Anda di halaman 1dari 11

https://stikes-nhm.e-journal.

id/NU/index

Article
ANALISIS MANAJEMEN LOGISTIK PENGELOLAAN OBAT DI
PUSKESMASKOTAKENDARI
1Muhammad Sujarwad, 2Ramadhan Tosepu, 3Adius Kusnan*
1,2Prodi Kesehatan Masyarakat, Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia
3Departemen Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Halu Oleo

SUBMISSION TRACK ABSTRAK


Recieved: June 01, 2023 Drug logistics management is a series of activities
Final Revision: June 15, 2023 involving aspects of planning, procurement, storage
Available Online: June 17, 2023 and distribution of drugs that are managed
optimally to ensure the achievement of the
KEYWORDS accuracy of the quantity, quality and type of drugs.
The purpose of this study was to analyze the
logistics management of drug management at the
Drug logistics management, planning, Kendari City Health Center. This type of research is
procurement, storage, distribution, a qualitative research using a phenomenological
elimination approach, the research location is the Community
Health Center in Kendari City. This research was
CORRESPONDENCE conducted in April 2023 involving subjects from 5
treatment centers in Kendari City. The results of the
Phone: +62 813-4186-7073 study show that the formulation of drug
E-mail: adiuskusnan.fkuho@gmail.com requirements plans is carried out periodically,
involving collaboration between the pharmaceutical
team, the financial sector, and the medical team.
Procurement of drug needs is carried out
periodically or routinely, either every month, several
months, or for a certain period of time, such as 3
months. The process of receiving the drug can be
done in the pharmacy department, warehouse
room, or a designated place at the Puskesmas.
Drug storage that is regulated by taking into
account the principles of good drug management.
drug collection at the central warehouse based on
requests from service units, regular delivery of
drugs from the central warehouse according to a
predetermined schedule, or working with the
nearest pharmacy to order drugs according to the
needs of patients at the Puskesmas. Drug write-off
at the Puskesmas is carried out for medicines that
have passed their expiration date. All puskesmas
have the habit of recording and reporting drugs,
but the frequency of recording and reporting can
vary

281
MUHAMMAD SUJARWAD/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.14 NO.2 (2023)

I. PENDAHULUAN sampai dengan pengendalian harga obat.


Manajemen logistic pengelolaan Prioritasnya adalah untuk meningkatkan
obat merupakan rangkaian kegiatan yang manajemen logistik obat dan alkes,
menyangkut aspek perencanaan, terutama di sektor public (E. P. Dewi, 2017).
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian Berdasarkan Dinas Kesehatan
dan penghapusan obat yang dikelola Provinsi Sulawesi Tenggara (2020)
secara optimal demi tercapainya ketepatan Pemantauan ketersediaan obat dan vaksin
jumlah dan jenis obat dan perbekalan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
kesehatan (Hilmawati et al., 2020). 2020 terhadap 20 item obat indikator
Pengelolaan obat ini dilakukan untuk diperoleh hasil sebesar 85%, sedangkan
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan target 2021 adalah 100%.Belum
dasar bagi masyarakat yang membutuhkan optimalnya ketersediaan, pemerataan dan
di Puskesmas. Tujuan dari pengelolaan keterjangkauan ketersediaan obat
obat adalah untuk menjamin ketersediaan, essensial, penggunaan obat yang tidak
pemerataan dan keterjangkauan obat rasional dan penyelenggaran kefarmasian
dengan jenis dan jumlah yang cukup, yang berkualitas sehingga pemerintah
sehingga mudah diperoleh pada tempat Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki target
dan waktu yang tepat. Obat perlu dikelola peningkatkan akses pelayanan kesehatan
dengan baik, efektif dan efisien (Puspasari masyarakat melalui pemberian pengobatan
et al., 2021; Winata et al., 2021). dengan meningkatkan akses masyarakat
Perbedaan tingkat ketersediaan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
obat di puskesmas, antar provinsi juga serta terpenuhinya pemerataan
semakin membaik. Pada tahun 2015, ketersediaan obat diseluruh sarana
terdapat 16 provinsi dengan tingkat pelayanan kesehatan. Untuk memperluas
ketersediaan obat di puskesmas kurang cakupan dan pemerataan akses obat dan
dari 80% sementara pada tahun 2019 perbekalan kesehatan diwujudkan melalui
hanya 8 provinsi. Disparitas ketersediaan upaya penyediaan obat dan vaksin di
obat antar region, provinsi, dan Puskesmas yang senantiasa dilaksanakan
kabupaten/kota sudah semakin berkurang. secara berkelanjutan (sustainable effort)
Ketersediaanobat diPuskesmas menjadi (Dinas Kesehatan Sultra, 2020).
Persentase Puskesmas dengan Faktor yang sangat penting bagi
ketersediaan obat yang pada tahun 2019 peningkatan pelayanan kesehatan di tiap
mencapai 96,34% melebihi target sebesar Puskesmas di Kota Kendari yaitu masalah
95%. Capaian tertinggi persentase pengadaan obat yang belum memenuhi
Puskesmas dengan ketersediaan obat target pada tahun 2019 hanya mencapai
pada tahun 2019 yakni sebesar 100% dan 90,5% sementara yang ditargetkan 100%.
dicapai oleh 10 provinsi(Kementerian Capaian ini meningkat dari tahun 2020
Kesehatan RI, 2020).Tata kelola yang hanya mencapai 95% (Dinas
obatdiarahkan pada akselerasi, Kesehatan Sultra, 2020). Melihat betapa
akuntabilitas dan transparansi rantai suplai pentingnya peranan obat dalam pelayanan
obat. Hal ini dilakukan melalui penerapan e- kesehatan, maka perlu adanya fungsi
catalog, e-monev obat, dan e-logistic. manajemen yang baik yaitu Perencanaan,
Belum optimalnya pemanfaatan sistem penganggaran, Pengadaan, Penyimpanan,
informasi terkait manajemen logistik, misal Pendistribusian, Penghapusan. Apabila
e-logistic, pemantauan e-purchasing, fungsi manajemen itu tidak berjalan dengan
282
MUHAMMAD SUJARWAD/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.14 NO.2 (2023)

baik maka pencapaian tujuan tidak tercapai hasil pencatatan dan pelaporan di
dengan optimal. Pengelolaan obat Puskesmas Kota Kendari khususnya pada
puskesmas perlu dilaksanakan dengan baik tahun 2021 terjadi kekurangan persediaan
dan benar dimana pada pengelolaan obat obat untuk beberapa item.Terjadinya
ini perlu memperhatikan aspek-aspek yang ketidakcukupan obat atau penyediaan stok
mencakup didalamnya antara lain obat yang berlebihan merupakan suatu
perencanaan obat harus berdasarkan data masalah yang sering dijumpai di
pengelolaan obat yang akurat. puskesmas, dimana masalah tersebut
Tahun 2021 Puskesmas di Kota bukan hanya dipengaruhi oleh faktor dana
Kendari berjumlah 15 Puskesmas, terdiri tetapi juga dipengaruhi oleh proses
dari 5 Puskesmas sebagai Puskesmas pengelolaan obat yang meliputi
perawatan dan 10 non perawatan. (Dinkes perencanaan, permintaan/pengadaan,
Kota Kendari 2021). Untuk pengadaan obat pendistribusian dan penggunaan obat.
Puskesmas Kota Kendari menggunakan Berdasarkan uraian latar belakang
dana APBD, dengan proses pengadaan diatas, penulis tertarik untuk melakukan
obat melalui sistem e-catalogue yang penelitian tentang ”Analisis Manajemen
dilakukan secara online pada website LogisitIk Pengelolaan Obat di
pelelangan elektronik dan dilaksanakan Puskesmas Kota Kendari”.
oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), namun II. METODE
masih ada kendala yang terjadi pada Jenis penelitian ini merupakan
proses pengadaan. Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan menggunakan
observasi pendahuluan di Puskesmas Kota pendekatan fenomenologis, lokasi
Kendari ditemukan masalah yaitu lamanya penelitian adalah Puskesmas diwilayah
waktu tunggu dari pemesanan obat dengan Kota Kendari. Penelitian ini dilaksanakan
menggunakan prosedur e-catalogue, pada bulan April 2023 yang melibatkan
belum berjalannya sistem farmasi satu subjek berasal dari 5 puskesmas
pintu dikarenakan sarana yang kurang perawatan yang berada di Kota Kendari.
memadai, antara lain proses pemesanan Informan kunci adalah mereka yang
obat yang dilakukan melalui e-catalogue mengetahui masalah manajemen logistik
seringkali mengalami keterlambatan karena pengelolaan obat yaitu Kepala Puskesmas,
terjadinya kekosongan obat pada pihak Kepala Gudang Obat/ Penanggung Jawab
rekanan atau PBF. Hal ini mengakibatkan Apotik di Puskesmas Kota Kendari.
terjadinya kekosongan obat di Rumah Sakit Informan biasa adalah mereka yang terlibat
Bhayangkara Kota Kendari, sehingga pihak secaralangsung dalam manajemen obat
rumah sakit harus mengeluarkan biaya yaitu Penanggung Jawab UGD, dan Dokter
lebih untuk membeli obat di luar e- di Puskesmas Kota Kendari.
catalogue yang harganya mencapai 2 kali Perencanaan dalam penelitian ini
lipat. adalah tahap pemilihan obat, tahap
Untuk proses penghapusan kompilasi obat, tahap perhitungan
permintaan obat dapat dilakukan jika kebutuhan obat, tahap proyeksi kebutuhan
barang rusak melewati masa kadaluarsa obat, dan tahap penyesuaian rencana
dan sebab lain. Begitu pula pada pengadaan obat. Perencanaan dikatakan
penggunaan obat berkaitan dengan baik apabila sudah sesuai dengan tahap
peresepan yang rasional danekonomis, pemilihan obat, tahap kompilasi obat, tahap
yang mana harus disesuaikan dengan perhitungan kebutuhan obat, tahap
indikasi penyakit, keamanan dan mutu obat proyeksi kebutuhan obat, dan tahap
serta harga yang terjangkau.Berdasarkan
283
MUHAMMAD SUJARWAD/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.14 NO.2 (2023)

penyesuaian rencana pengadaan obat. periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi


Pengadaan dalam penelitian ini adalah dalam periode waktu tertentu (bulanan,
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan triwulanan, semester atau pertahun).
operasional yang telah ditetapkan di dalam Data primer adalah informasi yang
fungsi perencanaan.Pengadaan kegiatan diperoleh secara langsung kepada fokus
yang berkesinambungan dimulai dari penelitian atau didapatkan langsung dari
pemilihan, penentuan jumlah yang lapangan pada objek penelitian atau field
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan research. Data primer menjadi informasi
dan dana, pemilihan metode pengadaan, kunci yang bisa diperoleh oleh peneliti
pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi melalui wawancara terstruktur (indepth
kontrak, pemantauan proses pengadaan, interview) dari informan kunci dan informan
dan pembayaran. biasa untuk menganalisis manajemen
Penerimaan dalam penelitian ini adalah logistik pengelolaan obat di Puskesmas
kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, Kota Kendari. Selain itu, data primer
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu didukung dengan observasi untuk
penyerahan dan harga yang tertera dalam mengecek kesesuaian antara informasi
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi yang diberikandari informan dengan kondisi
fisik yang diterima. Semua dokumen terkait rill dilapangan lokasi penelitian.
penerimaan barang harus tersimpan Data sekunder adalah informasi yang
dengan baik diperoleh peneliti secara tidak langsung
Penyimpanan adalah proses melalui media perantara seperti telaah
penggudangan bahan logistik (obat-obatan) dokumen, jurnal dan data-data yang
bertanggal berdasarkan jenis, tanggal mendukung data penelitian. Data Sekunder
kadaluarsa, tanggal penerimaan serta dalam penelitian adalah data yang
melihat tingkat kebutuhan dari masing- diperoleh dari data yang dimiliki oleh
masing unit pelayanan kesehatan. Puskesmas Kota Kendari yaitu berupa
Pendistribusian adalah merupakan profil Puskesmas, dokumen-dokumen
suatu tahapan yang dilakukan untuk pendukung penelitian serta sumber-
memenuhi kebutuhan masing-masing unit sumber lainnya serta dokumen yang
pelayanan kesehatan didasarkan kepada diperoleh sepanjang penelitian dari
permintaan, atau melalui standarisasi berbagai sumber untuk mendukung
jumlah bahan logistik tertentu untuk ruang penelitian atau dokumen-dokumen atau
tertentu. terbitan literatur yang dapat mendukung
Penghapusan adalah proses kelengkapan data primer.
menghapus tanggung jawab bendahara Dalam penelitian ini, peneliti berperan
barang atau pengelola barang atas bahan sebagai instrumen utama penelitian,
atau barang tertentu sekaligus sedangkan informan kunci dan informan
mengeluarkan dari catatan/pembukuan biasa berperan sebagai instrumen
sesuai dengan peraturan yang berlaku, pendukung dengan menggunakan alat
karena barang rusak tidak dapat dipakai bantu panduan wawancara dan observasi,
kembali, sudah melewati masa kadaluarsa. serta alat rekam suara/video (kamera
Pencatatan dan Pelaporan dalam digital/ HP). Peneliti bersikap aktif dan
penelitian ini kegiatan pengelolaan Sediaan bertindak sebagai pengamat untuk
Farmasi, yang meliputi perencanaan mewawancarai, mengobservasi secara
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, langsung, sekaligus sebagai partisipan
pendistribusian, pengendalian persediaan, untuk melakukan interaksi dengan objek
pengembalian, pemusnahan dan penarikan penelitian lapangan.
Sediaan Farmasi. Pelaporan dibuat secara Dalam penelitian menggunakan teknik
284
MUHAMMAD SUJARWAD/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.14 NO.2 (2023)

wawancara mendalam (indepth interview), Prosesnya melibatkan langkah-langkah


pengamatan/observasi partisipatif dan seperti survei stok obat, evaluasi
telaah dokumen dan arsip. Teknik permintaan obat, penyusunan daftar
pemeriksaan untuk mencapai keabsahan kebutuhan, pembuatan pesanan, dan
dari penggunaan triangulasi. Data yang penerimaan obat.
diperoleh dari hasil wawancara mendalam Langkah-langkah yang ditempuh
dan observasi yang dilakukan sesuai jika terjadi kekurangan persediaan obat di
dengan petunjuk pengolahan data kualitatif Puskesmas meliputi verifikasi stok obat,
serta tujuan penelitian lalu dianalisis komunikasi dengan manajemen, evaluasi
dengan metode content analysiskemudian stok obat, identifikasi obat yang
diinterpretasikan dan disajikan dalam membutuhkan pengadaan tambahan,
bentuk narasi. Teknik analisis data yang pengajuan permintaan pembelian obat
digunakan dalam penelitian ini, yakni kepada pihak yang berwenang, mencari
dilakukan melalui tiga alur yakni reduksi alternatif pengganti obat, dan memberikan
Data, penyajian Data, penarikan pengobatan sementara jika diperlukan.
Kesimpulan.
Penerimaan
III. HASIL Penerimaan obat di Puskesmas,
Perencanaan petugas farmasi memiliki peran utama.
Perencanaan obat adalah proses Mereka bertanggung jawab dalam
perencanaan yang melibatkan identifikasi, menerima obat, memeriksa kuantitas dan
estimasi, dan pengadaan obat-obatan kualitasnya, serta melakukan pencatatan
yang diperlukan untuk memenuhi terkait penerimaan obat. Beberapa
kebutuhan pasien atau populasi tertentu informan juga menyebutkan adanya
dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, petugas gudang yang terlibat dalam proses
seperti di puskesmas, rumah sakit, atau penerimaan obat untuk melakukan
lembaga kesehatan lainnya. Tujuan dari penyimpanan obat secara fisik.
perencanaan obat adalah untuk
memastikan ketersediaan obat yang tepat Penyimpanan
pada waktu yang tepat, dengan jumlah Puskesmas Bapak/Ibu memiliki
yang memadai, dan dengan biaya yang kelengkapan sarana penyimpanan obat
efisien. yang mencakup rak penyimpanan yang
perencanaan kebutuhan obat di terorganisir, kulkas dengan suhu terkendali,
Puskesmas mencakup analisis historis, serta lemari penyimpanan yang terkunci
perhitungan berdasarkan permintaan, atau aman untuk obat-obatan berbahaya.
penggunaan data pasien, diagnosa yang Sarana penyimpanan tersebut dirancang
umum, pertimbangan stok obat, faktor- untuk menjaga kebersihan, keamanan, dan
faktor eksternal, konsultasi dengan staf kondisi suhu yang sesuai untuk obat-
medis, dan mengikuti pedoman obatan yang memerlukannya.
penggunaan obat. Pendekatan tersebut
bertujuan untuk memastikan kebutuhan Pendistribusian
obat terpenuhi dengan efektif dan efisien. Pendistribusian obat hingga sampai
ke pasien di unit pelayanan di Puskesmas
Pengadaan dilakukan oleh petugas medis atau petugas
Pengadaan kebutuhan obat apotik. Mereka bertanggung jawab untuk
dilakukan secara berkala atau rutin, baik memberikan obat kepada pasien sesuai
setiap bulan, beberapa bulan, atau dengan dengan resep dokter dan memberikan
jangka waktu tertentu seperti 3 bulan. penjelasan atau instruksi penggunaan obat
285
MUHAMMAD SUJARWAD/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.14 NO.2 (2023)

yang benar. Hal ini penting untuk tersedia (Mangindara & Nurhayani, 2012;
memastikan bahwa pasien memahami cara Rismalawati & Lestari, 2017). Aspek
penggunaan obat dengan tepat dan penting dalam melakukan pengelolaan obat
mematuhi aturan yang telah ditentukan karena perencanaan kebutuhan aspek
oleh dokter. penting dalam melakukan pengelolaan oleh
karena perencanaan kebutuhan akan
Penghapusan mempengaruhi pengadaan, pendistribusian
Tata cara penghapusan obat di dan pemakaian obat pada pelayanan
Puskesmas melibatkan identifikasi obat kesehatan. Tujuan perencanaan obat yaitu
yang akan dihapuskan, pencatatan, dan tersedianya kekosongan obat dan
penghancuran obat sesuai dengan peningkatan efisiensi dan kerasionalan
prosedur yang ditetapkan. Metode penggunaan obat (Hamdani & Indrawati,
penghancuran yang digunakan antara lain 2022; Noorhidayah et al., 2022).
pembakaran atau penghancuran fisik. Berdasarkan hasil penelitian
Keterlibatan petugas farmasi dan dalam menunjukan bahwa penyusunan rencana
beberapa kasus petugas kebersihan juga kebutuhan obat dilakukan secara periodik,
disebutkan untuk memastikan melibatkankerjasama antara tim farmasi,
penghapusan obat dilakukan dengan aman bidang keuangan, dan tim medis.
dan sesuai peraturan. Penentuan kebutuhan obat didasarkan
pada data historis, perkiraan permintaan,
Pencatatan dan Pelaporan tren permintaan, jumlah pasien, dan
Variasi dalam sistem pencatatan diagnosa yang umum. Skala waktu yang
obat yang digunakan oleh responden. digunakan dalam proses ini dapat
Beberapa menggunakan sistem manual bervariasi antara tahunan, semesteran,
dengan menggunakan buku catatan dan atau bulanan, tergantung pada praktik dan
formulir, sementara yang lain kebutuhan masing-masing institusi atau
menggunakan sistem elektronik berbasis organisasi. Metode yang digunakan dalam
komputer. Ada juga yang menggabungkan merencanakan kebutuhan obat di
kedua sistem, yaitu manual untuk Puskesmas mencakup analisis historis,
pencatatan stok obat dan elektronik untuk perhitungan berdasarkan permintaan,
pembuatan laporan. Pentingnya sistem penggunaan data pasien, diagnosa yang
pencatatan adalah untuk memantau dan umum, pertimbangan stok obat, faktor-
mengelola stok obat dengan efektif, faktor eksternal, konsultasi dengan staf
memastikan keakuratan data, serta medis, dan mengikuti pedoman
memudahkan dalam pelaporan dan analisis penggunaan obat. Pendekatan tersebut
informasi terkait obat di Puskesmas. bertujuan untuk memastikan kebutuhan
obat terpenuhi dengan efektif dan efisien.
IV. DISKUSI Dalam menyusun perencanaan obat
Perencanaan di Puskesmas, terlibat tim farmasi, tim
Perencanaan dilakukan untuk medis (dokter, perawat), manajemen
menghindari kekosongan Obat dengan puskesmas, kepala puskesmas, dan dalam
menggunakan metode yang dapat beberapa kasus juga bidang keuangan.
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar Kerjasama antara tim-tim ini diperlukan
perencanaan yang telah ditentukan antara untukmengumpulkan informasi tentang
lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi kebutuhan obat, menganalisis data pasien,
metode konsumsi dan epidemiologi dan mengkaji penggunaan obat yang relevan
disesuaikan dengan anggaran yang dengan diagnosa pasien, mengevaluasi
stok yang ada, mengidentifikasi pola
286
MUHAMMAD SUJARWAD/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.14 NO.2 (2023)

permintaan, mempertimbangkan faktor- tahap penting dalam manajemen stok obat


faktor eksternal, dan menentukan prioritas di puskesmas (Lubis, 2017; Putri et al.,
obat yang diperlukan. Kolaborasi ini 2023). Penerimaan merupakan kegiatan
memastikan bahwa perencanaan obat untuk menjamin kesesuaian jenis,
dilakukan dengan cermat dan memenuhi spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
kebutuhan pasien secara efektif. penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
Pengadaan penerimaan barang harus tersimpan
Pada tahap pelaksanaan dengan baik.
pengadaan obat, ada beberapa metode Berdasarkan hasil penelitian
yang digunakan dalam pengadaan obat menunjukan bahwa penerimaan obat di
publik dan perbekalan kesehatan, tetapi Puskesmas melibatkan petugas farmasi
hendaknya dipilih metode yang sesuai yang bertanggung jawab untuk memeriksa
dengan kebutuhan. Dengan pemilihan kuantitas, kualitas, kesesuaian dengan
metode hendaknya mempertimbangkan pesanan, kondisi fisik, dan tanggal
jenis, sifat nilai barang yang akan dibeli. kadaluarsa obat yang diterima. Proses
Dalam memilih dan menetapkan metode penerimaan tersebut dapat dilakukan di
pengadaan harus mengikuti ketentuan- bagian farmasi, ruang gudang, atau tempat
ketentuan pemerintah yang berlaku. Proses yang telah ditentukan di Puskesmas.
pengadaan hendaknya dilaksanan dengan Penerimaan obat juga biasanya
prinsip efisien, efektif, transparan, dan adil didokumentasikan dalam sistem
(Prasertyo et al., 2021; Taha et al., 2021). inventarisasi obat untuk memastikan
Berdasarkan hasil penelitian kelengkapan dan keteraturan persediaan
pengadaan kebutuhan obat dilakukan obat. Penerimaan obat di Puskesmas,
secara berkala atau rutin, baik setiap bulan, petugas farmasi memiliki peran utama.
beberapa bulan, atau dengan jangka waktu Mereka bertanggung jawab dalam
tertentu seperti 3 bulan. Prosesnya menerima obat, memeriksa kuantitas dan
melibatkan langkah-langkah seperti survei kualitasnya, serta melakukan pencatatan
stok obat, evaluasi permintaan obat, terkait penerimaan obat. Beberapa
penyusunan daftar kebutuhan, pembuatan informan juga menyebutkan adanya
pesanan, dan penerimaan obat. Langkah- petugas gudang yang terlibat dalam proses
langkah yang ditempuh jika terjadi penerimaan obat untuk melakukan
kekurangan persediaan obat di Puskesmas penyimpanan obat secara fisik.
meliputi verifikasi stok obat, komunikasi
dengan manajemen, evaluasi stok obat, Penyimpanan
identifikasi obat yang membutuhkan Penyimpanan obat adalah proses
pengadaan tambahan, pengajuan dan kegiatan yang dilakukan untuk
permintaan pembelian obat kepada pihak menjaga kualitas, keamanan, dan integritas
yang berwenang, mencari alternatif obat dalam kondisi yang tepat di
pengganti obat, dan memberikan puskesmas. Penyimpanan obat yang baik
pengobatan sementara jika diperlukan. sangat penting untuk memastikan
efektivitas dan keamanan obat saat
Penerimaan digunakan (Malinggas, 2015; Satrianegara
Penerimaan obat adalah proses et al., 2018). Fungsi penyimpanan ini
menerima dan mencatat obat-obatan yang sebenarnya termasuk juga fungsi
masuk ke puskesmas dari pemasok atau penerimaan barang, yang sebetulnya juga
distributor. Penerimaan obat merupakan mempunyai peran strategi. Kesalahan
287
MUHAMMAD SUJARWAD/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.14 NO.2 (2023)

sering terjadi adalah penerimaan barang kecermatan dan kecepatan penyediaan,


hanya mencocokkan dengan surat oleh karena itu harus ditetapkan prosedur
pengantar barang (faktur barang), bukan baku pendistribusian bahan logistic.
terhadap surat perintah kerja/surat Berdasarkan hasil penelitian bahwa
pesanan (Phurchase Order = PO) (Nanda, sistem pendistribusian obat di Puskesmas
2017). dapat dilakukan melalui beberapa metode,
Berdasarkan hasil penelitian seperti pengambilan obat di gudang pusat
menunjukan bahwa tata cara penyimpanan berdasarkan permintaan unit-unit
obat yang diatur dengan memperhatikan pelayanan, pengiriman obat secara reguler
prinsip-prinsip pengelolaan obat yang baik. dari gudang pusat sesuai dengan jadwal
Penyimpanan obat dilakukan dengan yang telah ditentukan, atau bekerja sama
pemisahan berdasarkan jenis, penggunaan dengan apotek terdekat untuk memesan
sistem FIFO, penghindaran kontaminasi obat sesuai dengan kebutuhan pasien di
silang, serta memperhatikan kebersihan, Puskesmas. Sistem yang digunakan
keamanan, dan ketepatan penggunaan. tergantung pada kebijakan dan praktik
Selain itu, obat juga disusun berdasarkan yang diterapkan di Puskesmas tersebut.
tanggal kedaluwarsa dan diatur suhu Proses penerimaan dan pendistribusian
penyimpanannya sesuai persyaratan. obat di unit-unit pelayanan di Puskesmas
Sarana penyimpanan obat yang mencakup dimulai dengan pemeriksaan, pencatatan,
rak penyimpanan yang terorganisir, kulkas dan verifikasi terhadap obat yang diterima.
dengan suhu terkendali, serta lemari Setelah itu, obat didistribusikan ke unit-unit
penyimpanan yang terkunci atau aman pelayanan berdasarkan permintaan dan
untuk obat-obatan berbahaya. Sarana kebutuhan pasien. Proses tersebut
penyimpanan tersebut dirancang untuk melibatkan peran petugas farmasi untuk
menjaga kebersihan, keamanan, dan memastikan kelengkapan, kualitas, dan
kondisi suhu yang sesuai untuk obat- kebutuhan obat sesuai dengan permintaan
obatan yang memerlukannya. dan prioritas pasien di unit-unit pelayanan.
Pendistribusian obat hingga sampai
Pendistribusian ke pasien di unit pelayanan di Puskesmas
Pendistribusian obat adalah proses dilakukan oleh petugas medis atau petugas
pengiriman obat dari pusat pengadaan apotik. Mereka bertanggung jawab untuk
(misalnya distributor farmasi, produsen memberikan obat kepada pasien sesuai
obat, atau lembaga pemerintah) ke dengan resep dokter dan memberikan
puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. penjelasan atau instruksi penggunaan obat
Tujuan dari pendistribusian obat adalah yang benar. Hal ini penting untuk
memastikan ketersediaan obat yang cukup memastikan bahwa pasien memahami cara
dan tepat waktu di tempat yang penggunaan obat dengan tepat dan
membutuhkannya (Carinah, 2022; Mailoor mematuhi aturan yang telah ditentukan
et al., 2017). Distribusi adalah suatu oleh dokter.
rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat-obatan Penghapusan
yang bermutu, terjamin keabsahannya Penghapusan obat adalah proses
serta tepat jenis dan jumlahnya dari yang dilakukan untuk membuang obat-
gudang obat di unit-unit pelayanan obatan yang tidak layak pakai, kedaluwarsa,
kesehatan termasuk penyerahan obat rusak, atau sudah tidak diperlukan lagi.
kepada pasien (Kemenkes, 2016).Efisiensi Penghapusan obat dilakukan dengan
pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga tujuan untuk menjaga keamanan,
secara tidak langsung akan mempengaruhi menghindari penggunaan obat yang tidak
288
MUHAMMAD SUJARWAD/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.14 NO.2 (2023)

efektif atau berpotensi membahayakan, adalah proses dokumentasi yang penting


serta menjaga lingkungan dari dampak dalam manajemen obat di puskesmas atau
negatif yang mungkin diakibatkan oleh fasilitas kesehatan lainnya. Tujuan dari
pembuangan obat yang tidak tepat pencatatan dan pelaporan obat adalah
(Astriani & Misnaniarti, 2018; V. C. Dewi & untuk mencatat secara akurat mengenai
Yuswantina, 2022). Setelah penghapusan masuknya, penggunaan, dan keluarannya
dilaksanakan, maka dibuat berita acara obat-obatan (Asnawi et al., 2019; Tobing et
penghapusan, yang tembusannya dikirim al., 2022). Pencatatan dan pelaporan
ke instansi yang berkompeten.Kegiatan- terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan
kegiatan manajemen yang bertujuan untuk Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
mencapai daya guna (efisiensi) yang Habis Pakai yang meliputi perencanaan
optimal didalam memanfaatkan barang dan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
jasa. Logistik modern dapat didefinisikan pendistribusian, pengendalian persediaan,
sebagai proses pengelolaan yang strategis pengembalian, pemusnahan dan penarikan
terhadap pemindahan dan penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
barang, suku cadang dan barang jadi dari Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat
para suplaier, diantara fasilitas-fasilitas secara periodik yang dilakukan Instalasi
perusahaan dan kepada para langganan. Farmasi dalam periode waktu tertentu
Ciri-ciri utama logistik adalah integrasi (bulanan, triwulanan, semester atau
berbagai dimensi dan tuntutan terhadap pertahun) (Permenkes, 2016).
pemindahan (movement) dan penyimpanan Berdasarkan hasil penelitian
(storage) yang strategis. menunjukan bahwa semua puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian bahwa memiliki kebiasaan mencatat dan
penghapusan obat di Puskesmas dilakukan melaporkan obat, namun frekuensi
untuk obat-obat yang telah melewati pencatatan dan pelaporannya dapat
tanggal kedaluwarsa. Selain itu, obat-obat bervariasi. Beberapa puskesmas
yang rusak, tidak lagi digunakan, atau tidak melakukan pencatatan harian, sementara
memenuhi persyaratan kualitas juga yang lain melakukannya secara segera
dihapuskan. Hal ini penting untuk menjaga setelah setiap peristiwa terkait obat.
keamanan dan kualitas obat yang ada di Terdapat juga puskesmas yang melakukan
Puskesmas serta memastikan bahwa obat- pencatatan pada akhir hari kerja atau bulan.
obat yang digunakan oleh pasien masih Pentingnya pencatatan dan pelaporan obat
efektif dan aman. adalah untuk memastikan transparansi,
Tata cara penghapusan obat di akurasi, dan pemantauan yang efektif
Puskesmas melibatkan identifikasi obat terhadap stok obat di Puskesmas.
yang akan dihapuskan, pencatatan, dan Terdapat variasi dalam sistem
penghancuran obat sesuai dengan pencatatan obat yang digunakan di
prosedur yang ditetapkan. Metode puskesmas. Beberapa menggunakan
penghancuran yang digunakan antara lain sistem manual dengan menggunakan buku
pembakaran atau penghancuran fisik. catatan dan formulir, sementara yang lain
Keterlibatan petugas farmasi dan dalam menggunakan sistem elektronik berbasis
beberapa kasus petugas kebersihan juga komputer. Ada juga yang menggabungkan
disebutkan untuk memastikan kedua sistem, yaitu manual untuk
penghapusan obat dilakukan dengan aman pencatatan stok obat dan elektronik untuk
dan sesuai peraturan. pembuatan laporan. Pentingnya sistem
pencatatan adalah untuk memantau dan
Pencatatan dan Pelaporan mengelola stok obat dengan efektif,
Pencatatan dan pelaporan obat memastikan keakuratan data, serta
289
MUHAMMAD SUJARWAD/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.14 NO.2 (2023)

memudahkan dalam pelaporan dan analisis pelaporannya dapat bervariasi.


informasi terkait obat di Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
V. KESIMPULAN Asnawi, R., Kolibu, F. K., & Maramis, F. R.
R. (2019). Analisis Manajemen
1. Perencanaan Pengelolaan Obat di Puskesmas
Penyusunan rencana kebutuhan Wolaang. KESMAS, 8(6).
obat dilakukan secara periodik, melibatkan Astriani, & Misnaniarti. (2018). Analisis
kerjasama antara tim farmasi, bidang Pengelolaan Obat di Instalasi
keuangan, dan tim medis. Farmasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Lahat Tahun 2018.
Sriwijaya University.
2. Pengadaan Carinah, N. (2022). Efektivitas
Pengadaan kebutuhan obat Pendistribusian Obat Oleh Uptd
dilakukan secara berkala atau rutin, baik Farmasi Dinas Kesehatan
setiap bulan, beberapa bulan, atau dengan Kabupaten Subang. Universitas
jangka waktu tertentu seperti 3 bulan. Subang.
3. Penerimaan Dewi, E. P. (2017). Analisis Perencanaan
Proses penerimaan obat tersebut Obat di Puskesmas Pokenjior
dapat dilakukan di bagian farmasi, ruang Kecamatan Padangsidimpuan
gudang, atau tempat yang telah ditentukan Angkola Julu Kota
di Puskesmas. Penerimaan obat juga Padangsidimpuan Tahun 2017.
biasanya didokumentasikan dalam sistem Dewi, V. C., & Yuswantina, R. (2022).
inventarisasi obat untuk memastikan Evaluasi Penyimpanan Obat di
kelengkapan dan keteraturan persediaan Gudang Farmasi Puskesmas
obat. Mangunsari Kota Salatiga. Journal
of Holistics and Health Sciences
4. Penyimpanan
Penyimpanan obat yang diatur (JHHS), 4(1), 138–145.
dengan memperhatikan prinsip-prinsip Hamdani, N., & Indrawati, F. (2022).
pengelolaan obat yang baik.
Analisis Manajemen Logistik Obat
di Gudang Farmasi Puskesmas
5. Pendistribusian Karangmalang Kota Semarang.
Pendistribusian obat di Puskesmas Jurnal Kesehatan Masyarakat
dapat dilakukan melalui beberapa metode, (Undip), 10(1), 130–135.
seperti pengambilan obat di gudang pusat Hilmawati, S., Chotimah, I., & Dwimawati,
berdasarkan permintaan unit-unit E. (2020). Analisis Manajemen
pelayanan, pengiriman obat secara reguler Logistik Obat Di Puskesmas
dari gudang pusat sesuai dengan jadwal Cipayung Kota Depok Provinsi
yang telah ditentukan, atau bekerja sama Jawa Barat Tahun 2019. Promotor,
dengan apotek terdekat untuk memesan 3(4), 427–439.
obat sesuai dengan kebutuhan pasien di Lubis, A. S. P. (2017). Analisis
Puskesmas. Manajemen Logistik Obat Di
6. Penghapusan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
Penghapusan obat di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Lubuk
dilakukan untuk obat-obat yang telah Pakam Tahun 2017.
melewati tanggal kedaluwarsa. Mailoor, R. J., Maramis, F. R. R., &
7. Pencatatan dan Pelaporan Mandagi, C. K. F. (2017). Analisis
Semua puskesmas memiliki Pengelolaan Obat di Puskesmas
kebiasaan mencatat dan melaporkan obat, Danowudu Kota Bitung. KESMAS,
namun frekuensi pencatatan dan 6(3).
290
MUHAMMAD SUJARWAD/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.14 NO.2 (2023)

Malinggas, N. E. R. (2015). Analisis Satrianegara, M. F., Bujawati, E., &


Manajemen Logistik Obat di Guswani, G. (2018). Analisis
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pengelolaan Manajemen Logistik
Umum Daerah DR Sam Ratulangi Obat di Instalasi Farmasi Rsud
Tondano. Jikmu, 5(5). Lanto Daeng Pasewang Kabupaten
Mangindara, D., & Nurhayani, B. (2012). Jeneponto. Al-Sihah: The Public
Analisis Pengelolaan Obat di Health Science Journal.
Puskesmas Kampala Kecamatan Taha, N. A. F., Lolo, W. A., & Rundengan,
Sinjai Timur Kabupaten Sinjai G. (2021). Analisis Manajemen
Tahun 2011. Jurnal Akk, 1(1), 31–40. Logistik Obat di Instalasi Farmasi
Nanda, R. R. D. (2017). Manajemen Dinas Kesehatan Kota Manado
Pengelolaan Obat di Puskesmas Tahun 2020. PHARMACON, 10(4),
Limapuluh Kota Pekanbaru Tahun 1199–1204.
2017. Menara Ilmu, 11(78). Tobing, A. M. T. L., Simanjorang, A., &
Noorhidayah, N., Inayah, H. K., & Samsul, D. (2022). Evaluasi
Rahayu, A. S. (2022). Analisis pelaksanaan standar pelayanan
Manajemen Logistik Obat Di kefarmasian Puskesmas sesuai
Puskesmas Landasan Ulin Tahun Permenkes RI nomor 74 tahun
2021. An-Nadaa: Jurnal Kesehatan 2016. Jurnal Kesmas Prima
Masyarakat (e-Journal), 9(1), Indonesia, 6(1), 38–47.
58–65. Winata, F. H., Febriawati, H., Oktarianita,
Prasertyo, J., Octaviani, P., & O., Ramon, A., & Yanuarti, R. (2021).
Prabandari, R. (2021). Analisis Analisis Pelaksanaan Manajemen
Pengelolaan Manajemen Logistik Logistik Obat di Instalasi Farmasi
Obat di Instalasi Farmasi RSUD dr. Rumah Sakit Umum Daerah
R. Goeteng Taroenadibrata Kepahiang. Jurnal Ilmiah
Purbalingga. Seminar Nasional Mahasiswa Miracle, 1(2), 55–63.
Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 10–20.
Puspasari, D. H., Permadi, Y. W., &
Wirasti, W. (2021). Manajemen
Logistik Obat di Instalai Farmasi
Rumah Sakit berdasarkan Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit Tahun
2019. Kajen: Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pembangunan,
5(02), 123–132.
Putri, U. A., Prasetijo, A. B., & Purnami,
C. T. (2023). Sistem Informasi
Manajemen Logistik Obat di
Pelayanan Farmasi Puskesmas:
Literature Review. Media Publikasi
Promosi Kesehatan Indonesia
(MPPKI), 6(6), 1016–1024.
Rismalawati, R., & Lestari, H. (2017).
Studi Manajemen Pengelolaan
Obat di Puskesmas Lawa
Kabupaten Muna Barat Tahun
2015. Haluoleo University.
291

Anda mungkin juga menyukai