Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDUAL DISKUSI KELOMPOK

PEMICU 3 : PASIENKU PUCAT SEKALI


BLOK 6 (REGULASI)

KLARISSA ANJANI JULIUS


190600077
KELAS B

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anemia adalah keadaan yang ditandai dengan berkurangnya hemoglobin dalam tubuh.
Hemoglobin adalah suatu metaloprotein yaitu protein yang mengandung zat besi di dalam sel darah
merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan besi yang digunakan untuk
sintesis hemoglobin (Hb) . Gejala dari anemia secara umum adalah lemah, tanda keadaan
hiperdinamik (denyut nadi kuat dan cepat, jantung berdebar, dan roaring in the ears).

Anemia defisiensi besi memiliki manifestasi rongga mulut khas yaitu glossitis, mukosa
mulut pucat, dan angular cheilitis. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
defisiensi besi yaitu kebutuhan yang meningkat, asupan zat besi yang kurang, infeksi, dan
perdarahan saluran cerna dan juga terdapat faktor-faktor lainnya. Anemia defisiensi besi dapat di
diagnosis dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan
anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan pemberian zat besi secara oral, secara intramuskular
dan transfusi darah.

1.2 DESKRIPSI TOPIK

Nama Pemicu : Pasienku pucat sekali


Penyusun : dr. Tri Widyawati, M.Si, Ph.D, dr. Eka Roina Megawati, M.Kes, dr. T. Helvi
M.Kes

Seorang wanita usia 46 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan sakit dalam mulut yang
berulang terutama dipermukaan lidah selama hampir 5 tahun. Pada pemeriksaan klinis dijumpai
mukosa mulut pucat, adanya fissure pada sudut mulut. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
kadar Hb 6,5. Hasil pemeriksaan apusan darah tepi: mikrositik, hipokromik. Dokter mendiagnosa
dengan Angular Cheilitis + Anemia Defisiensi Besi (ADB).

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Jelaskan tentang eritropoiesis dan faktor yang mempengaruhinya

Eritropoiesis atau pembentukan sel darah merah merupakan proses yang berkelanjutan.
Pada sumsum tulang, terdapat sel sel stem hemopoietik pluripoten yang merupakan asal dari
seluruh sel dalam darah. Kemudian, terbentuk suatu jalur sel khusus yang dinamakan stem cells
commited sebagai unit pembentuk koloni/ Coloni Form Unit (CFU). Stem cells commited yang
menghasilkan eritrosit disingkat menjadi CFU-E. Pertumbuhan dan reproduksi sel stem diatur oleh
bermacam macam protein yang disebut penginduksi pertumbuhan. Protein ini memicu
pertumbuhan namun tidak memicu diferensiasi (sel selnya belum terdiferensiasi/semua bentuk
selnya sama). Protein ini bekerja hanya sampai tahap terbentuknya CFU-E. 1

Protein lain yang memicu diferensiasi sel disebut penginduksi diferensiasi. Masing masing
dari protein ini akan menghasilkan satu tipe sel stem untuk berdiferensiasi menuju tipe akhir sel
darah dewasa. Pada tahap awal, sel pertama yang termasuk dalam rangkaian sel darah merah
adalah proeritroblas. Proeritroblas akan membelah menjadi basofil eritroblas. Basofil eritroblas
dapat dipulas dengan zat warna basa dan sel ini mampu mengakumulasikan hemoglobin dalam
jumlah sedikit.2

Ketika eritroblas mengandung hemoglobin sebanyak 34%, nukleus akan memadat dan
mengecil lalu keluar dari sel sehingga mengakibatkan sel berbentuk cekung. Tahapan tersebut
merupakan tahap normoblas. Pada tahap retikulosit, retikulum endoplasma direabsorbsi dan sel

2
masih mengandung sedikit bahan basofilik yang secara normal akan menghilang dan kemudian
sel menjadi eritrosit matur. Eritrosit yang matur akan disimpan di limpa dan akan dikeluarkan ke
sistem sirkulasi sebagaimana dibutuhkan.

Dalam keadaan normal eritropoiesis memerlukan 3 faktor yaitu stem sel hematopoetik,
sitokin spesifik, growth factor dan hormonal regulator. Hematopoetik yang mempengaruhi
microenvirontment merupakan stroma pendukung dan interaksi sel dengan sel yang diikuti
proliferasi dan diferensiasi hematopoetik sel stem dan mempengaruhi erythroid progenitor yang
akhirnya menghasilkan sel darah merah yang matur. Pembentukan eritrosit dirangsang oleh
hormon glikoprotein dan eritroprotein yang terdapat pada ginjal. Faktor yang mempengaruhi
eritrosit dalam sirkulasi antara lain hormon eritroprotein yang berfungsi merangsang eritropoiesis
dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel hemopoietik dalam sumsum tulang. Vitamin
B12 dan asam folat mempengaruhi eritropoiesis pada tahap pematangan akhir dari erirosit
,sedangkan hemolisis dapat mempengaruhi jumlah eritrosit yang berada dalam sirkulasi. 1,2

2. Jelaskan tentang sintesis haemoglobin !

Sintesis hemoglobin merupakan proses biokimia yang melibatkan beberapa zat gizi atau
senyawa antara. Proses ini terkait dengan sintesis heme dan protein globin. 3

Sintesis heme
Heme disintesis di dalam mitokondria sedangkan penggabungannya dengan globin terjadi
dalam sitoplasma eritrosit yang sedang berkembang. Diawali dengan terbentuknya kondensasi
antara suksinil Ko-A dan glisin membentuk asam aminolevulinat (ALA) yang dikatalisis oleh
enzim mitokondria aminolevulinat sintase, lalu meninggalkan mitokondria secara difusi pasif dan
masuk ke sitoplasma. Pada sitoplasma, 2 molekul asam ALA bersatu membentuk porfobilinogen
dengan bantuan enzim aminolevulinat dehidrase (ALAD). Apabila kinerja enzim ALAD
terhambat, maka biosintesis akan terhenti dan tidak dapat dilanjutkan. Selanjutnya, 4 molekul
porfobilinogen mengalami kondensasi membentuk uroporfirinogen yang dikatalisis oleh enzim
uroporfirinogen dekarboksilase menjadi koproporfirinogen III, lalu membentuk protoporfirinogen

3
III. Protoporphyrinogen III dioksidasi enzim protoporfirinogen oksidase menghasilkan
protoporphyrin III. Oksidasi ini menghasilkan sistem ikatan rangkap terkonjugasi yang merupakan
ciri khas porfirin. Selanjutnya, terjadi insersi ion Fe dalam bentuk ferro kedalam cincin porfirin
dari protoporfirin. Proses ini di katalisis enzim ferokelatase untuk menghasilkan heme. Proses ini
berlangsung di mitokondria. Setelah terbentuk molekul heme, heme akan dikeluarkan dari
mitokondria menuju sitosol untuk bergabung dengan rantai globin.3,4

Sintesis Globin
Globin adalah sub-unit protein yang berbentuk globular. Rantai protein globin terdiri dari
2 jenis yaitu rantai alfa dan non alfa(gamma). Kedua jenis tersebut ada pada janin, setelah proses
kelahiran maka rantai non alfa akan berdiferensiasi lagi menjadi non-alfa (beta).

Sintesis globin dimulai dari DNA yng berada pada sel induk penghasil eritrosit (retikulosit)
Bagian DNA yang menyimpan informasi pembentukan globin disebut gen globin. Gen yang
mengkode rantai alfa berada pada kromosom 16 sedangkan yang mengkode rantai non alfa berda
pada kromosom 11. Pada awal proses, gen globin diterjemahkan menjadi suatu untaian molekul
(mRNA) dalam proses transkripsi yang terjadi di nukleus sel eritrosit. Selanjutnya, mRNA keluar
menuju sitoplasma dan akan diproses oleh ribosom. Kode informasi yang dibawa mRNA
digabungkan oleh ribosom, namun belum belum sempurna dan akan dikirim ke badan golgi. Pada
badan golgi, globin mengalami penyempurnaan menjadi rantai globin yang utuh. 3,4

Penggabungan Heme dan Globin


Rantai globin digabungkan oleh ribosom sitoplasmik. Hasil akhirnya adalah molekul
globin yang tetramer yaitu 2 rantai alfa dan 2 rantai non alfa. Penggabungan rantai hemoglobin
berlangsung di sitoplasma. Dua rantai globin yang berbeda (masing masing dengan molekul heme
individu) bergabung untuk membentuk hemoglobin lengkap (total 4 rantai per molekul).
Kombinasi 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma hanya berlaku saat individu mengalami fase
janin. Ini disebut hemoglobin F. Kombinasi 2 rantai alfa dan 2 rantai beta berlaku saat individu
sudah terlahir, disebut juga hemoglobin A. 4

4
3. Jelaskan fungsi eritrosit dan haemoglobin !

Eritrosit adalah sel yang sangat penting untuk makhluk hidup.Dalam keadaan fisiologik,
darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai
pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan mekanisme hemostasis.
Saat sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen/balteri, maka Hb didalam eritrosit akan
melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen serta
membunuhnya. Eritrosit memiliki kandungan karbonik anhidrase yang berperan penting dalam
menjaga keseimbangan pH darah dan mengkatalisis reaksi air dengan CO2. Selain itu, saat eritrosit
berada dalam tegangan di pembuluh yang sangat sempit, eritrosit akan melepaskan ATP yang akan
menyebabkan dinding jaringan untuk berelaksasi dan melebar. Eritrosit juga melepaskan senyawa
S-Nitosothiol saat Hb saat Hb terdeoksigenasi, yang juga berfungsi melebarkan pembuluh darah
serta melancarkan arus darah agar dapat mensuplai oksigen pada daerah tubuh yang kekurangan
oksigen.

Fungsi dari hemoglobin sendiri adalah mengatur pertukaran oksigen dengan


karbondioksida didalam jaringan tubuh. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa
keseluruh tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar. Membawa karbondioksida dari jaringan
jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang.5

4. Jelaskan tentang patofisiologi nyeri lidah, mulut pucat dan fissure mulut pada kasus!

Pasien pada kasus merupakan wanita berusia 46 tahun, dimana usia tersebut merupakan
usia pramenopause. Wanita pra menopause merupakan subyek terbesar mengalami ADB. Anemia
Defisiensi Besi (ADB) didefinisikan sebagai menurunnya total kandungan zat besi
tubuh. pengurangan sel darah merah, kuantitas hemoglobin (mengakibatkan hipokromik), dan
volume sel darah merah(mengakibatkan mikrositik)/ 100 ml darah. 6 Seperti diketahui, zat besi
berfungsi sebagai pengikat hemoglobin di dalam darah.Rendahnya zat besi membuat kadar
hemoglobin berkurang, sehingga darah kehilangan pendar warna merah. Akibatnya, kulit terlihat
pucat dan kering.7

5
Prevalensi tinggi adanya temuan klinis mulut pada ADB merupakan akibat gangguan
imunitas seluler, penurunan aktivitas bakterisidal leukosit polymorphonuclear (PMN), respon
antibodi yang tidak adekuat dan abnormalitas epitel. Abnormalitas epitel memudahkan perlekatan,
pertumbuhan, dan invasi candida kedalam sel epitel sehingga terjadi inflamasi. 7 Spesies candida
yang paling sering ditemukan adalah Candida Albicans (CA). Inflamasi dapat terjadi pada sudut
bibir dan apabila terus dibiarkan akan mengakibatkan sudut bibir menjadi pecah-pecah, kering,
dan akhirnya timbul lesi merah. Ketika kondisi bertambah parah, bahkan bisa timbul seperti
retakan di sudut bibir(fissure). Jamur CA juga dapat menginfeksi papila lidah, peradangan pada
papila lidah dapat menimbulkan rasa nyeri. Selain itu, nyeri lidah juga dapat disebabkan oleh
kurangnya zat besi sehingga papila tidak terbentuk. Kondisi ini mengakibatkan rasa nyeri saat
makan.6,7

5. Bagaimana perawatan gigi mulut yang baik pada ADB?

Apabila dokter gigi menjumpai tanda dan gejala ADB pada pasien, sebaiknya dokter gigi
perlu mengetahui riwayat medis pasien dan mengidentifikasi etiologinya. Pasien disarankan untuk
melakukan pemeriksaan darah rutin dan bila hasilnya menunjukkan kadar Hb yang rendah,
sebaiknya dikonsultasikan pada ahli hematologi. 6 Berdasar riwayat medis dan hasil pemeriksaan
darah, pasien dapat dikategorikan sebagai pasien berisko rendah dan beresiko tinggi.

Pasien beresiko rendah apabila:


- Memiliki riwayat anemia dan telah dirawat, asimptomatik dan level hematokrit normal
-Menderita anemia taraf sedang yang tidak memerlukan perawatan dan level hematokrit diatas
30%
-Menderita anemia taraf sedang yang sedang dirawat, asimptomatik dan level hematokri diatas
30%
-Menderita anemia berkaitan dengan penyakit konis, level hematokrit selalu diatas 30%

6
Pasien beresiko tinggi apabila :
- Pasien tidak mengetahui bahwa ia menderita anemi dan baru mengetahui saat dokter gigi
mendiagnosis
- Pasien dengan level hematokrit kurang dari 30%
- Pasien yang terus menerus mengalami pendarahan
- Pasien dengan koagulopati dan anemia
- Pasien memerlukan transfusi berulang untuk mencegah symptom anemia

Pada pasien beresiko rendah ,dapat dilakukan prosedur normal perawatan gigi dan mulut
non bedah. Sedangkan pada pasien beresiko tinggi sebaiknya ditunda hingga status kesehatan
pasien membaik / telah ada izin dari ahli hematologi. 8

6. Jelaskan farmakologi obat anemia defisiensi besi!

Perawatan terhadap ADB tidak bisa dilakukan hanya dengan memberi pemasukan yang
normal melalui makanan, karena itu hanya cukup untuk menggantikan suplemen zat besi. Oleh
karena itu dibutuhkan suplemen zat besi baik dalam bentuk garam besi melalui oral, maupun dalam
kompleks karbohidrat untuk parenteral.

Pemberian suplemen zat besi secara oral merupakan pilihan utama perawatan ADB dan
merupakan cara yang lebih aman dan murah dibandingkan parenteral. Prinsip perawatan secara
oral adalah tidak boleh segera dihentikan setelah Hb mencapai batas normal dan perawatan harus
terus dilanjutkan untuk memperbaiki cadangan zat besi dan enzim-enzim. Preparat zat besi yang
sering digunakan dan yang terbaik adalah ferro fumarat, karena absorbsinya lebih baik, namun
harganya lebih mahal. Dosis terapeutik yang dianjurkan adalah 1,5-2 mg zat besi/ kg BB,diberikan
tiga kali sehari. Pemberian dosis ini dilanjutkan 4-6 minggu setelah nilai darah normal. Perawatan
secara oral harus diberikan dalam waktu yang cukup lama untuk memperbaiki anemianya dan
untuk mengisi kembali cadangan zat besi yang utuh.

7
Preparat zat besi yang biasanya digunakan dalam pengobatan secara parenteral adalah zat
besi dekstran (imferon), yang diberikan secara intramuskular maupun intravena. Diusahakan
pemberian zat besi secara parenteral diberikan dalam waktu yang singkat..9 Pemberian besi
parenteral intramuskular menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Dapat menyebabkan
limfadenopati regional dan reaksi alergi. 9

8
BAB III

PENUTUP

Sel darah merah, eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi
mengikat oksigen yang diperlukan untuk oksidasi jaringan-jaringan tubuh lewat darah. Pada
manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf.
Pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Eritrpoieseis merupakan suatu proses yang
berkelajutan. Dalam keadaan normal eritropoiesis memerlukan 3 faktor yaitu stem sel
hematopoetik, sitokin spesifik, growth factor dan hormonal regulator.1,2

Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein utama
tubuh manusia yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan perifer dan
4,5
mengangkut CO2 dari jaringan perifer ke paru paru. Sintesis hemoglobin merupakan proses
biokimia yang melibatkan beberapa zat gizi atau senyawa antara. Proses ini terkait dengan sintesis
heme dan protein globin. Setelah heme dan protein globin terbentuk, maka terjadi proses
penggabungan rantai hemoglobin yang berlangsung di sitoplasma.3

Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur
pembuatnya adalah zat besi .5 Saat total kandungan zat besi tubuh berkurang, maka akan terjadi
pengurangan sel darah merah, kuantitas hemoglobin (mengakibatkan hipokromik), dan volume sel
darah merah(mengakibatkan mikrositik)/ 100 ml darah. Kondisi ini dinamakan Anemia Defisiensi
Besi (ADB). Manifestasi klinis-nya seperti pucat, fissure, dan nyeri lidah.6,7

Dokter gigi dapat terlibat dalam menegakkan diagnosis ADB. Apabila dokter gigi
menjumpai tanda dan gejala ADB pada pasien, sebaiknya dokter gigi perlu mengetahui riwayat
medis pasien dan mengidentifikasi etiologinya. Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan
darah rutin dan bila hasilnya menunjukkan kadar Hb yang rendah, sebaiknya dikonsultasikan pada
ahli hematologi.8 Ditinjau dari sisi farmakologi, perawatan terhadap ADB tidak cukup hanya
dengan memberi pemasukan yang normal melalui makanan. Oleh karena itu dibutuhkan suplemen
zat besi baik dalam bentuk garam besi melalui oral, maupun dalam kompleks karbohidrat untuk
parenteral.9

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurjanah S, Ariyanto T, Santosa B. Perbedaan Jumlah Retikulosit Sebelum dan Sesudah


Menstruasi. Jtptunimus2017:4-10.
2. Suryanty R, Rosiana N, Bidasari. Peran Eritrpoietin pada Anemia Akibat Keganasan pada
Anak.Sari Pediatri;7(1):34-8.
3. Kadri H.Hemoprotein dalam Tubuh Manusia. Journal Kesehatan Andalas2012 ;1(1) :22-
30
4. Indrayani. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kelor Terhadap Kadar Enzim d-
ALAD, Kadar Hemoglobin, dan Eritrosit Mencit Jantan yang Dipapar Timbal Asetat.
Tesis.Malang:Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,2014:34-41.
5. Anamisa DR. Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin. Jurnal Ilmu
Komputer dan Sains Terapan2015;10(10):106-10.
6. Wongsohardjono SB. Kandidiasis Oral Pada Penderita Anemia Defisiensi Besi dan
Penatalaksanaannya. MajKedGi2012;19(1):77-81.
7. Lukisari C, Setyaningtyas D, Djamhari M. Penatalaksanaan Kandidiasis Oral Disebabkan
Candidia Tropicalis pada Anak dengan Gangguan Sistemik.Dentofasial2010;9(2):78-85.
8. Mersil S, Pradono SA. Manifestasi Klinis Rongga Mulut Sebagai Penanda Awal Penyakit
Iron Deficiency Anemia(IDA).JITEKGI2017;13(2):1-4.
9. Fitriany J, Saputri AI.Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Averrous2018;4(2):74-7.

10

Anda mungkin juga menyukai