1
BAB II
PEMBAHASAN
2
ditegakkan berdasarkan riwayat gejala gejala kradial selama 12 minggu berturut-turut, yang
ditambah dengan bukti objektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang.
3
tertutup, membrane mukosa pada sinus tidak menyerap oksigen dan menghasilkan tekanan
negatif (atau vakum), yang dapat menimbulkan sensasi penyumbatan wajah atau bahkan nyeri.4,5
5
yang mana diketahui terdapat poket gingiva serta BOP+. Selain itu, tidak terjadi kehilangan
perlekatan menujukkan bahwa gingivitis belum berlanjut menjadi periodontitis.7
Jika dikaitkan dengan kasus, gingivitis kemungkinan terjadi akibat kebiasaan pasien
bernafas melalui mulut lalu disertai dengan kebersihan mulut pasien yang buruk. Kebersihan
mulut pasien yang buruk ditandai dengan skor OHIS pasien yakni 3,7. Kebiasaan bernafas lewat
mulut pasien dikarenakan rhinitis alergi. Hal ini terkait obstruksi pada saluran napas atas.
Kebiasaan bernapas melalui mulut dapat menyebabkan udara yang masuk ke mulut
menyebabkan vasokonstriksi dari pembuluh kapiler di mukosa oral sehingga memudahkan
terkena infeksi, gingivitis, bau mulut karena adanya plak yang melekat pada gigi dan lidah.8,9
Fase I
Fase I disebut juga sebagai fase etiotropik atau fase non bedah. Tujuan dari fase ini yaitu
menghilangkan ataupun mengurangi peradangan, dan mencegah penjalaran penyakit
periodontal yang lebih dalam. Fase ini dilakukan dengan cara membuang semua iritan lokal
penyebab radang yaitu (1) Kontrol plak (2) Kontrol diet (bagi pasien dengan karies rampan)
(3) Penskeleran dan penyerutan akar (4) Koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasi (5)
Ekskavasi karies dan restorasi (sementara atau permanen, tergantung apakah prognosis
ginginya sudah final, dan lokasi karies) (6) Terapi antimikrobial (lokal atau sistemik) (7)
Terapi oklusal (penyelarasan oklusal) (8) Penggerakan gigi secara ortodontik (9) Pensplinan
provisional (9) Evaluasi respons terhadap fase I yaitu pengecekan kembali kedalaman poket
dan inflamasi gingiva serta plak, kalkulus dan karies.
Fase II
Fase II disebut juga sebagai fase bedah dan perawatan saluran akar.
6
Fase III
Fase III disebut juga sebagai fase restorative.
Fase IV
Fase IV disebut juga sebagai fase pemeliharaan. Fase ini merupakan fase yang meliputi
kegiatan pengecekan kembali secara periodik di akhir setiap fase yang bertujuan untuk
mencegah kambuhnya gingivitis. Fase ini meliputi (1) Kunjungan berkala (2) Plak dan
kalkulus (3) Kondisi gingiva (poket dan inflamasi) (4) Oklusi, mobiliti gigi (5) Perubahan
patologis lainnya. 10
Jika dikaitkan dengan skenario, maka dapat dilakukan perawatan fase I dan fase IV. Pada
perawatan fase I/fase etiotropik atau fase non bedah, dilakukan penyingkiran iritan lokal
penyebab radang seperti kontrol plak, kontrol diet, penskeleran, serta motivasi, edukasi, instruksi
(MEI). Jika pemberian fase I sudah dilakukan dokter gigi harus melakukan evaluasi terhadap
perawatan fase I yang diberikan seperti pengecekan kembali keadaan rongga mulut pasien
berupa pengecekan kedalaman poket gingiva pasien, oral hyigiene pasien sudah membaik atau
belum dengan mengecek plak dan kalkulus serta mengecek apakah masih terjadi inflamasi
gingiva pasien. Lalu dapat dilanjutkan dengan fase IV/fase pemeliharaan. Dokter gigi sangat
perlu memberikan fase IV dalam perawatan gingivitis pasien. Pasien harus melakukan kunjugan
berkala yang teratur dengan interval kunjungan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Dalam kunjungan berkala ini dilakukan kontrol plak oleh dokter gigi dan mengevaluasi keadaan
gingiva yaitu adanya poket dan inflamasi. Pasien juga dapat melakukan oral hyigiene dirumah
dengan menyikat gigi secara benar dan teratur, pemakaian obat kumur sesuai kebutuhan dan
penggunaan dental floss jika dibutuhkan.
8
kavernosus, atau keterlibatan karotis. Angka kematian keseluruhan dari mucormycosis
rhinocerebral adalah 25-50%. Sinusitis jamur kronis sering berulang.12
BAB III
PENUTUP
Sesuai skenario, hasil anamnesis dan pemeriksaan intraoral dan ekstraoral yang dilakukan
dokter gigi terhadap pasien dapat ditegakkan diagnosis bahwa pasien menderita sinusitis maksila
kronis untuk keluhan nyeri. Nyeri yang terjadi pada pasien di akibatkan oleh adanya
penyumbatan sinus. Apabila aliran hidung terhambat maka sekresinya menumpuk dan
terperangkap bersama udara didalam sinus dan menekan di dinding sinus yang berulang sehingga
menimbulkan rasa nyeri. Dimana ostium yang membengkak akan tertutup, membrane mukosa
pada sinus tidak menyerap oksigen dan menghasilkan tekanan negatif (atau vakum), yang dapat
menimbulkan sensasi penyumbatan wajah atau bahkan nyeri Sinusitis pada pasien tersebut
Disebut kronis karena diderita sudah lebih dari 12 minggu. Untuk perawatan sinusitis tersebut,
dokter gigi perlu merujuk pasien ke dokter spesial yang menangani sinusitis. Prognosis sinusitis
sangat tergantung kepada tindakan pengobatan yang dilakukan dan komplikasi penyakitnya. Jika,
drainase sinus membaik dengan terapi antibiotik atau terapi operatif maka pasien mempunyai
prognosis yang baik. Tetapi faktor alergi dapat mempengaruhi prognosisnya.
Selain itu, terjadi gingivitis pada rongga mulut pasien. Gingivitis merupakan suatu
inflamasi yang melibatkan jaringan lunak di sekitar gigi yaitu jaringan gingiva.Pada kasus
pasien, perawatan yang dapat dilakukan pada pasien adalah perawatan fase I dan fase IV.
Prognosis untuk kasus gingivitis pasien adalah baik. Pasien belum mengalami kehilangan tulang
alveolar dan perlekatan, iritan lokal bisa diatasi dan pasien mau kooperatif menjaga oral hyigiene
serta pasien tidak mempunyai penyakit sistemik yang memperburuk keadaan gingivitis.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
11. Susanto I. Prognosis Penyakit Gingiva dan Periodontal. 2018.
https://docplayer.info/47052607Prognosis-penyakit-gingiva-dan-periodontal.html . 21
Maret 2021.
12. Amanda S, Battisti, Modi P, Pangia J. Sinusitis. 20 November 2020.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470383/. 25 Maret 2020.
11