Anda di halaman 1dari 7

Lex Et Societatis Vol. V/No.

10/Des/2017

SANKSI HUKUM ATAS PELANGGARAN DISIPLIN A. Latar Belakang


DOKTER ATAU DOKTER GIGI MENURUT Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu
UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004 komponen utama pemberi pelayanan
TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN1 kesehatan kepada masyarakat mempunyai
Oleh: Maikel D. Willem2 peranan yang sangat penting karena terkait
langsung dengan pemberian pelayanan
ABSTRAK kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk Landasan utama bagi dokter dan dokter gigi
mengetahui bagaimana terjadinya pelanggaran untuk dapat melakukan tindakan medis
disiplin dokter atau dokter gigi dalam terhadap orang lain adalah ilmu pengetahuan,
menjalankan praktik kedokteran dan teknologi, dan kompetensi yang dimiliki, yang
bagaimana pemberlakuan sanksi hukum atas diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi Pengetahuan yang dimilikinya harus terus
oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran menerus dipertahankan dan ditingkatkan sesuai
Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 29 dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. teknologi itu sendiri, sebagaimana dijelaskan
Dengan menggunakan metode penelitian dalam Penjelasan Undang-Undang Republik
yuridis normatif, disimpulkan: 1.Pelanggaran Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
disiplin dokter atau dokter gigi dapat terjadi Praktik Kedokteran I. Umum.3
apabila dokter atau dokter gigi dalam Dokter dan dokter gigi dengan perangkat
melaksanakan praktik kedokteran tidak keilmuan yang dimilikinya mempunyai
melakukan kewajibannya untuk memberikan karakteristik yang khas. Kekhasannya ini terlihat
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar dari pembenaran yang diberikan oleh hukum
profesi dan standar prosedur operasional serta yaitu diperkenankannya melakukan tindakan
kebutuhan kesehatan pasien dan meminta medis terhadap tubuh manusia dalam upaya
persetujuan pasien atau keluarganya mengenai memelihara dan meningkatkan derajat
tindakan medis serta dalam menjalankan kesehatan. Tindakan medis terhadap tubuh
praktik kedokteran tidak membuat rekam manusia yang dilakukan bukan oleh dokter atau
medis dan menyimpan atau menjaga dokter gigi dapat digolongkan sebagai tindak
kerahasiaan dokumen rekam medis termasuk pidana.4
menyimpan rahasia kedokteran. Profesi berbeda dengan pekerjaan pada
2.Pemberlakuan sanksi hukum atas umumnya. Di antara para sarjana belum ada
pelanggaran disipilin dokter atau dokter gigi kata sepakat mengenai batasan sebuah profesi.
oleh Majelis Kehormatan Disiplin kedokkteran Hal ini terutama disebabkan oleh belum adanya
Indonesia dilakukan dalam bentuk keputusan suatu standar (yang telah disepakati) umum
dapat dinyatakan dinyatakan tidak bersalah mengenai pekerjaan/tugas yang bagaimanakah
atau pemberian sanksi disiplin apabila terbukti yang dikatakan dengan profesi tersebut.
bersalah. Sanksi disiplin berupa: pemberian Sebuah profesi terdiri dari sekelompok terbatas
peringatan tertulis; rekomendasi pencabutan orang-orang yang memiliki keahlian khusus dan
surat tanda registrasi atau surat izin praktik; dengan keahlian itu mereka dapat melakukan
dan/atau kewajiban mengikuti pendidikan atau fungsinya di dalam masyarakat dengan lebih
pelatihan di institusi pendidikan kedokteran baik dibandingkan dengan warga masyarakat
atau kedokteran gigi. lain pada umumnya. 5 Sebuah profesi adalah
Kata kunci: Sanksi Hukum, Pelanggaran Disiplin sebutan atau jabatan di mana orang yang
Dokter Atau Dokter Gigi, Praktik Kedokteran menyandangnya memiliki pengetahuan khusus
yang diperolehnya melalui latihan/training atau
PENDAHULUAN
3
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Marnan A. T. Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran I. Umum.
4
Mokorimban, S.H., M.Si; Fernando J. M. M. Karisoh, Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
S.H.,M.H 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran I. Umum.
2 5
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. I. Gede A.B. Wiranata, Dasar-Dasar Etika dan Moralitas,
14071101477 Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal. 243

5
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017

sejumlah pengalaman lain atau mungkin


diperoleh sekaligus kedua-keduanya. B. RUMUSAN MASALAH
Penyandang profesi dapat membimbing atau 1. Bagaimanakah terjadinya pelanggaran
memberi nasihat dan saran atau juga melayani disiplin dokter atau dokter gigi dalam
orang lain dalam bidangnya sendiri.6 menjalankan praktik kedokteran ?
Profesi terdiri dari suatu komunitas ilmiah 2. Bagaimanakah pemberlakuan sanksi hukum
yang secara psikologis, sosial ekonomis dan atas pelanggaran disiplin dokter atau
politis berada di atas rata-rata masyarakat dokter gigi oleh Majelis Kehormatan
umum. Sebagai sebuah komunitas eksklusif Disiplin Kedokteran Indonesia menurut
demikian, para anggotanya memiliki potensi Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
memanipulasi kepercayaan masyarakat. Nilai tentang Praktik Kedokteran ?
lebih dari profesi justru terletak pada sejauh
mana penolakan para anggota profesi yang C. METODE PENELITIAN
sudah menyalahgunakan kepercayaan Penyusunan Skripsi dilakukan dengan cara
masyarakat, kehormatan profesi dengan mengumpulkan materi-materi hukum melalui
sendirinya akan hancur. Untuk menjaga studi kepustakaan. Materi-materi hukum
kehormatan profesi itulah diperlukan tatanan tersebut meliputi: bahan-bahan hukum primer;
moralitas dalam bentuk sebuah kode etik yang bahan-bahan hukum sekunder dan bahan-
mengikat di antara anggota komunitas.7 bahan hukum tersier.
Apabila terjadinya pelanggaran disipilin
dokter atau dokter gigi dalam pelaksanaan PEMBAHASAN
praktik kedokteran tentunya hal tersebut dapat A. Pelanggaran Disiplin Dokter Atau Dokter
merugikan pasien dan tidak terpenuhinya Gigi
perlindungan terhadap hak-hak pasien dalam 1. Pelanggaran Disiplin Dalam Praktik
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu Kedokteran
diperlukan upaya hukum untuk Dokter atau dokter gigi dalam menjalankan
memberlakukan sanksi disiplin yang tegas praktik kedokteran memiliki kewajiban untuk
terhadap dokter atau dokter gigi yang tidak memberikan pelayan kesehatan sesuai dengan
menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai prosedur operasional dan informasi yang
dengan profesinya. Pasien dapat mengajukan lengkap dan jujur kepada pasiennya agar
pengaduan apabila terbukti dokter atau dokter supaya semua tindakan dan pekerjaan dokter
gigi mengabaikan tanggung jawabnya dalam atau dokter gigi dapat diptertanggungjawabkan
pelayanan kesehatan dan melaksankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
pekerjaan tidak sesuai dengan prosedur dan yang berlaku.
kode etik profesi kepada Majelis Kehormatan Apabila terjadi pelanggaran disiplin dalam
Disiplin Kedokteran Indonesia. praktik kedokteran oleh dokter atau dokter gigi
Sesuai dengan uraian latar belakang tentunya dapat menyebabkan kerugian bagi
penulisan ini, maka diperlukan pemahaman pasien, sehingga pasien dapat mengadukan
yang mendalam mengenai pelanggaran disipilin pelanggaran disiplin atas tata cara pelayanan
dokter atau dokter gigi, tata cara pengaduan kesehatan yang dilakukan oleh dokter atau
oleh pihak yang dirugikan serta penegakan dokter gigi. Hal ini diatur dalam Undang-
sanksi disiplin kedokteran oleh Majelis Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
Kehormatan Disiplin Dokter Indonesia menurut 2004 Tentang Praktik Kedokteran sebagai
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang upaya hukum untuk melindungi hak-hak pasien
Praktik Kedokteran. dalam memperoleh pelayanan kesehatan.
Judul yang dipilih oleh penulis dalam
penyusunan Skripsi ialah: “Sanksi Hukum Atas 2. Tata Cara Pengaduan Atas Pelanggaran
Pelanggaran Disiplin Dokter Atau Dokter Gigi Disiplin Dokter atau Dokter Gigi
Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
2004 tentang Praktik Kedokteran”. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,
mengatur tentang tata cara Pengaduan,
6
Ibid. sebagaimana diatur dalam Pasal 66 ayat:
7
Ibid, hal. 252.

6
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017

(1) Setiap orang yang mengetahui atau norma-norma hukum yang bersifat memaksa
kepentingannya dirugikan atas tindakan untuk ditaati dan tidak boleh dilanggar.
dokter atau dokter gigi dalam menjalankan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
praktik kedokteran dapat mengadukan 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
secara tertulis kepada Ketua Majelis mengatur mengenai pemeriksaan sebagaimana
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. dinyatakan dalam Pasal 67: Majelis Kehormatan
(2) Pengaduan sekurang-kurangnya harus Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan
memuat: memberikan keputusan terhadap pengaduan
a. identitas pengadu; yang berkaitan dengan disiplin dokter dan
b. nama dan alamat tempat praktik dokter dokter gigi. Pasal 68: Apabila dalam
atau dokter gigi dan waktu tindakan pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika,
dilakukan; dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
c. alasan pengaduan. Indonesia meneruskan pengaduan pada
(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada organisasi profesi.
ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan Profesi dokter atau dokter gigi tentunya
hak setiap orang untuk melaporkan adanya didasarkan pada kode etik yang berlaku sesuai
dugaan tindak pidana kepada pihak yang dengan organisasi pofesi sehingga pelaksanaan
berwenang dan/atau menggugat kerugian pekerjaan dalam memberikan pelayanan
perdata ke pengadilan. kesehatan tidak boleh dilaksanakan
Profesi berbeda dengan pekerjaan pada bertentangan dengan kode etik profesi. Apabila
umumnya. Di antara para sarjana belum ada hal ini terjadi, maka pasien dapat mengadukan
kata sepakat mengenai batasan sebuah profesi. adanya pelanggaran disiplin dalam praktik
Hal ini terutama disebabkan oleh belum adanya kedokteran oleh dokter atau dokter gigi kepada
suatu standar (yang telah disepakati). Umum Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
mengenai pekerjaan atau tugas yang Indonesia.
bagaimanakah yang dikatakan dengan profesi Pertama, profesi harus dipandang dan
tersebut. Sebuah profesi terdiri dari dihayati sebagai suatu pelayanan karena itu,
sekelompok terbatas orang-orang yang maka sifat tanpa pamrih (disintrestednes)
memiliki keahlian khusus dan dengan keahlian menjadi ciri khas dalam mengembangkan
itu mereka dapat melakukan fungsinya di dalam profesi. Yang dimaksud dengan “tanpa pamrih”
masyarakat dengan lebih baik dibandingkan di sini adalah pertimbangan yang menentukan
dengan warga masyarakat lain pada umumnya.8 dalam pengambilan keputusan adalah
Sebuah profesi adalah sebutan atau jabatan di kepentingan pasien atau klien dan kepentingan
mana orang yang menyandangnya memiliki umum dan bukan kepentingan sendiri
pengetahuan khusus yang diperolehnya melalui (pengembangan profesi). Jika sifat tanpa
latihan/training atau sejumlah pengalaman lain pamrih itu diabaikan, maka pengembangan
atau mungkin diperoleh sekaligus kedua- profesi akan mengarah pada pemanfaatan
keduanya. Penyandang profesi dapat (yang dapat menjurus kepada penyalahgunaan)
membimbing atau member nasihat dan saran sesama manusia yang sedang mengalami
atau juga melayani orang lain dalam bidangnya kesulitan atau kesusahan. Kedua, pelayanan
sendiri.9 profesional dalam mendahulukan kepentingan
pasien atau klien mengacu kepada kepentingan
B. Pemberlakuan Sanksi Hukum Atas atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang
Pelanggaran Disiplin Dokter Atau Dokter memotivasi sikap dan tindakan.10
Gigi Oleh Majelis Kehormatan Disiplin Ketiga, pengemban profesi harus selalu
Kedokteran Indonesia berorientasi pada masyarakat sebagai
Pemberlakuan sanksi hukum atas keseluruhan. Keempat, agar persiangan dalam
pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi pelayanan berlangsung secara sehat sehingga
oleh Majelis Kehormatan Disiplin Dokter dapat menjamin mutu dan peningkatan mutu
Indonesia merupak wujud dari pelaksanaan pengembangan profesi, maka pengembangan

8 10
I. Gede A.B., Wiranata, Op.Cit, hal. 243. Suhrawardi, K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Cetakan
9
Ibid. kelima, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 7.

7
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017

profesi harus bersemangat solidaritas antar hidup. Penegakan hukum adalah tindakan yang
sesama rekan seprofesi.11 dilakukan secara tegas dan lugas, tetapi bersifat
Pemberlakuan sanksi hukum atas manusiawi berdasarkan atas keadilan dan
pelanggaran disipilin dokter atau dokter gigi kebenaran dalam rangka mewujudkan
oleh Majelis Kehormatan Disiplin Dokter ketertiban dan kepastian hukum termasuk
Indonesia menurut Undang-Undang Republik meningkatkan tertib sosial yang dinamis.13
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Ketentuan-ketentuan hukum dalam Undang-
Praktik Kedokteran, dilakukan dengan Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
membuat keputusan sebagaimana dinyatakan 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 69
pada Pasal 69 ayat: apabila dicermati sanksi hukum disiplin yang
(1) Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin paling berat apabila terbukti dokter atau dokter
Kedokteran Indonesia mengikat dokter, gigi bersalah, maka dapat dilakukan
dokter gigi, dan Konsil Kedokteran pencabutan tanda registrasi atau surat izin
Indonesia. praktik. Hal ini tentunya merupakan bagian dari
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada penegakan hukum secara tegas karena negara
ayat (1) dapat berupa dinyatakan tidak Indonesia adalah negara hukum. Majelis
bersalah atau pemberian sanksi disiplin. Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(3) Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada telah diberikan kewenangan oleh undang-
ayat (2) dapat berupa: undang untuk menerapkan sanksi disiplin.
a. pemberian peringatan tertulis; Salah satu aspek penting dari penerapan
b. rekomendasi pencabutan surat tanda suatu kaidah hukum adalah penegakkan hukum
registrasi atau surat izin praktik; (law enforcement). Suatu perangkat hukum
dan/atau baru dapat dikatakan efektif apabila hukum
c. kewajiban mengikuti pendidikan atau tersebut dapat diimplementasikan dan
pelatihan di institusi pendidikan penerapan sanksinya dapat ditegakan apabila
kedokteran atau kedokteran gigi. ada yang melanggarnya. Untuk dapat
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. ditegakkan maka di dalam perangkat hukum itu
Hal ini di tegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) perlu ada suatu mekanisme yang mengatur dan
Undang-Undang Dasar 1945. Norma ini menetapkan bagaimana norma-norma itu
bermakna bahwa di dalam negara kesatuan ditegakan. Penegakan hukum pada intinya
Republik Indonesia, hukum merupakan urat adalah serangkaian kegiatan untuk
nadi seluruh aspek kehidupan. Hukum menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
mempunyai posisi strategis dan dominan dalam terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang
kehidupan masyarakat berbangsa dan mantap dan mengenjawatankannya dengan
bernegara. Hukum, sebagai suatu sistem, dapat sikap dan tidak sebagai rangkaian penjabaran
berperan dengan baik dan benar di tengah nilai-nilai tahap akhir, untuk menciptakan,
masyarakat jika instrumen pelaksanaannya memelihara dan mempertahankan kedamaian
dilengkapi dengan kewenangan-kewenangan dalam pergaulan hidup.14
dalam bidang penegakan hukum.12 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Penegakan hukum termasuk di dalamnya penegakan hukum. Faktor-faktor itu antara lain
hukum hak asasi manusia pada intinya adalah sebagai berikut;
serangkaian kegiatan untuk menyerasikan a. Faktor hukumnya;
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam b. Faktor penegak hukumnya;
kaidah-kaidah yang mantap dan c. Faktor sarana atau fasilitas yang
mengenjawatankannya dengan sikap dan tidak mendukung penegakan hukum;
sebagai rangkaian penjabaran nilai-nilai tahap
akhir, untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian dalam pergaulan
13
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
11
Ibid. Penegakan Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Edisi 1.
12
Marwan Efendi, Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Cet.4, Jakarta, 2002. hal. 8.
14
Perspektif Hukum, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Ibid. hal. 8.
2005, hal. 1.

8
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017

d. Faktor masyarakat, yaitu lingkungan di Pasal 58 Pimpinan Majelis Kehormatan


mana hukum tersebut berlaku atau Disiplin Kedokteran Indonesia terdiri atas
diterapkan.15 seorang ketua, seorang wakil ketua, dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor seorang sekretaris.
29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 64 Majelis Kehormatan Disiplin
mengatur mengenai Disiplin Dokter dan Dokter Kedokteran Indonesia bertugas:
Gigi. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran a. menerima pengaduan, memeriksa, dan
Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Pasal memutuskan kasus pelanggaran disiplin
55 ayat: dokter dan dokter gigi yang diajukan; dan
(1) Untuk menegakkan disiplin dokter dan b. menyusun pedoman dan tata cara
dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik penanganan kasus pelanggaran disiplin
kedokteran, dibentuk Majelis Kehormatan dokter atau dokter gigi.
Disiplin Kedokteran Indonesia. Pasal 65: Segala pembiayaan kegiatan
(2) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia merupakan lembaga otonom dari Indonesia dibebankan kepada anggaran Konsil
Konsil Kedokteran Indonesia. Kedokteran Indonesia.
(3) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia dalam menjalankan tugasnya Indonesia dibentuk untuk melaksanakan tujuan
bersifat independen. diberlakukannya Undang-Undang Republik
Penjelasan Pasal 55 ayat (1) Yang dimaksud Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
dengan "penegakan disiplin" dalam ayat ini Praktik Kedokteran. Oleh karena itu lembaga ini
adalah penegakan aturan-aturan dan/atau harus melaksanakan tugas secara objektif dan
ketentuan penerapan keilmuan dalam tidak memihak kepada dokter atau dokter gigi
pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh yang telah terbukti bersalah melakukan
dokter dan dokter gigi. Ayat (3) Yang dimaksud pelanggaran disiplin. Majelis Kehormatan
dengan "independen" dalam ayat ini adalah Disiplin Kedokteran Indonesia dalam
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran mengambil keputusan harus otonom dan
Indonesia dalam menjalankan tugasnya tidak mandiri, sehingga keputusannya tidak
terpengaruh oleh siapa pun atau lembaga dipengaruhi oleh kepentingan pihak manapun.
lainnya. Dalam dinamika kehidupan sehari-hari
Pasal 56: Majelis Kehormatan Disiplin terjadi konflik antara individu dengan lainnya.
Kedokteran Indonesia bertanggung jawab Konflik yang terjadi sering tidak dapat
kepada Konsil Kedokteran Indonesia. diselesaikan oleh para pihak yang terkait. Untuk
Penjelasan Pasal 56 Tanggung jawab dimaksud dapat menyelesaikan persoalan tersebut sering
meliputi tanggung jawab administratif, kali diperlukan campurtangan institusi khusus
sedangkan dalam pelaksanaan teknis Majelis yang memberikan penyelesaian imparsial
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (secara tidak memihak), penyelesaian itu tentu
adalah otonom dan mandiri. Pasal 57 ayat: harus didasarkan kepada patokan-patokan yang
(1) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran berlaku secara obyektif.16
Indonesia berkedudukan di ibu kota negara Menurut Immanuel Kant sebagaimana
Republik Indonesia. dikutip S.P. Lili Tjahjadi, menyebutkan moralitas
(2) Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran di adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita
tingkat provinsi dapat dibentuk oleh Konsil dengan norma atau hukum batiniah kita, yakni
Kedokteran Indonesia atas usul Majelis apa yang kita pandang sebagai kewajiban kita.
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Moralitas akan tercapai apabila kita menaati
Penjelasan Pasal 57 ayat (2) Yang dimaksud hukum lahiriah bukan lantaran hal itu
dengan kata "dapat" dalam ayat ini dilakukan membawa akibat yang menguntungkan kita
dengan memperhatikan pengaduan terhadap atau lantaran takut pada kuasa sang pemberi
dokter atau dokter gigi yang praktik, dan luas hukum, melainkan kita sendiri menyadari
wilayah kerja. bahwa hukum itu merupakan kewajiban kita.17

16
Suhrawardi, K. Lubis, Op.Cit, hal. 24-25.
15 17
Ibid. hal. 8. Sadjijono, Op.Cit, hal 1.

9
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017

Pemberlakuan sanksi atas pelanggaran 2. Pemberlakuan sanksi hukum atas


disipilin dokter atau dokter gigi oleh Majelis pelanggaran disipilin dokter atau dokter gigi
Kehormatan Disiplin Dokter Indonesia menurut oleh Majelis Kehormatan Disiplin
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 kedokkteran Indonesia dilakukan dalam
Tentang Praktik Kedokteran merupakan bagian bentuk keputusan dapat dinyatakan
dari penegakan hukum di bidang kesehatan dinyatakan tidak bersalah atau pemberian
untuk menjamin adanya perlindungan hukum sanksi disiplin apabila terbukti bersalah.
terhadap hak-hak pasien untuk mendapatkan Sanksi disiplin berupa: pemberian
pelayanan kesehatan seutuhnya dan sebagai peringatan tertulis; rekomendasi
upaya penegakan etika dan tanggung jawab pencabutan surat tanda registrasi atau
profesi dokter atau dokter gigi. surat izin praktik; dan/atau kewajiban
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran mengikuti pendidikan atau pelatihan di
Indonesia dalam pengambilan keputusan harus institusi pendidikan kedokteran atau
didasarkan pada bukti-bukti yang ditemukan kedokteran gigi.
setelah adanya pengaduan dari pasien atau
keluarganya dan apabila tidak terbukti adanya B. SARAN
pelanggaran disiplin maka dokter atau dokter 1. Untuk mencegah terjadinya pelanggaran
gigi harus dibebaskan dari sanksi disipilin yang disiplin dokter atau dokter gigi maka
berlaku, tetapi jika terbukti maka Majelis diperlukan upaya pembinaan dan
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia pengawasan praktik kedokteran melalui
harus menerapkan sanksi disiplin sesuai dengan pemerintah pusat, Konsil Kedokteran
tingkat kesalahan yang dilakukan dokter atau Indonesia, pemerintah daerah, organisasi
dokter gigi. profesi membina agar praktik kedokteran
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 dilakukan sesuai dengan fungsi dan tugas
Tentang Praktik Kedokteran telah memberikan masing-masing. Pembinaan dan
kepastian hukum, keadilan dan manfaat bagi pengawasan diarahkan untuk
masyarakat maupun tenaga kesehatan, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya dokter atau dokter gigi mengenai yang diberikan dokter dan dokter gigi dan
hak dan kewajiban, sehingga pemberlakuannya melindungi masyarakat atas tindakan
perlu dilaksankan dan ditaati agar pelaksanaan pelanggaran disiplin oleh dokter dan dokter
praktik kedokteran dapat berjalan sesuai gigi; dan memberikan kepastian hukum
dengan tujuan Undang-Undang Nomor 29 bagi masyarakat mengenai adanya
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dan perlindungan terhadap hak-hak di bidang
upaya pembangunan di bidang kesehatan bagi kesehatan.
masyarakat Indonesia. 2. Pemberlakuan sanksi hukum atas
pelanggaran disipilin dokter atau dokter gigi
PENUTUP oleh Majelis Kehormatan Disiplin
A. KESIMPULAN Kedokteran Indonesia perlu dilaksanakan
1. Pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi sesuai dengan peraturan perundang-
dapat terjadi apabila dokter atau dokter undangan yang berlaku apabila dokter atau
gigi dalam melaksanakan praktik dokter gigi terbukti bersalah melanggar
kedokteran tidak melakukan kewajibannya disiplin. Hal ini dapat dapat membantu
untuk memberikan pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya kembali
sesuai dengan standar profesi dan standar pelanggaran disiplin dan bagi dokter atau
prosedur operasional serta kebutuhan dokter gigi yang terbukti bersalah akan jera
kesehatan pasien dan meminta persetujuan untuk melakukan perbuatannya kembali.
pasien atau keluarganya mengenai
tindakan medis serta dalam menjalankan DAFTAR PUSTAKA
praktik kedokteran tidak membuat rekam Efendi Marwan, Kejaksaan RI: Posisi dan
medis dan menyimpan atau menjaga Fungsinya dari Perspektif Hukum, PT
kerahasiaan dokumen rekam medis Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
termasuk menyimpan rahasia kedokteran.

10
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017

Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana, Raharjo Satjipto, Hukum dan Perubahan Sosial
(Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar Suatu Tinjauan Teoretis Serta
Grafika, Jakarta, 2008. Pengalaman-Pengalaman di Indonesia,
Hariri Muhwan Wawan, Pengantar Ilmu Cetakan Ketiga Genta Publishing,
Hukum, Cet. l. Pustaka Setia. Bandung. Yogyakarta. 2009.
2012. Sadjijono, Polri Dalam Perkembangan Hukum
Isfandyarie Anny, Tanggung Jawab Hukum dan Di Indonesia, (Editor) M. Khoidin,
Sanksi Bagi Dokter Buku I, Cetakan LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2008.
Pertama, Jakarta, Maret, 2006. Shidarta Darmodiharjo Darji, Pokok-Pokok
Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil, Pokok- Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka
Pokok Etika Profesi Hukum, PT. Pradnya Utama, Jakarta, 1995.
Paramita, Jakarta, 2003. Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil. Pokok- Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Pokok Etika Profesi Hukum. Pradnya PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1995.
Pramita, Jakarta.1996. Soekanto Soerjono, Faktor-Faktor Yang
Kansil C.S.T., Christine S.T. Kansil, Engelien R. Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.
Palandeng dan Godlieb N. Mamahit, RajaGrafindo Persada, Edisi 1. Cet.4,
Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi Jakarta, 2002.
Pertama, Cetakan Kedua, Jala Permata Sudarso Yus, Slamet Wahyudi dan Syahrial
Aksara, Jakarta, 2010. Yuska, Ilmu Hukum Dalam Perspektif
Kusumaatmadja Mochtar, Konsep-Konsep Filsafat Ilmu, Dalam Trianto & Titik
Hukum Dalam Pembangunan, Kumpulan Triwulan Tutik, Bunga Rampai Hakikat
Karya Tulis, (Editor) Otje Salman dan Keilmuan Ilmu Hukum, Suatu Tunjauan
Eddy Damian, Cetakan Ke-1. Pusat Studi Dari Sudut Pandang Filsafat Ilmu,
Wawasan Nusantara Bekerjasama Prestasi Pustaka, Cetakan Pertama,
Dengan PT. Alumni, Bandung. 2002. Jakarta, Maret 2007.
Lubis Sofyan, Mengenai Hak Konsumen dan Sudarsono, Kamus Hukum, Cet. 6. Rineka Cipta,
Pasien, Cet. 1. Pustaka Yustisia, Jakarta, 2009.
Yogyakarta, 2009. Sunarno Edy, Berkualitas Profesional
Lubis K. Suhrawardi, Etika Profesi Hukum, Proporsional Membangun SDM Polri
Cetakan kelima, Sinar Grafika, Jakarta, Masa Depan, Grafika Indah, Jakarta,
2008. 2010.
Muhamad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Suparman Usman, Etika dan Tanggung Jawab
Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Profesi Hukum di Indonesia, Cetakan
2004. Pertama, Gaya Media Pratama, Jakarta,
Muhammad, Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, 2008.
PT. Citra Aditya, Bakti Bandung, 2001. Titik Triwulan Tutik, dan Shita Febriana,
Perlindungan Hukum Bagi Pasien, PT.
Masriani Tiena Yulies, Pengantar Hukum Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2010.
Indonesia, Cetakan Kelima, Sinar Garfika, Wahjoepramono Julianta Eka, Konsekuensi
2009. Hukum, Dalam Profesi Medik, CV. Karya
Mulyadi Mahmud dan Feri Antoni Surbakti, Putra Darwati, Bandung. 2012.
Politik Hukum Pidana Terhadap Wiranata I. Gede A.B., Dasar-Dasar Etika dan
Kejahatan Korporasi, Cetakan Pertama, Moralitas, Citra Aditya Bakti, Bandung,
PT. Sofmedia, Jakarta. 2010. 2005.
Notoatmodjo Soekidjo, Etika & Hukum
Kesehatan, Rineka Cipta, PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 2010.
Nuh Muhammad, Etika Profesi Hukum, CV
Pustaka Setia, Bandung, 2011.
Raharjo Satjipto, Ilmu Hukum, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2000.

11

Anda mungkin juga menyukai