Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UAS (UJIAN AKHIR SEMESTER)

Kapita Selekta Hukum Agraria Kesehatan, dan Teknologi Informasi

OLEH :

IDA BAGUS GEDE KRESNA DEWANTARA 2104742010181

FAKULTAS ILMU HUKUM


PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2022/2023

SOAL

1. Hubungan antara pasien dan dokter semula merupakan hubungan antara individu
(ranah Private). Akan tetapi apabila dalam perawatan terjadi meninggalnya atau
terjadi cacat terhadap pasien yang disebabkan oleh adanya kesalahan prosedur dalam
penanganan pasien, maka hubungan tersebut dapat berubah menjadi tindak pidana
(ranah hukum pidana). Dilain pihak, dokter sebelum melaksanakan tindakan
terhadap pasien harus menjelaskan segala sesuatu terkait dengan tindakan yang akan
dilaksanakan yang kemudian pasien/keluarga menandatangani Informed consent
yaitu persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah
mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. Berdasarkan pernyataan di atas,
menurut pendapat saudara apakah informed consent dapat menjadi dasar
peniadaan pidana?

2. Malpraktek secara harfiah memiliki makna adanya kegagalan dalam melaksanakan


tugas, dimana kegagalan itu dapat disebabkan oleh beberapa factor: unsur
diantaranya adalah adanya unsur kelalaian (culpa); bekerja dibawah standar
pelayanan medik; adanya unsur kesalahan betindak/bekerja; adanya unsur
pelanggaran kaedah profesi dan atau adanya unsur kesengajaan untuk melakukan
tindakan yang merugikan. Demikian halnya bahwa malpraktek kedokteran/medis
dalam prakteknya dirasakan adanya ketidak adilan dalam penanganannya.
Padahal menurut gustav radbruch hukum harus mengandung 3 (tiga) nilai identitas
keadilan (Justice), kemanfaatan (utility, purposiveness), dan Kepastian Hukum
(legal Certainly), Bahwa Idealnya perlindungan hukum/keadilan harus egaliter atau
seimbang atau setara.

a. Bagaimana pendapat saudara mengenai malpraktek bila dihubungkan dengan


pernyataan di atas ?
b. Bila dicermati pengaturan Pasal 66 ayat (1) UU No 29 Tahun 2004 Tentang
Praktek Dokter, Pasal 58 ayat (1) UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dan Pasal 77 UU No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, Menurut
Pendapat Saudara, dalam UU tersebut apakah telah secara tegas dan ekplisit
mengatur tentang malpraktek dokter atau malpraktek medis, dan apakah yang
menjadi substansi pengaturan dalam pasal-pasal dari UU tersebut diatas ?
jelaskan pendapat saudara..

JAWABAN

1.Menurut pendapat saya,Setiap instansi kesehatan atau rumah sakit itu harus
menandatangani surat yang bernama Informed consent,Bagi dokter informed consent
memberikan rasa aman dalam menjalankan tindakan medis pada pasien, juga bisa dijadikan
sebagai alat pembelaan diri terhadap kemungkinan adanya tuntutan atau gugatan dari
pasien atau keluarganya bila hasil dari tindakan medis menimbulkan akibat yang tidak
diinginkan.dan juga para dokter di rumah sakit itu aman dan terlindungi dari surat Informed
consent. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman pasien yang sering
kali menganggap suatu tindakan sebagai malpraktik jika hasilnya tidak sesuai harapan. Jika
pasien setuju untuk menjalani tindakan medis dari dokter, baik untuk tujuan pemeriksaan
atau pengobatan, dokter atau perawat akan meminta pasien untuk menandatangani
surat informed consent yang menyatakan persetujuan tersebut.

Namun, apabila pasien menolak, dokter atau perawat juga dapat meminta pasien
untuk menandatangani surat penolakan. Surat ini berisi pernyataan bahwa pasien tidak
setuju dengan tindakan medis yang disarankan dan telah memahami konsekuensi atas
pilihannya tersebut.

Dan juga tersebut pasien memiliki kedudukan yang sama dengan dokter atau tenaga
kesehatan. Pasien berhak untuk menentukan tindakan-tindakan medis apa saja yang boleh
dan tidak boleh dilakukan terhadap tubuhnya. Hak pasien atas tubuhnya sendiri merupakan
salah satu hak asasi manusia, di mana Munir Fuady menggolongkannya sebagai salah satu
hak di bawah payung hak untuk menentukan nasib sendiri atau the right to self-
determination. Sehebat apapun seorang dokter, tetap tidak diperbolehkan melakukan
tindakan-tindakan medis terhadap pasiennya jika tidak mendapatkan persetujuan.

2.A.pendapat Saya tentang malpraktek adalah Dalam menjalankan profesinya,


dokter harus taat pada norma-norma sosial, etika profesi dan hukum. Pelanggaran
akan nilai-nilai tersebut dapat menjadi sorotan masyarakat, dan bisa berlanjut
kepada tuduhan malpraktek kedokteran. Penelitian ini dilakukan untuk menilai
bagaimana opini masyarakat tentang malpraktek kedokteran yang dianalisis
berdasarkan prinsip-prinsip etika kedokteran Masyarakat berpendapat bahwa
terjadinya malpraktek ada unsur kesalahan prosedur atau diagnosis dan
penatalaksanaan. Namun, mereka cendrung pada filosofis konsekuentialis yang
lebih menitik beratkan kepada akibat yang dialami oleh pasien yang kurang
mempertimbangkan apa yang telah dilakukan dokter berdasarkan standar
medis. Bahkan, ungkapan responden yang dianggapnya sebagai malpraktek lebih
disebabkan karena ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikan.
Ketidakpuasan tersebut timbul akibat rendahnya kualitas informasi dan sikap
komunikasi dokter dan petugas dalam melakukan pelayanan. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki opini masyarakat dan mencegah berbagai tuduhan malpraktek, dokter
dan petugas kesehatan harus mentaati etika dan standar profesi dalam melakukan
pelayanan, serta memberikan informasi yang cukup dan komunikasi yang baik
dengan pasien.

B. Pasal 66 ayat (1) UU No 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Dokter, Pasal 58 ayat
(1) UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 77 UU No 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan.

Sudah sangat tegas untuk mengatur tentang praktik kodokteran Dalam


penyelesaian perselisihan antara tenaga kesehatan dengan pasien dengan sudah
terpenuhinya unsur-unsur kelalaian atau kesalahan dalam bentuk sebuah tuntutan
pidana yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sebelum masuk keranah pengadilan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan maupun
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menegaskan agar
terlebih dahulu diselesaikan diluar pengadilan melalui mediasi (Pasal 78
UndangUndang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan jo Pasal 29
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan).

Anda mungkin juga menyukai