Anda di halaman 1dari 9

Vol. 5, No.

2 Mei 2022
pISSN 2614-5073, eISSN 2614-3151
Telp. +62 853-3520-4999, Email: jurnalmakes@gmail.com
Online Jurnal: http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes

MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS KABERE KABUPATEN


ENREKANG

Drug Management in Kabere Puskesmas, Enrekang District

Nurlaela*, Syarifuddin Yusuf, Usman


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Parepare
*(Email: nurlelalela834@gmail.com)

ABSTRAK
Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan
pendistribusian, penggunaan dan penghapusan obat yang dikelola secara optimal untuk mejamin tercapainya
ketetapan jumlah dan jenis perbekalan farmasi. Pada pengelolaan obat di Puskesmas tingkat ketersediaan obat
sudah sesuai dengan kebutuhan pelayan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih
mendalam tentang studi manajemen pengelolaan obat di Puskesmas Kabere Kabupaten Enrekang tahun 2019
ditinjau dari perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan penghapusan. Jenis peneltian ini adalah
kualitatif dan pendekatan deskriptif. Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, yang terdiri dari Kepala
Puskesmas, Penanggung jawab gudang obat, dan petugas apotik. Hasl peneltian in menunjukkan bahwa
perencanaan pengelolaan obat berdasarkan metode epidemiologi dengan pengadaan obat disesuaikan pola
penyakit dengan mengajukan LPLPO (Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat) ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Enrekang dan GFK (Gudang Farmasi Kota). Tempat penyimpanan obat di Puskesmas masi kurang
memadai, namun penyusunannya sudah memenuhi standar penyimpanan obat di Puskesmas. Pendistribusian
obat yang di lakukan sesuai dengan prosedur pengelolaan obat, serta mengadakan pemusnahan pada obat yang
kadaluarsa. Disarankan, yaitu sebaiknya tempat penyimpanan obat harus diperbaharui atau diperbaiki agar
keamanan obat terjaga dengan baik.

Kata Kunci: Pengelolaan obat, perencanaan obat, pengadaan obat, pendistribusian obat, dan penggunaan obat

ABSTRACT
Drug management is a series of activities that concern aspects of planning, procurement of distribution,
use and elimination of drugs that are managed optimally to ensure the achievement of provisions on the
number and type of pharmaceutical supplies. In the management of drugs in puskesmas the level of drug
availability is in accordance with the needs of health servants. This research aims to get more in-depth
information about drug management management studies in Puskesmas Kabere Enrekang District in 2019
reviewed from planning, procurement, distribution, use and elimination. This type of research is qualitative
and descriptive approach. The informants in this study numbered 3 people, consisting of the Head of
Puskesmas, the person in charge of the drug warehouse, and the pharmacy officer. Hasl research in shows that
the planning of drug management based on epidemiological methods with the procurement of drugs adjusted
disease patterns by submitting LPLPO (Request Sheet and Drug Usage Sheet) to the District Health Office
Enrekang and GFK (Municipal Pharmacy Warehouse). Drug storage in puskesmas masi inadequate, but the
preparation has met the standards of drug storage in puskesmas. Distribution of drugs carried out in
accordance with drug management procedures, as well as conducting annihilation on expired drugs. Advice,
that is, the drug storage should be updated or improved so that the safety of the drug is maintained properly.

Keywords: Drug management, drug planning, drug procurement, drug distribution, and drug use

1
Vol. 5, No. 2 Mei 2022

PENDAHULUAN keberhasilan manajemen Rumah Sakit secara


Puskesmas merupakan salah satu keseluruhan. Tujuan manajemen obat adalah
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang bertanggung tersedianya obat setiap saat dibutuhkan baik
jawab menyelenggarakan upaya kesehatan, baik mengenai jenis,jumlah maupun kualitas secara
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif efesien, dengan demikian manajemen obat dapat
di suatu wilayah kerja Puskesmas sebagai dipakai sebagai sebagai proses penggerakan dan
penyelenggara pembangunan kesehatan pemberdayaan semua sumber daya yang
merupakan bagian integral dari pembangunan dimiliki/potensial yang untuk dimanfaatkan
nasional. Tujuan di selenggarakanya dalam rangka mewujudkan ketersediaan obat
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan setiap saat dibutuhkan untuk operasional efektif
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dan efesien.3
bagi setiap orang agar terwujud derajat Manajemen obat di Puskesmas
kesehatan masyarakat yang optimal, Baik secara merupakan salah satu aspek penting dari
1
sosial maupun ekonomi. Puskesmas karena ketidakefisienan akan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 memberikan dampak negatif terhadap biaya
Tahun 2016 tentang standar pelayanan operasional Puskesmas, karena bahan logistik
kefarmasian di Puskesmas menyebutkan bahwa obat merupakan salah satu tempat kebocoran
pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan anggaran, sedangkan ketersediaan obat setiap
bagian dari penyelenggaraan pelayanan saat menjadi tuntutan pelayanan kesehatan maka
kesehatan yang berperan dalan peningkatan mutu pengelolaan yang efesien sangat menentukan
pelayanan kesehatan, pelayanan kefrmasian di keberhasilan manajemen Puskesmas secara
lakukan secara terpadu yang meliputi kegiatan keseluruhan. 4

pengelolaan sediaan farmasi dan kegiatan Proses manajemen obat akan berjalan
pelayanan farmasi klinik. Dukungan sarana dan efektif dan efisien bila ada keterpaduan antara
prasarana yang memadai sangat di perlukan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebu. Analisis
dalam meningkatkan efektivitas pelayanan. 2 terhadap proses manajemen obat harus
Manajemen obat di Puskesmas dilakukan, karena ketidakefisienan lancaran
merupakan salah satu aspek penting dari manajemen obat akan memberi dampak negatif,
Puskesmas karena ketidakefisienan akan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian dalam
memberikan dampak negatif terhadap biaya penyediaan pelayanan kesehatan secara
operasional Puskesmas, karena bahan logistik keseluruhan, baik secara medik, sosial maupun
obat merupakan salah satu tempat kebocoran secara ekonomi.5
anggaran, sedangkan ketersediaan obat setiap Pengadaan obat merupakan bagian
saat menjadi tuntutan pelayanan kesehatan maka terbesar dari anggaran kesehatan. Di negara
pengelolaan yang efesien sangat menentukan
2
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

maju, biaya obat berkisar 10- 15% dari anggaran Obat merupakan unsur penting dalam
kesehatan. Sementara itu negara berkembang, berbagai upaya pelayanan kesehatan. Sebagian
biaya ini lebih besar lagi antara 35-65%, besar upaya pelayanan kesehatan menggunakan
sedangkan di indonesia 39%. Tanggung jawab obat dan biaya yang digunakan untuk obat
pengadaan obat essensial untuk pleayanan merupakan bagian yang cukup besar dari seluruh
kesehatan dasar bukan lagi menjadi tanggung biaya kesehatan. Intervensi dengan obat pun
jawab pemerintah pusat, melainkan menjadi merupakan intervensi yang paling banyak
tanggung jawab pemerintah daerah digunakan dalam penyelenggaraan upaya
Kabupaten/Kota.6 kesehatan.9
Pengadaan merupakan kegiatan untuk Ketersediaan obat pada unit Pelayanan
merealisasikan kebutuhan yang telah Kesehatan sangat mempengaruhi mutu pelayanan
direncanakan dan disetujui melalui pembelian, kesehatan. Karena itu perlu adanya pengelolaan
baik secara langsung atau tender dari distributor, obat yang baik yang bertujuan menjamin
produksi/pembuatan sediaan farmasi baik steril kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan
maupun non steril, maupun yang berasal dari pelayanan obat yang efisien, efektif dan
sumbangan. rasional.10
Pengadaan adalah suatu usaha atau Salah satu aspek penting lain dan
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional menentukan dalam pengelolaan obat adalah
yang telah ditetapkan di dalam fungsi pengadaan obat. Sebuah proses pengadaan yang
perencanaan. Proses pelaksanaan rencana efektif akan menjamin ketersediaan obat yang
pengadaan dari fungsi perencanaan dan tepat dengan kuantitas yang tepat, pada harga
penentuan kebutuhan, serta rencana pembiayaan pantas dan pada standar kualitas diakui. Hal lain
dari fungsi penganggaran. Tujuan pengadaan yang dianggap perlu diketahui dalam hal
obat adalah untuk memenuhi kebutuhan obat pengadaan obat adalah prosedur pengadaan obat.
disetiap unit pelayanan kesehatan sesuai dengan Karena ketidaksesuian prosedur pengadaan obat
7
pola penyakit di wilayah kerja Puskesmas. denganaturan yang berlaku merupakan salah satu
Pengadaan obat di Puskesmas dilakukan masalah yang terjadi dalam hal pengadaan obat.
untuk memperoleh jenis dan jumlah obat, obat Dan hal ini akan berdampak kepada ketersediaan
dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat di suatu unit pelayanan kesehatan.11
obat dengan cepat dan tepat waktu.Oleh karena Puskesmas Kabere merupakan salah satu
itu, pengadaan obat harus memperhatikan dan Puskesmas yang ada di kecamatan Cendana.
mempertimbangkan bahwa obat yang diminta Puskesmas Kabere terletak tepat di pinggir jalan
atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah raya yang cukup strategis, mudah dijangkau
8
obat yang telah direncanakan. masyarakat dan banyak dilalui kendaraan umum.

3
Vol. 5, No. 2 Mei 2022

Ditunjang dengan mudahnya syarat berobat yang mengambil dokumentasi kemudian data yang
hanya menggunakan fotokopi KTP/KK atau diperoleh selanjutnya akan diolah. Lokasi
jaminan kesehatan manapun, para masyarakat itu penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kabere
pun banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan Kabupaten Enrekang. Waktu penelitian ini di
di PuskesmasKabere. lakukan pada bulan Agustus sampai bulan
Dari permasalahan di atas maka peneliti September 2020.
tertarik untuk meneliti mengenai “Manajemen Teknik pengolahan dan analisis data yaitu
Pengelolaan Obat di Puskesmas Kabere data primer dan data sekunder. Data primer
Kabupaten Enrekang”. dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
melalui observasi dan wawancara langsung
BAHAN DAN METODE peneliti. Data sekunder, dalam penelitian ini
. Jenis penelitian ini menggunakan adalah data yang diambil dari laporan
pendekatan kualitatif. Pendekatan ini puskesmas, jurnal dan buku yang berkaitan
mementingkan penguraian fenomena yang dengan judul penelitian. Analisis data disajikan
teramati dan konteks makna yang melingkupi dalam bentuk naskah (content analysis). Tehnik
suatu realitas. Pendekatan kualitatif berlangsung analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
dalam latar alami, peneliti merupakan instrumen guna membahas permasalahan yang dirumuskan
utama,data-data yang dikumpulkan berupa data digunakan teknik analisis kualitatif. Dalam
deskriptif. Oleh karena pendekatan yang teknik analisis kualitatif, untuk menganalisis
digunakan adalah kualitatif. Penelitian ini peramasalahannya dilakukan secara deskriptif.
dimulai dengan meminta ijin tertulis untuk
melakukan penelitian dari kampus e instansi HASIL
terkait dalam hal ini Kantor Perizinan Satu Pintu, Informan dalam penelitian ini berjumlah
Kantor bupati, Dinas Kesehatan, Kantor Camat, 3 orang, yakni terdiri atas Kepala Puskesmas,
dan Puskesmas. Penelitian melakukan Observasi Penanggung jawab gudang obat, Petugas apotik.
dilakukan dengan melakukan wawancara dan Secara rinci dapat di lihat table berikut:

Tabel. Karakteristik Informan


No Jabatan Jenis Kelamin Umur (tahun) Pendidikan
1. Kepala Puskesmas Laki – laki 48 tahun S2
2. Penanggung jawab gudang obat Perempuan 37 tahun S1
3. Petugas Apotik Perempuan 40 tahun S1

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti wawancara dengan beberapa informan yaitu
mengumpulkan data-data berupa data primer dan Kepala Puskesmas selaku informan 1,
data sekunder. Data primer berupa hasil Penanggung jawab gudang obat selaku informan

4
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

2, dan Petugas apotik selaku informan 3. kekosongan obat. Apabila kebutuhan obat di
Sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas tidak direncanakan dengan baik
dokumentasi karena data yang diperoleh oleh maka akan terjadi kekosongan atau
peneliti merupakan data yang didasarkan dari kelebihan obat yang dibutuhkan.
hasil penelitian di lapangan. Alasan peneliti Hasil penelitian yang dilakukan
mengumpulkan data wawancara dari ketiga menunjukkan bahwa Puskesmas Kabere
informan adalah agar hasil penelitian yang dalam melaksanakan perencanaan
didapat dan ditulis bersifat objektif. kebutuhan obat dilakukan setiap tahun
dengan 4 (empat) kali melakukan
PEMBAHASAN pengamprahan obat setiap 3 (tiga) bulannya
Manajemen pengelolaan obat merupakan atau triwulan dengan berdasarkan
salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pemakaian obat tahun sebelumnya (metode
perencanaan obat, pengadaan obat, konsumsi) atau berdasarkan pola penyakit
pendistribusian obat, penyimpanan obat, dan (metode epidemiologi).
penghapusan obat. Yang bertujuan untuk b) Pengadaan/Permintaan
menetapkan jenis dan jumlah obat dan Pengadaan merupakan kegiatan untuk
perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan merealisasikan kebutuhan yang telah
kebutuhan pelayanan kesehatan di Puskesmas direncanakan dan disetujui melalui
Kabere. pembelian, baik secara langsung atau tender
a) Perencanaan dari distributor, produksi/ pembuatan
Perencanaan adalah suatu proses sediaan farmasi baik steril maupun non
kegiatan seleksi obat dan perbekalan steril, maupun yang berasal dari sumbangan.
kesehatan untuk menentukan jumlah obat Permintaan/pengadaan dimaksudkan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat. agar obat tersedia dengan jenis dan jumlah
Tujuan dari perencanaan obat adalah untuk yang tepat. Pegadaan meliputi kegiatan
mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah pengusulan kepada Kota/Kabupaten melalui
obat dan perbekalan kesehatan yang mekanisme Laporan Pemakaian dan Lembar
mendekati kebutuhan. Permintaan Obat (LPLPO).
Proses perencanaan kebutuhan obat Permintaan/pengadaan obat di Puskesmas
sangat mempengaruhi ketersediaan obat di merupakan bagian dari tugas distribusi obat
Puskesmnas, sebab proses perencanaan obat oleh Gudang Farmasi Kabupaten (GFK),
bertujuan untuk mendapatkan jenis dan sehingga ketersediaan obat di Puskesmas
jumlah obat yang tepat sesuai dengan sangat tergantung dari kemampuan GFK
kebutuhan untuk menghindari terjadinya dalam melakukan distribusi berdasarkan

5
Vol. 5, No. 2 Mei 2022

laporan pemakaian dan permintaan obat di atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh
semua Puskesmas. pasien dilakukan dengan cara sistem
Adapun fungsi daftar permintaan persediaan lengkap diruangan (floor stock),
tersebut adalah: sistem resep perorangan, sistem unit dosis
a. Menghindari gejala penyimpangan atau kombinasi.
pengelolaan obat dari yang seharusnya Pendistribusian obat di Puskesmas
b. Optimasi pengelolaan persediaan obat Kabere dilakukan dengan sistem amprah
melalui prosedur pengadaan/permintaan dari Dinas Kesehatan kemudian disalurkan
yang baik ke unit-unit pelayanan sesuai dengan
c. Indikator untuk memilih ketepatan kebutuhan masing-masing unit untuk
pengelolaan obat di Puskesmas diserahkan kepasien. Pendistribusian obat di
LPLPO juga memiliki kelemahan Puskesmas Kabere Sudah sesuai dengan
diantaranya permintaan obat yang pedoman pengelolaan obat di Puskesmas
cenderung monoton atau tidak terdapat Hasil penelitian pada pendistribuasian
alternative pemilihan obat lain. obat di Puskesmas Kabere adalah dengan
Pengadaan/permintaan obat yang diajukan sistim anfrak yaitu obat yang sudah ada di
ke GFK tidak selamanya dipenuhi sesuai apotik didistribusikan pada masing-masing
jumlah yang diminta dalam LPLPO, hal ini sub unit pelayanan puskesmas seperti KIA,
bergantung kepada persediaan obat di imunisasi, rawat inap, dan Posyandu. yang
Gudang Farmasi sehingga mempengaruhi mengemukakan bahwa pendisrtibusian obat
ketersediaan obat di Puskesmas. dari puskesmas ke sub unit pelayanan
c) Pendistribusian kesehatan puskesmas dilakukan dengan
Distribusi merupakan suatu rangkaian sistem amfrak, dilakukan setiap bulannya
kegiatan dalam rangka sesuai pemakaian.
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, d) Penggunaan
alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Penggunaan obat adalah pemanfaatan
Pakai dari tempat penyimpanan sampai obat dimulai dari pelayanan yang baik,
kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap kemasan dan etiket yang baik serta
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, informasi yang jelas tentang penggunaanya.
dan ketepatan waktu. Sistem distribusi harus Penggunaan obat berkaitan dengan
dapat menjamin terlaksananya pengawasan peresepan yang rasional dan pelayanan obat,
dan pengendalian sediaan farmasi, alat peresepan yang rasional apabila diagnosis
kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di yang ditegakkan sesuai dengan kondisi
unit pelayanan. Sistem distribusi dirancang pasien memilih obat yang paling tepat dari

6
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

berbagai alternatif obat yang ada dan mengirim berita acara obat rusak/kadaluarsa
merespon obat dengan dosis yang cukup dan ke Dinas Kesehatan melalui Gudang
berpedoman pada standar yang berlaku atau Farmasi Kabupaten (GFK) untuk
ditetapkan. ditindaklanjuti tetapi terkadang pula pihak
Hasil penelitian yang dilakukan Puskesmas yang melakukan pemusnahan
menunjukkan bahwa telah memperhatikan obat dengan cara dibakar/ditanam sesuai
aspek ekonomis sebab obat yang digunakan dari kebijakan GFK dengan memberikan
di seluruh Puskesmas adalah obat generik kewenangan terhadap puskesmas untuk
yang harganya lebih murah dari obat paten memusnahkannya. Tujuan penanganan obat
tetapi memiliki khasiat yang sama. yang rusak adalah melindungi pasien dari
Penggunaan obat di Puskesmas Kabere efek samping obat yang tidak layak pakai.
dilakukan dengan serangkaian kegiatan
berupa pemahaman isi resep, mengemas KESIMPULAN DAN SARAN

obat dalam sak obat yang telah dituliskan Berdasarkan hasil penelitian dapat

informasi tentang aturan pakai obat. diketahui bahwa secara umum manajemen

Pemberian informasi mengenai penggunaan pengelolaan obat di Puskesmas Kabere sudah

obat juga dilakukan oleh petugas pada saat sesuai prosedur yaitu, Perencanaan obat di

menyerahkan obat kepada pasien sehingga Puskesmas Kabere sudah dilaksanakan sesuai

kemungkinan penggunaan obat yang secara prosedur. Hal ini dapat dilihat dengan

irasional dapat dihindari. dilaksanakannya perencanaan kebutuhan setiap

e) Penghapusan tahunnya berdasarkan metode-metode yang ada

Penghapusan adalah serangkaian dalam Pedoman Pengelolaan Obat di Puskesmas.

kegiatan yang dilakukan pihak Puskesmas Pengadaan/Permintaan obat di Puskesmas

dalam menindak lanjuti kerusakan obat Kabere sudah dilaksanakan sesuai prosedur. Hal

dengan cara mengirim berita acara obat ini dapat dilihat dengan dilaksanakannya

yang rusak/kadaluarsa ke Dinas Kesehatan pengadaan/permintaan obat ke Dinas Kesehatan

dan Gudang Farmasi Kota (GFK) untuk melalui Gudang Farmasi Kabupaten (GFK)

ditangani selanjutnya sesuai dengan sesuai dalam Pedoman Pengelolaan Obat di

ketentuan yang berlaku. Puskesmas. Pendistribusian obat di Puskesmas

Hasil penelitian yang dilakukan Kabere sudah sesuai prosedur. Hal ini dapat

menunjukkan bahwa penghapusan obat di dilihat dengan dilaksanakannya pendistribusian

Puskesmas Kabere sudah sesuai dengan obat-obatan dari gudang obat Puskesmas

prosedur yang ada yaitu penghapusan obat dilakukan dengan sistem amprah setiap bulannya

rusak/kadaluarsa dilakukan dengan sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Obat di


Puskesmas. Penggunaan obat di Puskesmas
7
Vol. 5, No. 2 Mei 2022

Perawatan dan Non Perawatan sudah sesuai Kesehatan Kabupaten dan Gudang Farmasi
prosedur. Hal ini dapat dilihat dengan Kabupaten (GFK) hendaknya mengadakan
dilaksanakannya peresepan obat yang rasional Pelatihan untuk tenaga pengelola Obat agar
sesuai sesuai Pedoman Pengelolaan Obat di sistem manajemen pengelolaan obat di
Puskesmas. Penghapusan obat di Puskesmas Puskesmas lebih baik lagi serta dalam rangka
Kabere sudah sesuai prosedur. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
dilihat dengan dilakukannya penghapusan obat tenaga pengelola obat. Diharapkan pada Dinas
rusak/kadaluarsa oleh Puskesmas dengan Kesehatan Kabupaten Enrekang dan GFK
mengirim berita acara obat rusak/kadaluarsa ke hendaknya dalam melakukan pendistribusian
Dinas Kesehatan melalui Gudang Farmasi obat ke Puskesmas agar memperhatikan
Kabupaten (GFK) sesuai dengan Pedoman pengadaan/permintaan obat sesuai LPLPO
Pengelolaan Obat di Puskesmas. sehingga tidak terjadi pengiriman obat yang tidak
Berdasarkan simpulan di atas, maka sesuai dengan LPLPO masing-masing
dapat dikemukakan beberapa saran yaitu, Puskesmas. Peneliti selanjutnya, perlu diteliti
diharapkan Puskesmas Kabere agar dapat kemungkinan adanya perbedaan dan berapa
mempertahankan dan meningkatkan manajemen besar perbedaan manajemen pengelolaan obat di
pengelolaan obat di Puskesmasnya meskipun Puskesmas.
sudah sesuai prosedur. Diharapkan pada Dinas

DAFTAR PUSTAKA Studi Manajemen Pengelolaan Obat di


1. Anjarwati, Evaluasi Kesesuaian Pengelolaan Puskesmas Kabere Kabupaten Enrekang.;
Obat pada PuskesmasDengan Standar 2014.
Pengelolaan Obat Yang Ada Di Kabupaten 5. Febriawati, Henni.. Manajemen Logistik
Sukoharjo Tahun 2009. Surakarta: Fakultas Farmasi Rumah Sakit. Gosyen Publishing.
Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; 2013.
Surakarta. Surakarta; 2014. 6. Kobandaha. Analisis Manajemen
2. Kementrian Kesehatan, Peraturan Menteri Pengelolaan Obat Di Puskesmas Wenang
Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang Kota Manado.; 2016.
Standar Pelayanan Kefarmasian di 7. Departemen Kesehatan RI, Pedoman
Puskesmas, Deparetemen Kesehatan RI, Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Jakarta; 2016. Kesehatan di Puskesmas, Direktorat
3. Anshari, M., Aplikasi Manajemen Jenderal Palayanan Kefarmasian dan Alat
Pengelolaan Obat dan Makanan, Nuha Kesehatan, Jakarta.; 2003.
Medika, Yogyakarta, pp. 3.; 2009. 8. Departemen Kesehatan RI, Keputusan
4. Djuna, S., Arifin, M.A. & Darmawansyah. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
8
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

Nomor 189/MENKES/SK/III/2006 Tentang Terjemahan : Farida Ibrahim, UI Press,


Kebijakan Obat Nasional, Departemen Jakarta.; 1985.
Kesehatan RI, Jakarta.; 2006. 13. Departemen Kesehatan RI, Keputusan
9. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis Menteri Kesehatan RI
Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan No:633/Menkes/SK/IV/2000 Tentang
Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Pembentukan Gudang Perbekalan
Dasar (PKD).Jakarta; 2007. Kesehatan di Bidang Farmasi di
10. Mangindara. Analisis Pengelolaan Obat Di Kabupaten/Kota Tertentu, Departemen
Puskesmas Kampala Kecamatan Sinjai Kesehatan RI, Jakarta.; 2000.
Timur Kabupaten Sinjaitahun 2011. Jurnal 14. Hiborang. S, S. Maramis FRR dan Kandou
AKK,; 2012. GF. Gambaran Pelaksanaan Pengelolaan
11. Athijah, Umi et al., Perencanaan dan Obat di Puskesmas Paniki Bawah Kota
Pengadaan Obat di Puskesmas Surabaya Manado Tahun 2016.; 2016.
Timur dan Selatan, Jurnal Farmasi 15. Nurniati. Studi Tentang Pengelolaan Obat
Indonesia.; 2014. Di Puskesmas Burangan Kabupaten
12. Ansel, C. Howard., Pengantar Bentuk Wakatobi.; 2016.
Sediaan Farmasi, Edisi keempat,

Anda mungkin juga menyukai