimpan rahasia aparatur penegak hukum dalam
kedokteran, pihak sebagaimana yang rangka penegakan hukum,
dimaksud pada ayat (1) meliputi : permintaan pasien sendiri atau
dokter dan dokter gigi serta tenaga berdasarkan ketentuan peraturan
kesehatan lain yang memiliki akses perundang- undangan.
terhadap data dan informasi Pembukaan rahasia kedokteran untuk
kesehatan pasien, pimpinan fasilitas kepentingan kesehatan pasien
pelayanan kesehatan, tenaga yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
berkaitan dengan pembiayaan 5 meliputi kepentingan pemeliharaan

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

kesehatan, pengobatan, disiplin serta kepentingan umum.


penyembuhan, dan perawatan pasien Untuk kepentingan etik atau disiplin
untuk pembukaan rahasia mengenai diberikan atas permintaan tertulis
hal ini maka diperlukan persetujuan dari Majelis Kehormatan Etik Profesi
dari pasien dan keperluan atau Majelis Kehormatan Disiplin
administrasi, pembayaran asuransi Kedokteran Indonesia. Untuk
atau jaminan pembiayaan kesehatan, Kepentingan Umum maka identitas
mengenai hal ini diperlukan pasien tidaklah diberikan,
persetujuan tertulis maupun sistem kepentingan umum ini meliputi audit
informasi elektronik yang diyatakan medis, ancaman kejadian luar biasa/
telah diberikan pada saat pendaftaran wabah penyakit menular, penelitian
pasien di fasilitas pelayanan kesehatan atau kepentingan negara,
kesehatan, bila pasien tidak cakap pendidikan atau pengunaan informasi
untuk memberikan persetujuan maka yang akan berguna di masa yang
persetujuan dapat diberikan oleh akan datang dan ancaman
keluarga terdekat atau pengampunya. keselamatan orang lain secara
Hal ini diatur dalam Pasal 6 individual atau masyarakat. Hal ini
Pembukaan rahasia kedokteran untuk diatur dalam Pasal 9
memenuhi permintaan aparatur 4. Hak atas akses Rekam Medik
penegak hukum dapat dilakukan Peraturan Menteri Kesehatan
pada proses penyelidikan, (Permenkes) Nomor 269 tahun
penyidikan, penuntutan, dan siding 2008
pengadilan. Pembukaan dapat Sejak berlakunya Peraturan menteri
melalui pemberian data dan kesehatan nomor 269 tahun 2008,
informasi berupa visum et repertum, penyelenggaraan rekam medis
keterangan saksi, dan/ atau ringkasan haruslah berdasarkan peraturan ini,
medis. Untuk permohonan permenkes ini juga mengatur
pembukaan rahasia kedokteran ini mengenai hak pasien terhadap rekam
harus dilakukan secara tertulis dari medis
pihak berwenang, bila pembukaan
rahasia kedokteran atas dasar a. Penyimpanan dan Pemusnahan
perintah pegadilan atau dalam siding Rekam Medik
pengadilan, maka rekam medis Penyimpanan dan pemusnahan
seluruhnya dapat diberikan. Hal ini rekam medik diatur dalam Pasal 8
diatur dalam Pasal 7. dan Pasal 9 permenkes ini. Mengenai
Pembukaan rahasia kedokteran atas penyimpanan maka rekam medis
dasar permintaan pasien sendiri pasien rawat inapdi rumah sakitwajib
sendiri dapat dilakukan dengan disimpan sekurang – kurangnya
pemberian data dan informasi kepada untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
pasien baik secara lisan maupun terhitung dari tanggal terakhir pasien
tertulis. Hal ini diatur dalam Pasal 8 berobat atau dipulangkan, setelah
Pembukaan rahasia kedokteran batas waktu 5 tahun dilampaui maka
berdasarkan ketentuan peraturan rekam medis dapat dimusnahkan,
perundang-undangan dilakukan tanpa kecuali ringkasan pulang dan
persetujuan pasien dalam rangka persetujuan tindakan medik.
kepentingan penegakan etik atau

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Untuk rekam medis pada sarana hak pasien, beberapa hak pasien yang
pelayanan kesehatan rumah sakit paling dikemukakan dan juga yang
wajib disimpan sekurang-kurangnya merupakan hak asasi dari pasien
untuk jangka waktu 2 (dua) tahun antara lain adalah: hak atas informasi
terhitung dari tanggal terakhir pasien medik, hak atas persetujuan tindakan
berobat. Setelah batas waktu kedokteran hak atas pendapat kedua,
dilampaui rekam medis dapat hak untuk melihat rekam medik.
dimusnahkan. 2. Pengaturan perlindungan hukum
hak – hak pasien dalam Peraturan
b. Kepemilikan Perundang-undangan tentang
Hal mengenai kepemilikan rekam kesehatan di Indonesia, didasarkan
medis diatur didalam Pasal 12 yang pada Undang– Undang No. 36 tahun
menyatakan bahwa: “Berkas rekam 2009 Tentang kesehatan dan
medis milik sarana pelayanan Undang–Undang No. 29 tahun 2004
kesehatan, isi rekam medis Tentang Praktik kedokteran adapun
merupakan milik pasien, isi rekam hak – hak pasien yang dilindungi
medis dalam bentuk ringkasan rekam dalam kedua undang – undang ini
medis, ringkasan rekam medis adalah mendapatkan penjelasan
diberikan dicatat atau dicopy oleh secara lengkap tentang tindakan
pasien atau orang yang berhak atau medis, meminta pendapat dokter atau
atas persetujuan tertulis pasien atau dokter gigi lain, mendapatkan
keluarga yang berhak untuk itu” pelayanan sesuai dengan kebutuhan
medis , menolak tindakan medis dan
Berdasarkan pembahasan diatas mendapatkan isi rekam medis,
maka hak pasien di indonesia telah rahasia kedokteran dan hak untuk
diatur dan dilindungi di dalam menuntut rugi atas kesalahan atau
peraturan perundang – undangan kelalaian dalam pelayanan kesehatan,
yaitu Undang – Undang Nomor 29 yang kemudian diatur lebih lanjut
tahun 2004 Tentang Praktik dalam beberapa peraturan menteri
Kedokteran dan Undang – Undang kesehatan. Dengan adanya berbagai
Nomor 36 tahun 2009 Tentang ketentuan peraturan perundang–
Kesehatan yang kemudian mengenai undangan yang berlaku di Indonesia
pelaksanaannya diatur lebih lanjut tersebut menunjukan bahwa hak-hak
dalam beberapa Peraturan Menteri pasien sudah mulai diperhatikan dan
Kesehatan, hal ini menunjukan dilindungi oleh hukum. Namun
bahwa hak – hak pasien telah dalam belum ada Undang – Undang
diperhatikan dan dilindungi oleh khusus yang mengatur mengenai hak
hukum positif Indonesia, meskipun pasien sehingga hanya diatur dalam
masih diatur di dalam beberapa pasal beberapa pasal saja, dan beberapa
saja dalam Undang- Undang dan hak pasien yang diatur khusus dalam
belum terperinci. peraturan pelaksana yaitu peraturan
menteri kesehatan seperti rekam
IV. KESIMPULAN medik,rahasiakedokteran,
1. Berbagai doktrin dan pendapat persetujuan tindakan medik,
yang dikeluarkan oleh para ahli mengenai ini ada beberapa hal yang
Hukum Kesehatan tentang isi dari

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

belum terperinci sehingga kurang


melindungi hak pasien.

V. DAFTAR PUSTAKA
Guwandi, J. 1993. Tindakan Medik
dan Tanggungjawab Produk
Medik. Jakarta: Balai penerbit
FK UI
Guwandi, J. 1993. Malpraktek
Medik. Jakarta: Balai penerbit
FK UI
Hendrik. 2011. Etika dan Hukum
Kesehatan. Jakarta: EGC
M, Chrisdiono. 1996. Pernak –
Pernik Hukum
Kedokteran:Melindungi Pasien
dan Dokter. Jakarta: Widya
Medika
Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu
Hukum. Bandung: Citra Aditya
Bakti
Yunanto, Ari. 2009. Hukum Pidana
Malpraktik Medik. Yogyakarta:
Andi
Saifudin, Azwar. 2004. Metode
penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Supranto, J. 2003. Metode Penelitian
dan Statistik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta

13

Anda mungkin juga menyukai