10/Des/2017
5
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017
6
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017
(1) Setiap orang yang mengetahui atau norma-norma hukum yang bersifat memaksa
kepentingannya dirugikan atas tindakan untuk ditaati dan tidak boleh dilanggar.
dokter atau dokter gigi dalam menjalankan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
praktik kedokteran dapat mengadukan 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
secara tertulis kepada Ketua Majelis mengatur mengenai pemeriksaan sebagaimana
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. dinyatakan dalam Pasal 67: Majelis Kehormatan
(2) Pengaduan sekurang-kurangnya harus Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan
memuat: memberikan keputusan terhadap pengaduan
a. identitas pengadu; yang berkaitan dengan disiplin dokter dan
b. nama dan alamat tempat praktik dokter dokter gigi. Pasal 68: Apabila dalam
atau dokter gigi dan waktu tindakan pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika,
dilakukan; dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
c. alasan pengaduan. Indonesia meneruskan pengaduan pada
(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada organisasi profesi.
ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan Profesi dokter atau dokter gigi tentunya
hak setiap orang untuk melaporkan adanya didasarkan pada kode etik yang berlaku sesuai
dugaan tindak pidana kepada pihak yang dengan organisasi pofesi sehingga pelaksanaan
berwenang dan/atau menggugat kerugian pekerjaan dalam memberikan pelayanan
perdata ke pengadilan. kesehatan tidak boleh dilaksanakan
Profesi berbeda dengan pekerjaan pada bertentangan dengan kode etik profesi. Apabila
umumnya. Di antara para sarjana belum ada hal ini terjadi, maka pasien dapat mengadukan
kata sepakat mengenai batasan sebuah profesi. adanya pelanggaran disiplin dalam praktik
Hal ini terutama disebabkan oleh belum adanya kedokteran oleh dokter atau dokter gigi kepada
suatu standar (yang telah disepakati). Umum Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
mengenai pekerjaan atau tugas yang Indonesia.
bagaimanakah yang dikatakan dengan profesi Pertama, profesi harus dipandang dan
tersebut. Sebuah profesi terdiri dari dihayati sebagai suatu pelayanan karena itu,
sekelompok terbatas orang-orang yang maka sifat tanpa pamrih (disintrestednes)
memiliki keahlian khusus dan dengan keahlian menjadi ciri khas dalam mengembangkan
itu mereka dapat melakukan fungsinya di dalam profesi. Yang dimaksud dengan “tanpa pamrih”
masyarakat dengan lebih baik dibandingkan di sini adalah pertimbangan yang menentukan
dengan warga masyarakat lain pada umumnya.8 dalam pengambilan keputusan adalah
Sebuah profesi adalah sebutan atau jabatan di kepentingan pasien atau klien dan kepentingan
mana orang yang menyandangnya memiliki umum dan bukan kepentingan sendiri
pengetahuan khusus yang diperolehnya melalui (pengembangan profesi). Jika sifat tanpa
latihan/training atau sejumlah pengalaman lain pamrih itu diabaikan, maka pengembangan
atau mungkin diperoleh sekaligus kedua- profesi akan mengarah pada pemanfaatan
keduanya. Penyandang profesi dapat (yang dapat menjurus kepada penyalahgunaan)
membimbing atau member nasihat dan saran sesama manusia yang sedang mengalami
atau juga melayani orang lain dalam bidangnya kesulitan atau kesusahan. Kedua, pelayanan
sendiri.9 profesional dalam mendahulukan kepentingan
pasien atau klien mengacu kepada kepentingan
B. Pemberlakuan Sanksi Hukum Atas atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik yang
Pelanggaran Disiplin Dokter Atau Dokter memotivasi sikap dan tindakan.10
Gigi Oleh Majelis Kehormatan Disiplin Ketiga, pengemban profesi harus selalu
Kedokteran Indonesia berorientasi pada masyarakat sebagai
Pemberlakuan sanksi hukum atas keseluruhan. Keempat, agar persiangan dalam
pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi pelayanan berlangsung secara sehat sehingga
oleh Majelis Kehormatan Disiplin Dokter dapat menjamin mutu dan peningkatan mutu
Indonesia merupak wujud dari pelaksanaan pengembangan profesi, maka pengembangan
8 10
I. Gede A.B., Wiranata, Op.Cit, hal. 243. Suhrawardi, K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Cetakan
9
Ibid. kelima, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 7.
7
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017
profesi harus bersemangat solidaritas antar hidup. Penegakan hukum adalah tindakan yang
sesama rekan seprofesi.11 dilakukan secara tegas dan lugas, tetapi bersifat
Pemberlakuan sanksi hukum atas manusiawi berdasarkan atas keadilan dan
pelanggaran disipilin dokter atau dokter gigi kebenaran dalam rangka mewujudkan
oleh Majelis Kehormatan Disiplin Dokter ketertiban dan kepastian hukum termasuk
Indonesia menurut Undang-Undang Republik meningkatkan tertib sosial yang dinamis.13
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Ketentuan-ketentuan hukum dalam Undang-
Praktik Kedokteran, dilakukan dengan Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
membuat keputusan sebagaimana dinyatakan 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 69
pada Pasal 69 ayat: apabila dicermati sanksi hukum disiplin yang
(1) Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin paling berat apabila terbukti dokter atau dokter
Kedokteran Indonesia mengikat dokter, gigi bersalah, maka dapat dilakukan
dokter gigi, dan Konsil Kedokteran pencabutan tanda registrasi atau surat izin
Indonesia. praktik. Hal ini tentunya merupakan bagian dari
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada penegakan hukum secara tegas karena negara
ayat (1) dapat berupa dinyatakan tidak Indonesia adalah negara hukum. Majelis
bersalah atau pemberian sanksi disiplin. Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(3) Sanksi disiplin sebagaimana dimaksud pada telah diberikan kewenangan oleh undang-
ayat (2) dapat berupa: undang untuk menerapkan sanksi disiplin.
a. pemberian peringatan tertulis; Salah satu aspek penting dari penerapan
b. rekomendasi pencabutan surat tanda suatu kaidah hukum adalah penegakkan hukum
registrasi atau surat izin praktik; (law enforcement). Suatu perangkat hukum
dan/atau baru dapat dikatakan efektif apabila hukum
c. kewajiban mengikuti pendidikan atau tersebut dapat diimplementasikan dan
pelatihan di institusi pendidikan penerapan sanksinya dapat ditegakan apabila
kedokteran atau kedokteran gigi. ada yang melanggarnya. Untuk dapat
“Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. ditegakkan maka di dalam perangkat hukum itu
Hal ini di tegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) perlu ada suatu mekanisme yang mengatur dan
Undang-Undang Dasar 1945. Norma ini menetapkan bagaimana norma-norma itu
bermakna bahwa di dalam negara kesatuan ditegakan. Penegakan hukum pada intinya
Republik Indonesia, hukum merupakan urat adalah serangkaian kegiatan untuk
nadi seluruh aspek kehidupan. Hukum menyerasikan hubungan nilai-nilai yang
mempunyai posisi strategis dan dominan dalam terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang
kehidupan masyarakat berbangsa dan mantap dan mengenjawatankannya dengan
bernegara. Hukum, sebagai suatu sistem, dapat sikap dan tidak sebagai rangkaian penjabaran
berperan dengan baik dan benar di tengah nilai-nilai tahap akhir, untuk menciptakan,
masyarakat jika instrumen pelaksanaannya memelihara dan mempertahankan kedamaian
dilengkapi dengan kewenangan-kewenangan dalam pergaulan hidup.14
dalam bidang penegakan hukum.12 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Penegakan hukum termasuk di dalamnya penegakan hukum. Faktor-faktor itu antara lain
hukum hak asasi manusia pada intinya adalah sebagai berikut;
serangkaian kegiatan untuk menyerasikan a. Faktor hukumnya;
hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam b. Faktor penegak hukumnya;
kaidah-kaidah yang mantap dan c. Faktor sarana atau fasilitas yang
mengenjawatankannya dengan sikap dan tidak mendukung penegakan hukum;
sebagai rangkaian penjabaran nilai-nilai tahap
akhir, untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian dalam pergaulan
13
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
11
Ibid. Penegakan Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Edisi 1.
12
Marwan Efendi, Kejaksaan RI: Posisi dan Fungsinya dari Cet.4, Jakarta, 2002. hal. 8.
14
Perspektif Hukum, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Ibid. hal. 8.
2005, hal. 1.
8
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017
16
Suhrawardi, K. Lubis, Op.Cit, hal. 24-25.
15 17
Ibid. hal. 8. Sadjijono, Op.Cit, hal 1.
9
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017
10
Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017
Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana, Raharjo Satjipto, Hukum dan Perubahan Sosial
(Editor) Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar Suatu Tinjauan Teoretis Serta
Grafika, Jakarta, 2008. Pengalaman-Pengalaman di Indonesia,
Hariri Muhwan Wawan, Pengantar Ilmu Cetakan Ketiga Genta Publishing,
Hukum, Cet. l. Pustaka Setia. Bandung. Yogyakarta. 2009.
2012. Sadjijono, Polri Dalam Perkembangan Hukum
Isfandyarie Anny, Tanggung Jawab Hukum dan Di Indonesia, (Editor) M. Khoidin,
Sanksi Bagi Dokter Buku I, Cetakan LaksBang PRESSindo, Yogyakarta, 2008.
Pertama, Jakarta, Maret, 2006. Shidarta Darmodiharjo Darji, Pokok-Pokok
Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil, Pokok- Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka
Pokok Etika Profesi Hukum, PT. Pradnya Utama, Jakarta, 1995.
Paramita, Jakarta, 2003. Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil. Pokok- Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Pokok Etika Profesi Hukum. Pradnya PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1995.
Pramita, Jakarta.1996. Soekanto Soerjono, Faktor-Faktor Yang
Kansil C.S.T., Christine S.T. Kansil, Engelien R. Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.
Palandeng dan Godlieb N. Mamahit, RajaGrafindo Persada, Edisi 1. Cet.4,
Kamus Istilah Aneka Hukum, Edisi Jakarta, 2002.
Pertama, Cetakan Kedua, Jala Permata Sudarso Yus, Slamet Wahyudi dan Syahrial
Aksara, Jakarta, 2010. Yuska, Ilmu Hukum Dalam Perspektif
Kusumaatmadja Mochtar, Konsep-Konsep Filsafat Ilmu, Dalam Trianto & Titik
Hukum Dalam Pembangunan, Kumpulan Triwulan Tutik, Bunga Rampai Hakikat
Karya Tulis, (Editor) Otje Salman dan Keilmuan Ilmu Hukum, Suatu Tunjauan
Eddy Damian, Cetakan Ke-1. Pusat Studi Dari Sudut Pandang Filsafat Ilmu,
Wawasan Nusantara Bekerjasama Prestasi Pustaka, Cetakan Pertama,
Dengan PT. Alumni, Bandung. 2002. Jakarta, Maret 2007.
Lubis Sofyan, Mengenai Hak Konsumen dan Sudarsono, Kamus Hukum, Cet. 6. Rineka Cipta,
Pasien, Cet. 1. Pustaka Yustisia, Jakarta, 2009.
Yogyakarta, 2009. Sunarno Edy, Berkualitas Profesional
Lubis K. Suhrawardi, Etika Profesi Hukum, Proporsional Membangun SDM Polri
Cetakan kelima, Sinar Grafika, Jakarta, Masa Depan, Grafika Indah, Jakarta,
2008. 2010.
Muhamad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Suparman Usman, Etika dan Tanggung Jawab
Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Profesi Hukum di Indonesia, Cetakan
2004. Pertama, Gaya Media Pratama, Jakarta,
Muhammad, Abdulkadir, Etika Profesi Hukum, 2008.
PT. Citra Aditya, Bakti Bandung, 2001. Titik Triwulan Tutik, dan Shita Febriana,
Perlindungan Hukum Bagi Pasien, PT.
Masriani Tiena Yulies, Pengantar Hukum Prestasi Pustakaraya, Jakarta, 2010.
Indonesia, Cetakan Kelima, Sinar Garfika, Wahjoepramono Julianta Eka, Konsekuensi
2009. Hukum, Dalam Profesi Medik, CV. Karya
Mulyadi Mahmud dan Feri Antoni Surbakti, Putra Darwati, Bandung. 2012.
Politik Hukum Pidana Terhadap Wiranata I. Gede A.B., Dasar-Dasar Etika dan
Kejahatan Korporasi, Cetakan Pertama, Moralitas, Citra Aditya Bakti, Bandung,
PT. Sofmedia, Jakarta. 2010. 2005.
Notoatmodjo Soekidjo, Etika & Hukum
Kesehatan, Rineka Cipta, PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 2010.
Nuh Muhammad, Etika Profesi Hukum, CV
Pustaka Setia, Bandung, 2011.
Raharjo Satjipto, Ilmu Hukum, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2000.
11