Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDUAL DISKUSI KELOMPOK

PEMICU 5 : GIGI KERAMIKKU


BLOK 11 (MATERIAL DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI)

KLARISSA ANJANI JULIUS


190600077
KELAS B

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saat ini dalam perawatan di bidang kedokteran gigi berbagai bahan kedokteran gigi
tersedia di pasaran untuk diseleksi oleh dokter gigi dipakai sebagai bahan restorasi gigi. Bahan
restorasi kedokteran gigi yang dikenal meliputi amalgam, resin komposit, semen glass ionomer,
logam cor, keramik dan paduan metal keramik. Dokter gigi perlu mengambil keputusan yang tepat
untuk memilih bahan restorasi untuk menggantikan jaringan gigi yang hilang karena karies, patah
atau sebab lain. Keputusan dalam memilih bahan restorasi berhubungan dengan beberapa faktor
yang mempengaruhi yaitu kondisi gigi yang akan direstorasi, pasien, dokter gigi dan pengetahuan
mengenai sifat-sifat karakteristik bahan restorasi.
Bahan restorasi yang dipilih idealnya dapat harmonis antara bahan dan lingkungan mulut,
dan dapat bertahan sebagi restorasi gigi untuk jangka waktu yang lama serta tidak mempunyai
pengaruh toksik terhadap jaringan mulut. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka seorang dokter
gigi agar sukses dalam pemilihan bahan restorasi yang ada, harus mengenal secara baik sifat-sifat
1
bahan restorasi dengan baik sesuai dengan indikasi masalah kesehatan gigi.

1.2 DESKRIPSI TOPIK


Nama Pemicu : Gigi keramikku
Narasumber : drg. Sefty Aryani Harahap, M.Si.; drg. Astrid Yudhit, M.Si; Andy
Candra, S.Si, M.Si.
Seorang wanita berusia 30 tahun yang berprofesi penyiar televisi datang ke praktek dokter
gigi dengan keluhan ingin menambal gigi depan atas yang patah. Pasien juga mengeluhkan ada
rasa tidak nyaman ketika menggunakan sendok logam di mulut sebelah kiri. Dari pemeriksaan
intra oral terlihat bahwa gigi 11 mengalami fraktur ½ mahkota, serta terdapat mahkota porcelain
fused to metal pada gigi 36. Terlihat bintik-bintik kasar kehitaman pada bagian lingual restorasi
36. Dokter gigi merencanakan perawatan saluran akar dan restorasi akhir mahkota keramik pada
gigi 11.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KLASIFIKASI DENTAL KERAMIK

Dental ceramics adalah salah satu bagian dari penelitian dan pengembangan bahan
kedokteran gigi yang paling cepat berkembang. Selama 2 dekade kebelakang beberapa tipe
keramik telah dikembangkan dengan berbagai metode pengolahan telah diperkenalkan. Bahan –
bahan ini digunakan untuk membuat inlay, onlay, veneer, mahkota dan FPD yang lebih kompleks.
Dental ceramic dapat diklasifikasikan berdasarkan, antara lain :

1. Kegunaan atau indikasinya (anterior, posterior crown, veneer, post and core, fixed
prosthesis, ceramic stain, glaze )
2. Komposisi (alumina murni,zirconia murni,silica glass,leucite-based glass ceramic,lithia
based glass ceramic)
3. Fase matrik krital utama (silica glass , leucite-based feldspathic porselen, leucite-based
glass ceramic,lithia disilicate-based glass-ceramic,leucite disilicate-based glass-ceramic,
aluminous porselen, alumina, glass-infused alumina, glass-infused-spinel,glass-infused
alumina/zirconia)
4. Metode pengolahan (casting, sintering, partial sintering and glass infiltration, slip casting
and sintering, hot isostatic pressing, CAD-CAM milling and copy milling)
5. Temperature pembakaran
Jenis Temperatur Keterangan
pembakaran
High >1300 oC Strength terkuat, tidak dapat larut,
fusing translusen dan dapat menjaga keakuratan
bentuk dalam proses pembakaran yang
berulang
o o
Medium 1101 C-1300 C Jika ditambahkan boron oksida atau alkali
fusing karbonat akan meningkatkan homogenitas

2
Low 850oC-1100 oC bubuk sehingga menguntungkan pada saat
fusing pembakaran

Ultralow <850 oC
TABEL I. KLASIFIKASI DENTAL KERAMIK
BERDASARKAN TEMPERATUR PEMBAKARAN

6. Mikrostruktur (amorphous glass, crystalline, partikel cystalline pada matrix)


7. Translusensi (opaque, translusen, transparan)
8. Resisten terhadap fraktur (low, medium, hard)
9. Abrasif (perbandingan relative terhadap enamel, melawan enamel gigi) 2,3

2.2 JENIS DENTAL KERAMIK UNTUK GIGI 11 BESERTA ALASANNYA

Tujuan restorasi pada gigi anterior pasca perawatan endodontik,yaitu mempertahankan


kerapatan setelah pengisian saluran akar atau mencegah microleakage, mempertahankan jaringan
gigi yang tersisa, dan mempertahankan fungsi dan estetik. Struktur gigi anterior setelah perawatan
endodontik biasanya menjadi lemah karena luasnya kehilangan struktur gigi. Untuk itu perlu
diperhatikan beberapa faktor untuk keberhasilan pembuatan restorasi akhir misalnnya n struktur
dentin yang tersisa, hilangnya struktur gigi, perubahan warna gigi, perbandingan antara mahkota
4
dan akar yang masih tertinggal, dan keadaan sosial ekonomi pasien.

Berdasarkan skenario, diketahui gigi 11 mengalami fraktur ½ mahkota. Gigi 11 merupakan


gigi anterior sehingga dibutuhkan bahan restorasi yang memiliki estetik yang bagus, terlebih lagi
pasien merupakan seorang penyiar sehingga nilai estetis dari suatu material sangatlah diutamakan.
Beberapa pilihan restorasi yang dapat dipertimbangkan adalah porcelain laminate veneer,
porcelain fused to metal crown, all porcelain crown.

Restorasi akhir pada kasus ini menggunakan all porcelain crown. Hal ini dikarenakan
karena estetik all porcelain sangat baik sehingga dapat disesuaikan dengan warna gigi alami,
mempunyai nilai hardness yang tinggi sehingga tahan terhadap abrasi atau keausan, tahan terhadap
serangan kimia, dapat beradaptasi dengan baik terhadap temperatur rongga mulut dan tidak larut
terhadap saliva, mempunyai permukaan yang mengkilap. 4,5,6

3
2.3 METODE PEMBUATAN DENTAL KERAMIK PADA GIGI 11

Pada soal sebelumnya telah diketahui bahwa dental keramik yang akan digunakan adalah
all porcelain. Pengolahan restorasi ini umumnya menggunakan teknik slipcasting yang dilakukan
pada model duplikasi, kemudian dipanaskan pada furnice untuk menghasilkan partially sintered
koping yang diinfiltrasi dengan kaca pada suhu 1100º C dalam waktu 10 jam untuk mendapatkan
hasil koping yang kuat. Namun teknik ini membutuhkan waktu yang lama dalam proses
pembuatannya.

Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan adanya teknik baru untuk pengolahan all
ceramic berbahan in ceram dengan metode CAD/CAM. Teknik pembuatan baru berbasis komputer
yang telah dikembangkan salah satunya adalah teknik pembuatan dengan metode Computer Aided
Design Computer Aided Machining (CAD/CAM). Penggunaan metode Computer Aided Design
Computer Aided Machining (CAD/CAM) dalam pembuatan restorasi all ceramic menggunakan
blank atau ingot yang dapat menghasilkan restorasi yang lebih baik dibandingkan metode
konvensional. Teknik CAD/CAM apabila proses scanning dan desain sesuai akan menghasilkan
restorasi dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Keuntungan lain dari penggunaan metode
Computer Aided Design Computer Aided Machining (CAD/CAM) akan lebih mempersingkat
waktu dikarenakan beberapa proses pada metode konvensional dapat dilakukan menjadi satu
tahap. Tahap pembuataan nya antara lain :

1. Setelah gigi dipreparasi, hasil preparasi di-scan (dipindai) dan gambar dikomputerisasi
2. Resotrasi keramik didesain dengan bantuan computer
3. Keramik berbentuk blok kecil yang kemudian diasah menjadi bentuk restorasi yang
diinginkan menggunakkan mesin milling yang dikontrol dengan computer (hanya dalam
1x kunjungan dapat dihasilkan bentuk yang diinginkan)
4. Lalu restorasi keramik siap dipasangkan/direkatkan dengan semen ke gigi yang telah di
preparasi
5. Software pencetakan digital versi terbaru saat ini digunakan seperti CEREC AC, Sirona
Dental Systems, dan lain-lain memungkinkan visualisasi 3D yang sempurna7

4
2.4 SYARAT SISTEM KERAMIK-LOGAM PADA PORCELAIN FUSED TO METAL

Logam memiliki kekuatan yang baik namun tidak bisa digunakan pada gigi anterior karena
tidak estetis sehingga hanya dapat digunakan untuk gigi posterior. Sedangkan keramik sangat
estetis namun sifanya brittle. Restorasi porcelain fused to metal melibatkan penggabungan dari
sifat mekanik logam dengan sifat estetik porcelain yang baik. Secara umum, restorasi terdiri dari
sub-struktur logam campur yang berikatan dengan vinir porcelain.

GAMBAR I. PORCELAIN FUSED TO METAL CROWN

Syarat-syarat sistem keramik-logam pada porcelain fused to metal, antara lain :

1. Alloy harus memiliki temperature lebur yang tinggi (>100 oC) karena temperature
pembakaran keramik yang tinggi.
2. Keramik mempunyai titik lebur yang rendah, sehingga tidak terjadi distorsi pada metal
coping
3. Keramik harus melapisi logam campur secara merata untuk menghindari voids
4. Ikatan yang baik antara logam dengan keramik sangat penting yang didapatkan dengan
interaksi keramik dengan oksida logam pada permukaan logam dan kekasaran pada coping
metal
5. Coefisient of thermal expansion keramik dan logam harus kompatibel supaya tidak terjadi
crack pada proses pembuatan. Coefisient of thermal expansion logam lebih besar
dibandingkan keramik sehingga tekanan keramik kuat saat cooling (keramik sedikit
mengalami kompresi setelah pendinginan yang akan memprtahankan resistensi yang lebih
baik terhadap propagasi crack dari bagian keramik)
6. Casting metal coping harus akurat
7. Keramik dibakar pada temperature low fusing3

5
2.5 KLASIFIKASI DENTAL SEMEN

Dental semen adalah bahan dental yang umumnya digunakan untuk dua tujuan utama yaitu
sebagai bahan tambahan/ restorasi tunggal ataupun gabungan dengan bahan yang lain dan sebagai
perekat tambalan atau pesawat-pesawat yang cekat di dalam mulut. Setiap semen haruslah
memiliki nilai biokompatibilitas, keamanan, dan efektivitas yang baik. Klasifikasi dental semen
dibagi menjadi :

Water-Base Resin-Base Oil-Base


o Reaksi asam-basa o Reaksi berbasiskan komposit o Biasanya digunakan
o Biasanya bersifat asam resin sebagai luting restorasi
selama sementasi o Bond strength dengan gigi sementara
o Dengan struktur gigi tidak tinggi o Kebanyakan mengandung
melekat sama sekali atau bond o Dapat melekat pada dental eugenol, tetapi ada juga
yang rendah alloy atau keramik karena yang eugenol-free
o Mudah digunakan kandungan monomer atau o Film thickness tinggi
o Beberapa melepaskan penggunaan primer o Sifat mekanik rendah
fluoride o Sifat mekanik tinggi o Contoh : Zinc oxide
o Kebanyakan memiliki film o Teknik sensitive eugenol cement dan zinc
thickness yang rendah o Contoh : Komposit dan oxide non-eugenol cement
o Contoh : Glass ionomer adhesive resin, kompomer
cement, resin modified GIC,
Zinc polycarboxylate, zinc
phosphate cement
TABEL II. KLASIFIKASI DENTAL SEMEN

Berdasarkan klasifikasi ADA dan ISO Spec, dental semen dapat dibagi menjadi :

1. Type I : Semen luting (permanen dan sementara)


o Type I/I : Fine grain/butiran halus untuk sementasi dan luting/perekat
o Type I/II : Medium grain untuk base/basis, semen ortho
2. Type II : Restorasi/tumpatan
3. Type III : Liner atau base/ basis liner8

6
2.6 BAHAN DENTAL SEMEN UNTUK GIGI 11

Gigi pasca perawatan endodontik akan lebih rapuh (brittle) yang disebabkan karena
kandungan air yang berkurang, adanya kavitas yang besar sehingga email tidak mendapat
dukungan dentin, dan tidak terbentuknya lagi dentin sekunder serta akibat pengambilan jaringan
gigi pada saat dilakukan preparasi kamar pulpa dan saluran akar sehingga tekanan fungsional pada
tonjol akan menyebabkan terjadinya fraktur. Untuk itu, restorasi akhir harus sesuai dengan indikasi
dan berkaitan dengan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatannya.6

Bahan dental semen yang dapat digunakan pada gigi 11 tersebut adalah resin komposit.
Hal ini dikarenakan resin komposit memiliki banyak kelebihan dibanding dental semen lainnya,
yaitu estetiknya lebih baik, lebih kuat, lebih keras, penyerapan air dan penyusutannya lebih kecil,
tidak mudah mengalami abrasi, biayanya relative murah, dan mudah dimanipulasi. Selain itu,
warnanya dapat disesuaikan dengan warna porselen. Hal ini tentunuya sangat menguntungkan
pasien terlebih lagi pada kasus pasien merupakan seorang penyiar. Penggunaan adhesive ionomer
polimer yang dikenal sebagai silane coupling agent, akan menambah kemampuan lekat dengan
porselen secara mikro mekanik disamping retensi makro mekanik. 9

2.7 BAHAN DENTAL SEMEN UNTUK GIGI 36

Berdasarkan skenario, hasil pemeriksaan intra oral terdapat mahkota porcelain fused to
metal pada gigi 36. Restorasi pada gigi posterior menerima beban mastikasi yang tinggi sehingga
dibutuhkank bahan yang memiliki ketahanan terhadap fraktur. Untuk itu, dapat digunakan resin
komposit. Seiring perkembangan teknologi baik dalam material maupun teknik restorasi pada
bidang konservasi gigi, penggunaan resin komposit sebagai restorasi gigi posterior banyak
digunakan karena memiliki banyak keuntungan seperti preparasi jaringan keras gigi minimal,
waktu pengerjaan singkat, warna restorasi seperti gigi asli dan biaya lebih terjangkau.

Ikatan antara permukaan porselen dan logam dengan komposit resin dapat terjadi karena
adanya retensi mekanik dan retensi kimia. Ikatan kimia ke permukaan porselen dan logam dapat
dicapai dengan silanisasi dengan silane coupling agent. Silane coupling agent untuk logam dikenal
dengan istilah metal bonding agent/metal primer dan pada porselen dikenal dengan istilah ceramic

7
primer. Penggunaan silane sebagai coupling agent akan menimbulkan mekanisme perlekatan
kimiawi antara resin komposit dengan logam. Silane adalah molekul bifungsional yang bagian
hidrofiliknya membentuk ikatan hydrogen dengan permukaan ikatan air yang teradsorbsi pada
permukaan logam sedangkan bagian hidrofobik dari molekul silane akan membentik
kopolimerisasi dengan matriks organik dari resin komposit melalui ikatan kovalen. Berdasarkan
penelitian resin komposit jenis flowable lebih bagus digunakan pada restorasi porcelain fused to
metal karena mengandung bahan coupling agent.10

2.8 PROSES KIMIAWI YANG TERJADI PADA GIGI 36

Pada pemeriksaan intraoral diketahui bahwa restorasi pada gigi 36 pasien terdapat bintik
kasar kehitaman dan restorasi tersebut adalah porcelain fused to metal yang mana merupakan aloi.
Sebagaimana sifat logam aloi pada umumnya, maka dental aloi akan mengalami korosi dalam
saliva sebagai cairan elektrolit rongga mulut. Keausan merupakan faktor penting yang dapat
mempercepat proses korosi khususnya karena pecahnya lapisan pelindung. Lingkungan mulut
menguntungkan bagi pembentukan korosi dimana metal dipengaruhi dengan adanya agen alami
(udara dan air), perubahan suhu (makanan panas dan dingin) dan perubahan pH karena makanan
(produk susu atau jus jeruk), menghasilkan kelarutan sebagian dan seluruhnya, kemunduran atau
kelemahan beberapa substansi solid.

Secara alamiah, hampir semua logam akan mengalami proses perkaratan (korosi) sebagai
suatu reaksi elektrokimia dalam mencapai keseimbangan termodinamika. Korosi merupakan
kerusakan yang terjadi pada suatu material akibat reaksi dengan likungan disekitarnya. Proses
korosi ini melibatkan 2 reaksi simultan yaitu oksidasi dan reduksi (redoks). Ketika specimen logam
murni (disebut elektrolit) yang tidak mengandung ion-ion spesimen, maka ion logam akan
cenderung larut ke dalam medium dan permukaan logam yang hilang ionnya akan memulai proses
redeposisi untuk mempertahankan sifat logam tersebut, transfer ion logam ke medium cairan
disebut proses oksidasi (hilangnya elektron) dan redeposisi yang menyebabkan reduksi. Jenis
reaksi korosi yang terjadi dalam kavitas rongga mulut yaitu elektrokimia dan juga dinamakan wet
corrosion. Korosi elektrokimia memerlukan adanya air atau beberapa cairan elektrolit lain dalam
kavitas rongga mulut, saliva berperan dalam hal ini. 11

8
2.9 PENYEBAB MUNCUL RASA TIDAK NYAMAN PADA PASIEN SAAT
MENGGUNAKAN SENDOK LOGAM

Pada kasus dikatakan pasien mengeluhkan ada rasa tidak nyaman ketika menggunakan
sendok logam di mulut sebelah kiri dan pada regio 36 terdapat restorasi porcelain fused to metal.
Hal ini disebut galvanic shock. Galvanic shock terjadi apabila dua logam yang tidak sama
dihubungkan dan berada di lingkungan elektrolit saat terjadi kontak atau secara listrik kedua logam
yang berbeda potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua logam.
Metal dengan positive electrode potential yang besar, seperti platinum dan gold, lebih resisten
terhadap oksidasi dan korosi di dalam oral cavity. Bila terdapat perbedaan elektrode potensial
diantara 2 metal berkontak didalam cairan yang sama seperti antara emas dan aluminium akan
terjadi aliran listrik yang membuat pasien tidak nyaman. 12,13

9
BAB III

PENUTUP

Dental ceramics adalah salah satu bagian dari penelitian dan pengembangan bahan
kedokteran gigi yang paling cepat berkembang. Bahan – bahan ini digunakan untuk membuat
inlay, onlay, veneer, mahkota dan FPD yang lebih kompleks. Dental ceramic dapat
diklasifikasikan berdasarkan kegunaan, komposisi, fase matrik kristal utama, metode pengolaha,
2,3
temperatur pembakaran. mikrostruktur, translusensi, resisten terhadap fraktur, dan abrasif.

Berdasarkan skenario, diketahui gigi 11 mengalami fraktur ½ mahkota dan pasien


merupakan seorang penyiar, untuk itu dental keramik yang dapat digunakan adalah all porcelain
crown. Hal ini dikarenakan karena estetik all porcelain sangat baik sehingga dapat disesuaikan
dengan warna gigi alami.4 Untuk membuat restorasi menggunakan bahan in ceram dapat
digunakan metode CAD/CAM, yaitu teknik pembuatan baru berbasis komputer. Pada gigi 36,
diketahui pasien menggunakan porcelain fused to metal. Restorasi porcelain fused to metal
melibatkan penggabungan dari sifat mekanik logam dengan sifat estetik porcelain yang baik. 5,6

Untuk menggabungkan bahan satu dan lainnya, dibutuhkan dental semen. Setiap semen
haruslah memiliki nilai biokompatibilitas, keamanan, dan efektivitas yang baik. Klasifikasi dental
semen dibagi menjadi water-base, resin-base, dan oil-base.7 Pada gigi 11 dan 36, dapat digunakan
dental semen yaitu resin komposit, hal ini dikarenakan estetiknya lebih baik, lebih kuat, lebih
keras, penyerapan air dan penyusutannya lebih kecil, tidak mudah mengalami abrasi, biayanya
relative murah, dan mudah dimanipulasi dibanding dental semen lainnya. 9,10

Pada pemeriksaan intraoral diketahui bahwa restorasi pada gigi 36 pasien terdapat bintik
kasar kehitaman. Hal tersebut adalah akibat dari adanya korosi. Proses korosi ini melibatkan 2
reaksi simultan yaitu reaksi oksidasi dan resuksi (redoks). Pada kasus juga dikatakan pasien
mengeluhkan ada rasa tidak nyaman ketika menggunakan sendok logam di mulut sebelah kiri dan
pada regio 36 terdapat restorasi porcelain fused to metal. Hal ini diakibatkan karena adanya
galvanic shock yang diakibatkan karena adanya dua logam yang tidak sama dihubungkan pada
lingkungan elektrolit. Akibatnya, terjadi aliran listrik yang membuat pasien tidak nyaman 11,12,13

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Irawan B. Peran Bahan Restorasi Kedokteran Gigi dalam Keberhasilan Pembuatan


Restorasi. Jurnal PDGI Makassar2011:1-8.
2. Craig RG. Restorative Dental Materials. Fourteenth Edition. China: Elsevier,2019.
3. Anusavice, Kenneth J. Science of Dental Materials. Twelve Edition. China: Elsevier
Saunders,2003.
4. Munirah, Rovani CA. Perawatan Estetik Kompleks pada Pasien Pasca Trauma. Jurnal
PDGI Makassar2012:1-6.
5. Mona D, Sukartini E. Restorasi Pasak Fiber dan Porcelain Fused to Metal pada Fraktur
Gigi Insisif Rahang Atas Pasca Perawatan Endodontik. Andalas Dental Journal 2005 : 71-
7.
6. Awaru BT, Nugroho JJ. Restorasi pada Gigi Anterior setelah Perawatan Endodontik.
Dentofasial2012;11(3) :187-191.
7. Hidayatin I, Indiani SR, Ratwita DF. Teknik Pembuatan Koping All Ceramic Jenis Spinell
Slip Cast Menggunakan Metode Konvensional dan CAD/CAM. JVHS2019;3:32-6
8. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Harahap SA. Ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran gigi. Medan. USU Press, 2019: 136-139.
9. Noerdin A.Kemampuan Lekat Resin Komposit pada Reparasi Porselen yang
Fraktur.JKGUI2000:93-100.
10. Wahyuningtas E, Saleh S, Barunawati SB. Perbedaan Kekuatan Geser Reparasi Gigi
Tiruan Cekat dengan Resin Komposit Packable dan Flowable. MajKedGi2012; 19(2):
102-6.
11. Horas B, Machmud E. Pengaruh Korosi Bahan Restorasi Procelain Fused to Metal
terhadap Terjadinya Gingivitis. Jurnal PDGI Makassar2014: 1-5.
12. Triawan A, Pudyani PS, Prihandini WS. Pengaruh Amalgam terhadap Pelepasan Ion Nikel
Kawat Busur Ortodontik Cekat Austraalia dan Nikel Titanium. MIKGI2004;6(12):335-9.
13. Wibowo A. Analisis Sifat Korosi Galvanik Berbagai Plat Logam di Laboratorium
Metalurgi Politeknik Negeri Batam. Jurnal Integrasi 2016;8(2)L144-7.

11

Anda mungkin juga menyukai