Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDUAL

PEMICU 2

Pasien mengalami reaksi alergi setelah pemberian antiseptik

BLOK 4

Sarah Lavania Panjaitan

200600142

Fasilitator : Simson Damanik, drg,M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran atau
kedokteran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuwan, kompetensi yag diperoleh
melalui pendidikan berjenjang dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat. Oleh karena
itu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh seorang dokter dan dokter gigi haruslah
berdasarkan kode etik dan mengikuti kaidah bioetik yang ada.
1.2 Deskripsi Topik
Nama Pemicu: Pasien mengalami reaksi alergi setelah pemberian antiseptik
Penyusun: dr. Siti Syarifah, M.Biomed
Simson Damanik, drg.,M.Kes
Gema Nazri Yanti,drg.,M.Kes,
Hari/ Tanggal: Senin/28 Desember 2020
Seorang penderita wanita bernama Tika, 28 tahun datang ke praktik dokter gigi dengan
keluhan gigi berlubang di gigi geraham dua kiri bawah. Dokter gigi melakukan beberapa
tindakan, salah satunya adalah mengirigasi gigi berlubang tersebut dengan sediaan obat
antiseptik yang mengandung beberapa komponen yaitu: -Clorrhexidin 0,2% -Menthol 0,05%
-Methylcellulosa Tidak berapa lama saat dilakukan tindakan irigasi, pasien mengeluhkan rasa
panas di belakang leher dan kaki, 5 menit kemudian pasien pingsan dan terjatuh dari kursi
pasien. Dokter gigi yang menanganinya langsung merujuk pasien ke RS terdekat tanpa
melakukan apa-apa. Saat dibawa ke RS, pasien dinyatakan sudah meninggal oleh dokter
UGD. Selang beberapa hari kemudian, keluarga pasien datang ke praktik dokter gigi tersebut
dan menuntut sang dokter telah melakukan malpraktik
BAB II
PEMBAHASAN

1. Reaksi apakah yang terjadi pada pasien tersebut?


Pasien tersebut mengalami reaksi alergi terhadap antiseptik yang mengandung
Chlorhexidine. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya rasa panas di belakang leher dan
kaki yang dialami oleh pasien tidak berapa lama saat dilakukan tindakan irigasi dengan
sediaan obat tersebut.
2. Apakah yang menyebabkan pasien mengalami reaksi tersebut?
Reaksi alergi yang dialami oleh pasien tersebut disebabkan oleh adanya pemberian antiseptik
yang mengandung Chlorhexidine.
Adapun tanda-tanda reaksi alergi terhadap penggunaan Cholrhexidine diantaranya,
 Rasa terbakar, gatal atau kemerahan
 Kulit melepuh atau mengelupas
 Pembengkakan atau iritasi kulit parah
 Alergi parah pada kulit yang diobati

Reaksi alergi yang ditunjukkan pasien tersebut yaitu adanya keluhan rasa panas di belakang leher
dan kaki.

3. Mengapa pasien tersebut bisa meninggal?

Dari skenario tersebut, tidak didapat dipastikan penyebab pasti dari kematian pasien. Hal ini
disebabkan, karena tidak adanya data terkait riwayat penyakit dan riwayat alergi obat yang
dimiliki pasien yang seharusnya ditanyakan oleh seorang dokter gigi sebelum melakukan
tindakan. Namun, hal yang menjadi kemungkinan dari kematian tersebut adalah adanya
pemberian obat antiseptik dengan kandungan Chlorhexidine 0,2%, Menthol 0,05%, dan
Methylcellulosa. Reaksi alergi yang parah dapat mengancam jiwa dan menyebabkan kematian.
Selain itu, pasien tidak diberikan penanganan yang cepat dan tepat terkait reaksi alergi yang
dialaminya.
4. Berdasarkan kaidah bioetika, apakah tindakan dokter gigi tersebut sudah tepat?

Prinsip umum etik kedokteran berdasarkan pada 4 prinsip Etik Biomedis (Beuchamp &
Childress, 2011), sebagai berikut:

 Respect for Autonomy (Menghormati autonomi pasien)


Dalam pelayanan kesehatan prinisip ini berkaitan dengan persetujuan tindakan medis
setelah diberi penjelasan, baik tindakan diagnostik maupun terapi.
 Beneficence (Berbuat baik)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban membantu orang lain dengan mengupayakan
manfaat maksimal sambil meminimalisasi risiko.
 Non Maleficence (Tidak merugikan)
Prinsip ini menyatakan untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain (do no
harm, prium non nocere)
 Justice (Keadilan)
Prinsip mengacu terhadap kewajibab memperlakukan setiap orang sama dalam
memperoleh haknya dalam pelayanan kesehatan.
Dari skenario tersebut, dokter gigi tersebut melanggar kaidah bioetika yaitu prinsip Non
Maleficence. Karena, tindakan dokter tersebut telah memberikan efek samping yang
berujung pada kematien pasien yang menimbulkan kerugian terhadap pasien dan
keluarganya.
5. Apakah tindakan dokter gigi pada pasien tersebut termasuk dalam tindakan
malpraktik?
Pasal 11 ayat (1) huruf b UU No 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan:
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-undangan lain, maka terhadap tenaga kesehatan
dapat dilakukan tindakan-tindakan administratip dalam hal sebagai berikut:
a. melalaikan kewajiban;
b. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga
kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga
kesehatan;
c. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
d. melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.
Pada skenario kasus, dokter tersebut tidak menayakan terkait riwayat penyakit pasien
sebelumnya , dan juga terkait dengan alergi pasien terhadap suatu obat sehingga tindakan
dokter yang memberikan obat terhadap pasien tersebut menimbulkan efek samping yang
berujung pada kematian. Seharusnya dokter menjalankan kewajiban dalam hal riwayat
penyakit atau riwayat alergi pasien terhadap suatu jenis obat. Namun, karena dokter itu
tersebut mengabaikan kewajiban tersebut sehingga menimbulkan kerugian terhadap pasien
maka dapat dikatakan bahwa tindakan dokter tersebut merupakan malpraktik.
BAB III
KESIMPULAN

Kegiatan malpraktik di bidang kesehatan merupakan suatu tindakan pelanggaran hukum yang
dapat merugikan orang lain. Jadi, sebagai seorang dokter maupun dokter gigi yang
mengabdikan diri kepada masyarakat dalam pelayanan kesehatan haruslah melayani sesuai
dengan kode etik dan bioetika yang berlaku. Dengan menjalankan pelayanan yang sesuai
dengan aturan yang berlaku, maka dapat meminimalisir kerugian antara dokter maupun
dokter gigi dengan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi V. Jakarta: EGC,
2018: 2-3.
2. Joseph N. Chlorhexidine. 11 Mei 2020. https://hellosehat.com/obatan-
suplemen/obat/chlorhexidine/#gref. (27 Desember 2020)
3. Sari AP. Apakah perawatan saluran akar dapat menyebabkan kematian?. 5 Januari 2019.
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/kematian-setelah-perawatan-saluran-akar-gigi.
(27 Desember 2020)
4. Hadi I. Hukum Malpraktik di Indonesia. 20 Juni 2013.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt51314ec548bec/hukum-malpraktik-di-
indonesia/#:~:text=23%2D24)%3A,para%20dokter%2C%20pengacara%20dan%20akuntan.
(27 Desember 2020).

Anda mungkin juga menyukai