Anda di halaman 1dari 32

ASPEK ETIK LEGAL PENGGUNAAN

TERAPI MODALITAS SBG TERAPI


DALAM PELAYANAN KESEHATAN

1
Pendahuluan
Pemberian terapi modalitas mrp bagian
dari proses rehabilitasi pasien.
Pemberi yankes harus mengikuti regulasi
pemerintah utk keamanan, efektif, dan
efisien dalam memberikan pelayanan
pada pasien.

2
Aspek Legal Etik
Selama pemberian intervensi (terapi
modalitas), terapis wajib memperhatikan
keamanan dan keselamatan pasien secara
profesional.
Etika dan tanggung jawab profesional
dalam memberikan terapi modalitas untuk
memberikan pelayanan yg terbaik, aman,
dan efektif dalam mencapai tujuan yang
diinginkan.

3
Sebelum memberikan terapi modalitas,
terapis harus memahami efek yg
diharapkan dan efek samping, serta
kontraindikasi tindakan.
Terapis juga harus memahami
karakteristik peralatan yg digunakan,
perawatan peralatan, dan keamanan alat
tersebut.

4
Aspek Legal
Hukum  suatu sistem prinsip2 dan
proses dirancang oleh masyarakat yg terorganisir
utk menangani perselisihan dan masalah tanpa
menggunakan kekuatan.
Hukum menetapkan standar tertentu
untuk perilaku manusia. Ketika standar-standar
tersebut tidak dipenuhi, konflik
muncul.
Individu dan pemerintah kemudian melihat ke
hukum utk menyelesaikan
konflik & menegakkan standar yg ditetapkan
(Mcway, 2010).
5
Aspek Legal
Aspek legal (status hukum) terapis :
licensure, registration, dan certification.
Aturan tersebut utk melindungi pasien
(masyarakat) dari pelayanan yang tdk
berkualitas (tdk memenuhi syarat).
Jadi, berbeda area praktik antara satu
profesi dg profesi lain dan berbeda dalam
satu profesi berdasarkan status
legalitas/hukum di atas.
6
Terapi modalitas

7
Status hukum/legal profesional
Lisensi (Licensure) Mrp level status hukum profesional tertinggi,
ada stantar pendidikan minimal utk layak
mendapat lisensi.

Sertifikasi (Certification) Status berdasarkan sertifikat. Menggambarkan


kemampuan/kompetense praktik tertentu.

Registrasi (Registration) Seseorang yg terdaftar dalam sebuah profesi


tertentu (pencatatan). Registrasi sbg syarat
minimal.

Pembebasan (Exemption) Bukan profesi apapun, namun memiliki skill dan


kemampuan yg baik sebagaimana sebuah profesi.

8
Analogi dlm profesi keperawatan

Sertifikasi (uji kompetensi 


Serkom)

Registrasi (STR)

Lisensi (SIP/SIK)

9
Manfaat registrasi bagi nakes:
Meningkatkan mutu yankes yang
diberikan oleh nakes
Melindungi masayarakat atas tindakan yg
dilakukan nakes
Memberikan kepastian hukum bagi
masayarakat dan nakes

10
Aturan hukum/legal terapi komplementer
atau pengobatan alternatif di Indonesia:

Kepmenkes RI No.
1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang
tentang penyelenggaraan pengobatan
tradisional. (menjelaskan cara
mendapatkan izin praktek pengobatan
tradisional beserta syarat2nya.

11
Cont…
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang
“penyelenggaraan pengobatan komplementer –
alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan yang
dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi,
dan mandiri pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Pemberian pengobatan pada dasarnya harus
aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi
berwenang sesuai dengan peraturan atau
ketentuan yang berlaku”.

12
Cont…

UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan :


Pasal 1 butir 16, tentang “pelayanan kesehatan
tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan
dengan cara dan obat yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun – temurun
secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan
dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
di masyarakat”.
Pasal 48 tentang “pelayanan kesehatan tradisional”.
Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang “pelayanan
kesehatan tradisonal”.

13
Cont…

Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik,


No. HK.03.05/I/199/2010 tentang “pedoman kriteria
penetepan metode pengobatan komplementer –
alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas
pelayanan kesehatan”.
UU RI No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
Pasal 30 ( Tugas dan wewenang ) ayat 2
menjelaskan Dalam menjalankan tugas sebagai
pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya
kesehatan masyarakat, Perawat berwenang : m.
Melakukan penatalaksanaan Keperawatan
komplementer dan alternatif.
14
Cont…

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pelayanan
Kesehatan Tradisional pasal 10
menjelaskan :
a. Pelayanan kesehatan tradisional dengan
menggunakan ilmu biocultural dan ilmu
biomedis yang manfaat dan keamanannya
terbukti secara ilmiah

15
Cont…

b. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer


dapat menggunakan satu cara
pengobatan/perawatan atau kombinasi cara
pengobatan/perawatan dalam satu kesatuan
Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
c. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tradisional.
d. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer
yang memenuhi kriteria tertentu dapat
diintegrasikan pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. 16
Aspek Etik
Etik merupakan landasan perilaku seseorang
dalam memutuskan benar atau salam dalam
suatu tindakan atau perilaku.
PPNI  menetapkan kode etik perawat yang
selanjutnya diterapkan atau dilaksanakan
oleh komisi etik pelayanan keperawatan,
sehingga hal ini akan mengarahkan seorang
perawat dalam menentukan keputusan benar
atau salah asuhan keperawatan maupun
perilaku seorang perawat dari segi etik.
17
Aspek Etik
American Physical Therapy Association
(APTA), memiliki kumpulan pedoman
etik bagi profesi terapis fisik dalam dua
dokumen. The Code of Ethics menetapkan
penentuan anggota terapis fisik dan
Standards of Ethical Conduct for the
Physical Terapist Assistant menetapkan
pedoman etik tingkah laku untuk
bergabung sebagai anggota.

18
Etik dalam pelayanan terapi modalitas
Informed consent
Autonomy
Confidentiality
Beneficence
Justice
Negligence

19
Informed Consent
Kecuali kasus emergency, pasien wajib
memberikan persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan.
Sebelum memulai tindakan, edukasi pasien
tentang tindakan/latihan yg akan dilakukan,
rasa/sensasi selama tindakan, tanda/gejala yg
menunjukkan bahwa tindakan akan dilanjutkan,
dimodifikasi atau dihentikan. Informasikan pada
pasien ttg resiko bahaya terkait alat2 yg
digunakan, dan beberapa gejala sisa sebagai efek
samping terapi.
20
Informed Consent
Informed consent tidak menghindarkan
hak pasien untuk melakukan klaim jika
terdapat kelalaian dari terapis.
Tiap pasien wajib menandatangani
informed consent, jika usia pasien < 18
tahun, ttd dilakukan oleh orang tua atau
wali.

21
Element informed consent for treatment
Deskripsi tindakan/latihan yg akan
dilakukan
Informasi bagaimana alat akan bekerja
Respon fisiologis yg didapat
Expected normal sensation
Adverse sensation to be reported
Risiko bahaya akibat penggunaan alat
Residual effects

22
Autonomy
Otonomi adalah hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Prinsip otomi adalah
didasari pada keyakinan seseorang bahwa
dia mampu berpikir logis dan dapat
membuat keputusan sendiri.

23
Kerahasiaan (Confidentiality)
Semua catt medis pasien merupakan
dokumen rahasia.
Pasien harus memberikan izin tertulis jika
informasi ttg dirinya akan dishare,
misalnya kpd dokter, pimpinan, dll
Harus jelas kepada siapa dan apa tujuan
informasi pasien dishare ke org/pihak lain.

24
Beneficence

Berbuat baik dalam prinsip ini maksudnya


individu melakukan sesuatu yang baik.
Dapat mencegah seseorang melakukan
kesalahan.
Terkadang, prinsip ini dalam pelayanan
kesehatan terjadi konflik dengan otonomi.
Jika tidak memiliki pengetahuan atau
pedoman yg benar dalam melakukan sesuatu
dpt menyebabkan terjadinya
keburukan/kesalahan dalam tindakan tersebut.
25
Justice
Keadilan adalah sesuatu yang
ditempatkan sesuai dengan porsinya.
Prinsip keadilan dibutuhkan demi
tercapainya kesamaan derajat dan
keadilan terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal,
dan kemanusiaan.

26
Kelalaian (Negligence)
Pasien berhak mendapatkan pelayanan yg
aman dan tindakan yg layak tanpa
terpapar bahaya, sehingga harus dilakukan
oleh profesional yg berkompeten.
Standar ini tidak hanya untuk terapisnya
yg memberikan tindakan secara fisik dan
rehabilitasi, tetapi jg terkait alat yang
digunakan harus dalam kondisi baik dan
bebas dari risiko2 bahaya lainnya.

27
Kelalaian (Negligence)
Kelalaian menunjukkan pemberian terapi
tidak sesuai standar (dibawah standar),
walaupun banyak faktor yg
mempengaruhi: standar praktik,
kebijakan, SOP, best practice, dan status
legal terapis (terapis yg memiliki lisensi
jauh dari kemungkinan terjadinya
kelalaian).
Kelalaian berdampak pada bahaya yg
tidak disengaja.
28
Kelalaian saat pemberian terapi
Omission  seorang pasien mendatangi dokter
krn luka pada tubuhnya. Kategori omission jika
dokter salah dalam mengkaji luka, menangani
luka, dan memberikan rujukan.
Commission  misal, dlm proses rehabilitasi
seorang terapis memberikan ultrasound pada
pasien stress fracture. Pada kasus ini, kelalaian
terapis berupa kesalahan teknik terapinya
(stress fracture kontraindikasi diberikan
ultrasound).

29
Kelalaian akibat fasilitas
Desain fasilitas dan lingkungan utk terapi
pasien harus memperhatikan aspek
keamanan.
Peralatan dan lingkungan terapi harus
terus dijaga untuk menjamin kemanannya.

30
Keamanan fasilitas
1. Semua alat2 elektrik dalam keadaan aman.
2. Pasien dilarang berada di pusat pusaran air,
3. Area hidroterapi memiliki batas yang jelas
dan mudah dilihat.
4. Semua alat yg digunakan dalam terapi dicek
dan dikalibrasi secara rutin dan profesional.
5. Lantai dari material antiselip.
6. Kebijakan dan SOP harus terus diupdate dan
dipelihara.

31
Sekian

32

Anda mungkin juga menyukai