Anda di halaman 1dari 25

PERTEMUAN KE 13

UU YANG BERLAKU BAGI ATLM


S.S Mulyaningsih, SKM, MM
Undang-Undang no 36 tahun 2014, tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia no 298 tahun 2014)

 Mengatur terhadap ATLM, adalah tentang nomenklatur penyebutan


profesi ahli tenologi laboratorium medik sebagai tenaga pada
kelompok tenaga Teknik Biomedik. Mengatur tentang tanggung
jawab, hak dan kewajiban, peningkatan mutu tenaga Kesehatan
melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, legislasi
dan sertifikasi, pembinaan, pemantauan dan pengawasan tenaga
kesehatan serta perlindungan kepada tenaga kesehatan. Mengatur
kentetuan pidana apabila tenaga kesehatan melakukan praktik tidak
berijin, melakukan kelalaian, tidak teregistrasi
Undang-Undang Kesehatan RI nomor 36 tahun 2009
Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 5063

 Peraturan yang berkaitan dengan tenaga Kesehatan secara umum baik


kualitas minimal, kewenangan, kewajiban perijinan, pemenuhan kode
etik, standar, pelayanan dan standar prosedur opersional.
 Mengutamakan hak pengguna pelayanan bukan pada materi, peningkatan
mutu tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan, pengaturan hak
dan kewajiban seperti perlindungan hukum serta imbalan jasa, mediasi
untuk peneyelesaian khusus kelalaian tenaga kesehatan
Undang-Undang no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
(Lebaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 no
116,Tambahan Lebaran Ngara Republik Indonesia nomor 4431)

 Mendasari tentang pelimpahan wewenang ATLM dalam


melakukan praktik pengambilan spesiemen terutama darah
(Plebotomi)
Jabatan Fungsional ATLM
Diatur dalam
1. PERMENPAN
Nomor : PER/08/M.PAN/3/2006 Tanggal, 28 maret 2006

2. Peraturan Bersama
Nomor : 611/MENKES/PB/VIII/2006 dan Nomor 20
Tahun 2006
Jabatan Fungsional Pranata
Laboratorium Kesehatan
1. Pranata Laboratorium Kesehatan Tingkat Terampil adalah Pranata
Laboratorium Kesehatan Keterampilan yang pelaksanaan tugasnya
meliputi kegiatan teknis operasional yang berkaitan dengan
penerapan konsep atau metode operasional di bidang laboratorium
Kesehatan
2. Pranata Laboratorium Kesehatan Tingkat Ahli adalah Pranata
Laboratorium Kesehatan Keahlian yang pelaksanaan tugasnya
meliputi kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan
pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu dan seni untuk
pemecahan masalah dan pemberian pengajaran dengan cara yang
sistematis di bidang laboratorium kesehatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 30 tahun 2019
 Mengatur tentang Penilaian Kinerja Pegawai negeri sipil (ASN)
 ATLM ASN adalah termasuk jabatan funsional khusus
 Penilaian Prestasi Kerja PNS (ASN)
 Ada 2 cara penilaian :
1. Penilaian Sasaran kinerja Pegawai (SKP)

Isinya: tupoksi sesuai pangkat golongan/ruang (60%)


2. Perlaku Kerja (40%)

Isinya: orientasi pelayanan, Integritas,


Komitmen,Disiplin,Kerjasama
Peraturan dan Keputusan Menteri Kesehatan
 Keputusan Menteri Keseahan RI no Hk.01.07/MENKES/313/2020

Tentang Standar Profesi Ahli Tehnologi Labboratorium Medik


 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 42 tahun 2015

Tentang Ijin Penyelenggara praktik ATLM


 Peraturan Menteri Kesehatan RI no 75 Tahun 2014

Tentang pusaka Kesehatan masyarakat


 Peraturan Menteri Kesehatan RI no 46 tahun 2013

Tentang registrasi tenaga Kesehatan


 Peraturan Menteri Kesehatan RI no 43 tahun 2013

Tentang Cara Penyeleggaraan laboratorium klinik yang baik


Lanjutan
 Peraturan Menteri Kesehatan RI no 37 tahun 2012

Tentang Penyelenggaraan Laboratorium


Kesehatan Masyarakat
 Peraturan Menteri Kesehatan RI no 411/Menkes/PER/III/2010

Tentang Laboratorium Klinik


 Peraturan Menteri Kesehatan RI no 290 tahun 2008

Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran


 Peraturan Menteri Kesehatan RI no 269 tahun 2008

Tentang Rekam Medis


Pelayanan kesehatan
 Merupakan kerjasama yang membutuhkan suatu tanggung jawab
bersama seiring dengan meningkatnya pembentukkan lembaga
pelayanan kesehatan maka perlu adanya aturan-aturan hukum.
 Perlu adanya spesialisi dan pembagian kerja (tupoksi)
 Dalam pelayanan Kesehatan perlu pemahaman tentang timbulnya
hubungan hukum dengan pelayanan kesehatan misalnya pelayanan
medik, dasar hukum hubungan pelayanan medik, kedudukan hukum
para pihak dalam pelayanan medik dan resiko pelayanan medik.
Pelayanan Kesehatan (Lanjutan)

 Adalah hubungan antara tenaga kesehatan, pasien dan


saranaprasarana Kesehatan
 Dalam hubungan tersebut akan terbentuk hubungan medik dan
hukum
 Hubungan medik dilaksanakan melalui upaya Kesehatan promotive,
preventif, kurativ dan rehabilitative
 Hubungan hukum adalah ikatan antara subyek hukum dan obyek
hukum
 Penyelenggara upaya kesehatan melibatkan dua pihak yaitu pemberi
pelayanan dan penerima pelayanan kesehatan
Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang
no 36 thn 2009
Dalam hubungan hukum dengan pelayanan kesehatan akan terjadi hubungan hukum
yang akan saling menguntungkan antara pelayan kesehatan dengan pengguna
pelayanan Kesehatan.
Tentang Pelayanan Kesehatan Masyarakat mengatur :
1. Pelayanan Kesehatan perorangan, dilaksanakan secara perseorangan baik di
pemerintah maupun swasta.
2. Pelayanan Kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara, meningkatkan
dan mencegah penyakit di masyarakat.
3. Kegiatan meliputi Pendekatan promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative.
Prinsip Penyelenggaran Pelayanan
Kesehatan
 Banyak dibantu oleh tenaga non Kesehatan.
 Stastus tenaga Kesehatan dalam profil standar.
 Menerapkan standar pelayanan sesuai dengan disiplin ilmu.
 Menjalankan Standar prosedur operasional pelayanan .
 Dalam Tindakan pelayanan harus memahami dan menyetujui serta
menghormati hak pasien.
 Rekaman tindakan medis yang dibantu bersama oleh tenaga
kesehatan maupun non kesehatan harus cukup lengkap dan jelas.
Lanjutan
 Penjaringan /selektif mengenai kerahasiaan medis, diagnose dan
prognose ataupun efek samping harus diwaspadai dan perlu
dicermati.
 Indikasi penggunaan alat yang canggih betul-betul selektif dan tepat
guna.
 Administrasi standart untuk tarif normatife
 Semua tindakan medis dan pemeriksaan laboratorium klinik dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah medis
 Adanya aspek hukum, rambu-rambu antsipasi atau kenetralan perlu
kewaspadaan
 Semua Tindakan atau perilaku tersebut untuk upaya pengamanan
timbalbalik antara tenaga kesehatan dan pesien/ keluarga.
Hubungan hukum dalam Pelayanan
Kesehatan
 UU NO 36 2009 adalah menegaskan upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan
 Pelayanan Kesehatan melibatkan unsur tenaga kesehatan, pemerintah maupun
swasta
 Fasilitas pelayanan kesehatan adalah obyek hukum sedangakan para tenaga
kesehatan adalah subyek hukum.
 Hubungan hukum akan terjadi apabila seorang pasien datang ke fayankes dan
dilayanai oleh tenaga kesehatan.
 Hubungan hukum ini akan meletakan hak dan kewajiban yang timbal balik,
artinya hak pasien menjadi kewajiban nakes dan hak nakes menjadi kewajiban
pasien.
Kelalaian Dalam Pelayanan Kesehatan
 Kelalaian dalam pelayanan bisa mengakibatkan kerugian
bagi pasien yang akan berdampak pada tututan hukum.
 Kemungkinan ini banyak terjadi karena alasan tertentu
yang menjadi lemahnya penerimaan pelayanan kepada
pasien
 Ada perundang-undangan yang mengatur misalnya :
KUHPerdata, bahwa setiap orang bertnggungjawab tidak saja
kerugian yang disebagkan perbuatannya tetapi juga untuk kerugian
yang disebabkan kekalaian atau kurang hati-hati;
KUHP, sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang dalam
keadaan sengsara, dia wajib memerikan kehidupan atau perawatan;
UU no 36 thn 2009, Tentang Kesehatan dan pelayanan kesehatan
Informasi Kesehatan dan persetujuan pasien
 Hak pasien atas infomasi pelayanan Kesehatan yang diberikan
merupakan kewajiban dari tenaga kesehatan .
 Penjelasan sebaiknya memakai bahasa yang mudah dimengerti
 Adanya kebersamaan antara sesama tenaga Kesehatan yang saling
mengisi dalam memberikan informasi akan memudahkan untu
mengerti.
 Dalam memberikan hak persetujuan dengan pasien haruslah mudah
dipahami, sehingga tidak salah mengartikan.
 Persetujuan bisa secara secara sikap (diam-diam) atau tertulis, setelah
pasien diberikan informasi terhadap tindakan pemberian pelayanan
Kesehatan
 Gagungan hak informasi dan hak untuk persetujuan di sebut sebagai
informed consent
Informed Consent
PMK no 290/MENKES/Per/III/2008
Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

 Pengertian :

Merupakan suatu ijin atau pernyataan setuju dari pasien yang


memberikan secara bebas, sadar dan rasional, setelah mendapat
informasi yang dipahami dari dokter tentang penyakitnya(Guwandi,
SH, 2003);
Merupakan pernyataan kesediaan atau penolakan setelah mendapatkan
informasi secukupnya sehingga yang diberi informasi sudah cukup
mengerti akan segala akibat dari Tindakan yang akan dilakukan
terhadapnya sebelum menganbil keputusan (C.S Knsil 1991)
Pengertian Informed Consent
(lanjutan)
 Disebut sebagai istilah persetujuan tindakan
kedokteran terdapat pada pasal 1 angka 1 peraturan
yang berbunyi : Persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien.
Fungsi Informed Caonsent

 Promosi dari hak otonomi perseorangan;


 Proteksi dari pasien dan subyek;
 Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan;
 Merangasang kepada profesi tenaga kesehatan untuk mengadakan
introspesi terhadap didri sendiri;
 Promosi dari keputusan-keputusan rasional;
 Keterlibatan masyarakat dalam memajukan prinsip otonomi sebagai
nilai social dan mengadakan pengawasan.
Tujuan Informed Consent

 Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan


tanpa sepengetahuan pasien
 Memberikan perlindungan hukum kepada para tenaga Kesehatan,
akibat tidak terduga dan bersifat negative terhadap risk of treatmen
yang tak mungkin dihindari walaupun tenaga Kesehatan sudah
semaksimal mungkin dan bertindak sangat hati-hati serta teliti.
Komponen Informed Consent
 Pasien harus mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusan;
 Tenaga Kesehatan harus memberikan informasi tentang Tindakan
yang akan dilakukan;
 Pasien harus memahami informasi yang diberikan oleh tenaga
Kesehatan;
 Pasien harus secara sukarela memberikan ijinnya tanpa paksaan
ataupu tekanan.
Bentuk Informed Consent
 Implied consent (dianggap diberikan)

Diberikan dalam keadaan normal, artinya tenaga


kesehatan(medis) dapat merangkap persetujuan tindakan
medis dari isyarat yang diberikan/dilakukan pasien.
Seperti pada Tindakan bersifat emergensi yang dilakukan
secara segera dan keluarga tidak ada di tempat.
 Expressed Consent (dinyatakan)

Dapat dinyatakan lisan maupun tulisan. Seperti Tindakan


medis yang bersifat invasive dan mengandung resiko,
sebaiknya mendapat persetujuan secara tertulis. Biasanya
terjadi di rumah sakit.
Konsep Persetujuan Tindakan Medis
 Kop pernyataan persetujuan atau penolakan tindakan medis. Ada formulirnya
 Pernyataan yang menerangkan bahwa pihak pasien telah mengerti dan memahami
penjelasan yang diberikan oleh tenaga Kesehatan;
 Status penandatanganan persetujuan tindakan medis, misalnya pasien sendiri, istri
atau suami, anak, ayah atau ibu.
 Indentitas dari pasien yang akan dilakukan tindakan
 Keterangan yang menyatakan bahwa pihak penandatangan persetujuan tindakan
medis atau informed consent dibuat dengan sadar penuh dan tidak dibawah
paksaan.
 Nama terang dan tanda tangan dokter yang memberikan penjelasan informed
consent
 Nama terang dan tanda tangan pihak pasien yang melakukan persetujuan tindakan
medis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai