Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TANGGUNG JAWAB HUKUM PROFESI TERAPIS GIGI

DAN MULUT

Dosen Pembimbing : Bapak Prasko, S.Si.T, M.H

Disusun oleh:

Putri Amalia Mahsun

NIM. P1337425120096/1B

Program Studi D-III Kesehatan Gigi

Jurusan Keperawatan Gigi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

2020
Kata Pengantar

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Swt., yang telah
memberikan n banyak nikmat, taufik, dan hidayah sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Tanggung Jawab Hukum Profesi Terapis
Gigi dan Mulut” dengan baik tanpa adanya halangan yang berarti.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerja sama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.

Di luar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa


masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, saya
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Dengan makalah ini saya berharap dapat membantu pembaca sekalian dalam
mengetahui tanggung jawab hukum dari profesi terapis gigi dan mulut.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Semarang, 17 Oktober 2020

Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 28H (1) menjelaskan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Dijelaskan juga pada Pasal 34 (3) menjelaskan bahwa negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Dalam Undang- Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional mengamanatkan
untuk memberikan perlindungan bagi fakir miskin, anak dan orang terlantar serta
orang yang tidak mampu yang pembiayaan kesehatannya di jamin oleh
Pemerintah.
Pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan dalam
rangkaian pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan diri. Bentuk
pelayanan kesehatan ini tidak hanya difokuskan pada pelayanan kesehatan
individu tetapi juga pada pelayanan kesehatan masyarakat. Pelaksanaan
pelayanan kesehatan ini tentunya ditunjang oleh sumber daya kesehatan yang
dapat berupa segala bentuk dana, tenaga, pembekalan kesehatan, sediaan
farmasi dan alat kesehatan, serta fasilitas kesehatan yang memadai.
Bentuk upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat yang semula
dititikberatkan pada upaya kuratif penderita berangsur-angsur berkembang ke
arah keterpaduan antara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Tenaga
kesehatan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi
medik, standar pelayanan dan sesuai dengan kewenangannya, apabila tenaga
kesehatan melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan kewenangannya, maka
tenaga kesehatan tersebut melanggar salah satu standar profesi tenaga
kesehatan, karena di dalam standar profesi terdapat kewenangan masing-
masing tenaga kesehatan.
Definisi di dalam Pasal 1 angka 6 dalam Undang - Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan sama dengan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintahan
Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 6 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa tenaga
kesehatan jenis tertentu untuk melakukan upaya kesehatan memerlukan
kewenangan, salah satunya perawat gigi.
Tindakan medik yang dilakukan oleh perawat gigi , dengan berlakunya
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik kedokteran, disebutkan
pada Pasal 73 sebagai berikut:

(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk
lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi dan/atau surat izin praktik.
(2) Setiap orang dilarang menggunakan alat, metode atau cara lain dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-
olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki
surat tanda registrasi dan/atau surat izin praktik.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
berlaku bagi tenaga kesehatan yang diberi kewenangan oleh peraturan
perundang-undangan.
Pada Pasal 73 Ayat (3) tersebut terlihat bahwa ada tenaga kesehatan yang
diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan, pada penjelasan Pasal
73 ayat (3) disebutkan bahwa: “Tenaga kesehatan dimaksud antara lain bidan
dan perawat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan medik sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan”.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 73 Ayat (3)
menunjukkan bahwa perawat gigi yang diberi kewenangan untuk melakukan
tindakan medik terbatas di bidang kedokteran gigi, dan di dalam Permenkes
Nomor 512 Tahun 2007 Pasal 15 ada sebagian kewenangan dokter gigi yang
dapat dilimpahkan kepada perawat gigi, sehingga ke dua peraturan ini tidak
bertentangan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang di dapatkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Apa saja yang menjadi tanggung jawab hukum seorang tenaga kesehatan
2. Apa saja yang menjadi tanggung jawab hukum pidana dan perdata yang
menyangkut perawat gigi
3. Bagaimana tanggung jawab hukum profesi perawat gigi berdasarkan undang-
undang kesehatan, peraturan tenaga kesehatan, standar profesi perawat gigi,
dan berdasarkan standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang tanggung jawab hukum tenaga
kesehatan.
2. Untuk mengetahui dan memahami tanggung jawab hukum pidana dan
perdata yang menyangkut perawat gigi.
3. Untuk mengetahui dan memahami tanggung jawab hukum perawat gigi
berdasarkan undang-undang kesehatan, peraturan tenaga kesehatan,
standar profesi perawat gigi, dan berdasarkan standar pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Kita dapat mengetahui dan memahami tentang tanggung jawab hukum
tenaga kesehatan.
2. Kita dapat mengetahui dan memahami tentang tanggung jawab hukum
pidana dan perdata yang menyangkut perawat gigi.
3. Kita dapat mengetahui dan memahami tentang tanggung jawab hukum
perawat gigi berdasarkan undang-undang kesehatan, peraturan tenaga
kesehatan, standar profesi perawat gigi, dan berdasarkan standar pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tanggung Jawab Hukum


Dalam pengertian hukum, tanggung jawab berarti “keterikatan”. Dalam
KBBI tanggung jawab berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya
(jika ada terjadi sesuatu boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan
sebagainya). Tiap manusia, mulai dari saat dilahirkan sampai saat meninggal
mempunyai hak dan kewajiban yang disebut subjek hukum.
Tindakan atau perbuatan tenaga kesehatan sebagai subjek hukum
dalam pergaulan masyarakat, dapat dibedakan antara tindakannya sehari-
hari yang tidak berkaitan dengan profesi , dan tindakan yang berkaitan
dengan pelaksanaan profesi. Begitu pula dalam tanggung jawab hukum
seorang tenaga kesehatan, dapat tidak berkaitan dengan profesi, dan dapat
pula merupakan tanggung jawab hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan
profesinya.

2.2 Tanggung Jawab Hukum Tenaga Kesehatan


Seorang tenaga kesehatan, dalam menjalankan suatu tindakan harus
bertanggung jawab sebagai subjek hukum pengemban hak dan kewajiban.
Perbuatan tenaga kesehatan yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan
profesi dengan kata lain Perawat Gigi sebagai warga negara yang dapat
menimbulkan tanggung jawab hukum antara lain, menikah, melakukan
perjanjian jual beli, membuat wasiat, menipu, menganiaya, dan lain
sebagainya. Perbuatan tenaga kesehatan yang tidak berkaitan dengan
pelaksanaan profesinya ini, pada umumnya juga bisa dilakukan oleh setiap
orang yang bukan tenaga kesehatan.
Dalam menjalankan kewajiban hukumnya, diperlukan adanya ketaatan
dan kesungguhan dari tenaga kesehatan tersebut dalam melaksanakan
kewajiban sebagai pengemban profesi. Kesadaran hukum yang dimiliki
tenaga kesehatan harus berperan dalam diri tenaga kesehatan tersebut untuk
bisa mengendalikan dirinya sehingga tidak melakukan kesalahan profesi,
agar terhindar dari sanksi yang diberikan oleh hukum.

2.3 Tanggung Jawab Hukum Terapis Gigi dan Mulut/Perawat


Gigi

1. Menurut Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan
Sumber saya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas
pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Dalam Pasal 190 Ayat 1 dan ayat 2 dijelaskan bahwa pimpinan
fasilittas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang
melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan
yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap
pasien yang dalam keadaan gawat darurat sebagaimana yang dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
2. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang
Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan sebagai pendukung upaya kesehatan dalam
menjalankan tugasnya harus selalu dibina dan diawasi. Pembinaan
dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuannya,
sehingga selalu tanggap terhadap permasalahan kesehatan yang menjadi
tanggung jawabnya. Sedangkan pengawasan dilakukan terhadap
kegiatannya agar tenaga kesehatan tersebut dapat melaksanakan
tugasnya sesuai dengan kebijaksanaan peraturan perundang-undangan
dan sistem yang telah diterapkan. Setiap penyimpangan pelaksanaan
tugas oleh tenaga kesehatan mengakibatkan konsekuensi dalam bentuk
sanksi.
Pada Pasal 32 dijelaskan bahwa Menteri melakukan pengawasan
terhadap tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas profesinya. Lebih
lanjut pada Pasal 33 ayat 1 dan ayat 2 menjelaskan bahwa dalam rangka
pengawasan, Menteri dapat mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga
kesehatan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi
tenaga kesehatan yang bersangkutan. Tindakan disiplin sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa teguran, dan pencabutan izin untuk
melakukan upaya kesehatan.
Kewajiban Tenaga Kesehatan yang tertuang dalam pasal 22 adalah
sebagai berikut:
Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas
profesinya berkewajiban untuk:
a. Menghormati hak pasien
b. Menjaga kerahasiaan identitas dan data kesehatan pribadi pasien
c. Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan
yang akan dilakukan
d. Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan
e. Membuat dan memelihara rekam medis.
3. Menurut Kepmenkes Nomor 378/Menkes/K/III/2007 tentang Standar
Profesi Perawat Gigi
Standar profesi perawat gigi mengikat perawat gigi dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien. Di dalamnya terkandung standar
kompetensi dan unjuk kerja perawat gigi dalam melakukan tugas
pelayanannya serta kode etik yang merupakan landasan dalam bekerja
secara profesional. Artinya, seorang perawat gigi tidak hanya dituntut
untuk memiliki kemampuan yang optimal tetapi juga memiliki cara dan
sikap hidup terpuji baik dalam hubungannya dengan pasien, masyarakat,
rekan sejawat maupun profesinya.
Kewajiban perawat gigi berdasarkan kode etik profesi perawat gigi di bagi
atas empat macam kategori, yaitu:
a. Kewajiban Umum
b. Kewajiban terhadap Masyarakat
c. Kewajiban terhadap Teman Sejawat
d. Kewajiban terhadap Diri Sendiri
Bekerja sesuai dengan standar profesi merupakan suatu syarat yang
mutlak untuk mendapatkan perlindungan hukum. Standar profesi
merupakan suatu kaidah yang mutlak dilaksanakan oleh perawat gigi
karena di dalamnya terkandung cara untuk melakukan kebenaran yang
merupakan suatu nilai dari asas keadilan. Di samping itu, standar profesi
memberikan kepastian hukum bagi perawat gigi yaitu berupa imbalan
perlindungan hukum.
Berdasarkan kaidah-kaidah ketentuan perawat gigi tersebut di atas,
tercermin adanya asas keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan.
Kaidah kualifikasi dan kaidah kewenangan memberikan kepastian hukum
bagi perawat gigi sebagai suatu profesi tenaga kesehatan yang diakui
eksistensinya dalam memberikan pelayanan kesehatan. Di dalam kaidah
standar profesi, di samping adanya asas kepastian hukum juga tercermin
adanya asas keadilan karena ada kebenaran yang ingin ditegakkan dalam
peraturan/kaidah hukum tersebut. Di samping itu, asas kemanfaatan juga
tercermin dalam standar profesi ini dalam bentuk adanya imbalan
perlindungan hukum dan pelaksanaan yang praktis bagi perawat gigi
dalam menjalankan pekerjaannya. Selain itu, standar profesi ini dapat
dipakai kontrol bagi pelaksanaan pelayanan yang bermutu dan sebagai
sarana pembuktian bagi hakim disidang peradilan.
Tanggung jawab hukum Perawat Gigi meliputi:
a. Dalam menjalankan profesinya, setiap perawat gigi di Indonesia
wajib memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada
individu, dan masyarakat tanpa membedakan budaya, etnik,
kepercayaan, dan status ekonominya.
b. Dalam hal ketidakmampuan dan di luar kewenangan perawat gigi
Indonesia berkewajiban merujuk kasus yang ditemukan kepada
tenaga kesehatan yang lebih ahli.
c. Setiap perawat gigi di Indonesia wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui tentang kliennya.
d. Setiap perawat gigi Indonesia wajib memberikan pertolongan
darurat dalam batas-batas kemampuan sebagai suatu tugas,
perikemanusiaan kecuali pada waktu itu ada orang lain yang lebih
mampu memberikan pertolongan.
e. Setiap perawat gigi Indonesia wajib memberikan pelayanan kepada
pasien dengan bersikap ramah, ikhlas, sehingga pasien merasa
tenang dan aman.
f. Setiap perawat gigi Indonesia wajib berupaya meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam bidang promotif,
preventif, dan kuratif sederhana.
4. Menurut Kepmenkes Nomor 284/Kepmenkes/SK/IV/2006 tentang
Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan profesional
yang diberikan oleh perawat gigi kepada perorangan dan masyarakat,
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
diperlukan adanya suatu Standar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut.
Dalam keputusan menteri kesehatan ini seorang perawat gigi
berkewajiban memenuhi standar tindakan sebagai berikut.
Standar asuhan kesehatan gigi dan mulut oleh perawat gigi meliputi:
a. Standar Administrasi dan Tata Laksana:
1) Standar Administrasi
2) Standar Tata Laksana Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut
b. Standar Pengumpulan Data Kesehatan gigi
1) Standar Penjaringan Data Kesehatan Gigi dan Mulut
2) Standar Pemeriksaan OHIS (Oral Hygiene Indeks Simplified)
3) Standar Pemeriksaan DMF-T/def-t (Decay Mising Filing-
Teet/ Decay Erupto\ion Filing-Teet)
c. Standar Promotif
1) Standar Penyusunan Rencana Kerja Penyuluhan Kesehatan
Gigi dan Mulut
2) Standar Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut
3) Standar Pelatihan Kerja.
d. Standar Preventif
1) Standar sikat gigi massal
2) Standar kumur-kumur dengan larutan fluor
3) Standar pembersihan karang gigi
4) Standar pengolesan fluor
5) Standar penumpatan Pit dan Fissure Sealent
e. Standar Kuratif
1) Standar pencabutan gigi sulung goyang derajat 2 atau lebih
2) Standar Atraumatic Restorative Treatment (ART)
3) Standar penumpatan gigi 1-2 Bidang dengan Bahan
amalgam
4) Standar Penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan sewarna
gigi
5) Standar pencabutan gigi permanen akar tunggal dengan
Infiltrasi Anestesi
6) Standar Rujukan
7) Standar Pencatatan dan Pelaporan
f. Standar Hygiene Kesehatan Gigi
1) Standar Hyigiene Petugas Kesehatan gigi dan mulut
2) Standar Sterilisasi dan Pemeliharaan alat-alat kesehatan gigi
3) Standar lingkungan kerja
g. Standar Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pasien umum
rawat inap
h. Standar peralatan dan bahan asuhan kesehatan gigi dan mulut

2.4 Tanggung Jawab Perdata Perawat Gigi


Dalam melakukan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan sebagai
subjek hukum mempunyai tanggung jawab hukum. Berdasarkan hukum
perdata, tanggung jawab hukum ini dibedakan atas pertanggungjawaban atas
dasar kesalahan (liability based on fault) dan pertanggung jawaban tanpa
kesalahan (Liability without fault) yang dikenal dengan tanggung jawab risiko
(risk liabiliity) atau tanggung jawab mutlak (strict liability).
Pertanggungjawaban risiko merupakan pertanggungjawaban akibat
kerugian tanpa melakukan perbuatan melanggar hukum dan kesalahan. Jadi
dalam hal ini, risiko yang terjadi bukan merupakan pertanggungjawaban
akibat kesalahan dari pelaku tindakan namun risiko yang memang harus
terjadi akibat tindakan yang dilakukan, misalnya risiko pendarahan setelah
pencabutan gigi. Sedangkan pertanggungjawaban atas dasar kesalahan
bertumpu pada dua kriteria yaitu karena melanggar hukum si pelaku
dipersalahkan dan karena mengabaikan perbuatan melanggar hukum
tersebut.
Perbuatan melanggar hukum secara perdata tertuang di dalam Pasal
1365 KUHPerdata yaitu tiap perbuatan melanggar hukum yang memberi
kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Berdasarkan pasal tersebut, maka
dapat di simpulkan bahwa seorang perawat gigi dianggap bertanggung jawab
dalam bidang hukum perdata bila:
1) Melakukan wanprestasi yaitu bila perawat gigi tidak melakukan

kewajibannya, atau tidak memenuhi prestasi sama sekali, atau terlambat

memenuhi prestasi atau memenuhi prestasi secara tidak baik.

Pertanggungjawaban hukumnya tertuang dalam Pasal 1239 KUHPerdata

yaitu tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat

sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan penggantian biaya,

kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya.

2) Melakukan perbuatan melawan hukum yaitu bila memenuhi syarat

adanya perbuatan yang melanggar hukum, menimbulkan kerugian,

adanya kesalahan serta adanya hubungan sebagai akibat antara

perbuatan melanggar hukum tersebut dengan kerugian yang diderita

pasien.
3) Melakukan kelalaian yaitu perbuatan yang terjadi akibat kurang hati-hati,

kurang waspada ataupun ceroboh dalam melakukan tindakan sehingga

mengakibatkan kerugian seperti tertuang dalam Pasal 1366 KUHPerdata

yaitu setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang

disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang

disebabkan kelalaian atau kesembronoannya.

4) Melalaikan pekerjaan sebagai penanggungjawab berarti tidak melakukan

secara benar tugasnya dalam menaggungjawabi suatu pekerjaan atau

yang berada di dalam pengawasannya seperti yang tertuang dalam

Pasal 1367 KUHPerdata yaitu seseorang tidak hanya bertanggung jawab

atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga

atas kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi

tanggungannya, atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah

pengawasannya.

2.5 Tanggung Jawab Pidana Perawat Gigi


Tanggung jawab pidana disini timbul bila pertama-tama dapat

dibuktikan adanya kesalahan profesional dalam proses perawatan maupun

pengobatan. Ada perbedaan mendasar antara tindak pidana biasa dan tindak

pidana medis. Pada tindak pidana biasa yang terutama diperhatikan adalah

akibatnya, sedangkan pada tindak pidana medis adalah penyebabnya.

Walaupun berakibat fatal, tetapi tidak ada unsur kelalaian atau kesalahan

maka tenaga kesehatan tidak dapat dipersalahkan.


Pasal-pasal dalam hukum pidana yang relevan dalam pelayanan

asuhan kesehatan gigi dan mulut oleh seorang perawat gigi adalah mengenai

(1) Kesalahan yang dapat menimbulkan luka berat, tertuang dalam Pasal 360

KUHP ayat 1 : “Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya)

menyebabkan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan

pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama

satu tahun”

(2) Kesalahan yang dapat menimbulkan kematian, tertuang dalam Pasal 359

KUHP :

“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang

lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau

pidana kurungan paling lama satu tahun”.

(3) Kesalahan karena melanggar rahasia kedokteran, tertuang dalam Pasal

322 KUHP:

“Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya

karena jabatan atau pencariannya, baik yang sekarang maupun yang

dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau

pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah”.


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Pelayanan kesehatan

merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan dalam rangkaian

pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan diri. Bentuk upaya

pelayanan kesehatan pada masyarakat yang semula dititikberatkan pada

upaya kuratif penderita berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan

antara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Tenaga kesehatan

memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi medik,

standar pelayanan dan sesuai dengan kewenangannya.

Seorang tenaga kesehatan, dalam menjalankan suatu tindakan harus

bertanggung jawab sebagai subjek hukum pengemban hak dan kewajiban.

Dalam menjalankan kewajiban hukumnya, diperlukan adanya ketaatan dan


kesungguhan dari tenaga kesehatan tersebut dalam melaksanakan kewajiban

sebagai pengemban profesi. Tanggung jawab hukum seorang perawat gigi

meliputi tanggung jawab secara perdata dan pidana. Hal itu harus sesuai

dengan standar kompetensi yang dimiliki seorang perawat gigi/terapis gigi

dan mulut.

3.2.

Anda mungkin juga menyukai