Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDUAL

BLOK 4

ANALISIS PELANGGARAN ETIK DALAM BIDANG


KESEHATAN YANG TERTULIS DALAM MEDIA CETAK
(KORAN)
DENGAN JUDUL
KORBAN DUGAAN MALAPRAKTIK TERKEJUT DIDATANGI
PRIA MENGAKU POLISI

Disusun Oleh:
ADE SYIFA AZZAHRA
190600055

Dosen Pembimbing:
SIMSON DAMANIK, drg., M.Kes

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Sumatera Utara
2019
KORBAN DUGAAN MALAPRAKTIK TERKEJUT DIDATANGI PRIA
MENGAKU POLISI
ADE SYIFA AZZAHRA
190600055
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155
E-mail : adesyifaazzahra07@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pekerjaan profesi (professio berarti pengakuan) merupakan pekerjaan yang


memerlukan pendidikan dan latihan tertentu, memiliki kedudukan yang tinggi
dalam masyarakat, seperti ahli hukum (hakim, pengacara), wartawan, dosen,
dokter, dokter gigi, dan apoteker. 1 Dokter sebagai ahli profesional merupakan
orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan tersebut dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi, atau dengan
kata lain merupakan seseorang yang hidup dengan mempraktikkan suatu keahlian
tertentu atau terlibat dalam suatu kegiatan menurut keahlian. Dalam
penatalaksanaan tanggung jawabnya untuk kebutuhan masyarakat, sebagai
seorang dokter diharapkan harus dapat menerapkan suatu standar profesional yang
tinggi sesuai keahliannya.2

Dalam pekerjaan profesi sangat dihandalkan etik profesi dalam


memberikan pelayanan kepada publik. Etik profesi merupakan seperangkat
perilaku anggota profesi dalam hubungannya dengan orang lain. 1 Dalam etika
profesi dikenal istilah kode etik profesi yaitu sistem norma atau aturan yang
ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik,
apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak
boleh dilakukan oleh seorang profesional.2 Dokter sebagai ahli profesional dalam
menjalankan tugasnya harus berlandaskan kode etik profesi, dimana jika tidak
dijunjung dapat menyebabkan banyak kerugian baik dari pihak pasien maupun
dokter itu sendiri. Bahkan kelalaian atau pelanggaran terhadap etik profesi dapat
mengarah kepada tindakan malapraktik.7

Malapraktik atau mal-practice berasal dari kata “mal” yang berarti buruk.
Sedang kata “practice” berarti suatu tindakan atau praktik. Dengan demikian
secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu tindakan medik “buruk” yang
dilakukan dokter dalam hubungannya dengan pasien.3

Malapraktik memiliki pengertian yaitu setiap tindakan medis yang


dilakukan dokter atau orang-orang di bawah pengawasannya, atau penyedia jasa
kesehatan yang dilakukan terhadap pasiennya, baik dalam hal diagnosis,
terapeutik dan manajemen penyakit yang dilakukan secara melanggar hukum,
kepatutan, kesusilaan dan prinsip-prinsip profesional baik dilakukan dengan
sengaja atau karena kurang hati-hati yang menyebabkan salah tindak rasa sakit,
luka, cacat, kerusakan tubuh, kematian dan kerugian lainnya yang menyebabkan
dokter atau perawat harus bertanggung jawab baik secara administratif, perdata
maupun pidana.3

Dalam sistem hukum Indonesia yang salah satu komponennya merupakan


hukum substantif, diantara hukum positif yang berlaku tidak dikenal adanya
istilah malapraktik, baik dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan maupun dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. Memperhatikan Undang-Undang No 23 Tahun 1992 khususnya pada
Pasal 54 dan 55 disebut sebagai kesalahan atau kelalaian dokter. Sedangkan pada
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004, khususnya pada Pasal 84 dikatakan sebagai
pelanggaran disiplin dokter.3

Perbuatan malapraktik medik erat kaitannya dengan tidak melakukan


pekerjaan profesionalnya, serta dengan kesalahan profesional yang diperbuat oleh
Tenaga Medis, karena pada waktu membentur ketentuan aturan dasar yang
mengikat, ini berdasarkan kegagalan tugas yang belum terealisasikan oleh petugas
kesehatan, kegagalan ini dapat disebabkan oleh berbagai fa ktor diantarannya ada
unsur kesalahan, kelalaian bertindak, pelanggaran, karena didasari tidak
berjalannya tindakan medis pada bagian Standar Operasional Prosedur (SOP),
Standar Profesi Kedokteran (SPK), dan Informed Consent.6

Tujuan penulisan pembahasan kasus ini adalah untuk membahas mengenai


kelalaian medis seorang dokter dalam kasus dugaan malapraktik suntikan KB
salah posisi yang menyebabkan seorang pasien mengalami pembengkakan dan
bernanah di area penyuntikan. Diharapkan dengan penulisan ini, dokter ataupun
ahli profesi lainnya tidak melakukan kelalaian yang sama atau lainnya dalam
penatalaksanaan tanggung jawab dalam bidang keahliannya sehingga tidak
menimbulkan kerugian diantara berbagai pihak.

1.2 PERMASALAHAN

Kasus malapraktik ini terjadi di Medan Barat pada awal tahun 2019.
Permasalahan bermula ketika pasien bernama Novi melakukan suntik KB di
klinik M. Gejala aneh timbul setelah mendapatkan suntikan KB di klinik M. Novi
merasakan sakit dan bengkak, akibat bengkak tersebut, Novi mengalami panas
demam selama dua bulan. Kendati demikian Novi tetap menjalani pengobatan di
klinik M. Hingga bulan lalu, bengkak yang dialaminya semakin besar dan hampir
pecah.

Saat dibedah di puskesmas, dokter yang bertugas kaget melihatan kondisi


bengkak dan bernanah dari bekas suntikan tersebut. Dokter mengatakan bahwa
kondisi tersebut akibat suntikan KB yang salah posisi.
BAB II
PEMBAHASAN

Pembahasan kasus ini ditulis berdasarkan kode etik yaitu menurut kode
etik kedokteran Indonesia dan WMA International Code of Medical Ethics
sebagai kode etik internasional, prinsip bioetika serta ditinjau dengan teori dan
hukum malapraktik.

2.1 ETIKA KEDOKTERAN

Etika sendiri secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ethikos,
ethos yang berarti adat kebiasaan. Etika kedokteran Indonesia merupakan
sekumpulan nilai dan moralitas profesi kedokteran yang tercantum dalam
KODEKI, fatwa-fatwa etik, pedoman dan kesepakatan etik lainnya dari Ikatan
Dokter Indonesia (IDI). Etika kedokteran secara umum dibuat untuk
meningkatkan profesionalisme, pengetahuan, pemahaman, penghayatan,
pengamalan kaidah dasar bioetika dan etika kedokteran dalam profesinya sebagai
seorang dokter. Secara khusus, etika kedokteran dirumuskan untuk menjaga
keluhuran profesi, meredam konflik etikolegal, penjeraan sekunder perilaku
kurang etis, dan menjaga hubungan antara dokter dan pasien sebagai hubungan
kepercayaan.5 Ditinjau dari Kode Etik Kedokteran, kasus dokter tersebut
melanggar :

Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
dan atau janji dokter.4
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi.4
Pasal 7a
Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan
secara kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa
kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.4
Pasal 7c
Seorang dokter wajib menghormati hak-hak pasien, teman sejawatnya, dan tenaga
kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien.4
Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani.4
Pasal 12
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter wajib memperhatikan keseluruhan
aspek pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik
fisik maupun psiko-sosial-kultural pasiennya serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi sejati masyarakat.4
Dari beberapa pasal kode etik yang dipaparkan diatas, secara garis besar
dokter dokter melakukan kesalahan dan pelanggaran kode etik kedokteran
Indonesia disebabkan karena kesalahan dokter saat melakukan proses penyuntikan
KB yang mengakibatkan pasien mengalami pembengkakan dan bernanah disekitar
bekas sutikan yang menyebabkan pasien mengalami panas demam selama dua
bulan. Hal ini dapat terjadi akibat beberapa sebab seperti dokter tidak
menggunakan seluruh kemampuannya untuk melakukan pelayanan secara
kompeten sehingga lalai terhadap pelayanan kesehatan yang ia berikan, dokter
tidak melakukan standard operasional prosedur dan standar profesi yang tinggi.
Dokter juga melanggar sumpahnya yang berlafalkan “Kesehatan penderita
senantiasa akan saya utamakan” dan “Saya akan menghormati setiap hidup insani
mulai dari saat pembuahan.”. Selain itu dokter juga melanggar hak-hak pasien
yang tercantum dalam pasal 32 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, yaitu:
d) memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
e)  memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
Selanjutnya berdasarkan International Code of Medical Ethics (Kode Etik
Medis Internasional) yang merupakan aturan tertulis yang berisi mengenai tugas
atau kewajiban seorang dokter secara umum, tugas dokter terhadap pasien, serta
tugas dokter terhadap kolega atau teman sejawat. WMA (World Medical
Association) sendiri merupakan sebuah ikatan dokter di seluruh dunia. Menurut
Kode Etik Medis Internasional, tugas dokter secara umum antara lain :9
1. Seorang dokter harus selalu menjalankan penilaian profesional independennya
dan mempertahankan standar perilaku profesional tertinggi.
2. Seorang dokter harus selalu menghormati hak pasien yang kompeten untuk
menerima atau menolak perawatan.
3. Seorang dokter harus selalu tidak membiarkan penilaiannya dipengaruhi oleh
keuntungan pribadi atau diskriminasi yang tidak adil.
4. Seorang dokter harus didedikasikan untuk menyediakan layanan medis yang
kompeten dalam kemandirian penuh profesional dan moral, dengan kasih sayang
dan rasa hormat terhadap martabat manusia.
5. Seorang dokter harus menangani dengan jujur pasien dan kolega, dan
melaporkan kepada pihak yang berwenang mengenai dokter-dokter yang
melakukan praktik yang tidak etis atau tidak kompeten atau yang terlibat dalam
penipuan.
6. Seorang dokter tidak boleh menerima keuntungan finansial atau insentif lain
hanya untuk merujuk pasien atau meresepkan produk tertentu.
7. Seorang dokter harus menghormati hak dan preferensi pasien, kolega, dan
profesional kesehatan lainnya.
8. Seorang dokter harus mengakui perannya yang penting dalam mendidik
masyarakat tetapi harus menggunakan kehati-hatian dalam mengungkapkan
penemuan atau teknik baru atau perawatan melalui saluran non-profesional.
9. Seorang dokter hanya akan menyatakan apa yang telah dia verifikasi sendiri.
10. Seorang dokter harus berusaha untuk menggunakan sumber daya perawatan
kesehatan dengan cara terbaik untuk memberi manfaat kepada pasien dan
komunitas mereka.
11. Seorang dokter harus mencari perawatan dan perhatian yang tepat jika ia
menderita penyakit mental atau fisik.
12. Seorang dokter harus menghormati kode etik lokal dan nasional.
Selain itu, tugas seorang dokter terhadap pasien menurut Kode Etik Medis
Internasional yaitu :9
13. Seorang dokter harus selalu mengingat kewajiban untuk menghormati
kehidupan manusia.
14. Seorang dokter harus bertindak dalam kepentingan terbaik pasien ketika
memberikan perawatan medis.
15. Seorang dokter harus berutang kesetiaan penuh kepada pasiennya dan semua
sumber daya ilmiah yang tersedia untuknya. Setiap kali pemeriksaan atau
perawatan berada di luar kapasitas dokter, ia harus berkonsultasi dengan atau
merujuk ke dokter lain yang memiliki kemampuan yang diperlukan.
16. Seorang dokter harus menghormati hak pasien untuk kerahasiaan. Adalah etis
untuk mengungkapkan informasi rahasia ketika pasien menyetujuinya atau ketika
ada ancaman nyata dan yang akan segera terjadi pada pasien atau orang lain dan
ancaman ini hanya dapat dihilangkan dengan pelanggaran kerahasiaan.
17. Seorang dokter harus memberikan perawatan darurat sebagai tugas
kemanusiaan kecuali dia yakin bahwa orang lain bersedia dan mampu
memberikan perawatan seperti itu.
18. Seorang dokter harus dalam situasi ketika dia bertindak untuk pihak ketiga,
memastikan bahwa pasien memiliki pengetahuan penuh tentang situasi itu.
19. Seorang dokter tidak boleh memasuki hubungan seksual dengan pasiennya
saat ini atau ke dalam hubungan pelecehan atau eksploitatif lainnya

Ditinjau dari Kode Etik Medis Internasional oleh WMA, kasus ini
melanggar beberapa poin antara lain pada poin 1,4,7,10,12,13,dan 14. Alasan
mengapa hal ini dapat terjadi hampir sama dengan alasan pelanggaran kode etik
kedokteran indonesia, dimana dokter melakukan penyuntikan KB kepada pasien
sehingga pasien mengalami bengkak dan penanahan di bagian bekas suntikan
yang memicu pasien menjadi panas demam selama dua bulan. Hal ini
menunjukkan bahwa dokter tidak melakukan praktik kedokterannya dengan
kompeten sehingga melalaikan standar profesi dan standar operasional prosedur.
Akibat dari perbuatannya, dokter menghilangkan hak-hak pasien. Seharusnya
dokter dapat memberikan pelayanan yang profesional terhadap kesembuhan
pasien dan berusaha memperkecil kerugian yang akan dialami pasien dalam suatu
tindakan medik.

2.2 PRINSIP BIOETIKA

Prinsip bioetika merupakan salah satu etika khusus dan etika sosial dalam
kedokteran yang memenuhi kaidah praksiologik (praktis) dan filsafat moral
(normatif) yang berfungsi sebagai pedoman (das sollen) maupun sikap kritis
reflektif (das sein), yang bersumber pada 4 kaidah dasar moral, diantaranya :8

1. Prinsip autonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,


terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination). Makna
utama otonomi individu adalah aturan pribadi atau perseorangan dari diri
sendiri yang bebas, baik bebas dari campur tangan orang lain. 8 Dalam
kasus ini belum ada kepastian yang menyebutkan apakah dokter telah
memberikan informasi dan mendapatkan persetujuan tindakan medik

2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan


yang ditujukan ke kebaikan pasien. Beberapa contoh penerapan prinsip
beneficence ini adalah:8
a. Melindungi dan menjaga hak orang lain.
b. Mencegah bahaya yang dapat menimpa orang lain.
c. Meniadakan kondisi yang dapat membahayakan orang lain.
d. Membantu orang dengan berbagai keterbatasan (kecacatan).
e. Menolong orang yang dalam kondisi bahaya.
Dalam kasus ini, dokter tidak menerapkan prinsip beneficence karena
tidak melindungi pasien, malah mengakibatkan kecacatan pada bekas
suntikan.
3. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini berhubungan dengan ungkapan
Hipokrates yang menyatakan “Saya akan menggunakan terapi untuk
membantu orang sakit berdasarkan kemampuan dan pendapat saya, tetapi
saya tidak akan pernah menggunakannya untuk merugikan atau
mencelakakan mereka”.8 Dalam kasus ini dokter tidak menerapkan prinsip
non maleficence karena ia merugikan pasien dengan mengakibatkan
bengkak dan bernanah pada bekas suntikan dan menyisakan bekas
berlubang pada bekas suntikan
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan
keadilan dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).
Justice diterjemahkan sebagai menegakan keadilan atau kesamaan hak
kepada setiap orang (pasien).8 Definisi lainnya adalah memperlakukan
orang lain secara adil, layak dan tepat sesuai dengan haknya. Dalam kasus
ini dokter tidak berlaku adil terhadap hak pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang terbaik diakibatkan kelalaian dokter dalam
proses suntik.

2.3 MALAPRAKTIK
Secara harfiah malapraktik (malapraktik) terdiri dari suku kata mal dan
praktik atau praktek. Mal berasal dari kata Yunani, yang berarti buruk. Praktik
(KBBI, Purwadarminta, 1976) atau (Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementerian Pendidikan Malaysia, 1991) berarti menjalankan perbuatan yang
tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan (profesi). Jadi malapraktik berarti
menjalankan pekerjaan yang buruk kualitasnya atau tidak tepat. Menurut WHO
(1992), “Malapraktik medis melibatkan kegagalan dokter untuk memenuhi
standar perawatan untuk perawatan kondisi pasien, atau kurangnya keterampilan,
atau kelalaian dalam memberikan perawatan kepada pasien, yang merupakan
penyebab langsung dari cedera pada pasien.” Adapun definisi malapraktik medik
pada intinya mengandung salah satu unsur berikut :1
a. Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan kedokteran dan keterampilan yang
sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran.
b. Dokter memberikan pelayanan medik di bawah standar.
c. Dokter melakukan kelalaian berat atau kurang hati-hati, yang dapat mencakup :
1. Tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya dilakukan, atau
2. Melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan.
d. Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum.
Malapraktik itu sendiri terdiri dari beberapa jenis salah satunya yaitu
criminal malpractice. Jenis malapraktik ini memiliki ciri yaitu:10
1. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan tercela.
2. Dilakukan dengan sikap batin yang salah yang berupa kesengajaan ataupun
kelalaian.
3. Melakukan tindakan medis tanpa informed consent.
4. Bersikap lalai yang menyebabkan kecacatan hingga meninggal dunia.
Jika dikaitkan dalam kasus ini dokter sudah termasuk dalam malapraktik,
lebih tepatnya criminal malpractice. Sesuai poin 2 dan 4, dokter tersebut sudah
berlaku lalai dengan tidak melakukan informed consent pada pasien ataupun pihak
keluarga ditambah lagi kelalaian dokter dalam mengamputasi pasien sehingga
pasien kehilangan kedua kakinya sekaligus (kecacatan).
Menurut hukum atas malapraktik di Indonesia, setiap kasus kesalahan
penanganan oleh dokter yang dapat menyebabkan kecacatan pada pasiennya
dibawa ke Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dibawah naungan
ikatan dokter Indonesia (IDI) baik ditingkat pusat maupun ditingkat cabang.
MKEK adalah lembaga penegak KODEKI disamping MKDKI (Majelis
Kehormatan Disiplin Indonesia). Berdasarkan pasal 14 UU Praktik Kedokteran,
MKDKI adalah lembaga yang berwenang menentukan ada tidaknya kesalahan
yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran
dan kedokteran gigi dan menetapkan sanksi. Jadi yang menentukan ada tidaknya
kesalahan yang dilakukan oleh dokter tersebut adalah lembaga khusus MKDKI
apakah termasuk tindakan malapraktik atau bukan. Penentuan ini dituangkan
dalam bentuk keputusan yang dibuat oleh MKDKI. Keputusan ini dapat
dinyatakan dengan pemberian sanksi disiplin berdasarkan pasal 69 ayat (3) UU
praktik kedokteran, sanksi disiplin yang dimaksud dapat berupa :3
1. Pemberian peringatan dalam bentuk tertulis.
2. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin praktik dan atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi.
Tindakan malapraktik yang menyebabkan kerugian atau meninggalnya
seseorang tentunya bisa masuk kedalam ranah pidana maupun perdata apabila
ditemukan adanya unsur kelalaian atau kesengajaan yang mengakibatkan kerugian
atau meninggalnya seseorang. Sesuai Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan pasal 1367 ayat (1) bahwa setiap orang berhak mendapat ganti rugi
akibat kelalaian atau kesalahan yang dilakukan tenaga kesehatan. Oleh karena itu
dokter dalam kasus ini dapat dituntut atas kelalaiannya dalam tindakan medik
suntik yang menimbulkan kerugian (kecacatan) pada pasien berupa bengkak,
nanah, demam panas, dan bekas seperti lubang pada area bekas suntikan.
Dalam kasus ini, dokter dianggap melakukan malapraktik karena
melakukan suatu tindakan yang sebenarnya umum dilakukan namun karena
kelalaian dan tidak sesuai dengan standar operasional prosedur mengakibatkan
pasien mengalami kerugian.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sebagai seorang dokter bukanlah pekerjaan yang mudah dalam menangani
setiap pasiennya. Profesi dokter merupakan profesi yang berwibawa dan disegani
oleh masyarakat. Masyarakat secara umum beranggapan bahwa dokter dapat
menyembuhkan pasien yang sakit. Profesi dokter tidak hanya dihadapkan pada
standar inteligensi yang tinggi namun juga dihadapkan dengan standar profesi dan
kode etik yang berlaku. Dokter harus melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional. Dokter dalam
menjalankan profesinya harus menjunjung tinggi profesionalisme yang mencakup
knowledge, skill dan behaviour yang harus diimplementasikan pada saat
menjalankan tugasnya. Apalagi saat ini masalah etik menjadi sorotan utama
masyarakat awam yang hanya mengenal kata malapraktik.
Etik kedokteran berkaitan dengan penalaran, pembenaran dan konflik
moral diri pribadi dalam membuat suatu keputusan etis, sedangkan hukum
berkaitan dengan konflik antara individu dengan masyarakat dalam hal ini adalah
dokter dengan pasien atau dengan peraturan. Norma etika (bioetika) pada saat ini
banyak yang tumpang tindih dengan dipengaruhinya oleh norma hukum dan yang
melatarbelakanginya (finansial, budaya, social). Hukum mengatur perilaku
manusia dalam kaitannya dengan ketertiban hubungan antar manusia dengan
aturan tertentu dan baku. Sedangkan etika mengatur manusia dalam membuat
keputusan dan berperilaku sesuai profesi dengan beberapa kaidah moral.
Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa dokter telah melakukan
kelalaian dan tidak menerapkan standar profesi, serta standar operasional
prosedur yang berlaku. Dokter juga telah melanggar kode etik kedokteran yang
berlaku, melanggar prinsip bioetika, serta malakukan pelanggaran karena telah
melakukan malapraktik yang menyebabkan kerugian pada pasien.
3.2 SARAN
Dalam transaksi terapeutik dokter hendaknya menjalin komunikasi yang
baik dengan pasien dan melakukan tindakan medis sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan dan standar prosedur operasional. Dokter harus menggunakan
semua keilmuwan yang dimilikinya untuk kesembuhan dan keselamatan pasien.
Dokter haruslah menerapkan prinsip bioetika dan kode etik kedokteran yang
berlaku agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kasus
malapraktik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah M J, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Ed. 4.


Jakarta: EGC, 2008: 2-6,96-9.
2. Herlambang Susatyo. Etika Profesi Tenaga Kesehatan.Yogyakarta: Goyen
Publishing, 2011: 7-16.
3. Heryanto B. Malpraktik Dokter dalam Perspektif Hukum. J Dinamika Hukum
2010;10(2):183-191.
4. Indonesia, I. D. (2002). Kode etik kedokteran Indonesia dan pedoman
pelaksanaan kode etik kedokteran Indonesia. Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia.

5. Rozaliyani A, Meilia PDI, Librianty N. Prinsip Penetapan Sanksi bagi


Pelanggaran Etik Kedokteran. JEKI. 2018;2(1):19–22.
6. SUDHARSONO, M. W. (2018). PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MALPRAKTIK
MEDIK BAGI TENAGA MEDIS DALAM PRAKTEK PELAYANAN KESEHATAN.

7. Sungguh As’ad. Kode Etik Profesi tentang Kesehatan. Jakarta: Sinar Grafika,
2014: 96-7.

8. Suryadi T. Prinsip-prinsip etika dan hukum dalam profesi kedokteran. 17


Desember 2009. http://www.rp2u.unsyiah.ac.id/index.php/welcome/proses
Download/1098/1. (23 Desember 2019).

9. World Medical Association. WMA International Code of Medical Ethics. 9


Juli 2018. https://www.wma.net/policies-post/wma-international-code-of-
medical-ethics/. (23 Desember 2019).
10. World Medical Association. WMA Statement on Medical Malpractice. 23
Maret 2017.https://www.wma.net/policies-post/world-medical-association-
statement-on-medical-malpractice/. (23 Desember 2019).
LAMPIRAN KORAN

Anda mungkin juga menyukai