Anda di halaman 1dari 5

Saxifraga ligulata sebagai

Alternatif Pengobatan Batu Ginjal


Stefany Marcellia
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
stefany.marcellia@student.uns.ac.id

Abstract. Kidney stones are a condition where there are stones or crystals in urinary tract
(ureter, bladder, kidneys). It’s because of the results of a complex process from several
photochemical processes. This situation occurs, because of the accumulation of compounds
such as calcium, uric acid, potassium oxalate, or other substances in the form of crystals.
Urine that contains these substances will be difficult to filter by the kidneys, which will then
settle and potentially become kidney stones. Medications and treatments that have been
applied for kidney stones so far such as ESWL, PNL, open surgery and chemical drugs.
These treatments need a lot of money and also have side effects. Continuous consumption
of chemical drugs can cause other complications and using shock waves will cause damage
to the kidneys. Data from in vitro, in vivo, and clinical trials reveal that the use of herbs
such as Saxifraga ligulata as an alternative treatment can be useful and have smaller side
effects.

Keywords: kidney stone, Saxifraga ligulata, herbs

1. PENDAHULUAN
Di Indonesia, penyakit ginjal yang paling umum dijumpai adalah gagal ginjal dan batu
ginjal. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, prevalensi penderita batu ginjal di Indonesia adalah
0,6%. Prevalensi tertinggi penyakit batu ginjal yaitu di daerah DI Yogyakarta (1,2%), diikuti
Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah , dan Sulawesi Tengah masing-masing (0,8%) (Depkes,
2013). Berdasar penelitian epidimiologi diduga pria menderita batu ginjal lebih banyak dibanding
wanita (Scales, et al, 2012). Prevalensi batu ginjal di Amerika Serikat adalah 12% pada laki-laki
dan 7% pada wanita (Han et al., 2015).
Batu ginjal tidak hanya terbentuk di ginjal saja, batu ini dapat terbentuk di sepanjang
saluran kemih seperti pada ureter atau kandung kemih. Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) adalah
kondisi dimana terdapat batu atau kristal di sepanjang saluran kemih sehingga menimbulkan nyeri,
pendarahan, dan infeksi (Moe, 2006). Sedangkan, Batu Ginjal (Nefrolithiasis) adalah gangguan
pada kaliks atau pelvis ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal akibat
penyumbatan pada saluran urin. Apabila penyumbatan berlangsung terus menerus, maka dapat
mengakibatkan kerusakan ginjal yang berujung pada gagal ginjal bahkan kematian (Purnomo,
2011).
Penyebab batu ginjal sangat berhubungan erat dengan kebiasaan dan pola hidup seseorang.
Hipertensi dan obesitas yang berkaitan dengan nefrolithiasis juga berkontribusi pada pembentukan
batu. Pembentukan batu ini utamanya disebabkan oleh peningkatan zat-zat seperti kalsium, asam
urat, kalium oksalat, ataupun zat lain yang berbentuk kristal yang kemudian mengendap karena
tidak tersaring oleh ginjal (Alelign dan Petros, 2018). Beberapa kelainan metabolisme seperti
hiperkalsiuria, volume urin yang berkurang, gouty diathesis, hyperuricosuria menyebabkan
peningkatan pembentukan batu dengan mengubah komposisi dan saturasi batu. Supersaturasi
adalah penyebab utama kristalisasi dalam urin. Dibanding dengan orang dewasa normal dan sehat,
cairan tubular pasien penderita batu ginjal lebih jenuh dengan garam kalsium, dimana mendukung
inisiasi dan pembentukan kristal (Gupta dan Kanwar, 2018).
Penanganan penyakit batu ginjal ini tergantung dari lokasi dan ukuran batu. Batu yang
besar biasanya ditangani dengan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), Ureteroscopy
(URS), atau Percutaneous Nephrolithotomy (PNL). Sayangnya, penanganan menggunakan ESWL
masih menimbulkan efek samping yang signifikan seperti kerusakan ginjal. Meskipun zaman
semakin maju, alat dan obat-obatan makin berkembang, masih belum ada obat pasti yang dapat
mencegah timbulnya batu lagi maupun sebagai pencegahan dini. Dalam hal ini, banyak tanaman
tradisional yang digunakan untuk mengobati batu ginjal dan telah tebukti kasiatnya (Butterweck
dan Khan, 2009).
Saxifraga ligulata atau Bergenia ligulata telah digunakkan selama berabad-abad di Asia
Selatan, terutama di India dan Pakistan untuk berbagai macam penyakit. Namun, aktivitas
terpentingnya adalah efek diuretik dan litotripiknya, Bergenia ligulata digunakan untuk
menyembuhkan batu ginjal (Goswami et al., 2013). Oleh karena itu, tujuan dibuatnya jurnal ini
adalah untuk melanjutkan dan mereview penelitian pada jurnal yang ada dan telah membutikkan
kandungan-kandungan pada tumbuhan Saxifraga ligulata yang dapat mengobati penyakit batu
ginjal.

2. METODE
Digunakan metode studi literatur dengan terlebih dahulu mengumpulkan sumber informasi
sebagai bahan referensi. Dalam pembuatan jurnal ini, dibutuhkan data dan informasi yang
memadai dan sesuai kebutuhan. Data dan informasi yang diperoleh dari sumber data sekunder.
Sumber data sekunder adalah naskah tertulis data primer. Sumber data yang digunakan adalah
jurnal penelitian dan buku teks.
Pembuatan jurnal ini dengan metode literatur, menggunakan jurnal-jurnal dan buku untuk
informasi dan kelengkapan data penelitian. Serta sebagai kelajutan penelitian-penelitian yang telah
ada yang dibuktikan melalu beberapa tes dan percobaan pada jurnal-jurnal tertentu.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Batu ginjal adalah adanya batu di ginjal akibat dari gangguan keseimbangan antara
kelarutan dan pengendapan garam di saluran kemih dan atau di ginjal (Han H et al., 2015). Batu
ginjal yang paling umum adalah batu yang mengandung kalsium (75-90%), diikuti oleh
magnesium amonium fosfat (10-15%), asam urat (3-10%), dan sitisin (0,5-1%) (Nirumand et al.,
2018).
Beberapa pengobatan dan terapi telah diterapkan saat ini untuk penyembuhan batu ginjal
termasuk thiazide diuretics, allopurinol, terapi alkali atau pengobatan lain seperti penyingkiran
batu dengan bedah terbuka atau dengan laser, Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL),
Ureteroscopy (URS), or Percutaneous Nephrolithotomy (PNL). Akan tetapi, tidak satupun
pengobatan diatas terbukti dapat benar-benar menyembuhkan dan mencegah batu kembali muncul,
juga paparan shock wave dapat menyebabkan efek samping yang cukup parah seperti kerusakan
ginjal, peningkatan kekambuhan batu, dan disisi lain penanganan ini memerlukan biaya yang
cukup mahal (Butterweck dan Khan, 2009). Thiazide yang diterapkan untuk mencegah frekuensi
hypercalcuria dan hyperoxaluria (penyebab pembentukan batu) tidak cukup menjanjikan karena
efektivitasnya yang terbatas dan tolerabilitas yang rendah. Oleh karena, kelemahan terapi dan
pengobatan yang telah ada serta keterbatasan farmakoterapi, mengeksplorasi terapi farmakologi
baru sangatlah menguntungkan. Berbagai tanaman obat herbal dengan aktivitas diuretik,
antispasmodik, antiurolitik, dan antioksidan memberikan efek penghambatan pada kristalisasi,
nukleasi, dan agregasi kristal, membuat mereka berguna untuk pengobatan batu ginjal (Nirumand
et al., 2018). Salah satu tanaman herbal yang digunakan untuk pengobatan batu ginjal adalah
Saxifraga ligulata.
Di Asia, terutama di India dan Pakistan Saxifraga ligulata atau Bergenia ligulata
(keluarga: Saxifragaceae) telah digunakan selama berabad-abad untuk berbagai macam penyakit,
terutama sebagai antidiuretik dan antilithithotriptic (Sharma et al., 2017). Rimpang dari Bergenia
ligulata digunakan untuk tujuan medis, juga pada akar, daun, dan batangnya memiliki banyak
kandungan untuk kegunaan medis. Kandungan yang paling banyak pada tumbuhan ini adalah
berginin yang mengandung antipiretik, antidiuretik, dan perlindungan hepar. Selain itu, terdapat
juga asam galat, asam tanat, paashanlactone, dan masih banyak lagi. Aktifitas antibakterial yang
ditemukan dalam Bergenia ligulata ada pada kandungan ekstrak metanolnya. Untuk aktivitas
diuretik, ekstrak etanol pada tanaman inilah yang memicu aktivitas tersebut. Selain itu, ekstrak
etanol juga terbukti sebagai antidiabetik (Goswami et al., 2013).
Bergenia ligulata digunakan sebagai obat untuk disuria dan untuk batu di ginjal dan
ureter. Beberapa studi telah mengevaluasi potensi antiurolitik dari rimpang Bergenia ligulata.
Ekstrak air metanol dari rimpang Bergenia ligulata menghambat pengendapan kristal CaC2O4.
Pada percobaan in vitro telah dibuktikan ekstrak rimpang Bergenia ligulata meghambat
pengendapan kristal CaC2O4 dan kristal kalsium hidrogen fosfat dihidrat. Dalam studi in vivo,
ekstrak alkohol dari Bergenia ligulata telah ditemukan efektif dalam melarutkan batu yang
dikembangkan di kandung kemih tikus, dengan penyisipan benda asing, dan mengurangi
hiperoksaluria idiopatik pada pembentukan batu.
Pada percobaan yang dilakukan Bashir dan Gilani menggunakan percobaan in vitro dan in
vivo, serta beberapa bahan kimia dan reagen (Ethylene glycol, thymol, reduced glutathione, 2-
nitrobenzoic acid, thiobarbituric acid, eosin spirit soluble, hematoxylin and xylene from BDH
Chemical Limited, Poole, England, paraffin wax from Merck, silver nitrate (AgNO3), dan lain-
lain), rimpang Bergenia ligulata, dan tikus wistar. Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa ekstrak
rimpang Bergenia ligulata (BLR) menghambat, mengurangi, dan merubah struktur kristal kalsium
oksalat (CaC2O4). Pada Gambar 2 BLR menunjukkan efek antioksidannya dengan pembersihan
radikal bebas DPPH dan menghambat perioksidasi lipid. Percobaan in vivo menunjukkan efek
diuretik BLR pada tikus, dibuktikan dari peningkatan volume urin tikus yang membantu
pengurangan kristal kalsium oksalat karena ikut larut dalam urin (Tabel 1).

Gambar 1. Efek dari ekstrak rimpang Bergenia linguata.


Gambar 2. Kristal Kalsium Okslat di bawah mikroskop

Tabel 1 Efek diuretik dari ekstrak rimpang Bergenia linguata

Terdapat juga peningkatan ekskresi Mg2+ pada kelompok yang diberi BLR. Mg2+
merupakan penghambat peningkatan dan pembentukan dari kalsium fosfat dan kristal kalsium
oksalat. Penggabungan antara Mg2+ dan oksalat meningkatkan kelarutan dari CaC2O4. Hasil yang
menjanjikan dalam mencegah munculnya lagi batu telah dibuktikan pada pasien yang diobati
dengan potasium magnesium sitrat. Penghambatan kristalisasi dari BLR (seperti yang dibuktikan
pada percobaan in vitro) dengan demikian dapat menjadi hasil dari peningkatan kandungan Mg2+
pada urin tikus percobaan. Ekstrak rimpang Bergenia ligulata (BLR) juga dapat mencegah
tejadinya kerusakan tubulus ginjal karena efek litogenik (Bashir dan Gilani, 2009).

4. SIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya efek antiurolitik pada rimpang Bergenia ligulata
melawan batu kalsium oksalat, melalui kombinasi penghambatan kristal CaC2O4, efek diuretik,
efek antioksidan dan efek hypermagneseuric yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan
batu ginjal.

5. SARAN
Penelitian ini masih perlu dilanjutkan dan dikembangkan lagi supaya memberikan hasil
yang lebih maksimal dan valid untuk dijadikan pengobatan bagi penderita batu ginjal, serta
ditemukannya keutungan-keuntungan lain dan mungkin kelemahan yang nantinya dapat
dihilangkan dengan menggabungkan tanaman herbal lain untuk pengobatan batu ginjal.

6. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2013). Laporan riset kesehatan dasar 2013. Jakarta.
Purnomo Basuki B. (2011). Dasar-Dasar Urologi. Jakarta.
Jurnal
Alelign, T., & Petros, B. (2018). Kidney Stone Disease: An Update on Current Concepts.
Advances In Urology, 2018, 1-12.
Bashir, S., & Gilani, A. (2009). Antiurolithic effect of Bergenia ligulata rhizome: An explanation
of the underlying mechanisms. Journal Of Ethnopharmacology, 122(1), 106-116.
Butterweck, V., & Khan, S. (2009). Herbal Medicines in the Management of Urolithiasis:
Alternative or Complementary? Planta Medica, 75(10), 1095-1103.
Goswami, P., Samant, M., & Srivastava, R. (2013). MULTI FACETED SAXIFRAGA
LIGULATA. International Journal Of Research In Ayurveda & Pharmacy, 4(4), 608-611.
Han, H., Segal, A., Seifter, J., & Dwyer, J. (2015). Nutritional Management of Kidney Stones
(Nephrolithiasis). Clinical Nutrition Research, 4(3), 137.
Moe, O. (2006). Kidney stones: pathophysiology and medical management. The Lancet,
367(9507), 333-344.
Nirumand, M., Hajialyani, M., Rahimi, R., Farzaei, M., Zingue, S., Nabavi, S., & Bishayee, A.
(2018). Dietary Plants for the Prevention and Management of Kidney Stones: Preclinical
and Clinical Evidence and Molecular Mechanisms. International Journal Of Molecular
Sciences, 19(3), 765.
S, Gupta., & SS, Kanwar. (2018). Phyto-molecules for Kidney Stones Treatment and
Management. Biochemistry & Analytical Biochemistry, 07(04).
Scales, C., Smith, A., Hanley, J., & Saigal, C. (2012). Prevalence of Kidney Stones in the United
States. European Urology, 62(1), 160-165.
Sharma, I., Khan, W., Parveen, R., Alam, M., Ahmad, I., Ansari, M., & Ahmad, S. (2017).
Antiurolithiasis Activity of Bioactivity Guided Fraction of Bergenia ligulata against
Ethylene Glycol Induced Renal Calculi in Rat. Biomed Research International, 2017, 1-
11.

Anda mungkin juga menyukai