Anda di halaman 1dari 8

Lex et Societatis, Vol. IV/No.

2/Feb/2016
TANGGUNG GUGAT TENAGA MEDIS yang sedang diderita.3 Profesi dokter
TERHADAP PASIEN DALAM TRANSAKSI merupakan pekerjaan yang dilaksanakan
TERAUPETIKAR1 berdasarkan keilmuan, kompetensi yang
Oleh: Andreas Wenur2 diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang
dan kode etik yang bersifat melayani
ABSTRAK masyarakat. Profesi dokter membutuhkan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk tanggung jawab yang besar.
mengetahui dalam hal apa dokter dalam Praktik kedokteran bukanlah pekerjaan yang
menjalankan profesi kedokteran bertanggung dapat dilakukan siapa saja, tapi hanya dapat
gugat atas kelalaian medis dan bagaimana dilakukan oleh kelompok professional
bentuk pertanggungjawaban dokter dalam kedokteran yang berkompeten dan memenuhi
transaksi teraupetik antara dokter dan pasien. standar profesi. Dalam menjalankan tugas
Penelitian ini menggunakan metode penelitian medik seorang dokter di harapkan dapat
yuridis normatif dan dapat disimpulkan: 1. menyehatkan orang yang sakit atau setidaknya
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan mengurangi penderitaan orang sakit. Namun
dokter harus melakukannya secara maksimal. tidaklah dapat disangkal juga bahwa dalam
Jika dalam melaksanakan kewajibannya dokter menjalankan prakteknya seorang dokter dan
melakukan kesalahan/kelalaian maka ia dapat tenaga kesehatan lainnya kadang tidak terlepas
dimintai pertanggungjawaban. Apabila seorang dari kesalahan-kesalahan. Dokter dalam
dokter terbukti melakukan kesalahan/kelalaian melakukan tindakan medik harus berdasarkan
atau perbuatan yang melanggar hukum, prosedur yang benar dan sesuai dengan etika
luka/cedera/kerugian maka dokter dapat profesi kesehatan. Etika profesi itu sendiri
dituntut tanggung gugat nya dengan membayar terdiri dari norma-norma, nilai-nilai, atau
ganti kerugian. 2. Dokter sebagai tenaga pelayanan jasa kepada masyarakat. Dokter
professional medis bertanggung jawab dalam dalam menjalankan profesinya harus
setiap tindakan medis yang dilakukan terhadap memenuhi hak dan kewajiban baik yang dimiliki
pasien. Bentuk pertanggungjawaban seorang oleh dokter sendiri atau yang dimiliki oleh
dokter dalam melaksanakan profesinya tidak pasien.
terlepas dari ketentuan-ketentuan hukum yang Dari segi hukum, kelalaian atau kesalahan
berlaku. Bentuk pertanggungjawaban hukum akan terkait dengan sifat perbuatan melawan
dokter dapat dilihat dari segi hukum perdata, hukum yang dilakukan oleh orang yang mampu
hukum pidana dan profesi kedokteran. Di bertanggung jawab. Seseorang dikatakan
dalam ketentuan-ketentuan hukum ini termuat mampu bertanggung jawab apabila dapat
tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban menyadari makna yang sebenarnya dari
dari seorang dokter dalam melaksanakan tugas- perbuatannya. Tindakan dokter yang melebihi
tugasnya atau profesinya. kewenangannya harus di berikan sanksi atau
Kata kunci: Tanggung gugat, tenaga medis, berurusan dengan aparat penegak hukum agar
pasien, transaksi teraupetik. dapat mempertanggungjawabkan tindakan
yang telah merugikan pasien ataupun
PENDAHULUAN masyarakat lainnya.
A. Latar Belakang Masalah Salah satu prosedur yang harus di lakukan
Profesi dokter dan tenaga kesehatan lainnya dokter sebelum dilakukannya tindakan medik
merupakan profesi yang terhormat dalam kepada pasien yaitu perjanjian tindakan medik.
pandangan masyarakat. Karena dari profesi Pasien dan dokter dalam praktek kesehatan
inilah banyak masyarakat menggantungkan memiliki hubungan yang saling terkait dalam
harapan hidup atau kesembuhan dari penyakit hal ini berupa hubungan hukum yang
menghasilkan suatu hubungan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak yang
dapat dituntut pemenuhannya dan tanggung
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Telly
Sumbu, SH, MH; Dr. Theodorus H. W. Lumenon, SH, MH. 3
Machmud, Syahrul Penegakan Hukum dan Perlindungan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Hukum Bagi Dokter Yang Diduga Melakukan Medikal
090711532 Malpraktek, Karya Putra Darwati, Bandung, 2012, hlm. 1

1
Lex et Societatis, Vol. IV/No.
2/Feb/2016
jawabnya. Tanggung jawab hukum itu sendiri meneliti bahan pustaka atau data sekunder
terdiri dari tanggung jawab menurut hukum belaka.6
perdata, menurut hukum pidana, menurut
hukum administrasi, disamping juga menurut PEMBAHASAN
aturan atau hukum yang ditentukan oleh A. Kriteria Kesalahan/Kelalaian dan Tanggung
profesi sendiri. Gugat Dokter
Dokter dan tenaga kesehatan lainnya Kesalahan berasal dari kata “schuld”, yang
memiliki tanggung jawab untuk memberikan dalam hal ini belum resmi diakui sebagai istilah
pelayanan kesehatan yang maksimal kepada ilmiah, namun sudah sering digunakan dalam
seorang pasien. Dengan adanya Undang- beberapa penulisan. Penggunaan istilah
Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik kesalahan ini dalam arti yuridis contohnya yaitu
Kedokteran maka diharapkan mampu orang yang dijatuhi pidana karena melakukan
menjamin kebutuhan masyarakat akan kesalahan pidana.
kesehatan sebagai hak asasi manusia dalam Pada umumnya tuntutan kepada dokter
kaitannya dengan upaya kesehatan yang oleh pasien yang merasa tidak puas dengan
diselenggarakan oleh praktisi di bidang pelayanan medis atau pengobatan yang
kedokteran. Dalam memberikan pelayanan dilakukan oleh dokter yang merawatnya di
kesehatan kepada masyarakat seorang dokter mana hasil dari upaya pengobatan tersebut
akan berusaha memberikan yang terbaik bagi mengecewakan pasien, seringkali dianggap
pasiennya, hal ini juga di atur dalam Undang- sebagai kelalaian atau kesalahan dokter dalam
Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 yang melaksanakan profesinya. Ketidakpuasan yang
didalam Pasal 4 mengatakan bahwa ”Setiap terjadi karena tidak adanya hasil yang dicapai
orang berhak atas kesehatan”.4 dalam upaya pengobatan dan tidak sesuai
Dokter atau tenaga kesehatan lainnya dalam dengan harapan pasien dan keluarganya.
melaksanakan tugas kedokterannya tidak Unsur-unsur dari kesalahan (schuld) itu
terlepas dari segala resiko yang berupa sendiri adalah, apabila suatu perbuatan itu7:
kekeliruan/kelalaian ataupun kesalahan. Karena 1. Bersifat bertentangan dengan hukum
pasien yang ditangani bisa saja menjadi cacat (wederrechtelijk).
bahkan meninggal dunia setelah diberikan 2. Kesalahannya itu dapat
tindakan.5 dibayangkan/menduga-duga (voorzien-
baarheid)
B. Rumusan Masalah 3. Kesalahannya itu sebenarnya dapat
1. Dalam hal apa dokter dalam menjalankan dihindari/dapat berhati-hati
profesi kedokteran bertanggung gugat atas (overmijdbaarheid)
kelalaian medis? Dalam yuridis, kesalahan dapat dibedakan
2. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban antara, keadaan fisik seseorang melakukan
dokter dalam transaksi teraupetik antara suatu perbuatan sehingga perbuatan itu dapat
dokter dan pasien? dipertanggungjawabkan dan bentuk kesalahan
yang berupa kesengajaan dan kealpaan dalam
C. Metode Penelitian undang-undang.
Penelitian ini merupakan penelitian Berikut beberapa pengertian kesalahan
normatif, yaitu terutama mengkaji kaidah- yang dipaparkan oleh para ahli yaitu sebagai
kaidah (norma-norma) hukum dalam hukum berikut:
positif. 1. Jonkers:
Penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif atau penelitian hukum kepustakaan,
yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
6
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hlm. 13.
4 7
Anonimous, UURI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Soetrisno, Malpraktek Medik & Mediasi Sebagai
Kesehatan, Laksana, Yogyakarta, 2013, hlm.14 Alternatif Penyelesaian Sengketa, Telaga Ilmu, Tangerang,
5
Machmud, Syahrul, Op-Cit, hlm. 1. 2010, hlm. 21
Dalam keterangan tentang “schuldbegrip” membuat pembagian atas tiga bagian dalam
2
Lex et Societatis, Vol. IV/No.
2/Feb/2016
pengertian kesalahan yaitu:8 Di dalam Black’s Law Dictionary, edisi
a. Selain kesengajaan atau kealpaan kelima, 1979 disebutkan bahwa kelalaian
(opzet of schuld) adalah tidak melakukan sesuatu apa yang
b. Meliputi juga sifat melawan hukum seorang yang wajar yang berdasarkan
(de wederrechtelijheid) pertimbangan biasa yang umumnya mengatur
a. Dan kemampuan bertanggung-jawab peristiwa manusia, akan melakukan, atau telah
(de toerekenbaarheid). melakukan sesuatu yang wajar dan hati-hati
2. Pompe: justru tidak akan melakukan.12
Pengertian kesalahan mempunyai tanda
sebagai hal yang tercela (veruitjbaarheid) B. Tanggung Jawab Hukum Dokter Dalam
yang pada hakekatnya tidak mencegah Transaksi Terapeutik
(vermijdbaarheid) kelakuan yang bersifat Tanggungjawab seorang dokter,
melawan hukum (der weddeerechtelijke Poerwadarminta dalam kamus Umum Bahasa
gedraging). Kemudian dijelaskan pula Indonesia memberikan definisi bahwa
tentang hakekat tidak mencegah kelakuan “tanggungjawab (hukum) seorang dokter
yang bersifat melawan hukum (vermijdbaar adalah keadaan yang mewajibkan dokter untuk
der wedderechgtelijke gedraging) di dalam menanggung segala sesuatunya, kalau ada
perumusan hukum positif, di situ berarti terjadi sesuatu hal maka boleh dituntut atau
mempunyai kesengajaan dan kealpaan dipersalahkan atau diperkarakan dan
(opzet en onachtzaamheid) yang mengarah sebagainya.13 Dokter juga merupakan manusia
kepada sifat melawan hukum biasa seperti halnya manusia-manusia lain yang
(weerechtelijkheid) dan kemampuan hanya berprofesi sebagai dokter/penyembuh
bertanggung-jawab (toerekenbaarheid).9 penyakit.
3. VOS :10 Dasar tanggung jawab hukum yang terjadi
Pengertian kesalahan mempunyai tiga berkaitan dengan pelaksanaan profesinya
tanda khusus, yaitu: sebagai seorang dokter, yaitu sebagai berikut:14
a. Kemampuan bertanggung-jawab dari 1. Wanprestasi, pertanggungjawaban ini
orang yang melakukan perbuatan. dituntut apabila adanya suatu perjanjian
b. Hubungan batin tertentu dari orang antara pasien dan dokter.
yang perbuatannya itu dapat berupa 2. Perbuatan melanggar hukum. Tanggung
kesengajaan atau kealpaan. jawab terhadap ketentuan-ketentuan
c. Tidak terdapat dasar alasan yang hukum tercantum dalam Undang-
menghapus pertanggung-jawaban Undang, yaitu Kitab Undang-Undang
bagian pembuat atas perbuatannya itu. Hukum Pidana (KUHP) beserta hukum
4. E. Mezger :11 acaranya (KUHAP), KUHPerdata, UU
Menyimpulkan bahwa kesalahan terdiri Perlindungan Konsumen, UU No. 36
atas: Tahun 2009 tentang Kesehatan dan UU
a. Kemampuan bertanggung-jawab. no. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
b. Adanya bentuk kesalahan yang berupa Kedokteran.
kesengajaan dan culpa. Berkaitan dengan tanggung jawab yang
c. Tak ada alasan penghapus kesalahan. harus dilakukan oleh seorang dokter dalam
Jonkers dan Pompe berpandangan bahwa melaksanakan profesinya, maka tidak terlepas
kesalahan memiliki syarat-syarat dan sifat dari ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku
melawan hukum yang mempunyai bentuk dalam pelaksanaan profesinya. Di dalam
kesengajaan atau kealpaan serta pertanggung- ketentuan-ketentuan hukum ini termuat
jawaban. tentang apa yang menjadi hak dan kewajiban
dari seorang dokter dalam melaksanakan tugas-
tugasnya atau profesinya. Purbacaraka

8
Ibid. 12
9 Ibid, hlm. 31.
Ibid, hlm. 137. 13
10 Poerwadarminta, WJS, 1976, Kamus Umum Bahasa
Ibid.
11 Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, Cet.ke-1.
Ibid. 14
Isfandyarie, Anny, Op-Cit, hlm. 3.

3
Lex et Societatis, Vol. IV/No.
2/Feb/2016
berpendapat, bahwa tanggung jawab hukum hukum maka hal tersebut menyangkut apa
bersumber dari penggunaan hak atau/dan yang boleh dan tidak boleh dilakukan, atau apa
melaksanakan kewajibannya dari tiap orang. yang seharusnya dilakukan maupun tidak
Lebih lanjut ditegaskan, setiap pelaksanaan seharusnya dilakukan oleh dokter dalam
kewajiban dan setiap penggunaan hak baik melaksanakan profesinya. Dalam menjalankan
yang dilakukan secara tidak memadai maupun profesinya lebih khusus dalam melaksanakan
yang dilakukan secara memadai pada dasarnya tanggung jawabnya, seorang dokter terikat
tetap harus disertai dengan pertanggung pada ketentuan-ketentuan hukum, dan harus
jawaban, demikian pula dengan pelaksanaan memenuhi tanggung jawab hukum. Tanggung
kekuasaan.15 jawab hukum dalam hukum perdata
Mekanisme pertanggungjawaban hukum merupakan tanggung jawab seseorang
dokter merupakan proses pembuktian dari terhadap perbuatan yang melawan hukum.
suatu kelalaian atau pun kesalahan yang di Perbuatan melawan hukum tidak hanya
lakukan dokter dalam profesi kedokterannya mencakup perbuatan yang bertentangan
dengan menyatakan perbuatannya benar murni dengan undang-undang pidana saja, akan tetapi
sebuah kesalahan. Dalam hal ini bukti yang jika perbuatan tersebut bertentangan dengan
harus ditemukan merupakan sebab terjadinya undang-undang lainnya dan bahkan
perbuatan pidana tersebut dan apakah bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
terdapat akibat yang terjadi/timbul disebabkan hukum yang tidak tertulis.18
oleh tindakan dokter yang sengaja bersikap Pertanggungjawaban hukum perdata bertujuan
kurang hati-hati dan ceroboh. untuk memperoleh ganti rugi atas segala yang
Dalam pembuktian di Hukum Perdata diderita oleh si penderita atau pasien.
seseorang dapat mengajukan gugatan Bentuk pertanggungjawaban hukum perdata
melakukan perbuatan melanggar hukum adalah antara lain seperti yang diatur dalam:
haruslah dipenuhi empat syarat yang 1. Undang-Undang Hukum Perdata
disebutkan dalam pasal 1365 KUHPerdata16: (KUHPerdata), antara lain:
1. Pasien harus mengalami kerugian. a. Pasal 1239 Kitab Undang-Undang
2. Ada kesalahan atau kelalaian (disamping Hukum Perdata Tanggung gugat
perorangan, rumah sakit juga bisa berdasarkan wanprestasi atau cedera
bertanggungjawab atas kesalahan atau janji atau ingkar janji.
kelalaian pegawainya). b. Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
3. Ada hubungan kausal antara kerugian Hukum Perdata Tanggung gugat
dan kesalahan. berdasarkan perbuatan melawan
4. Perbuatan itu melanggar hukum. hokum, “tiap-tiap perbuatan
Untuk memenuhi bahwa seorang dokter melanggar hukum, yang membawa
tersebut dikatakan bersalah dalam Hukum kerugian kepada seorang lain,
Pidana harus dipenuhi tiga persyaratan, yaitu17: mewajibkan orang yang karena
1. Harus ada perbuatan yang dipidana, yang salahnya menerbitkan kerugian itu,
termasuk dalam delik undang-undang. mengganti kerugian tersebut.
2. Perbuatan yang dapat dipidana itu harus c. Pasal 1366 Kitab Undang-Undang
bertentangan dengan hukum Hukum Perdata, melakukan kelalaian
(wederrechtelijk). sehingga menyebabkan kerugian,
3. Harus ada kesalahan pada si pelaku “setiap orang bertanggungjawab tidak
Dokter harus benar-benar mengetahui apa saja untuk kerugian yang disebabkan
yang menjadi kewajibannya dan apa yang perbuatannya, tetapi juga untuk
menjadi haknya. Berkaitan dengan kewajiban kerugian yang disebabkan kelalaian
atau kurang hati-hatinya”.
15
Purbacaraka, Perihal, Kaedah Hukum, (Bandung: Citra d. Pasal 1367 Kitab Undang-Undang
Aditya, 2010), hlm. 37 Hukum Perdata, melalaikan pekerjaan
16
Soetrisno, Malpraktek Medik & Mediasi Sebagai sebagai penanggungjawab,
Alternatif Penyelesaian Sengketa, Telaga Ilmu, Tangerang,
2010, hlm. 38 18
17
Ibid, hlm. 21 Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata, Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang, 2001, hlm 12
“seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang
4
Lex et Societatis, Vol. IV/No.
2/Feb/2016
disebabkan karena perbuatannya a. Pasal 190 UU No 36 Tahun 2009
sendiri, tetapi juga untuk kerugian tentang Kesehatan:
yang disebabkan karena perbuatan (1) Pimpinan fasilitas pelayanan
orang-orang yang menjadi kesehatan dan/atau tenaga
tanggungannya atau disebabkan oleh kesehatan yang melakukan praktik
barang-barang yang berada dibawah atau pekerjaan pada fasilitas
pengawasannya”. pelayanan kesehatan yang dengan
e. pasal 1243 undang-undang sengaja tidak memberikan
KUHPerdata Wanprestasi, dalam hal pertolongan pertama terhadap
ini dokter tidak memenuhi pasien yang dalam keadaan gawat
kewajibannya yang timbul dari suatu darurat sebagaimana dimaksud
perjanjian (tanggung jawab dalam pasal 32 ayat (20 atau Pasal
kontraktual), yang diawali dengan 85 ayat (2) dipidana dengan
adanya perjanjian yang melahirkan pidana penjara paling lama 2 (dua)
hak dan kewajiban. Apabila dalam tahun dan denda paling banyak
hubungan hukum berdasarkan Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
perjanjian tersebut, pihak yang rupiah).
melanggar kewajiban (debitur) tidak (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana
melaksanakan atau melanggar dimaksud pada ayat (1)
kewajiban yang dibebankan mengakibatkan terjadinya
kepadanya maka ia dapat dinyatakan kecacatan atau kematian,
lalai (wanprestasi) dan atas dasar itu pimpinan fasilitas pelayanan
ia dapat dimintakan kesehatan dan/atau tenaga
pertanggungjawaban hukum kesehatan tersebut dipidana
berdasarkan wanprestasi. dengan pidana penjara paling lama
Di Indonesia masalah pertanggungjawaban 10 (sepuluh) tahun dan denda
hukum pidana seorang dokter diatur dalam paling banyak Rp.
KUHPidana yang meliputi tanggung jawab 1.000.000.000,00 (satu miliar
hukum yang muncul oleh karena kesengajaan rupiah).
ataupun kesalahan/kelalaian antara lain pasal- b. Pasal 193 UU No. 36 Tahun 2009:
pasal 267, pasal 299, pasal 304, pasal 322, pasal ”Setiap orang yang dengan sengaja
344, pasal 346, pasal 347, pasal 348, pasal 349 melakukan bedah plastik dan
yang KUHPidana mencakup kesalahan yang rekonstruksi untuk tujuan mengubah
didasarkan pada kesengajaan. identitas seseorang sebagaimana
Dasar kesalahan/kelalaian berdasarkan pasal dimaksud dalam Pasal 69 diancam
267 KUHPidana di mana seorang dokter telah dengan pidana penjara paling lama 10
melakukan suatu kesalahan profesi (sepuluh) tahun dan denda paling
(beroepsfouts) apabila tidak memenuhi banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
persyaratan dalam menentukan diagnosa miliar rupiah).
ataupun melakukan terapi sebagai seorang c. Pasal 194 UU No. 36 Tahun 2009:
tenaga medis yang baik, yang tidak memenuhi ”Setiap orang yang dengan sengaja
standar.19 melakukan aborsi tidak sesuai dengan
Adapun bentuk pertanggungjawaban dokter ketentuan sebagaimana dimaksud
yang di atur dalam undang-undang untuk dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana
profesi kedokteran antara lain, sebagai berikut: dengan pidana penjara paling lama 10
1. Ketentuan Dalam UU No. 36 Tahun 2009 (sepuluh) tahun dan denda paling
tentang Kesehatan banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)”.
d. Pasal 190 UU No 36 Tahun 2009
19
Soetrisno , Op. cit, hlm. 23 tentang Kesehatan:
(1) Pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas
5
Lex et Societatis, Vol. IV/No.
2/Feb/2016
pelayanan kesehatan yang dengan Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana
sengaja tidak memberikan penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
pertolongan pertama terhadap denda paling banyak Rp.
pasien yang dalam keadaan gawat 100.0000.000,00 (seratus juta rupiah).
darurat sebagaimana dimaksud b. Pasal 76 UU No. 29 Tahun 2004:
dalam pasal 32 ayat 20 atau Pasal ”Setiap dokter atau dokter gigi yang
85 ayat 2 dipidana dengan pidana dengan sengaja melakukan praktik
penjara paling lama 2 (dua) tahun kedokteran tanpa memiliki surat izin
dan denda paling banyak Rp. praktik sebagaimana dimaksud dalam
200.000.000,00 (dua ratus juta Pasal 36 dipidana dengan pidana
rupiah). penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
(2) Dalam hal perbuatan sebagaimana denda paling banyak Rp.
dimaksud pada ayat (1) 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”
mengakibatkan terjadinya c. Pasal 77 UU No. 29 Tahun 2004:
kecacatan atau kematian, pimpinan ”Setiap orang yang dengan sengaja
fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan identitas berupa gelar
dan/atau tenaga kesehatan atau bentuk lain yang menimbulkan
tersebut dipidana dengan pidana kesan bagi masyarakat seolah-olah
penjara paling lama 10 (sepuluh) yang bersangkutan adalah dokter atau
tahun dan denda paling banyak Rp. dokter gigi yang telah memiliki surat
1.000.000.000,00 (satu miliar tanda registrasi dokter atau surat tanda
rupiah) registrasi dokter gigi dan/atau surat izin
e. Pasal 193 UU No. 36 Tahun 2009: praktik sebagaimana dimaksud dalam
”Setiap orang yang dengan sengaja Pasal 73 ayat (1) dipidana dengan
melakukan bedah plastik dan pidana penjara paling lama 5 (lima)
rekonstruksi untuk tujuan mengubah tahun atau denda paling banyak Rp.
identitas seseorang sebagaimana 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
dimaksud dalam Pasal 69 diancam rupiah).
dengan pidana penjara paling lama 10 d. Pasal 78 UU No. 29 Tahun 2004:
(sepuluh) tahun dan denda paling ”Setiap orang yang dengan sengaja
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu menggunakan metode atau cara lain
miliar rupiah). dalam memberikan pelayanan kepada
f. Pasal 194 UU No. 36 Tahun 2009: masyarakat yang menimbulkan kesan
”Setiap orang yang dengan sengaja seolah-olah yang bersangkutan adalah
melakukan aborsi tidak sesuai dengan dokter atau dokter gigi yang telah
ketentuan sebagaimana dimaksud memiliki surat tanda registrasi dokter
dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana atau surat tanda registrasi dokter gigi
dengan pidana penjara paling lama 10 atau surat izin praktik sebagaimana
(sepuluh) tahun dan denda paling dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2)
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu dipidana dengan pidana penjara paling
miliar rupiah)”. lama 5 (lima) tahun atau denda paling
2. Ketentuan dalam UU No. 29 Tahun 2004 banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus
tentang Praktik Kedokteran yaitu dalam lima puluh juta rupiah).”
Pasal 75 sampai dengan Pasal. e. Pasal 79 UU No. 29 Tahun 2004:
a. Pasal 75 UU No. 29 Tahun 2004 tentang “Dipidana dengan pidana kurungan
Praktik Kedokteran: paling lama 1 (satu) tahun atau denda
”Setiap dokter atau dokter gigi yang paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
dengan sengaja melakukan praktik puluh juta rupiah), setiap dokter atau
kedokteran tanpa memiliki surat tanda dokter gigi yang:
registrasi sebagaimana dimaksud dalam 1. Dengan sengaja tidak memasang
papan nama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1);
2. Dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud
6
Lex et Societatis, Vol. IV/No.
2/Feb/2016
dalam Pasal 46 ayat (1); atau dikenakan sanksi administrasi berupa
3. Dengan sengaja tidak memenuhi teguran, baik lisan maupun tertulis. Oleh
kewajiban sebagaimana dimaksud sebab itu dalam melaksanakan pelayanan
dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, kesehatan dokter harus lebih berhati-hati
huruf c, huruf d atau huruf e. dan teliti dan berpedoman terhadap kode
f. Pasal 80 UU No. 29 Tahun 2004: etik, standar profesi, dan ketentuan hokum
“Setiap orang yang dengan sengaja yang berlaku sebagaimana mestinya untuk
mempekerjakan dokter atau dokter gigi menghindari ataupun mengurangi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42, terjadinya kelalaian medic.
dipidana dengan pidana penjara paling 2. Di dalam ketentuan-ketentuan hukum,
lama 10 (sepuluh) tahun atau denda termuat tentang apa yang menjadi hak dan
paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga kewajiban dari seorang dokter di mana
ratus juta rupiah). dokter harus benar-benar mengetahui apa
yang menjadi kewajibannya dan apa yang
PENUTUP menjadi haknya. Dokter sebagai subyek
A. Kesimpulan hukum dalam melaksanakan profesi
1. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kedokterannya yang tidak lepas dari segala
dokter harus melakukannya secara resiko harus dapat
maksimal. Jika dalam melaksanakan mempertanggungjawabkan perbuatannya
kewajibannya dokter melakukan dari segi hukum perdata, pidana maupun
kesalahan/kelalaian maka ia dapat dimintai administrasi.
pertanggungjawaban. Apabila seorang
dokter terbukti melakukan DAFTAR PUSTAKA
Anonimous , UURI Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, Laksana, Yogyakarta,
2013.
kesalahan/kelalaian atau perbuatan yang , KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika,
melanggar hukum, luka/cedera/kerugian Jakarta, 2013.
maka dokter dapat dituntut tanggung gugat , UURI Nomor 29 Tahun 2004 tentang
nya dengan membayar ganti kerugian. Praktik Kedokteran, Citra Umbara, Bandung,
2. Dokter sebagai tenaga professional medis 2013.
bertanggung jawab dalam setiap tindakan Ameln. Fred., Kapita Selekta Hukum
medis yang dilakukan terhadap pasien. Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta,
Bentuk pertanggungjawaban seorang 1991.
dokter dalam melaksanakan profesinya Guwandi. J., Hukum Medik (Medical Law), FK-
tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan UI, Jakarta, 2004.
hukum yang berlaku. Bentuk Hanafiah. M. Jusuf. Dan Emir. Amri., Etika
pertanggungjawaban hukum dokter dapat Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Penerbit
dilihat dari segi hukum perdata, hukum Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999.
pidana dan profesi kedokteran. Di dalam Koeswadji Hermien Hadiati, Hukum Kedokteran,
ketentuan-ketentuan hukum ini termuat PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998.
tentang apa yang menjadi hak dan Isfandyarie, Anny, Tanggung Jawab Hukum dan
kewajiban dari seorang dokter dalam Sanksi Bagi Dokter, Prestasi Pustaka
melaksanakan tugas-tugasnya atau Publisher, Jakarta, 2006.
profesinya. Komalawati, Veronica., Hukum dan Etika Dalam
Praktek Dokter, Pustaka Sinar Harapan,
B. Saran Jakarta, 1984.
1. Seorang dokter yang telah melakukan Peranan Informed Consent dalam
kelalaian/kesalahan berat, sepatutnyalah Transaksi Terapeutik: Persetujuan Dalam
diberikan sanksi pidana. Kalau hanya Hubungan Dokter Dan Pasien: Suatu
berupa pelanggaran etika yang dilakukan Tinjauan Juridis, Citra Aditya Bakti, Bandung.
oleh dokter bolehlah dokter tersebut hanya
Koeswadji. Hermien. H., Hukum Kesehatan (Studi tentang Hubungan Hukum dalam mana
7
Lex et Societatis, Vol. IV/No.
2/Feb/2016
Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), Citra William C. Robinson dalam Munir Fuadi, SH.MH
Aditya Bhakti, Bandung, 1998. LLM, Perbuatan Melawan Hukum,
Lestari. Ngesti., Masalah Malpraktek Dalam Pendekatan Kontemporer, Citra Aditya,
Praktek Dokter, Kumpulan Makalah Seminar Bandung, 2002.
tentang Etika dan Hukum Kedokteran, Yunanto Ari dan Helmi, Hukum Pidana
Malang, 2001. Malpraktik Medik, Tinjauan dan Perspektif
Lumunon Theodorus, Thesis, UNAIR, Surabaya, Medikolegal. CV. Andi Offset, Yogyakarta,
1995. 2010.
Machmud, Syahrul, Penegakan Hukum Dan
Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang
Diduga Melakukan Medikal Malpraktek,
Karya Putra Darwati, Bandung, 2012.
Moetmainah Siti Prihadi-Abdullah, disampaikan
pada continuing Professional Development I
dengan Topik Pencegahan dan Penanganan
Kasus Dugaan Malpraktek, IDI, wilayah
Jateng di Semarang 4 Maret 2006.
Maryati, Ninik, Malpraktek Kedokteran Dari
Segi Hukum Pidana dan Perdata, Bina
Aksara, Jakarta.
Purnomo, Bambang, Asas-asas Hukum Pidana,
Ghalia Indonesia, Yogayakarta, 1992.
Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum, Bandung:
Citra Aditya, 2010.
Poerwadarminta, WJS, 1976, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
Cet.ke-1.
RM. Sudikno Mertokusumo, Mengenal
Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta
1988. Soekanto. Soerjono.,
Penelitian Hukum Normatif,
Suatu Tinjauan Singkat,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.
Soedjatmiko. H. M., Masalah Medik Dalam
Malpraktek Yuridik, Kumpulan Makalah
Seminar tentang Etika dan Hukum
Kedokteran, Malang, 2001.
Sofwan Dahlan, Malpraktek, Pencegahan dan
Penanganan Kasus Dugaan Malpraktek, BP
UNDIP, Semarang, 2006.
Soetrisno, Malpraktek Medik & Mediasi
Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Telaga Ilmu, Tangerang, 2010.
Supriadi. Wila Chandrawila., Hukum
Kedokteran, Mandar Maju, Jakarta, 2001.
Subekti, Hukum Perjanjian, PT Intermasa,
Jakarta 1985.
Wiradharma, Danny., Penuntun Kuliah
Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 2006.
Wiradharma. Danny., Penuntun Kuliah
Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996.

Anda mungkin juga menyukai