TESIS
Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam
kehidupan Manusia, Sehingga manusia berusaha hidup dengan
menaati aturan, namun tak dapat dipungkiri tidak jarang manusia
mempunyai tubuh yang tidak sempurna atau sakit. Berdasarkan
pendapat Mulyohadi Ali dalam buku Ari Yunanto dan Helmi
mengatakan bahwa bagi orang yang tidak sehat membutuhkan
pertolongan atau bantuan seorang dokter dalam hal mencari
pertolongan dokter untuk penyembuhan, tetapi dalam pelaksanaan
tindakan medis harus memperoleh persetujuan pasien atau
keluarganya, diwujudkan dalam bentuk dokumen informed consent
yang artinya salah satu dasar pertimbangan para dokter dalam
mengambil tindakan medik untuk menyelamatkan nyawa pasiennya,
maka kedua belah pihak ini diikatkan oleh perjanjian teraupetik. 1
Didasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia yang dilampirkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor: 434/MEN.KES/X/1983
Tentang Berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia Bagi Para Dokter
di Indonesia, maka yang dimaksud dengan transaksi terapeutik adalah
hubungan antara dokter dan penderita yang dilakukan dalam suasana
saling percaya.2Hubungan antara dokter dengan pasien dalam
pelayanan medis secara profesional didasarkan kompetensi yang
sesuai dengan keahlian dan keterampilan tertentu dibidang kedokteran.
1
Ari Yunanto dan Helmi, Hukum Pidana Malpraktik Medik, Yogyakarta: CV. Andi
Offset (Penerbit Andi), 2010, h. 13.
2
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Rineka,
Cipta, Jakarta, 2013, h.11.
1
2
3
Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwija Siswaja, “Peranan Ilmu forensic
Dalam Penegakan Hukum”, “Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2008, h.9
3
4
Achadiat, DM. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 2007, h 21.
5
8
Wila Chandrawila Supriadi,Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, 2001, h. 35
7
B. Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut diatas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah :
1. Apakah Putusan Peninjauan Kembali Nomor 79 PK/PID/2013 yang
mengatakan bahwa terpidana dinyatakan tidak bersalah Sudah
Tepat?
2. Bagaimana Proses Penanganan terhadap Tindak Pidana
Malpraktek?
b. Secara praktis
1) Sebagai sumbangan pemikiran terhadap kepada pihak terkait
yang ingin mendalami mengenai apa yang dimaksud dengan
penerapan tindak pidana malpraktek medis dalam tindakan
karena kealpaannya menyebabkan kematian;
2) Bermanfaat bagi para akademisi yang mencari bahan referensi
yang membahas tentang penerapan tindak pidana malpraktek
medis karena kealpaanya menyebabkan kematian ;
D. Metode Penelitian
Penelitian merupakan sarana pokok dalam pengembangan ilmu
pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan karena penelitian
bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodelogis dan konsiten melalui proses penelitian tersebut maka
diadakan analisa dan kontruksi terhadap data yang telah dikumpulkan
dan telah diolah.
1. Tipe Penelitian
Penelitian tentang “Analisis Yuridis Terhadap Putusan Peninjauan
Kembali NO. 79 PK/PID/2013 Tentang Tindak Pidana Karena
Kealpaannya Menyebabkan Kematian”. Dalam melakukan penelitian
ini penulis menggunakan penelitian sosiolegal research. Metode
penelitian sosio-legal (socio-legal research/studies) diperlukan untuk
menjawab masalah-masalah ketidakadilan sosial. Pendekatan studi
sosio-legal ini dapat diidentifikasi melalui dua hal yakni: pertama,
studi sosio-legal melakukan studi tekstual, Pasal-Pasal dalam
peraturan perundang-undangan dan kebijakan dapat dianalisis
secara kritikal dan dijelaskan makna dan implikasinya terhadap
subjek hukum, dalam hal ini dapat dijelaskan bagaimanakah makna
yang terkandung dalam Pasal-Pasal tersebut merugikan atau
menguntungkan kelompok masyarakat tertentu dan dengan cara
bagaimana. Kedua, studi sosio-legal mengembangkan berbagai
11
2. Objek Penelitian
a. Lokasi
Penelitian ini dilakukan dalam wilayah masyarakat di Kota
Manado. Di pilihnya wilayah Kota Manado dengan alasan bahwa
kasus tersebut masih ada masyarakat yang tidak mengerti dan
takut untuk melaporkan peristiwa yang mereka mengalami sendiri
dan juga tingkat penyelesaian kasus tindak pidana yang terjadi
dalam masyarakat masih banyak yang belum diselesaikan
ataupun hanya diselesaikan secara kekeluargaan yang
seharusnya perkara tersebut menurut peraturan perundang-
undangan harus dilimpahkan ke peradilan untuk diproses secara
hukum sesuai dengan apa yang telah diatur di dalam kitab undang
undang hukum pidana KUHP dan peraturan perundang-undangan
lainnya. Alasan penulis memilih lokasi penelitian tersebut karena
peneliti berasal dari Kota manado sehingga biaya penelitian relatif
murah.
9
Sulistyowati Irianto & Shidarta, Metode Penelitian Hukum: Konstelasi Dan Refleksi,
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2013, h. 177-178.
12
b. Populasi Penelitian
Populasi penelitian meliputi Dokter, dan Penegak Hukum yang
terlibat dan mempunyai kewewenangan dalam hukum dan
mengerti tentang hukum pidana itu sendiri.
3. Sifat Penelitian
Penelitian dalam penyusunan Tesis ini bersifat deskriptif analisis,
yaitu penelitian yang dimaksud untuk memberikan gambaran
mengenai data seteliti mungkin mengenai penerapan sanksi pidana
adat dalam tindak pidana pembunuhan dan kaitanya dengan
pembaharuan hukum pidana serta mengenai kaidah-kaidah, norma-
norma, asas-asas dan peraturan hukum yang telah tersedia,
Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar
dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama atau didalam
kerangka menyusun teori-teori yang baru.
Suatu penelitian yang baik akan membawa hasil yang baik apa
bila dapat memberikan gambaran dan jawaban terhadap
permasalahan yang diangkat, mengenai hal ini Soerjono Soekanto
berpendapat bahwa : “Suatu penelitian hukum pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,
sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan
menganalisisnya10
10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penellitian Hukum, Jakarta UI, Press, 1981, h. 43.
13
11
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet.6, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2005), h. 141
12
Ibid .h.3
15
13
Ibid.
16
6. Analisa Data
Setelah data penelitian kepustakaan dan data penelitian lapangan
yang diperoleh melalui wawancara terkumpulkan, dan kemudian data
dikelompokkan atas data yang sejenis dan data akan dianalisis yang
sifatnya kualitatif ditafsirkan secara yuridis, logis, sistematis dengan
menggunakan metode induktif dan deduktif. Dari hasil pembahasan
dan analisis ini diharapkan akan diperoleh kesimpulan yang
memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.
7. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan logika deduktif. Deduksi berasal dari bahasa Inggris
deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan
yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya
induksi14. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
14
Ibid, h 68.
17
E. Kerangka Konsepsional
Dalam membahas berbagai permasalahan yang hendak diteliti
melalui penelitian ini, perlu diperjelas mengenai batasan terhadap
pengertian serta penjelasan mengenai istilah-istilah umum yang
dipergunakan dalam penelitian ini.
F. Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian praposisi atau keterangan yang saling
berhubungan dan tersusun dalam sistem deduksi, yang
mengemukakan penjelasan atau suatu gejala. Sedikitnya terdapat tiga
unsur dalam suatu teori. Pertama, penjelasan tentang hubungan antara
unsur dalam suatu teori. Kedua, teori menganut sistem deduktif, yaitu
sesuatu yang bertolak dari suatu yang umum dan abstrak menuju
suatu yang khusus dan nyata. Ketiga, teori memberikan penjelasan
tentang gejala yang dikemukakannya. Fungsi dari teori dalam suatu
penelitian adalah untuk memberikan pengarahan kepada penelitian
yang akan dilakukan.
Beberapa teori yang digunakan sebagai kerangka kerja penelitian ini
antara lain:
1. Teori Pertanggungjawaban Pidana
Pertanggungjawaban Pidana menjurus kepada pemindanaan, jika
telah melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsure-
unsurnya yang telah ditentukan dalam undang-undang. Dapat dilihat
dari sudut terjadinya suatu tindakan yang terlarang (diharuskan),
seseorang akan dipertanggungjawab-pidanakan atas tindakan-
21
2. Teori Pemindanaan
Arti pidana menurut Van Hamel ialah “merupakan penderitaan
yang bersifat khusus yang dijatuhkan oleh kekuasaan yang
berwenang sebagai penanggungjawab ketertiban umum terhadapa
seorang pelanggar karena telah melanggar peraturan hukum yang
harus ditegakkan oleh negara. Sedangkan menurut Sudarto, pidana
ialah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang
16
melakukan perbuatan dan memenuhi syarat tertentu. Dalam
menjatuhkan pidana pada pelaku maka perlu memperhatikan tujuan
dari pemidanaan tersebut hal itu harus dikaitkan dengan stelsel
pemidanaan yaitu:
15
Dr.Amir illyas,S.H.,M.H., Pertanggungjawaban Pidana Dokter Dalam Malpraktek
Medic Dirumah Sakit, (Yogyakarta: Rangkang Education), 2014, h.73
16
Dr. Vnce ratna multiwijaya, sh.mh., Hukum Pidana Dan Pembangunan Hukum,
Universitas Trisakti, Vol. 2 no. 1, september 2019. h. 50.
22
a. Teori Absolut
Teori ini dikenal dengan teori pembalasan. Oleh karenanya
negara berhak menjatuhkan pidana karena penjahat telah
melakukan penyerangan terhadap hak dan kepentingan hukum
yang dilindungi. Teori ini dibagi dua yaitu pembalasan terhadap
subyektif mengenai kesalahan yang dilakukan pelaku dan
pembalasan obyektif terhadap perbuatan-perbuatan apa yang
telah dilakukan pelaku.
b. Teori Relative
Tujuan teori ini adalah penegakan ketertiban masyarakat dan
tujuan pidana untuk mencegah kejahatan. Teori ini dibagi dua
yaitu pencegahan umum berguna untuk memberikan rasa takut
pada orang lain untuk tidak berbuat jahat sedangkan pencegahan
khusus (Von Feuerbach) menurut Van Hamel ditujukan pada
pelaku kejahatan yang telah dijatuhi pidana agar tidak
menggulangi lagi.
c. Teori Gabungan
Teori pemindanaan gabungan Grotius menyatakan penderitaan
memang sesuatu yang sewajarnya ditanggung oleh pelaku
kejahatan, namun harus memperhatikan kemanfaatan social
dalam menetapkan berat ringannya derita yang layak diberikan.
Menurut Vos teori ini menyatakan titik berat yang sama antara
pembalasan dan perlindungan masyarakat. Sedangkan
Zevenbergen menyatakan dalam teori ini pembalasan yang
diberikan untuk melindungi masyarakat.
d. Teori Kontemporer
Teori kontemporer pada dasarnya gabungan dari ketiga teori
sebelumnya dengan beberapa modifikasi. Wayne R. Lafave
menyebutkan adapun tujuan utama dalam teori kontemporer ialah
adanya efek jera agar pelaku tidak menggulangi lagi, edukasi
pada masyarakat, pengendalian social dengan mengisolasi pelaku
23
17
Hiariej O.S Eddy, 2016,Prinsip-Prinsip Hukum Pidana,Yogyakarta,Cahaya Atma
Pustaka.h.31-32
18
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 151.
24
19
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2015), h. 49.
20
S. R. Sianturi. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan, Cet. 3.
Jakarta: Storia Grafika, 2002;h 208
21
Sudarto,2013, Hukum Pidana I, Semarang, Fakultas Hukum Universitas
Diponegore. h.68
25
5. Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosialyang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
danekonomi. Sedangkan istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari
seringdipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja
secara normal.Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor
atau mesin, jikadapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh
pemiliknya dikatakanbahwa kendaraannya dalam kondisi sehat.
Kebanyakan orangmengatakan sehat jika badannya merasa segar
dan nyaman. Bahkanseorang dokterpun akan menyatakan
pasiennya sehat manakala menuruthasil pemeriksaan yang
dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasienberfungsi secara
normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya
tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan
No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang
meliputikesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta
bukanhanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
22
Ibid.
26
6. Pengertian Malpraktek
Malapraktik, berasal dari kata “mala” artinya salah atau tidak
semestinya, sedangkan “praktik” adalah proses penanganan kasus
(pasien) dari seseorang pasien yang profesional yang sesuai dengan
prosedur kerja yang telah ditentukan oleh kelompok profesinya,
dapat diartikan melakukan tindakan atau praktik salah atau yang
menyimpang dari ketentuan atau prosedur baku (benar). Dalam
bidang kesehatan, malapraktik adalah penyimpangan dalam
penanganan kasus atau penanganan kesehatan (termasuk penyakit)
oleh tugas kesehatan sehingga menyebapkan dampak buruk bagi
penderita atau pasien. Dalam praktik kedokteran kelalaian juga
diartikan dengan melakukan tindakan medis di bawah standar
layanan medis atau standar profesi kedokteran.23
Malapraktik adalah suatu jenis kelalaian dalam standar profesional
yang berlaku umum, dan pelanggaran atas tugas yang
menyebabkan seseorang menderita kerugian. Hal ini dilakukan oleh
seorang profesional ataupun bawahannya, agen atas nama klien
atau pasien yang menyebabkan kerugian bagi klien atau pasien 24.
Dari beberapa pengertian tentang malapraktik medik di atas
semua sarjana sepakat untuk mengartikan malapraktik medik
sebagai kesalahan dokter yang karena tidak mempergunakan ilmu
pengatahuan dan keterampilan sesuai dengan standar profesinya
yang akhirnya mengakibatkan pasien terluka atau cacat bahkan
meninggal.25
23
Sukidjo Notoatmojo, Etika Dan Hukum Kesehatan, (Jakarta: Rinika Cipta, 2010),
h.166
24
https://id.wikipedia.org/wiki/Malapraktik, diakses pada tanggal 25 november 2022,
jam 22:00 wib.
25
Anny Isfandyarie, Malpraktek & Resiko Medik, dalam Kajian Hukum Pidana,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005), h. 22.
27
26
Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwija Siswaja,, 2008, Ibid, h 8-9
28
9. Perjanjian Terapeutik
Menurut Hermien Hadiati Koeswadji, Transaksi terapeutik adalah
perjanjian (Verbintenis) untuk mencari atau menentukan terapi yang
paling tepat bagi pasien oleh dokter. 28
27
Munir Fuady, Sumpah Hippocrates, Aspek Hukum Malpraktek Dokter, Bandung,
Citra Aditya Bakti, 2005, h 29
28
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran ( Studi Tentang Hubungan dalam
Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak ), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, h. 132.
29
G. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam Bab ini diuraikan mengenai latar belakang,
permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian yang
digunakan, kerangka konsepsional, dan sistematika
penulisan.
29
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana (Yogyakarta: Rangkang Education, 2013), h.241.
30
Darwan Prints, Hukum Acara Pidana (Jakarta: LBH Jakarta, 1989), h.106.
31
BAB V : PENUTUP
Bagian ini merupakan bagian akhir dari seluruh kegiatan
penulisan, yang berisi kesimpulan dan saran.
32
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pelaku tindak pidana dan orang tersebut jika memenuhi bisa dikenakan
l l l l l l l l l l
31
bertanggung l jawab. l l sedangkan l l menurut Menurut E. Utrecht
menyatakan tindak pidana ialah dengan istilah peristiwa pidana yang l l l l l l l l l l l l l l
31
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Bina Aksara, 2005, h.20.
32
Ibid h. 22
33
R.Soersono, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Bandung, 1992, h.27
32
33
secara seimbang.34 l l l
maupun negara”35
l l l
sekelompok orang.36 l
hukum.37
Berdasarkan uraian di atas, di dalam perundang-undangan dipakai l l l l l l l l l l l l l l
istilah perbuatan pidana, peristiwa pidana dan tindak pidana yang juga
l l l l l l l l l l l l l l
34
18 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2005,
h.22.
35
Ibid h 38
36
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Sinar Grafika,
h.20.
37
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,
2003, h.56.
34
ini tetap dalam pemakaian istilah “tindak pidana”. Akan tetapi dalam hal l l l l l l l l l l l l l l l l
“dapat dipidananya perbuatan (de strafbaarheud van het feit atau het
l l l l l l l l l l l l l
liability).39
l
Ultrecht S.H memakai istilah peristiwa pidana dan ada juga para penulis l l l l l l l l l l l l
38
Sofyan, Andi. 2016. Buku Ajar Hukum Pidana. Makassar: Pustaka Pena Pers, h. 99.
39
Ibid., h.50.
35
Adapun pendapat salah satu ahli belanda yang diikuit oleh para ahli
l l l l l l l l l l l l l l
hukum lainnya. Sebagai contoh pendapat dari Van Hamel. Van Hamel l l l l l l l l l l l
kesalahan. l l l
satupihak dan pertanggung jawaban di lain pihak dalam hal ini dikenal
l l l l l l l l l l l l l
kejahatan dapat dinyatakan pelaku maka kita harus melihat apakah isi
l l l l l l l l l l l l l l l l l
Pasal tersebut yang diancam kepada dia terpenuhi inilah yang disebut
l l l l l l l l l l
dikenal dalam dua yaitu elemen delik yang artinya unsur tindak pidana
l l l l l l l l l l l
Pasal 359
l l
Unsur-unsurnya yaitu: l l
a. Barang siapa l l l l
b. Melakukan/bertindakalpa/lalai l l l l l l l
sama. l l
Pasal 55 KUHP
l l
atau perintah yang ole negara diancam dengan nestapa yaitu suatu
l l l l l l l l l l l l l
acara pidana.42
l l l l l
(torekeningsvatbaar person).43 l l l
40
Sudarto,2013,Hukum Pidana I, Semarang, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
h.11.
41
Hiariej O.S Eddy,2016,Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Yogyakarta,Cahaya Atma
Pustaka,h.125.
42
Ibid., h.130.
43
Sudarto,Op.Cit., h.52.
38
yaitu terbagi atas unsur subjektif dan unsur objektif44. Terhadap unsur-
l l l l l l l
1. Unsur Subjektif
Dimana dalam hal ini “unsur subjektif adalah unsur yang berasal
l l l l l l l l l l l
pidana yaitu: l l l
tersebut.46
Menurut pandangan l l l Van l Hamel l mengatakan l l l bahwa l l
kemampuan: l l
44
Ibid.
45
Ibid.
46
Sudarto, Loc.Cit .h.119
39
sendiri.
2) Mampu untuk menyadari, bahwa perbuatannya itu menurut l l l l l l l l
perbuatannya itu.47 l l l
akibat perbuatannya. 48
l l l l l
dinyatakan sebabnya. l l l l l
47
Ibid., h.120.
48
Ibid.
40
Jika Pasal 44 KUHP itu diteliti, maka terlihat dua hal yakni:
l l l l l l l l l
lakukan. l l
adalah
l l l hakim. l Hakimlah l l yang l menilai l apakah l l l
perbuatannya itu. 50 l l l
49
Ibid.,h.120.
50
Ibid., h.122.
41
1) Kesengajaan (dolus) l l l
51
Sudarto, Loc.Cit. h.122.
52
Ali Mahrus,2017, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, h.174.
42
53
Ibid.
54
Ibid., h.175.
43
kesengajaan. 56 l l l
55
Ibid.
56
Ibid.
44
hukum.57
2) Kealpaan (culpa) l l l l
dalam kealpaan ini, pada diri pelaku sama sekalitidak ada niat
l l l l l l l l l l l l l l l
57
Ibid., h.176.
58
Ibid., h.177.
59
Ibid., h.178.
45
2. Unsur Objektif
Unsur objektif dapat dikatakan sebagai unsur dari luar diri pelaku, l l l l l l l l l l
a. Perbuatan Orang l l l
sasaran norma.
l l l l
60
Ibid.
46
tindak pidana”.61 l l l
atau tidak,
l l l hal ini sebagai konsekuensi dari dualsime sehingga
l l l l l l
dengan dari asas kesalahan dan pelaku, maka pelaku pidana harus
l l l l l l l l l l l l l l l
dilhat dari apakah pelaku itu memenuhi Pasal 44 kuhp atau tidak.
l l l l l l l l l l l
macam kemampuan: l l l l
61
Hamzah Andi, 2012,Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Perkembangan,
Jakarta, PT Softmedia, h.229.
62
Hiariej O.S Eddy,2016,Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Yogyakarta,Cahaya Atma
Pustaka,h.120
47
perbuatannya. l l l
tindakan tersebut bersifat melawan hukum, untuk itu dapat di lihat dari
l l l l l l l l l
1. Keadaan jiwanya: l l l l l
2. Kemampuan jiwa: l l l
J. Teori Pemidanaan l l l
63
Dr.Amir illyas,S.H.,M.H., Pertanggungjawaban Pidana Dokter Dalam Malpraktek
Medic Dirumah Sakit, (Yogyakarta: Rangkang Education), 2014, h.73
64
Dr. Vince ratna multiwijaya, sh.mh. Hukum Pidana Dan Pembangunan Hukum,
Universitas Trisakti, Vol. 2 No. 1, September 2019. H. 50.
49
1. Teori Absolut l
pelaku. l
2. Teori Relative l
tujuan pidana untuk mencegah kejahatan. Teori ini dibagi dua yaitu
l l l l l l l l l l
3. Teori Gabungan l l
Vos teori ini menyatakan titik berat yang sama antara pembalasan l l l l l l l l l l l l l
masyarakat. l l l l
4. Teori Kontemporer
Teori kontemporer pada dasarnya gabungan dari ketiga teori l l l l l l l l l
adanya efek jera agar pelaku tidak menggulangi lagi, edukasi pada
l l l l l l l l l l l l l
50
dan pihak lainnya yang terkait guna mencari penyelesaian yang adil
l l l l l l l l l l l l
a. Teori Absolut l
telah dilindungi. l
65
Eddy O. S Hiarije.2014. h 31-32
66
Ibid.
51
sebagai berikut : l l
atau wakil Tuhan didunia ini. Oleh karena itu, Negara wajib
l l l l l l l l l l
terhadap pelanggarnya. l l l l l
bersangkutan. 68 l l
67
Ibid., h.158
68
Ibid., h.159
52
ini. Atas dasar pikiran yang demikian, pidana mutlak harus ada
l l l l l l l l l l l l l
hukum (these) .
4) Pandangan Aesthetica dari Herbart
l l l l l l l
agar
l l dapat l l kepuasan l l masyarakat l l l l dapat l l dicapai l l atau l l
masyakat. 71
l l l
69
Ibid., h.160
70
Ibid., h.161
71
Ibid.
54
macam, yaitu :
l l l
umum.73
Von Feuerbach, yang memperkenalkan teori pencegahan l l l l l l
72
Ibid., h 162
73
Ibid.
74
Ibid., h.163
55
sekali. l
a) Menakut-nakutinya l l l
b) Memperbaikinya l l
75
Ibid., h.164
76
Ibid., h.165
57
c. Teori Gabungan l l
kata lain dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana .
l l l l l l l l l l l l l l l
yakni :
l
(Schravendijk,1955:218)78 l
77
Ibid., h.166
78
Ibid.
58
(hukum) masyakat.79 l l l
masyarakat. 80
l l l l
d. Teori Kontemporer
Teori Kontemporer ini berasal dari ketiga teori tersebut diatas l l l l l l
79
Ibid., h.167
80
Ibid.
81
Hiariej O.S Eddy, 2016, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Yogyakarta,Cahaya Atma
Pustaka, h.42
59
kejahatan lagi. 82 l l l l
2) Teori Edukasi l
3) Teori Rehabilitasi l l
82
Ibid.
60
83
Ibid., h.43
61
pelaku. 84 l
restoratif : l
84
Ibid., h.44
62
korban86. l
pelaku. l
85
Ibid., h.45
86
Ibid., h.46
63
87
Ibid., h.47
64
Adapaun
l l l tujua l utamanya l l l yaitu l menegakkan l l nilai-nilai l l
rancana pemidanaan.89
l l l l l l
a) Tujuan Pemidanaan l l l l
whom it is imposed);
(2) Pidana itu merupakan suatu pernyataan pencelaan l l l l l l l l l l
88
Ibid., h.48
89
Ibid., h.49
90
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan
Hukum Pidana, Bandung (Citra Aditya Bakti, 1998), h. 4
65
91
Ibid, h. 6
92
Indung Wijayanto, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum Qistie: “Disparitas Pidana Dalam
Perkara Tindak Pidana Pencurian Biasa Di Pengadilan Negeri Kota Semarang”, Vol. 7
No. 1, Mei 2014, h. 12
66
kesalahan/asas culpabilitas.93
l l l l l l l
93
Ibid, h. 16
67
yang bersangkutan.
l l l
95
martabat manusia. P.A.F. Lamintang menyatakan:
l l l l l l l l l l l “Pada l l
94
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit. h. 1
95
P.A.F Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Armico, Bandung, 1988, h. 23.
68
kejahatankejahatan, dan l l l l l l l
K. Peninjauan Kembali l l l
masih ada upaya hukum yang dapat dilakukan untuk membela dirinya
l l l l l l l l l l l l
maka selama itu pula seorang terpidana berhak atas asas praduga tak
l l l l l l l l l l l l l l l l
hukum tetap, guna kepastian hukum maka tidak dapat dibuka kembali. l l l l l l l l l l l
putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, terpidana atau
l l l l l l l l l l l l l
adalah :
l l l
Ketentuan dalam Pasal 263 Ayat (1) KUHAP sangat jelas bahwa l l l l l l l l l l l l l
kekeliruan yang nyata sebagimana dimaksud dalam Pasal 263 Ayat (2) l l l l l l l l l l l l l l
huruf c KUHAP.97 l
96
Adami Chazawi, Lembaga Peninjauan Kembali (PK) Perkara Pidana : Penegakan
Hukum dalam Penyimpangan dan Peradilan Sesat, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, h 4.
97
Ibid,. h 4
70
menghukum/mempidana saja.” l l l l
tersebut bersifat limitatif dan sangat tegas. Ketentuan isi rumusan Pasal l l l l l l l l l l
tersebut juga bersifat tertutup, tidak dapat ditambah oleh hakim melalui l l l l l l l l l
hukum.98
1. Syarat - Syarat Formil Mengajukan Permohonan Peninjauan
l l l l l l l l l
Kembali l
tunduk dan terikat pada asas ne bis in idem seba gaimana dimaksud l l l l l l l l l l l
Putusan tetap yang dimaksud dalam Pasal 263 Ayat (1) KUHAP l l l l l l l l l l l
98
Ibid,. h 26
71
oleh Negara dengan cara apapun, tapi dapat diangkat oleh terpidana l l l l l l l l l l l l l l
(herziening).
Putusan yang bersifat tetap atau mempunyai kekuatan hukum l l l l l l l l l
dijalankan. Menurut Pasal 263 Ayat (1) KUHAP, putusan yang dapat
l l l l l l l l l l l l
pada kalimat “kecuali putusan bebas atau lepas dari tuntutan hukum”
l l l l l l l l l l l l
dalam Pasal 263 Ayat (1) KUHAP. Putusan mengenai tindak pidana
l l l l l l l l l l l l
b. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum (onslag van alle rechts l l l l l l l l l
vervolging).
c. Putusan pemidanaan (veroordeling). l l l l
karena
l l dapat l l diketahui l tujuan l upaya l l peninjauan l l kembali, l
tuntutan hukum, sehingga tidak ada lagi alasan dan urgensi untuk
l l l l l l l l l l
99
meninjau kembali putusan yang telah menguntungkan dirinya. l l l l l l l
99
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP :
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Edisi
Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, h 616.
72
100
Penyebutan istilah “terpidana” dalam rumusan Pasal 263 Ayat (1) l l l l l l l l l l l
ahli warisnya. Dengan demikian, pihak lain diluar terpidana atau ahli
l l l l l l l l l l l l l
Kembali. l
syarat objektif dan subjektif yang terdapat dalam Pasal 183 KUHAP.
l l l l l l l l l l l
b. Syarat subjektif, yaitu dari dua alat bukti yang sah tersebut, hakim
l l l l l l l l l l
100
Pasal 1 angka 32 KUHAP
101
Adami Chazawi, Op. Cit., h 52.
73
kepaniteraan MA. l l l l
pemohon.
1) Secara tertulis (schriftelijk,in writing) l l
permohonan dimaksud. l l
71 ayat (2) itu, bukan dalam arti pemohon buta huruf. Akan tetapi,
l l l l l l l l l l
syarat. l l
sekian banyak alas an itu, tidak satupun yang sesuai dengan alas
l l l l l l l l l l l l l
a. Panitera
l l Wajib l Memberikan l atau l l Mengirimkan l Salinan l l
pihak lawan, l l l
bidang itu. l
hukum.
b. Tenggang Waktu Pemberian Salinan, Selambat-lambatnya dalam
l l l l l l l l l l l l
Waktu 14 Hari.
l l
pihak lawan :
l l l
(unprofessional conduct) l
Huruf a atau b UU MA l l l l
oleh pihak lawan. Menurut Pasal 72 ayat (1) UU MA, posisi pihak l l l l l l l l l
lawan
l l mwnghadapi l l permohonan l PK, terpecah l pada l l dua l
klasifikasi: l l
permohonan PK. l
78
PK.
Demikian l patokan l l yang l digariskan l l undang-undang l l
lawan diatur pada Pasal 79 ayat (2) UU MA, yakni 30 hari setelah
l l l l l l l l l l l l l
atau
l l dikirimkan l kepada l l MA. l Demikian l mekanisme l cara l l
Jawaban. l l l
berupa : l
permohonan PK. l
digariskan Pasal 72 ayat (1), (2), dan (3) UU MA. Harus diajukan
l l l l l l l l l l l
b. Yang Dikirim ke MA
l l
MA. l
2) Biaya Perkara PK l l l l
tetapi, patokan ini tidak selamanya valid. Sebab patokan ini tidak
l l l l l l l l l l l l
MA. l
82
Kembali l
bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
l l l l l l l l l l l l l
sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar l l l l l l l l l l l l l l l
yaitu:
l
rechtspraak) dan l l l
kekeliruan nyata. l l l
kuat”: l
83
antara “alat bukti baru” dan “bukti baru” atau keadaan baru
l l l l l l l l l l l l l l
(novum). Sesungguhnya novum itu bukan alat bukti baru, tetapi isi l l l l l l
dari alat bukti yang baru diajukan atau ditemukan yang di dalam
l l l l l l l l l l l l l
102
Adami Chazawi, Op. Cit., h 62-63.
84
perkara. l l
2) Akan tetapi dalam putusan perkara lain hal atau keadaan yang
l l l l l l l l l l l l l l l l
1) Kekhilafan hakim. l l l
2) Kekeliruan hakim. l l
197 Ayat (1) KUHAP, bahwa isi dalam sebuah putusan pengadilan
l l l l l l l l l l l
putusan sebagaimana dalam Pasal 197 Ayat (1) huruf d dan huruf l l l l l l l l l l l l
103
M. Yahya Harahap, Op. Cit., h 621.
104
Adami Chazawi, Op. Cit., h 84
85
berikut :
1) Pertimbangan hukum putusan maupun amarnya yang secara l l l l l l l l l l
hukum.
2) Amar l l putusan l yang l sama l l sekali l tidak l didukung oleh
pertimbangan hukum. Tiap bunyi amar harus mempunyai dasar l l l l l l l l l
kekeliruan nyata. l l l
maupun tertulis.
l
14/1985)
e. Bila l diajukan l l secara l l lisan l maka l l ia l dapat l l menguraikan l l
sekali. l
agar dapat diketahui dan dijawab oleh lawan (Pasal 72 ayat (1)
l l l l l l l l l l l l l l
UU No. 14/1985)
h. Pihak lawan hanya punya waktu 30 hari setelah tanggal diterima
l l l l l l l l l l l l
14/1985).
i. Surat jawaban diserahkan kepada Pengadilan Negeri yang oleh
l l l l l l l l l l l
14/1985).
6. Prosedur Permohonan dan Pengiriman Berkas Perkara ke l l l l l l
Mahkamah Agung
l l l l
benar. l
dunia. l
kuasa berdasarkan Pasal 1795 KUH Perdata jo. Pasal 123 HIR,
l l l l l l l l l l l
dibawah tangan. l l l l
tersebut,
2) Untuk itu, ahli waris harus menyampaikan surat pernyataan l l l l l l l l l l
L. Pengertian Kesehatan
l l l
89
kelemahan. l l
masyarakat. Tenaga
l l l l l l Kesehatan l l adalah l l l setiap l orang l yang l
yang sangat berguna bagi kita semua, karena kesehatan adalah modal
l l l l l l l l l l l l l l l
dasar bagi setiap orang untuk melakukan segala aktivitas dengan baik
l l l l l l l l l l l l l
dan maksimal.
l l l
dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat l l l l l l l l l l l l
90
yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi
l l l l l l l l l l l
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu l l l l l l l l
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak
l l l l l l l l l l l l l
hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO
l l l l l l l l l
hidup.
Sedangkan, sehat menurut DEPKES RI. Konsep sehat dan sakit
l l l l l l
jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
l l l l l l l l l
satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial
l l l l l l l l
91
kesehatan.105 l l
1. Asas l l
2. Tujuan l
dokter gigi.
3. Legalitas l l
105
https://www.academia.edu/9789388/
Makalah_Pengertian_Kesehatan_Hukum_Kesehatan_Tenaga_Kesehatan_dan_Sarana_
Kesehatan
106
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
92
kompetensi.
b. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap dokter dan dokter l l l l l l l l l l
yang berlaku.
l l
e. Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis
l l l l l l l l
4. Wadah l l
sanksi.
l
107
https://berandahukum.com/a/Praktik-Kedokteran
93
Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi l l l l l l l l
a. Mewawancarai pasien; l l l l l
d. Menegakkan diagnosis; l l l
6. Pelaksanaan Praktik
l l l l l
kesehatan l l
izin
praktik.) l
94
d. Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik l l l l l l l
dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk l l l l l l
tersebut.
praktik kedokteran.
l l
(SPO).
c. Standar Prosedur Operasional, selanjutnya disingkat SPO adalah
l l l l l l l l l l
profesi.
8. Persetujuan Tindakan l l l
mendapat persetujuan. l l l
95
persetujuan. l
gigi.
Praktik kedokteran dilaksanakan berdasarkan pada kesepakatan
l l l l l l l l l l l l l l
atau dokter gigi pengganti. Dokter atau dokter gigi pengganti harus
l l l l l l l
dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik. Dokter
l l l l l l
atau dokter gigi yang telah 2 mempunyai surat izin praktik dan
l l l l l l l l
a. Definisi Dokter
Menurut Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 29 Tahun l l l l l l l
kepada pasien.108
l l l
undanganyang berlaku.109
l l l l
108
https://pengertianartidefinisidari.blogspot.com/2019/10/dokter-dan-macam-
macamnya.html
109
Agus Purwadianto, 2008,Pedoman Organisasi dan Tata Laksana Kerja Majelis
Kehormatan Etik Kedokteran, cet-1, Jakarta, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, h
9.
97
Pasal 50
l l
mempunyai hak : l l
b. memberikan l
Pasal 51
l l
mempunyai kewajiban : l l l
pasien; l
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu l l l l l l l l l l l l
melakukannya; dan l l l l
b. Kewajiban Umum l l
Pasal 1 l l
Pasal 2 l l
tertinggi.”
Pasal 3 l l
110
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
99
Pasal 4
l l
Pasal 5
l l
Pasal 6
l l
masyarakat” l l l l
Pasal 7
l l
Pasal 8
l l
martabat manusia”
l l l l l
Pasal 9
l l
penggelapan” l l
Pasal 10
l l
Pasal 11
l l
Pasal 12
l l
Pasal 13
l l
Pasal 14
l l
Pasal 15
l l
Pasal 16
l l
Pasal 17
l l
Pasal 18
l l
Pasal 19
l l
Pasal 20
l l
Pasal 21 l l
7) Menghormati ( privacy) l l
111
Kode etik kedokteran indonesia dan pedoman pelaksanaan kode etik kedokteran
Indonesia, Fakultas Kedokteran USU: Kode Etik Kedokteran, 2004,
http://www.luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf
112
https://www.slideshare.net/hadi922186/kode-etik-kedokteran-indonesia-kodekipptx
103
pasien, maka Smith dan Newton (1984) lebih memilih hubungan yang
l l l l l l
fiduciary.114 l
dalam pelaksanaannya.
l l l l l l l
113
Budi Sampurna, Zulhasmar Syamsu, Tjetjep Dwija Siswaja,, 2008, Ibid, h 8-9
114
Munir Fuady, Sumpah Hippocrates, Aspek Hukum Malpraktek Dokter, Bandung,
Citra Aditya Bakti, 2005, h 29
104
bertumpu pada dua macam hak asasi manusia yang dijamin dalam l l l l l l l l l l l l l l
kesehatan. l l
dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan
l l l l l l l l l l l l l l l l
diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak l l l l l l l l l
suplemen makanan, alat kesehatan, dan produk berupa jasa, mis.: jasa l l l l l l l l l l l l l
jawab115 l l
maka kita harus melihat UU No. 2 /1992 tentang Kesehatan, Black Law
l l l l l l l l l l
bahwa profesi dokter dan dokter gigi saat ini termasuk dalam sector
l l l l l l l l
1. Sektor Kesehatan : l l
a. Hospital Services l
c. Social Services l
d. Other
2. Sektor Jasa Bisnis : l l
a. Profesional services: l
115
https://lawofficeindonesia.com/2021/07/19/hubungan-dokter-dan-pasien/
106
c. Physiotherapis l
sebagai berikut:
l l
1) Informasi l
2) Memberikan persetujuan l l
3) Rahasia kedokteran l l l l
5) Kewajiban konsumen l l
7) Beritikad baik l l
1) Hak: l
2) Kewajiban l l
1. Definisi Pasien l
yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati
l l l l l l l l l l l l
(sakit). 116 l
117
secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter.
l l l l l l l l Pasien l
116
Farih Aminuddin, Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan,
Surabaya,2018.
117
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
118
Farih Aminuddin, Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan, Surabaya,
2018.
108
Pasal 53 l l
mempunyai kewajiban: l l l
masalah kesehatannya; l l l l l l
kesehatan; dan l l l
Q. Perjanjian Terapeutik l l l
sebagai malapraktik . l l l l l
pada umumnya, karena kedua belah pihak tidak dalam kondisi yang
l l l l l l l l l l l l
intigritas ilmiah dan sosial yang tidak diragukan. Sikap dokter yang l l l l l l l l l l
119
Adami Chazawi, Malapraktik Kedokteran, cet ke-1, (Jakarta: Sinar Grafika,
2016), H. 38.
110
pasien dari akibat yang lebih parah atau yang dapat menyebabkan
l l l l l l l l l l l l l l
kematian. l l
antara dokter dan pasien di rumah sakit diikat dalam sebuah perjanjian,
l l l l l l l l l l l l l
120
sedangkan Hermien Hadiati Koeswadji menyebutkan yang dimaksud
l l l l l l l l
121
penyembuhan penyakit pasien oleh dokter. l l l Prestasi dari kontrak l l l
(inspaningsverbinternnis). l
120
Veronica Komalawati, Hukum dan Etika dalam Praktik Dokter. Penerbit Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 1989, h. 84.
121
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran (Studi Tentang Hubungan Hukum
Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung,
1998, h. 99.
111
dokter.
Hubungan hukum timbul jika pasien menghubungi dokter karena l l l l l
sejak lahirnya. l l l
dewasa. l l
secara aktif. l l l
sepenuhnya berkuasa. l l l
a. Asas Legalitas l l l l
b. Asas Keseimbangan
l l l l
dan hasil, serta antara manfaat dan risiko yang ditimbulkan dari
l l l l l l l l l l l l l
yaitu asas adil dan merata. Merumuskan isi atau norma keadilan
l l l l l l l l l l l l l
sarana dan jasa. Namun, menentukan standar yang adil ini yang
l l l l l l l l l l l l l
dokter.
d. Asas Itikad Baik
l l l l
dengan itikad baik (geode trouw), namun Pasal ini tidak dijelaskan
l l l l l l l l l
arti dari itikad baik itu sendiri. Namu, jika itikad baik dilihat dari
l l l l l l l l l l
Persetujuan dari pasien, dalam hal ini mempunyai arti yang cukup l l l l l l l l l
maupun terapeutik.
l l
consent).
Ada dua sandaran yang dikenal untuk menetapkan cukup
l l l l l l l l l l
163)
a. Standar professional atau standar yang layak dari dokter. Standar
l l l l l l l l l l l l l
medis itu tidak berisiko, misalnya, pada pemberian terapi obat dan l l l l l l l l l
Informed consent juga dianggap ada, hal ini dapat tersirat pada l l l l l l l l l l l
dokter.
Pada dasarnya, persetujuan lisan yang diberikan oleh orang
l l l l l l l l l l
yang berhak sudah cukup bagi dokter untuk dijadikan dasar bagi
l l l l l l l l l
konvidensialitas medis. l l
yaitu: l
tersebut.”
S. Pengertian Malpraktek l l l
kedokteran.122 l
sebagai berikut: l l
di sini adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang l l l l l l l l l l l l l l
122
Sukidjo Notoatmojo, Etika Dan Hukum Kesehatan, (Jakarta: Rinika Cipta, 2010),
h.166
123
https://id.wikipedia.org/wiki/Malapraktik, diakses pada tanggal 25 november 2022,
jam 22:00 wib.
124
Munir Fuady, Sumpah Hippocrates, Aspek Hukum Malpraktek Dokter, Bandung,
Citra Aditya Bakti, 2005, h 34.
121
mempunyai suatu pengertian yang luas yang dapat dibagi dua yaitu, l l l l l l l l l l l
dalam arti umum: suatu praktik khususnya praktik dokter yang buruk,
l l l l l l l l
yang tidak memenuhi standar yang telah ditentukan oleh profesi dan
l l l l l l l l
applied in treating and caring for the sick or wounded similary in gthe
l l l l l
same community.125
l
125
J. Guwandi, Hukum Medik (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007),h. 23.
126
Ngesti Lestari, Masalah Malpraktek Etik Dalam Praktek Dokter, Kumpulan Makalah
Seminar tentang Etika dan Hukum Kedokteran diselenggarakan oleh RSUD Dr. Saiful
Anwar, Malang, 2001.
122
Jadi dilihat dari arti istilah “Malpraktik” itu sendiri, Malpraktik tidak
l l l l l l l l l l
Indonesia); l
3. Melakukan mediasi; l l l
medische standard); l l
medis tersebut.
Adami chazawi menyebutkan bahwa malpraktik medik terjadi jika
l l l l l l l l l l l
127
Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya, Jakarta, h.87.
124
akibat kerugian bagi tubuh, kesehatan fisik, maupun mental dan atau
l l l l l l l l l l l
sebagai berikut: l l
(pengabaian) l l l
kecerobohan); l
Praktik Kedokteran.
l l
dapat dilihat dari ketentuan Pasal 359 KUHP. Pasal ini terkait
l l l l l l l l l l
128
Munir Fuady, Sumpah Hippocrates, Aspek Hukum Malpraktek Dokter, Bandung,
Citra Aditya Bakti, 2005, h 2
129
Anny Isfandyarie, 2005, Malpraktek dan Resiko Medik, Prestasi Pustaka, Jakarta,
h. 134
126
130
perlindungan hukum bagi pasien l l l sebagai upaya preventif l l l l
rasa takut yang berlebihan dengan adanya Pasal ini. Pasal 360
l l l l l l l l l l l l l
hal ini jabatan profesi sebagai dokter, bidan dan juga ahli obat-
l l l l l l l l l l l
dapat diperberat 1/3 dari Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP. Pasal 304
l l l l l l l l l l l
KUHP, Pasal 306 ayat (2) KUHP “kalau salah satu perbuatan yang l l l l l l l l l l l l
Pasal 338, 340, 344, 345, 359, KUHP ya ng dapat dikaitkan dengan
l l l l l l l l
dengan permintaan. l l l
130
Adami Chazawi, 2001, Kejahatan Terhadap Pemalsuan, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, h. 125
127
rupiah).” l
telah memiliki SIP atau STR ( Surat izin praktik atau Surat Tanda
l l l l l l l l l l
oprasional; l l
3. Adanya luka berat atau mati yang mengakibatkan pasien cacat atau
l l l l l l l l l l l l l l l l l
meninggal l
yaitu:l
131
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, 2009, Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan,
Cet. Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, h.9.
129
pasien. l
perbuatan.” l l
orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
l l l l l l l l l l l l l l
a) Akta-akta otentik; l l l l
c) Surat sero atau hutang atau sertifikat sero atau hutang dari l l l l l l l l l l l
d) Talon, tanda bukti dividen atau bunga dari salah satu surat l l l l l l l l l l l
diedarkan. l l
kerugian.” l
U. Bentuk-bentuk Malpraktik l l
1. Kesengajaan l l l
diketahui bahwa tidak ada orang lain yang bisa menolong, serta l l l l l l l l l l l
2. Kelalaian l l l
tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan
l l l l l l l l l l l l l l
132
menolong pasien. l
yaitu:
l
improper to do).
Penilaian atas kelalaian sangat penting untuk dilakukan, karena l l l l l l l l l l l l l
norma ini tidak dapat dicapai maka pada dasarnya dokter harusl l l l l l l l l l l l l l
pidana. Perkara yang hanya memenuhi culpa levis dan tidak dikenai
l l l l l l l l l l l
tenaga medis sendiri pun belum paham apa istilah yang terjadi
l l l l l l l l l
yang memiliki makna sangat luas. Risiko medis terbangun dari kata
l l l l l l l l l l
“risiko” dan “medis”. Risiko sendiri berasal dari kata “risk” yang dalam l l l l l l l l l
dan dosisnya, pasca operasi dan lain sebagainya. Risiko medis juga
l l l l l l l l l l l
risk” diketahui ada perbedaaan antara risiko relatif dan risiko mutlak. l l l l l l l l l l l l
Risiko relatif tindakan medis artinya risiko itu bersifat individual dan l l l l l l l l
kemoterapi kanker. l l
135
yaitu tentang diagnosis dan juga tata cara tindakan medis, tujuan
l l l l l l l l l l l l
mana pada huruf c dinyatakan, dokter dan atau dokter gigi dalam
l l l l l l l l l l l l
berbuat lalai apabila ia memilih salah satu dari sekian banyak cara l l l l l l l l l l l l l l l l
e. Kelima, Volenti non fit injuria. Volenti non fit iniura adalah satu
l l l l l l l
ada satu risiko dalam tindakan medis atas dirinya, tetapi ia tetap
l l l l l l l l l l l l l
kepada dokter manakala risiko medis itu bermula dari praktik yang
l l l l l l l l l l
bersangkutan. l l
dari segi etika profesi dan segi hukum yaitu : Malpraktek Etik,
l l l l l l
a. Malpraktik Etik l l
untuk dokter.
b. Malpraktik Yuridis
l l
malpractice)
l l dan l malpraktik l l administratif l l (administrative l l
2) Malpraktik Pidana
l l l l
memfiksasi infus. l
3) Malpraktik Administratif
l l l l
Adapun
l l Malpraktek l l yang l menjadi l penyebab l dokter
bertanggung-jawab secara profesi bisa digolongkan sebagai
l l l l l l l l l
berikut:
a) Malpractice l l
yangdianggap profesional. l l l l
140
b) Maltreatment l l
c) Non feasance l l
d) Misfeasance l l
e) Malfeasance l l l
f) Criminal negligence l
positif yang berlaku di Indonesia saat ini tidak seluruhnya tepat bila
l l l l l l l l l
Kedokteran, bahkan dalam arti yang lebih luas dikenal dengan istilah l l l l l l l l l l l
sebagai terjemahan dari Health Law yang digunakan oleh World Health
l l l l l l l l l l l
Indonesia. l
Medical Law di Indonesia. Namun sampai saat ini, Medical Law masih
l l l l l l l l l l l
dikenal oleh kalangan medis (kedokteran) dan hukum berasal dari alam
l l l l l l l l l l l
pemikiran barat. l l l
medik yang khas Indonesia (bila memang diperlukan sejauh itu) yakni l l l l l l l l
yaitu
l jalur l litigasi l (peradilan) l l dan l jalur l non litigasi l (diluar l
jawab hak dan kewajiban menurut ketentuan yang berlaku bagi profesi.
l l l l l l l l l l
(MKEK).
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran merupakan sebuah badan di
l l l l l l l l l l
oleh MDTK dapat diharapkan lebih obyektif, karena anggota dari MKEK l l l l l l l l l l
hanya terdiri dari para dokter yang terikat kepada sumpah jabatannya
l l l l l l l l l l l l l l
adalah kausalitas;
l l l l l l
dilakukan; l l
1. Informed consent;
2. Contribution negligence;
144
liability); l
gigi itu sendiri, hanya dapat dihukum melalui pidana denda bukan
l l l l l l l l l
pidana penjara lagi. Tetapi bukan berarti dokter sama sekali tidak bisa
l l l l l l l l l l l l l
komunikasi antara dokter dan pasien sehingga dokter jadi lebih teliti l l l l l l l l
yang tidak ada dokternya untuk spesialis tertentu, banyak rumah sakit
l l l l l l l l l l
optimal. l
bahwa jika satu tujuan dapat dicapai dengan sanksi yang bukan hukum
l l l l l l l l l l l l l
pidana, maka sanksi demikian yang akan dipakai dan bukan hukum
l l l l l l l l l l l l l
mempunyai l
sebagaimana diatur dalam Pasal 75 Ayat (1), Pasal 76, serta Pasal
l l l l l l l l l l l l l l l l
pidana. l l
2. Apakah ancaman pidana yang diatur dalam Pasal 75 Ayat (1), Pasal
l l l l l l l l l l l l l l l l l l
ketentuan yang diatur dalam Pasal 29 Ayat (1), Pasal 36, Pasal 41 l l l l l l l l l l l l l
perbuatan baru dinyatakan sebagai malum atau delik jika perbuatan itu
l l l l l l l l l l l l l l
prohibitum(dilarang). l l
terkait erat dengan kode etik. Dengan demikian, menurut Mahkamah: (i)
l l l l l l l l
ancaman pidana tidak boleh dipakai untuk mencapai suatu tujuan yang
l l l l l l l l l l l l l
pada dasarnya dapat dicapai dengan cara lain yang sama efektifnya
l l l l l l l l l l l l l l l l l
OBJEK PENELITIAN l
A. Kasus Posisi
l
Kebangsaan l l l : Indonesia; l
Kota Manado; l l l
Agama
l l l : Hindu;
Pekerjaan l l : dokter;
Pendidikan l : dokter spesialis kebidanan dan l l l l kandungan;
l l
2. Nama lengkap
l l l : dr.HENDRY SIMANJUNTAK ; l l
Kebangsaan l l l : Indonesia; l
Agama
l l l : Kristen Protestan; l
Pekerjaan l l : dokter
Pendidikan l : dokter spesialis kebidanan dan kandungan; l l l l l l
3. Nama lengkap
l l l : dr. HENDY SIAGIAN; l l
147
148
Kebangsaan l l l : Indonesia; l
Pekerjaan l l : dokter;
Pendidikan l : dokter spesialis kebidanan dan kandungan; l l l l l l
dialami oleh tim dokter yang terdiri atas dr. Ayu, dr. Hendi Siagian, dan
l l l l l l l l l
dibawah ke puskesmas bahu pada hari jumat tanggal 9 april 2010 pihak
l l l l l l l l l l l l
pukul 17.30 atau sore hari belum juga melahirkan dan akhirnya l l l l l l l l l
menunjukkan angka 160/70 (seratus enam puluh per tujuh puluh) dan l l l l l l
pada waktu kurang lebih pukul 20.10 WITA. Lalu dalam hal
l l l l l l l l l untuk
pemeriksaaan jantung dilaksanakan setelah operasi selesai kemudian l l l l l l l l l l l l
bahwa nadi korban 180 (seratus delapan puluh) x per menit atau dapat
l l l l l l l l l l l
bukan ventrikel tachy kardi (denyut jantung sangat cepat) tetapi fibrilasi
l l l l l l l l l
(kelainan irama jantung) yang artinya kondisi pasien tidak baik dan
l l l l l l l l l l l l
setelah itu mengangkat bayi dari rahim korban lalu rahim korban dijahit
l l l l l l l l l l l
oleh dr. JOHANNIS F. MALLO, SH, Sp.F., DFM. (VER terla mpir dalam l l l l l
berkas perkara). Oleh sebab dalam kasus diatas para terdakwa dr.
l l l l l l l l l l l l l
(terdakwa ii) dan dr. Hendy siagian (terdakwa iii) didakwakan oleh
l l l l l l l l l l
1. Dakwaan Kesatu : l l l l
Subsidair l : Pasal 359 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP l l l l l l
2. Dakwaan Kedua : l l l l
3. Dakwaan Ketiga: l l l l
Primair: Pasal 263 ayat (1) KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
l l l l l l l l l
Subsidair: Pasal 264 ayat (2) KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 l l l l l l l l l
KUHP
55 ayat (1) KUHP, Pasal 263 ayat (1) dan ayat (2) KUHP,
l l l l l l l l l
kami Jaksa Penuntut Umum, dan karena itu, Para Terdakwa harus
l l l l l l l l l l l
berikut :
a. Bahwa keinginan untuk operasi tersebut mulanya berasal dari
l l l l l l l l l
beralasan ; l l l
yang dapat terjadi terhadap diri korban jika operasi Cito Secsio
l l l l l l l l l
TAMBUN,SH,MH
l sebagaimana l l l l keterangannya l l l tersebut diatas l l
mengatakan : l l l
mengatakan : l l l
pemeriksaan pendukung ; l l
TAMBUN,SH,MH
l sebagaimana l l l l keterangannya l l l tersebut diatas l l
kesatu primer tersebut yaitu melanggar Pasal 359 KUHP Jis Pasal
l l l l l l l l
KUHP Jis Pasal 361 KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP yang l l l l l l l
KUHP Jis Pasal 361 KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP, maka l l l l l l l l
(1) ke 1 KUHP ;
Menimbang, bahwa oleh karena para Terdakwa oleh Majelis l l l l l l l l l l
alternative kesatu primer yaitu melanggar Pasal 359 KUHP Jis Pasal
l l l l l l l l l l
Pasal 263 ayat (2) Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP dan kepada para
l l l l l l l l l l l l l
subsidair tersebut ; l
359 KUHP Jis Pasal 361 KUHP, Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP, l l l l l l
diatas maka semua biaya yang timbul dalam perkara ini dibebankan
l l l l l l l l l l l l l l
kepada Negara ; l l l l
Pasal 359, KUHP, Pasal 55 ayat (1) KUHP, Pasal 263 ayat (1) dan
l l l l l l l l l l l
MENGADILI l
perkara; l l
bisa terjadi "darut"/ sebelum operasi atau "post"/ usai operasi. Bahwa
l l l l l l l l l l
160
terbuka yaitu dari infus atau dari suntikan obat tetapi dalam l l l l l l l l l l l
selanjutnya dari kepustakaan yang saksi baca dan saksi dapat dalam
l l l l l l l l l l l l l l l l
udara bisa masuk sering terjadi pada operasi bedah saraf dengan
l l l l l l l l l l l l
posisi pasien setengah duduk bisa terjadi pada saat dia terkemuka l l l l l l l l l l
itu udara bisa masuk, pada bagian kebidanan yang bisa sering l l l l l l l l l l l l
terjadi bukan saja pada SECTIO CESARIA tetapi juga pada kuretase
l l l l l l l l l l l l l
suami memakai oral itu bisa terjadi masuk udara, kasus ini memang
l l l l l l l l l l l
jarang tetapi bisa saja terjadi, jadi pada waktu bayi lahir plasenta
l l l l l l l l l l l l l l l
pembuluh darah yang pergi yang warna merah dan pembuluh darah l l l l l l l l l l
balik/ arteri yang warna hitam, jadi kemungkinan udara yang masuk
l l l l l l l l l l l l
berdasarkan hasil visum bisa saja terjadi dari beberapa hal tadi,
l l l l l l l l l l l l l
selanjutnya tugas anestesi dalam hal ini telah selesai karena pasien/
l l l l l l l l l l l l
kebidanan. l l
nadi tinggi yaitu 160 (seratus enam puluh) x per menit , saturasi
l l l l l l
Tachy Kardi" (denyut nadi yang cepat) jika denyut nadi sudah di atas
l l l l l l l l l l
160 x per menit tetapi "Fibrilasi" yaitu pertanda bahwa pada jantung l l l l l l l l l l
terjadi kegagalan yang akut dan pasti pasien akan meninggal karena
l l l l l l l l l l l l l l
pembuluh darah oleh suatu bahan seperti darah, air ketuban, udara, l l l l l l l l l l l
dengan plasenta terbuka dan udara bisa masuk dari plasenta tetapi
l l l l l l l l l l l l l
dikeluarkan bayi sudah dipotong/ bayi lebih dulu keluar kemudian tali l l l l l l l l
pukul 22.20 WITA, infus 20 tetes = 100 cc/ menit, operasi dilakukan l l l l
pukul 20.55 WITA, anak lahir pukul 21.00 WITA dalam hal ini udara l l l l l l l l l l
09.00 WITA sampai dengan pukul 18.00 WITA tindakan yang dilakukan l l l l l l l l l l
ketua residen yang bertanggung jawab saat itu tidak mengikuti seluruh
l l l l l l l l
JAKOBUS
l LALENOH, l Sp.An. l yang l menyatakan l l l bahwa l l pada l l
163
resiko tinggi, oleh karena ini adalah operasi darurat maka mohon l l l l l l l l l l
kepada korban yang sedang dalam posisi tidur miring ke kiri da n dalam
l l l l l l l l l l
meter sampai dengan 4 (empat) meter juga turut diketahui dan dilihat l l l l l l l l
oleh saksi dr. HELMI tetapi temyata tanda tangan yang tertera di dalam
l l l l l l l l l l l l
masing lelaki Drs. SAMIR, S.St. Mk., lelaki ARDANI ADHIS, S. A.Md.
l l l l l l l l
pukul 20.15 WITA dalam keadaan sudah terpasang infus dan pada l l l l l l l l l l l l
kondisi nadi korban 160 (seratus enam puluh) x per menit dan saat l l l l l l l
kulit, otot, uterus serta rahim dan pada bagian-bagian tersebut terdapat l l l l l l l l l l l
pembuluh darah yang sudah pasti ikut terpotong dan saat bayi lahir, l l l l l l l l l l
pembuluh darah balik terbuka dan udara bisa masuk dari plasenta, l l l l l l l l l l l l
udara yang ditemukan pada bilik kanan jantung korban, masuk melalui
l l l l l l l l l l l l
pembuluh darah balik yang terbuka pada saat korban masih hidup. l l l l l l l l l l l
Para Terdakwa lalai untuk melakukan sesuatu tindakan atau untuk tidak
l l l l l l l l l l l l l l
sejak tidak terdapat kemajuan persalinan pada pukul 18.30 WITA tetapi
l l l l l l l l l l l l
yuridis, yaitu berdasarkan hasil rekam medis No. No. 041969 yang l l l l l l l
telah dibaca oleh saksi ahli dr. ERWIN GIDION KRISTA NTO, SH.
l l l l l l
Sp.F. bahwa pada saat korban masuk RSU (Rumah Sakit Umum) l l l l l l l l l l
166
2011 tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu harus dibatalkan l l l l l l l l l l l l l
MENGADILI l
MENGADILI SENDIRI l
dan dr. HENDYSIAGIAN (Terdakwa III) telah terbukti secara sah dan
l l l l l l l l l l
perkara; l l
Pid.2013
Memperhatikan memori kasasi tanggal 23 Agustus 2011 dari Jaksa l l l l l l l l l l
masing dalam Pasal 359 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP harus
l l l l l l l l l l
Kedokteran (MKEK). l
pada tingkat pertama dan terakhir oleh Pengadilan lain selain daripada
l l l l l l l l l l l l l l
putusan bebas. l l
169
saja menyatakan dakwaan Subsidair Pasal 359 KUHP jo. Pasal 55 ayat
l l l l l l l l l l l l l l l
atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan (Vide Pasal 197 ayat (1)
l l l l l l l l l l l l l l l l
huruf k), oleh karenanya putusan Judex Juris Majelis Hakim Kasasi l l l l l l l l
sesuai dengan tujuan dari SOP, yang berdasarkan bunyi Pasal 1 dan
l l l l l l l l l l l
itu, Majelis Kasasi juga tidak mempertimbangkan niat baik dari Para
l l l l l l l l l l l l
sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), Para Terpidana juga
l l l l l l l l l
bahwa adanya novum atau bukti baru. Kalaupun SOP yang dikeluarkan
l l l l l l l l l l l l l
sebagai “novum”, hal ini juga tidak dapat dibenarkan. Putusan MKEK
l l l l l l l l l l
MENGADILI l
2011;
MENGADILI SENDIRI l
Primair,Ketiga Subsidair; l l l
171
dakwaan tersebut;
l l l
LembagaPemasyarakatan; l l l l l l l
berkas perkara; l l l
E. Hasil Wawancara
l l l l l
Hukum.
1. Pertanyaan bagi Dokter l l l l
Hari/Tanggal
l l l : Selasa/ 29/11/2022 Jam 16.00 Wib l l l
Universitas Trisakti l l
Jawaban:
l l l
atau dokter.
l l
Jawaban
l l l : Bentuk malpraktik itu ada terbagi menjadi dua yaitu: l l l l l l l l
(administrative).
l l
dikatakan malpraktek?
l l l l l
Jawaban
l l l : Dokter dapat l l dikatakan l l l melakukan l l malpraktek l l
yang berlaku. l l
e. Bagaimana
l l l l penyelesaian l l perkara l l malpraktek l l dibidang l
kedokteran? l
Jawaban
l l l : Penyelesaian perkara lebih kearah alternatif atau l l l l l l l l l l
itu
f. Apakah kasus malpraktek sering atau jarang terjadi sampai saat
l l l l l l l l l l l l l l l
ini?
Jawaban : Kasus malpraktek yang saya tahu itu jarang terjadi
l l l l l l l l l l l l l
Jawaban
l l l : Menurut saya jika dilihat dari permasalahan didalam l l l l l l l l l l l
dalam persidangan. l l l l
Oleh sebab itu jika dilihat dalam kasus tersebut para terdakwa l l l l l l l l l l
dirujuk dan tidak memiliki surat ijin praktek maka dapat dikatakan l l l l l l l l l l l
Hari/Tanggal
l l l : Rabu/ 30/11/2022 Jam 09.30 Wibl l
Kandou Manado l l l
kelalaian l l l
175
dikatakan malpraktek?
l l l l l
Jawaban
l l l : Dapat dikatakan malpraktek pada saat seorang
l l l l l l l l l l l l
e. Bagaimana
l l l l penyelesaian l l perkara l l malpraktek l l dibidang l
kedokteran? l
Jawaban
l l l : Penyelesaiannya biasanya melalui jalur pidana dan l l l l l l l l l l l
ini?
Jawaban : Sampai sekarang ini kasus malpraktek itu jarang
l l l l l l l l l l l l
Hari/Tanggal
l l l : Kamis/ 01/12/2022 Jam 08.30 Wib l l
dikatakan malpraktek? l l l l l
malpraktek l l
kedokteran? l
ini?
Jawaban : l l l Menurut saya kasus malpraktek diindonesia itu l l l l l l
jarang terjadi
l l l
disalahkan. l l l
pidana penjara.
l l l l
178
Hari/Tanggal
l l l : Senin/ 05/12/2022 Jam 08.00 Wib l
atau prosedurnya.
l l l
persidangan. l l
dikatakan malpraktek?l l l l l
Jawaban :
l l l Seseorang atau dokter dianggap telah melakukan l l l l l l l l
Jawaban :
l l l Penanganan atau penyelesaian perkara malpraktek l l l l l l l l l l l
profesinya. l
kedokterannya. l l
ini?
Jawaban :
l l l Malpraktek sangat jarang terjadi dimanado sampai
l l l l l l l l l l l
Jawaban :
l l l Sarart-syarat pengajuan peninjauan kembali itu
l l l l l l l l l
Jawaban :
l l l Terkait substansi ketika diputuskan seperti itu berarti l l l l l
atau
l l mungkin memiliki logika l bahwa l l korban l
atas kelalaian bisa dilihat dari proses awal dan akhir dalam
l l l l l l l l l l l l l l
BAB IV l
tepat. l
masih ada upaya hukum yang dapat dilakukan untuk membela dirinya
l l l l l l l l l l l l
maka selama itu pula seorang terpidana berhak atas asas praduga tak
l l l l l l l l l l l l l l l l
bersalah. l l
beberapa alasan yang diatur didalam KUHAP, yakni Pasal 263 ayat (2)
l l l l l l l l l l l l l l l
bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
l l l l l l l l l l l l l
sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau sebagai keadaan dasar l l l l l l l l l l l l l l l
yaitu: l 182
1) Adanya keadaan baru (novum), l l l l l l l
rechtspraak) dan l l l
kekeliruan nyata. l l l
Dalam kasus malpraktek yang dialami oleh tim dokter yang terdiri
l l l l l l l l l
atas dr. DEWA AYU SASIARY PRAWANI (Terdakwa I), dr. HENDRY
l l l l l l l l l l
bahu pada hari jumat tanggal 9 april 2010 pihak puskesmas bahu
l l l l l l l l l l l
pukul 17.30 atau sore hari belum juga melahirkan dan akhirnya l l l l l l l l l
menunjukkan angka 160/70 (seratus enam puluh per tujuh puluh) dan l l l l l l
pada waktu kurang lebih pukul 20.10 WITA. Lalu dalam hal
l l l l l l l l l untuk
pemeriksaaan jantung dilaksanakan setelah operasi selesai kemudian l l l l l l l l l l l l
bahwa nadi korban 180 (seratus delapan puluh) x per menit atau dapat
l l l l l l l l l l l
bukan ventrikel tachy kardi (denyut jantung sangat cepat) tetapi fibrilasi
l l l l l l l l l
(kelainan irama jantung) yang artinya kondisi pasien tidak baik dan
l l l l l l l l l l l l
setelah itu mengangkat bayi dari rahim korban lalu rahim korban dijahit l l l l l l l l l l l
oleh dr. JOHANNIS F. MALLO, SH, Sp.F., DFM. (VER terla mpir dalam l l l l l
berkas perkara). Oleh sebab dalam kasus diatas para Terdakwa dr.
l l l l l l l l l l l l l
(terdakwa ii) dan dr. Hendy siagian (terdakwa iii) didakwakan oleh
l l l l l l l l l l
Oleh sebab itu Kasus ini diadili di Pengadilan Negeri Manado dengan l l l l l l l l
pidana yang tercantum dalam Pasal 359 KUHP. Atas dasar putusan
l l l l l l l l l l l l l
didakwakan. l l l
lain”.
l
sebagai berikut: l l
359 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP harus dinyatakan “tidak terbukti l l l l l l l l l
(MKEK).
Oleh karena tuduhan Jaksa/Penuntut Umum prematur, serta l l l l l l l
bulan. Akan tetapi dalam amar putusan Majelis Hakim Kasasi tidak
l l l l l l l l l l l l l l
tetap dalam tahanan atau dibebaskan (Vide Pasal 197 ayat (1)
l l l l l l l l l l l l l l
huruf k), oleh karenanya putusan Judex Juris Majelis Hakim Kasasi l l l l l l l l
dengan tujuan dari SOP, yang berdasarkan bunyi Pasal 1 dan Pasal l l l l l l l l l l l l
Selain itu, Majelis Kasasi juga tidak mempertimbangkan niat baik dari
l l l l l l l l l l l
acara (misbruik van proses recht) juga tidak cermat dalam membuat
l l l l l l l l l l
Dr. dr. M.M Joice Sondakh, SpOG (K) Dokter Spesialis Kebidanan l l l l
kasus ini bukan malpraktek karena kembali lagi tidak ada dokter
l l l l l l l l l l l
dapat dikatakan itu terjadi karena resiko medik atau keadaan darurat
l l l l l l l l l l l l l l l
perihal soal tekanan darah 160/70 itu bisa dilakukan operasi, serta l l l l l l l l l l l
menurut saya dokter ayu dan teman-teman nya itu tidak melakukan l l l l l l l l l l
malpraktek. l l
189
Kembali l
diatur didalam KUHAP, yakni Pasal 263 ayat (2) yang telah
l l l l l l l l l l l
132
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP;
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali¸ Edisi ke-2,
Cetakan ke-10, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, h. 619)
190
prinsip Equality Before the Law yang dinjunjung tinggi oleh negera l l l l
tidak ada novum baru atau bukti baru yang dapat menimbulkan
l l l l l l l l l l l
ditolak. l
191
hukumnya perbuatan.”134 l l l
133
Prof. Mr. Roeslan Saleh “Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana; Dua
Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana, cetakan ke-3 tahun 1983”, h. 109
134
Dr. Chairul Huda dalam bukunya: Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju
Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, cetakan ke 6 tahun 2015,
haman 57
192
yakni:
l
kategori
l kerugian l lainnya. l l Sedangkan Direct l l causal l l
relationship/causality (kausalitas/actus
l l l l l l l reus), yakni l suatu l
menyatakan bahwa: l l l l l
korban.” l
karena waktu yang cukup lama sejak korban masuk RSU Prof. Dr.
l l l l l l l l l
dimaksud diatas. l l l
akibat
l l dari l perbuatan l l Para l l Terpidana l l yang l lalai/karena l l l l
relationship/causality (kausalitas/actus
l l l l l l l reus), perbuatan l l Para l l
menyatakan bahwa: l l l l l
melakukan sayatan sejak dari kulit, otot, uterus serta rahim dan
l l l l l l l l l l
meninggal dunia. l l
terbukti, ketiga menurut majelis hakim belum ada satu fakta yang l l l l l l l l l
dianggap
l l adanya l l l pemalsuan l l dimana l l mungkin hakim l
belum ada fakta yang menyatakan itu tidak ada surat ijin praktek.
l l l l l l l l l l l l l
atas kelalaian bisa dilihat dari proses awal dan akhir dalam
l l l l l l l l l l l l l l
Malpraktek. l l
pidana. l l
hukum biasa. l l
jawab hak dan kewajiban menurut ketentuan yang berlaku bagi profesi.
l l l l l l l l l l
(MKEK).
Dalam hal ini Majelis Kehormatan Etika Kedokteran merupakan
l l l l l l l l l l
54 ayat 3). l l
gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan l l l l l l l l
menetapkan sanksi. l l l
199
ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi ini
l l l l l l l l l l l
berupa : l
praktik dan/atau l l l l
dalam persidangan.
l l l l
Oleh sebab itu jika dilihat dalam kasus tersebut para terdakwa tidak l l l l l l l l l l l
tidak memiliki surat ijin praktek maka dapat dikatakan telah melakukan
l l l l l l l l l l l l l
200
operasi. Dan juga melanggar prosedur dalam hal SIP tetapi hanya
l l l l l l l l l l l
dan dr. HENDY SIAGIAN (Terdakwa III) yang didakwakan oleh jaksa
l l l l l l l l l l l
penuntut umum dengan Pasal 359 kuhp jo Pasal 55 ayat ke (1) KUHP l l l l l l l
sehingga Pasal ini belum bisa dikatakan malpraktek karena ini hanya l l l l l l l l l l l l l
kasus ini belum diajukan kepada IDI tetapi kasus ini sudah terlanjur
l l l l l l l l l
bahwa para terdakwa tidak terbukti telah melakukan tindak tersebut dan
l l l l l l l l l l l l
atau tidak, sebab hal ini bila sudah terbukti melakukan kesalahan atau
l l l l l l l l l l l l l l
umum, sehingga oleh karenanya sebagai hak asasi manusia, dia wajib l l l l l l l l l l l l l
dokter gigi dengan etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kompetensi l l l l l l l
proporsional. l
gigi itu sendiri, hanya dapat dihukum melalui pidana denda bukan l l l l l l l l l
pidana penjara lagi. Tetapi bukan berarti dokter sama sekali tidak bisa
l l l l l l l l l l l l l
komunikasi antara dokter dan pasien sehingga dokter jadi lebih teliti l l l l l l l l
yang tidak ada dokternya untuk spesialis tertentu, banyak rumah sakit
l l l l l l l l l l
optimal. l
bahwa jika satu tujuan dapat dicapai dengan sanksi yang bukan hukum
l l l l l l l l l l l l l
pidana, maka sanksi demikian yang akan dipakai dan bukan hukum
l l l l l l l l l l l l l
Kasasi, akibat hukum lain dari putusan PK ialah Para Terpidana juga
l l l l l l l l l l l l l l
203
bersangkutan.” l l
Dalam hal kasus diatas penulis juga menemukan yang tidak kalah
l l l l l l l l l l l l
Tanda Registrasi (STR) dan wajib memiliki Surat Izin Praktek (SIP).
l l l l l l l
Dalam hal ini Terpidana I dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani sudah
l l l l l l l l l l l l
mengurus SIP sebagai dokter umum pada tahun 2010, namun dokter l l l l l l
PPDS tidak bisa mendapat izin sebagai dokter umum, namun hanya l l l l l l l l l
Prof. Dr. Kandow Manado secara kelembagaan juga telah lalai, dalam
l l l l l l l l l l l l l l
BAB V l
PENUTUP
A. Kesimpulan: l
novum baru dalam peninjauan kembali, dan juga dalam hal ini telah l l l l l l l l l l l l
Pasal tersebut. l l
B. Saran
l l
tidak terpenuhi yaitu tidak ada novum baru, tidak ditemukan adanya
l l l l l l l l l l l
adanya kekeliruan atau kehilafan hakim yang nyata, serta semua ini
l l l l l l l l l l l l l l
205
206
2. Dalam hal ini penulis mengatakan bahwa Tindak pidana ini tidak
l l l l l l l l l l l l
jera hanya sanksi pidana yang semula dalam hal ini lebih lagi
l l l l l l l l l l l l
dari kedokteran dan dokumen lain, supaya bagi pasien merasa aman
l l l l l l l l l l l l
dan nyaman.
l l l